Direktorat Pembinaan Pendidikan dan Pelatihan
Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Pendidikan Paket Pembelajaran BERMUTU
Better Education Through Reformed Management and Universal Teacher Upgrading
PANDUAN PENGELOLAAN
LEARNING JOURNAL
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
Dalam rangka mengimplement asikan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 t ent ang Guru dan Dosen, Ment eri Pendidikan Nasional melalui Direkt orat Jenderal Peningkat an Mut u Pendidik dan Tenaga Kependidikan (Dit j en PMPTK) melaksanakan Program Bet t er Educat ion t hrough Ref or med Management and Universal Teacher Upgrading (BERMUTU) yang dimulai pada t ahun 2008 sampai t ahun 2013 yang dilaksanakan di 75 Kabupat en/ Kot a di 16 provinsi. Program BERMUTU bert uj uan unt uk meningkat kan mut u pembelaj aran sebagai dampak peningkat an kompet ensi, kualif ikasi, dan kinerj a guru. Salah sat u komponen st rat egis Program BERMUTU unt uk mencapai t uj uan t ersebut adalah penguat an peningkat an mut u dan prof esional guru secara berkelanj ut an.
Besarnya j umlah guru yang belum memenuhi kualif ikasi minimal S1/ D4 menj adi dasar pemikiran unt uk memberdayakan Kelompok Kerj a Guru (KKG) yang mewadahi guru SD dan Musyawarah Guru Mat a Pelaj aran (MGMP) yang mewadahi guru bidang st udi di SMP. Pada Program BERMUTU, peningkat an kompet ensi guru akan dit ingkat kan dengan memberdayakan KKG dan MGMP sehingga mampu menyelenggarakan berbagai kegiat an pengembangan prof esional guru t ermasuk pendidikan dan pelat ihan yang t erakredit asi bagi guru yang belum memiliki Ij azah S1/ D4.
Paket Pembelaj aran Model BERMUTU t elah dikembangkan unt uk dimanf aat kan sebagai perangkat ut ama dalam proses pendidikan dan pelat ihan t erakredit asi bagi guru di KKG/ MGMP. Paket Pembelaj aran Model BERMUTU yang dirancang dengan mengint egrasikan pendekat an penelit ian t indakan kelas, lesson st udy, dan st udi kasus, diharapkan dapat memandu guru-guru unt uk melakukan kaj ian krit is t erhadap proses pembelaj aran yang dilaksanakan, memperbaiki dan mengembangkan kurikulum pembelaj arannya, sert a memprakt ekkan pembelaj aran yang baik berdasarkan met ode PAKEM dan st rat egi pembelaj aran inovat if lainnya.
Paket Pembelaj aran Model BERMUTU dikembangkan dengan melibat kan sej umlah widyaiswara dari P4TK, dosen LPTK, guru, kepala sekolah dan pengawas sekolah, sert a mengint egrasikan berbagai masukan dari prakt isi lapangan dan nara sumber ahli dari LPTK. Dengan Paket Pembelaj aran Model BERMUTU, beragam kegiat an pengembangan prof esional guru di KKG/ MGMP dapat dilaksanakan secara akt if .
Penghargaan dan t erima kasih set inggi-t ingginya disampaikan kepada semua pihak yang t elah t erlibat dalam pengembangan Paket Pembelaj aran Model BERMUTU ini yang dikoordinasikan oleh Direkt orat Pembinaan Diklat , Dit j en PMPTK. Semoga Paket Pembelaj aran Model BERMUTU ini dapat bermanf aat bagi guru-guru dan komunit as pendidikan pada umumnya, sehingga pada akhirnya dapat t ercapai cit a-cit a luhur peningkat an kualit as pendidikan di t anah air.
Jakart a, 2 Sept ember 2009 Direkt ur Pembinaan Pendidikan dan Pelat ihan
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
Kat a Pengant ar . . . i
Daf t ar Isi . . . vii
Pendahuluan . . . 1
Tuj uan . . . . . . 1
Kegiat an Belaj ar 1 . . . 2
A. Pengant ar . . . 3
B. Tuj uan . . . 7
C. Bahan, Alat dan Sumber Belaj ar . . . 7
D. Lampiran . . . 7
E. Langkah Kegiat an . . . 8
F. Bahan Bacaan unt uk Fasil it at or dan Pesert a . . . 13
Kegiat an Belaj ar 2 . . . 19
A. Pengant ar . . . 20
B. Tuj uan . . . 20
C. Bahan, Alat dan Sumber Belaj ar . . . 21
D. Lampiran . . . 21
E. Langkah Kegiat an . . . 22
F. Bahan Bacaan unt uk Fasil it at or dan Pesert a . . . 25
Daf t ar Ruj ukan . . . 34
Kegiat an Belaj ar 3 . . . 35
A. Pengant ar . . . 35
B. Tuj uan . . . 36
C. Bahan, Alat dan Sumber Belaj ar . . . 36
D. Lampiran . . . 37
E. Langkah Kegiat an . . . 37
F. Bahan Bacaan unt uk Fasil it at or dan Pesert a . . . 40
Pendahuluan
Paket Pembelajaran BERMUTU merupakan program inovatif untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran melalui kegiatan-kegiatan kelompok kerja guru,
kepala sekolah dan pengawas sekolah. Program ini berjalan di 75 kabupaten/kota di
16 propinsi di Indonesia dengan harapan kegiatan program ini dapat dijadikan model
pengembangan profesional yang sistematis bagi KKG dan MGMP di seluruh
Indonesia.
Ada dua Paket Pembelajaran BERMUTU, yaitu Paket Pembelajaran Bidang
Ilmu untuk guru SD dan SMP, serta Paket Pembelajaran Manajemen untuk kepala
sekolah dan pengawas sekolah.
Tujuan
Terdapat tiga tujuan utama dari program BERMUTU
• Meningkatkan kompetensi guru, kepala sekolah, dan pengawas sekolah untuk memperbaiki kualitas pembelajaran
• Memberikan kontribusi pada peningkatan kualifikasi para peserta melalui pemberian angka kredit kepada mereka yang berhasil menyelesaikan
program ini
• Memberikan kontribusi pada peningkatan kualitas sistem pengembangan tenaga profesional melalui tersedianya program kelompok kerja guru, kepala
sekolah, dan pengawas sekolah yang dapat diterapkan, sistematis, dan
Kegiatan Belajar 1 :
Bagaimana Menerbitkan
Learning Journal
pada Kelompok
Kerja Guru, Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah?
Unit 1 :
Pengenalan Karakteristik
Learning Journal
yang baik
Waktu :
4 jam (4x50 menit)
A.
Pengantar
Kualitas Sekolah dapat diukur dari aspek pengelolaannya yang profesional,
fasilitas (sarana dan prasarana) pembelajaran yang memadai, sumber daya
yang profesional serta mutu lulusan yang diakui oleh masyarakat. Kualitas
sekolah juga dapat diukur dari seberapa banyak penelitian yang telah
dilakukan oleh para gurunya, karya-karya intelektual yang dihasilkan, seperti
alat peraga dan sejauh mana tulisan-tulisan ilmiah (artikel) yang sumbangkan
gurunya untuk kemajuan pendidikan. Selanjutnya, karya tulis ilmiah, artikel,
buku dan berbagai tulisan ilmiah lainnya menjadi sangat signifikan apabila
tulisan tersebut dikutip atau dijadikan referensi oleh pendidik dan tenaga
kependidikan lainya. Dilihat dari sisi lain, tulisan, artikel dan karya tulis ilmiah
menjadi bagian penting bukan saja bagi penulisnya (dalam rangka
peningkatan kualitas diri sebagai pengajar), tetapi terlebih bagi
rekan-rekanya. Tradisi ilmiah berupa penerbitan jurnal ilmiah menurut Robby
Hidayat (2001) memiliki sumbangan yang positif, yakni membangun tradisi
Kehadiran jurnal ilmiah diprediksi akan memberikan kontribusi positif dalam
pengembangan disiplin akademik di bidang ilmu pengetahuan, teknologi dan
seni. Pentingnya jurnal sudah disadari oleh perguruan tinggi. Hanya saja,
masalah-masalah klasik yang dihadapi seperti pendanaan, pengelolaan
(manajemen penerbitan) serta susatainbilitasnya. Pengelolaan penerbitan
jurnal di bidang pembelajaran di sekolah atau kelompok kerja guru, kepala
sekolah dan pengawas sekolah akan menghadapi problematika tersendiri.
Guru-gutu di sekolah dasar dan sekolah menengah pertama masih belum
berpengalaman atau belum pernah menerbitkan dan mengelola Learning Journal. (Jurnal ilmiah pada umumnya berkembang di perguruan tinggi).
