• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perspektif Alkitabiah tentang Kesabaran dan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Perspektif Alkitabiah tentang Kesabaran dan "

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

ALASAN-ALASAN

UNTUK

BERSABAR

(Y

AKOBUS

5:7-11)

PENDAHULUAN

Di dalam kehidupan bersama, di mana saja, baik itu di rumah, di persekutuan gereja

ataupun di kehidupan masyarakat, kita pasti bertemu dengan orang pembuat masalah yang merugikan atau menyakitkan kita. Mungkin dia tidak sengaja membuat masalah, mungkin juga dilakukan dengan sengaja, tetapi esensinya sama: dia merugikan dan menyakitkan kita. Kita tidak bisa mengelakan diri dari orang-orang semacam ini, karena setiap orang yang bersama dengan kita bisa menjadi orang yang merugikan dan menyakitkan kita.

Dalam menghadapi orang yang berlaku merugikan, Alkitab menasihatkan agar kita bersabar

Karena itu, saudara-saudara, bersabarlah sampai kepada kedatangan Tuhan! Sesungguhnya petani menantikan hasil yang berharga dari tanahnya dan ia sabar sampai telah turun hujan musim gugur dan hujan musim semi. Kamu juga harus bersabar dan harus meneguhkan hatimu, karena kedatangan Tuhan sudah dekat! Saudara-saudara, janganlah kamu bersungut-sungut dan saling mempersalahkan, supaya kamu jangan dihukum. Sesungguhnya Hakim telah berdiri di ambang pintu. Saudara-saudara, turutilah teladan penderitaan dan kesabaran para nabi yang telah berbicara demi nama Tuhan. Sesungguhnya kami menyebut mereka berbahagia, yaitu mereka yang telah bertekun; kamu telah mendengar tentang ketekunan Ayub dan kamu telah tahu apa yang pada akhirnya disediakan Tuhan baginya, karena Tuhan maha penyayang dan penuh belas kasihan. (Yakobus 5:7-11 TB)

ARTI DARI BERSABAR

Menurut Kamus Merriem-Webster’s Collegiate Dictionary kesabaran berarti kapasitas atau kemampuan untuk menanggung berbagai rasa sakit atau ujian dengan tenang, tanpa komplain; memperlihatkan ketenangan meski dapat provokasi; tidak terburu-buru atau mengikuti perasaan dalam bertindak; tetap bertahan meski ada perlawanan, kesukaran, dan

tantangan.

Dalam teks Yunaninya, kata yang diterjemahkan bersabar di sini adalah makrothumeo, yang menurut Ron Blue merupakan gabungan dari kata makro, panjang dan tymos,

kondisiemosional, sehingga secara harafiah berarti panjang pikiran atau jiwa dengan

gagasan utama mengatur timer kondisi emosional seseorang agar berlangsung lama. 1 Di dalam Septuaginta (yakni, PL dalam bahasa Yunani) kata ini merupakan terjemahan dari

(2)

ungkapan Ibrani ’erekh ’appayim, panjang hidung. Karena kemarahan ditandai oleh nafas

yang cepat dan pendek lewat hidung, maka artinya menjadi lambat marah. Awalnya

orang memahaminya sebagai tawakal, pasrah, penyerahan diri resignation) atau

penerimaan yang terpaksa forced acceptance), lalu berkembang dengan nuansa

penundaan suatu aksi procrastination , dan kapasitas untuk berdiri teguh meski ada kesukaran dan perlawanan (endurance).

Jika memperhatikan bagaimana istilah makrothumeo itu digunakan dalam Alkitab, maka terlihat bahwa kesabaran dilakukan karena adanya harapan pasti akan pertolongan Tuhan bagi jalan keluar yang benar dan menyenangkan hati Tuhan.

