• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I KONSEP KOMUNIKASI simbolik docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB I KONSEP KOMUNIKASI simbolik docx"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

KONSEP KOMUNIKASI

A. Sejarah Komunikasi

Perkembangan komunikasi sebelum menjadi science, komunikasi sebagai science sejak dekade 40-an sampai sekarang Ilmu komunikasi adalah salah satu disiplin yang masuk dalam kelompok ilmu-ilmu sosial. Secara umum, sejarah perkembangan ilmu komunikasi dapat dibagi dalam empat (4) periode. Pertama, periode "tradisi retorika" yang dimulai sejak zaman Yunani Kuno. Kedua, periode antara tahun 1900 sampai Perang Dunia II yang dapat disebut sebagai periode pertumbuhan ilmu komunikasi.

Ketiga, periode setelah perang Dunia II sampai tahun 60-an. Periode ini umumnya disebut sebagai periode konsolidasi. Dan, keempat adalah periode teknologi komunikasi yang dimulai dari tahun 60-an sampai sekarang. Tiap periode masing-masing memberikan karakteristik tersendiri terhadap penekanan bidang studi dan konteks peristiwa komunikasi yang diamati. Berikut adalah uraian singkat mengenai kondisi dan perkembangan ilmu komunikasi untuk setiap periode

1. Periode Tradisi Retorika

Perkembangan lahirnya ilmu komunikasi dapat ditelusuri sejak peradaban Yunani Kuno beberapa ratus tahun sebelum masehi. Sebutan "komunikasi" dalam konteks arti yang berbeda sekarang ini memang belum dikenal saat itu. Isilah yang berlaku pada zaman tersebut adalah "retorika".

Para ahli berpendapat bahwa studi retorika sebenarnya telah ada sebelum zaman Yunani (Golden, 1978, Foss, 1985; forsdale 1981). Disebutkannya bahwa zaman kebudayaan Mesir Kuno telah ada tokoh-tokoh retorika seperti Kagemni dan Ptah-Hotep. Namun demikian tradisi retorika sebagai upaya pengkajian yang sistematis dan terorganisir baru dilakukan di zaman Yunani Kuno dengan perintisnya Aristotle (Golden, 1978) Pengertian "retorika" menurut Aristotle, menunjuk kepada segala upaya yang bertujuan untuk persuasi. Lebih lanjut Aristotle menyatakan bahwa retorika mencakup tiga unsur yakni:

a. Ethos (kredibilitas sumber)

(2)

Dengan demikian upaya persuasi, menurut Aristotle menuntut tiga (3) faktor yakni kredibilitas dari pelaku komunikasi yang melakukan kegiatan persuasi, kemampuan untuk merangsang emosi/perasaan dari pihak yang menjadi sasaran, serta kemampuan untuk mengungkapkan fakta-fakta yang mendukung (logika) Pokok-pokok pikiran Aristotle ini kemudian dikembangkan lagi oleh Cicero dan Quintilian. Mereka menyusun aturan retorika yang meliputi lima (5) unsur:

a. Invention (urutan argumentasi) b. Dispesitio (pengaturan ide) c. Eloquito (gaya bahasa) d. Memoria (ingatan), serta

e. Pronunciation (cara penyampaian pesan)

Kelima unsur ini, menurut Quintilian dan Cicero merupakan faktor-faktor penentu keberhasilan upaya persuasi yang dilakukan seseorang. Tokoh-tokoh retorika lainnya yang dikenal pada zaman itu adalah Corax, Socrates dan Plato. Dalam abad pertengahan studi retorika ini secara institusional semakin mapan, khususnya di negara-negara Inggris, Perancis dan Jerman. Tokoh-tokohnya yang terkemuka pada masa ini antara lain Thomas Wilkson, Francis Bacon, Rene Descartes, John Locke, Giambatista, dan David Hume.

Dalam akhir abad ke 18 prinsip-prinsip retorika yang dikemukakan oleh Aristotle, Cicero dan Quintilian, kemudian menjadi dasar bagi bidang kajian

"speech communication" (komunikasi ujaran) dan "rhetoric". Retorika tidak lagi diartikan secara sempit sebagai upaya persuasi. Pengertian retorika menunjuk pada "kemampuan manusia mengunakan lambang-lambang untuk berkomunikasi satu sama lainnya" (Foss et al, 1985:15) Tokoh-tokoh retorika yang terkenal pada saat ini antara lain: I.A Richard, Richard M. Weaver, Stephen Toulmin, Kenneth Burke, Marshall Mcluhan, Michel Foucalt, Jurgen Habermas, Ernesto Grassi dan Chaim Perelman.

2. Periode Pertumbuhan : tahun 1900 – Perang Dunia II

Pertumbuhan komunikasi sebagai salah satu disiplin ilmu sosial barangkali dapat dikatakan dimulai pada awal abad ke-19. Sedikitnya ada tiga pertimbangan penting pada masa ini. Pertama, adalah penemuan-penemuan teknologi komunikasi seperti telephone, radio, televisi, dll. Kedua, proses industrialisasi dan modernisasi yang telah terjadi di negara-negara Eropa Barat dan Amerika. Ketiga, pecahnya Perang Dunia I dan II.

(3)

komunikasi yang berkembang pada periode ini meliputi hubungan komunikasi dengan institusi dan masalah-masalah politik kenegaraan, peranan komunikasi dalam kehidupan sosial, analisis psikologi sosial komunikasi, komunikasi dan pendidikan, propaganda dan penelitian komunikasi komersial.

Pada masa itu, bidang kajian komunikasi dan kehidupan sosial mulai berkembang sejalan dengan proses modernisasi yang terjadi. Diasumsikan bahwa komunikasi mempunyai peran dan kontribusi yang nyata terhadap perubahan sosial. Penelitian-penelitian empiris dan kuantitatif mulai banyak dilakukan dalam mengamati proses dan pengaruh komunikasi.

Di bidang pengkajian komunikasi dan pendidikan misalnya, aspek-aspek yang diteliti mencakup penggunaan teknologi baru dalam pendidikan formal, keterampilan komunikasi, strategi komunikasi instruksional, serta "reading and listening". Sementara dibidang penelitian komunikasi komersial, dampak iklan terhadap khalayak serta aspek-aspek lainnya yang menyangkut industri media mulai berkembang sejalan dengan tumbuhnya industri periklanan dan penyiaran

(broadcasting)

Pikiran-pikiran baru tentang komunikasi yang terjadi pada masa ini, langsung atau tidak langsung juga dipengaruhi oleh gagasan-gagasan para ahli ilmu sosial Eropa. Pada masa itu (menjelang akhir abad ke 18) universitas-universitas di Eropa, terutama Jerman dan Perancis, merupakan pusat intelektual terkemuka di dunia. Pokok-pokok pikiran dari Max Weber, August comte, Emille Durkheim dan Sir Herbert Spencer dipandang punya pengaruh terhadap pengembangan teori-teori komunikasi yang terjadi pada periode ini. Tokoh-tokoh ilmu lainnya yang dianggap punya andil besar adalah Gabriel Tarde dan George Simmel.

3. Periode Konsolidasi : Perang Dunia II – tahun 1960an

Periode setelah perang Dunia II sampai tahun 1960-an disebut sebagai suatu ilmu pengetahuan sosial yang bersifat multidisipliner (mencakup berbagai ilmu) mulai terjadi. Kristalisasi ilmu komunikasi ditandai oleh 3 (tiga) hal.Pertama, adanya adopsi perbendaharaan istilah-istilah yang dipakai secara seragam. Kedua, munculnya buku-buku dasar yang membahas tentang pengertian dan proses komunikasi. Ketiga, adanya konsep-konsep baku tentang dasar-dasar proses komunikasi. Pendekatan komunikasi telah menjadi suatu pendekatan yang lintas disipliner dalam arti mencakup berbagai disiplin ilmu lainnya, karena disadari bahwa komunikasi merupakan suatu proses yang kompleks.

(4)

Hovland (keduanya ahli psikologi sosial) disebut oleh Wilbur Schramm sebagai

"the founding fathers" (para pendiri atau perintis) ilmu komunikasi. Disebut demikian karena pokok-pokok pikiran mereka dipandang sebagai landasan bagi pengembangan-pengembangan teori komunikasi.

Wilbur Schramm sendiri dinilai sebagai "institutionalizer" – yakni yang merintis upaya pelembagaan pendidikan komunikasi sebagai bidang kajian akademis. Karena jasanyalah pengembangan bidang kajian komunikasi menjadi suatu disiplin ilmu sosial yang mapan dan melembaga menjadi terealisasi. "Institute of Communication Research" yang didirikan Schramm di Illonis pada tahun 1947 merupakan lembaga pendidikan tinggi ilmu komunikasi yang pertama di Amerika Serikat. Sementara itu dua tokoh lainnya yakni Claude E. Shannon dan Nobert Wiener disebut sebagai "insinyur-insinyur komunikasi".

Istilah "Mass Communication" (Komunikasi Massa) dan "Communication Research" (Penelitian Komunikasi) mulai banyak digunakan. Cakupan bidang ilmu komunikasi mulai diperjelas dan dibagi dalam empat bidang tataran :

komunikasi intra pribadi, komunikasi antar pribadi, komunikasi kelompok dan organisasi, dan komunikasi macro sosial serta komunikasi massa. Lebih lanjut, sejalan dengan kegiatan pembangunan yang terjadi di seluruh negara termasuk negara-negara berkembang, studi-studi khusus tentang peranan dan kontribusi komunikasi dalam proses perubahan sosial, difusi inovasi juga mulai banyak dilakukan.