Penerbitan Learning Journal dimaksudkan dengan banyak tujuan. Bagi tenaga pengajar berfungsi untuk pengayaan, penyegaran, aktualisasi diri
serta peningkatan nilai kumulatif bagi kenaikan pangkat di sekolah. Bagi
sekolah, publikasi ilmiah, seperti Learning Journal bermuatan ganda, yaitu sebagai aset publikasi ilmiah serta aset kualitas tenaga pengajar dalam
kualifikasi kepangkatan. Dalam hal ini publikasi ilmiah, menguntungkan kedua
belah pihak. Sebagian tenaga pengajar menjauhi pekerjaan ‘menulis’ dan
meneliti bagi pengembangan keilmuannya. Tawaran menulis ‘artikel ilmiah’
sering menjadi beban bagi sebagian besar tenaga pengajar. Belum dapat
dijelaskan apakah hal ini terjadi karena banyaknya tenaga pengajar yang
hanya berkualifikasi S1(bahkan sebagian besar belum S1), tetapi kalau hal
tersebut merupakan alasan, maka seharusnya pendidik yang telah lulus
pasca sarjana (S2) seharusnya produktif dalam membuat karya tulis ilmiah,
akan tetapi kenytaannya sama saja. Pada umumnya guru masih belum
terbiasa menulis artikel atau karya tulis ilmiah lainnya.
Learning Journal menjadi penting dalam sudut pandang seperti tersebut di atas, maka semboyan ilmuwan-ilmuwan Amerika “Publish or Perish” diharapkan dapat dijadikan pemicu agar para pendidik di negeri tercinta ini
memiliki kesadaran untuk menulis. Publikasi Learning Journal diharapkan tidak bisa lepas dari membangun budaya, kebiasaan-kebiasaan menulis
untuk mengisi secara terus-menerus khazanah keilmuan dalam bidang
keilmuan pembelajaran (pendidikan) masih rendah di kalangan pendidik dan
tenaga kependidikan kita. Tidak jarang guru di sekolah kita yang hanya
mengajar dari ilmu yang didapat semasa kuliah (yang biasanya sudah
kadaluarsa). Jika ditanya, mengapa tidak membaca sumber-sumber yang
lebih up to date, guru tersebut menjawab tidak ada dana untuk membeli buku
sumber atau bahasa Inggris tidak dikuasai atau berbagai alasan lain. Pada
hal guru sebagai agen pembaharuan, dituntut untuk membaca artikel-artikel
keilmuan bermutu, terampil mengakses sumber informasi lewat internet
secara berkesinambungan serta mengkaji atau mengujinya untuk menjawab
permasalahan-permasalahan pembelajaran di sekolah. Lewat artikel-artikel
pada Learning Journal yang akan diterbitkan ini sebagian permasalahan yang dihadapi guru tersebut dapat diatasi.
Bagi pendidik dan tenaga kependidikan, yang telah memiliki kecintaan dan
kebiasaan menulis atau membaca, mereka tidak mungkin akan terus menerus
dapat menulis tanpa membaca dan tanpa didukung dengan
sarana-prasarana atau wadah yang tepat. Paling tidak, kepala sekolah dan pengawas
sekolah menghargai karya tulis ilmiah, artikel atau buku yang mereka
dihasilkan. Kebiasaan membaca, kecintaan menulis artikel adalah bagian dari
pengembangan profesionalitas dan pengembangan intelektualitas yang
sangat perlu ditumbuhkan dalam diri pendidik dan tenaga kependidikan di
sekolah kita. Membaca dan menulis bagi pendidik dan tenaga kependidikan
dapat diilustrasikan sebagai aktivitas harian seperti halnya bernafas.
Jurnal ilmiah di bidang pembelajaran diharapkan menjadi wadah dan candra
di muka pengembangan kualitas pendidikan, khususnya di bidang
pembelajaran. Pendidik dan tenaga kependididkan diharapkan berpartisipasi
untuk mengisi dan memperbarui materi keilmuan yang diajarkan dan
cara-cara mengajarkannya. Bahkan guru pemula dapat menjadikan jurnal tersebut
sebagai rujukan pemutakhiran metode pembelajaran dan materi yang
diajarkan. Siswa yang berada di kota besar, sekarang ini sudah dengan
mudah dapat mengakses pengetahuan melalui internet, yang kemungkinan
membuat pendidik dan tenaga kependidikan semakin tertinggal, apabila
meningkatkan minat baca dan menulis bukan hanya kewajiban bagi siswa,
akan tetapi merupakan kewajiban bagi pendidik dan tenaga kependidikan.
Proses pembelajaran di sekolah tidak akan dapat mengikuti perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi kalau guru-gurunya tidak terbiasa membaca.
Pendidik dan tenaga kependidikan tidak mungkin dapat menulis karya tulis
ilmiah atau artikel populer yang baik tanpa banyak membaca. Menulis dan
membaca adalah pintu gerbang utama mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Kecintaan untuk menulis, apa lagi menulis artikel ilmiah, seperti dalam jurnal
ilmiah terakreditasi, baik nasional apalagi internasiona masih belum tumbuh
dalam diri pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah dasar dan pendidikan
menengah. Bahkan guru yang sudah S2 pun masih belum terbiasa menulis
artikel. Berdasarkan kondisi seperti ini penerbitan Learning Journal
diharapkan dapat memacu minat pendidik dan tenaga kependidikan untuk
menulis dan dengan demikian artikel-artikel dalam jurnal tersebut dapat
dijadikan rujukan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah.
Di satu pihak guru, kepala sekolah dan pengawas sekolah dituntut untuk
menyusun karya tulis ilmiah, seperti menulis artikel ilmiah, di lain pihak yang
bersangkutan tidak mempunyai cukup waktu dan biaya untuk melakukan
penelitian. Hasil penelitian tindakan kelas dari guru tidak punya wadah untuk
diterbitkan. Sementara itu, hasil penelitian tersebut apabila dikirimkan ke
jurnal ilmiah di perguruan tinggi, akan kalah bersaing dengan hasil penelitian
para dosen. Oleh sebab itu, menerbitkan Learning Journal di sekolah seperti yang dilakukan oleh perguruan tinggi diharapkan dapat menjembatani.
Permasalahan sustainbilitas naskah dan dana akan secara alamiah dihadapi
para pendidik dan tenaga kependidikan di kabupaten/kota.
Learning Journal yang diusulkan untuk diterbitkan adalah jurnal refleksi dalam bidang pembelajaran. Guru, kepala sekolah dan pengawas sekolah dapat
mengisinya dengan hasil bacaan, hasil diskusi, refleksi terhadap temuan
dalam pembelajaran, hasil penelitian tindakan kelas atau apa saja yang
siswa yang mempunyai karya yang berkualitas dapat mengisinya. Learning Journal tidak hanya berorientasi pada pengembangan profesi pendidik dan tenaga kependidikan untuk memperoleh angka kredit untuk kenaikan pangkat,
akan tetapi lebih fokus pada komunikasi dan deseminasi informasi, temuan,
pemikiran, hasil penelitian tentang pembelajaran. Setiap guru dapat mengisi
Learning Journal, meskipun belum melaksanakan penelitian. Isi dari Learning Journal tidak harus dalam bentul artikel hasil penelitian, hasil telaahan yang memenuhi kriteria ilmiah. Akan tetapi dapat berupa pembuatan alat peraga
sederhana, penyelasaian soal mata pelajaran tertentu atau bahkan berbagai
temuan dalam implementasi KTSP.
Untuk menerbitkan Learning Journal dibutuhkan keberanian. Untuk memulai dan mendorong langkah-langkah berikutnya, diperlukan inisiatif kepala
sekolah atau dan pengawas sekolah. Kebersamaan di antara pendidik dan
tenaga kependidikan yang menjadi anggota kelompok kerja masing-masing
merupakan modal utama dan kunci untuk menerbitkan Learning Journal. Pendekatan-pendekatan personal kepada anggota kelompok kerja
diperkirakan akan mampu membangkitkan semangat untuk menerbitkan
Learning Journal. Kebersamaan dalam memecahkan masalah, diskusi dari hati ke hati, mengajak anggota kelompok kerja untuk merancang, membuat
nama jurnal dan memilih pengelola dan menulis isi jurnal.
Kebiasaan menyusun karya tulis ilmiah yang telah dimiliki guru perlu terus
dikembangkan dan dipeliharan melalui penerbitan Learning Journal. Diperkirakan jurnal tersebutmemberi sumbangan yang besar dan positif untuk
membangun tradisi berpikir ilmiah dan menuliskannya dalam bentuk artikel di
jurnal. Kehadiran Learning Journal diharapkan memberikan kontribusi positif terhadap pengembangan disiplin akademik para pendidik dan tenaga
kependidikan dalam kegiatan kelompok kerja KKG, MGMP, KKKS dan MKKS.
Kebiasaan perguruan tinggi dalam memanfaatkan jurnal ilmiah sebagai
wadah komunikasi hasil peneltian dan telaah ilmiah dapat diterapkan di dalam
pengelolaan pendidikan dasar.
B.
Tujuan
Topik 1 ini bertujuan memberi motivasi pada diri kepala sekolah dan
pengawas sekolah tentang menerbitkan Learning Journal. Setelah menyelesaikan Panduan Belajar kegiatan unit 1, kepala sekolah dan
pengawas sekolah, diharapkan mampu:
1. Mengidentifikasi dan memetakan kebutuhan Learning Journal
2. Mengidentifikasi dan memetakan karakteristik Learning Journal
3. Mengidentifikasi dan memetakan peluang untuk menerbitkan Learning Journal
4. Mengidentifikasi dan memetakan kendala yang akan dihadapi dalam
penerbitan Learning Journal.
