• Tidak ada hasil yang ditemukan

Better Education Through Reformed Management and Universal Teacher Upgrading

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Better Education Through Reformed Management and Universal Teacher Upgrading"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

 

Direktorat Pembinaan Pendidikan dan Pelatihan

Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Pendidikan Paket Pembelajaran BERMUTU

Better Education Through Reformed Management and Universal Teacher Upgrading

PANDUAN PENGELOLAAN

LEARNING JOURNAL

(2)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

Dalam rangka mengimplement asikan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 t ent ang Guru dan Dosen, Ment eri Pendidikan Nasional melalui Direkt orat Jenderal Peningkat an Mut u Pendidik dan Tenaga Kependidikan (Dit j en PMPTK) melaksanakan Program Bet t er Educat ion t hrough Ref or med Management and Universal Teacher Upgrading (BERMUTU) yang dimulai pada t ahun 2008 sampai t ahun 2013 yang dilaksanakan di 75 Kabupat en/ Kot a di 16 provinsi. Program BERMUTU bert uj uan unt uk meningkat kan mut u pembelaj aran sebagai dampak peningkat an kompet ensi, kualif ikasi, dan kinerj a guru. Salah sat u komponen st rat egis Program BERMUTU unt uk mencapai t uj uan t ersebut adalah penguat an peningkat an mut u dan prof esional guru secara berkelanj ut an.

Besarnya j umlah guru yang belum memenuhi kualif ikasi minimal S1/ D4 menj adi dasar pemikiran unt uk memberdayakan Kelompok Kerj a Guru (KKG) yang mewadahi guru SD dan Musyawarah Guru Mat a Pelaj aran (MGMP) yang mewadahi guru bidang st udi di SMP. Pada Program BERMUTU, peningkat an kompet ensi guru akan dit ingkat kan dengan memberdayakan KKG dan MGMP sehingga mampu menyelenggarakan berbagai kegiat an pengembangan prof esional guru t ermasuk pendidikan dan pelat ihan yang t erakredit asi bagi guru yang belum memiliki Ij azah S1/ D4.

Paket Pembelaj aran Model BERMUTU t elah dikembangkan unt uk dimanf aat kan sebagai perangkat ut ama dalam proses pendidikan dan pelat ihan t erakredit asi bagi guru di KKG/ MGMP. Paket Pembelaj aran Model BERMUTU yang dirancang dengan mengint egrasikan pendekat an penelit ian t indakan kelas, lesson st udy, dan st udi kasus, diharapkan dapat memandu guru-guru unt uk melakukan kaj ian krit is t erhadap proses pembelaj aran yang dilaksanakan, memperbaiki dan mengembangkan kurikulum pembelaj arannya, sert a memprakt ekkan pembelaj aran yang baik berdasarkan met ode PAKEM dan st rat egi pembelaj aran inovat if lainnya.

Paket Pembelaj aran Model BERMUTU dikembangkan dengan melibat kan sej umlah widyaiswara dari P4TK, dosen LPTK, guru, kepala sekolah dan pengawas sekolah, sert a mengint egrasikan berbagai masukan dari prakt isi lapangan dan nara sumber ahli dari LPTK. Dengan Paket Pembelaj aran Model BERMUTU, beragam kegiat an pengembangan prof esional guru di KKG/ MGMP dapat dilaksanakan secara akt if .

Penghargaan dan t erima kasih set inggi-t ingginya disampaikan kepada semua pihak yang t elah t erlibat dalam pengembangan Paket Pembelaj aran Model BERMUTU ini yang dikoordinasikan oleh Direkt orat Pembinaan Diklat , Dit j en PMPTK. Semoga Paket Pembelaj aran Model BERMUTU ini dapat bermanf aat bagi guru-guru dan komunit as pendidikan pada umumnya, sehingga pada akhirnya dapat t ercapai cit a-cit a luhur peningkat an kualit as pendidikan di t anah air.

Jakart a, 2 Sept ember 2009 Direkt ur Pembinaan Pendidikan dan Pelat ihan

(3)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

Kat a Pengant ar . . . i

Daf t ar Isi . . . vii

Pendahuluan . . . 1

Tuj uan . . . . . . 1

Kegiat an Belaj ar 1 . . . 2

A. Pengant ar . . . 3

B. Tuj uan . . . 7

C. Bahan, Alat dan Sumber Belaj ar . . . 7

D. Lampiran . . . 7

E. Langkah Kegiat an . . . 8

F. Bahan Bacaan unt uk Fasil it at or dan Pesert a . . . 13

Kegiat an Belaj ar 2 . . . 19

A. Pengant ar . . . 20

B. Tuj uan . . . 20

C. Bahan, Alat dan Sumber Belaj ar . . . 21

D. Lampiran . . . 21

E. Langkah Kegiat an . . . 22

F. Bahan Bacaan unt uk Fasil it at or dan Pesert a . . . 25

Daf t ar Ruj ukan . . . 34

Kegiat an Belaj ar 3 . . . 35

A. Pengant ar . . . 35

B. Tuj uan . . . 36

C. Bahan, Alat dan Sumber Belaj ar . . . 36

D. Lampiran . . . 37

E. Langkah Kegiat an . . . 37

F. Bahan Bacaan unt uk Fasil it at or dan Pesert a . . . 40

(4)

Pendahuluan

 

  Paket Pembelajaran BERMUTU merupakan program inovatif untuk

meningkatkan kualitas pembelajaran melalui kegiatan-kegiatan kelompok kerja guru,

kepala sekolah dan pengawas sekolah. Program ini berjalan di 75 kabupaten/kota di

16 propinsi di Indonesia dengan harapan kegiatan program ini dapat dijadikan model

pengembangan profesional yang sistematis bagi KKG dan MGMP di seluruh

Indonesia.

Ada dua Paket Pembelajaran BERMUTU, yaitu Paket Pembelajaran Bidang

Ilmu untuk guru SD dan SMP, serta Paket Pembelajaran Manajemen untuk kepala

sekolah dan pengawas sekolah.

Tujuan

Terdapat tiga tujuan utama dari program BERMUTU

• Meningkatkan kompetensi guru, kepala sekolah, dan pengawas sekolah untuk memperbaiki kualitas pembelajaran

• Memberikan kontribusi pada peningkatan kualifikasi para peserta melalui pemberian angka kredit kepada mereka yang berhasil menyelesaikan

program ini

• Memberikan kontribusi pada peningkatan kualitas sistem pengembangan tenaga profesional melalui tersedianya program kelompok kerja guru, kepala

sekolah, dan pengawas sekolah yang dapat diterapkan, sistematis, dan

(5)

Kegiatan Belajar 1 :

Bagaimana Menerbitkan

Learning Journal

pada Kelompok

Kerja Guru, Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah?

Unit 1 :

Pengenalan Karakteristik

Learning Journal

yang baik

Waktu :

4 jam (4x50 menit)

A.

Pengantar

  

 

Kualitas Sekolah dapat diukur dari aspek pengelolaannya yang profesional,

fasilitas (sarana dan prasarana) pembelajaran yang memadai, sumber daya

yang profesional serta mutu lulusan yang diakui oleh masyarakat. Kualitas

sekolah juga dapat diukur dari seberapa banyak penelitian yang telah

dilakukan oleh para gurunya, karya-karya intelektual yang dihasilkan, seperti

alat peraga dan sejauh mana tulisan-tulisan ilmiah (artikel) yang sumbangkan

gurunya untuk kemajuan pendidikan. Selanjutnya, karya tulis ilmiah, artikel,

buku dan berbagai tulisan ilmiah lainnya menjadi sangat signifikan apabila

tulisan tersebut dikutip atau dijadikan referensi oleh pendidik dan tenaga

kependidikan lainya. Dilihat dari sisi lain, tulisan, artikel dan karya tulis ilmiah

menjadi bagian penting bukan saja bagi penulisnya (dalam rangka

peningkatan kualitas diri sebagai pengajar), tetapi terlebih bagi

rekan-rekanya. Tradisi ilmiah berupa penerbitan jurnal ilmiah menurut Robby

Hidayat (2001) memiliki sumbangan yang positif, yakni membangun tradisi

(6)

Kehadiran jurnal ilmiah diprediksi akan memberikan kontribusi positif dalam

pengembangan disiplin akademik di bidang ilmu pengetahuan, teknologi dan

seni. Pentingnya jurnal sudah disadari oleh perguruan tinggi. Hanya saja,

masalah-masalah klasik yang dihadapi seperti pendanaan, pengelolaan

(manajemen penerbitan) serta susatainbilitasnya. Pengelolaan penerbitan

jurnal di bidang pembelajaran di sekolah atau kelompok kerja guru, kepala

sekolah dan pengawas sekolah akan menghadapi problematika tersendiri.

Guru-gutu di sekolah dasar dan sekolah menengah pertama masih belum

berpengalaman atau belum pernah menerbitkan dan mengelola Learning Journal. (Jurnal ilmiah pada umumnya berkembang di perguruan tinggi).