Dari sini bisa didapat gagasan bahwa dalam kesabaran terdapat perasaan susah karena

adanya kesukaran yang dialami; reaksi yang mestinya segera dilakukan adalah marah atau tindakan pembalasan terhadap orang yang membuat masalah, tetapi dengan kesadaran dan bukan karen keterpaksaan, reaksi negatif itu ditahan dan konsekuensinya tetap

menanggung kesukaran dengan segala dampak yang menyertainya, namun dengan harapan pasti akan campur tangan Tuhan bagi jalan keluar yang berkenan di hati-Nya.

Nasihat untuk bersabar inilah yang diberikan dalam Yakobus 5:7-11 kepada para buruh upahan yang mendapat perlakuan tidak adil oleh majikan mereka yang jahat. Di dalam nats sebelumnya (Yak 5:1-6) terlihat bahwa para buruh telah bekerja keras sampai ladang orang kaya itu menghasilkan tuaian, namun upah mereka ditahan. Mereka tidak bisa berbut apa-apa, dan malah mendapat tekanan, ancaman, hukuman, bahkan pembunuhan. Reaksi terhadap perlakuan tidak adil ini adalah marah dan membalas, tetapi ini tidak bisa dilakukan karena mereka tidak berdaya. Apa yang bisa dilakukan adalah saling menyalahkan di antara mereka. Dalam kondisi ini Rasul Yakobus menasihati agar berasabar, dan tidak melakukan tindakan reaktif di atas.

A

LASAN

-

ALASAN UNTUK

B

ERSABAR

Nasihat firman Tuhan untuk bersabar bukan berarti membiarkan atau mau mempertahankan permasalahan ketidakadilan dengan segala penderitaan yang diakibatkannya. Nasihat untuk bersabar dimaksudkan untuk menghindarkan

berkembangnya permasalahan, dan justru menjadi langkah bagi penyelesaian masalah tanpa masalah.

Yakobus memberikan tiga alasan untuk bersabar, yakni: (1) Kita bersabar karena Tuhan Pasti Datang Menolong (5:7-8); (2) Kita bersabar karena penghakiman pasti terjadi; dan (3) Kita bersabar karena pemberian besar menanti.

KITA BERSABAR KARENA TUHAN PASTI DATANG MENOLONG (YAK. 5:7-8)

(3)

Perhatikan perintahnya: Bersabarlah sampai kepada kedatangan Tuhan! Jelas terlihat bahwa sikap untuk bersabar bukan berarti membiarkan permasalahan terus berlangsung. Kesabaran itu ada batasnya. Apa? Batasnya adalah sampai kepada kedatangan Tuhan! Tuhan Pasti Datang Menolong

Penafsiran pada umumnya terhadap frase he parousia tou Kuriou, kedatangan Tuhan, ini menekankan aspek eskatologisnya, yakni kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kalinya. Memang benar. Tuhan Yesus pasti datang ke bumi untuk kedua kalinya (Yoh. 14:3; Kis. 1:11; dan Why. 22:20) untuk menyelamatkan umat-Nya (Mat. 24:21-31), dan untuk

melakukan penghakiman (1Kor. 4:5). Ketika datang, bersama-sama dengan para kudus-Nya, Ia akan menghakimi dunia berdosa: Setiap orang akan menghadap Tahta Putih-Nya untuk mempertanggungjawabkan setiap perbuatannya. Penghukuman kekal dijatuhkan atas orang yang menolak bertobat dari dosa dan tidak mau beriman kepada-Nya selagi hidup di bumi (Why. 20:11-15).

Untuk orang yang berpaling Nya, yakni bertobat dari dosa dan beriman kepada-Nya, serta bertekun menanti-nanti dan merindukan kedatangan-kepada-Nya, Ia menjanjikan

Mahkota Kebenaran (2Tim. 4:8), dan Mahkota Kehidupan bagi mereka yang bertahan dalam pencobaan (Yak. 1:12), dan Mahkota Abadi bagi mereka yang berhasil berdisiplin untuk jadi pemenang (1Kor. 9:25). Selain itu juga disediakan Mahkota Sukacita bagi para pemenang jiwa (1Tes. 2:19), Mahkota Kemuliaan bagi mereka yang menggembalakan domba-domba-Nya dengan baik (1Pet. 5:4). Ini diberikan pada hari Pengadilan Kristus ketika Ia

menghakimi orang-orang percaya (2Kor. 5:10).