C. Bahan, Alat dan Nara Sumber Belajar
Untuk menyelesaikan Panduan Belajar kegiatan unit 1, kepala sekolah dan
pengawas sekolah menggunakan bahan, alat dan sumber belajar antara lain
sebagai berikut.
1. Studi Kasus: Penerbitan Jurnal dan Buletin dalam bidang pembelajaran
2. Contoh model Jurnal dan Buletin, yang diterbitkan kelompok kerja guru
atau LPMP
3. Handout: Model dan Karakteristik Learning Journal
4. Kajian Pustaka tentang fungsi dan manfaar Learning Journal
D. Lampiran
Lampiran 1: Bahan Tayangan untuk Fasilitator
Lampiran 2: Bahan Bacaan untuk Fasilitator dan Peserta
E. Langkah Kegiatan
Panduan Belajar kegiatan Unit 1, dilaksanakan mengikuti alur kegiatan
sebagai berikut.
Untuk menyelesaikan Panduan Belajar kegiatan 1, kepala sekolah dan
pengawas sekolah, diharapkan melakukan langkah-langkah kegiatan sebagai
berikut.
1. Pengantar (50 menit)
• Fasilitator membuka sesi ini, selanjutnya menjelaskan tentang kebijakan Program BERMUTU, dengan merangkum hal penting tentang program dari
Pendahuluan Modul ini
• Kemudian, dijelaskan tujuan sesi yaitu memberi motivasi pada diri kepala sekolah dan pengawas sekolah tentang pentingnya Learning Journal bagi sekolah dan kelompok kerja guru. Fasilitator meminta peserta untuk
menambahkan isu-isu lain yang ada di sekolah
• Fasilitator bersama peserta bertanya jawab tentang pengalaman peserta dalam menulis artikel dan laporan hasil penelitian tindakan kelas.
• Salah seorang peserta membantu fasilitator mencatatat di papan tulis temuan inti pengalaman peserta dalam penulisan artikel untuk jurnal atau
buletin.
2. Penyajian studi kasus penerbitan jurnal belajar (30 menit).
Untuk dapat menginventarisasi karakteristik dan manfaat jurnal belajar yang baik,
peserta diminta membedakan antara karya tulis ilmiah, hasil penelitian tindakan
kelas dan artikel jurnal, melalui berbagai alternatif di antaranya:
a. Alternatif ke-1: Penyajian studi kasus penerbitan jurnal.
Fasilitator menyajikan kasus penerbitan jurnal pembelajaran (kalau sudah
ada di sekolah di Indonesia akan lebih baik, jika belum ada dapat mengambil
contoh Learning Journal yang diterbitkan di sekolah di luar negeri. Fasilitator menyampaikan beberapa pertanyaan untuk dipertimbangkan oleh peserta selama
pembacaan studi kasus:
1) Apa manfaat Learning Journal yang diterbitkan
2) Apa kesulitan yang dihadapi oleh pengelola Learning Journal tersebut? 3) Bagaimana sebaiknya guru agar termotivasi untuk menerbitkan dan
memanfaatkan Learning Journal?
4) Apa manfaat Learning Journal bagi peserta didik? Selanjutnya:
Peserta diklat secara berkelompok mengkaji penerbitan model Learning Journal
yang disajikan dalam bentuk studi kasus
Peserta diklat memberikan tanggapan atas kebermanfaatan dan kesulitan, serta
memberikan solusi pemecahannya, yang dicatat dalam lembaran studi kasus
Berikut ini.
Salah satu kelompok mempresentasikan hasilnya, dan kelompok lain menanggapi
dan menambahkan.
Studi
Kasus
Penerbitan
Learning
Journal
Fasilitator
mengajak
peserta
untuk
melihat
berbagai
model
jurnal
dan
buletin
dalam
bidang
pendidikan,
yang
diterbitkan
oleh
lembaga
pendidikan
yang
ada
di
Indonesia.
Format 1:
Karakt erist ik
Learning Journal
No. Komponen Aspek Indikat or
1 Isi
2 Bahasa
3 Bent uk/ Ukuran
4 Manf aat
5 Pengelolaan
6 Pendanaan
LAMPIRAN
PAKET PEMBELAJARAN MANAJEMEN
UNIT 1
Karat erist ik
Learning Journal
1.
Bahan Tayangan unt uk Fasilit at or
2.
Bahan Bacaan unt uk Fasilit at or dan Pesert a
3.
Bahan Bacaan unt uk Pesert a t ent ang
Bahan Bacaan unt uk Fasilit at or dan Pesert a t ent ang
Learning Journal
Apa itu
Learning Journal?
Learning Journal, sebagai istilah yang diterjemahkan dari jurnal belajar (Learning Journal), yakni merupakan dokumen yang secara terus-menrus bertambah dan berkembang. Biasanya ditulis oleh pembelajar, sebagai rekaman terhadap
perkembangan materi yang sedang dipelajari. Sebenarnya, bisa saja terdapat
beberapa jurnal sesuai dengan mata pelajaran yang diikuti atau bahkan ada jurnal
yang berkaitan dengan pekerjaan sehari-hari. Sekarang ini yang banyak
berkembang adalah jurnal belajar secara online, di mana peserta dididk dapat
melakukan dialog (seperti dalam bentuk forum), bahkan peserta dididk dari sekolah
lain pun boleh ikut bergabung (nimbrung). Mungkin ide seperti ini cocok juga untuk
peserta/mahasiswa universitas terbuka, hanya saja perlu penyesuaian dengan
karakteristik mahasiswanya.
Learning Journal bukan....:
Bukan ringkasan materi pembelajaran, tetapi lebih fokus pada refleksi guru
terhadap apa yang telah dibaca atau yang sedang diajarkan
Katalog belajar, dalam katalog belajar biasanya ditulis waktu dan tanggal
mengajar atau dipelajari. Suatu katalog merupakan rekaman peristiwa, akan
tetapi Learning Journal merupakan rekaman refleksi dan hasil pemikiran guru.
Apa Keuntungan dari
Learning Journal?
Siapa yang paling diuntungkan kalau Learning Journal diterbitkan? Tentu peserta didik. Kenyataan menunjukkan, bahwa jika guru memelihara rekaman tentang apa
yang diajarkan dan bagaimana materi itu diajarkan, ini merupakan penunjang untuk
tetap mengingatnya di dalam kepala, ada pepatah orang tua yang mengatakan
”sebenarnya guru belum tahu apa-apa sampai guru tersebut dapat
menuliskannya” dan beberapa hasil penelitian telah membukti bahwa ungkapan
saja kemajuan yang telah dapatkan atau dilakukan. Ini juga berarti guru mulai
mencatat perbedaan di antara pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki tentang
mengajar.
Siapa Penulis
Learning Journal?
Seratus tahun yang lalu, pendidikan jarak jauh belum ada dan buku teks masih
sangat mahal harganya. Ketika itu, mahasiswa harus menuliskan apa yang telah
dipelajari pada buku catatan. Isi catatan kuliah tersebut adalah ringkasan dari apa
materi yang telah dipelajari. Yang menjadi fokus peserta adalah mereka harus
menulis dan memutuskan sendiri apa yang akan ditulis. Pada saat ini tidak
dibutuhkan catatan kuliah karena materi kuliah dapat diakses secara online, karena bahan kuliah, yang lebih lengkap dari catatan itu sudah ada di web site. Harga buku
teks pun sudah relatif murah dan karena kuliah dilaksanakan secara online berarti
harus gurunya harus mampu mengupload bahannya ke internet (web). Jadi dalam arti seperti pengganti “catatan kuliah”, guru hendaknya menggunakan Learning Journal. Penekanannya memang berbeda tetapi tujuannya sama, yaitu membantu memaknai apa yang telah dipelajari peserta didik pada saat guru mengajar.
Isi Learning Journal dapat meliputi:
Poin-poin yang ditemukan, khususnya materi yang menarik dari yang dibaca
guru dan tertarik untuk ditindaklanjuti lebih detail;
Pertanyaan yang muncul dibenak guru yang berkaitan dengan materi yang
dibaca pada topik tertentu (bahan ajar);
Setelah pembelajaran di kelas berlangsung (segera setelahnya, jika
memungkinkan) adalah merupakan waktu yang paling tepat untuk membuat
catatan untuk me-reinforce hasil belajar anak didik dengan mencoba mengingat apa inti yang telah diajarkan. Berpikir apa yang menjadi poin
utama yang baru bagi guru dari materi yang diajarkan hari ini. Guru diminta
oleh kepala sekolah atau pengawas sekolah untuk menuliskanlah hal tersebut
tanpa melihat RPP, kemudian membandingkan dengan RPP, sekadar untuk
menyakinkan apakah poin yang kita buat tersebut akurat;
Catatan tersebut dapat diambil dari materi lain yang dibaca, yang dikutip dari
Catatan apa saja yang berkaitan dengan pokok bahasan, komentar guru
dalam bentuk satu atau dua kalimat terhadap pokok bahasan artikel yang
ditemukan/dibaca yang berkaitan dengan materi pengajaran;
Refleksi guru terhadap materi dan kaitannya dengan kebutuhan guru tersebut
pada saat mengajar;
Bagaimana guru mengajarkan materi tersebut dan dikaitkan dengan apa yang
diajarkan dengan cara yang berbeda;
Pemikiran guru yang belum sepenuhnya terwujud tetapi guru harus
merumuskan kembali. Ini bisa meliputi perasaan guru tentang materi dan
perkembangan dan teori yang dikembangkan dalam pikiran guru tersebut.
Setiap guru mengirimkan bahan (naskah) untuk Learning Journal, hendaknya guru tersebut memikirkan kembali apa saja yang telah dilakukan pada saat mengajar,
dimulai dari waktu paling akhir. Sumber belajar yang paling banyak diakses oleh
guru? Mana yang yang paling sedikit diajarkan? Dan mengapa demikian? Apakah
materi tersebut sudah diketahui murid-muridnya sebelumnya? Hal-hal seperti itulah
yang hendaknya dituliskan oleh guru walaupun hanya satu atau dua paragrap satu
minggu, kemudian dikumpulkan dan dirangkum untuk dikirimkan atau dimuat di
Learning Journal.
Bagaimana Bentuk Learning Journal?
Bagaimana bentuk Learning Journal? Kalau kepala sekolah atau pengawas sekolah bertanya kepada guru, kemungkinan ada guru yang menyarankan, sebaiknya diketik
menggunakan komputer akan tetapi ada juga yang menyarankan ditulis tangan saja.
Tentu saja tergantung kebutuhan dan fasilitas pendukung yang tersedia. Learning Journal dapat diterbitkan dalam beberapa bentuk alternatif pilihan:
Jurnal bisa dalam ukuran yang kecil, sebesar block notes atau setengah
ukuran kertas A4, atau sebesar kertas A4, ini tergantung pada ketersediaan
naskah. Kalau semua guru anggota KKG atau MGMP, begitu ada pemikiran
tentang materi langsung ditulis dalam lembar kertas yang terpisah, nanti
kertas tersebut dapat disusun setelah diurutkan berdasarkan poin yang telah
pengajar dan lain sebagainya ditulis untuk dimuat di jurnal, maka tidak akan
kekurangan naskah;
Kemudian berdasarkan catatan kecil tadi oleh guru tersebut diuraikan
kedalam tulisan (diketik atau ditulis tangan) dan ini akan menjadi catatan
penting bagi penulis sebagai “buku” referensi setelah pembelajaran itu
selesai;
Jika lebih suka langsung menulis di laptop atau komputer, kemudian diprint
out, setiap halaman dibundel, sebagai rekaman permanen perkembangan
pembelajaran dan hasil belajar anak-anak;
Jika lebih suka membaca dari screen komputer, akan tetapi disarankan tetap
membuat print outnya untuk menjaga pengelola jurnal mengalami kesulitan
untuk membuka file yang dibuat oleh guru pengirim naskah tersebut (terjadi
gangguan sehingga tidak dapat dibaca).
Bentuk yang mana pun yang akan dipilih, yang penting bahwa hasil tulisan guru
tersebut setiap bulan harus dikirim lewat email ke redaksi Learning Journal
(diharapkan).
Pemikiran Pribadi
Guru, kepala sekolah atau pengawas sekolah bisa juga memasukkan hasil
pemikiran pribadi ke dalam Learning Journal, meskipun hal itu tidak ingin kepala sekolah melihatnya, akan tetapi hal tersebut dinilai perlu untuk diketahui orang lain
(di kemudian hari) atau bisa juga tidak dikirim ke redaksi jurnal, akan tetapi disimpan
atau didokumentasikan sendiri.
Apakah ada Waktu untuk Menulis Artikel?
Waktu yang diperlukan untuk menulis naskah untuk Learning Journal tersebut, jika dilakukan oleh guru atau kepala sekolah dan pengawas sekolah secara rutin,
mungkin hanya satu jam per minggu. Pada awalnya mungkin bisa lebih dari satu jam
(karena belum terbiasa), tetapi lama-kelamaan, asalkan dilakukan secara rutin
yang akan dikirim ke Learning Journal. Jika setiap minggu menghasilkan satu halaman, maka satu bulan telah ada empat halaman yang menjadi materi Learning Journal.
Nilai
Karena mengajar tampaknya adalah kegiatan yang bersifat individual, maka
mungkin catatan yang perlu dimasukkan ke dalam Learning Journal, jika menurut guru tidak ada peristiwa penting dalam pembelajaran yang perlu ditulis untuk
mengisi jurnal, guru tersebut diharapkan mengisi jurnal dengan hasil bacaan(buku,
artikel atau apa saja yang menarik bagi yang bersangkutan yang ada kaitannya
dengan pembelajaran).
Tujuan Penerbitan
Learning Journal
Tujuan menerbitkan Learning Journal, bagaimana agar guru memperoleh keuntungan dari jurnal tersebut. Dengan menuliskan sesuatu yang bermakna atau
pemikiran guru tentang pengalaman berharga dalam menjalankan tugas sebagai
pengajar diharapkan bahan tersebut, selain sebagai bahan refleksi bagi guru yang
bersangkutan, dijadikan rujukan oleh pembaca/guru lain yang menghadapi hal yang
sama. Learning Journal diharapkan menjadi wadah untuk saling sharing informasi, pengalaman, hasil pemikiran, hasil penelitian dan penyusunan RPP, evaluasi hasil
belajar atau materi pembelajaran serta alat peraga pembelajaran.
Learning Journal juga dapat merupakan tempat untuk bertanya, jika ada guru, kepala sekolah atau pengawas sekolah yang menghadapi permasalahan dalam
pembelajaran, misalnya mengenai menghadapi anak anak nakal, sumber materi
pembelajaran, metoda pembelajaran dan lain sebagainya, yang bersangkutan dapat
menuliskan pertanyaan tersebut di dalam Learning Journal. Diharapkan pada edisi berikut, selain anggota redaksi yang menjawab ada juga guru lain atau anggota
KKG/MGMP yang bersedia menjawab apbila menguasai hal yang ditanyakan
tersebut.
Setelah guru menyelesaikan tugasnya mengajar dalam satu semester di kelas
Journal adalah wadah untuk itu. Bagi peserta yang hendak melihat jurnal yang berkaitan dengan pembelajaran dapat mengakses:
www.maslibraries.org/infolit/samplers/spring/doub.html.
Alternatif lain, setelah guru selesai mengajar satu mata pelajaran atau satu topik,
kemudian, semua catatan yang dibuat selama ini tentang pembelajaran dilengkapi
dengan pemikiran penulis, dan tulisan tersebut menjadi naskah yang dibuat di
Learning Journal
Penjelasan pengertian, pengerjaan rumus, kendala yang dihadapi.
Materi yang didapatkan dari sumber lain, termasuk di luar buku rujukan
Nara sumber yang tertarik dan menguasai materi tersebut.
Kegiatan Belajar 2 :
Bagaimana Menulis Artikel untuk
Learning Journal
Oleh Guru, Kepala Sekolah dan Pengawas
Sekolah?
Unit 2 : Menulis Artikel
Learning Journal
Waktu : 4 jam (4x50 menit)
A.
Pengantar
Bahan ajar ini diusun untuk keperluan pendidikan dan latihan (diklat) guru,
kepala sekolah dan pengawas sekolah dalam membimbing guru untuk
menerbitkan dan mengisi Learning Journal. Isi dari Learning Journal tersebut adalah hasil refleksi guru, kepala sekolah dan pengawas sekolah yang
berkaitan dengan pembelajaran. Selain itu, anggota KKG/MGMP, KKKS dan
MKKPS mengisi jurnal tersebut dengan karya tulis ilmiah atau artikel populer.
Sebagai salah satu mata diklat, penulisan artikel berkaitan dengan mata diklat
lainnya yang dimaksudkan untuk membantu dan mendorong guru terbiasa
membuat karya tulis ilmiah. Karya tulis ilmiah sebagai salah satu bentuk
pengembangan profesionalitas guru secara berkelanjutan.
Artikel adalah bentuk karya tulis ilmiah yang paling sederhana. Jumlah
halaman artikel berkisar di antara 10 – 20 halaman. Tetapi boleh juga lebih
dari 20 halaman, tergantung keperluan. Artikel ada yang merupakan hasil
penelitian dan artikel nonpenelitian, bedanya hanya pada isi artikel, yang satu
hasil penelitian, sedangkan nonpenelitian merupakan hasil kajian, dua-duanya
wajib mencantumkan abstrak dan kata kunci. Artikel hasil penelitian membuat
kesimpulan berdasarkan fakta-fakta di lapangan (induktif) dan artikel
nonpenelitian berdasarkan kajian teoritis (deduktif).
Secara umum, artikel terdiri dari 3 bagian, yaitu bagian pendahuluan yang
memuat latar belakang, permasalahan, tujuan dan ruang lingkup. Bagian
kedua, yaitu pemaparan isi artikel atau deskripsi gagasan dan pembahasan.
Sedangkan bagian terakhir disebut bagian penutup, berisi simpulan,
rekomendasi dan rujukan.
B.
Tujuan
Topik 2 ini bertujuan memberi motivasi pada diri kepala sekolah dan
pengawas sekolah tentang membimbing guru untuk menulis artikel, yang
Belajar kegiatan unit 2, kepala sekolah dan pengawas sekolah, diharapkan
mampu:
1. Mengidentifikasi karakteritik Artikel yang layak untuk Learning Journal
2. Membantu guru dalam menulis artikel berdasarkan hasil penelitian
3. Membantu guru menulis Artikel berdasarkan hasil kajian
(nonpenelitian)
C. Bahan, Alat dan Nara Sumber Belajar
Untuk menyelesaikan Panduan Belajar kegiatan unit 2, kepala sekolah dan
pengawas sekolah menggunakan bahan, alat dan sumber belajar antara lain
sebagai berikut.
1. Penulisan Artikel dalam bidang pembelajaran untuk Jurnal dan Buletin
Contoh model artikel dari Jurnal ilmiah atau dan Buletin, yang diterbitkan
kelompok kerja guru atau LPMP
2. Handout: Model dan Karakteristik Artikel untuk Learning Journal
3. Kajian Pustaka tentang penulisan artikel untuk Learning Journal
D. Lampiran
Lampiran 1: Bahan Tayangan untuk Fasilitator
Lampiran 2: Bahan Bacaan untuk Fasilitator dan Peserta
E. Langkah Kegiatan
Untuk menyelesaikan Panduan Belajar kegiatan 2, kepala sekolah dan
pengawas sekolah, diharapkan melakukan langkah-langkah kegiatan sebagai
berikut.
1. Pengantar (50 menit)
• Fasilitator membuka sesi ini, selanjutnya menjelaskan tentang kebijakan Program BERMUTU, dengan merangkum hal penting tentang program dari
Pendahuluan Modul ini
• Kemudian, dijelaskan tujuan sesi yaitu memberi motivasi pada diri kepala sekolah dan pengawas sekolah tentang pentingnya Learning Journal bagi sekolah dan kelompok kerja guru. Fasilitator meminta peserta untuk
menambahkan isu-isu lain yang ada di sekolah
• Fasilitator bersama peserta bertanya jawab tentang pengalaman peserta dalam menulis artikel dan laporan hasil penelitian tindakan kelas.
• Salah seorang peserta membantu fasilitator mencatatat di papan tulis temuan inti pengalaman peserta dalam penulisan artikel untuk jurnal atau
buletin.
2. Penyajian Artikel dari Jurnal Ilmiah dalam bidang pembelajaran (30 menit).
Untuk dapat menginventarisasi karakteristik dan manfaat artikel dalam jurnal
ilmiah, peserta diminta membedakan antara karya tulis ilmiah, hasil penelitian
tindakan kelas dan artikel jurnal, melalui berbagai alternatif di antaranya:
a. Alternatif ke-1: Penyajian artikel dari jurnal ilmiah.
Fasilitator menyajikan atau membagikan contoh artikel dari terbital jurnal
ilmiah dalam bidang pembelajaran (kalau sudah ada di sekolah di Indonesia akan
lebih baik, jika belum ada dapat mengambil contoh Learning Journal yang diterbitkan di sekolah di luar negeri. Fasilitator menyampaikan beberapa
pertanyaan untuk dipertimbangkan oleh peserta selama pembacaan studi kasus:
1. Apa manfaat artikel dalam Learning Journal yang diterbitkan
2. Apa kesulitan yang dihadapi guru dalam menulis artikel dalam bidang
pembelajaran?
3. Bagaimana sebaiknya langkah yang diambil kepala sekolah dan pengawas
sekolah agar guru termotivasi untuk menulis artikel untuk Learning Journal?
4. Apa manfaat artikel dalam Learning Journal bagi peserta didik? Selanjutnya:
• Peserta diklat secara berkelompok mengkaji penulisan artikel untuk Learning Journal yang didasarkan dari model artikel yang disajikan fasilitator.
• Peserta diklat memberikan tanggapan atas kebermanfaatan dan kesulitan, serta memberikan solusi pemecahannya, yang dicatat dalam lembaran studi
kasus Berikut ini.
LAMPIRAN
PAKET PEMBELAJARAN MANAJEMEN
UNIT 2
Penulisan Art ikel
Learning Journal
1.
Bahan Tayangan unt uk Fasilit at or
2.
Bahan Bacaan unt uk Fasilit at or dan Pesert a
3.
Bahan Bacaan unt uk Pesert a t ent ang Penulisan
Art ikel
Learning Journal
4.
Bahan unt uk Pesert a t ent ang Ket erampilan
1.
Bahan Bacaan unt uk Fasilit at or dan Pesert a
2.
Bahan Bacaan unt uk Pesert a t ent ang Penulisan Art ikel
Learning Journal
PENULISAN
ARTIKEL
LEARNING
JOURNAL
Pendahuluan
Penulisan artikel ini dimaksudkan untuk pengembangan keterampilan dalam
penyusunan atau pembuatan artikel oleh guru. Membantu guru menjadi penulis
artikel yang produktif, terbiasa menyusun artikel dalam waktu yang relatif singkat.
Artikel yang ditulis dapat berdasarkan hasil peneltian atau data yang diperoleh di
lapangan, yang dikenal dengan artikel induktif dan atau artikel yang berdasarkan
hasil pengkajian teoritis, yang biasa disebut artikel deduktif. Agar guru terbiasa
menulis artikel dalam waktu relatif singkat dan memenuhi persyaratan karya tulis
ilmiah, diperlukan latihan, latihan dan latihan. Alah bisa karena biasa.
Penulisan karya tulis ilmiah merupakan kewajiban bagi masyarakat ilmiah. Guru
sebagai masyarakat ilmiah, wajib menyusun karya tulis ilmiah. Karya tulis ilmiah
pada umumnya disusun berdasarkan hasil penelitian. Karya tulis ilmiah antara lain
dalam bentuk, laporan penelitian, artikel jurnal, buku, artikel populer (biasanya di
media massa) . Karya tulis ilmiah dikaitkan dengan pengembangan profesi guru.
Guru dituntut untuk melakukan penelitian sebagai bentuk pengembangan
profesionalitasnya. Selain bertugas melaksanakan pendidikan dan pelatihan (diklat),
guru dituntut melakukan pengembangan profesi secara berkelanjutan. Salah satu
bentuk pengembangan profesionalitas guru adalah menjadi penulis artikel untuk
jurnal dan penulis makalah (pemakalah) dalam pertemuan ilmiah, seperti seminar,
workshop, konferensi. Guru yang tidak memenuhi angka kredit pengembangan
profesi tidak dapat naik pangkat. Saat ini diperkirakan 300-an guru terhambat
Artikel sebagai karya tulis ilmiah disusun mengikuti kriteria atau persyaratan yang
berlaku universal. Ada kalanya panitia (dewan redaksi jurnal) menambahkan
persyaratan tertentu, seperti jumlah halaman, tata tulis dan bahasa yang digunakan
dalam penulisan artikel. Artikel pada umumnya disampaikan kepada kelompok atau
masyarakat tertentu melalui jurnal ilmiah. Artikel tidak sama dengan laporan hasil
penelitian (lebih ringkas). Sedangkan artikel nonpenelitian hampir sama dengan
makalah (paper). Perbedaan makalah dengan artikel nonpenelitian terletak pada
abstrak dan kata kunci. Makalah tidak harus memuat abstrak dan kata kunci.
Artikel menggambarkan tema, topik, judul dan rumusan masalah, yang dipaparkan
pada bagian pendahuluan. Meskipun yang tertulis hanya judul artikel akan tetapi
secara tersirat mengambarkan tema dan topik. Sementara di bagian berikutnya
dideskripsikan gagasan yang ditawarkan dan pembahasan terhadap gagasan
tersebut.Tema, topik bahkan judul adakalanya disampaikan oleh pihak
penyelenggara, semacam artikel pesanan. Penulisan artikel yang dibahas di sini
adalah artikel secara umum, di mana penentuan tema, topik dan judul dilakukan
sendiri oleh penulis.
Tujuan menulis artikel adalah untuk mengkomunikasikan suatu gagasan, pemikiran
atau hasil kajian teoritis kepada orang lain, yang memerlukan gagasan tersebut.
Sebelum membaca artikel, yang pertama ditanyakan, apa inti gagasan disampaikan
penulis dalam artikel tersebut. Gagasan dapat berupa cara pandang baru terhadap
suatu persoalan, misalnya “model”, yaitu cara melakukan sesuatu, model
mengajarkan anatomi tubuh manusia kepada siswa SD. Jika tidak ada gagasan
(baru) yang hendak disampaikan, sebaiknya tidak dipaksakan menulis artikel.
Penulis artikel yang produktif adalah mereka yang mempunyai gagasan kreatif, yang
disampaikan kepada kelompok atau orang lain melalui karya tulis yang dinamakan
artikel. Sasaran yang dituju sebagai pembaca atau pengguna gagasan tersebut
adalah masyarakat yang relevan.
Guru yang mempunyai gagasan “baru” dalam bidang pendidikan, yang apabila
gagasan tersebut disampaikan kepada guru lain, diharapkan dapat diterapkan dalam
praktik pendidikan di sekolah. Penerapan gagasan tersebut diharapkan dapat
gagasan tersebut. Misalnya, gagasan menilai hasil belajar dengan menggunakan
komputer atau penilaian hasil belajar secara online. Mungkin gagasan tersebut telah lama berkembang di negara lain, kemudian diadaptasikan di sekolah di Indonesia
dengan mengembangkan “software” yang dirancang untuk melakukan penilaian
hasil belajar siswa secara langsung. Begitu selesai mengisikan jawaban terhadap
pertanyaan yang disajikan lewat monitor komputer, siswa tersebut dapat segera
mengetahui berapa pertanyaan yang dijawab dengan benar dan berapa yang salah
serta berapa nilai yang diperoleh.
Gagasan melakukan penilaian hasil belajar secara online, mungkin mendapat
sambuatan baik dari guru-guru, apabila hal tersebut menjadi masalah dalam tugas
mereka. Misalnya karena guru sudah tidak punya waktu untuk mengoreksi ulangan
siswa, apalagi kalau tes hasil belajar dibuat dalam bentuk esay, yang
pemeriksaannya membutuhkan banyak waktu. Kemudian perangkat komputer yang
dibutuhkan untuk menerapkan penilaian berbasis online tersebut tersedia di sekolah.
Jika tambahan keterampilan mengoperasikan komputer saja yang diperlukan oleh
guru, karena software sudah disertakan penulis artikel tersebut, besar kemungkinan
artikel tersebut menjadi sangat menarik bagi guru-guru di sekolah.
Penulisan Artikel
Sebelum menulis artikel perlu mengorganisir ide-ide pokok atau bagian-bagian
gagasan yang hendak ditulis. Ketika hendak membahas suatu tema, topik, atau
masalah, kemungkinan penulis tertarik untuk membahas metode, cara, pendekatan,
hasil penelitian, interpretasi atau barangkali hanya ringkasan hasil kajian teori yang
dilakukan pakar. Setelah menetapkan tema, topik dan judul berikutnya adalah
merumuskan permasalahan yang hendak dijawab dalam artikel tersebut. Misalnya,
Mengapa sebagian besar guru tidak objektif dalam memberi nilai hasil belajar
peserta didik?
Berdasarkan permasalahan di atas, penulis dapat merumuskan judul artikel menjadi:
Tingkat Objektivitas Penilaian Hasil Belajar Siswa di Sekolah XXX. Tema, topik
artikel adalah “Objektivitas nilai hasil belajar peserta didik”. Penulis dapat
merumuskan masalah sebelum merumuskan judul artikel atau sebaliknya. Artinya
1. Judul Artikel
Judul artikel sebaiknya ditulis dalam bentuk kalimat positif atau pernyataan, singkat,
jelas, informatif, sesuai dengan isi artikel dan maksimum terdiri dari 15 kata. Judul
menggambarkan isi artikel secara tepat dan akurat. Akan tetapi jika judul artikel tidak
lengkap, bisa membuat pembaca tidak menangkap makna yang terdapat dalam
artikel tersebut. Jika penulisan artikel membahas masalah kelompok masyarakat
tertentu, spesifik, hendaknya dituliskan pada judul artikel. Artikel yang membahas
masalah di daerah tertentu atau sistem yang berlaku pada masyarakat khusus
yang akan diterjemahkan ke dalam kelompok masyarakat lain hendaknya dituliskan
nama daerah tempat studi, yang dijadikan referensi penulisan artikel tersebut.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perumusan judul artikel:
• Judul adalah yang terbanyak dibaca oleh pengguna, terdiri dari beberapa kata yang mewakili isi artikel. Judul juga penting bagi petugas pembuat indeks dan
abstrak.
• Judul merupakan rangkaian kata-kata yang tidak perlu mengikuti kaidah tatabahasa. Yang terpenting adalah pemilihan kata-kata tersebut harus
mempunyai arti yang tepat.
• Hindari penggunaan kata-kata yang tidak perlu pada judul artikel seperti Penelitian untuk ……, Observasi ……., Percobaan Pendahuluan untuk …….,
…… beberapa ….., dan lain sebagainya. Kata-kata demikian dapat
dihilangkan dan tidak akan mengubah arti judul.
• Hindari pemakaian singkatan, rumus, jargon dan hal serupa. Bila terpaksa digunakan maka harus ditulis lengkap, misalnya HCL harus ditulis asam
klorida.
• Penggunaan judul berseri dapat menyusahkan pembaca terutama bila salah satu nomor serinya tidak dapat terbit. Ini menyebabkan ketergantungan dari
pembaca.
• Hindari judul yang menggantung (antara judul dan sub-judul dipisahkan tanda
: ). Judul tersebut mengandung kata atau tanda baca yang tidak diperlukan. Judul demikian serupa dengan judul berseri. Penggunaan judul semacam ini
harus dihindarkan karena pada prinsipnya, artikel itu harus menyampaikan
• Judul konvensional biasanya lebih bersifat indikatif daripada informatif. Judul demikian mengemukakan subyeknya bukan kesimpulannya dan biasanya
dimulai dengan kata, misalnya : Pengaruh …………
2. Penulis
Nama yang harus dicantumkan dalam artikel adalah nama penulis yang benar-benar
mempunyai kontribusi substantif dalam kegiatan penyusunan artikel. Nama-nama
penulis yang akan dicantumkan dalam artikel sebaiknya direncanakan sejak awal.
Jumlah penulis setiap artikel memang tidak ada batasannya, namun ada yang
berpendapat bahwa empat orang penulis dalam satu artikel sudah banyak. Nama
penulis harus ditulis secara konsisten dengan ejaan sesuai keinginan penulis. Nama
penulis yang hanya mempunyai satu suku kata, tidak ada persoalan dalam
penulisan nama, namun penulis yang namanya terdiri dari dua suku kata atau lebih,
penulisan nama dalam artikel harus konsisten. Nama keluarga ditulis lengkap
sedangkan nama depan dan tengahnya disingkat sesuai huruf depan nama tersebut
dan ditulis dengan huruf besar. Penulisan nama orang Indonesia yang tidak
menggunakan sistem marga belum ada.
Penulisannya tergantung keinginan penulis, mana yang akan ditulis lengkap dan
mana yang akan disingkat. Bila nama depan dan tengah disingkat, dikhawatirkan
akan sama dengan nama orang lain. Bila sudah ditetapkan cara penulisan nama,
maka nama penulis itu harus selalu ditulis demikian dalam setiap artikelnya. Bagi
penulis yang mempunyai nama dengan tiga suku kata dan nama depan serta
tengahnya disingkat, maka penulisannya dalam setiap artikel adalah nama depan
dan tengah yang disingkat dan diikuti nama terakhirnya yang ditulis lengkap. Hal ini
penting terutama untuk penulisan pustaka serta pembuatan indeks oleh petugas
yang berwenang. Gelar kesarjanaan, jabatan dan lain-lain tidak perlu dicantumkan
dalam penulisan nama penulis.
3. Alamat Penulis.
Sekolah tempat penulis bekerja ditulis sesudah nama penulis. Tidak perlu ditulis
dengan kata-kata guru pada sekolah XYZ. Bila lebih dari satu penulis dalam satu
artikel dan berasal dari sekolah berbeda, alamatnya ditulis semua. Cara
huruf terakhir dari nama tersebut. Penyantuman alamat penulis ini dimaksudkan
untuk keperluan korespondensi. Mengingat sekolah itu mudah dikenal maka dalam
penyantuman alamatnya cukup ditulis nama sekolah, nama kota, dan kode posnya.
Bila ada reorganisasi atau perpindahan tempat kerja penulis, maka alamat lama
masih tertera seperti biasa dan diberi catatan kaki tentang alamatnya sekarang dan
untuk selanjutnya cukup ditulis alamatnya yang baru.
4. Abstrak
Abstrak yang dibuat baik akan membantu pembaca memahami isi secara cepat dan
akurat tanpa membaca keseluruhan artikel. Abstrak memuat tujuan utama dan ruang
lingkup pembahasan sesuai dengan judul. Abstrak terdiri dari satu paragrap yang
menggambarkan keseluruhan isi, pendekatan, hasil dan pembahasan serta
simpulan. Abstrak ditulis setelah seluruh artikel selesai ditulis. Penggunaan kata
secara efisien sangat diperlukan, tetapi kalimat harus ditulis lengkap. Abstrak tidak
wajib dibuat dalam artikel, tidak seperti dalam artikel dan laporan penelitian.
5. Pendahuluan
Pedoman penulisan artikel memuat unsur-unsur yang harus tercakup dalam
pendahuluan artikel adalah latar belakang, ringkasan tinjauan pustaka yang
berhubungan dengan gagasan yang disampaikan dalam artikel atau penelitian yang
berkaitan dan pendekatan yang digunakan, serta keluaran yang diharapkan. Di
bagian latar belakang dikemukakan mengenai pentingnya masalah, gagasan yang
disampaikan. Di sini penting disebutkan secara jelas, apa masalahnya dan apa
akibat yang ditimbulkan jika permasalahan tersebut tidak diatasi. Untuk mencari akar
permasalahan dapat digunakan analisis pokok masalah.
Artikel yang ditulis berdasarkan fakta di lapangan atau hasil penelitian (artikel
induktif), formatnya disesuaikan dengan ketentuan penerbit atau pengguna artikel
tersebut. Sedangkan artikel yang dikembangkan atau ditulis berdasar kajian
konseptual (artikel deduktif), secara umum, terdiri dari judul, abstrak (kalau ada),
pendahuluan, bahan dan alat/metode, hasil dan pembahasan. Salah satu yang perlu
dihindari dalam menulis artikel adalah penggunaan jargon dan akronim, misalnya
mana yang lebih lebih tepat, “kita melakukan tes untuk...” atau “tes dilakukan
Bagian pendahuluan artikel dapat diawali dengan memperkenalkan literatur yang
membahas permasalahan yang hendak ditulis. Kesalahan yang sering terjadi dalam
penulisan bagian pendahuluan adalah, penulis artikel membeberkan kegiatannya
dan bidang studi yang digarapnya tanpa mendeskripsikan temuan utama. Di sini
perlu latihan, penulis berupaya menuliskan bagian pendahuluan, di mana pembaca
(dalam hal dapat minta tolong orang lain atau rekan kerja) tidak mengartikan makna
yang berbeda dengan apa yang dimaksudkan penulis dalam bagian pendahuluan
yang telah ditulis. Pertama, teks bagian pendahuluan artikel ditulis tanpa banyak
merujuk sehingga mudah dibaca (tanpa harus memaksa pembaca mencari seperti
yang disampaikan dalam rujukan). Rujukan dituliskan pada bagian akhir kalimat atau
paragrap untuk mengingatkan pembaca bahwa gagasan tersebut dirujuk dari penulis
lain. Pembaca tidak diinteruspsi dan dipaksakan harus mengikuti alur berpikir
penulis. Perlu diingat bahwa, tidak semua artikel mencantumkan nama penulis yang
dirujuk, adakalanya hanya mencantumkan notasi saja, yang kemudian baru di
bagian belakalang dilengkapi dengan nama lengkap dan judul buku yang dirujuk. Ini
sangat tergantung dengan sistim penulisan rujukan yang diikuti.
Fungsi bagian pendahuluan dari artikel adalah untuk menyampaikan esensi apa
yang dibahas dalam artikel, mengapa topik tersebut perlu dibahas, dan setelah itu
dirumuskan, berikutnya adalah merumuskan ruang lingkup dan tujuan
pembahasan. Hindari menuliskan bagian pendahuluan artikel dalam bentuk pointer,
sebaiknya ditulis dalam bentuk prase.
Bagian pendahuluan artikel sebaiknya tidak lebih dari dua halaman (dua spasi),
karena terlalu panjang bagian pendahuluan akan membuat pembaca malas
membacanya. Bagian pendahuluan dimaksudkan untuk menjelaskan kepada
pembaca tentang rasional di belakang gagasan yang dikemukakan dalam artikel
tersebut, atau urgensi alasan penulis membahas topik . Ini menunjukkan cara kerja
penulis dalam konteks teori sehingga pembaca mengapresiasi tujuan penulisan
artikel tersebut. Perlu diperhatikan dua hal:
• Pembaca tidak perlu disuguhi apa saja yang diketahui oleh penulis artikel
tentang topik yang dibahasnya;
• Buatlah paragrap yang logis, yang dapat menjelaskan alasan secara teoritis
6. Alat, Bahan dan Metode
Bagian ini dimaksudkan memberikan penjelasan tentang alat, bahan dan metode
yang digunakan oleh penulis. Bagian ini perlu bagi penulis artikel di bidang sains dan
teknologi atau artikel yang disusun berdasarkan hasil penelitian yang bersifat
eksperimental. Artikel yang ditulis berdasarkan percobaan atau hasil penelitian
dalam bidang sains menggunakan alat, bahan dan metode. Pembaca yang hendak
membuktikan hasil atau temuan-temuan yang disampaikan dalam artikel dapat di
cek ulang dengan mengulangi percobaan tersebut. Agar percobaan tersebut sama
dengan yang dilakukan penulis artikel, perlu dituliskan langkah-langkah, alat, bahan
dan metode yang dilakukan penulis untuk mendapatkan hasil percobaan tersebut.
Tidak ada batasan halaman, yang perlu diperhatikan adalah bahwa pembaca hanya
akan tertarik pada formula dan prosedur tertentu, secara spesifik...materi dan
metode dapat dituliskan secara terpisah..artikel dalam bidang sains yang
menggunakan metode dalam melaksnakan eksperimen harus dijelaskan secara rinci
sehingga pembaca dapat melakukan atau melakukan percobaan yang sama dengan
prosedur yang tepat.
Bagian berikutnya adalah mendeskripsikan hasil, temuan atau gagasan inti
berdasarkan permasalahan. Artikel berdasarkan hasil penelitian, dalam
mendeskripsikan hasil dan temuan-temuan dapat dibantu dengan gambar dan tabel
(kalau ada), yang menjadi alat bantu penyajian data. Hal yang perlu diperhatikan
dalam penyajian data, dibuat sederhana dan jelas, tetapi jangan menuliskan, “sudah
jelas sebagaimana tergambar dalam Gambar 1, “bahwa burung mempunyai habitat
yang sangat kompleks”. Akan lebih baik misalnya ditulis, “Burung mempunyai habitat
yang sangat bervariasi (Gmbar 1)” Sedapat mungkintidak terlalu sederhana. Jangan
mengharapkan pembaca yang akan memperjelas atau memperluas sendiri dari data
yang dicantumkan. Lebih baik ditulis saja di dalam hasil secara lengkap dengan
memberi penjelasan di bawah tabel atau gambar.
7. Pembahasan
Bagian ini merupakan pembahasan terhadap prinsip-prinsip atau temuan yang telah
disajikan atau didukung, kesimpulan apa yang dapat dibuat, bagaimana temuan atau
gagasan yang dikemukakan penulis artikel dibandingkan dengan gagasan orang
pendahuluan, apakah sudah terjawab permasalahan yang dihadapi? Bagaimana
temuan atau hasi penelitian dikaitkan dengan pengalaman kerja sebelumnya dan
apakah ada implikasinya baik secara teoritis maupun praktis terhadap pekarjaan
penulis.
Tujuan pembahasan adalah memberikan interpretasi terhadap gagasan dan untuk
mendukung kesimpulan yang dikemukakan penulis. Memberikan bukti-bukti dari
pengalaman atau eksperimen yang telah diakui secara ilmiah. Bukti-bukti tersebut
sebaiknya dideskripsikan secara jelas. Menginterpretasikan data dalam
pembahasan dengan kedalaman yang memadai. Ini berarti, penulis perlu
menjelaskan phenomena, mekanismenya dan bagaimana hal tersebut dapat
diamati. Jika hasil yang diperoleh berbeda dengan yang diharapkan, dijelaskan
mengapa hal tersebut terjadi. Jika gagasan yang dikemukakan sesuai atau didukung
teori dan terbukti aplatif untuk mengatasi permasalahan juga perlu dijelaskan dalam
pembahasan.
Pembahasan sebaiknya konsisten dengan hasil atau gagasan yang telah
dikemukakan pada bagian sebelumnya. Dapat merujuk data yang disajikan secara
ringkas, yang dimaksudkan untuk mendukung pembahasan tetapi sebaiknya tidak
membuat kesimpulan baru, walaupun itu yang secara secara langsung untuk
mendukung gagasan yang dikemukakan. Pembahasan ditujukan untuk mengupas
esensi temuan atau hasil atau gagasan yang dikemukan. Sebaiknya tidak
membiarkan pembaca berpikir sendiri, “ So what gitu lho?”. Bagian pembahasan
diakhiri ringkasan atau simpulan.
8. Rujukan
Penulis artikel, kemungkinan mengemukakan gagasan atau informasi yang
bersumber dari artikel atau karya tulis ilmiah orang lain. Tentu hal itu harus dihargai
dan diakui dengan menuliskan sumber-sumber tersebut. Semua rujukan berupa
literatur sebaiknya diikuti dengan sumber-sumber informasi yang dirujuk, misalnya,
"A drop in dissolved oxygen under similar conditions has been demonstrated before
(Norris, l986)."
a. Artikel ditulis berfokus pada kebutuhan pembaca bukan pada keinginan
penulis. Penulis ada kalanya lebih menuruti keinginannya pribadi dari pada
yang diinginkan pembaca. Sebaiknya penulis menuliskan poin-poin yang
diketahui tentang tema dan topik, tetapi lupa apakah hal itu diperlukan oleh
pembaca atau tidak.
b. Menyadari tingkat pengetahuan pembaca, siapa pembaca artikel yang ditulis?
Jika penulis memperkenalkan konsep “tingkat tinggi”, perlu diingat tingkat
pemahaman pembaca teradap istilah dan konsep yang dikemukakan tersebut
dalam artikel tersebut, biar “nyambung”.
Referensi:
Ambrose, H. W., III. and K. P. Ambrose. 1995. A handbook of biological
investigation. 5th ed. Hunter Textbooks, Inc. Winston-Salem, NC.
Day, R. A. 1983. How to write and publish a scientiÞc paper. 2nd edition. ISI Press,
Philadelphia, Pennsylvania, USA. McMillan, Victoria E. 1988. Writing papers in the
biological sciences. St. Martin’s Press, Inc., New York, New York, USA.
Neter, E., P. L. Altman, M. W. Burgan, N. H. Holmgren, G. Pollock, E. M. Zipf. 1983.
CBE style manual: a guide for authors, editors, and publishers in the biological
sciences. 5th edition. Council of Biology Editors, Inc., Bethesda, Maryland, USA.
Woodford, F. P., editor. 1986. ScientiÞc writing for graduate students: a manual on
the teaching of scientiÞc writing. Committee on Graduate Training in ScientiÞc
Writing. Council of Biology Editors, Inc., Bethesda, Maryland, USA.
Kegiatan
Belajar
3
:
Mengelola
Learning
Journal
Unit
3
:
Manajemen
Learning
Journal
Waktu
:
4
jam
(4x50
menit)
A.
Pengantar
Menulis jurnal sudah dikenal oleh pendidik beberapa puluh tahun yang lalu
dan sebagai strategi yang efektif dalam melatih berpikir dan belajar reflektif.
Yaitu dengan membuat koneksiatau pertautan di anatara pengalaman yang
kita beri makna dan penghayatan terhadap apa yang dipelajari. Sudah
merupakan hakekat manusia sebagai yang pintar “menghubungkan” dan
memberikan makna (meaning makers). Pengalaman manusia selalu berkaitan
dengan apa yang terjadi dan apa yang menyebabkan hal itu terjadi. Kejadian
tidak dapat dijelaskan secara objektif, seperti apa adanya, karena orang yang
mengalami peristiwa tersebut memberi warna terhadap kejadian tersebut,
bahkan ada yang dilupakan, dihapus...jadi pengalaman subjektif. Learning
Journal, merupakan refleksi guru terhadap tugasnya sebagai pengajar, yang
diisi dengan berbagai hasil refleksi guru.
Learning Journal sebagai wadah hasil refleksi guru (pemikiran dan perasaan) untuk memperkaya pembelajaran di sekolah. Diharapkan setiap guru
pembelajaran adalah unik, maka hasil refleksi guru boleh saja masuk dalam
jurnal sejauh ada maknanya bagi guru lain yang membaca.
B.
Tujuan
Topik 3 ini bertujuan memberi motivasi pada diri kepala sekolah dan
pengawas sekolah tentang menerbitkan Learning Journal. Setelah menyelesaikan Panduan Belajar kegiatan unit 3, kepala sekolah dan
pengawas sekolah, diharapkan mampu:
1. Mengidentifikasi kebutuhan dan merencanakan penerbitan Learning Journal
2. Merumuskan prosedur standar pengelolaan Learning Journal
3. Menetapkan persyaratan atau kriteria Dewan Redaksi Learning Journal
4. Mengidentifikasi sumber-sumber dana untuk penerbitan Learning Journal
C.
Bahan,
Alat
dan
Nara
Sumber
Belajar
Untuk menyelesaikan Panduan Belajar kegiatan unit 3, kepala sekolah dan
pengawas sekolah menggunakan bahan, alat dan sumber belajar antara lain
sebagai berikut.
1. Studi Kasus: Pengelolaan Jurnal dan Buletin dalam bidang pembelajaran
2. Contoh model Jurnal dan Buletin, yang diterbitkan kelompok kerja guru
atau LPMP
3. Handout: Model dan Karakteristik Learning Journal
D.
Lampiran
Lampiran 1: Bahan Tayangan untuk Fasilitator
Lampiran 2: Bahan Bacaan untuk Fasilitator dan Peserta
Lampiran 3: Bahan Bacaan tentang Jurnal untuk Peserta
E.
Langkah
Kegiatan
Panduan Belajar kegiatan Unit 3, dilaksanakan mengikuti alur kegiatan
sebagai berikut.
Untuk menyelesaikan Panduan Belajar kegiatan 3, kepala sekolah dan pengawas sekolah, diharapkan melakukan langkah-langkah kegiatan sebagai berikut.
1. Pengantar (50 menit)
• Fasilitator membuka sesi ini, selanjutnya menjelaskan tentang kebijakan Program BERMUTU, dengan merangkum hal penting tentang program dari Pendahuluan Modul ini
• Kemudian, dijelaskan tujuan sesi yaitu memberi motivasi pada diri kepala sekolah dan pengawas sekolah tentang pentingnya Learning Journal bagi
sekolah dan kelompok kerja guru. Fasilitator meminta peserta untuk menambahkan isu-isu lain yang ada di sekolah
• Fasilitator bersama peserta bertanya jawab tentang pengalaman peserta dalam menulis artikel dan laporan hasil penelitian tindakan kelas.
• Salah seorang peserta membantu fasilitator mencatatat di papan tulis temuan inti pengalaman peserta dalam penulisan artikel untuk jurnal atau buletin.
2. Penyajian Pengelolaan Learning Journal (30 menit).
Untuk dapat menginventarisasi perencanaan dan pengeloaan, sirkulasi Learning Journal dengan, peserta diminta membedakan antara manajemen jurnal ilmiah dengan manajemen secara umum, melalui berbagai alternatif di antaranya:
a. Alternatif ke-1: Penyajian pengelolaan penerbitan jurnal ilmiah.
Fasilitator menyajikan kasus penerbitan jurnal pembelajaran (kalau sudah ada di sekolah di Indonesia akan lebih baik, jika belum ada dapat mengambil contoh Learning Journal yang diterbitkan di sekolah di luar negeri. Fasilitator menyampaikan beberapa pertanyaan untuk dipertimbangkan oleh peserta selama pembacaan studi kasus:
1) Apa manfaat adanya standar pengelolaan Learning Journal yang diterbitkan?
2) Apa kesulitan yang dihadapi oleh pengelola Learning Journal tersebut? 3) Bagaimana sebaiknya guru agar termotivasi untuk menerbitkan dan
memanfaatkan Learning Journal?
4) Apa manfaat Learning Journal bagi peserta didik?
Selanjutnya:
• Peserta diklat secara berkelompok mengkaji manajemen penerbitan
Learning Journal yang akan diterbitkan dalam bentuk diskusi kelompok;
• Peserta diklat memberikan tanggapan atas kebermanfaatan dan kesulitan, serta memberikan solusi pemecahannya, yang dicatat dalam lembaran studi kasus Berikut ini.
LAMPIRAN
PAKET PEMBELAJARAN MANAJEMEN
UNIT 3
Manaj emen Learning Journal
1.
Bahan Tayangan unt uk Fasilit at or
2.
Bahan Bacaan unt uk Fasilit at or dan Pesert a
3.
Bahan Bacaan unt uk Pesert a t ent ang
1.
Bahan Bacaan unt uk Fasilit at or dan Pesert a
2.
Bahan Bacaan unt uk Pesert a t ent ang Jurnal
MERANCANG, MENGELOLA, MENERBITKAN,
DAN MENULIS PADA
LEARNING JOURNAL
Pendahuluan
Bagi warga sekolah, terutama guru dan kepala sekolah, serta pengawas
sekolah tersedianya media komunikasi ilmiah berupa Learning Journal
merupakan tuntutan yang mendesak. Bahkan dapat dikatakan, sudah menjadi
conditio sine qua non. Sudah barang tentu Learning Journal sebagai salah satu wadah untuk mendesiminasikan berbagai hasil pemikiran (refleksi), temuan
ilmiah, seperti hasil penelitian tindakan (PTK) baik di antara sesama anggota
KKG/MGMP maupun kepada khalayak luas pemerhati pendidikan sebagai
stakeholders sekolah. Melalui Learning Journal, sekolah tidak lagi menjadi menara gading yang hanya indah dipandang masyarakat sekitarnya.
Merancang dan mengelola Learning Journal pada kelompok kerja guru, kepala sekolah dan pengawas sekolah sesungguhnya tidak telalu mudah. Untuk
menyampaikan temuan, hasil bacaan, hasil penelitian tindakan kelas, hasil
pemikiran atau berbagai bentuk hasil karya keilmuan diperlukan suatu alat
komunikasi yang mudah dipahami oleh warga sekolah maupun masyarakat
peduli pendidikan. Model wadah komunikasi (tertulis) yang selama ini dianut
civitas akademika, antara lain dalam bentuk karya tulis; buku, majalah, jurnal,
abstrak, proseding, pamflet, leaflet, paper, dan lain lain. Setiap bentuk sarana
komunikasi tersebut mengikuti aturan-aturan, pola dan format yang
mengikatnya sehingga dapat dinilai sebagai karya ilmiah (bukan seni atau
bentuk pengetahuan lainnya). Modul ini hanya akan membahas tentang