4. Periode Teknologi Komunikasi : tahun 1960an - sekarang

Sejak tahun 1960-an ilmu komunikasi semakin kompleks dan mengarah pada spesialisasi. Menurut Rogers (1986) perkembangan studi komunikasi sebagai suatu disiplin ilmu telah mulai memasuki periode "take off" (tinggal landas) sejak tahun 1950-an. Secara institusional kepesatan perkembangan ilmu komunikasi pada masa sekarang ini antara lain tercermin dalam beberapa indikator sebagai berikut:

• Jumlah universitas yang menyelenggarakan program pendidikan komunikasi semakin banyak dan tidak hanya terbatas di negara-negara maju seperti AS, tetapi juga negara-negara berkembang di Asia, Amerika Latin dan Afrika,

(5)

Semakin banyaknya pusat-pusat penelitian dan pengembangan komunikasi. Dalam bidang keilmuan, kemajuan disiplin komunikasi ini juga tercermin dengan:

A. Semakin banyaknya literatur komunikasi seperti buku-buku, jurnal-jurnal, hasil-hasil penelitian ilmiah atau terapan, monografis dan bentuk-bentuk penerbitan lainnya

B. Semakin beragamnya bidang-bidang studi spesialisasi komunikasi

C. Serta semakin banyaknya teori-teori dan model-model tentang komunikasi yang dihasilkan para ahli.

Sebagai gambaran, hingga saat ini terdapat 126 definisi, sekitar 50 teori dan 28 model tentang komunikasi (Dance, 182; Littlejohn, 1989; McQuail & Windahi, 1981; Forsdale, 1981) Periode masa sekarang juga disebut sebagai periode teknologi komunikasi dan informasi yang ditandai oleh beberapa faktor sebagai berikut: (1) kemajuan teknologi komunikasi dan informasi seperti komputer, VCR, TV kabel, parabola video home computer, satelit komunikasi, teleprinter, videotext, laser vision dan alat-alat komunikasi jarak jauh lainnya, (2) tumbuhnya industri media yang cakupannya tidak hanya bersifat nasional tetapi juga regional dan global, (3) ketergantungan terhadap situasi ekonomi dan politik global/internasional, (4) semakin gencarnya kegiatan pembangunan ekonomi di seluruh negara, serta (5) semakin meluasnya proses demokratisasi ekonomi dan politik.

B. Definisi Komunikasi

1. Pengertian Komunikasi secara Etimologis

Secara etimologi atau menurut asal katanya, istilah komunikasi berasal dari bahasa latin communication, dan perkataan ini bersumber dari kata communis

yang berarti sama, sama makna, yaitu sama makna mengenai suatu hal. Dengan demikian komunikasi, menurut lexicographer (ahli kamus bahasa), “menunjuk pada suatu upaya yang bertujuan berbagi untuk mencapai kebersamaan. Sementara itu, dalam Webster New Collegiate Dictionary edisi tahun 1977 antara lain dijelaskan bahwa komunikasi adalah “suatu proses pertukaran informasi di antara individu melalui sistem lambng-lambang, tanda-tanda, atau tingkah laku.

(6)

komunikatif apabila kedua-duanya, selain mengerti bahasa yang dipergunakan, juga mengerti makna dari bahan yang dipercakapkan.

Akan tetapi, pengertian komunikasi yang dipaparkan di atas (dari segi bahasa) sifatnya masih dasariah, dalam arti dalam komunikasi minimal harus mengandung kesamaan makna dari pihak yang terlibat komunikasi. Dikatakan minimal karena komunikasi tidaklah sekedar informatif, yakni agar orang lain mengerti dan tahu, namun juga persuasif, yakni agar orang lain bersedia menerima suatu paham atau keyakinan, melakukan suatu perbuatan atau kegiatan, dan lain-lain

2.Pengertian Komunikasi Secara Terminologis

Sejalan dengan perkembangan ilmu komunikasi sebagai ilmu pengetahuan sosial yang sifatnya multidisipliner, definisi-definisi yang yang berikan oleh para ahli pun semakin banyak dan beragam. Masing-masing memiliki penekanan arti, cakupan, dan konteks yang berbeda satu dengan lainnya. Dari sekian banyak definisi tersebut, berikut diantaranya adalah menurut :

1. Bernard Berelson dan Gary A. Steiner: "Komunikasi: transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan, dan sebagainya, dengan menggunakan simbol-simbol, kata-kata, gambar, figure, grafik, dan sebagainya. Tindakan atau proses transmisi itulah yang biasanya disebut komunikasi.” 2. Theodore M. Newcomb: "Setiap tindakan komunikasi dipandang sebagai

suatu transmisi informasi terdiri dari rangsangan yang diskriminatif, dari sumber kepada penerima.”

3. Carl I. Hovland: "Komunikasi adalah proses yang memungkinkan seseorang (komunikator) menyampaikan rangsangan (biasanya lambang-lambang verbal) untuk mengubah perilaku orang lain (komunikate)” 4. Gerald R. Miller "Komunikasi terjadi ketika suatu sumber menyampaikan

suatu pesan kepada penerima dengan niat yang disadari untuk mempengaruhi perilaku penerima.”

5. Everett M. Roger: "Komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka.”

6. Raymond S. Ross: "Komunikasi (intensional) adalah suatu proses menyortir, memilih, dan mengirimkan simbol-simbol sedemikian rupa sehingga membantu pendengar membangkitkan makna atau respons pikirannya yang serupa dengan yang dimaksud komunikator."

(7)

Apa Dengan Saluran Apa Kepada Siapa Dengan Pengaruh Bagaimana? 1[4]

Ketujuh definisi di atas, masing-masing memberikan penekanan arti yang berbeda. Definisi dari Bernard Berelson dan Gary A. Steiner, menekankan komunikasi pada proses penyampaian. Hal yang disampaikan dapat berupa informasi, gagasan, emosi, keterampilan, dan sebagainya, sedangkan cara penyampaiannya dengan menggunakan simbol-simbol, kata-kata, gambar, figure, grafik, dan sebagainya. Theodore M. Newcomb juga menekankan komunikasi sebagai proses pengalihan informasi yang dilakukan oleh pihak komunikator, namun komunikator dianggap memiliki kewenangan penuh kepada sasaran komunikasinya.

Sedangkan Raymond S. Ross menekankan bahwa proses penyampaian komunikasi tidaklah sederhana karena dengan komunikasi tersebut dimaksudkan terjadinya kesamaan pikiran antara komunikator dengan komunikannya.Definisi dari Carl I. Hovland, Gerald R. Miller, Everett M. Roger menunjukkan bahwa komunikasi adalah proses yang terjadi antara satu orang pada orang lainnya, namun kegiatan yang dilakukan secara sadar dan sengaja mempunyai tujuan untuk mengubah atau membentuk perilaku dari orang lain yang menjadi sasaran komunikasi.

Definisi dari Harold Lasswell secara eksplisit dan kronologis menjelaskan lima komponen yang terlibat dalam komunikasi. Yakni siapa (pelaku komunikasi pertama yang punya inisiatif sebagai sumber), mengatakan apa (isi informasi yang disampaikan), kepada siapa (pelaku komunikasi lainnya yang dijadikan sasaran penerima), melalui saluran apa (alat/saluran penyampaian informasi), dan dengan akibat apa (hasil yang terjadi pada diri penerima). Definisi ini menunjukkan bahwa komunikasi adalah suatu upaya yang disengaja dan memiliki tujuan.

Definisi tentang komunikasi, misalnya “komunikasi adalah penyampaian pesan melalui media elektronik,” atau terlalu luas, misalnya “komunikasi adalah interkasi antara dua makhluk hidup atau lebih,” sehingga peserta komunikasi ini mungkin termasuk hewan, tanaman atau bahkan jin.

Dalam buku ini, komunikasi yang dimaksud adalah komunikasi manusia (human communication). Sebelumnnya kita bahas komunikasi hewan selintas membandingkan dengan komunikasi manusia.Terdapat ratusan definisi komunikasi yang telah dikemukakan para ahli. Seringkali definisi komunikasi berbeda atau bahkan bertentangan dengan definisi lainnya.

Dance menemukan tiga dimensi konseptual penting yang mendasari definisi-definisi komunikasi. Dimensi pertama adlah tingkat observasi (level of               

(8)

observation) atau derajat keabstrakannya. Dimensi kedua adalah kesengajaan (intentionality). Contoh definisi yang mensyaratkan kesengajaan ini dikemukakan Gerald R. Miller , yakni komunikasi sebagai “situasi-situasi yang memungkinkan suatu sumber mentransmisikan suatu pesan kepada seorang penerima dengan disadari untuk mempengaruhi perilaku penerima.” Sedangkan definisi komunikasi yang mengabaikan kesengajaan adalah definisi yang dinyatakan Alex Gode, yakni “suatu proses yang membuat sama bagi dua orang atau lebih apa yang tadinya merupakan monopoli seseorang atau sejumlah orang.”

Dimensi ketiga adalah penilaian normatif.

Perilaku yang berhubungan dengan komunikasi

Kolom pertama terdiri dari perilaku sumber yang tidak disengaja. Perilaku ini simtomatik karena dapat ditafsirkan sebagai suatu keadaan sumber seperti kelelahan, kegugupan, atau kemarahan. Kolom kedua terdiri dari perilaku nonverbal yang secara sebgaja dikirimkan kepada orang lain, seperti melambaikan tangan, dsb. Kolom ketiga meliputi tindakan verbal, atau berorientasi-bahasa, seperti menulis surat, bercakap-cakap atau berpidato.

Littlejohn menyebutkan, setidaknya terdapat tiga pandangan yang dapat dipertahankan. Pertama, komunikasi harus terbatas pada pesan yang secara sengaja diarahkan kepada orang lain dan diterima oleh mereka. Kedua, komunikasi harus mencakup semua perilaku yang bermakna bagi penerima, baik disengaja atau tidak. Ketiga, komunikasi harus mencakup pesan yang dikirimkan secara sengaja, namun ini sulit ditentukan. Semua pakar komunikasi sepakat bahwa komunikasi mencakup perilaku sengaja yang diterima, namun mereka tidak sepakat perilaku lainnya yang dianggap sebagai komunikasi.

(9)

penelaahannya berorientasi pada efek komunikasi tampak dominan, mengasumsikan komunikasi sebagai suatu proses linier atau proses sebab-akibat, yang mencerminkan pengirim pesan atau yang biasa disebut komunikator/pengirim (yang aktif) untuk mengubah pengetahuan, sikap atau perilaku komunikate/penerima yng pasif.

