• Tidak ada hasil yang ditemukan

KKA 12 HUKUM HAM PENEGAKAN SUPREMASI HUKUM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "KKA 12 HUKUM HAM PENEGAKAN SUPREMASI HUKUM"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

DISKUSI KELOMPOK (DK-12) B.S HUKUM DAN HAM

Kertas Karya Acuan

Tema Pendidikan : Ketahanan Pangan Dalam Rangka Kemandirian Bangsa.

I. Judul : Penegakan Supremasi Hukum Guna Ketahanan Pangan

Dalam Rangka Kemandirian Bangsa.

II. Variabel : Variabel-1 : Penegakan Supremasi Hukum

Variabel-2 :Ketahanan Pangan. Variabel-3 :Kemandirian Bangsa.

III. Pokok Permasalahan.

Secara konstitusional Negara Indonesia tegas dikatakan adalah negara hukum (Pasal 1 ayat 3 UUD 1945). Lebih lanjut dikatakan bahwa suatu negara dapat dikatakan sebagai negara hukum atau “rule of law” bilamana aturan hukum telah dijadikan sebagai aturan main (fair play) dalam peneyelenggaraan pemerintahan negara, terutama dalam memelihara ketertiban dan perlindungan terhadap hak-hak warganya. Secara teori hukum John Lock dalam bukunya “Second Tratise of Government” menguraikan ada tiga unsur minimal bagi suatu negara dikatakan negara berdasarkan hukum, yaitu :

1. Adanya hukum yang mengatur bagaimana

anggota masyarakat dapat menikmati hak asasi dengan damai.

2. Adanya suatu badan yang dapat menyelesaikan

(2)

3. Adanya badan yang tersedia atau diadakan untuk menyelesaikan sengketa yang timbul diantara sesama anggota masyarakat.1

Konsep ini menunjukkan bahwa bagi setiap negara yang menyatakan sebagai negara hukum haruslah mutlak sifatnya menghormati dan menjalankan supremasi hukum. Apa yang dimaksud dengan supremasi hukum. Dalam referensi dikatakan supremasi hukum adalah selingkuhan kata supremasi dan hukum yang berasal dari kata bahasa Inggris supremacy dan law, sehingga menjadi “supremacy of law”. Supremacy dapat diartikan “higest in degree or higest rank”, artinya berada pada tingkatan atau peringkat tertinggi atau juga “higest of authority” atau kekuasaan tertinggi. Menurut Soetandyo Wignjosoebroto (2002), supremasi hukum merupakan upaya untuk menegakkan dan menempatkan hukum pada posisi tertinggi yang dapat melindungi seluruh lapisan masyarakat tanpa adanya intervensi oleh dan dari pihak manapun, termasuk oleh penyelenggara negara. Oleh Carles Hermawan kiat ini disebut memposisikan hukum menjadi komando atau panglima (2003) , dan kemudian ia menjadi lebih populer supremasi hukum sama dengan menjadikan hukum sebagai panglima. Rumusan sederhana dari supremasi hukum adalah pengakuan dan penghormatan tentang superioritas hukum sebagai aturan main (rule of game) dalam seluruh aktifitas kehidupan berbangsa, bernegara, berperintah dan bermasyarakat yang dilakukan dengan jujur (fair play) transparan dan akuntabel.

Bagaimana kondisi penegakan supremasi hukum saat ini. Berdasarkan literatur angka kuantitas yang mencerminkan penegakan hukum dapat dilihat dari data-data di aparat penegak hukum di lingkungan Polri, misalnya seberapa besar jumlah kejahatan dan penyelesaiannya, bagaimana hasil penelitian tingkat kepercayaan masyarakat kepada Polri sebagai salah satu aparat penegak hukum dan lain-lain. Akan tetapi secara kualitas, dapat dilihat dari penuturan beberapa pakar maupun pejabat dibidang hukum sendiri, misalnya :

1. Wahyudin H. Hufron, mengatakan bahwa penegakan supremasi hukum di Indonesia ini semua sudah mahfum dan bukan rahasia umum lagi 1 ______, http://hukum-on.blogspot.com/2012/06/pengertian-supremasi-hukum-dan.html,

(3)

bahwa kondisinya merupakan barang yang langka dan mahal harganya, artinya penegakan supremasi hukum masih payah dan bahkan terindikasi pada titik nadir (2008).