Sungguh pada kedatangan Tuhan yang kedua kali keadilan dan kebenaran ditegakkan-Nya secara penuh, karena )a akan menerangi, juga apa yang tersembunyi dalam kegelapan, dan Ia akan memperlihatkan apa yang direncanakan di dalam hati Kor. : . Karena itu kedatangan Tuhan untuk kedua kalinya sangat dinanti-nantikan oleh setiap orang beriman pada-Nya.

Namun demikian, dalam konteks Yakobus ini, pesan pragmatis kekinian dari klausa bersabar sampai kepada kedatangan Tuhan terasa cukup kuat. Artinya, peristiwa yang diungkapkan dengan klausa bersabar sampai kepada kedatangan Tuhan ini juga merupakan janji penyelesaian terhadap masalah yang sedang terjadi. Kasus Ayub yang dijadikan contoh dalam kasus ini menguatkan adanya aspek pragmatis ini, karena kesabarannya berakhir dengan pemulihan yang dilakukan Tuhan yang terjadi selagi dia masih hidup. Berakhirnya penderitaan Ayub tidak terjadi pada kedatangan Tuhan kedua kalinya, tetapi ketika ia masih hidup di mana bahkan kedatangan pertama Tuhan belum terjadi.

(4)

dikaitkan dengan tindakan Tuhan dalam menjawab seru doa permohonan orang yang berharap penuh hanya kepada-Nya.

Gagasan bersabar ini paralel dengan gagasan menanti-nantikan kedatangan TUHAN yang kerap terlihat dalam Perjanjian Lama. Ketika umat TUHAN tengah mendapat ancaman yang nyata dari musuh atau dari orang fasik yang datang sebagai akibat kejahatan atau dosa mereka kepada TUHAN, mereka berseru-seru mencari wajah TUHAN, satu-satunya tempat pertolongan dan perlindungan, mengaku segala dosa, bertobat, dan berharap pada rahmat TUHAN agar DIA membela dan melepaskan mereka (Mzm. 130). Berdasarkan keyakinan pada kasih, rahmat, dan kesetiaan-Nya, umat TUHAN berpasrah diri kepada-Nya, berdiam diri dan berlaku setia di negeri dengan keyakinan bahwa TUHAN pasti bertindak

memberikan pertolongan (Mzm. 37:5). Mereka tidak berani bertindak sendiri-sendiri, tetapi menanti-nantikan TUHAN untuk menolong mereka (Mzm 37:34).

Berdiam dirilah di hadapan TUHAN dan nantikanlah Dia … Mzm 3 : a .

Nantikanlah TUHAN! Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu! Ya nantikanlah TUHAN! (Mzm. 27:14).

Nantikanlah TUHAN dan tetap ikutilah jalan-Nya, maka Ia akan mengangkat engkau untuk mewarisi negeri, dan engkau akan melihat orang-orang fasik dilenyapkan (Mzm 37:34).

Jadi, perintah Alkitab agar kita bersabar sampai kepada kedatangan Tuhan bisa dipahami secara eskatologis, yakni kedatangan Tuhan Yesus kedua kalinya. Namun demikian pertolongan bisa di dapat tanpa harus menunggu kedatangan Tuhan kedua kali, karena perintah untuk bersabar itu memiliki nilai pragmatis kekiniannya, yakni perintah untuk tunduk di bawah tangan-Nya yang kuat seraya menanti-nantikan kedatangan-Nya untuk intervensi dalam memberikan pertolongan di saat mengalami kesusahan, kepahitan, dan ketidakadilan.

Karena itu, rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktunya. Serahkanlah segala kekuatiranmu kepa-Nya sebab Ia

yang memelihara kamu Pet. : , .

Tuhan Pasti Datang

Bersabar sampai kepada kedatangan Tuhan bukanlah merupakan tindakan spekulasi untung-untungan. Firman Tuhan memperlihatkan bahwa pertolongan Tuhan bagi orang yang bersabar menanti-nantikan kedatangan-Nya adalah pasti. Kasus kesabaran petani merupakan pembanding bagi kepastian pertolongan Tuhan.

