• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 3 METODE PENELITIAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Identitas Teritorial: Studi tentang Identitas Teritorial di Negri Hatunuru

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB 3 METODE PENELITIAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Identitas Teritorial: Studi tentang Identitas Teritorial di Negri Hatunuru"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

METODE PENELITIAN

Bab ini membicarakan metode penelitian yang digunakan, juga pemilihan wilayah atau lokasi penelitian. Pada bagian ini, penulis menggunakan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif kemudian menggunakan pendekatan fenomenologi, dan memakai teknik etnografi dalam memahami budaya di Hatunuru meskipun penelitian ini sendiri bukanlah suatu penelitian etnografi.

Hatunuru Dipilih Sebagai Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di negri Hatunuru, Kecamatan Taniwel Timur. Mengingat kondisi fisik serta finansial, juga durasi penelitian yang terbatas pada penulis, penulis berpendapat bahwa memilih Hatunuru akan membuat penelitian ini menjadi lebih fokus dan mencakup ciri komunitas yang sama. Selain itu, akan memudahkan penulis dari segi waktu yang tersedia bagi pengumpulan data.

Sebagai langkah awal penelitian, penulis melakukan komunikasi dengan pihak GPM Klassis Taniwel. Penulis menggunakan GPM karena status penulis sebagai sarjana Teologi UKIM. Hal tersebut merupakan akses utama bagi penulis dalam meminta jaminan perlindungan selama penelitian oleh para Pendeta setempat. Alasan berikut, karena ketakutan akan penolakan penelitian apabila penulis melalui jalur Pemerintah Kabupaten SBB, mengingat penulis hendak meneliti resistensi di Taniwel Timur.

(2)

Hatunuru-Matapa menjadi alasan utama Hatunuru dipilih sebagai lokasi penelitian. Ketika penelitian ini dilakukan, Ketua Majelis Jemaat Hatunuru-Matapa kemudian memberi informasi di gedung gereja Imanuel di Hatunuru kepada masyarakat Hatunuru bahwa penulis akan melakukan penelitian sekaligus meminta kesediaan masyarakat Hatunuru untuk menerima penulis. Antusiasme masyarakat Hatunuru dalam menerima penulis baik dalam pemberian data maupun pergaulan sosial patut diberi apresiasi melalui rancangan pembangunan sejalan dengan identitas teritorial di Hatunuru melalui hasil penelitian ini. Keunikan masyarakat Hatunuru sendiri terbentuk melalui kehidupan secara komunal melalui konteks kedaerahan dalam hal kosmologi yang mempengaruhi kebiasaan mereka. Tipikalitas masyarakat Hatunuru adalah petani hutan yang hidup di wilayah pesisir dan menganggap

hutan sebagai “dapur”.

Penelitian ini pernah mengalami tantangan yang datang dalam tubuh pemerintah lokal melalui pihak Kecamatan Taniwel Timur. Camat Taniwel Timur hendak memberhentikan penelitian ini, karena penelitian ini dinilainya melalui jalur GPM dan itu dikatakannya salah. Namun, Ketua Klassis GPM di Taniwel memberi dukungan bagi penulis untuk tetap melanjutkan penelitian ini, dan pihak GPM Klassis Taniwel yang akan bertanggung jawab sepenuhnya atas permasalahan ini.

Penggunaan Metode Penelitian Kualitatif

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, karena akan meneliti fenomena-fenomena di Hatunuru. Penelitian sendiri secara esensial merupakan proses yang sistematis, teroganisir, berdasarkan data, dilakukan secara kritis, objektif, dan ilmiah, untuk mendapat jawaban yang lebih mendalam terkait suatu masalah (Sekaran, 2003). Sementara penelitian kualitaif sendiri merupakan siklus yang bertahap, dimulai dengan identifikasi masalah atau isu yang hendak diteliti. Setelah masalah diidentifikasi, kemudian melakukan

(3)