2. Harkristuti Harkrisnowo, mengatakan bahwa kondisi penegakan hukum di Indonesia saat ini ditenggarai mendekati titik nadir, telah menjadi sorotan yang luar biasa dari komunitas dalam negeri maupun dunia internasional. Proses penegakan supremasi hukum acapkali dipandang bersifat diskriminatif, inkonstitusional dan mengkedepankan kepentingan kelompok tertentu (2008).

3. Hikmahanto (2006) mengatakan terdapat sekurang-kurangnya ada lima hal mengapa hukum di Indonesia sulit ditegakkan, dengan kata lain penegekan supremasi hukum di Indonesia sukar ditegakkan dikarenakan :

a. Aparat penegak hukum terbawa sangkaan dan dakwaan korupsi atau suap.

b. Mafia peradilan masih marak dituduhkan.

c. Hukum seolah dapat dimainkan, dipelintir bahkan berpihak kepada mereka yang memiliki status sosial tertentu.

d. Penegakan hukum lemah dan telah kehilangan kepercayaan

(Hasil Beberapa Institusi Melalui Penelitian Dan Survei)

N O

INSTITUSI HASIL

1 PERC INDONESIA TERBURUK NO. 2 DI ASEAN MASALAH KAM IDIVIDU SETELAH PHILIPINA

(2010)

2 KOMPOLNAS PENYIMPANGAN POLRI TERBESAR DIMATA PUBLIK MASALAH PENEGAKAN HUKUM :

72% (2009)

3 TII POLRI SEBAGAI INSTITUSI TINGKAT SUAP TERTINGGI (2009)

4 GCB POLRI MERUPAKAN LEMBAGA TERKORUP DI INDONESIA DENGAN INDEX 4.2 (2010)

5 MARKPLUS TINGKAT KEPUASAN MASYARAKAT ATAS PELAYANAN POLRI BARU 54,37% (2009)

6 STAF AHLI

KAPOLRI, LITBANG DAN

PTIK

(4)

7 PTIK PENINGKATAN KINERJA POLRI DITENTUKAN OLEH DUA VARIABEL YAITU PEMAHAMAN ANGGOTA ATAS PERUBAHAN PARADIGMA DAN PERANAN KEPEMIMPIAN (2002)

8 JSI TINGKAT KEPERCAYAAN MASYARAKAT KPD APARAT GAKKUM : TERBAIK POLRI :

58,2%, KPK : 53,8%, MA : 47,8%, MK : 47,3% DAN KEJAGUNG : 46,0%. TINGKAT KEPUASAN JUGA POLRI TERBAIK : 53,6%, KPK : 45,0%, MK : 43,5%, MA : 42,1% DAN KEJAGUNG : 41,1% (2011).

9 SSS LEMBAGA TERKORUP DI INDONESIA ADALAH DPR (2012)

Sumber : Bahan Paparan RBP Polri.