Penerbitan Learning Journal dimaksudkan dengan banyak tujuan. Bagi tenaga pengajar berfungsi untuk pengayaan, penyegaran, aktualisasi diri

serta peningkatan nilai kumulatif bagi kenaikan pangkat di sekolah. Bagi

sekolah, publikasi ilmiah, seperti Learning Journal bermuatan ganda, yaitu sebagai aset publikasi ilmiah serta aset kualitas tenaga pengajar dalam

kualifikasi kepangkatan. Dalam hal ini publikasi ilmiah, menguntungkan kedua

belah pihak. Sebagian tenaga pengajar menjauhi pekerjaan ‘menulis’ dan

meneliti bagi pengembangan keilmuannya. Tawaran menulis ‘artikel ilmiah’

sering menjadi beban bagi sebagian besar tenaga pengajar. Belum dapat

dijelaskan apakah hal ini terjadi karena banyaknya tenaga pengajar yang

hanya berkualifikasi S1(bahkan sebagian besar belum S1), tetapi kalau hal

tersebut merupakan alasan, maka seharusnya pendidik yang telah lulus

pasca sarjana (S2) seharusnya produktif dalam membuat karya tulis ilmiah,

akan tetapi kenytaannya sama saja. Pada umumnya guru masih belum

terbiasa menulis artikel atau karya tulis ilmiah lainnya.

Learning Journal menjadi penting dalam sudut pandang seperti tersebut di atas, maka semboyan ilmuwan-ilmuwan Amerika “Publish or Perish” diharapkan dapat dijadikan pemicu agar para pendidik di negeri tercinta ini

memiliki kesadaran untuk menulis. Publikasi Learning Journal diharapkan tidak bisa lepas dari membangun budaya, kebiasaan-kebiasaan menulis

untuk mengisi secara terus-menerus khazanah keilmuan dalam bidang

(7)

keilmuan pembelajaran (pendidikan) masih rendah di kalangan pendidik dan

tenaga kependidikan kita. Tidak jarang guru di sekolah kita yang hanya

mengajar dari ilmu yang didapat semasa kuliah (yang biasanya sudah

kadaluarsa). Jika ditanya, mengapa tidak membaca sumber-sumber yang

lebih up to date, guru tersebut menjawab tidak ada dana untuk membeli buku

sumber atau bahasa Inggris tidak dikuasai atau berbagai alasan lain. Pada

hal guru sebagai agen pembaharuan, dituntut untuk membaca artikel-artikel

keilmuan bermutu, terampil mengakses sumber informasi lewat internet

secara berkesinambungan serta mengkaji atau mengujinya untuk menjawab

permasalahan-permasalahan pembelajaran di sekolah. Lewat artikel-artikel

pada Learning Journal yang akan diterbitkan ini sebagian permasalahan yang dihadapi guru tersebut dapat diatasi.

Bagi pendidik dan tenaga kependidikan, yang telah memiliki kecintaan dan

kebiasaan menulis atau membaca, mereka tidak mungkin akan terus menerus

dapat menulis tanpa membaca dan tanpa didukung dengan

sarana-prasarana atau wadah yang tepat. Paling tidak, kepala sekolah dan pengawas

sekolah menghargai karya tulis ilmiah, artikel atau buku yang mereka

dihasilkan. Kebiasaan membaca, kecintaan menulis artikel adalah bagian dari

pengembangan profesionalitas dan pengembangan intelektualitas yang

sangat perlu ditumbuhkan dalam diri pendidik dan tenaga kependidikan di

sekolah kita. Membaca dan menulis bagi pendidik dan tenaga kependidikan

dapat diilustrasikan sebagai aktivitas harian seperti halnya bernafas.

Jurnal ilmiah di bidang pembelajaran diharapkan menjadi wadah dan candra

di muka pengembangan kualitas pendidikan, khususnya di bidang

pembelajaran. Pendidik dan tenaga kependididkan diharapkan berpartisipasi

untuk mengisi dan memperbarui materi keilmuan yang diajarkan dan

cara-cara mengajarkannya. Bahkan guru pemula dapat menjadikan jurnal tersebut

sebagai rujukan pemutakhiran metode pembelajaran dan materi yang

diajarkan. Siswa yang berada di kota besar, sekarang ini sudah dengan

mudah dapat mengakses pengetahuan melalui internet, yang kemungkinan

membuat pendidik dan tenaga kependidikan semakin tertinggal, apabila

(8)

meningkatkan minat baca dan menulis bukan hanya kewajiban bagi siswa,

akan tetapi merupakan kewajiban bagi pendidik dan tenaga kependidikan.

Proses pembelajaran di sekolah tidak akan dapat mengikuti perkembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi kalau guru-gurunya tidak terbiasa membaca.

Pendidik dan tenaga kependidikan tidak mungkin dapat menulis karya tulis

ilmiah atau artikel populer yang baik tanpa banyak membaca. Menulis dan

membaca adalah pintu gerbang utama mengikuti perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi.

Kecintaan untuk menulis, apa lagi menulis artikel ilmiah, seperti dalam jurnal

ilmiah terakreditasi, baik nasional apalagi internasiona masih belum tumbuh

dalam diri pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah dasar dan pendidikan

menengah. Bahkan guru yang sudah S2 pun masih belum terbiasa menulis

artikel. Berdasarkan kondisi seperti ini penerbitan Learning Journal

diharapkan dapat memacu minat pendidik dan tenaga kependidikan untuk

menulis dan dengan demikian artikel-artikel dalam jurnal tersebut dapat

dijadikan rujukan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah.

Di satu pihak guru, kepala sekolah dan pengawas sekolah dituntut untuk

menyusun karya tulis ilmiah, seperti menulis artikel ilmiah, di lain pihak yang

bersangkutan tidak mempunyai cukup waktu dan biaya untuk melakukan

penelitian. Hasil penelitian tindakan kelas dari guru tidak punya wadah untuk

diterbitkan. Sementara itu, hasil penelitian tersebut apabila dikirimkan ke

jurnal ilmiah di perguruan tinggi, akan kalah bersaing dengan hasil penelitian

para dosen. Oleh sebab itu, menerbitkan Learning Journal di sekolah seperti yang dilakukan oleh perguruan tinggi diharapkan dapat menjembatani.

Permasalahan sustainbilitas naskah dan dana akan secara alamiah dihadapi

para pendidik dan tenaga kependidikan di kabupaten/kota.

Learning Journal yang diusulkan untuk diterbitkan adalah jurnal refleksi dalam bidang pembelajaran. Guru, kepala sekolah dan pengawas sekolah dapat

mengisinya dengan hasil bacaan, hasil diskusi, refleksi terhadap temuan

dalam pembelajaran, hasil penelitian tindakan kelas atau apa saja yang

(9)

siswa yang mempunyai karya yang berkualitas dapat mengisinya. Learning Journal tidak hanya berorientasi pada pengembangan profesi pendidik dan tenaga kependidikan untuk memperoleh angka kredit untuk kenaikan pangkat,

akan tetapi lebih fokus pada komunikasi dan deseminasi informasi, temuan,

pemikiran, hasil penelitian tentang pembelajaran. Setiap guru dapat mengisi

Learning Journal, meskipun belum melaksanakan penelitian. Isi dari Learning Journal tidak harus dalam bentul artikel hasil penelitian, hasil telaahan yang memenuhi kriteria ilmiah. Akan tetapi dapat berupa pembuatan alat peraga

sederhana, penyelasaian soal mata pelajaran tertentu atau bahkan berbagai

temuan dalam implementasi KTSP.

Untuk menerbitkan Learning Journal dibutuhkan keberanian. Untuk memulai dan mendorong langkah-langkah berikutnya, diperlukan inisiatif kepala

sekolah atau dan pengawas sekolah. Kebersamaan di antara pendidik dan

tenaga kependidikan yang menjadi anggota kelompok kerja masing-masing

merupakan modal utama dan kunci untuk menerbitkan Learning Journal. Pendekatan-pendekatan personal kepada anggota kelompok kerja

diperkirakan akan mampu membangkitkan semangat untuk menerbitkan

Learning Journal. Kebersamaan dalam memecahkan masalah, diskusi dari hati ke hati, mengajak anggota kelompok kerja untuk merancang, membuat

nama jurnal dan memilih pengelola dan menulis isi jurnal.

Kebiasaan menyusun karya tulis ilmiah yang telah dimiliki guru perlu terus

dikembangkan dan dipeliharan melalui penerbitan Learning Journal. Diperkirakan jurnal tersebutmemberi sumbangan yang besar dan positif untuk

membangun tradisi berpikir ilmiah dan menuliskannya dalam bentuk artikel di

jurnal. Kehadiran Learning Journal diharapkan memberikan kontribusi positif terhadap pengembangan disiplin akademik para pendidik dan tenaga

kependidikan dalam kegiatan kelompok kerja KKG, MGMP, KKKS dan MKKS.

Kebiasaan perguruan tinggi dalam memanfaatkan jurnal ilmiah sebagai

wadah komunikasi hasil peneltian dan telaah ilmiah dapat diterapkan di dalam

pengelolaan pendidikan dasar.

(10)

 

B.

Tujuan

 

 

Topik 1 ini bertujuan memberi motivasi pada diri kepala sekolah dan

pengawas sekolah tentang menerbitkan Learning Journal. Setelah menyelesaikan Panduan Belajar kegiatan unit 1, kepala sekolah dan

pengawas sekolah, diharapkan mampu:

1. Mengidentifikasi dan memetakan kebutuhan Learning Journal

2. Mengidentifikasi dan memetakan karakteristik Learning Journal

3. Mengidentifikasi dan memetakan peluang untuk menerbitkan Learning Journal

4. Mengidentifikasi dan memetakan kendala yang akan dihadapi dalam

penerbitan Learning Journal.

C. Bahan, Alat dan Nara Sumber Belajar

Untuk menyelesaikan Panduan Belajar kegiatan unit 1, kepala sekolah dan

pengawas sekolah menggunakan bahan, alat dan sumber belajar antara lain

sebagai berikut.