Penelitian kualitatif dipahami sebagai penelusuran yang ekspoloratif agar memahami satu masalah sentral. Gejala sentral dipahami dengan melakukan wawancara, dan data hasil wawancara kemudian dianalisis, kemudian hasil analisis dapat berupa deskripsi maupun tema-tema. Setelah melakukan perangkaian interpretasi oleh peneliti sehingga memahami makna mendalam, maka peneliti sedapatnya membuat self-reflection (Creswell, 2008). Penelitian kualitatif juga disebut sebagai field research, maksudnya penelitian ini bertujuan agar peneliti turun ke lapangan dan terlibat dengan masyarakat, dan juga turut mersakan apa yang masyarakat rasakan. Hal ini dilakukan agar peneliti mampu memberi gambaran yang komprehensif terkait situasi di lapangan (Raco, 2010).

Kelenturan penelitian kualitatif sendiri menjadi alasan penulis untuk digunakan dalam melakukan penelitian. Penelitian kualitatif oleh penulis dianggap mampu melakukan eksplorasi tentang fenomena di Hatunuru untuk menemukan masalah mendasar dan gambaran umum. Penelitian kualitatif digunakan dalam tujuannya untuk merasakan kehidupan di Hatunuru baik sebagai petani hutan, dan memahami identitas teritorial di Hatunuru berdasar pada pengalaman langsung penulis di Hatunuru. Dengan demikian, penulis dapat memberi gambaran kehidupan di Hatunuru, sehingga ada alasan bagi mereka melakukan resistensi berdasar pada perasaan penulis sebagai peneliti yang hidup di sana meskipun hanya beberapa bulan.

Rancangan Penelitian

Rancangan atau desain penelitian dalam penelitian ini mempergunakan rancangan penelitian kualitatif secara umum yaitu, substansi dan metodologi. Substansi penelitian sedapat mungkin berangkat pada teori tertentu dan berada dalam satu lingkup ilmu pengetahuan, sementara metodologi ialah bagaimana substansi penelitian itu diharapkan memenuhi syarat yang lebih sistematis, terkendali, kritis, dan analitis. Berdasar pada dua komponen tersebut, desain penelitian kemudian dibagi menjadi dua yaitu, konseptualisasi dan operasionalisasi (Gulo, 2002). Konseptualisasi berkenan menyoroti

(4)

Operasionalisasi lebih kepada kerangka penelitian yang lebih praksis dalam hal penarikan sampel, metode pengumpulan data, dan analisa data.

Kerangka konseptualisasi lebih kepada gagasan penulis sebagai peniliti untuk membangun kerangka operasionalisasi yang lebih bersifat praksis. Dalam kerangka konseptualisasi, penulis berfokus pada empat hal yaitu, latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan kerangka konseptual. Setelah itu menetukan konseptualisasi, maka penulis memulai operasionalisasi yang lebih kepada pengembangan konseptualisasi melalui pemilihan partisipan, menjabarkan pertanyaan-pertanyaan yang lebih fokus, kemudian hidup dalam pergaulan sosial agar dapat mengumpulkan data.

Dengan demikian, rancangan penelitian merupakan langkah awal untuk mengumpulkan data. Setelah itu, penulis memilih harus memilih pendekatan penelitian yang akan dilakukan sesuai dengan konteks dan kehidupan masyarakat Hatunuru. Oleh karena itu, penulis menggunakan pendekatan fenomenologi dan teknik etnografi.

Pendekatan Fenomenologi

Pendekatan fenomenologi digunakan sebagai kerangka

(5)

penelitian berdasar pada fenomenologi ini, penulis melibatkan diri dalam pergaulan sosial, kehidupan pertanian di Hatunuru, dan melakukan aktivitas sebagaimana masyarakat Hatunuru dalam rutinitas mereka yaitu, beribadah dan lainnya.

