• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Konsentrasi Air Kelapa terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) = The Effect of Coconut Water’s Concentration on Growth and Yield of White Oyst

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Konsentrasi Air Kelapa terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) = The Effect of Coconut Water’s Concentration on Growth and Yield of White Oyst"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

4 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jamur Tiram

Klasifikasi dari jamur tiram dapat dilihat sebagai berikut:

Super Kingdom: Eukaryota

Kingdom : Myceteae (Fungi)

Divisio : Amastigomycota

Sub Divisio : Basidiomycotae

Kelas : Basidiomycetes

Ordo : Agaricales

Familia : Agaricaceae

Genus : Pleurotus

Spesies : Pleurotus spp. (Alexopolous, 1962 lihat Djarijah. N. M dan Djarijah. A. B, 2001).

Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) tergolong kedalam jamur pangan yang tudungnya berbentuk setengah lingkaran seperti pada cangkang tiram dan pada bagian tengah tudung terdapat cekungan. Pada tubuh buah jamur tiram memiliki batang yang berada di posisi pinggir tudung (bahasa Latin: Pleurotus), selain itu juga bentuk dari jamur ini menyerupai tiram (Ostreatus), maka dari itu jamur tiram memiliki nama binomial yaitu Pleurotus ostreatus (Muljowati, 2015).

Jamur tiram mempunyai banyak manfaat dalam bidang kesehatan antara lain dapat mencegah penyakit yaitu diabetes mellitus, tumor, kanker, dan kolesterol darah.

(2)

5 Jamur tiram mengandung berbagai macam nutrisi, berikut nutrisi jamur tiram per 100 gram (Djarijah dan Djarijah, 2001):

Zat Gizi Kandungan

Kalori (Energi) 367 kal

Protein 10.5-30.4 %

Karbohidrat 56.6 %

Lemak 1.7-2.2 %

Thiamin 0.20 mg

Riboflavin 4.7-4.9 mg

Niacin 77.2 mg

Ca (kalsium) 314.0 mg

K (kalium) 3793.0 mg

P (fosfor) 717.0 mg

Na (natrium) 837.0 mg

Fe (besi) 3.4-18.2 mg

Tabel 2.1 Kandungan Nutrisi Jamur Tiram

Jamur tiram tergolong tumbuhan yang saprofit, yang berarti jamur ini memperoleh makanan dengan cara memanfaatkan sisa-sisa bahan organik, selain itu jamur tiram juga tergolong tumbuhan yang tidak berklorofil, yang berarti jamur tiram tidak bisa mengolah makananya sendiri (Susilawati dan Raharjo, 2010). Pileus dan stipe atau stalk adalah dua bagian dalam tubuh buah jamur tiram yang berarti secara berturut-turut adalah tudung dan tangkai. Tudung dari jamur tiram pada bagian bawah dari tudung ini berlapis menyerupai insang, berwarna putih susu, memiliki garis tengah

(3)

6 Dinding sel jamur tiram berasal dari zat kitin dan sel jamur tiram berupa sel eukariotik, tidak memiliki spora, dan tidak memiliki klorofil. Sel dari jamur tiram dapat membentuk benang yang bersekat atau tidak bersekat (septum). Dasar dari sel jamur adalah hifa, kemudian hifa ini akan mengumpul menjadi satu dan disebut sebagai miselium (Djarijah dan Djarijah, 2001).

Gambar 2.1 Jamur Tiram (Sumber:

https://i2.wp.com/www.satujam.com/wp-content/uploads/2015/04/ekonomi.kompasiana.com_.jpg?resize=640%2C457)

Berdasarkan morfologi hifa, hifa dibedakan menjadi 2 yaitu hifa septum dan tidak. Hifa yang berseptum memiliki datu inti dan disebut sebagai hifa monositik. Hifa yang tidak memiliki septum memiliki inti banyak dan disebut sebagai hifa senositik (Roosheroe dkk, 2014).Hifa ini akan menyatu membentuk jaringan yang disebut dengan

miselium atau sekumpulan hifa (Djarijah dan Djarijah, 2001).

(4)

7 Basidiomycota mempunya 3 macam hifa dalam hidupnya yaitu hifa primer, sekunder dan tersier:

1. Hifa primer: hifa yang terbentuk dari suatu basidiospora yang jatuh pada tempat yang sesuai, kemudian spora tersebut akan tumbuh menjadi hifa yang memiliki inti banyak, lalu terbentuk septum atau sekat yang menghasilkan satu inti. Hifa demikian disebut dengan hifa yang homokariotik atau hifa primer.