1. Studi Kasus: Penerbitan Jurnal dan Buletin dalam bidang pembelajaran

2. Contoh model Jurnal dan Buletin, yang diterbitkan kelompok kerja guru

atau LPMP

3. Handout: Model dan Karakteristik Learning Journal

4. Kajian Pustaka tentang fungsi dan manfaar Learning Journal

D. Lampiran

Lampiran 1: Bahan Tayangan untuk Fasilitator

Lampiran 2: Bahan Bacaan untuk Fasilitator dan Peserta

(11)

E. Langkah Kegiatan

Panduan Belajar kegiatan Unit 1, dilaksanakan mengikuti alur kegiatan

sebagai berikut.

  Untuk menyelesaikan Panduan Belajar kegiatan 1, kepala sekolah dan

pengawas sekolah, diharapkan melakukan langkah-langkah kegiatan sebagai

berikut.

1. Pengantar (50 menit)

• Fasilitator membuka sesi ini, selanjutnya menjelaskan tentang kebijakan Program BERMUTU, dengan merangkum hal penting tentang program dari

Pendahuluan Modul ini

• Kemudian, dijelaskan tujuan sesi yaitu memberi motivasi pada diri kepala sekolah dan pengawas sekolah tentang pentingnya Learning Journal bagi sekolah dan kelompok kerja guru. Fasilitator meminta peserta untuk

menambahkan isu-isu lain yang ada di sekolah

• Fasilitator bersama peserta bertanya jawab tentang pengalaman peserta dalam menulis artikel dan laporan hasil penelitian tindakan kelas.

 

(12)

• Salah seorang peserta membantu fasilitator mencatatat di papan tulis temuan inti pengalaman peserta dalam penulisan artikel untuk jurnal atau

buletin.

2. Penyajian studi kasus penerbitan jurnal belajar (30 menit).

Untuk dapat menginventarisasi karakteristik dan manfaat jurnal belajar yang baik,

peserta diminta membedakan antara karya tulis ilmiah, hasil penelitian tindakan

kelas dan artikel jurnal, melalui berbagai alternatif di antaranya:

a. Alternatif ke-1: Penyajian studi kasus penerbitan jurnal.

Fasilitator menyajikan kasus penerbitan jurnal pembelajaran (kalau sudah

ada di sekolah di Indonesia akan lebih baik, jika belum ada dapat mengambil

contoh Learning Journal yang diterbitkan di sekolah di luar negeri. Fasilitator menyampaikan beberapa pertanyaan untuk dipertimbangkan oleh peserta selama

pembacaan studi kasus:

1) Apa manfaat Learning Journal yang diterbitkan

2) Apa kesulitan yang dihadapi oleh pengelola Learning Journal tersebut? 3) Bagaimana sebaiknya guru agar termotivasi untuk menerbitkan dan

memanfaatkan Learning Journal?

4) Apa manfaat Learning Journal bagi peserta didik? Selanjutnya:

Peserta diklat secara berkelompok mengkaji penerbitan model Learning Journal

yang disajikan dalam bentuk studi kasus

Peserta diklat memberikan tanggapan atas kebermanfaatan dan kesulitan, serta

memberikan solusi pemecahannya, yang dicatat dalam lembaran studi kasus

Berikut ini.

Salah satu kelompok mempresentasikan hasilnya, dan kelompok lain menanggapi

dan menambahkan.

(13)

 

Studi

 

Kasus

 

Penerbitan

 

Learning

 

Journal

 

 

Fasilitator

 

mengajak

 

peserta

 

untuk

 

melihat

 

berbagai

 

model

 

jurnal

 

dan

 

buletin

 

dalam

 

bidang

 

pendidikan,

 

yang

 

diterbitkan

 

oleh

 

lembaga

 

pendidikan

 

yang

 

ada

 

di

 

Indonesia.

 

(14)

Format 1:

Karakt erist ik

Learning Journal

No. Komponen Aspek Indikat or

1 Isi

2 Bahasa

3 Bent uk/ Ukuran

4 Manf aat

5 Pengelolaan

6 Pendanaan

(15)

LAMPIRAN

PAKET PEMBELAJARAN MANAJEMEN

UNIT 1

Karat erist ik

Learning Journal

1.

Bahan Tayangan unt uk Fasilit at or

2.

Bahan Bacaan unt uk Fasilit at or dan Pesert a

3.

Bahan Bacaan unt uk Pesert a t ent ang

(16)

Bahan Bacaan unt uk Fasilit at or dan Pesert a t ent ang

Learning Journal

Apa itu

Learning Journal?

Learning Journal, sebagai istilah yang diterjemahkan dari jurnal belajar (Learning Journal), yakni merupakan dokumen yang secara terus-menrus bertambah dan berkembang. Biasanya ditulis oleh pembelajar, sebagai rekaman terhadap

perkembangan materi yang sedang dipelajari. Sebenarnya, bisa saja terdapat

beberapa jurnal sesuai dengan mata pelajaran yang diikuti atau bahkan ada jurnal

yang berkaitan dengan pekerjaan sehari-hari. Sekarang ini yang banyak

berkembang adalah jurnal belajar secara online, di mana peserta dididk dapat

melakukan dialog (seperti dalam bentuk forum), bahkan peserta dididk dari sekolah

lain pun boleh ikut bergabung (nimbrung). Mungkin ide seperti ini cocok juga untuk

peserta/mahasiswa universitas terbuka, hanya saja perlu penyesuaian dengan

karakteristik mahasiswanya.

Learning Journal bukan....:

ƒ Bukan ringkasan materi pembelajaran, tetapi lebih fokus pada refleksi guru

terhadap apa yang telah dibaca atau yang sedang diajarkan

ƒ Katalog belajar, dalam katalog belajar biasanya ditulis waktu dan tanggal

mengajar atau dipelajari. Suatu katalog merupakan rekaman peristiwa, akan

tetapi Learning Journal merupakan rekaman refleksi dan hasil pemikiran guru.

Apa Keuntungan dari

Learning Journal?

Siapa yang paling diuntungkan kalau Learning Journal diterbitkan? Tentu peserta didik. Kenyataan menunjukkan, bahwa jika guru memelihara rekaman tentang apa

yang diajarkan dan bagaimana materi itu diajarkan, ini merupakan penunjang untuk

tetap mengingatnya di dalam kepala, ada pepatah orang tua yang mengatakan

”sebenarnya guru belum tahu apa-apa sampai guru tersebut dapat

menuliskannya” dan beberapa hasil penelitian telah membukti bahwa ungkapan

(17)

saja kemajuan yang telah dapatkan atau dilakukan. Ini juga berarti guru mulai

mencatat perbedaan di antara pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki tentang

mengajar.

Siapa Penulis

Learning Journal?

Seratus tahun yang lalu, pendidikan jarak jauh belum ada dan buku teks masih

sangat mahal harganya. Ketika itu, mahasiswa harus menuliskan apa yang telah

dipelajari pada buku catatan. Isi catatan kuliah tersebut adalah ringkasan dari apa

materi yang telah dipelajari. Yang menjadi fokus peserta adalah mereka harus

menulis dan memutuskan sendiri apa yang akan ditulis. Pada saat ini tidak

dibutuhkan catatan kuliah karena materi kuliah dapat diakses secara online, karena bahan kuliah, yang lebih lengkap dari catatan itu sudah ada di web site. Harga buku

teks pun sudah relatif murah dan karena kuliah dilaksanakan secara online berarti

harus gurunya harus mampu mengupload bahannya ke internet (web). Jadi dalam arti seperti pengganti “catatan kuliah”, guru hendaknya menggunakan Learning Journal. Penekanannya memang berbeda tetapi tujuannya sama, yaitu membantu memaknai apa yang telah dipelajari peserta didik pada saat guru mengajar.

Isi Learning Journal dapat meliputi:

ƒ Poin-poin yang ditemukan, khususnya materi yang menarik dari yang dibaca

guru dan tertarik untuk ditindaklanjuti lebih detail;

ƒ Pertanyaan yang muncul dibenak guru yang berkaitan dengan materi yang

dibaca pada topik tertentu (bahan ajar);

ƒ Setelah pembelajaran di kelas berlangsung (segera setelahnya, jika

memungkinkan) adalah merupakan waktu yang paling tepat untuk membuat

catatan untuk me-reinforce hasil belajar anak didik dengan mencoba mengingat apa inti yang telah diajarkan. Berpikir apa yang menjadi poin

utama yang baru bagi guru dari materi yang diajarkan hari ini. Guru diminta

oleh kepala sekolah atau pengawas sekolah untuk menuliskanlah hal tersebut

tanpa melihat RPP, kemudian membandingkan dengan RPP, sekadar untuk

menyakinkan apakah poin yang kita buat tersebut akurat;

ƒ Catatan tersebut dapat diambil dari materi lain yang dibaca, yang dikutip dari

(18)

ƒ Catatan apa saja yang berkaitan dengan pokok bahasan, komentar guru

dalam bentuk satu atau dua kalimat terhadap pokok bahasan artikel yang

ditemukan/dibaca yang berkaitan dengan materi pengajaran;

ƒ Refleksi guru terhadap materi dan kaitannya dengan kebutuhan guru tersebut

pada saat mengajar;

ƒ Bagaimana guru mengajarkan materi tersebut dan dikaitkan dengan apa yang

diajarkan dengan cara yang berbeda;

ƒ Pemikiran guru yang belum sepenuhnya terwujud tetapi guru harus

merumuskan kembali. Ini bisa meliputi perasaan guru tentang materi dan

perkembangan dan teori yang dikembangkan dalam pikiran guru tersebut.