Sesungguhnya petani menantikan hasil yang berharga dari tanahnya dan ia sabar sampai telah turun hujan musim gugur dan hujan musim semi.

(5)

suatu penuaian, merupakan dua peristiwa yang amat penting bagi hasil yang baik. Jadi para petani menunggu hingga sekitar tujuh bulan untuk mendapatkan hasil yang terbaik. Dari segi waktu itu cukup lama, dan dari para petani dituntut kesabaran yang tinggi sampai genap waktunya.

Penantian para petani akan kedua musim itu bukan merupakan tindakan yang sia-sia atau untung-untungan. Kedua musim hujan itu secara alami pasti terjadi, karena telah menjadi siklus alami, mengikuti perputaran planet bumi terhadap matahari atau terhadap bulan. Kepastian bakal datangnya kedua jenis musim hujan itu memberikan jaminan pasti bakal adanya hasil panen yang terbaik.

Pelajaran yang bisa diambil dari perumpamaan ini adalah bahwa jika kedatangan musim hujan itu saja bisa diandalkan, bagaimana dengan Si Pembuat dan Pengatur Musim itu sendiri? Tentu saja Allah yang mengatur musim jauh lebih dapat diandalkan. Jika

kedatangan musim hujan saja bisa diharapkan, bagaimana dengan Allah, Si Pembuat hujan? Tentu saja Dia sangat bisa diharapkan.

Karena itu, berbahagialah orang yang menanti-nantikan TUHAN, yang bersabar sampai kedatangan Tuhan, mereka pasti mendapatkan pertolongan yang terbaik dari TUHAN. Dia tidak pernah mengecewakan orang yang setia berharap kepada-Nya (Luk. 18:7). TUHAN adalah baik bagi orang yang berharap kepada-Nya, bagi jiwa yang mencari Dia Rat. : .

KITA BERASABAR KARENA TUHAN PASTI MENGAWASI (YAK. 5:9)

Saudara-saudara, janganlah kamu bersungut-sungut dan saling mempersalahkan, supaya kamu jangan dihukum. Sesungguhnya Hakim telah berdiri di ambang pintu.

Di masyarakat Indonesia beredar peribahasa yang berbunyi sudah jatuh, tertimpa tangga

lagi! Ini ditujukan kepada orang yang tidak bijaksana dalam menanggapi bencana yang dialaminya, sedemikian rupa sehingga dia mendapat musibah baru yang diakibatkan oleh

ketidakbijaksanaannya itu. Celakanya, kita semua sering ketimpa tangga, sesudah jatuh.

Alasan kedua untuk bersabar adalah agar kita, sesudah jatuh, tidak tertimpa tangga lagi! Mendapat perlakuan tidak adil dan bahkan penghinaan merupakan pengalaman yang menyakitkan. Namun demikian, lebih menyakitkan lagi kalau kita kena hukuman oleh karena salah menanggapi perlakuan yang menyakitkan itu. Karena itu kita harus berhati-hati dalam merespons kejatuhan kita, karena tanggapan yang salah mempunyai

konsekuensinya tersendiri. Reaksi yang Harus Dihindarkan

Agar kita terhindar dari penghukuman sebagai akibat kesalahan dalam menanggapi

perlakuan tidak adil, Rasul Yakobus menasihati agar kita jangan bersungut-sungut dan saling mempersalahkan, yang merupakan terjemahan dari mh stenazete. Di tempat lain

dalam Terjemahan Baru LAI istilah stenazeteumumnya diterjemahkan sebagai keluh

kesah. Beberapa versi menterjemahkannya sebagai complain[ mengungkapkan rasa sakit

(6)

dsb, KJV], dan grumble[ protes, N)V]. Pada dasarnya istilah stenazeteitu berarti keluh

kesah, ratapan, rintihan, protes, ungkapan jengkel, marah, dan kebencian terhadap yang lain

sebagai akibat keadaan yang tidak diinginkan.