2. Hifa sekunder: hifa homokariotik yang kompatibel akan saling mendekat,

yang masing-masing intinya adalah + dan -. Kemudian hifa tersebut bersentuhan dan terjadi lisis dinding sel, sehingga terjadi hubungan

sitoplasma. Lalu hifa + akan masuk ke hifa – dan kemudian membelah diri. Anak inti yang terbentuk akan bergerak lewat pori septum atau sekat sampai seluruh bagian hifa tadi mempunyai dua inti yaitu inti + dan inti -. Hifa yang memiliki initi + dan – ini disebut hifa sekunder atau heterokariotik

3. Hifa tersier: pembentukan hifa tersier terjadi oleh ikatan sejumlah hifa dikariotik yang membentuk semcam tangkai yang pada bagian ujungnya akan membentuk lamella dengan basidium yang membawa basidiospora (Roosheroe dkk, 2014).

Perkembangbiakan secara aseksual yaitu melalui spora atau sporangiospora berkecambah menjadi hifa baru. Terbentuknya kuncup atau tonjolan kecil yang keluar dari sel yang kemudian akan membesar. Kemudian diikuti dengan pembelahan sel inti, lalu setelah terbagi terbentuklah sekat atau dinding sel baru di antara sel induk dengan sel anak dan akhirnya akan memisahkan diri. Perkembangbiakan secara seksual yaitu dimulai dari 2 hifa somatik yang berdekatan, lalu membentuk jalur perkawinan yang berkembang menjadi besar dan akhirnya membentuk zigot. Zigot berkecambah membentuk hifa baru (Suriawiria, 1986).

Perkembangbiakan secara aseksual yaitu melalui spora atau sporangiospora berkecambah menjadi hifa baru. Terbentuknya kuncup atau tonjolan kecil yang keluar

(5)

8 2.1.1Syarat Tumbuh Jamur Tiram

1. Suhu

Pada suhu 25°C hingga 30°C miselium akan tumbuh optimal, sedangkan untuk pembentukan tubuh buah jamur, suhu yang dikehendaki adalah 18°C hingga 20°C (Djarijah dan Djarijah, 2001).

2. Tingkat keasaman atau pH

pH yang dikehendaki oleh miselum ini adalah 5,5 hingga 6,5. Pertumbuhan miselium dapat terhambat apabila kondisi pH terlalu asam atau

terlalu basa. Pada pembentukan tubuh buah, kondisi keasaman agak netral yaitu pada pH 6,8 hingga 7,0 (Djarijah dan Djarijah, 2001).

3. Kelembaban

Pertumbuhan miselium membutuhkan kelembaban udara yaitu 65% hingga 70%. Dengan kadar air sekitar 60% miselium jamur akan tumbuh dengan baik. Pertumbuhan tunas dan tubuh buah akan tumbuh optimal pada kelembaban udara 80% hingga 85%. Jika kelembaban dibawah 80% maka tunas dan tubuh buah mengalami gangguan absorbsi nutrisi yang akan berakibat kekeringan (Djarijah dan Djarijah, 2001).

4. Aerasi

Jamur tiram akan tumbuh optimal tanpa terkena sinar matahari langsung, selain itu juga pada lingkungan yang teduh dan sirkulasi udara yang lancar dengan angin spoi-spoi basah karena membutuhkan oksigen sebagai senyawa pertumbuhan atau bisa dikatakan semi anaerob. Oksigen juga akan mendukung pertumbuhan dari jamur, maka perlu adanya sirkulasi udara yang lancer, namun jika oksigennya terbatas akan mengganggu dalam pembentukan tubuh buah yaitu tubuh buah yang dihasilkan akan kecil dan abnormal (Djarijah dan Djarijah, 2001).

5. Cahaya

Dalam keadaan gelap miselium akan tumbuh optimal, sedangkan tubuh

(6)

9 6. Nutrisi

Salah satu faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan jamur tiram adalah ketersediaan nutrisi antara lain air, karbon, nitrogen, vitamin, dan unsur mineral. Air berguna sebagai kelancaran transportasi yaitu untuk kelancaran aliran partikel kimia antar sel, sedangkan karbon yang digunakan untuk sumber energi, nitrogen digunakan dalam sintesis protein, purin, dan pirimidin, vitamin digunakan sebagai katalisator, unsur mineral yang dibutuhkan adalah unsur makro dan mikro. Unsur makro yaitu P, K, Ca, Mg

dan lain-lain, sedangkan unsur mikro antara lain Zn, Cu, dan lain-lain (Djarijah dan Djarijah, 2001).