Setiap guru mengirimkan bahan (naskah) untuk Learning Journal, hendaknya guru tersebut memikirkan kembali apa saja yang telah dilakukan pada saat mengajar,

dimulai dari waktu paling akhir. Sumber belajar yang paling banyak diakses oleh

guru? Mana yang yang paling sedikit diajarkan? Dan mengapa demikian? Apakah

materi tersebut sudah diketahui murid-muridnya sebelumnya? Hal-hal seperti itulah

yang hendaknya dituliskan oleh guru walaupun hanya satu atau dua paragrap satu

minggu, kemudian dikumpulkan dan dirangkum untuk dikirimkan atau dimuat di

Learning Journal.

Bagaimana Bentuk Learning Journal?

Bagaimana bentuk Learning Journal? Kalau kepala sekolah atau pengawas sekolah bertanya kepada guru, kemungkinan ada guru yang menyarankan, sebaiknya diketik

menggunakan komputer akan tetapi ada juga yang menyarankan ditulis tangan saja.

Tentu saja tergantung kebutuhan dan fasilitas pendukung yang tersedia. Learning Journal dapat diterbitkan dalam beberapa bentuk alternatif pilihan:

ƒ Jurnal bisa dalam ukuran yang kecil, sebesar block notes atau setengah

ukuran kertas A4, atau sebesar kertas A4, ini tergantung pada ketersediaan

naskah. Kalau semua guru anggota KKG atau MGMP, begitu ada pemikiran

tentang materi langsung ditulis dalam lembar kertas yang terpisah, nanti

kertas tersebut dapat disusun setelah diurutkan berdasarkan poin yang telah

(19)

pengajar dan lain sebagainya ditulis untuk dimuat di jurnal, maka tidak akan

kekurangan naskah;

ƒ Kemudian berdasarkan catatan kecil tadi oleh guru tersebut diuraikan

kedalam tulisan (diketik atau ditulis tangan) dan ini akan menjadi catatan

penting bagi penulis sebagai “buku” referensi setelah pembelajaran itu

selesai;

ƒ Jika lebih suka langsung menulis di laptop atau komputer, kemudian diprint

out, setiap halaman dibundel, sebagai rekaman permanen perkembangan

pembelajaran dan hasil belajar anak-anak;

ƒ Jika lebih suka membaca dari screen komputer, akan tetapi disarankan tetap

membuat print outnya untuk menjaga pengelola jurnal mengalami kesulitan

untuk membuka file yang dibuat oleh guru pengirim naskah tersebut (terjadi

gangguan sehingga tidak dapat dibaca).

Bentuk yang mana pun yang akan dipilih, yang penting bahwa hasil tulisan guru

tersebut setiap bulan harus dikirim lewat email ke redaksi Learning Journal

(diharapkan).

Pemikiran Pribadi

Guru, kepala sekolah atau pengawas sekolah bisa juga memasukkan hasil

pemikiran pribadi ke dalam Learning Journal, meskipun hal itu tidak ingin kepala sekolah melihatnya, akan tetapi hal tersebut dinilai perlu untuk diketahui orang lain

(di kemudian hari) atau bisa juga tidak dikirim ke redaksi jurnal, akan tetapi disimpan

atau didokumentasikan sendiri.

Apakah ada Waktu untuk Menulis Artikel?

Waktu yang diperlukan untuk menulis naskah untuk Learning Journal tersebut, jika dilakukan oleh guru atau kepala sekolah dan pengawas sekolah secara rutin,

mungkin hanya satu jam per minggu. Pada awalnya mungkin bisa lebih dari satu jam

(karena belum terbiasa), tetapi lama-kelamaan, asalkan dilakukan secara rutin

(20)

yang akan dikirim ke Learning Journal. Jika setiap minggu menghasilkan satu halaman, maka satu bulan telah ada empat halaman yang menjadi materi Learning Journal.

Nilai

Karena mengajar tampaknya adalah kegiatan yang bersifat individual, maka

mungkin catatan yang perlu dimasukkan ke dalam Learning Journal, jika menurut guru tidak ada peristiwa penting dalam pembelajaran yang perlu ditulis untuk

mengisi jurnal, guru tersebut diharapkan mengisi jurnal dengan hasil bacaan(buku,

artikel atau apa saja yang menarik bagi yang bersangkutan yang ada kaitannya

dengan pembelajaran).

Tujuan Penerbitan

Learning Journal

Tujuan menerbitkan Learning Journal, bagaimana agar guru memperoleh keuntungan dari jurnal tersebut. Dengan menuliskan sesuatu yang bermakna atau

pemikiran guru tentang pengalaman berharga dalam menjalankan tugas sebagai

pengajar diharapkan bahan tersebut, selain sebagai bahan refleksi bagi guru yang

bersangkutan, dijadikan rujukan oleh pembaca/guru lain yang menghadapi hal yang

sama. Learning Journal diharapkan menjadi wadah untuk saling sharing informasi, pengalaman, hasil pemikiran, hasil penelitian dan penyusunan RPP, evaluasi hasil

belajar atau materi pembelajaran serta alat peraga pembelajaran.

Learning Journal juga dapat merupakan tempat untuk bertanya, jika ada guru, kepala sekolah atau pengawas sekolah yang menghadapi permasalahan dalam

pembelajaran, misalnya mengenai menghadapi anak anak nakal, sumber materi

pembelajaran, metoda pembelajaran dan lain sebagainya, yang bersangkutan dapat

menuliskan pertanyaan tersebut di dalam Learning Journal. Diharapkan pada edisi berikut, selain anggota redaksi yang menjawab ada juga guru lain atau anggota

KKG/MGMP yang bersedia menjawab apbila menguasai hal yang ditanyakan

tersebut.

Setelah guru menyelesaikan tugasnya mengajar dalam satu semester di kelas

(21)

Journal adalah wadah untuk itu. Bagi peserta yang hendak melihat jurnal yang berkaitan dengan pembelajaran dapat mengakses:

www.maslibraries.org/infolit/samplers/spring/doub.html.

Alternatif lain, setelah guru selesai mengajar satu mata pelajaran atau satu topik,

kemudian, semua catatan yang dibuat selama ini tentang pembelajaran dilengkapi

dengan pemikiran penulis, dan tulisan tersebut menjadi naskah yang dibuat di

Learning Journal

ƒ Penjelasan pengertian, pengerjaan rumus, kendala yang dihadapi.

ƒ Materi yang didapatkan dari sumber lain, termasuk di luar buku rujukan

ƒ Nara sumber yang tertarik dan menguasai materi tersebut.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

(22)

 

Kegiatan Belajar 2 :

Bagaimana Menulis Artikel untuk

Learning Journal

Oleh Guru, Kepala Sekolah dan Pengawas

Sekolah?

 

 

Unit 2 : Menulis Artikel

Learning Journal

Waktu : 4 jam (4x50 menit)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

(23)

A.

Pengantar

  

 

Bahan ajar ini diusun untuk keperluan pendidikan dan latihan (diklat) guru,

kepala sekolah dan pengawas sekolah dalam membimbing guru untuk

menerbitkan dan mengisi Learning Journal. Isi dari Learning Journal tersebut adalah hasil refleksi guru, kepala sekolah dan pengawas sekolah yang

berkaitan dengan pembelajaran. Selain itu, anggota KKG/MGMP, KKKS dan

MKKPS mengisi jurnal tersebut dengan karya tulis ilmiah atau artikel populer.

Sebagai salah satu mata diklat, penulisan artikel berkaitan dengan mata diklat

lainnya yang dimaksudkan untuk membantu dan mendorong guru terbiasa

membuat karya tulis ilmiah. Karya tulis ilmiah sebagai salah satu bentuk

pengembangan profesionalitas guru secara berkelanjutan.

Artikel adalah bentuk karya tulis ilmiah yang paling sederhana. Jumlah

halaman artikel berkisar di antara 10 – 20 halaman. Tetapi boleh juga lebih

dari 20 halaman, tergantung keperluan. Artikel ada yang merupakan hasil

penelitian dan artikel nonpenelitian, bedanya hanya pada isi artikel, yang satu

hasil penelitian, sedangkan nonpenelitian merupakan hasil kajian, dua-duanya

wajib mencantumkan abstrak dan kata kunci. Artikel hasil penelitian membuat

kesimpulan berdasarkan fakta-fakta di lapangan (induktif) dan artikel

nonpenelitian berdasarkan kajian teoritis (deduktif).

Secara umum, artikel terdiri dari 3 bagian, yaitu bagian pendahuluan yang

memuat latar belakang, permasalahan, tujuan dan ruang lingkup. Bagian

kedua, yaitu pemaparan isi artikel atau deskripsi gagasan dan pembahasan.

Sedangkan bagian terakhir disebut bagian penutup, berisi simpulan,

rekomendasi dan rujukan.

B.

Tujuan

 

 

Topik 2 ini bertujuan memberi motivasi pada diri kepala sekolah dan

pengawas sekolah tentang membimbing guru untuk menulis artikel, yang

(24)

Belajar kegiatan unit 2, kepala sekolah dan pengawas sekolah, diharapkan

mampu:

1. Mengidentifikasi karakteritik Artikel yang layak untuk Learning Journal

2. Membantu guru dalam menulis artikel berdasarkan hasil penelitian

3. Membantu guru menulis Artikel berdasarkan hasil kajian

(nonpenelitian)

C. Bahan, Alat dan Nara Sumber Belajar

Untuk menyelesaikan Panduan Belajar kegiatan unit 2, kepala sekolah dan

pengawas sekolah menggunakan bahan, alat dan sumber belajar antara lain

sebagai berikut.