Tabel : 2

DATA KRIMINALITAS PER 4 JENIS KEJAHATAN TAHUN 2005-2009

NO JENIS KEJAHATAN JTP 2005 PTP JTP 2006 PTP JTP 2007 PTP JTP 2008 PTP JTP 2009 PTP

I. KEJAHATAN KONVENSIONAL

1 CURAT 34.270 15.180 43.135 20.678 45.089 23.929 48.130 21.796 48.347 23.067 2 CURAS 7.671 2.714 9.951 4.091 10.140 4.110 7.473 3.706 11.141 4.529 3 CURANMOR 45.316 2.637 30.615 3.642 32.042 4.467 19.304 4.092 39.673 5.510 4 ANIRAT 13.368 8.089 17.808 10.750 18.799 11.965 14.250 9.967 16.893 11.572 5 PERJUDIAN 11.329 11.141 10.258 10.274 10.911 10.091 9.770 8.834 12.825 13.347 6 PENIPUAN 19.051 8.314 20.207 6.446 19.686 7.824 19.787 8.792 27.276 11.728 7 PENGGELAPAN 13.326 5.920 16.524 7.770 17.281 7.918 13.893 7.651 17.847 9.395 8 PERUSAKAN 4.522 2.099 5.272 2.591 5.499 2.682 5.448 2.650 6.224 3.134 9 PERAS & ANCAM 3.749 1.843 4.816 2.266 4.438 2.741 4.099 2.587 5.537 3.176 10 PEMBUNUHAN 1.102 859 1.299 1.080 1.236 948 1.081 769 1.228 945 11 KEBAKARAN / PEMBAKARAN 3.085 1.031 3.107 2.451 2.508 1.552 2.505 1.622 2.683 1.738 12 PERKOSAAN 1.754 1.227 2.099 1.419 2.224 1.443 1.976 1.878 2.115 1.483 13 PALSU SURAT 1.603 798 1.985 729 2.003 953 1.902 874 2.629 1.425 14 PENCULIKAN 256 125 412 208 275 142 514 144 268 157 15 UANG PALSU 186 154 360 310 273 244 272 221 367 310 16 LAIN-LAIN - - - 119.501 72.480 JUMLAH 160.588 62.131 167.848 74.705 172.404 81.009 150.404 75.583 314.554 163.996

% PROSENTASE PTP 38,69 44,51 46,99 50,25 52,14

II. KEJAHATAN TRANS NASIONAL

1 NARKOBA 3.379 3.445 9.254 8.647 16.822 17.104 12.826 12.213 25.137 23.204 2 JUMLAH 3.441 3.471 9.331 8.702 17.289 17.436 13.148 12.447 25.685 23.617

% PROSENTASE PTP 100,87 93,26 100,85 94,67 91,95

III. KEJAHATAN THDP KEKAYAAN NEGARA

1 KORUPSI 160 92 322 107 228 159 371 188 436 175 2 ILEGAL LOGGING 2.706 2.117 3.711 2.407 3.382 2.827 2.387 1.856 2.934 2.570 3 ILEGAL FISHING 51 19 57 38 157 101 116 106 102 90 4 ILEGAL MINING 38 26 45 32 247 221 140 138 227 232 5 LINGKUNGAN HIDUP 30 17 24 32 109 84 17 9 33 31 6 FISKAL 14 10 21 16 81 45 3 3 1 1 7 BBM - - 206 158 168 134 689 630 552 573 8 PENYELUNDUPAN 153 109 41 48 26 24 16 10 33 20 JUMLAH 3.152 2.390 4.427 2.838 4.398 3.595 3.739 2.940 4.318 3.692

% PROSENTASE PTP 75,82 64,11 81,74 78,63 85,50

IV. KEJAHATAN IMPLIKASI KONTIJENSI

1 KERUSUHAN MASA 147 95 273 69 1.471 449 9 9 9 9 2 KONFLIK ETNIS 0 0 0 0 10 10 0 0 0 0 3 SEPARATISME 0 0 0 0 5 5 0 0 0 0 JUMLAH 147 95 273 69 1.486 464 9 9 9 9

% PROSENTASE PTP 64,63 25,27 31,22 100,00 100,00

TOTAL JTP-PTP 4 JENIS

KEJAHATAN 167.328 68.087 181.879 86.314 194.091 102.040 167.291 90.970 344.566 191.314

% PROSENTASE PTP 40,69 47,46 52,57 54,38 55,52

Sumber : Bareskrim Polri, 2010

KETERANGAN :

JTP : JUMLAH TINDAK PIDANA (CT) PTP : PENYELESAIAN TINDAK PIDANA (CC) % PTP : PROSENTASE PTP

(5)

as a tool of social control, sebagai alat kontrol sosial. (2) Law as a tool social engineering, sebagai alat untuk mereka yasa masyarakat. (3) Law as facilitation of social, sebagai fasilitas berinteraksinya berbagai interaksi sosial. (4) Law as a conflict social, sebagai jalan keluar atau penyelesaian konflik sosial. Dan (5) Law as a recruitment of emantipation, sebagai cara untuk memahami berbagai perbedaan atau pihak-pihak lain.2