Dalam pendekatan saintifik oarang yang terlibat dalam komunikasi dikategorikan sebagai pengirim pesan dan penerima pesan, dalm pendekatan yang humanistik, mereka disebut peserta komunikasi atau keduanya disebut komunikator.

Tidak semua perilaku manusia adalah komunikasi. Bentuk umum tindakan orang yang terlibat komunikasi, yaitu penciptaan pesan dab penafsiran pesan. Komunikasi manusia melibatkan setidaknya dua orang, meskipun dua orang tersebut tidak bertatap-muka atau bahkan tidak sejaman.

1. Komunikasi sebagai tindakan satu-arah

Pemahaman komunikasi sebagi proses searah kurang sesuai bila diterapkan pada komunikasi tatap-muka, namun tidak keliru bila diterapkan pada komunikasi publik (pidato) yang tidak melibatkan tanya-jawab dan komunikasi massa (cetak dan elektronik)Pemahaman komunikasi searah ini oleh Michael Burgoon disebut “definisi berorientasi-sumber”. Ini mengisyaratkan komunikasi sebagai semua kegiatan yang secara sengaja dilakukan seseorang untuk menyampaikan rangsangan untuk membangkitkan respons orang lain.

(10)

2. Komunikasi sebagai interaksi

Pandangan komunikasi sebagai interaksi menyetarakan komunikasi dengan proses sebab-akibat atau aksi-reaksi, yang arahnya bergantian. Bila yang satu sebagai pengirim maka yang satunya lagi sebagai penerima, begitu pula sebaliknya.

Komunikasi sebagai interaksi dipandang sedikt lebih dinamis daripada komunikasi sebagai tindakan satu-arah. Salah satu unsur yang dapat ditambahkan dalam konseptualisasi kedua ini adalah umpan-balik (feed back). Tidak semua respons penerima adalah umpan balik. Suatu pesan disebut umpan balik bila hal itu merupakan respons terhadap pesan pengirim dan bila mempengaruhi perilaku selanjutnya pengirim. Umpan balim juga tidak harus disengaja. Umpan balik itu sendiri sebenarnya bisa berasal dari saluran komunikasi atau daei lingkungan, sejauh digunakan oleh komunikator sebagai petunjuk mengenai efektivitas pesan yang disampaikannya.

Konsep umpan balik dari penerima (pertama) ini sekaligus merupakan pesan penerima (yang berganti peran menjadi pengirim kedua) yang disampaikan kepada pengirim pertama (yang saat itu berganti peran menjadi penerima kedua).

3. Komunikasi sebagai transaksi

Semakin banyak orang yang berkomunikasi, semakin rumit transaksi komunikasi yang terjadi. Dalam konteks ini komunikasi adalah proses personal karena makna atau pemahaman yang kita peroleh pada dasarnya bersifat pribadi. Komunikasi sebagai transaksi bersifat intersubjektif, yang dalam bahasa Rosengren disebut komunikasi penuh manusia. Penafsiran Anda atas perilaku verbal dan nonverbal orang lain yang Anda kemukakan kepadanya juga mengbubah penafsiran orang lain tersebut atas pesan Anda dan pada gilirannya, mengubah penafsiran Anda atas pesan-pesannya, begitu seterusnya. Menggunkan pandangan ini tampak bahwa komunikasi bersifat dinamis. Pandangan inilah yang disebut komunikasi sebagai transaksi.

(11)

Konteks-Konteks Komunikasi

Secara luas konteks di sini berarti semua faktor di luar orang yang bekomunikasi yang terdiri dari :

1. Aspek bersifat fisik

Seperti : iklim, cuaca, suhu udara, bentuk ruangan, warna dinding, penataan tempat duduk, jumlah peserta komunikasi, dan alat yang tersedia untuk menyampaikan pesan.

2. Aspek psikologis

Seperti : sikap kecenderungan , prasangka dan emosi peserta komunikasi. 3. Aspek sosial

Seperti : norma kelompok, nilai sosial dan karakteristik budaya. 4. Aspek waktu

Yakni kapan berkomunikasi (hari apa, jam berapa, pagi, siang, sore, malam )

Selain istilah konteks yang lazim, juga digunakan istilah tingkat (level), bentuk (type), situasi (situation), keadaan(setting), arena, jenis (kind), cara (mode), pertemuan (encounter), dan kategori. Menurut Verderber misalnya, konteks komunikasi terdiri dari : konteks fisik, konteks sosial, konteks historis, konteks psikologis dan konteks kultural. Indikator paling umum untuk mengklasifikasikan komunikasi berdasar konteksnya adalah jumlah peserta yang terlibat dalam komunikasi. Maka dikenallah : komunikasi intrapribadi, komunikasi diadik, komunikasi antarpribadi, komunikasi kelompok (kecil), komunikasi publik, komunikasi organisasi, dan komunikasi massa. Pendekatan untuk membedakan konteks komunikasi adalah pendekatan situasional (situational approach) yang dikemukakan G. R. Miller.

Anwar Arifin (1998:17) berpendapat bahwa komunikasi merupakan suatu konsep yang multi makna. Makna komunikasi dapat dibedakan berdasarkan :

1. Komunikasi sebagai proses sosial

Everett M. Rogers menginvetarisasi tipe-tipe telaah yang dilakukan Laswell, Lewin, Hovland dan Lazarsfeld. Laswell menelaah masalah identifikasi symbol dan image yang bertolak belakang dengan realitas/efek pada opini public.

(12)

2. Komunikasi sebagai peristiwa sosial

Mempunyai pengertian bahwa komunikasi merupakan gejala yang dipahami dari sudut bagaimana bentuk dan sifat terjadinya.

3. Komunikasi sebagai ilmu

Struktur ilmu pengetahuan meliputi aspek, aksiologi, epistemology dan ontology. Aksiologi mempertanyakan dimensi utilitas. Epistemologi menjelaskan norma-norma yang dipergunakan ilmu pengetahuan untuk membenarkan dirinya sendiri. Sedangkan ontology menyodorkan struktur material dari ilmu pengetahuan. Perkembangan ilmu komunikasi di Indonesia dari segi aksilogi, ilmu komunikasi telah banyak dimanfaatkan untuk memecahkan persoalan-persoalan sosial. Dari epistemology, ilmu komunikasi pada umumnya dianggap sebagai subordinat ilmu lain. Makin berkembangnya pendidikan tinggi ilmu komunikasi, sifat subordinat tersebut perlahan-perlahan berkurang. Sebaliknya penelitian-penelitian yang mandiri terhadap gejala komunikasi memungkinkan berkembangnya teori-teori komunikasi. Dengan demikian wilayah ontology ilmu komunikasi semakin luas.

4. komunikasi sebagai kiat atau ketrampilan

A.S Ahmad (1993:67) menyebutkan komunikasi sebagai technical know-how. Komunikasi dipandang sebagai skill yang oleh individu dipergunakan untuk melakukan profesi komunikasi.

C. Prinsip- Prinsip Komunikasi

Untuk memahami komunikasi dalam segala bentuk dan fungsinya, kita perlu memahami prinsip-prinsip komunikasi. Devito (1997) mengemukakan delapan prinsip komunikasi yaitu : komunikasi adalah paket isyarat, komunikasi adalah proses penyesuaian, komunikasi mencakup dimensi isi dan hubungan, komunikasi melibatkan transaksi simetris dan komplementer, rangkaian dipunktuasi, komunikasi adalah proses transaksional, komunikasi tak terhindarkan dan komunikasi bersifat tak reversible.

Devito (1997) dalam bukunya Komunikasi Antarmanusia menjelaskan kedelapan prinsip tersebut sebagai berikut:

1. Komunikasi adalah paket isyarat. Perilaku komunikasi, apakah melibatkan pesan verbal, isyarat tubuh atau kombinasi keduanya biasanya terjadi dalam ‘paket’.

(13)

dari seni komunikasi adalah mengidentifikasi isyarat orang lain, mengenali bagaimana isyarat tersebut digunakan dan memahami apa artinya.

3. Komunikasi mencakup dimensi isi dan hubungan. Komunikasi menyangkut hubungan antara pembicara dan pendengar. Sebagai contoh, seorang atasan mungkin berkata kepada bawahannya, “Datanglah ke ruang saya setelah rapat ini.” Pesan sederhana ini mempunyai aspek isi dan aspek hubungan. Aspek isi mengacu pada tanggapan perilaku yang diharapkan yaitu bahwan menemui atasan setelah rapat sedangkan aspek hubungan menunjukkan bagaimana komunikasi dilakukan. Kalimat perintah yang sederhana menunjukkan perbedaan status diantara keduanya.

4. Komunikasi melibatkan transaksi simetris dan komplementer Dalam hubungan simetris, dua orang saling bercermin pada perilaku lainnya. Ketika satu orang tersenyum, maka satu orang lainnya akan tersenyum. Sedangkan dalam hubungan komplementer kedua pihak mempunyai perilaku yang berbeda. Perilaku salah seorang berfungsi sebagai stimulus perilaku komplenter yang lain. Dalam hubungan komplementer perbedaan di antara keduanya dimaksimumkan, orang menempati posisi yang berbeda; satu sebagai atasan, yang lain bawahan; yang satu aktif, yang lain pasif.

5. Rangkaian komunikasi dipunktuasi Peristiwa komunikasi merupakan transaksi yang kontinyu. Tidak ada awal dan tidak ada akhir yang jelas. Kita dapat membagi proses kontinyu dan berputar ini ke dalam sebab akibat atau ke dalam stimulus dan tanggapan. Artinya, kita mensegmentasikan kontinyu komunikasi ini ke dalam potongan-potongan yang lebih kecil. Istilah bagi kecenderungan untuk membagi berbagai transaksi komunikasi dalam rangkaian stimulus dan respon disebut sebagai punktuasi (punctuation).