1. Penulisan Artikel dalam bidang pembelajaran untuk Jurnal dan Buletin

Contoh model artikel dari Jurnal ilmiah atau dan Buletin, yang diterbitkan

kelompok kerja guru atau LPMP

2. Handout: Model dan Karakteristik Artikel untuk Learning Journal

3. Kajian Pustaka tentang penulisan artikel untuk Learning Journal

D. Lampiran

Lampiran 1: Bahan Tayangan untuk Fasilitator

Lampiran 2: Bahan Bacaan untuk Fasilitator dan Peserta

(25)

E. Langkah Kegiatan

Untuk menyelesaikan Panduan Belajar kegiatan 2, kepala sekolah dan

pengawas sekolah, diharapkan melakukan langkah-langkah kegiatan sebagai

berikut.

1. Pengantar (50 menit)

• Fasilitator membuka sesi ini, selanjutnya menjelaskan tentang kebijakan Program BERMUTU, dengan merangkum hal penting tentang program dari

Pendahuluan Modul ini

• Kemudian, dijelaskan tujuan sesi yaitu memberi motivasi pada diri kepala sekolah dan pengawas sekolah tentang pentingnya Learning Journal bagi sekolah dan kelompok kerja guru. Fasilitator meminta peserta untuk

menambahkan isu-isu lain yang ada di sekolah

• Fasilitator bersama peserta bertanya jawab tentang pengalaman peserta dalam menulis artikel dan laporan hasil penelitian tindakan kelas.

 

(26)

• Salah seorang peserta membantu fasilitator mencatatat di papan tulis temuan inti pengalaman peserta dalam penulisan artikel untuk jurnal atau

buletin.

2. Penyajian Artikel dari Jurnal Ilmiah dalam bidang pembelajaran (30 menit).

Untuk dapat menginventarisasi karakteristik dan manfaat artikel dalam jurnal

ilmiah, peserta diminta membedakan antara karya tulis ilmiah, hasil penelitian

tindakan kelas dan artikel jurnal, melalui berbagai alternatif di antaranya:

a. Alternatif ke-1: Penyajian artikel dari jurnal ilmiah.

Fasilitator menyajikan atau membagikan contoh artikel dari terbital jurnal

ilmiah dalam bidang pembelajaran (kalau sudah ada di sekolah di Indonesia akan

lebih baik, jika belum ada dapat mengambil contoh Learning Journal yang diterbitkan di sekolah di luar negeri. Fasilitator menyampaikan beberapa

pertanyaan untuk dipertimbangkan oleh peserta selama pembacaan studi kasus:

1. Apa manfaat artikel dalam Learning Journal yang diterbitkan

2. Apa kesulitan yang dihadapi guru dalam menulis artikel dalam bidang

pembelajaran?

3. Bagaimana sebaiknya langkah yang diambil kepala sekolah dan pengawas

sekolah agar guru termotivasi untuk menulis artikel untuk Learning Journal?

4. Apa manfaat artikel dalam Learning Journal bagi peserta didik? Selanjutnya:

• Peserta diklat secara berkelompok mengkaji penulisan artikel untuk Learning Journal yang didasarkan dari model artikel yang disajikan fasilitator.

• Peserta diklat memberikan tanggapan atas kebermanfaatan dan kesulitan, serta memberikan solusi pemecahannya, yang dicatat dalam lembaran studi

kasus Berikut ini.

(27)

LAMPIRAN

PAKET PEMBELAJARAN MANAJEMEN

UNIT 2

Penulisan Art ikel

Learning Journal

1.

Bahan Tayangan unt uk Fasilit at or

2.

Bahan Bacaan unt uk Fasilit at or dan Pesert a

3.

Bahan Bacaan unt uk Pesert a t ent ang Penulisan

Art ikel

Learning Journal

4.

Bahan unt uk Pesert a t ent ang Ket erampilan

(28)

1.

Bahan Bacaan unt uk Fasilit at or dan Pesert a

2.

Bahan Bacaan unt uk Pesert a t ent ang Penulisan Art ikel

Learning Journal

 

PENULISAN

 

ARTIKEL

 

LEARNING

 

JOURNAL

 

Pendahuluan

Penulisan artikel ini dimaksudkan untuk pengembangan keterampilan dalam

penyusunan atau pembuatan artikel oleh guru. Membantu guru menjadi penulis

artikel yang produktif, terbiasa menyusun artikel dalam waktu yang relatif singkat.

Artikel yang ditulis dapat berdasarkan hasil peneltian atau data yang diperoleh di

lapangan, yang dikenal dengan artikel induktif dan atau artikel yang berdasarkan

hasil pengkajian teoritis, yang biasa disebut artikel deduktif. Agar guru terbiasa

menulis artikel dalam waktu relatif singkat dan memenuhi persyaratan karya tulis

ilmiah, diperlukan latihan, latihan dan latihan. Alah bisa karena biasa.

Penulisan karya tulis ilmiah merupakan kewajiban bagi masyarakat ilmiah. Guru

sebagai masyarakat ilmiah, wajib menyusun karya tulis ilmiah. Karya tulis ilmiah

pada umumnya disusun berdasarkan hasil penelitian. Karya tulis ilmiah antara lain

dalam bentuk, laporan penelitian, artikel jurnal, buku, artikel populer (biasanya di

media massa) . Karya tulis ilmiah dikaitkan dengan pengembangan profesi guru.

Guru dituntut untuk melakukan penelitian sebagai bentuk pengembangan

profesionalitasnya. Selain bertugas melaksanakan pendidikan dan pelatihan (diklat),

guru dituntut melakukan pengembangan profesi secara berkelanjutan. Salah satu

bentuk pengembangan profesionalitas guru adalah menjadi penulis artikel untuk

jurnal dan penulis makalah (pemakalah) dalam pertemuan ilmiah, seperti seminar,

workshop, konferensi. Guru yang tidak memenuhi angka kredit pengembangan

profesi tidak dapat naik pangkat. Saat ini diperkirakan 300-an guru terhambat

(29)

Artikel sebagai karya tulis ilmiah disusun mengikuti kriteria atau persyaratan yang

berlaku universal. Ada kalanya panitia (dewan redaksi jurnal) menambahkan

persyaratan tertentu, seperti jumlah halaman, tata tulis dan bahasa yang digunakan

dalam penulisan artikel. Artikel pada umumnya disampaikan kepada kelompok atau

masyarakat tertentu melalui jurnal ilmiah. Artikel tidak sama dengan laporan hasil

penelitian (lebih ringkas). Sedangkan artikel nonpenelitian hampir sama dengan

makalah (paper). Perbedaan makalah dengan artikel nonpenelitian terletak pada

abstrak dan kata kunci. Makalah tidak harus memuat abstrak dan kata kunci.

Artikel menggambarkan tema, topik, judul dan rumusan masalah, yang dipaparkan

pada bagian pendahuluan. Meskipun yang tertulis hanya judul artikel akan tetapi

secara tersirat mengambarkan tema dan topik. Sementara di bagian berikutnya

dideskripsikan gagasan yang ditawarkan dan pembahasan terhadap gagasan

tersebut.Tema, topik bahkan judul adakalanya disampaikan oleh pihak

penyelenggara, semacam artikel pesanan. Penulisan artikel yang dibahas di sini

adalah artikel secara umum, di mana penentuan tema, topik dan judul dilakukan

sendiri oleh penulis.

Tujuan menulis artikel adalah untuk mengkomunikasikan suatu gagasan, pemikiran

atau hasil kajian teoritis kepada orang lain, yang memerlukan gagasan tersebut.

Sebelum membaca artikel, yang pertama ditanyakan, apa inti gagasan disampaikan

penulis dalam artikel tersebut. Gagasan dapat berupa cara pandang baru terhadap

suatu persoalan, misalnya “model”, yaitu cara melakukan sesuatu, model

mengajarkan anatomi tubuh manusia kepada siswa SD. Jika tidak ada gagasan

(baru) yang hendak disampaikan, sebaiknya tidak dipaksakan menulis artikel.

Penulis artikel yang produktif adalah mereka yang mempunyai gagasan kreatif, yang

disampaikan kepada kelompok atau orang lain melalui karya tulis yang dinamakan

artikel. Sasaran yang dituju sebagai pembaca atau pengguna gagasan tersebut

adalah masyarakat yang relevan.

Guru yang mempunyai gagasan “baru” dalam bidang pendidikan, yang apabila

gagasan tersebut disampaikan kepada guru lain, diharapkan dapat diterapkan dalam

praktik pendidikan di sekolah. Penerapan gagasan tersebut diharapkan dapat

(30)

gagasan tersebut. Misalnya, gagasan menilai hasil belajar dengan menggunakan

komputer atau penilaian hasil belajar secara online. Mungkin gagasan tersebut telah lama berkembang di negara lain, kemudian diadaptasikan di sekolah di Indonesia

dengan mengembangkan “software” yang dirancang untuk melakukan penilaian

hasil belajar siswa secara langsung. Begitu selesai mengisikan jawaban terhadap

pertanyaan yang disajikan lewat monitor komputer, siswa tersebut dapat segera

mengetahui berapa pertanyaan yang dijawab dengan benar dan berapa yang salah

serta berapa nilai yang diperoleh.

