IDENTITAS TERITORIAL
STUDI TENTANG IDENTITAS TERITORIAL
DI NEGRI HATUNURU
JOBERTH TUPAN
Satya Wacana University Press
Katalog Dalam Terbitan
303.48259852
Tup Tupan, Joberth
i Identitas Teritorial : Studi Tentang Identitas Teritorial di Negri Hatunuru / Joberth Tupan.-- Salatiga : Satya Wacana University Press, 2016.
xv, 105p. ; 24 cm.
ISBN 978-602-1047-53-8
1. Hatunuru (Indonesia)--Social life and customs 2. Social change--Hatunuru (Indonesia) 3. Hatunuru (Indonesia)--Economic conditions 4. Cross--Culture communication I. Title
© Joberth Tupan
All rights reserved. Save exception stated by the law, no part of this publication may be reproduced, stored in a retrieval system of any nature, or transmitted in any form or by any means electronic, mechanical, photocopying, recording or otherwise, included a complete or partial transcription, without the prior written permission of the author, application for which should be addressed to author.
Diterbitkan oleh:
iii
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
IDENTITAS TERITORIAL
STUDI TENTANG IDENTITAS TERITORIAL
DI NEGRI HATUNURU
T E S I S
Diajukan untuk memperoleh gelar Magister
di Universitas Kristen Satya Wacana.
Tesis ini telah dipertahankan dalam ujian Tesis
Program Pascasarjana Magister Studi Pembangunan
Universitas Kristen Satya Wacana,
pada hari Selasa, 9 Februari 2016, pukul 16.00 WIB
di Universitas Kristen Satya Wacana
Jalan Diponegoro 52-60 Salatiga
Oleh :
Joberth Tupan
Pembimbing :
Theofransus A Litaay, SH., LLM., Ph.D
Penguji :
v
PERSEMBAHAN
Karya ini penulis persembahkan kepada masyarakat
Hatunuru-Matapa, Ketua Majelis Jemaat Hatunuru-Matapa (Pendeta Roland
MOTTO
Father teach me will, always be fair. Mother used to
show me how to take care
.
(Rastaman Sunset – The Buccaneers)
TUHAN adalah terangku dan keselamatanku, kepada
siapakah aku harus takut ? TUHAN adalah benteng
hidupku, terhadap siapakah aku harus gemetar? Ketika
penjahat-penjahat menyerang aku untuk memakan
dagingku, yakni semua lawanku dan musuhku, mereka
sendirilah yang tergelincir dan jatuh. Sekalipun tentara
berkemah mengepung aku, tidak takut hatiku;
sekalipun timbul peperangan melawan aku, dalam hal
itupun aku tetap percaya.
vii
Kata Pengantar ... xiii
Abstrak ...xv
Bab 1 Pendahuluan ... 1
Latar Belakang ... 2
Alasan Memilih Identitas Teritorial Sebagai Fokus Kajian ... 4
Sistematika Penulisan ... 5
Bab 2 Hubungan Identitas Teritorial dan Resistensi ... 7
Teori Identitas ... 7
Ruang Lingkup Identitas Teritorial ... 9
Studi-Studi Terdahulu Tentang Identitas Teritorial ... 11
Kebijakan Pembangunan dan Resistensi ... 14
Kerangka Konseptual ... 17
Bab 3 Metode Penelitian ... 19
Hatunuru Dipilih Sebagai Lokasi Penelitian ... 19
Penggunaan Metode Penelitian Kualitatif ... 20
Rancangan Penelitian ... 21
Pendekatan Fenomenologi ... 22
Teknik Etnografi ... 23
Partisipan ... 24
Pengumpulan Data ... 25
Observasi ... 25
Data Sekunder ... 30
Analisis Data ... 30
Bab 4 Identitas Teritorial di Negri Hatunuru ... 33
Pulau Seram ... 33
Sekilas Mengenai Kabupaten SBB dan Kecamatan Taniwel Timur ... 35
Gambaran Umum Negri Hatunuru ... 37
Hatunuru Secara Etimologi ... 38
Struktur Pemerintahan Negri Hatunuru ... 40
Pendidikan di Hatunuru ... 41
Jemaat Hatunuru-Matapa ... 43
Kesehatan dan Fasilitas Kesehatan di Hatunuru ... 43
Hutan Sebagai “Dapur” ... 44
Potret Petani Hutan Wilayah Pesisir ... 49
Pertanian yang Monokultur ... 51
Pertanian Berbasis Solidaritas ... 54
Pertanian yang Berkenan pada Religio-Kosmis ... 56
Sistem Perekonomian di Hatunuru ... 57
Analisis Identitas Teritorial Masyarakat Hatunuru ... 59