Reaksi demikian memang wajar dan masuk akal bagi dunia. Jika mengalami peristiwa yang tidak diinginkan, terlebih lagi bila hal itu disebabkan oleh orang lain, kita cenderung mencari kambing hitam dan melampiaskan segala kesalahan kepada orang lain. Kita juga cenderung merasa bahwa satu-satunya yang dihasilkan oleh sebuah petaka adalah kesakitan dan kehancuran.

Namun demikian, di mata Tuhan tidak demikian. Bagi-Nya, peristiwa tidak diinginkan yang menimpa kita menjadi alat-Nya untuk memurnikan dan mendewasakan kita (Yak. 1:2-4; 1Pet. 1:6-7). Dia tidak berdiam diri. Dia turut bekerja dalam segala perkara untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana-Nya Rm. 8: 8 .

Itulah sebabnya mengapa kita tidak boleh marah-marah atau bersungut-sungut dan tidak bisa menerima kenyataan pahit yang tengah kita alami. Masalahnya itu juga berarti merupakan kemarahan, sungut, dan penolakan terhadap Tuhan yang tengah mengerjakan kebaikan lewat kenyataan pahit itu.

Sungut-sungut Israel di padang gurun merupakan contoh. Air pahit di Mara ternyata merupakan ujian dari TUHAN (Kel. 15:22-26). Peristiwa sungut-sungut terhadap nasib buruk mereka di Tabera ternyata mengakibatkan penghukuman (Bil. 11:1-3). Reaksi buruk mereka terhadap laporan dari dua belas pengintai ternyata dipandang sebagai penistaan terhadap TUHAN (Bil 14:11). Ada banyak lagi kasus. Intinya, sungut dan penolakan

terhadap kenyataan pahit ternyata merupakan sungut dan penolakan terhadap Tuhan yang tengah mengerjakan kebaikan lewat kenyataan pahit itu.

Karena itu, hindarkanlah reaksi negatif berupa sungut-sungut, keluh kesah, marah-marah, cari kambing hitam, dan sebagainya terhadap kenyataan pahit yang kita alami. Kenapa? Karena Allah tengah mengerjakan kebaikan lewat peristiwa itu bagi kita; Ia sedang merubah bencana menjadi pahala, merubah kutuk jadi berkat!!

Karena itu, bersabarlah dan bertekunlah dalam menghadapi setiap kenyataan pahit. Tersenyumlah dan bergembiralah di dalam Tuhan. Percayalah bahwa Dia itu baik dan sungguh amat baik!!

Hakim Berdiri di Ambang Pintu

Alasan mendasar untuk menghindarkan reaksi destruktif dan saling menyalahkan terhadap kenyatan pahit yang kita alami adalah karena ada Hakim yang mengawasi kita. Dia bertugas untuk menilai dan memutuskan mana yang benar dan mana yang salah dari perbuatan kita. Perbuatan yang dinilai-Nya benar akan diberikan pujian bagi yang melakukannya,

(7)

Jelas bahwa hakim yang dimaksudkan di sini adalah Yesus Kristus, Tuhan (1:1) yang segera datang (5:7) untuk kedua kalinya guna menghakimi orang yang hidup dan yang mati (1Kor. 4:5; Mat. 25:31-46). Dikatakan bahwa Dia tengah berdiri di ambang pintu dan siap untuk memberikan penghukuman. Artinya, kedatangan-Nya untuk menghakimi sudah amat dekat, pasti, dan segera.

Namun perlu dicatat bahwa aspek eskatologis ini harus diimbangi oleh aspek pragmatis kekinian. Artinya, penghukuman atas orang yang berbuat dosa bukan berarti hanya terjadi pada akhir zaman ketika Tuhan datang untuk kedua kalinya. Tuhan tidak berdiam diri di atas sana melihat manusia seenaknya berbuat dosa. Tegas sekali dinyatakan bahwa Tuhan pasti menghukum orang yang berbuat dosa.