Gagasan melakukan penilaian hasil belajar secara online, mungkin mendapat

sambuatan baik dari guru-guru, apabila hal tersebut menjadi masalah dalam tugas

mereka. Misalnya karena guru sudah tidak punya waktu untuk mengoreksi ulangan

siswa, apalagi kalau tes hasil belajar dibuat dalam bentuk esay, yang

pemeriksaannya membutuhkan banyak waktu. Kemudian perangkat komputer yang

dibutuhkan untuk menerapkan penilaian berbasis online tersebut tersedia di sekolah.

Jika tambahan keterampilan mengoperasikan komputer saja yang diperlukan oleh

guru, karena software sudah disertakan penulis artikel tersebut, besar kemungkinan

artikel tersebut menjadi sangat menarik bagi guru-guru di sekolah.

Penulisan Artikel

Sebelum menulis artikel perlu mengorganisir ide-ide pokok atau bagian-bagian

gagasan yang hendak ditulis. Ketika hendak membahas suatu tema, topik, atau

masalah, kemungkinan penulis tertarik untuk membahas metode, cara, pendekatan,

hasil penelitian, interpretasi atau barangkali hanya ringkasan hasil kajian teori yang

dilakukan pakar. Setelah menetapkan tema, topik dan judul berikutnya adalah

merumuskan permasalahan yang hendak dijawab dalam artikel tersebut. Misalnya,

Mengapa sebagian besar guru tidak objektif dalam memberi nilai hasil belajar

peserta didik?

Berdasarkan permasalahan di atas, penulis dapat merumuskan judul artikel menjadi:

Tingkat Objektivitas Penilaian Hasil Belajar Siswa di Sekolah XXX. Tema, topik

artikel adalah “Objektivitas nilai hasil belajar peserta didik”. Penulis dapat

merumuskan masalah sebelum merumuskan judul artikel atau sebaliknya. Artinya

(31)

1. Judul Artikel

Judul artikel sebaiknya ditulis dalam bentuk kalimat positif atau pernyataan, singkat,

jelas, informatif, sesuai dengan isi artikel dan maksimum terdiri dari 15 kata. Judul

menggambarkan isi artikel secara tepat dan akurat. Akan tetapi jika judul artikel tidak

lengkap, bisa membuat pembaca tidak menangkap makna yang terdapat dalam

artikel tersebut. Jika penulisan artikel membahas masalah kelompok masyarakat

tertentu, spesifik, hendaknya dituliskan pada judul artikel. Artikel yang membahas

masalah di daerah tertentu atau sistem yang berlaku pada masyarakat khusus

yang akan diterjemahkan ke dalam kelompok masyarakat lain hendaknya dituliskan

nama daerah tempat studi, yang dijadikan referensi penulisan artikel tersebut.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perumusan judul artikel:

• Judul adalah yang terbanyak dibaca oleh pengguna, terdiri dari beberapa kata yang mewakili isi artikel. Judul juga penting bagi petugas pembuat indeks dan

abstrak.

• Judul merupakan rangkaian kata-kata yang tidak perlu mengikuti kaidah tatabahasa. Yang terpenting adalah pemilihan kata-kata tersebut harus

mempunyai arti yang tepat.

• Hindari penggunaan kata-kata yang tidak perlu pada judul artikel seperti Penelitian untuk ……, Observasi ……., Percobaan Pendahuluan untuk …….,

…… beberapa ….., dan lain sebagainya. Kata-kata demikian dapat

dihilangkan dan tidak akan mengubah arti judul.

• Hindari pemakaian singkatan, rumus, jargon dan hal serupa. Bila terpaksa digunakan maka harus ditulis lengkap, misalnya HCL harus ditulis asam

klorida.

• Penggunaan judul berseri dapat menyusahkan pembaca terutama bila salah satu nomor serinya tidak dapat terbit. Ini menyebabkan ketergantungan dari

pembaca.

• Hindari judul yang menggantung (antara judul dan sub-judul dipisahkan tanda

: ). Judul tersebut mengandung kata atau tanda baca yang tidak diperlukan. Judul demikian serupa dengan judul berseri. Penggunaan judul semacam ini

harus dihindarkan karena pada prinsipnya, artikel itu harus menyampaikan

(32)

• Judul konvensional biasanya lebih bersifat indikatif daripada informatif. Judul demikian mengemukakan subyeknya bukan kesimpulannya dan biasanya

dimulai dengan kata, misalnya : Pengaruh …………

2. Penulis

Nama yang harus dicantumkan dalam artikel adalah nama penulis yang benar-benar

mempunyai kontribusi substantif dalam kegiatan penyusunan artikel. Nama-nama

penulis yang akan dicantumkan dalam artikel sebaiknya direncanakan sejak awal.

Jumlah penulis setiap artikel memang tidak ada batasannya, namun ada yang

berpendapat bahwa empat orang penulis dalam satu artikel sudah banyak. Nama

penulis harus ditulis secara konsisten dengan ejaan sesuai keinginan penulis. Nama

penulis yang hanya mempunyai satu suku kata, tidak ada persoalan dalam

penulisan nama, namun penulis yang namanya terdiri dari dua suku kata atau lebih,

penulisan nama dalam artikel harus konsisten. Nama keluarga ditulis lengkap

sedangkan nama depan dan tengahnya disingkat sesuai huruf depan nama tersebut

dan ditulis dengan huruf besar. Penulisan nama orang Indonesia yang tidak

menggunakan sistem marga belum ada.

Penulisannya tergantung keinginan penulis, mana yang akan ditulis lengkap dan

mana yang akan disingkat. Bila nama depan dan tengah disingkat, dikhawatirkan

akan sama dengan nama orang lain. Bila sudah ditetapkan cara penulisan nama,

maka nama penulis itu harus selalu ditulis demikian dalam setiap artikelnya. Bagi

penulis yang mempunyai nama dengan tiga suku kata dan nama depan serta

tengahnya disingkat, maka penulisannya dalam setiap artikel adalah nama depan

dan tengah yang disingkat dan diikuti nama terakhirnya yang ditulis lengkap. Hal ini

penting terutama untuk penulisan pustaka serta pembuatan indeks oleh petugas

yang berwenang. Gelar kesarjanaan, jabatan dan lain-lain tidak perlu dicantumkan

dalam penulisan nama penulis.

3. Alamat Penulis.

Sekolah tempat penulis bekerja ditulis sesudah nama penulis. Tidak perlu ditulis

dengan kata-kata guru pada sekolah XYZ. Bila lebih dari satu penulis dalam satu

artikel dan berasal dari sekolah berbeda, alamatnya ditulis semua. Cara

(33)

huruf terakhir dari nama tersebut. Penyantuman alamat penulis ini dimaksudkan

untuk keperluan korespondensi. Mengingat sekolah itu mudah dikenal maka dalam

penyantuman alamatnya cukup ditulis nama sekolah, nama kota, dan kode posnya.

Bila ada reorganisasi atau perpindahan tempat kerja penulis, maka alamat lama

masih tertera seperti biasa dan diberi catatan kaki tentang alamatnya sekarang dan

untuk selanjutnya cukup ditulis alamatnya yang baru.

4. Abstrak

Abstrak yang dibuat baik akan membantu pembaca memahami isi secara cepat dan

akurat tanpa membaca keseluruhan artikel. Abstrak memuat tujuan utama dan ruang

lingkup pembahasan sesuai dengan judul. Abstrak terdiri dari satu paragrap yang

menggambarkan keseluruhan isi, pendekatan, hasil dan pembahasan serta

simpulan. Abstrak ditulis setelah seluruh artikel selesai ditulis. Penggunaan kata

secara efisien sangat diperlukan, tetapi kalimat harus ditulis lengkap. Abstrak tidak

wajib dibuat dalam artikel, tidak seperti dalam artikel dan laporan penelitian.

5. Pendahuluan

Pedoman penulisan artikel memuat unsur-unsur yang harus tercakup dalam

pendahuluan artikel adalah latar belakang, ringkasan tinjauan pustaka yang

berhubungan dengan gagasan yang disampaikan dalam artikel atau penelitian yang

berkaitan dan pendekatan yang digunakan, serta keluaran yang diharapkan. Di

bagian latar belakang dikemukakan mengenai pentingnya masalah, gagasan yang

disampaikan. Di sini penting disebutkan secara jelas, apa masalahnya dan apa

akibat yang ditimbulkan jika permasalahan tersebut tidak diatasi. Untuk mencari akar

permasalahan dapat digunakan analisis pokok masalah.