Berbicara mengenai pendekatan fenomenologi, Creswell (2008) menyebutnya sebagai penelitian yang berakhir pada pemaknaan. Fenemenologi disebut juga sebagai metode verstehen, adalah untuk menggambarkan kesadaran yang berjalan dengan sendirinya. Dalam melakukan verstehen maka sangat penting menangkap atau sedapat mungkin masuk dalam pikiran informan. Dengan demikian, penting untuk melakukan penelitian kualitatif fenomenologi ini melalui wawancara yang lebih intensif, dan melakukan analisis pada kelompok kecil untuk memahami keadaan sosial. Peneliti harus melakukan praktik sejalan dengan kebiasaan sehari-hari informan, agar mampu mengetahui ruitinitas informan (dalam Orleans, 2000).

Teknik Etnografi

Kendati penelitian ini bukanlah penelitian etnografi, penulis memasukannya sebagai teknik dalam pengumpulan data. Dalam penelitian yang menggunakan teknik etnografi ini, penulis hanya ingin mengetahui kosmologi di Hatunuru, juga pemaknaan simbolik Hatunuru secara etimologi. Selain itu, penulis juga ingin mengungkap budaya pertanian di Hatunuru sebagai warisan leluhur.

(6)

Partisipan

Partisipan yang dipilih oleh penulis berdasar pada kebutuhan penelitian ini. Jumlah partisipan di Hatunuru sendiri berjumlah 23 orang. Partisipan yang berjumlah 23 orang ini memiliki keberagaman strukur sosial. Struktur ini di antaranya, petani hutan, pegawai negeri sipil (PNS), tokoh masyarakat (adat), dewan guru, juga majelis jemaat, dan pemerintah Hatunuru (caretaker Raja Hatunuru)5.Pemilihan informan bukan hanya dipilih penulis dalam kalangan masyarakat Hatunuru saja melainkan juga beberapa masyarakat luar seperti Matapa, GPM Klassis Taniwel, dan NGO. Setelah menentukan partisipan, penulis kemudian memilih partisipan yang cocok dengan topik-topik penelitian berdasar pada rumusan masalah sebagai pertanyaan payung. Topik-topik yang penulis angkat terdiri atas tiga topik sebagaimana, resistensi, identitas teritorial, dan tanggapan tentang pembangunan.

Tabel 3.2 Klasifikasi Informan Berdasar Pada Topik Penelitian

Topik Penelitian Informan

Studi kasus resistensi Seluruh resistor Identitas Teritorial (Sumber Nafkah dan

Kosmologi)

Petani Hatunuru

Tanggapan tentang pembangunan Masyarakat Hatunuru

Topik-topik di atas kemudian disesuaikan dengan informan. Pada topik pertama, penulis memilih informan bukan hanya berasal dari masyarakat Hatunuru, tetapi juga masyarakat luar Hatunuru yang saat itu bertindak sebagai resistor. Sementara topik kedua dikhususkan pada petani hutan di Hatunuru. Pada topik ketiga, penulis memilih masyarakat Hatunuru baik sebagai petani hutan maupun non-petani hutan. Tujuan pemilihan topik ini, karena informan lebih memaknai teritorial mereka berdasar pada modal teritorial, sehingga resistensi terjadi adalah sebagai upaya kecaman masyarakat Hatunuru terhadap pembangunan yang tidak sejalan kebijakan dan kebiasaan di Hatunuru.

5

(7)

Pengumpulan Data

Pada awalnya, teknik pengumpulan data yang hendak penulis gunakan lebih berkenan pada pengumpulan data berbasis sukarela (voluntary). Partisipan tidak harus dituntut untuk memberi data melalui informasi maupun interpretasi atas dasar keharusan, tetapi lebih kepada kesediaan masyarakat Hatunuru untuk mau melibatkan diri dalam pengumpulan data. Penulis sempat ragu untuk mengumpulkan data, karena masalah ini sempat menimbulkan konflik dalam tubuh masyarakat Hatunuru antara pemerintah negri dan masyarakat. Untuk itu, ada ketakutan tersendiri dalam diri penulis bahwa akan terjadi konflik lanjutan melalui penelitian ini.