Bab 5 Identitas Teritorial dan Resistensi Masyarakat Hatunuru ... 61
Munculnya Identitas Perlawanan di Hatunuru ... 61
Masyarakat Hatunuru Tidak Mengetahui ... 62
Referensi Masyarakat Hatunuru ... 64
Dominasi Elite SBB versus Identitas Teritorial ... 67
Sasi Adat Sebagai Resistensi Berbasis Identitas Teritorial ... 68
Resistensi Berbasis Solidaritas ... 72
Analisis ... 73
Intervensi NGO ... 74
Promosi Identitas Teritorial Melalui Media Online ... 75
Analisis Identitas Teritorial dan Resistensi ... 79
ix
Konsep Administrator ... 82
Penting Melakukan Internalisasi ... 83
Identitas Teritorial Sebagai Basis Pembangunan ... 84
Bab 6 Penutup ... 87
Kesimpulan ... 87
Kesimpulan pada Bab 4 ... 87
Kesimpulan pada Bab 5 ... 89
Benang Merah... 90
Rekomendasi Penelitian Lanjutan ... 90
Daftar Pustaka ... 93
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ... 18
Gambar 3.1 Skema Observasi Tidak Terlibat... 26
Gambar 3.2 Analisa Data Interaktif ... 31
Gambar 4.1 Peta Pulau Seram ... 35
Gambar 4.2 Peta Kabupaten SBB ... 36
Gambar 4.3 Jumlah Penduduk Kecamatan Taniwel Timur ... 37
Gambar 4.4 Peta Letak Hatunuru... 37
Gambar 4.5 Struktur Pemerintahan Negri Hatunuru ... 40
Gambar 4.6 SD Inpres Hatunuru ... 42
Gambar 4.7 POLINDES dan Air Keran ... 44
Gambar 4.8 Kosmologi Hutan Sebagai Modal Teritorial ... 45
Gambar 4.9 Pantai Hatunuru di Sore Hari ... 50
Gambar 4.10 Pantai Hatunuru di Siang Hari ... 50
Gambar 4.11 Tempat Pengolahan Sagu ... 51
Gambar 4.12 Hutan Kayu Putih ... 52
Gambar 4.13 Batang Kelapa Dijadikan Jembatan Alternatif ... 52
Gambar 4.14 Lemahnya Permintaan Kakao ... 53
Gambar 4.15 Solidaritas Petani dan Petani Cilik di Hatunuru ... 55
Gambar 5.1 Resistensi Berbasis Identitas ... 66
Gambar 5.2 Sasi Adat Sebagai Simbol Perlawanan ... 71
Gambar 5.3 Skema Promosi Identitas Secara Online ... 75
Gambar 5.4 Pernyataan Sikap Menolak Kelapa Sawit ... 77
Gambar 5.5 Penolakan Kelapa Sawit oleh Salah Seorang Tokoh Masyarakat ... 78
Gambar 5.6 Penolakan Kelapa Sawit oleh Salah Seorang Masyarakat ... 78
Gambar 5.7 Penolakan Kaum Perempuan ... 78
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Modal Teritorial Menurut OECD ... 10 Tabel 2.2 Biophilia Menurut Kellert ... 12 Tabel 3.1 Rancangan Penelitian ... 22 Tabel 3.2 Klasifikasi Informan Berdasar pada Topik Penelitian .. 24 Tabel 3.3 Observasi Terlibat dan Tidak Terlibat ... 25 Tabel 4.1 Tingkat Pendidikan Masyarakat Hatunuru dalam
DAFTAR KOTAK
Kotak 3.1 Memperkenalkan Diri ... 26
Kotak 3.2 Terlibat Pergaulan Sosial ... 27
Kotak 3.3 Keluarga Baru ... 28
Kotak 5.1 Identitas Defensif ... 72
xiii
KATA PENGANTAR
Studi identitas teritorial merupakan hasil pencarian panjang penulis dalam memaknai “apa itu identitas teritorial?”,“apa yang
menjadi fokus identitas teritorial ?”, “apa yang kemudian dibicarakan
dalam identitas teritorial ?” Sehingga, ketika data berhasil dihimpun melalui proses penelitian maka identitas teritorial kemudian dijadikan sebagai studi dalam tulisan ini. Dalam kajian identitas teritorial, integrasi menjadi pokok yang selalu dibahas, baik secara sosial, ekonomi, politik, dan budaya. Keseluruhan itu membentuk identitas teritorial. Salah satu kajian identitas teritorial, adalah dijadikan sebagai mobilisator integrasi etnis-etnis di Eropa. Sementara dalam kehidupan penulis sendiri, identitas teritorial ini terbentuk dan termanifestasikan melalui penyelesaian tesis ini, yang sejatinya adalah hasil integrasi sosial maupun etnis melalui kehidupan pribadi penulis, ide-ide pembimbing, para dosen Magister Studi Pembangunan, rekan-rekan sejawat, pergaulan sosial, dan kehidupan sebagai peneliti di Hatunuru.