Ada banyak contoh kasus yang memperlihatkan bahwa penghukuman ilahi atas orang berdosa juga terjadi sebelum akhir zaman ini, terjadi ketika si pendosa itu masih hidup. Kain merupakan contoh nyata: dia dikutuk karena membunuh Habel, adiknya (Kej. 4:11-14). Nadab dan Abihu terbunuh karena tidak menghormati kekudusan TUHAN (Im. 10:1-8). Karena tidak menghormati hamba TUHAN, Nabi Musa, Miriam terkena kusta (Bil. 12). Kasus lainnya, Korah, Dathan dan Abiram (Bil 16), Uza (2Sam. 6:6-7; 1Taw. 13:6-10), Akhan, Samson, Saul, dan Daud dan Bathseba. Juga raja-raja kapir dihukum karena dosa mereka seperti Nebukadnezer dan Beltsazar.

Catatan dalam Perjanjian Baru memang berfokus pada Kristus Yesus dan jemaat-Nya dalam konteks untuk menyelamatkan manusia dari murka Allah atas segala kefasikan dan

kelaliman manusia (Rm 1:16-18). Namun ganjaran tetap diberikan atas pelaku dosa. Ananias, Saphira (Kis 5:1-11), dan Herodes Agrippa (Kis 12:21-23) yang mati

menggenaskan karena berdosa terhadap Tuhan merupakan contoh. Berbagai kelemahan, sakit penyakit, dan bahkan kematian yang menimpa jemaat di Korintus oleh karena tidak menghormati Perjamuan Kudus merupakan contoh lainnya (1Kor. 11:28-31).

Contoh dari masa kini banyak. Di sebuah kota tertentu ada seorang ibu muda, kaya raya, dan cantik, namun kini ia sudah meninggalkan dunia karena breast cancer: dia tidak mau berhenti mengingkari perjanjian pernikahannya. Di kota lain juga ada seorang bapak yang mati menggenaskan oleh karena menghina isterinya dengan cara hidup kumpul kebo. Ada juga pasangan yang secara tragis kehilangan puteri kesayangan mereka.

Jadi, Sang Hakim sekarang ini berdiri di ambang pintu. Ia pasti dan segera datang.

Penghukuman tanpa pandang bulu pasti dijatuhkan atas setiap pelanggaran (1Pet. 1:17). Bentuk hukuman beragam, mulai dari kelemahan tubuh hingga kematian. Dan itu tidak harus menunggu sampai kepada kedatangan-Nya yang kedua kali.

Karena itu, selagi kesempatan masih ada, bertobat dan tekun berharap pada anugrah kemurahan Tuhan yang tersedia dalam karya salib Kristus merupakan jalan keselamatan. Jangan sia-siakan kesabaran TUHAN, karena maksudnya agar kita bertobat dan

(8)

Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi ia sabar terhadap kamu, karena ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat (1Pet. 3:9).

Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan

mengampuni segala dosa kita dan menyucikn kita dari segala kejahatan. … hal-hal ini kutuliskan kepada

Sekali lagi, jika Anda telah banyak berbuat dosa, ingatlah konsekuensi tengah menunggu waktunya!! Selagi kesempatan masih ada, bertobatlah dan harapkanlah dengan penuh iman akan kemurahan Tuhan.

Tetapi sekarang juga, demikianlah firman TU(AN, berbaliklah kepada-Ku dengan segenap

hatimu, dengan berpuasa, dengan menangis, dan dengan mengaduh. Koyakkanlah hatimu

dan jangan pakaianmu, berbaliklah kepada TUHAN, Allahmu, sebab Ia pengasih dan

penyayang, panjang sabar dan berlimpah kasih setia, dan ia menyesal karena hukuman-Nya (Yoel 2:12-13).