6. Komunikasi adalah proses transaksional Transaksi yang dimaksud adalah bahwa komunikasi merupakan suatu proses, bahwa komponen-komponenya saling terkait, dan para komunikatornya beraksi dan bereaksi sebagai satu kesatuan atau keseluruhan.

(14)

8. Komunikasi bersifat tak reversible Sekali kita mengkomunikasikan sesuatu maka kita tidak bisa tidak mengkomunikasikannya. Kita hanya dapat berusaha mengurangi dampak dari pesan yang sudah terlanjur disampaikan. Oleh karena itu kita perlu hati-hati dalam mengucapkan sesuatu yang mungkin nantinya ingin kita tarik kembali.

Sedangkan Mulyana (2003) dalam bukunya Ilmu Komunikasi Sebuah Pengantar menjelaskan beberapa prinsip komunikasi antara lain bahwa : komunikasi adalah suatu proses simbolik, setiap perilaku mempunyai potensi komunikasi, komunikasi punya dimensi isi dan dimensi hubungan, komunikasi itu berlangsung dalam berbagai tingkat kesengajaan, komunikasi terjadi dalam konteks ruang dan waktu, komunikasi melibatkan prediksi peserta komunikasi.

Komunikasi itu bersifat sistematik, semakin mirip latar belakang sosial budaya semakin efektiflah komunikasi, komunikasi bersifat non sekuensial, komunikasi bersifat prosesual, dinamis dan transaksional dan prinsip yang terakhir adalah Komunikasi bersifat inreversible, komunikasi bukan merupakan obat mujarab (panasea) untuk menyelesaikan berbagai masalah. Dijelaskan lebih lanjut oleh Mulyana (2003) sebagai berikut :

Prinsip 1. Komunikasi adalah suatu Proses Simbolik Salah satu kebutuhan pokok manusia adalah kebutuhan akan simbolisasi atau penggunaan lambang. Beberapa hal terkait dengan penggunaan lambang, yaitu : Lambang / simbol adalah sesuatu yang digunakan untuk menunjuk sesuatu lainnya, berdasarkan kesepakatan sekelompok orang. Lambang meliputi pesan verbal, non verbal dan obyek yang maknanya disepakati bersama.

Lambang adalah salah satu kategori tanda, dimana hubungan antara tanda dan obyek juga dapat dipresentasikan oleh ikon-ikon dan indeks. Namun perlu dicatat ikon dan indeks tidak memerlukan kesepakatan bersama, sedangkan lambang memerlukan kesepakatan. Ikon adalah suatu benda fisik dua atau tiga dimensi yang menyerupai apa yang dipresentasikan.

Representasi ini ditandai dengan kemiripan misalnya : patung Sukarno adalah ikon Sukarno indeks adalah suatu tanda yang secara alamiah mempresentasikan obyek lainnya. Istilah lain yang digunakan untuk indeks adalah sinyal (signal), yang dalam bahasa sehari-hari yang disebut gejala (symptom). Indeks muncul berdasar hubungan antara sebab dan akibat yang punya kedekatan eksistensi. Misalnya awan gelap adalah indeks hujan akan turun. Lambang mempunyai bebeapa sifat, yaitu: bersifat sembarang, manasuka atau sewenang-wenang.

(15)

yang memberi makna pada lambang. Lambang itu bervariasi Lambang itu bervariasi dari suatu budaya ke budaya lain, dari suatu tempat ke tempat lain, dari suatu konteks waktu ke waktu yang lain.

Misalnya Indonesia menyebut modul yang anda baca ini adalah buku, orang Inggris menyebutnya book, orang Jerman menyebutnya buch Prinsip 2. Setiap perilaku mempunyai potensi komunikasi Kita tidak dapat berkomunikasi (We cannot not communication). Tidak berarti semua perilaku adalah komunikasi. sebagai contoh pada saat kita diminta untuk tidak berkomunikasi, hal ini sangat sulit dilakukan karena setiap hal yang kita lakukan berpotensi untuk ditafsirkan, ketika kita melotot ditafsirkan marah, ketika tersenyum ditafsirkan gembira. Begitu pula dengan sikap diam dapat ditafsirkan setuju.

Prinsip 3. Komunikasi Punya Dimensi Isi dan Dimensi Hubungan Setiap komunikasi mempunyai dimensi isi dan dimensi hubungan. Dimensi isi disandi secara verbal, menunjukkan muatan (isi) komunikasi, yaitu apa yang dikatakan. Sedangkan dimensi hubungan disandi secara non verbal, menunjukkan bagaimana cara mengatakan, dan mengisyaratkan bagaimana hubungan para peserta komunikasi itu dan bagaimana seharusnya pesan ditafsirkan. Sebagai contoh, ketika seorang pemuda bertanya “ Mau pergi ke Jakarta, Dik?’ kepada seorang wanita yang duduk disebelahnya dalam sebuah kereta, bukannya pria itu tidak tahu bahwa kereta menuju ke Jakarta, melainkan pria tersebut ingin berkenalan atau ingin menunjukkan keramahannya.

Prinsip 4. Komunikasi itu berlangsung dalam berbagai tingkat kesengajaan Komunikasi dilakukan dalam berbagai tingkat kesengjaan mulai dari komunikasi yang tidak disengaja sama sekali (misalnya ketika seseorang mengamati kita pada saat menagis) sampai pada tingkat kesengajaan yang benar-benar direncanakan (misalnya seorang dosen yang mengajar di kelas).Kesengajaan bukanlah syarat untuk terjadinya komunikasi. meski kita tidak bermaksud untuk menyampaikan pesan. Namun perilaku kita potensial untuk ditafsirkan. Coba amati teman anda yang sedang mengikuti kuliah !, mungkin ada yang berpangku tangan, ada yang melamun, nah anda dapat menafsirkan perilaku teman anda tersebut, tanpa kesengajaan bahwa perilaku teman yang anda amati telah menyampaikan pesan.

(16)

Kehadiran orang lain , sebagai konteks social juga akan mempengaruhi orang-orang yang berkomunikasi. Misalnya dua orang yang diam-diam berkonflik akan merasa canggung bila tidak ada orang lain sama sekali di dekat mereka. Suasana psikologis peserta komunikasi mempengaruhi juga suasana komunikasi. ketika orang-orang berkomunikasi. Misalnya ketika kita menyampaikan kritik kepada teman kita pada suasana santai atau bercanda mungkin akan diterima dengan baik oleh teman kita, namun jika kritik kita lontarkan pada saat teman sedang merasa sedih atau emosi maka akan membuatnya marah.

Prinsip 6. Komunikasi melibatkan prediksi peserta komunikasi Selain itu ketika orang berkomunikasi, mereka meramalkan efek perilaku komunikasi mereka. Dengan kata lain, komunikasi juga terikat oleh aturan atau tatakrama. Misalnya kepada orang yang lebih tua kita akan memanggilnya dengan sebutan bapak / ibu, karena jika kita hanya memanggil namanya tentu akan membuatnya tersinggung. Dengan demikian orang-orang memilih strategi tertentu berdasarkan bagaimana orang yang menerima pesan akan merespon.

Prinsip 7. Komunikasi itu bersifat sistematik Komunikasi setidaknya menyangkut dua sistem dasar beroperasi dalam transaksi komunikasi, yaitu : system internal dan system eksternal Sistem internalθ Seluruh sistem nilai yang dibawa oleh individu ketika ia berpartisipasi dalam komunikasi, yang ia serap selama sosialisasinya dalam berbagai lingkungan sosialnya (keluarga, masyarakat setempat, kelompok suku, kelompok agama, lembaga, kelompok sebaya, tempat kerja, dan sebagainya).Istilah lain system internal : kerangka rujukan (frame of reference), bidang pengalaman (filed of experience), struktur kognitif, pola piker , keadaan internal atau sikap (attitude).System internal mengandung semua unsur yang membentuk individu (termasuk ciri-ciri kepribadian, pendidikan, penget, agama, dan sebagainya). Sehingga system internal ini dapat diduga dari kata-kata yang diucapkan atau perilaku yang ditunjukan. Sistem eksternal System eksternal terdiri dari unsur-unsur dalam lingkungan diluar individu, seperti isyarat fisik peserta komunikasi, kegaduhan disekitar, penataan ruang. Merupakan elemen-elemen berupa stimulasi publik yang terbuka bagi setiap peserta komunikasi dalam setiap transaksi komunikasi.Komunikasi merupakan produk dari perpaduan antara system internal dan eksternal di atas. Lingkungan dan objek mempengaruhi komunikasi kita, namun persepsi kita atas lingkungan juga mempengaruhi perilaku kita.

(17)

pengertian bersama disbanding dengan orang yang tidak saling memahami bahasa yang digunakan.

Prinsip 9. Komunikasi bersifat non sekuensial Sebenarnya komuniaksi manusia dalam bentuk dasarnya bersifat dua arah atau disebut juga bersifat sirkuler. Komunikasi sirkuler, ditandai beberapa hal berikut :1) Orang-orang yang berkomunikasi dianggap setara, yang mengirim dan menerima pesan pada saat yang sama.2) Proses komunikasi berlangsung timbal balik (dua arah)3) Dalam prakteknya, tidak dapat dibedakan antara pesan dan umpan balik.4) Komunikasi yang terjadi sebenarnya jauh lebih rumit. Misalnya komunikasi antara dua orang sebernarnya secara simultan melibatkan komunikasi dengan diri sendiri (berpikir) untuk menanggapi pihak lain.

Prinsip 10. Komunikasi bersifat prosesual, dinamis dan transaksionalKomunikasi pada dasarnya tidak mempunyai awal dan tidak mempunyai akhir, namun merupakan proses yang berkesinambungan. Sebagai contoh ketika seorang anak dinasehati ibunya untuk rajin belajar, komunikasi ini tidak berakhir ketika ibunya selesai berbicara, namun akan berlangsung terus krena anak ini akan terus menerus mengingatnya atau memaknainya.Dalam proses komunikasi, para peserta komunikasi saling mempengaruhi, seberapa kecil pengaruh itu, baik lewat komunikasi verbal maupun non verbal. Transaksi menunjukkan bahwa para peserta komunikasi saling berhubungan, sehingga kita dapat mempertimbangkan salah satu tanpa mempertimbangkan yang lainnya.Implikasi dari komunikasi sebagai prose yang dinamis dan transaksional adalah bahwa para peserta komunikasi berubah (dari sekedar berubah pengetahuan hingga berubah pandangan dunia dan perilakunya).

Prinsip 11. Komunikasi bersifat irreversibleSifat irreversible ini adalah implikasi dari komunikasi sebagai suatu proses yang selalu berubah. Oleh karena itu kita harus berhati-hati dalam menyampaikan pesan kepada orang lain, sebab efeknya tidak bisa ditiadakan sama sekali, meskipun kita berupaya meralatnya. Sehingga muncul ungkapan “To forgive but not to forget” (kita bisa memaafkan kesalahan orang lain, namun tidak dapat melupakannya).

(18)

D. Fungsi dan Tujuan Komunikasi

1. Fungsi Komunikasi

Ilmu komunikasi memiliki pemahaman yang luas namun ilmu komunikasi ini memiliki beberapa fungsi kenapa kita harus mempelajarinya berdasarkan kerangka yang di kemukakan William I. Gorden.

Fungsi pertama, komunikasi sosial

Fungsi sebagai kamunikasi sosial bahwa komunikasi itu penting untuk membangun konsep diri kita, aktualisasi diri, untuk kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan ketegangan, antara lain lewat komunikasi yang bersifat menghibur dan memupuk hubungan dengan orang lain. Faktor umum dari semua kesuksesan dan kebahagiaan adalah orang lain. (Dikutip pada buku the art of dealing with people, Les Geblin) Henry kaiser berkata ” Anda secara otomatis akan mempraktikkan hubungan antar-sesama manusia yang baik kalau anda ingat bahwa setiap individu itu penting, karena setiap individu adalah anak Tuhan”.

Fungsi kedua, komunikasi Ekspresif

Komunikasi ekspresif ini tidak otomatis bertujuan mempengaruhi orang lain, komunikasi ini menjadi instrumen menyampaikan perasaan(emosi) kita. Perasaan ini di komunikasikan melalui pesan – pesan nonverbal seperti perasaan sayang, simpati, gembira, sedih, takut, rindu, prihatin, marah, dan benci dapat disampaikan lewat kata – kata. Komunikasi kita dapat di salurkan pada seni seperti tarian, puisi, novel, cerpen atau lukisan. Dimana dengan mengekspresikan perasaan ini kita dapat mengubah perasaan orang lain untuk mengikuti perasaan yang kita ekspresikan, dengan ini orang bisa setuju dengan pemikiran kita.

Fungsi ketiga, komunikasi Ritual

Jelas komunikasi ini berkaitan dengan acara – acara ritual yang dapat diekspresikan lewat komunikasi yang menampilkan perilaku – perilaku tertentu yang bersifat simbolik. Seperti tradisi keluarga, suku, agama, ideologi, bangsa, dan negara. Bunuh diri yang di lakukan oleh orang jepang yang mengikuti jejak kaum samurai untuk menebus rasa bersalah mereka dan untuk menunjukkan tanggung jawab mereka atas kesalahannya atau bawahannya. Tradisi ini menunjukkan komunikasinya bahwa Ia ingin menebus segala kesalahannya.

(19)

Fungsi keempat, Komunikasi instrumental

Komunikasi ini memiliki beberapa tujuan umum yaitu menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah sikap dan keyakinan, dan mengubah perilaku atau pergerakan tindakan dan juga untuk menghibur. Tujuan – tujuan diatas dapat dikatakan membujuk (persuasif). Komunikasi ini membuat seorang dapat mengubah dan meyakinkan orang lain untuk mempercayainya. Misal seorang

public relation atau humas di suatu perusahaan menawarkan kerjasama atau produk perusahaan pada calon konsumen, otomatis sang PR harus membujuk calon konsumen dengan jenis – jenis komunikasi yang meyakinkan yaitu keunggulan produk, jenis, dan manfaatnya. Sehingga calon konsumen memutuskan untuk bekerja sama. Komunikasi instrumental juga akan menentukan pencapaian tujuan dan visi serta cita – cita kita.

Beberapa peranan pentingnya komunikasi yang di kutip dari ”komunikasi antar pribadi, johnson D.W 1981”

• Komunikasi antar pribadi membantu perkembangan intelektual dan sosial kita

• Identitas atau jati diri kita terbentuk dalam dan lewat komunikasi dengan orang lain

• Dapat membanding realitas disekeliling kita serta menguji kebenaran kesan – kesan dan pengertian yang kita miliki tentang dunia disekitar kita • Kesehatan mental kita sebagian besar juga ditentukan pleh kualitas

komunikasi atau hubungan kita dengan orang lain.

Johnson menyebutkan beberapa pentingnya komunikasi yang dapat meyakinkan kita disini bahwa ilmu komunikasi adalah ilmu hidup, ilmu sosial yang dibutuhkan untuk pembentukan pribadi dan integritas kita di masyarakat.

”Berbagai penelitian membuktikan bahwa jika anda mempelajari cara membina hubungan dengan orang lain berarti anda sudah menempuh 85% dari perjalanan menuju kesuksesan dalam bisnis, pekerjaan, atau profesi apapun, dan sekitar, 95% dari perjalanan menuju kebahagiaan pribadi.” Penyebab 90% orang gagal dalam kehidupan adalah kegagalan dalam membina hubungan baik dengan orang lain. Orang sukses atau bahagia bukan hanya orang yang terpandai tapi orang yang pandai bergaul. (Dikutip pada buku the art of dealing with people, Les Geblin)

(20)

• Pada kawasan politik, sebagian pengamat politik menilai, misalnya kasus dugaan korupsi oleh bendahara partai demokrat, yang membawa nama – nama pengurus partai demokrat yang lainnya. Strategi komunikasi politik nazaruddin membingungkan, dengan mengungkapkan orang – orang yang terkait, sesampainya Ia di indonesia Ia mengatakan pada media bahwa ”Ia tidak akan membuka rahasia asal anak istrinya di lindungi.” Maksud dari perkataan ini membuat para pengamat, LSM, akademisi bertanya – tanya ada sesuatu di partai demokrat. Disini Nazaruddin memainkan komunikasi politiknya, kapan Ia berbicara dan kapan Ia diam.

• Perlu kita ketahui tanpa komunikasi yang baik kita tidak akan berhasil mencapai visi dan misi di segala bidang, sehingga ilmu komunikasi di butuhkan di segala bidang, dari profesi dokter, pengacara, pejabat pemerintah, pengusaha,pegawai dan juru bicara kepresidenan pun membutuhkan ilmu komunikasi, komunikasi yang baik berkualitas. So, Ilmu komunikasi sangat perlu di pelajari secara mendalam dan pemahaman yang jelas. Dan Jurusan Ilmu Komunikasi dari tahun ke tahun peminatnya semakin bertambah, zaman yang serba modern dan perkembangan teknologi komunikasi saat ini sangat membutuhkan lulusan – lulusan sarjana komunikasi yang berkompeten

2. Tujuan Komunikasi

Terdapat empat tujuan atau motif komunikasi. Tujuan dapat disadari ataupun tidak, dapat dikenali ataupun tidak. Selanjutnya meskipun teknologi berubah dengan cepat dan drastis tujuan berkomunikasi pada dasarnya akan tetap sama, yaitu sebagai berikut:

• Untuk Menemukan. Salah satu tujuan utama komunikasi menyangkut penemuan diri (personal discovery). Bila anda berkomunikasi dengan orang lain, anda belajar mengenai diri sendiri selain juga tentang orang lain. Kenyataan nya , persepsi diri anda sebagian besar dihasilkan dari apa yang telah anda pelajari tentang diri sendiri dari orang lain selama komunikasi, khususnya dalam perjumpaan – perjumpaan antar pribadi. Dengan berbicara tentang diri kita sendiri dengan orang lain, kita memperoleh umpan balik yang berharga mengenai perasaan, pemikiran dan perilaku kita. Dari perjumpaan seperti ini kita menyadari, misalnya bahwa perasaan kita ternyata tidak jauh berbeda dengan perasaan orang lain..

(21)

kita juga ingin mencintai dan menyukai orang lain, kita menghabiskan banyak waktu dan energy komunikasi kita untuk membina dan memelihara hubungan social.

• Untuk meyakinkan. Media massa sebagian besar untuk meyakinkan kita agar mengubah sikap dan perilaku kita. Tetapi , kita juga menghabiskan waktu untuk melakukan persuasi antarpribadi, baik sebagai sumber maupun sebagai penerima.dalam perjumpaan antarpribadi sehari- hari kita berusaha untuk mengubah sikap dan perilaku orang lain. Kita berusaha untuk mengajak orang lain agar mau bersikap dan berprilaku sesuai dengan yang kita inginkan.

• Untuk bermain. Kita menggunakan banyak perilaku komunikasi kita untuk bermain dan menghibur diri. Demikian pula, banyak dari perilaku komunikasi yang dirancang untuk menghibur orang lain.

(22)

BAB II

KOMPONEN KOMUNIKASI

Komponen komunikasi adalah hal-hal yang harus ada agar komunikasi bisa berlangsung dengan baik. Menurut Laswell komponen-komponen komunikasi adalah:

 Pengirim atau komunikator (sender) adalah pihak yang mengirimkan pesan kepada pihak lain.

 Pesan (message) adalah isi atau maksud yang akan disampaikan oleh satu pihak kepada pihak lain.

 Saluran (channel) adalah media dimana pesan disampaikan kepada komunikan. dalam komunikasi antar-pribadi (tatap muka) saluran dapat berupa udara yang mengalirkan getaran nada/suara

 .Penerima atau komunikate (receiver) adalah pihak yang menerima pesan dari pihak lain

 Umpan balik (feedback) adalah tanggapan dari penerimaan pesan atas isi pesan yang disampaikanya

 Aturan yang disepakati para pelaku komunikasi tentang bagaimana komunikasi itu akan dijalankan ("Protokol").

Komponen komunikasi hampir sama dengan unsur-unsur komunikasi, yaitu : (1) komponen komunikan; (2) komponen komunikator; (3) komponen pesan; (4) komponen umpan balik. Dengan memperhatikan komponen – komponen komunikasi tersebut, dapat dijabarkan sebagai berikut:

a) Komponen komunikan Seseorang dapat dan akan menerima pesan apabila dalam kondisi sebagai berikut: pesan komunikasi benar-benar dimengerti oleh penerima pesan- pengambilan keputusan dilakukan secara sadar untuk mencapai tujuan- pengambilan keputusan dilakukan secara sadar untuk kepentingan pribadinya- mampu menempatkan baik secara mental atau fisik

b) Komponen komunikator Komunikasi dapat berjalan efektif bila : adanya kepercayaaan dalam diri komunikator (self credibility) dan kepercayaan kepada komunikator mencerminkan pesan yang diterima komunikan dianggap benar serta sesuai kenyataan dan daya tarik komunikator (source attractiviness).

(23)

d) Umpan balik Merupakan respon yang diberikan oleh komunikan terhadap pesan yang diterimanya. Umpan balik dapat digunakan untuk mengukur besarnya informasi yang diterima dibandingkan dengan yang diterima.

Komponen Komunikasi

1. Lingkungan komunikasi Lingkungan (konteks) komunikasi setidak-tidaknya memiliki tiga dimensi:

i) Fisik, adalah ruang dimana komunikasi berlangsung yang nyata atau berwujud.

ii) Sosial-psikoilogis, meliputi, misalnya tata hubungan status di antara mereka yang terlibat, peran yang dijalankan orang, serta aturan budaya masyarakat di mana mereka berkomunikasi. Lingkungan atau konteks ini juga mencakup rasa persahabatan atau permusuhan, formalitas atau informalitas, serius atau senda gurau,

iii) Temporal (waktu), mencakup waktu dalam hitungan jam, hari, atau sejarah dimana komunikasi berlangsung. Ketiga dimensi lingkungan ini saling berinteraksi; masing-masing mempengaruhi dan dipengaruhi oleh yang lain. Sebagai contoh, terlambat memenuhi janji dengan seseorang (dimensi temporal), dapat mengakibatkan berubahnya suasana persahabatan-permusuhan (dimensi sosial-psikologis), yang kemudian dapat menyebabkan perubahan kedekatan fisik dan pemilihan rumah makan untuk makan malam (dimensi fisik). Perubahan-perubahan tersebut dapat menimbulkan banyak perubahan lain. Proses komunikasi tidak pernah statis.

2. Sumber-Penerima

Kita menggunakan istilah sumber-penerima sebagai satu kesatuan yang tak terpisahkan untuk menegaskan bahwa setiap orang yang terlibat dalam komunikasi adalah sumber (atau pembicara) sekaligus penerima (atau pendengar). Anda mengirimkan pesan ketika anda berbicara, menulis, atau memberikan isyarat tubuh. Anda menerima pesan dengan mendengarkan, membaca, membaui, dan sebagainya.

(24)

Ketika anda menyerap isyarat-isyarat non-verbal ini, anda menjalankan fungsi penerima.

3. Enkoding-Dekoding

Dalam ilmu komunikasi kita menamai tindakan menghasilkan pesan (misalnya, berbicara atau menulis) sebagai enkoding (encoding). Dengan menuangkan gagasan-gagasan kita ke dalam gelombang suara atau ke atas selembar kertas, kita menjelmakan gagasan-gagasan tadi ke dalam kode tertentu. Jadi, kita melakukan enkoding. Kita menamai tindakan menerima pesan (misalnya, mendengarkan atau membaca) sebagai dekoding (decoding). Dengan menerjemahkan gelombang suara atau kata-kata di atas kertas menjadi gagasan, anda menguraikan kode tadi. Jadi, anda melakukan dekoding.

Oleh karenanya kita menamai pembicara atau penulis sebagai enkoder (encoder), dan pendengar atau pembaca sebagai dekoder (decoder). Seperti halnya sumber-penerima, kita menuliskan enkoding-dekoding sebagai satu kesatuan yang tak terpisahkan untuk menegaskan bahwa anda menjalankan fungsi-fungsi ini secara simultan. Ketika anda berbicara (enkoding), anda juga menyerap tanggapan dari pendengar (dekoding).

Kompetensi Komunikasi Kompetensi komunikasi mengacu pada kemampuan anda untuk berkomunikasi secara efektif (Spitzberg dan Cupach, 1989). Kompetensi ini mencakup hal-hal seperti pengetahuan tentang peran lingkungan (konteks) dalam mempengaruhi kandungan (content) dan bentuk pesan komunikasi (misalnya, pengetahuan bahwa suatu topik mungkin layak dikomunikasikan kepada pendengar tertentu di lingkungan tertentu, tetapi mungkin tidak layak bagi pendengar dan lingkungan yang lain). Pengetabuan tentang tatacara perilaku nonverbal (misalnya kepatutan sentuhan, suara yang keras, serta kedekatan fisik) juga merupakan bagian dari kompetensi komunikasi.

(25)

4. Pesan Pesan komunikasi

Pesan komunikasi dapat mempunyai banyak bentuk. Kita mengirimkan dan menerima pesan ini melalui salah satu atau kombinasi tertentu dari panca indra kita. Walaupun biasanya kita menganggap pesan selalu dalam bentuk verbal (lisan atau tertulis), ini bukanlah satu-satunya jenis pesan. Kita juga berkomunikasi secara nonverbal (tanpa kata). Sebagai contoh, busana yang kita kenakan, seperti juga cara kita berjalan, berjabatan tangan, menggelengkan kepala, menyisir rambut, duduk, dan. tersenyum. Pendeknya, segala hal yang kita ungkapkan dalam melakukan komunikasi.

5. Saluran Saluran komunikasi

Saluran komunikasi adalah media yang dilalui pesan. Jarang sekali komunikasi berlangsung melalui hanya satu saluran, kita menggunakan dua, tiga, atau empat saluran yang berbeda secara simultan. Sebagai contoh, dalam interaksi tatap muka kita berbicara dan mendengarkan (saluran suara), tetapi kita juga memberikan isyarat tubuh dan menerima isyarat ini secara visual (saluran visual). Kita juga memancarkan dan mencium bau-bauan (saluran olfaktori). Seringkali kita saling menyentuh, ini pun komunikasi (saluran taktil). Umpan Balik Umpan balik adalah informasi yang dikirimkan balik ke sumbernya. Umpan balik dapat berasal dari anda sendiri atau dari orang lain. Dalam diagram universal komunikasi tanda panah dari satu sumber-penerima ke sumber-penerima yang lain dalam kedua arah adalah umpan balik. Bila anda menyampaikan pesan misalnya, dengan cara berbicara kepada orang lain anda juga mendengar diri anda sendiri. Artinya, anda menerima umpan balik dari pesan anda sendiri. Anda mendengar apa yang anda katakan, anda merasakan gerakan anda, anda melihat apa yang anda tulis. Selain umpan balik sendiri ini, anda menerima umpan balik dari orang lain. Umpan balik ini dapat datang dalam berbagai bentuk: Kerutan dahi atau senyuman, anggukan atau gelengan kepala, tepukan di bahu atau tamparan di pipi, semuanya adalah bentuk umpan balik.

6. Gangguan Gangguan (noise)

(26)

kita), atau semantik (salah mengartikan makna). Tabel dibawah menyajikan ketiga macam gangguan ini secara lebih rinci.

Macam Definsi Contoh Fisik Interferensi dengan transmisi fisik isyarat atau pesan lain Desingan mobil yang lewat, dengungan komputer, kacamata Psikollogis Interferensi kognitif atau mental Prasangka dan bias pada sumber-penerima, pikiran yang sempit Semantik Pembicaraan dan pendengar memberi arti yang berlainan Orang berbicara dengan bahasa yang berbeda, menggunakan jargon atau istilah yang terlalu rumit yang tidak dipahami pendengar

7. Gangguan dalam komunikasi tidak terhindarkan.

Semua komunikasi mengandung gangguan, dan walaupun kita tidak dapat meniadakannya samasekali, kita dapat mengurangi gangguan dan dampaknya. Menggunakan bahasa yang lebih akurat, mempelajari keterampilan mengirim dan menerima pesan nonverbal, serta meningkatkan keterampilan mendengarkan dan menerima serta mengirimkan umpan balik adalah beberapa cara untuk menanggulangi gangguan.

8. Efek Komunikasi

Komunikasi selalu mempunyai efek atau dampak atas satu atau lebih orang yang terlibat dalam tindak komunikasi. Pada setiap tindak komunikasi selalu ada konsekuensi. Sebagai contoh, anda mungkin memperoleh pengetahuan atau belajar bagaimana menganalisis, melakukan sintesis, atau mengevaluasi sesuatu; ini adalah efek atau dampak intelektual atau kognitif. Kedua, anda mungkin memperoleh sikap baru atau mengubah sikap, keyakinan, emosi, dan perasaan anda; ini adalah dampak afektif. Ketiga, anda mungkin memperoleh cara-cara atau gerakan baru seperti cara melemparkan bola atau melukis, selain juga perilaku verbal dan noverbal yang patut; ini adalah dampak atau efek psikomotorik.

(27)

Seringkali kita dapat mengamati dampak komunikasi, dan berdasarkan pengamatan ini, merumuskan prinsip-prinsip komunikasi yang efektif. Tetapi, kita tidak dapat mengamati kebenaran atau ketidakbenaran suatu tindak komunikasi. Dimensi etik dari komunikasi makin rumit karena etik begitu terkaitnya dengan falsafah hidup pribadi seseorang sehingga sukar untuk menyarankan pedoman yang berlaku bagi setiap orang. Meskipun sukar, pertimbangan etik tetaplah merupakan bagian integral dalam setiap tindak komunikasi. Keputusan yang kita ambil dalam hal komunikasi haruslah dipedomani oleh apa yang kita anggap benar di samping juga oleh apa yang kita anggap efektif.

Apakah komunikasi itu etis atau tidak etis, landasannya adalah gagasan kebebasan memilih serta asumsi bahwa setiap orang mempunyai hak untuk menentukan pilihannya sendiri. Komunikasi dikatakan etis bila menjamin kebebasan memilih seseorang dengan memberikan kepada orang tersebut dasar pemilihan yang akurat. Komunikasi dikatakan tidak etis bila mengganggu kebebasan memilih seseorang dengan menghalangi orang tersebut untuk mendapatkan informasi yang relevan dalam menentukan pilihan. Oleh karenanya, komunikasi yang tidak etis adalah komunikasi yang memaksa seseorang (1) mengambil pilihan yang secara normal tidak akan dipilihnya atau (2) tidak mengambil pilihan yang secara normal akan dipilihnya. Sebagai contoh, seorang pejabat rekruting perusahaan mungkin saja membesar-besarkan manfaat bekerja di Perusahaan X dan dengan demikian mendorong anda untuk menentukan pilihan yang secara normal tidak akan anda ambil (jika saja anda mengetahui fakta-fakta sebenarnya).

Dalam etik yang didasarkan atas kebebasan memilih ini, ada beberapa persyaratan. Kita mengasumsikan bahwa orang-orang ini sudah cukup umur dan berada dalam kondisi mental yang memungkinkan mereka melaksanakan pilihan secara bebas. Selanjutnya, kita mengasumsikan bahwa kebebasan memilih dalam situasi mereka tidak akan menghalangi kebebasan memilih orang lain. Sebagai contoh, anak-anak berusia 5 atau 6 tahun tidak akan siap untuk menentukan pilihan sendiri (memilih menu mereka sendiri, memilih waktu untuk tidur, memilih jenis obat), sehingga harus ada orang lain yang melakukannya untuk mereka. Begitu juga, seseorang yang menderita keterbelakangan mental membutuhkan orang lain untuk mengambilkan keputusan tertentu bagi mereka.

(28)

Pendahuluan

Dalam kebanyakan peristiwa komunikasi yang berlangsung, hampir selalu melibatkan penggunaan lambang-lambang verbal dan nonverbal secara bersama-sama. Keduanya, bahasa verbal dan nonverbal, memiliki sifat holistik, bahwa masing-masing tidak dapat saling dipisahkan. Dalam banyak tindakan komunikasi, bahasa nonverbal menjadi komplemen atau pelengkap bahasa verbal. Namun lambang-lambang nonverbal juga dapat berfungsi kontradiktif, pengulangan bahkan pengganti ungkapan-ungkapan verbal. Ketika kita menyatakan terima kasih (bahasa verbal), kita melengkapinya dengan tersenyum (bahasa nonverbal); kita setuju terhadap pesan yang disampaikan orang lain dengan anggukan kepala (bahasa nonverbal). Dua peristiwa komunikasi tersebut merupakan contoh bahwa bahasa verbal dan nonverbal bekerja secara bersama-sama dalam menciptakan makna suatu perilaku komunikasi. Buku ajar ini akan membahas komunikasi verbal dan nonverbal dalam tataran teoretis.

A. Pemahaman Mengenai Komunikasi Verbal dan Nonverbal

Setidaknya ada tiga ciri utama yang menandai wujud atau bentuk komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal. Pertama, lambang-lambang nonverbal digunakan paling awal sejak kita lahir di dunia ini, sedangkan setelah tumbuh pengetahuan dan kedewasaan kita, barulah bahasa verbal kita pelajari. Kedua, komunikasi verbal dinilai kurang universal dibanding dengan komunikasi nonverbal, sebab bila kita pergi ke luar negeri misalnya dan kits tidak mengerti bahasa yang digunakan oleh masyarakat di negara tersebut, kita bisa menggunakan isyarat-isyarat nonverbal dengan orang asing yang kita ajak berkomunikasi.

Dan ciri yang ketiga adalah, bahwa komunikasi verbal merupakan aktivitas yang lebih intelektual dibanding dengan bahasa nonverbal yang lebih merupakan aktivitas emosional. Artinya, bahwa dengan bahasa verbal, sesungguhnya kita mengkomunikasikan gagasan dan konsep-konsep yang abstrak, sementara melalui bahasa nonverbal, kita mengkomunikasikan hal-hal yang berhubungan dengan kepribadian, perasaan dan emosi yang kita miliki.

BAB III

(29)

1.Definisi

Sebelum terlalu jauh kita memahami komunikasi verbal dan nonverbal, ada baiknya kita mengawalinya dengan mendeskripsikan definisi atau batasan mengenai komunikasi nonverbal. Mengapa hanya komunikasi nonverbal saja yang didefinisikan? Don Stacks dalam bukunya Introduction to Communication Theory menjelaskan bahwa perhatian untuk mempelajari aspek-aspek dalam komunikasi nonverbal masih sangat kecil, sehingga dari banyak referensi tentang komunikasi antarmanusia, kita lebih banyak menemukan batasan mengenai komunikasi verbal.

Dicontohkannya Frank EX Dance dan Carl E. Larson menawarkan lebih dari seratus definisi tentang komunikasi verbal, namun mereka hanya menawarkan satu definisi tentang komunikasi nonverbal. Dengan landasan inilah, kita mencoba untuk lebih banyak memberi penekanan pada definisi komunikasi nonverbal. Secara sederhana, komunikasi nonverbal dapat didefinisikan sebagai berikut: Non berarti tidak, verbal bermakna kata-kata (words), sehingga komunikasi nonverbal dimaknai sebagai komunikasi tanpa kata-kata.

Menurut Adler dan Rodman dalam bukunya Understanding Human Communication, batasan yang sederhana tersebut merupakan langkah awal untuk membedakan apa yang disebut dengan vocal communication yaitu tindak komunikasi yang menggunakan mulut dan verbal communication yaitu tindak komunikasi yang menggunakan kata-kata.

Dengan demikian, definisi kerja dari komunikasi nonverbal adalah pesan lisan dan bukan lisan yang dinyatakan melalui alat lain di luar alat kebahasaan (oral and nonoral messages expressed by other than linguistic means). Untuk memahami dengan lebih jelas, kita dapat melihat tabel mengenai

tipe-tipe komunikasi berikut ini.

TABEL TIPE-TIPE KOMUNIKASI

KOMUNIKASI

VOKAL NONVOKAL

KOMUNIKASI VERBAL Bahasa Lisan Bahasa Tertulis

(30)

KOMUNIKASI NONVERBAL Nada suara Isyarat (gesture),

(tone of voice), gerakan(movement),

Desah (sighs) penampilan

jeritan (screams), (appearance), kualitas vokal ekspresi wajah (vocal quality) (facial expression)

Sumber : Ronald B. Adler, George Rodman, Understanding Human Communica tion, Second Edition, hal.96

Tabel tipe-tipe komunikasi di atas dapat dibaca sebagai berikut: komunikasi verbal yang termasuk dalam komunikasi vokal adalah bahasa lisan, sedang yang tergolong dalam komunikasi nonvokal adalah bahasa tertulis. Sementara, komunikasi nonverbal yang termasuk dalam komunikasi Vokal adalah nada suara, desah, jeritan dan kualitas vokal; dan yang termasuk dalam klasifikasi komunikasi nonvokal adalah isyarat, gerakan (tubuh), penampilan (fisik), ekspresi wajah dan sebagainya. Atau kita dapat membaca tabel di atas secara terbalik, diawali dengan komunikasi vokal dan nonvokal terlebih dahulu. Batasan lain mengenai komunikasi nonverbal dikemukakan oleh beberapa ahli lainnya, yaitu. 1. Frank EX Dance dan Carl E. Larson: Komunikasi nonverbal adalah sebuah

stimuli yang tidak bergantung pada isi simbolik untuk memaknainya (a stimulus not dependent on symbolic content meaning).

2. Edward Sapir: Komunikasi nonverbal adalah sebuah kode yang luas yang ditulis tidak di mana pun juga, diketahui oleh tidak seorang pun dan dimengerti oleh semua (an elaborate code that is written nowhere, known to none, and understood by all).

3. Malandro dan Barker yang dikutip dari Ilya Sunarwinadi: Komunikasi Antar Budaya memberikan batasan-batasannya sebagai berikut.

a. Komunikasi nonverbal adalah komunikasi tanpa kata-kata.

b. Komunikasi nonverbal terjadi bila individu berkomunikasi tanpa menggunakan suara.

c. Komunikasi nonverbal adalah setiap hal yang dilakukan oleh seseorang yang diberi makna oleh orang lain.

(31)

2. Perbedaan Komunikasi Verbal dan NOnverbal

Secara sekilas telah diuraikan pada bagian awal tulisan ini, bahwa antara komunikasi verbal dan nonverbal merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, dalam arti. kedua bahasa tersebut bekerja bersama-sama untuk menciptakan suatu makna. Namun, keduanya juga memiliki perbedaan-perbedaan. Dalam pemikiran Don Stacks dan kawan-kawan, ada tiga perbedaan utama di antara keduanya yaitu kesengajaan pesan (the intentionality of the message), tingkat simbolisme dalam tindakan atau pesan (the degree of symbolism in the act or message), dan pemrosesan mekanisme (processing mechanism). Kita mencoba untuk menguraikannya satu per satu.

a. Kesengajaan (intentinolity)

Satu perbedaan utama antara komunikasi verbal dan nonverbal adalah persepsi mengenai niat (intent). Pada umumnya niat ini menjadi lebih penting ketika kita membicarakan lambang atau kode verbal. Michael Burgoon dan Michael Ruffner menegaskan bahwa sebuah pesan verbal adalah komunikasi kalau pesan tersebut dikirimkan oleh sumber dengan sengaja dan diterima oleh penerima secara sengaja pula. Komunikasi nonverbal tidak banyak dibatasi oleh niat. atau intent tersebut. Persepsi sederhana mengenai niat ini oleh seorang penerima sudah cukup dipertimbangkan menjadi komunikasi nonverbal. Sebab, komunikasi nonverbal cenderung kurang dilakukan dengan sengaja dan kurang halus apabila dibandingkan dengan komunikasi verbal. Selain itu, komunikasi nonverbal mengarah pada norma-norma yang berlaku, sementara niat atau intent tidak terdefinisikan dengan jelas. Misalnya, norma-norma untuk penampilan fisik. Kita semua berpakaian, namun berapa Bering kita dengan sengaja berpakaian untuk sebuah situasi tertentu? Berapa kali seorang teman memberi komentar terhadap penampilan kita? Persepsi receiver mengenai niat ini sudah cukup untuk memenuhi persyaratan guna mendefinisikan komunikasi nonverbal.

b. Perbedaan perbedaan simbolik (symbolic differences)

Kadang-kadang niat atau intent ini dapat dipahami karena beberapa dampak simbolik dari komunikasi kita. Misalnya, memakai pakaian dengan warna atau model tertentu, mungkin akan dipahami sebagai suatu `pesan' oleh orang lain (misalnya berpakaian dengan warna hitam akan diberi makna sebagai ungkapan ikut berduka cita).

(32)

telah disepakati maknanya, sehingga komunikasi verbal bersifat intensional dan harus 'dibagi' (shared) di antara orang-orang yang terlibat dalam tindak komunikasi. Sebaliknya, komunikasi nonverbal lebih alami, isi beroperasi sebagai norma dan perilaku yang didasarkan pada norma. Mehrabian menjelaskan bahwa komunikasi verbal dipandang lebih eksplisit dibanding bahasa nonverbal yang bersifat implisit. Artinya, isyarat-isyarat verbal dapat didefinisikan melalui sebuah kamus yang eksplisit dan lewat aturan-aturan sintaksis (kalimat), namun hanya ada penjelasan yang samar-samar dan informal mengenai signifikansi beragam perilaku nonverbal.

Mengakhiri bahasan mengenai perbedaan simbolik ini, kita mencoba untuk melihat ketidaksamaan antara tanda (sign) dengan lambang (simbol). Tanda adalah sebuah representasi alami dari suatu kejadian atau tindakan. la adalah apa yang kita lihat atau rasakan. Sedangkan lambang merupakan sesuatu yang ditempatkan pada sesuatu yang lain.

Lambang merepresentasikan tanda melalui abstraksi. Contoh, tanda dari sebuah kursi adalah kursi itu sendiri, sedangkan lambang adalah bagaimana kita menjelaskan kursi tersebut melalui abstraksi. Dengan perkataan lain, apa yang secara fisik menarik bagi kita adalah tanda (sign) dan bagaimana menciptakan perbedaan yang berubah-ubah untuk menunjukkan derajat ketertarikan tersebut adalah lambang (simbol). Komunikasi verbal lebih spesifik dari bahasa nonverbal, dalam arti is dapat dipakai untuk membedakan hal-hal yang sama dalam sebuah cara yang berubah-ubah, sedangkan bahasa nonverbal lebih mengarah pada reaksi-reaksi alami seperti perasaan atau emosi.

c. Mekanisme pemrosesan (processing mechanism)

(33)

dibanding komunikasi verbal yang mempersyaratkan aturan-aturan tata bahasa dan sintaksis. Komunikasi nonverbal secara tipikal diekspresikan pada saat tindak komunikasi berlangsung. Tidak seperti komunikasi verbal, bahasa nonverbal tidak bisa mengekspresikan peristiwa komunikasi di masa lalu atau masa mendatang. Selain itu, komunikasi nonverbal mempersyaratkan sebuah pemahaman mengenai konteks di mana interaksi tersebut terjadi, sebaliknya komunikasi verbal justru menciptakan konteks tersebut.

Perbedaan lain tentang komunikasi verbal dan nonverbal dapat dilihat dari dimensi-dimensi yang dimiliki keduanya. Gagasan ini dicetuskan oleh Malandro dan Barker seperti yang dikutip dalam buku Komunikasi Antar Budaya tulisan Dra. Ilya Sunarwinadi, M.A.

a. Struktur >< Nonstruktur

Komunikasi verbal sangat terstruktur dan mempunyai hukum atau aturan-aturan tata bahasa. Dalam komunikasi nonverbal hampir tidak ada atau tidak ada sama sekali struktur formal yang mengarahkan komunikasi. Kebanyakan komunikasi nonverbal terjadi secara tidak disadari, tanpa urut-urutan kejadian, yang dapat diramalkan sebelumnya. Tanpa pola yang jelas, perilaku nonverbal yang sama dapat memberi arti yang berbeda pada saat yang berlainan.

b. Linguistik >< Nonlinguistik

Linguistik adalah ilmu yang mempelajari anal usul, struktur, sejarah, variasi regional dan ciri-ciri fonetik dari bahasa. Dengan kata lain, linguistik mempelajari macam-macam segi bahasa verbal, yaitu suatu sistem dari lambang-lambang yang sudah diatur pemberian maknanya. Sebaliknya. pada komunikasi nonverbal, karena tidak adanya struktur khusus, maka sulit untuk memberi makna pada lambang. Belum ada sistem bahasa nonverbal yang didokumentasikan, walaupun ada usaha untuk memberikan arti khusus pada ekspresi-ekspresi wajah tertentu. Beberapa teori mungkin akan memberikan pengecualian pada bahasa kaum tuna-rungu yang berlaku universal, sekalipun ada juga lambang-lambangnya yang bersifat unik. c. Sinambung (continuous) >< Tidak Sinambung (discontinuous)

(34)

d. Dipelajari ><Didapat secara Ilmiah

Jarang sekali individu yang diajarkan cara untuk berkomunikasi secara nonverbal. Biasanya is hanya mengamati dan mengalaminya. Bahkan ada yang berpendapat bahwa manusia lahir dengan naluri-naluri dasar nonverbal. Sebaliknya komunikasi verbal adalah sesuatu yang harus dipelajari.

e. Pemrosesan dalam Bagian Otak sebelah Kiri >< Pemrosesan dalam

Bagian Otak sebelah Kanan Pendekatan neurofisiologik melihat perbedaan dalam pemrosesan stimuli verbal dan nonverbal pada diri manusia. Pendekatan ini menjelaskan bagaimana kebanyakan stimuli nonverbal diproses dalam bagian otak sebelah kanan, sedangkan stimuli verbal yang memerlukan analisis dan penalaran, diproses dalam bagian otak sebelah kiri. Dengan adanya perbedaan ini, maka kemampuan untuk mengirim dan menerima pesan berbeda pula.

Masih dalam buku Komunikasi Antar Budaya karya Ilya SunarwinadiSamovar, Porter dan Jain melihat perbedaan antara komunikasi verbal dan nonverbal dalam hal sebagai berikut.

1. Banyak perilaku nonverbal yang diatur oleh dorongan-dorongan biologik. Sebaliknya komunikasi verbal diatur oleh aturan-aturan dan prinsip-prinsip yang dibuat oleh manusia, seperti sintaks dan tata bahasa. Misalnya, kita bisa secara sadar memutuskan untuk berbicara, tetapi dalam berbicara secara tidak sadar pipi menjadi memerah dan mata berkedip terus-menerus.

2. Banyak komunikasi nonverbal serta lambang-lambangnya yang bermakna universal. Sedangkan komunikasi verbal lebih banyak yang bersifat spesifik bagi kebudayaan tertentu.

3. Dalam komunikasi nonverbal bisa dilakukan beberapa tindakan sekaligus dalam suatu waktu tertentu, sementara komunikasi verbal terikat pada urutan waktu.

4. Komunikasi nonverbal dipelajari sejak usia sangat dini. Sedangkanpenggunaan lambang berupa kata sebagai alat komunikasi membutuhkan masa sosialisasi sampai pada tingkat tertentu.

5. Komunikasi nonverbal lebih dapat memberi dampak emosional dibanding komunikasi verbal.

3. Fungsi Komunikasi Verbal dan Nonverbal

Gambar

Tabel 5.1 Interaksi Dalam Model Komunikasi
Tabel 5.2 Konsep- konsep dalam komunikasi Linier
Gambar  5.1 Interactional Model
Gambar 6.1 Ilustrasi Komunikasi Interperonal
+7

Referensi

Dokumen terkait

Nilai hasil belajar tersebut, masih perlu dilakukan tindakan lanjutan untuk meningkatkan keterampilan membaca permulaan bahasa Bahasa Indonesia siswa (yang

Peran stakeholder dalam konservasi TNKpS lebih dominan pada peran positif yang berdampak baik terhadap fungsi perlindungan kawasan, pengawetan keanekaragaman hayati dan

Kesimpulan dalam penelitian ini adalah beban yang dialami dan dirasakan keluarga dalam merawat penderita dengan skizofrenia memiliki korelasi yang positif terhadap

Dengan beberapa aspek yang memiliki kriteria valid dan layak yaitu (1) kemenarikan cover, (2) kemudahan teks untuk dibaca, (3) kemudahan gambar dalam memahami materi, (4)

Kata dasar bahasa Arab ditandai dengan 3 (tiga) konsonan, seperti contoh pada kata بدا diserap menjadi /adab/ dalam bahasa Indonesia dan ندب diserap dalam bahasa Indonesia

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan pada tabel 4.1, maka profil kemampuan dasar siswa di SMK Pembangunan Nasional Purwodadi yang muncul melalui

Data primer pengamatan lapangan dikhususkan pada kegiatan panen yaitu persiapan panen, taksasi panen, sensus buah, angka kerapatan panen, tenaga panen, rotasi

Tabel Hubungan Teknik Gerak, Kelenturan dan Peniruan Gerak Teknik Gerak Kelenturan Peniruan Gerak TEKNIK GERAK : KELENTURAN : PENIRUAN merupakan cara merupakan ekspresi GERAK : dan