Dalam tulisan ini juga dikemukakan teori akutualisasi hukum yang dikemukakan oleh Lawrance M. Friedman yang menyatakan bahwa keberhasilan penegakan supremasi hukum mensyaratkan berfungsinya semua komponen sistem hukum. Sistem hukum menurut Friedman ini ada tiga, yaitu: (1) Struktur Hukum, merupakan kerangka, bagian yang tetap bertahan (statis), bagian yang memberikan semacam bentuk dan batasan terhadap keseluruhan instansi penegak hukum atau aparat penegak hukum. (2) Substansi hukum, merupakan aturan-aturan atau norma-norma dan pola perilaku nyata manusia yang berada dalam sistem, termasuk produk yang dihasilkan oleh orang-orang yang ada dalam sitem hukum itu mencakup keputusan yang mereka lakukan atau aturan baru yang mereka susun. Jadi disini juga merupakan materi atau isi dari peraturan perundang-undangan tersebut. (3) Budaya hukum, merupakan gagasan, sikap, keyakinan, harapan dan pendapat tentang hukum, jadi disini melihat bagaimana budaya hukum masyarakat apakah patuh atau tidak patuh terhadap hukum. Di Indonesia struktur hukum ini adalah (1) Kehakiman, yang diatur berdasarkan kepada UU Nomor 4 tahun 2004 tentang Pokok-pokok Kekuasaan Kehakiman. (2) Kejaksaan, yang diatur berdasarkan UU Nomor 16 tahun 2004 tentang Kejaksaan. (3) Kepolisian, yang diatur berdasarkan UU Nomor 2 tahun 2002 tentang Polri dan (4) Advokat, yang diatur dalam UU Nomor 18 tahun 2003 tentang Advokat.

Apabila hal di atas dikaitkan dengan masalah pangan, khususnya UU NO. 7 Tahun 1996 tentang Pangan, maka dikatakan bahwa pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya menjadi hak asasi setiap rakyat Indonesia dalam mewujudkan SDM yang berkualitas untuk melaksanakan pembangunan nasional.3 Dikatakan bahwa pangan yang aman, bermutu,

bergizi, beragam, dan tersedia secara cukup merupakan persyaratan utama

(6)

yang harus dipenuhi dalam upaya terselenggaranya suatu sistem pangan yang memberikan perlindungan bagi kepentingan kesehatan serta makin berperan dalam meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah No. 68 Tahun 2002 Tentang Ketahanan Pangan dikatakan bahwa ketahanan pangan merupakan hal yang sangat penting dalam rangka pembangunan nasional untuk membentuk manusia Indonesia yang berkualitas, mandiri, dan sejahtera melalui perwujudan ketersediaan pangan yang cukup, aman, bermutu, bergizi dan beragam serta tersebar merata di seluruh wilayah Indonesia dan terjangkau oleh daya beli masyarakat.

Dari uraian fakta dan analis singkat di atas, maka tulisan kertas karya acuan ini merumuskan pokok permasalahannya adalah : Bagaimana penegakan supremasi hukum guna ketahanan pangan dalam rangka kemandirian bangsa ?.

IV. Pokok-Pokok Persoalan.

Berdasarkan uraian di atas dan rumusan okok permasalahan, maka pokok-pokok persoalan dan supremasi penegakan hukum ini adalah sebagai berikut :

1. Belum optimalnya struktur atau aparat penegak hukum dalam

melaksanakan tugas atau pengembanan sebagai penegak hukum. Hal

ini berkaitan dengan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap seluruh aparat penegak hukum yaitu Polisi, Jaksa, Hakim dan Pengacara atau advokat.

2. Masih adanya produk-produk hukum yang substansinya tidak atau

kurang berpihak kepada kepentingan masyarakat secara keseluruhan dalam meningkatkan kemaslahatan atau kesejahteraan umat manusia Indonesia. Hal ini berkaitan dengan peraturan perundang-undangan yang tumpang tindih, hukum yang dibawahnya bertentangan dengan hukum yang ada di atasnya, substansi tidak berpihak kepada kepentingan masyarakat kebanyak, tetapi kepada kelompok tertentu seperti misalnya keputusan impor barang seperti beras atau gula yang merugikan petani.