Dengan demikian, penting mengucap syukur kepada Tuhan yang atas kasih-NYA, senatiasa memelihara kehidupan penulis sampai saat ini. Terima kasih kepada Tuhan yang telah memberi kesehatan dan berkat bagi kedua orang tua tercinta, papa Haster Tupan dan mama Ludia Tupan/Lesimanuaya. Proses pergumulan panjang telah diselesaikan melalui doa, dukungan, dan finansial, juga kasih sayang. Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Theofransus Litaay,
SH., LLM., Ph.D, yang kemudian sering penulis sapa “om Theo”, selaku
memberkati Pak Then dan Pak Pam. Ucapan terima kasih juga penulis persembahkan kepada para dosen Magister Studi Pembangunan, Pendeta Izhak Lattu, MA., Ph.D. Penulis juga mengucap banyak terima kasih kepada mbak Ayu dan mbak Raras, yang bersedia membantu penulis dalam urusan administrasi perkuliahan. Penulis juga mengucap banyak terima kasih kepada om Febry Tetelepta, yang telah banyak membantu penulis untuk dapat menempuh pendidikan lebih tinggi di UKSW.
Di Hatunuru sendiri, masyarakat Hatunuru sangat membantu dan sangat menanamkan nilai kekeluargaan. Sehingga pantaslah penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada, Pendeta Roland Latuputty, S.Si, Bapak Izak Latualia, Mama Poppy, Bapa Meki, Mama Ina, Karisty, dan masyarakat Hatunuru yang tidak disebutkan satu persatu. Teruslah membangun berdasar pada identitas teritorial yang sudah terpelihara sejak lama. Di Ambon, penulis ucapkan terima kasih untuk keluarga besar Tupan, keluarga Tetelepta, keluarga Lesimanuaya di Haruku, dan adik terkasih, Ronald Denlie Tupan, SH, juga tante Ida Tupan. Tuhan berkati keluarga penulis di tanah Maluku. Di Salatiga, penulis ucapkan terima kasih kepada rekan-rekan seangkatan di Magister Studi Pembangunan. Kepada teman-teman seangkatan di UKIM yang juga berada di Salatiga untuk melanjutkan kuliah pada program Magister berbeda dengan penulis, terkhususnya, Gress, Vando, dan Maryo. Juga kepada teman-teman kost-kostan, terkhususnya kakak Gregorius Anung. Terakhir, penulis mengucapkan terima kasih kepada Hetty Noya, M.Si, yang dengan cinta kasihnya yang besar mampu memberi semangat bagi penulis untuk menyelesaikan tesis ini dan selama sembilan tahun kebersamaan ini terjaga. Tuhan memberkati Hetty, Mama Au, Papa Elly, dan keluarga Noya.
Salatiga, Februari 2016
xv
ABSTRAK
Dalam tulisan ini, identitas teritorial dijadikan sebagai kajian perlawanan/resistensi berangkat pada studi kasus di Hatunuru. Dalam tulisan ini, penulis menghubungkan identitas teritorial dan resistensi. Resistensi terjadi karena kebijakan pemerintah Kabupaten Seram Bagian Barat untuk membuka perkebunan kelapa sawit di Kecamatan Taniwel Timur. Resistensi yang terjadi, berdasar pada identitas teritorial sebagai landasannya adalah; (1) berdasar pada kekuasaan adat; (2) religio-magis-kosmis memberi kesan pada terbentuknya etika pelestarian lingkungan; (3) solidaritas petani di Hatunuru menjadi agen resistensi sebagai social forces. Tulisan ini menggunakan pendekatan fenomenologi dan teknik etnografi, meskipun bukan sebagai penelitian etnografi. Tujuan penulisan ini adalah untuk menghubungkan identitas teritorial dan pengalaman resistensi agar dapat dijadikan referensi dalam menyusun program pembangunan di Hatunuru. Penulis telah menguji bahwa, identitas teritorial dan resistensi memiliki hubungan erat dengan sumber nafkah, berangkat pada pengalaman masyarakat Hatunuru yang menganggap hutan dalam kosmologi lokal sebagai
“dapur”, dan tidak ingin melepas lahan mereka untuk dijadikan
perkebunan kelapa sawit, kendati tawaran-tawaran menjadi karyawan apabila perkebunan sawit direalisasikan pun turut dikumandangkan.