… sesaat saja )a murka, tetapi seumur hidup )a murah hati; sepanjang malam ada

tangisan, menjelang pagi terdengar sorak sorai Mzm. 3 :

KITAB BERSABAR KARENA TUHAN PASTI MEMBERKATI (YAK. 5:9)

Saudara-saudara, turutilah teladan penderitaan dan kesabaran para nabi yang telah berbicara demi nama Tuhan. Sesungguhnya kami menyebut mereka berbahagia, yaitu mereka yang telah bertekun; kamu telah mendengar tentang ketekunan Ayub dan kamu telah tahu apa yang pada akhirnya disediakan Tuhan baginya, karena Tuhan maha penyayang dan penuh belas kasihan.

Menarik sekali …!! Kita bersabar bukan sekedar untuk menanti-nantikan pertolongan dari atas; kita bersabar juga bukan sekedar untuk menghindarkan diri agar tidak dihukum Tuhan. Kita juga bersabar karena Tuhan menjanjikan berkat berlimpah bagi mereka yang membutuhkan.

Orang yang Bersabar Berbahagia

Banyak orang bilang bahwa menunggu merupakan pengalaman yang paling

menjengkelkan. Namun jika yang kita nanti-nantikan adalah Tuhan, maka menunggu kedatangan-Nya merupakan keputusan yang paling bijaksana. Dengan tegas Rasul Yakobus menyatakan bahwa mereka yang telah bertekun disebut berbahagia. Sesungguhnya kami menyebut mereka berbahagia, yaitu mereka yang telah bertekun.

Tentu saja yang dimaksudkan oleh Yakobus dengan makarizo, berbahagia, di sini bukan

(9)

diterjemahkan sebagai diberkatilah! Perasaan senang dan bahagia pasti ada sebagai hasil dari berlimpahnya curahan berkat tersebut.

Ini bisa diilustrasikan dengan seseorang siswa yang, selagi masih masa sekolah, tekun belajar. Karena ketekunannya ia memiliki kualitas hidup yang baik. Teman-teman, guru, orang tua, dan lainnya pasti menilai sang siswa ini sebagi menjanjikan! Artinya dia pasti bakal menjadi orang sukses dan berhasil dalam hidupnya; sukses oleh karena kualitas hidup yang dimilikinya.

Kesaksian Ayub: Berkat Berlimpah

Apakah berkat-berkat yang dicurahkan itu? Jika memperhatikan Yakobus 1:12, di situ Tuhan menjanjikan mahkota kehidupan.. Tentu saja maksudnya bukan kehidupan kekal, karena kehidupan kekal dianugerahkan Tuhan kepada kita karena iman kepada Tuhan Yesus Kristus, dan itu bukan hasil usaha atau hasil perbuatan (Yoh. 3:16; Ef. 2:8,9). Yang dimaksud di sini adalah mahkota kehidupan, yang bakal diberikan kepada kita sebagai hasil usaha dan perbuatan kita. Dan memang stephanos, yang diterjemahkan sebagai mahkota

di sini, pada zaman dulu merupakan sesuatu yang dijalin melingkar untuk dikenakan pada kepala sebagai mahkota untuk menghormat, meninggikan, memuliakan para pemenang suatu perlombaan.

Ketika menghakimi orang percaya, Tuhan Yesus akan memberikan mahkota kehidupan ini kepada orang yang mengasihi Dia, yakni yang tetap bertahan dan dan berdiri teguh dalam imannya meski telah mendapat berbagai-bagai pencobaan (2Kor. 5:10). Mahkota itu merupakan harta terindah yang akan dipersembahkan kepada Dia yang duduk tahta (Why. 4:10) yang layak menerima segala hormat, pujian, dan kemuliaan (Why. 4:11).

Namun demikian, upah dari kesabaran itu ternyata juga diberikan selagi kita masih hidup, meskipun bukan berupa mahkota. Ayub merupakan contoh nyata. Secara rohani, dia dikenal sebagai orang yang saleh dan jujur; ia takut akan Allah dan menajuhi kejahatan (Ay. 1:1). Setelah anak-anaknya mengadakan pesta, Ayub memanggil dan menyucikan mereka, lalu paginya ia mempersembahkan korban bakaran, karena ia takut anak-anaknya telah berbuat dosa dan mengutuk Allah dalam hati mereka (Ay. 1:4-5).