(7)

V. Pokok-Pokok Pemecahan Persoalan.

1. Kebijakan.

Untuk mewujudkan penegakan supremasi hukum guna ketahanan pangan dalam rangka kemandirian bangsa, maka kebijakan yang dirumuskan dalam KKA ini adalah “Percepatan reformasi struktur, instrumental dan kultur aparat penegak hukum menuju kepada pelayanan prima”.

2. Strategi.

Untuk mewujudkan kebijakan di atas maka strategi yang ditempuh adalah :

a.

Melakukan restrukturisasi kelembagaan aparat penegak hukum (Kemenkum HAM, Polri, Kejagung, Mahkamah Agung dan Pengacara) dengan maksud dan tujuan mendekatkan aparat penegak hukum dengan masyarakat dan berorientasi pemberian pelayanan yang prima.

b.

Reinventarisasi peraturan perundang-undangan yang substansi atau isinya belum sempurna, tidak terlalu berpihak kepada kepentingan masyarakat, bangsa dan negara ataupun saling bertentangan untuk dilakukan harmonisasi ulang, amandemen, penyempurnaan dan sosialisasi kepada publik secara masif, terencana dan terukur.

c.

Reformasi kultur hukum masyarakat melalui sosialisasi, edukasi, pendidikan dan pelatihan serta pengakan hukum yang tidak pilih kasih sesaui dengan peraturan perundang-undangan itu sendiri.

3. Upaya.

(8)

a. Kemenkumham, Polri, Kejagung dan MA melakukan restrukturisasi organisasi yang dapat dibantu oleh masyarakat sipil lainnya seperti LSM, kalangan Perguruan Tinggi, Lembaga R and D untuk mendekatkan organisasi aparat penegak hukum dengan masyarakat dan mampu memberikan pelayanan prima.

b. Pemilihan kepemimpinan tertinggi di lingkungan aparat penegak hukum harus dan mutlak dari pejabat karier profesional di bidangnya secara transparan dan akuntabel (walaupun hak prerogratif Presiden). Unsur kepemimpinan di lingkungan aparat penegak hukum haruslah bersih dan bersih, kondisi ini amatlah penting bagaikan peran jantung dalam kehidupan sebagai upaya menumbuhkan kepercayaan masyarakat, mengurangi politisasi dan mampu menciptakan kinerja yang sinergi dengan komponen lainnya (tidak ego sektoral).

c. Rekruitmen penegak hukum harus berbeda dengan aparat pemerintahan lainnya sebagai upaya mewujudkan aparat penegak hukum yang benar-benar bersih , tidak terkontaminasi KKN. Metode dapat dilakukan melalui lembaga atau organisasi atau panitia yang independent yang benar-benar transparan dan akuntabel serta tidak memiliki interest kepentingan kelompok, golongan, kecuali semata-mata untuk kebaikan negara dan bangsa.

d. Tiap-tiap kelembagaan aparat penegak hukum menyelenggarakan sistem pendidikan dan pelatihan yang benar-benar menjamin peningkatan moralitas sebagai aparat yang melayani dan profesionalis-me baik secara umum maupun tehnis dibidangnya. Pendidikan ini pada level tertentu dapat dilakukan secara sinergi bersama antar aparat penegak hukum sebagai upaya mewujudkan visi dan misi penegakan hukum yang sama untuk kepentingan bangsa dan negara.

(9)

Upaya strategi-2; Reinventarisasi peraturan perundang-undangan yang substansi atau isinya belum sempurna, tidak terlalu berpihak kepada kepentingan masyarakat, bangsa dan negara ataupun saling bertentangan untuk dilakukan harmonisasi ulang, amandemen, penyempurnaan dan sosialisasi kepada publik secara masif, terencana dan terukur.

a.

Kemenkumham, Civitas Akademi Perguruan Tinggi dan DPR maupun komponen lain membuat cetak biru atau design makro penjabaran Indonesia sebagai negara hukum.

b.