Artikel yang ditulis berdasarkan fakta di lapangan atau hasil penelitian (artikel

induktif), formatnya disesuaikan dengan ketentuan penerbit atau pengguna artikel

tersebut. Sedangkan artikel yang dikembangkan atau ditulis berdasar kajian

konseptual (artikel deduktif), secara umum, terdiri dari judul, abstrak (kalau ada),

pendahuluan, bahan dan alat/metode, hasil dan pembahasan. Salah satu yang perlu

dihindari dalam menulis artikel adalah penggunaan jargon dan akronim, misalnya

mana yang lebih lebih tepat, “kita melakukan tes untuk...” atau “tes dilakukan

(34)

Bagian pendahuluan artikel dapat diawali dengan memperkenalkan literatur yang

membahas permasalahan yang hendak ditulis. Kesalahan yang sering terjadi dalam

penulisan bagian pendahuluan adalah, penulis artikel membeberkan kegiatannya

dan bidang studi yang digarapnya tanpa mendeskripsikan temuan utama. Di sini

perlu latihan, penulis berupaya menuliskan bagian pendahuluan, di mana pembaca

(dalam hal dapat minta tolong orang lain atau rekan kerja) tidak mengartikan makna

yang berbeda dengan apa yang dimaksudkan penulis dalam bagian pendahuluan

yang telah ditulis. Pertama, teks bagian pendahuluan artikel ditulis tanpa banyak

merujuk sehingga mudah dibaca (tanpa harus memaksa pembaca mencari seperti

yang disampaikan dalam rujukan). Rujukan dituliskan pada bagian akhir kalimat atau

paragrap untuk mengingatkan pembaca bahwa gagasan tersebut dirujuk dari penulis

lain. Pembaca tidak diinteruspsi dan dipaksakan harus mengikuti alur berpikir

penulis. Perlu diingat bahwa, tidak semua artikel mencantumkan nama penulis yang

dirujuk, adakalanya hanya mencantumkan notasi saja, yang kemudian baru di

bagian belakalang dilengkapi dengan nama lengkap dan judul buku yang dirujuk. Ini

sangat tergantung dengan sistim penulisan rujukan yang diikuti.

Fungsi bagian pendahuluan dari artikel adalah untuk menyampaikan esensi apa

yang dibahas dalam artikel, mengapa topik tersebut perlu dibahas, dan setelah itu

dirumuskan, berikutnya adalah merumuskan ruang lingkup dan tujuan

pembahasan. Hindari menuliskan bagian pendahuluan artikel dalam bentuk pointer,

sebaiknya ditulis dalam bentuk prase.

Bagian pendahuluan artikel sebaiknya tidak lebih dari dua halaman (dua spasi),

karena terlalu panjang bagian pendahuluan akan membuat pembaca malas

membacanya. Bagian pendahuluan dimaksudkan untuk menjelaskan kepada

pembaca tentang rasional di belakang gagasan yang dikemukakan dalam artikel

tersebut, atau urgensi alasan penulis membahas topik . Ini menunjukkan cara kerja

penulis dalam konteks teori sehingga pembaca mengapresiasi tujuan penulisan

artikel tersebut. Perlu diperhatikan dua hal:

• Pembaca tidak perlu disuguhi apa saja yang diketahui oleh penulis artikel

tentang topik yang dibahasnya;

• Buatlah paragrap yang logis, yang dapat menjelaskan alasan secara teoritis

(35)

6. Alat, Bahan dan Metode

Bagian ini dimaksudkan memberikan penjelasan tentang alat, bahan dan metode

yang digunakan oleh penulis. Bagian ini perlu bagi penulis artikel di bidang sains dan

teknologi atau artikel yang disusun berdasarkan hasil penelitian yang bersifat

eksperimental. Artikel yang ditulis berdasarkan percobaan atau hasil penelitian

dalam bidang sains menggunakan alat, bahan dan metode. Pembaca yang hendak

membuktikan hasil atau temuan-temuan yang disampaikan dalam artikel dapat di

cek ulang dengan mengulangi percobaan tersebut. Agar percobaan tersebut sama

dengan yang dilakukan penulis artikel, perlu dituliskan langkah-langkah, alat, bahan

dan metode yang dilakukan penulis untuk mendapatkan hasil percobaan tersebut.

Tidak ada batasan halaman, yang perlu diperhatikan adalah bahwa pembaca hanya

akan tertarik pada formula dan prosedur tertentu, secara spesifik...materi dan

metode dapat dituliskan secara terpisah..artikel dalam bidang sains yang

menggunakan metode dalam melaksnakan eksperimen harus dijelaskan secara rinci

sehingga pembaca dapat melakukan atau melakukan percobaan yang sama dengan

prosedur yang tepat.

Bagian berikutnya adalah mendeskripsikan hasil, temuan atau gagasan inti

berdasarkan permasalahan. Artikel berdasarkan hasil penelitian, dalam

mendeskripsikan hasil dan temuan-temuan dapat dibantu dengan gambar dan tabel

(kalau ada), yang menjadi alat bantu penyajian data. Hal yang perlu diperhatikan

dalam penyajian data, dibuat sederhana dan jelas, tetapi jangan menuliskan, “sudah

jelas sebagaimana tergambar dalam Gambar 1, “bahwa burung mempunyai habitat

yang sangat kompleks”. Akan lebih baik misalnya ditulis, “Burung mempunyai habitat

yang sangat bervariasi (Gmbar 1)” Sedapat mungkintidak terlalu sederhana. Jangan

mengharapkan pembaca yang akan memperjelas atau memperluas sendiri dari data

yang dicantumkan. Lebih baik ditulis saja di dalam hasil secara lengkap dengan

memberi penjelasan di bawah tabel atau gambar.

7. Pembahasan

Bagian ini merupakan pembahasan terhadap prinsip-prinsip atau temuan yang telah

disajikan atau didukung, kesimpulan apa yang dapat dibuat, bagaimana temuan atau

gagasan yang dikemukakan penulis artikel dibandingkan dengan gagasan orang

(36)

pendahuluan, apakah sudah terjawab permasalahan yang dihadapi? Bagaimana

temuan atau hasi penelitian dikaitkan dengan pengalaman kerja sebelumnya dan

apakah ada implikasinya baik secara teoritis maupun praktis terhadap pekarjaan

penulis.

Tujuan pembahasan adalah memberikan interpretasi terhadap gagasan dan untuk

mendukung kesimpulan yang dikemukakan penulis. Memberikan bukti-bukti dari

pengalaman atau eksperimen yang telah diakui secara ilmiah. Bukti-bukti tersebut

sebaiknya dideskripsikan secara jelas. Menginterpretasikan data dalam

pembahasan dengan kedalaman yang memadai. Ini berarti, penulis perlu

menjelaskan phenomena, mekanismenya dan bagaimana hal tersebut dapat

diamati. Jika hasil yang diperoleh berbeda dengan yang diharapkan, dijelaskan

mengapa hal tersebut terjadi. Jika gagasan yang dikemukakan sesuai atau didukung

teori dan terbukti aplatif untuk mengatasi permasalahan juga perlu dijelaskan dalam

pembahasan.

Pembahasan sebaiknya konsisten dengan hasil atau gagasan yang telah

dikemukakan pada bagian sebelumnya. Dapat merujuk data yang disajikan secara

ringkas, yang dimaksudkan untuk mendukung pembahasan tetapi sebaiknya tidak

membuat kesimpulan baru, walaupun itu yang secara secara langsung untuk

mendukung gagasan yang dikemukakan. Pembahasan ditujukan untuk mengupas

esensi temuan atau hasil atau gagasan yang dikemukan. Sebaiknya tidak

membiarkan pembaca berpikir sendiri, “ So what gitu lho?”. Bagian pembahasan

diakhiri ringkasan atau simpulan.

8. Rujukan

Penulis artikel, kemungkinan mengemukakan gagasan atau informasi yang

bersumber dari artikel atau karya tulis ilmiah orang lain. Tentu hal itu harus dihargai

dan diakui dengan menuliskan sumber-sumber tersebut. Semua rujukan berupa

literatur sebaiknya diikuti dengan sumber-sumber informasi yang dirujuk, misalnya,

"A drop in dissolved oxygen under similar conditions has been demonstrated before

(Norris, l986)."

(37)

a. Artikel ditulis berfokus pada kebutuhan pembaca bukan pada keinginan

penulis. Penulis ada kalanya lebih menuruti keinginannya pribadi dari pada

yang diinginkan pembaca. Sebaiknya penulis menuliskan poin-poin yang

diketahui tentang tema dan topik, tetapi lupa apakah hal itu diperlukan oleh

pembaca atau tidak.

b. Menyadari tingkat pengetahuan pembaca, siapa pembaca artikel yang ditulis?

Jika penulis memperkenalkan konsep “tingkat tinggi”, perlu diingat tingkat

pemahaman pembaca teradap istilah dan konsep yang dikemukakan tersebut

dalam artikel tersebut, biar “nyambung”.

Referensi:

Ambrose, H. W., III. and K. P. Ambrose. 1995. A handbook of biological

investigation. 5th ed. Hunter Textbooks, Inc. Winston-Salem, NC.

Day, R. A. 1983. How to write and publish a scientiÞc paper. 2nd edition. ISI Press,

Philadelphia, Pennsylvania, USA. McMillan, Victoria E. 1988. Writing papers in the

biological sciences. St. Martin’s Press, Inc., New York, New York, USA.

Neter, E., P. L. Altman, M. W. Burgan, N. H. Holmgren, G. Pollock, E. M. Zipf. 1983.

CBE style manual: a guide for authors, editors, and publishers in the biological

sciences. 5th edition. Council of Biology Editors, Inc., Bethesda, Maryland, USA.

Woodford, F. P., editor. 1986. ScientiÞc writing for graduate students: a manual on

the teaching of scientiÞc writing. Committee on Graduate Training in ScientiÞc

Writing. Council of Biology Editors, Inc., Bethesda, Maryland, USA.

 

 

(38)

Kegiatan

 

Belajar

 

3

 

:

  

Mengelola

 

Learning

 

Journal

  

Unit

 

3

 

:

  

Manajemen

 

Learning

 

Journal

  

Waktu

 

:

   

4

 

jam

 

(4x50

 

menit)

 

 

A.

 

Pengantar

  

Menulis jurnal sudah dikenal oleh pendidik beberapa puluh tahun yang lalu

dan sebagai strategi yang efektif dalam melatih berpikir dan belajar reflektif.

Yaitu dengan membuat koneksiatau pertautan di anatara pengalaman yang

kita beri makna dan penghayatan terhadap apa yang dipelajari. Sudah

merupakan hakekat manusia sebagai yang pintar “menghubungkan” dan

memberikan makna (meaning makers). Pengalaman manusia selalu berkaitan

dengan apa yang terjadi dan apa yang menyebabkan hal itu terjadi. Kejadian

tidak dapat dijelaskan secara objektif, seperti apa adanya, karena orang yang

mengalami peristiwa tersebut memberi warna terhadap kejadian tersebut,

bahkan ada yang dilupakan, dihapus...jadi pengalaman subjektif. Learning

Journal, merupakan refleksi guru terhadap tugasnya sebagai pengajar, yang

diisi dengan berbagai hasil refleksi guru.

Learning Journal sebagai wadah hasil refleksi guru (pemikiran dan perasaan) untuk memperkaya pembelajaran di sekolah. Diharapkan setiap guru

(39)

pembelajaran adalah unik, maka hasil refleksi guru boleh saja masuk dalam

jurnal sejauh ada maknanya bagi guru lain yang membaca.

B.

 

Tujuan

 

 

Topik 3 ini bertujuan memberi motivasi pada diri kepala sekolah dan

pengawas sekolah tentang menerbitkan Learning Journal. Setelah menyelesaikan Panduan Belajar kegiatan unit 3, kepala sekolah dan

pengawas sekolah, diharapkan mampu:

1. Mengidentifikasi kebutuhan dan merencanakan penerbitan Learning Journal

2. Merumuskan prosedur standar pengelolaan Learning Journal

3. Menetapkan persyaratan atau kriteria Dewan Redaksi Learning Journal

4. Mengidentifikasi sumber-sumber dana untuk penerbitan Learning Journal  

C.

 

Bahan,

 

Alat

 

dan

 

Nara

 

Sumber

 

Belajar

 

Untuk menyelesaikan Panduan Belajar kegiatan unit 3, kepala sekolah dan

pengawas sekolah menggunakan bahan, alat dan sumber belajar antara lain

sebagai berikut.

1. Studi Kasus: Pengelolaan Jurnal dan Buletin dalam bidang pembelajaran

2. Contoh model Jurnal dan Buletin, yang diterbitkan kelompok kerja guru

atau LPMP

3. Handout: Model dan Karakteristik Learning Journal

(40)

D.

 

Lampiran

 

Lampiran 1: Bahan Tayangan untuk Fasilitator

Lampiran 2: Bahan Bacaan untuk Fasilitator dan Peserta

Lampiran 3: Bahan Bacaan tentang Jurnal untuk Peserta

E.

 

Langkah

 

Kegiatan

 

Panduan Belajar kegiatan Unit 3, dilaksanakan mengikuti alur kegiatan

sebagai berikut.

Untuk menyelesaikan Panduan Belajar kegiatan 3, kepala sekolah dan pengawas sekolah, diharapkan melakukan langkah-langkah kegiatan sebagai berikut.

1. Pengantar (50 menit)

• Fasilitator membuka sesi ini, selanjutnya menjelaskan tentang kebijakan Program BERMUTU, dengan merangkum hal penting tentang program dari Pendahuluan Modul ini

• Kemudian, dijelaskan tujuan sesi yaitu memberi motivasi pada diri kepala sekolah dan pengawas sekolah tentang pentingnya Learning Journal bagi

 

(41)

sekolah dan kelompok kerja guru. Fasilitator meminta peserta untuk menambahkan isu-isu lain yang ada di sekolah

• Fasilitator bersama peserta bertanya jawab tentang pengalaman peserta dalam menulis artikel dan laporan hasil penelitian tindakan kelas.

• Salah seorang peserta membantu fasilitator mencatatat di papan tulis temuan inti pengalaman peserta dalam penulisan artikel untuk jurnal atau buletin.

2. Penyajian Pengelolaan Learning Journal (30 menit).

Untuk dapat menginventarisasi perencanaan dan pengeloaan, sirkulasi Learning Journal dengan, peserta diminta membedakan antara manajemen jurnal ilmiah dengan manajemen secara umum, melalui berbagai alternatif di antaranya:

a. Alternatif ke-1: Penyajian pengelolaan penerbitan jurnal ilmiah.

Fasilitator menyajikan kasus penerbitan jurnal pembelajaran (kalau sudah ada di sekolah di Indonesia akan lebih baik, jika belum ada dapat mengambil contoh Learning Journal yang diterbitkan di sekolah di luar negeri. Fasilitator menyampaikan beberapa pertanyaan untuk dipertimbangkan oleh peserta selama pembacaan studi kasus:

1) Apa manfaat adanya standar pengelolaan Learning Journal yang diterbitkan?

2) Apa kesulitan yang dihadapi oleh pengelola Learning Journal tersebut? 3) Bagaimana sebaiknya guru agar termotivasi untuk menerbitkan dan

memanfaatkan Learning Journal?

4) Apa manfaat Learning Journal bagi peserta didik?

Selanjutnya:

• Peserta diklat secara berkelompok mengkaji manajemen penerbitan

Learning Journal yang akan diterbitkan dalam bentuk diskusi kelompok;

• Peserta diklat memberikan tanggapan atas kebermanfaatan dan kesulitan, serta memberikan solusi pemecahannya, yang dicatat dalam lembaran studi kasus Berikut ini.

(42)

LAMPIRAN

PAKET PEMBELAJARAN MANAJEMEN

UNIT 3

Manaj emen Learning Journal

1.

Bahan Tayangan unt uk Fasilit at or

2.

Bahan Bacaan unt uk Fasilit at or dan Pesert a

3.

Bahan Bacaan unt uk Pesert a t ent ang

(43)

1.

Bahan Bacaan unt uk Fasilit at or dan Pesert a

2.

Bahan Bacaan unt uk Pesert a t ent ang Jurnal

MERANCANG, MENGELOLA, MENERBITKAN,

DAN MENULIS PADA

LEARNING JOURNAL

Pendahuluan

Bagi warga sekolah, terutama guru dan kepala sekolah, serta pengawas

sekolah tersedianya media komunikasi ilmiah berupa Learning Journal

merupakan tuntutan yang mendesak. Bahkan dapat dikatakan, sudah menjadi

conditio sine qua non. Sudah barang tentu Learning Journal sebagai salah satu wadah untuk mendesiminasikan berbagai hasil pemikiran (refleksi), temuan

ilmiah, seperti hasil penelitian tindakan (PTK) baik di antara sesama anggota

KKG/MGMP maupun kepada khalayak luas pemerhati pendidikan sebagai

stakeholders sekolah. Melalui Learning Journal, sekolah tidak lagi menjadi menara gading yang hanya indah dipandang masyarakat sekitarnya.

Merancang dan mengelola Learning Journal pada kelompok kerja guru, kepala sekolah dan pengawas sekolah sesungguhnya tidak telalu mudah. Untuk

menyampaikan temuan, hasil bacaan, hasil penelitian tindakan kelas, hasil

pemikiran atau berbagai bentuk hasil karya keilmuan diperlukan suatu alat

komunikasi yang mudah dipahami oleh warga sekolah maupun masyarakat

peduli pendidikan. Model wadah komunikasi (tertulis) yang selama ini dianut

civitas akademika, antara lain dalam bentuk karya tulis; buku, majalah, jurnal,

abstrak, proseding, pamflet, leaflet, paper, dan lain lain. Setiap bentuk sarana

komunikasi tersebut mengikuti aturan-aturan, pola dan format yang

mengikatnya sehingga dapat dinilai sebagai karya ilmiah (bukan seni atau

bentuk pengetahuan lainnya). Modul ini hanya akan membahas tentang

Referensi

Dokumen terkait

Dampak Debu Vulkanik Letusan Gunung Sinabung terhadap Kadar Cu, Pb, dan B Tanah di Kabupaten Karo.. Jurnal

Dengan adanya masalah seperti yang telah diuraikan diatas maka hal yang dapat dilakukan penulis adalah dengan menerapkan perbaikan kualitas dengan menerapkan Perbaikan Six

Pada saat ini Pelayanan Kesehatan TB Paru di Puskesmas Mranggen III Kabupaten Demak masih mengalami kendala dalam memberikan pelayanan kepada pasien.. Di Puskesmas

Setelah melakukan evaluasi penawaran untuk paket jasa konsultansi kegiatan Belanja Jasa Konsultan Perencanaan Drainase UPT 2 Pada Dinas Bina Marga Kota Medan

If, for example, we are used to watching endless hours of television each night it will certainly be hard for us to win the battle of breaking that habit.. It will be even harder

Tempat : ULP Kabupaten Wajo (Jl. 17 Sengkang) Waktu : sebagaimana tercantum dalam aplikasi SPSE Agenda Klarifikasi : membawa berkas asli dokumen penawaran. administrasi teknis

Praktik Pengalaman Lapangan adalah semua kegiatan kurikuler yang harus dilakukan mahasiswa praktikan, sebagai pelatihan untuk menerapkan teori yang diperoleh

Sebab dewasa ini para peneliti berlomba-lomba agar laporan penelitian mereka masuk ke jurnal yang dianggap semakin mahal semakin memiliki prestige , seperti jurnal yang