Selain itu, ia juga menjadi orang yang terkaya di daerahnya. Ia mempunyai tujuh anak lelaki dan tiga anak perempuan. Ternaknya juga banyak. Ia memiliki tujuh ribu ekor kambing domba, tiga ribu ekor unta, lima ratus pasang lembu, lima ratus keledai betina dan budak-budak dalam jumlah yang sangat besar (Ay. 1:3).

(10)

Dalam kondisi demikian, sepantasnya Ayub menjadi marah dan bersungut-sungut terhadap TUHAN, karena tanpa alasan dia mengalami kesusahan itu (Ay. 2:3). Namun demikian, Alkitab mencatat bahwa Ayub tidak tergoda melakukan dosa dan ia tidak menuduh Allah berbuat yang kurang patut atasnya (1:22). Meskipun isterinya marah dan mencela

kesetiaan Ayub pada TU(AN, tapi dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dengan bibirnya terhadap TUHAN (Ay. 2:8).

Ayub tetap bertekun! Dan apa yang akhirnya disediakan Tuhan baginya? TUHAN memberikan kepadanya dua kali lipat dari segala kepunyaannya dahulu (Ay. 42:10). Ia mendapat empat belas ribu ekor kambing domba, enam ribu unta, seribu pasang lembu, dan seribu ekor keledai betina (Ay. 42:12). TUHAN juga mengaruniakan kepadanya tujuh anak lelaki dan tiga anak perempuan yang kecantikan mereka tidak tertandingi di seluruh negeri (Ay. 42:13-15). Selain itu, ia juga dikaruniakan umur panjang sehingga bisa melihat

keturunannya yang ke empat (Ay. 42:16).

KESIMPULAN

Jadi, ketika dalam kesehari-harian kita menemui orang yang merugikan atau menyakitkan kita, sikap yang harus kita ambil terhadap orang itu adalah bersabar. Kita harus bersabar secara eskatologis karena kedatangan Tuhan kali kedua bersifat pasti dan segera, karena penolakan terhadap panggilan untuk bersabar pasti mendatangkan kerugian atau hukuman, dan karena ada mahkota surgawi yang akan diberikan.

Secara pragmatis kekinian, kita bersabar oleh karena Tuhan akan menolong orang yang tekun menanti-nantikan Dia, oleh karena kita akan dihakimi lalu dihukum dan kita akan dilimpahkan berkat yang amat berlimpah.

Referensi

Dokumen terkait

“ Ketika kita sudah berikan yang terbaik mungkin kita merasa hasil yang kita dapat tak sempurna, berarti itu ada hal yang harus kita koreksi yang telah Dia rancangkan untuk

Jadi dapat disimpulkan bahwa agama adalah kepercayaan kepada Tuhan yang dinyatakan dengan mengadakan hubungan dengan Dia melalui upacara, menyembah dan permohonan,

Salah satu pihak laki-laki yang diwawancarai oleh peneliti menyatakan bahwa dia pernah mengalami pembatalan nikah dengan kekasihnya karena adanya larangan menikah dengan rumah

Seorang muslim yang berserah diri atau bertawakkal kepada Allah atas apa yang dialaminya akan merasa yakin bahwa sesuatu yang diberikan oleh Allah kepada pasti yang

Sebagaimana janji Allah kepada Abraham, bahwa dia akan mendapatkan keturunan yang sangat banyak untuk terus menghidupkan perjanjian Tuhan yang telah

Dia inginkan yang terbaik bagi kita, dan oleh karena yang terbaik ditemukan di dalam kasih, anda dan saya harus berjalan dalam kasih agar dapat menerima yang terbaik dari

Yang dilarang itu yang menduakan Tuhan seperti halnya kita berobat, anjuran Islam itu berobat kepada ahlinya. Contoh ke Dokter kan Dokter itu dia mempelajari,

dalam enam masa, hal ini dijelaskan dalam Al- Qur‟an sebanyak tujuh kali “ Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah Yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia