• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PENDAHULUAN hiper Bilirubin Lengs

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LAPORAN PENDAHULUAN hiper Bilirubin Lengs"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PENDAHULUAN

HIPERBILIRUBINEMIA

A. KONSEP DASAR PENYAKIT 1. Pengertian

Hiperbilirubin adalah peningkatan kadar bilirubin serum (hiperbilirubinemia) yang disebabkan oleh kelainan bawaan, juga dapat menimbulkan ikterus. (Smarkum 2010 )

Hiperbilirubinemia adalah suatu keadaan di mana kadar bilirubinemia mencapai suatu nilai yang mempunyai potensi menimbulkan ikhterus kalau tidak di tanggulangi dengan baik. Nilai normal indirek 0,3-1,1 mg/dl,bilirubin direk 0,1-0,4 mg/dl (Prawihardjo,2010)

Hiperbilirubinemia ( ikhterus bayi baru lahir ) adalah meningginya kadar bilirubin di dalam jaringan ekstravaskuler,sehingga kulit,konjugtiva,mukosa dan alat tubuh lain nya berwarna kuning .( Syaifudin 2011)

2. Klasifikasi Hiperbilirubin

a. Ikterus prehepatik

Disebabkan oleh produksi bilirubin yang berlebihan akibat hemolisis sel darah merah. Kemampuan hati untuk melaksanakan konjugasi terbatas terutama pada disfungsi hati sehingga menyebabkan kenaikan bilirubin yang tidak terkonjugasi.

b. Ikterus hepatik

Disebabkan karena adanya kerusakan sel parenkim hati. Akibat kerusakan hati maka terjadi gangguan bilirubin tidak terkonjugasi masuk ke dalam hati serta gangguan akibat konjugasi bilirubin yang tidak sempurna dikeluarkan ke dalam doktus hepatikus karena terjadi retensi dan regurgitasi.

c. Ikterus kolestatik

(2)

d. Ikterus neonatus fisiologi

Terjadi pada 2-4 hari setelah bayi baru lahir dan akan sembuh pada hari ke-7. penyebabnya organ hati yang belum matang dalam memproses bilirubin. e. Ikterus neonatus patologis

Terjadi karena factor penyakit atau infeksi. Biasanya disertai suhu badan yang tinggi dan berat badan tidak bertambah.

f. Kern Ikterus

Adalah suatu kerusakan otak akibat perlengketan Bilirubin Indirek pada otak terutama pada Korpus Striatum, Talamus, Nukleus Subtalamus, Hipokampus, Nukleus merah , dan Nukleus pada dasar Ventrikulus IV.

3. Etiologi

a. Peningkatan produksi :

Hemolisis, misal pada Inkompatibilitas yang terjadi bila terdapat ketidaksesuaian golongan darah dan anak pada penggolongan Rhesus dan ABO.

Pendarahan tertutup misalnya pada trauma kelahiran.

Ikatan Bilirubin dengan protein terganggu seperti gangguan metabolic yang terdapat pada bayi Hipoksia atau Asidosis .

Defisiensi G6PD ( Glukosa 6 Phospat Dehidrogenase ).

Ikterus ASI yang disebabkan oleh dikeluarkannya pregnan 3 (alfa), 20 (beta) , diol (steroid).

Kurangnya Enzim Glukoronil Transeferase , sehingga kadar Bilirubin Indirek

meningkat misalnya pada berat badan lahir rendah.

Kelainan kongenital (Rotor Sindrome) dan Dubin Hiperbilirubinemia.

b. Gangguan transportasi akibat penurunan kapasitas pengangkutan misalnya pada Hipoalbuminemia atau karena pengaruh obat-obat tertentu misalnya Sulfadiasine.

c. Gangguan fungsi hati yang disebabkan oleh beberapa mikroorganisme atau toksin yang dapat langsung merusak sel hati dan darah merah seperti infeksi, Toksoplasmosis, Siphilis.

d. Gangguan ekskresi yang terjadi intra atau ekstra Hepatik.

(3)

(Mansyur 2008 )

4. Tanda dan Gejala

a. Kulit berwarna kuning sampai jingga b. Pasien tampak lemah

c. Nafsu makan berkurang d. Reflek hisap kurang e. Urine pekat

f. Perut buncit

g. Pembesaran lien dan hati h. Gangguan neurologic i. Feses seperti dempul

j. Kadar bilirubin total mencapai 29 mg/dl.

k. Terdapat ikterus pada sklera, kuku/kulit dan membran mukosa.

l. Jaundice yang tampak 24 jam pertama disebabkan penyakit hemolitik pada bayi baru lahir, sepsis atau ibu dengan diabetk atau infeksi.

m. Jaundice yang tampak pada hari ke 2 atau 3 dan mencapai puncak pada hari ke 3 -4 dan menurun hari ke 5-7 yang biasanya merupakan jaundice fisiologi.

(prawirihardjo 2010 )

5. Patofisiologi

Peningkatan kadar bilirubin tubuh dapat terjadi pada beberapa keadaan. Kejadian yang sering ditemukan adalah apabila terdapat penambahan beban bilirubin pada sel hepar yang berlebihan. Hal ini dapat ditemukan bila terdapat peningkatan penghancuran eritrosit, polisitemia.

Gangguan pemecahan bilirubin plasma juga dapat menimbulkan peningkatan kadar bilirubin tubuh. Hal ini dapat terjadi apabila kadar protein Y dan Z berkurang, atau pada bayi hipoksia, asidosis. Keadaan lain yang memperlihatkan peningkatan kadar bilirubin adalah apabila ditemukan gangguan konjugasi hepar atau neonatus yang mengalami gangguan ekskresi misalnya sumbatan saluran empedu.

(4)

memungkinkan terjadinya efek patologis pada sel otak apabila bilirubin tadi dapat menembus sawar darah otak.

Kelainan yang terjadi pada otak disebut kern ikterus. Pada umumnya dianggap bahwa kelainan pada saraf pusa tersebut mungkin akan timbul apabila kadar bilirubin indirek lebih dari 20 mg/dl. Mudah tidaknya kadar bilirubin melewati sawar darah otak ternyata tidak hanya tergantung pada keadaan neonatus. Bilirubin Indirek akan mudah melalui sawar otak apabila bayi terdapat keadaan berat badan lahir rendah (BBLR), hipoksia dan hipoglikemia. (Markum, 2010)

Secara skematis, patofisiologi hiperbilirubin dapat digambarkan pada pathway sebagai berikut :

Gangguanintegritas kulit

Suplai bilirubin melebihi kemampuan hepar

Sebagian masuk kembali ke siklus enterohepatik

Peningkatan bilirubin unconjugned dalam darah, pengeluaran meconeum terlambat, obstruksi usus, tinja berwarna pucat

Icterus pada sklera, leher dan badan peningkatan bilirubin indirek > 12 mg/dl

Indikasi Fototerapi

Hipertermi Hepar tidak mampu melakukan konjugasi

Hemoglobin

Globin Hema

Bilivirdin Feco

Peningkatan destruksi eritrosit (gangguan konjugasi bilirubin/gangguan transport bilirubin/peningkatan siklus entero hepatik), Hb dan eritrosit abnormal

(5)

6. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan laboratorium.

Test Coomb pada tali pusat BBL

 Hasil positif test Coomb indirek menunjukkan adanya antibody Rh-positif, anti-A, anti-B dalam darah ibu.

 Hasil positif dari test Coomb direk menandakan adanya sensitisasi ( Rh-positif, anti-A, anti-B) SDM dari neonatus.

Golongan darah bayi dan ibu : mengidentifikasi incompatibilitas ABO.

Bilirubin total.

 Kadar direk (terkonjugasi) bermakna jika melebihi 1,0-1,5 mg/dl yang mungkin dihubungkan dengan sepsis.

 Kadar indirek (tidak terkonjugasi) tidak boleh melebihi 5 mg/dl dalam 24 jam atau tidak boleh lebih dari 20 mg/dl pada bayi cukup bulan atau 1,5 mg/dl pada bayi praterm tegantung pada berat badan.

Protein serum total

 Kadar kurang dari 3,0 gr/dl menandakan penurunan kapasitas ikatan terutama pada bayi praterm.

Hitung darah lengkap

 Hb mungkin rendah (< 14 gr/dl) karena hemolisis.

 Hematokrit mungin meningkat (> 65%) pada polisitemia, penurunan (< 45%) dengan hemolisis dan anemia berlebihan.

Glukosa

 Kadar dextrostix mungkin < 45% glukosa darah lengkap <30 mg/dl atau test glukosa serum < 40 mg/dl, bila bayi baru lahir hipoglikemi dan mulai menggunakan simpanan lemak dan melepaskan asam lemak.

Daya ikat karbon dioksida

 Penurunan kadar menunjukkan hemolisis . Meter ikterik transkutan

 Mengidentifikasi bayi yang memerlukan penentuan bilirubin serum. Pemeriksaan bilirubin serum

(6)

 Pada bayi cukup bulan, bilirubin mencapai kurang lebih 6mg/dl antara 2-4 hari setelah lahir. Apabila nilainya lebih dari 10mg/dl tidak fisiologis.

 Pada bayi premature, kadar bilirubin mencapai puncak 10-12 mg/dl antara 5-7 hari setelah lahir. Kadar bilirubin yang lebih dari 14mg/dl tidak fisiologis

Smear darah perifer

 Dapat menunjukkan SDM abnormal/ imatur, eritroblastosis pada penyakit RH atau sperositis pada incompabilitas ABO

Test Betke-Kleihauer

 Evaluasi smear darah maternal tehadap eritrosit janin. b. Pemeriksaan radiology

Diperlukan untuk melihat adanya metastasis di paru atau peningkatan diafragma kanan pada pembesaran hati, seperti abses hati atau hepatoma.

c. Ultrasonografi

Digunakan untuk membedakan antara kolestatis intra hepatic dengan ekstra hepatic.

d. Biopsy hati

Digunakan untuk memastikan diagnosa terutama pada kasus yang sukar seperti untuk membedakan obstruksi ekstra hepatic dengan intra hepatic selain itu juga untuk memastikan keadaan seperti hepatitis, serosis hati, hepatoma. (muslihatum 2010)

7. Penatalaksanaan

Tindakan umum meliputi :

1) Memeriksa golongan darah ibu (Rh, ABO) pada waktu hamil, mencegah truma lahir, pemberian obat pada ibu hamil atau bayi baru lahir yang dapat menimbulkan ikhterus, infeksi dan dehidrasi.

2) Pemberian makanan dini dengan jumlah cairan dan kalori yang sesuai dengan kebutuhan bayi baru lahir.

3) Imunisasi yang cukup baik di tempat bayi dirawat.

Berdasarkan pada penyebabnya, maka manejemen bayi dengan hiperbilirubinemia diarahkan untuk mencegah anemia dan membatasi efek dari hiperbilirubinemia. Pengobatan mempunyai tujuan :

(7)

2) Menghilangkan Antibodi Maternal dan Eritrosit Tersensitisasi 3) Meningkatkan Badan Serum Albumin

4) Menurunkan Serum Bilirubin

Metode therapi pada Hiperbilirubinemia meliputi : Fototerapi, Transfusi Pengganti, Infus Albumin dan Therapi Obat.

a. Fototherapi

Fototherapi dapat digunakan sendiri atau dikombinasi dengan Transfusi Pengganti untuk menurunkan Bilirubin. Memaparkan neonatus pada cahaya dengan intensitas yang tinggi akan menurunkan Bilirubin dalam kulit. Fototherapi menurunkan kadar Bilirubin dengan cara memfasilitasi eksresi Biliar Bilirubin tak terkonjugasi. Hal ini terjadi jika cahaya yang diabsorsi jaringan mengubah Bilirubin tak terkonjugasi menjadi dua isomer yang disebut Fotobilirubin. Fotobilirubin bergerak dari jaringan ke pembuluh darah melalui mekanisme difusi. Di dalam darah Fotobilirubin berikatan dengan Albumin dan dikirim ke Hati. Fotobilirubin kemudian bergerak ke Empedu dan diekskresi ke dalam Deodenum untuk dibuang bersama feses tanpa proses konjugasi oleh Hati (Avery dan Taeusch, 1984).

Fototherapi mempunyai peranan dalam pencegahan peningkatan kadar Bilirubin, tetapi tidak dapat mengubah penyebab kekuningan dan hemolisis dapat menyebabkan Anemia.

Secara umum Fototherapi harus diberikan pada kadar Bilirubin Indirek 4 -5 mg / dl. Neonatus yang sakit dengan berat badan kurang dari 1000 gram harus di Fototherapi dengan konsentrasi Bilirubun 5 mg / dl. Beberapa ilmuan mengarahkan untuk memberikan Fototherapi Propilaksis pada 24 jam pertama pada bayi resiko tinggi dan Berat Badan Lahir Rendah.

b. Tranfusi Pengganti / Tukar

Transfusi Pengganti atau Imediat diindikasikan adanya faktor-faktor : 1) Titer anti Rh lebih dari 1 : 16 pada ibu.

2) Penyakit Hemolisis berat pada bayi baru lahir.

3) Penyakit Hemolisis pada bayi saat lahir perdarahan atau 24 jam pertama. 4) Tes Coombs Positif.

(8)

8) Bayi dengan Hidrops saat lahir. 9) Bayi pada resiko terjadi Kern Ikterus.

Transfusi Pengganti digunakan untuk :

1) Mengatasi Anemia sel darah merah yang tidak Suseptible (rentan) terhadap sel darah merah terhadap Antibodi Maternal.

2) Menghilangkan sel darah merah untuk yang Tersensitisasi (kepekaan) 3) Menghilangkan Serum Bilirubin

4) Meningkatkan Albumin bebas Bilirubin dan meningkatkan keterikatan dengan Bilirubin

Pada Rh Inkomptabiliti diperlukan transfusi darah golongan O segera (kurang dari 2 hari), Rh negatif whole blood. Darah yang dipilih tidak mengandung antigen A dan antigen B yang pendek. setiap 4 - 8 jam kadar Bilirubin harus dicek. Hemoglobin harus diperiksa setiap hari sampai stabil. (muslihatum 2010)

8. Komplikasi

a. Retardasi mental : kerusakan neurologist

b. Gangguan pendengaran dan penglihatan

c. Kematian.

d. Kernikterus. (Khosim 2010 )

9. Pencegahan

Ikterus dapat dicegah dan dihentikan peningkatannya dengan : a. Pengawasan antenatal yang baik

b. Menghindari obat yang dapat meningkatkan ikterus pada bayi dan masa kehamilan dan kelahiran, contoh :sulfaforazol, novobiosin, oksitosin.

c. Pencegahan dan mengobati hipoksia pada janin dan neonatus. d. Penggunaan fenobarbital pada ibu 1-2 hari sebelum partus. e. Imunisasi yang baik pada bayi baru lahir

(9)

B. ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian pada pasien hiperbilirubinemia

a. Identitas

Nama,Umur,No RM,Jenis kelamin dan alamat b. Riwayat Kesehatan

1) Riwayat Kehamilan

Kurangnya antenatal care yang baik. Penggunaan obat – obat yang meningkatkan ikterus ex: salisilat sulkaturosic oxitosin yang dapat mempercepat proses konjungasi sebelum ibu partus.

2) Riwayat Persalinan

Persalinan dilakukan oleh dukun, bidan, dokter. Atau data obyektif : lahir prematur/kurang bulan, riwayat trauma persalinan, hipoksia dan asfiksia. 3) Riwayat Post natal

Adanya kelainan darah, kadar bilirubin meningkat kulit bayi tampak kuning. 4) Riwayat Kesehatan Keluarga

Seperti ketidak cocokan darah ibu dan anak polisitemia, gangguan saluran cerna dan hati ( hepatitis )

5) Riwayat Pikososial

Kurangnya kasih sayang karena perpisahan, perubahan peran orang tua 6) Pengetahuan Keluarga

Penyebab perawatan pengobatan dan pemahan ortu terhadap bayi yang ikterus.

c. Pemeriksaan fisik dan pengkajian fungsional 1) Aktivitas / Istirahat

 Letargi, malas.

2) Sirkulasi

 Mungkin pucat menandakan anemia.

(10)

 Bising usus hipoaktif.

 Pasase mekonium mungkin lambat.

 Feses mungkin lunak/coklat kehijauan selama pengeluaran bilirubin.

 Urin gelap pekat; hitam kecoklatan (sindrom bayi bronze)

4) Makanan / Cairan

 Riwayat perlambatan / makan oral buruk, mungkin lebih disusui

daripada menyusu botol. Pada umumnya bayi malas minum ( reflek menghisap dan menelan lemah, sehingga BB bayi mengalami penurunan). Palpasi abdomen dapat menunjukkan pembesaran limfa, hepar.

5) Neuro sensori

 Sefalohematoma besar mungkin terlihat pada satu atau kedua tulang

parietal yang berhubungan dengan trauma kelahiran / kelahiran ekstraksi vakum.

 Edema umum, hepatosplenomegali, atau hidrops fetalis mungkin ada dengan inkompatibilitas Rh berat.

 Kehilangan refleks Moro mungkin terlihat opistotonus dengan kekakuan lengkung punggung, fontanel menonjol, menangis lirih, aktivitas kejang (tahap krisis).

6) Pernafasan

 Riwayat asfiksia

7) Keamanan

 Riwayat positif infeksi / sepsis neonatus

 Dapat mengalami ekimosis berlebihan, ptekie, perdarahan intracranial.

 Dapat tampak ikterik pada awalnya pada daerah wajah dan berlanjut

pada bagian distal tubuh; kulit hitam kecoklatan (sindrom bayi Bronze) sebagai efek samping fototerapi.

8) Seksualitas

 Mungkin praterm, bayi kecil untuk usia gestasi (SGA), bayi dengan retardasi pertumbuhan intrauterus (LGA), seperti bayi dengan ibu diabetes.

(11)

 Terjadi lebih sering pada bayi pria dibandingkan perempuan.

9) Penyuluhan / Pembelajaran

 Dapat mengalami hipotiroidisme congenital, atresia bilier, fibrosis kistik.

 Faktor keluarga : missal riwayat hiperbilirubinemia pada kehamilan

sebelumnya, penyakit hepar, fibrosis kristik, kesalahan metabolisme saat lahir (galaktosemia), diskrasias darah (sferositosis, defisiensi gukosa-6-fosfat dehidrogenase.

 Faktor ibu, seperti diabetes ; mencerna obat-obatan (missal, salisilat, sulfonamide oral pada kehamilan akhir atau nitrofurantoin (Furadantin), inkompatibilitas Rh/ABO, penyakit infeksi (misal, rubella, sitomegalovirus, sifilis, toksoplamosis).

 Faktor penunjang intrapartum, seperti persalinan praterm, kelahiran dengan ekstrasi vakum, induksi oksitosin, perlambatan pengkleman tali pusat, atau trauma kelahiran.

2. Diagnosa keperawatan yang sering muncul

(12)

3. Intervensi keperawatan Diagnosis

Keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional

Kerusakan integritas kulit b/d peningkatan kadar bilirubin

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x8 jam, diharapkan integritas kulit kembali

baik/ normal dengan

kriteria hasil :

Label :integritas jaringan kulit

Indikator label A T

Suhu kulit 2 4

Hidrasi 2 4

Integritas kulit 2 4 Lesi pada kulit 2 4

Wajah pucat 1 4

Perfusi pada jaringan 1 4

Pengecekan kulit

1. Monitor warna dan keadaan kulit setiap 4-8 jam

2. Monitor suhu dan dan ada nya ruam pada kulit

3. Periksa kulit dan selaput lendir

terkait adanya

kemerahan,kehangatan ekstrim,edema dan drainase

4. Dokumentasi kan perubhan membran mukosa

5. Ajarkan anggota keluarga mengenai tanda-tanda kerusakan kulit

6. Monitor keadaan bilirubin direk dan indirek ( kolaborasi dengan dokter

2. Kadar bilirubin indirek merupakan indikator berat ringan joundice yang diderita.

3. Menghindari adanya penekanan pada kulit

5. Memberikan edukasi kepada keluarga agar mengetahui tanda-tanda bilirubin

6. Seringlah monitor warna dan keadaan kulit

kekurangan volume cairan b/d kehilangan cairan aktif .

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1x 8 jam, cairan tubuh neonatus adekuat dengan kriteria hasil :

Label : Keseimbangan Cairan

(13)

Indikator label A T Keseimbangan intake dan

output 24 jam 2 3

Berat badan stabil 1 3

Turgor kulit 2 3

urine kehijauan menandakan keefektifan fototerapi dengan pemecahan dan ekskresi bilirubin. Feces yang encer meningkatkatkan risiko kekurangan volume cairan akibat pengeluaran cairan berlebih. 4. Meningkatkan input cairan sebagai

kompensasi pengeluaran feces yang encer sehingga mengurangi risiko bayi kekurangan cairan.

5. Turgor kult yang buruk, tidak elastis merupakan indikator adanya kekurangan volume cairan dalam tubuh bayi.

6. Mungkin perlu untuk memperbaiki atau mencegah dehidrasi berat.

7. Memberikan edukasi kepada keluarga tentang pemberian makan yang baik

Risiko terjadi gangguan suhu tubuh akibat efek samping fototerapi berhubungan dengan efek mekanisme regulasi tubuh.

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1x8 jam, diharapkan tidak terjadi gangguan suhu tubuh dengan kriteria hasil :

Label :kontrol resiko hipertermi

Indikator label A T

1. Pantau kulit neonates dan suhu inti setiap 2 jam atau lebih sering sampai setabil( mis; suhu aksila) dan Atur suhu incubator dengan tepat

2. Monitor nadi, dan respirasi 3. Monitor intake dan output

4. Pertahankan suhu tubuh 36,50C-370C

jika demam lakukan kompres/ axilia 5. Cek tanda-tanda vital setiap 2-4 jam

sesuai yang dibutuhkan

1. Fluktuasi pada suhu tubuh dapat terjadi sebagai respon terhadap pemajanan sinar, radiasi dan konveksi.

2. Peningkatan suhu tubuh dapat terjadi karena dehidrasi akibat paparan sinar dengan intensitas tinggi sehingga akan mempengaruhi nadi dan respirasi, sehingga peningkatan nadi dan respirasi merupakan aspek penting yang harus di waspadai. 3. Intake yang cukup dan output yang

(14)

Mencari informasi

terkait hipertermi 2 4 Mengidentifikasi

tanda dan gejala hipertermi

2 4

Mengenali kondisi

tubuh yang tepat 2 4 Memodifikasi intake

cairan sesuai kebutuhan

2 4

6. Kolaborasi pemberian antipiretik jika demam.

7. Edukasi kepada anggota keluarga tentang penyebab nya demam

dalam batas normal.

4. Suhu dalam batas normal mencegah terjadinya cold/ heat stress

5. Untuk mengetahui keadaan umum bayi sehingga memungkinkan pengambilan tindakan yang cepat ketika terjadi suatu keabnormalan dalam tanda-tanda vital. 6. Antipiretik cepat membantu menurunkan

demam bayi.

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Khosim, M. Sholeh, dkk. 2008. Buku Ajar Neonatologi Edisi I. Jakarta : Perpustakaan Nasional.

Lia Dewi, Vivian Nanny, 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak balita. Jakarta : Salemba Medika.

Markum, H. (2010). Ilmu Kesehatan Anak. Buku I. FKUI, Jakarta.

Mansyoer, Arid dkk. 2008 Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius.

Muslihatum, Wafi Nur. 2010. Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita. Yogyakarta : Fitramaya.

Prawirohadjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan Edisi 3. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.

Referensi

Dokumen terkait

pada kadar Bilirubin Indirek 4 -5 mg / dl. Neonatus yang sakit.. dengan berat badan kurang dari 1000 gram harus di Fototherapi. dengan konsentrasi Bilirubun 5 mg /

Dikatakan hiperbilirubinemia patologis apabila terjadi saat 24 jam setelah bayi lahir, peningkatan kadar bilirubin serum &gt;0,5 mg/dl setiap jam, ikterus bertahan

Bilirubin indirek, atau disebut juga dengan bilirubin tak terkonjugasi, yaitu bilirubin yang larut dalam lemak, tetapi tidak larut dalam air, bilirubin bebas yang terikat dengan

Soetomo Surabaya terapi sinar dilakukan pada semua penderita dengan kadar bilirubin indirek &gt;12 mg/dL dan pada bayi-bayi dengan proses hemolisis yang ditandai

Soetomo Surabaya terapi sinar dilakukan pada semua penderita dengan kadar bilirubin indirek &gt;12 mg/dL dan pada bayi-bayi dengan proses hemolisis yang ditandai

Bila ikterus terlihat pada hari ke 2-3 dengan kadar bilirubin indirek 5-6 mg/dl dan untuk selanjutnya menurun hari ke 5-7 kehidupan maka disebut ikterus

Namun, pada sampel yang hasilnya berada di atas nilai normal baik bilirubin total atau bilirubin direk tidak dapat dihitung nilai dari bilirubin indirek

Hasil Pemeriksaan Kadar Bilirubin Total Plasma EDTA Tunda 2 jam Terpapar dan Tidak Terpapar Cahaya Lampu Kelompok Perlakuan Kadar Bilirubin Total N Mean mg/dL Maksimum mg/dL