2.1.2 Media Jamur Tiram (Serbuk Kayu)

Serbuk kayu sengon merupakan media yang pada umunya digunakan untuk media tanam jamur tiram karena serbuk kayu ini tergolong serbuk kayu yang keras, tidak mengandung getah, tidak mengandung minyak serta bahan kimia lainnya. Serbuk kayu sengon memenuhi syarat sebagai media tumbuh karena mengandung komponen kimia selulosa yang mencapai 49,7%, dimana kadar selulosa adalah bahan yang diperlukan dalam pertumbuhan jamur tiram (Reyeki, 2013).Menurut Nurafles, Arifin, dan Ernita (2015), secara alamiah jamur tiram putih mempunyai kemampuan memproduksi enzim, dimana enzim ini dapat mengurai kandungan selulosa dan lignin.

Hemiselulosa bertujuan untuk menyusun dinding sel. Selulosa dan hemiselulosa setelah diuraikan akan berubah menjadi lebih sederhana, dimana kedua unsur ini akan berubah menjadi glukosa dan air. Lignin tahan terhadap penguraian mikroba, oleh karena itu kayu yang mengandung lignin yang tinggi tidak disarankan digunakan karena akan menghambat pelapukan kayu oleh mikroba (Hamdiyatidkk, 2012).

Menurut penelitian Nurafles, Arifin, dan Ernita (2015), pemberian berbagai komposisi media yaitu 100% serbuk gergaji kayu dan 0% jerami padi mampu meningkatkan pertumbuhan dan hasil jamur putih. Selain itu juga disarankan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik agar menggunakan komposisi yaitu serbuk gergaji

(7)

10 2.2 Air Kelapa

Air kelapa adalah salah satu produk dari tanaman yang masih dapat dimanfaatkan dalam peningkatan pertumbuhan tanaman. Air kelapa ini sering sekali dibuang oleh pedagang di pasar. Hasil penelitian menunjukan bahwa air kelapa mengandung 2 hormon yaitu hormon auksin dan hormon sitokinin, dimana sitokinin ini berperan dalam pembelahan sel banyak mengandung, selain itu juga mengandung Kalsium (Ca), Natrium (Na), Magnesium (Mg), Ferum (Fe), Cuprum (Cu), Sulfur (S), gula dan protein (Suryanto, 2009 lihat Tiwery, 2014).

Menurut Morel (1974) lihat Karimah, Purwanti, dan Rogomulyo (2013), air kelapa mengandung hormon sitokinin (5,8 mg/l), hormon auksin (0,07 mg/l), dan

sedikit hormone giberelin. Menurut Darmawan dan Baharsjah (2010), hormon adalah suatu zatyang dibentuk dalam suatu bagian dari tanaman, yang kemudian akan mempengaruhi bagian lain dari tanaman. Hormon merupakan senyawa organik yang dalam konsentrasi rendah akan memberikan efek fisiologis (Gardner, 1991). Sedangkan menurut Salisbury dan Ross (1995), hormon tumbuhan adalah senyawa organik yang akan memberikan respon fisiologis dalam konsentrasi yang sangat rendah, dimana senyawa ini disintesis di salah satu bagian dari tumbuhan yang kemudian dipindahkan ke bagian lain.

Zat tumbuh yang pertama kali ditemukan adalah auksin (Darmawan dan Baharsjah, 2010). Auksin mula-mula ditemukan oleh Darwin pada tahun 1897 melalui percobaan pengaruh phototropisme terhadap koleoptil, dimana saat penyinaran dilakukan pada koleoptil ternyata ujungnya melengkung kearah datangnya sinar matahari hal ini menunjukan bahwa ada sesuatu yang mengontrol kegiatan tersebut (Abidin, 1983). Istilah auksin pertama kali digunakan oleh Frits Went. Auksin yang ditemukannya kini diketahui sebagai asam indol asetat (IAA) (Fahmi, 2014).

Pengaruh hormon auksin adalah pada perpanjangan dan pembesaran sel (Darmawan dan Baharsjah, 2010). Hormon auksin berperan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan. Pengaruh fisiologis dari auksin adalah sebagai berikut:

1. Pemanjangan sel: 2. Tunas ketiak 3. Absisi daun.

(8)

11 Respon dari auksin dapat mengalami persaingan untuk mendapatkan peletakan pada tempat kedudukan dari penerima yaitu pada saat konsentrasi yang. Sehingga menyebabkan kurang efektifnya gabungan tersebut dan akan akan berakibat menghambat pertumbuhan (Gardner, 1991).

Sitokinin mula-mula ditemukan oleh Gottlieb Haberlandt pada tahun 1913, dengan menemukan suatu senyawa yang dapat memacu pembelahan sel yang menghasilkan kambium gabus dan memulihkan luka pada umbi kentang yang terpotong, dimana senyawa tersebut terdapat didalam jaringan pembuluh berbagai jenis

tumbuhan (Salisbury dan Ross, 1995). Hormon sitokinin mempengaruhi kemampuan tanaman untuk dapat mengendalikan penuaan daun, bunga, dan buah (Rajiman, 2012).

Selain itu, hormon ini juga dapat mempercepat dalam pembelahan sel, membantu pertumbuhan tunas dan juga pertumbuhan akar (Darmawan dan Baharsjah, 2010). Sitokinin alami dihasilkan pada jaringan yang tumbuh dengan aktif yaitu terutama pada akar, embrio, dan buah (Fahmi, 2014).

(9)

12 2.3 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, model hipotetik, dan tinjauan pustaka maka diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut:

1. Pemberian air kelapa berpengaruh terhadap hasil jamur tiram putih.

2. Konsentrasi air kelapa 10% merupakan konsentrasi yang optimal dalam meningkatkan hasil jamur tiram putih.

2.4 Definisi dan Pengukuran Variabel

 Umur panen per panen dihitung mulai dari muncul tubuh buah hingga panen per panen. Dihitung dalam satuan hari.

 Interval panen dihitung dengan cara menghitung selisih tanggal antara panen pertama dengan kedua, kemudian panen kedua dengan ketiga dan seterusnya. Dihitung dalam satuan hari.

 Diameter tudung buah diukur saat panen dengan penggaris melewati pusat jamur secara vertikal yaitu saat tudung membuka sempurna. Diukur dalam satuan centimeter (cm).

 Panjang tangkai tudung buah diukur saat panen dengan penggaris melewati pusat jamur hingga pangkal cabang (tidak termasuk bonggol atau akar jamur). Diukur dalam satuan centimeter (cm).

Gambar

Tabel 2.1 Kandungan Nutrisi Jamur Tiram
Gambar 2.1 Jamur Tiram (Sumber: https://i2.wp.com/www.satujam.com/wp-

Referensi

Dokumen terkait

dalam merangsang berat tubuh buah jamur adalah perlakuan dengan media. akasia yaitu dengan rata-rata 0,416 kg dan ini tidak berbeda nyata

Daya simpan jamur tiram putih (JTP) sendiri mudah sekali rusak setelah dipanen. Hal ini disebabkan jamur tiram putih memiliki kadar air cukup tinggi, maka perlu

Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jamur konsumsi yang saat ini cukup populer dan banyak digemari masyarakat karena rasanya lezat dan

Interaksi antara media klaras dan jerami dengan penambahan air kelapa pada jumlah tubuh jamur tiram putih diperoleh nilai F hitung < F tabel (3.610 < 4.543)

Perlakuan macam media tidak memberikan pengaruh nyata pada berat tubuh buah jamur pada panen II, hal ini disebabkan pada masa panen kali ini penambahan nutrisi yang tersedia

Hasil penelitian menunjukkan bahwa takaran sukrosa berpengaruh terhadap tinggi batang semu dan jumlah tubuh buah jamur tiram putih tetapi tidak berpengaruh terhadap jumlah

Air kelapa yang diberikan terhadap media tanam (baglog jamur) dapat memberikan berat basah jamur per baglog yang lebih berat dibuktikan oleh Pemberian air kelapa

Bekatul Sebagai Media Tanam Budidaya Jamur Tiram Putih ( Pleurotus.. 38 ostreatus) dengan Penambahan Serbuk Serbuk Sabut Kelapa (Cocos nucifera). Yayasan Pustaka