Namun, setelah melakukan observasi kurang lebih dua minggu, maka penulis memberanikan diri untuk melakukan wawancara mendalam (in-depth interview). Pengumpulan data yang dilakukan penulis sebagaimana lazim dilakukan pada penelitian kualitatif yaitu, wawancara mendalam, observasi, dokumentasi, dan studi pustaka, juga data-data sekunder sebagaimana surat kabar maupun media online

tentang masalah ini turut penulis gunakan.

Observasi

Sebelum melakukan wawancara, penulis melakukan observasi di Hatunuru. Observasi yang dilakukan penulis berangkat pada pandangan Flick et al (2004) yaitu, observasi terlibat dan tidak terlibat. Observasi terlibat dilakukan melalui keterlibatan dalam pergaulan sosial, bertindak sebagai petani, dan terlibat rutinitas masyarakat Hatunuru. Ketidak-terlibatan penulis dalam resistensi saat itu, mengharuskan penulis untuk melakukan observasi tidak terlibat. 6

Tabel 3.3. Observasi Terlibat dan Tidak Terlibat

Observasi Terlibat Observasi Tidak Terlibat

Pergaulan Sosial, Keterlibatan Sebagai Petani Hutan, Mengikuti Prosesi Adat,

dan Mengikuti Ibadah-Ibadah.

Resistensi Masyarakat Hatunuru

6

(8)

Observasi tidak terlibat memberi tantangan baru bagi penulis sebagai peneliti karena hal ini dianggap baru, sekaligus memberi pelajaran berharga bagi penulis dalam memilih strategi. Strategi yang dilakukan penulis ketika tidak melakukan observasi secara langsung pada saat resistensi terjadi dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Gambar 3.1 Skema Observasi Tidak Terlibat

Sebagai penjelasan penulis terkait observasi terlibat, berikut adalah beberapa strategi yang penulis gunakan, penulis merangkumnya dalam beberapa kotak di bawah ini.

Observasi pertama, adalah proses saling kenal antara penulis dan masyarakat Hatunuru. Namun, perkenalan ini hanya melibatkan beberapa masyarakat Hatunuru yang berada di dekat pastori. Memang penulis akui, penulis adalah pribadi yang mampu beradaptasi dan mampu membuka diri dalam pergaulan sosial. Observasi ini dilakukan melalui kunjungan penulis ke kios-kios untuk membeli kebutuhan

Observasi Tidak Terlibat

Resistensi Masyarakat Hatunuru

Data diperoleh melalui wawancara,

dan sumber data sekunder antara lain;

facebook, youtube, change.org, savemaluku.net, harian kompas, BPS

online, dan forum-forum diskusi online

lainnya.

Kotak 3.1. Memperkenalkan diri

(9)

sekaligus memperkenalkan diri kepada beberapa masyarakat. Berikut pula, perkenalan antara penulis dan masyarakat terjadi di gedung gereja Imanuel, akan tetapi kecanggungan masih menghampiri penulis untuk sekedar saling terbuka melalui perbincangan singkat dengan masyarakat Hatunuru yang bukan tinggal dekat pastori.

Hal utama yang penulis lakukan dalam observasi ini adalah dengan mengunjungi beberapa rumah secara berkesinambungan untuk sekedar berbincang, guna memupuk kedekatan penulis dengan masyarakat Hatunuru. Alasannya, agar masyarakat Hatunuru di sekitar pastori dapat memperkenalkan penulis kepada masyarakat Hatunuru lainnya secara tidak langsung (tanpa kehadiran penulis/promosi).

Observasi kedua ini, adalah penting bagi penulis untuk melibatkan diri dalam pergaulan sosial. Penulis juga memilih rekan dalam rangka menuntun penulis ketika melakukan pengumpulan data di Hatunuru. Penulis kemudian memilih Karisty Limehuwey sebagai rekan yang notabene adalah seorang anak SMA. Alasannya, agar ada keterbukaan ketika wawancara dilakukan, mengingat seluruh gerak-gerik penulis diperhatikan sebagai masyarakat luar Hatunuru. Ketika masyarakat Hatunuru melihat Karisty yang biasanya sering bersama penulis maka tidak ada keraguan di kalangan masyarakat Hatunuru untuk memberi informasi maupun interpretasi, karena Karisty tidak terlibat dalam resistensi, ia hanya seorang anak yang sering membantu masyarakat Hatunuru.

Kotak 3.2. Terlibat Pergaulan Sosial

(10)

Pada kegiatan berkunjung ke rumah-rumah masyarakat, penulis disuguhkan dengan minuman tradisional khas Maluku yaitu, sopi. Sopi memang minuman yang mengandung kadar alkohol, dan penulis hanya menggunakan sopi sebagai strategi untuk membangun kedekatan. Ketika sopi disuguhkan, penulis tidak sedang melakukan wawancara atau informan tidak dalam keadaan siap untuk diwawancarai.

Observasi ini memberi makna mendalam bagi penulis. Makna mendalam ini hadir melalui sikap masyarakat Hatunuru yang menganggap penulis sebagai keluarga. Penulis mampu memahami masyarakat Hatunuru sebagai petani yang hidup dalam solidaritas dan sangat menghargai hutan. Banyak sekali pelajaran yang dapat penulis ambil ketika hidup di Hatunuru.

Wawancara

Dalam melakukan wawancara, penulis dibekali secara material maupun konseptual. Secara material, ayah penulis membekali dengan perekam suara/recorder digital. Secara konseptual, penulis dibekali dengan gagsan dalam melakukan penjabaran pertanyaan secara fokus dan sistematis oleh pembimbing. Basis wawancara sendiri, adalah dengan menggunakan pendekatan fenomenologi dan teknik etnografi. Dalam melakukan wawancara fenomenologi, penulis harus masuk ke dalam gaya hidup dan menilai pemaknaan kehidupan pertanian masyarakat Hatunuru, kemudian dilakukan perumusan

pertanyaan-Kotak 3.3. Keluarga Baru

(11)

pertanyaan penelitian. Sementara dalam teknik etnografi, penulis hanya ingin menggali budaya di Hatunuru berdasar pada kosmologi, presepsi masyarakat Hatunuru tentang teritorial, dan sejarah yang melatar belakangi terbentuk Hatunuru, tetapi bukan sebagai penelitian etnografi.

Strategi wawancara yang dilakukan bukan lalu menggunakan

Focus Group Discussion (FGD), namun lebih bersifat privasi. Wawancara dilakukan di rumah-rumah masyarakat Hatunuru sambil menghisap beberapa batang rokok, meneguk hangatnya teh juga kopi, dan juga mencicipi aneka cemilan khas masyarakat Hatunuru yang telah disiapkan tuan rumah yang notabene adalah partisipan. Selain itu, wawancara tidak terencana dilakukan dalam aktivitas pertanian sambil mengolah sagu. Wawancara tidak terencana sendiri dilakukan untuk menemukan informasi yang lebih terbuka dan apa adanya. Ketika wawancara tidak terencana dilakukan, para petani tidak menutup diri dalam pemberian informasi maupun interpretasi.

Wawancara juga dilakukan terhadap beberapa masyarakat di luar Hatunuru, sebagaimana NGO, para pendeta di Taniwel Timur, dan beberapa masyarakat negri lainnya. Tujuannya, adalah untuk memahami pandangan masyarakat lain terhadap identitas masyarakat Hatunuru yang pada dasarnya memilik kekuasaan sejak zaman dahulu di Taniwel Timur. Beberapa strategi dilakukan ketika mewawancarai informan yang berasal dari NGO yaitu, melalui Facebook Messenger

(12)

memberi kesan bagi informan bahwa penulis adalah adiknya atau dianggap sebagai adik.

Data Sekunder

Penelitian ini juga menggunakan data sekunder sebagaimana dokumentasi, studi pustaka, dan data yang diperoleh melalui internet. Dokumentasi berupa foto dalam tulisan ini agaknya sedikit, dikarenakan kebanyakan waktu dihabiskan penulis dalam melakukan aktivitas pertanian. Penulis hanya mendapat beberapa gambar melalui kamera milik adik bungsu penulis. Sementara dokumen lainnya melalui Rencana Strategis (RENSTRA) Jemaat Hatunuru-Matapa, kemudian digunakan penulis sebagai pegangan penting dalam memperkaya data lapangan. Studi kepustakaan dilakukan dengan mengangkat teori-teori identitas teritorial, dan juga resistensi. Sementara data-data terkait resistensi diperoleh melalui internet yakni, surat kabar online, dan media-media online (Youtube, Facebook, SaveMaluku, dan Change).

Analisis Data

(13)

efektif apabila penulis juga terlibat dalam kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat Hatunuru. Pada triangulasi teori, identitas teritorial kemudian dijadikan atau digunakan sebagai pisau dalam melakukan analisis berdasar pada interpretasi data dan pengalaman hidup penulis di Hatunuru.

Setelah melakukan triangulasi maka analisis data pun dilakukan sebagai kerangka penulisan laporan. Teknik analisa data interaktif kemudian dirasakan tepat dalam melakukan analisa data. Teknik tersebut sendiri berkenan pada reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan (Miles dan Huberman, 1992 dalam Pawito, 2007). Berikut tahap analisa data yang penulis lakukan, dapat dilihat pada tabel skema di bawah ini.

Gambar 3.2. Analisa Data Interaktif

Penarikan Kesimpulan

Berdasar pada hasil penelitian, maka penelitian ini menggunakan kajian identitas teritorial. Identitas teritorial mengangkat tema kosmologi, sumber nafkah, dan resistensi sebagai usaha

dalam melakukan pembangunan yang relevan di Hatunuru

Penyajian Data

Penulisan laporan sebagai hasil penelitian di Hatunuru sejalan dengan rumusan masalah

Reduksi Data

Mengambil data diperlukan, sejalan dengan rumusan masalah sebagai pertanyaan payung

Data yang lainnya tidak dibuang, tetapi disimpan untuk keperluan lain, atau belum

Gambar

Tabel 3.1 Rancangan Penelitian
Gambar 3.1 Skema Observasi Tidak Terlibat
Gambar 3.2. Analisa Data Interaktif

Referensi

Dokumen terkait

In order to overcome the problems faced by the students at X MIA 3 of SMA Batik 2 Surakarta in writing recount text, the teacher as a researcher proposed a solution to use

KPH Pemerintah Provinsi dipilih jika: 1) hutan lindung berada dalam satu satuan ekosistem yang bersifat lintas kabupaten dan 2) apabila pemanfaatan hutan lindung bersifat common

Persepsi Masyarakat Terhadap Kemampuan Tiga Jenis Tanaman Untuk Rehabilitasi Lahan Kritis di Bali / Resti Wahyuni dan Sentot Adi Sasmuko .- - Bogor : Pusat

gaya gravitasi dan akan menguras dan sebagai kadar air di bawah titik layu tidak dapat diekstraksi oleh akar tanaman, total air yang tersedia di daerah perakaran. adalah perbedaan

Menurut pendapat Sulistyawati (2011), selama kehamilan horman estrogen dan progesterone menginduksi perkembangan alveoli dan duktus laktiferus didalam payudara,

ditunjukan testee terhadap materi atau bahan yang diujikan. Pengolahan dan pengubahan skor mentah hasil tes hasil belajar menjadi nilai standar. Ada dua hal penting yang harus

Disemprotkan ( Jet Application of Fluid ), pada proses pendinginan dengan cara ini cairan pendingin disemprotkan langsung ke daerah pemotongan (pertemuan antara

Trasmisson merupakan paket pengiriman data atau komunikasi yang di kirimkan melalui sinyal yang di sediakan dari operator jaringan sedangkan TCP/IP (Transmission