Kemenkumham dan setiap aparat penegak hukum melakukan inventarisasi peraturan perundang-undangan sesuai dengan hirarkhi peraturan perundang-undangan yang diatur dalam UU No. 12 Tahun 2011 Tentang Tata Cara Pembentukan Perauran Perundang-undangan. Apabila ada yang tidak sinkron segera dilakukan perbaikan melalui amandemen, perbaikan atau penyempurnaan, pembatalan, harmonisasi. Seperti misalnya Perda yang bertentangan dengan Peraturan Menteri atau UU dn lain-lain segera untuk dibatalkan.

(10)

penggerak efektifitasnya kehidupan berbangsa, bernegara, berperintah dan bermasyarakat.

d.

Segala kebijakan dalam bentuk peraturan perundang-undangan haruslah melalui proses Tata Pengambilan Keputusan Berkewenangan (TPKB) sebagaimana diatur dalam Sistem Manajemen Nasional. Artinya sudah melalui proses input pada Tata Kehidupan Masyarakat (TKM) dan Tata Politik Nasional (TPN), sehingga produk hukum yang dihasilkan dapat diterima sebagai sistem nilai dari bagian sistem nilai kemasyarakatan yang bermamfaat.

Upaya Strategi 3; Reformasi kultur hukum masyarakat melalui sosialisasi, edukasi, pendidikan dan pelatihan serta pengakan hukum yang tidak pilih kasih sesaui dengan peraturan peundang-undangan itu sendiri.

a.

Kemendiknas menerapakan kembali pendidikan sejak dini kepada para pelajar yang muatannya masalah etika atau budi pekerti yang pada dasarnya mengajarkan tentang betapa pentingnya menghargai nilai-nilai kehidupan bersama untuk patuh terhadap hukum pada umumnya, seperti sikap sopan santun di depan umum, berlalu lintas dan beretika dalam keluarga.

(11)

terhadap pelaku kriminal menjadi pemahaman yang lebih luas, yaitru bahwa penegakan supremasi hukum merupakan tanggung jawab setiap orang dewasa yang cakap secara pribadi hukum (perzoonlijk).

c.

Memberdayakan masyarakat untuk ikut serta menegakan supremasi hukum melalui pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat secara bersama (gotong royong) melalui kelompok-kelompok sadar hukum (Pokdarkum), kelompok sadar kamtibmas, pos kamling dan lain-lain.

Jakarta, 29 Juli 2012. Peserta PPRA XLVIII/ 2012,

Zulkarnain.

Nomor ururt absen : 82 Lampiran :

Gambar

Tabel : 1KONDISI POLRI  DIMATA PUBLIK
Tabel : 2DATA KRIMINALITAS PER 4 JENIS KEJAHATAN TAHUN 2005-2009

Referensi

Dokumen terkait

Proses kerja redirect server dijelaskan pada gambar 2.18, redirect server berfungsi sebagai perantara dan membelokkan panggilan, bilamana alamat yang dipanggil oleh user agent

Tujuan penelitian ini adalah menentukan persamaan regresi untuk esti- masi penjualan tenaga listrik di Jawa Tengah tahun 2010 menggunakan mo- del regresi robust estimasi-GS

Peneliti menetapkan objek dalam penelitian ini adalah Proses Bimbingan pada klien anak yang mendapatkan Pembebasan Bersyarat yang dilakukan oleh pembimbing kemasyarakatan

Bersama surat ini kami ingin mengajukan klaim atas Bangunan kami yang terbakar pada. Hari Sabtu, tgl dd mm yyyy jam xx:xx WIB, dengan Polis

Pengaruh Kualitas Pelayanan dan Iklan terhadap Loyalitas Konsumen dalam Menggunakan Kartu Seluler simPATI (Studi Kasus Mahasiswa Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas

Peristiwa Lumpur panas Sidoarjo merupakan suatu fenomena geologi yang menimbulkan keluarnya semburan lumpur, dimana akan berpengaruh terhadap kondisi fisik lingkungan

Pengobatan kencing nanah atau penyakit gonorrhea untuk kasus yang berat biasanya menimbulkan masalah disuria, frekuensi buang air kecil yang tinggi, uretritis,

Dari persamaan regresi ganda di Tabel 8 dapat diketahui bahwa besarnya hubungan variabel independen terhadap kualitas pelayanan adalah sebagai berikut: manajemen strategi sebesar