LAPORAN PENDAHULUAN HIPERBILIRUBIN
A. Definiisi
Hiperbilirubin adalah meningkatnya kadar bilirubin dalam darah yang kadar nilainya lebih dari normal (Suriadi, 2001). Nilai normal bilirubin indirek 0,3 – 1,1 mg/dl, bilirubin direk 0,1 – 0,4 mg/dl.
Hiperbillirubin ialah suatu keadaan dimana kadar billirubinemia mencapai suatu nilai yang mempunyai potensi menimbulkan kernikterus kalau tidak ditanggulangi dengan baik (Prawirohardjo, 1997).
Hiperbilirubinemia (ikterus bayi baru lahir) adalah meningginya kadar bilirubin di dalam jaringan ekstravaskuler, sehingga kulit, konjungtiva, mukosa dan alat tubuh lainnya berwarna kuning (Ngastiyah, 2000).
B. Epidemologi
Pada sebagian besar neonatus, ikterik akan ditemukan dalam minggu pertama
kehidupannya. Dikemukan bahwa angka kejadian iketrus terdapat pada 60 % bayi cukup bulan dan 80 % bayi kurang bulan. Ikterus ini pada sebagian penderita dapat berbentuk fisiologik dan sebagian lagi patologik yang dapat menimbulkan gangguan yang menetap atau menyebabkan kematian.
C. Klarifikasi
Ikterus fisiologik adalah ikterus yang timbul pada hari kedua dan ketiga yang tidak mempunyai dasar patologis, kadarnya tidak melewati kadar yang membahayakan atau
mempunyai potensi menjadi “kernicterus” dan tidak menyebabkan suatu morbiditas pada bayi. Ikterus patologik adalah ikterus yang mempunyai dasar patologis atau kadar bilirubinnya mencapai suatu nilai yang disebut hiperbilirubin.
Ikterus pada neonatus tidak selamanya patologis. Ikterus fisiologis adalah ikterus yang memiliki karakteristik sebagai berikut menurut (Hanifah, 1987), dan (Callhon, 1996), (Tarigan, 2003) dalam (Schwats, 2005):
a. Timbul pada hari kedua - ketiga.
b. Kadar bilirubin indirek setelah 2x24 jam tidak melewati 15 mg% pada neonatus cukup bulan dan
10 mg% pada kurang bulan.
c. Kecepatan peningkatan kadar bilirubin tidak melebihi 5 mg% perhari.
d. Kadar bilirubin direk kurang dari 1 mg%.
e. Ikterus hilang pada 10 hari pertama.
f. Tidak mempunyai dasar patologis; tidak terbukti mempunyai hubungan dengan keadaan
patologis tertentu.
g. Ikterus yang kemungkinan menjadi patologis atau hiperbilirubinemia dengan karakteristik
sebagai berikut Menurut (Surasmi, 2003) bila:
1). Ikterus terjadi pada 24 jam pertama sesudah kelahiran.
2). Peningkatan konsentrasi bilirubin 5 mg% atau > setiap 24 jam.
3). Konsentrasi bilirubin serum sewaktu 10 mg% pada neonatus < bulan dan 12,5 mg% pada
neonatus cukup bulan.
4). Ikterus disertai proses hemolisis (inkompatibilitas darah, defisiensi enzim G6PD dan sepsis).
5). Ikterus disertai berat lahir < 2000 gr, masa gestasi < 36 minggu, asfiksia, hipoksia, sindrom
gangguan pernafasan, infeksi, hipoglikemia, hiperkapnia, hiperosmolalitas darah.
2. Ikterus Patologis/Hiperbilirubinemia.
menetapkan hiperbilirubinemia bila kadar bilirubin mencapai 12 mg% pada cukup bulan, dan 15 mg% pada bayi kurang bulan. Utelly menetapkan 10 mg% dan 15 mg%.
3. Kern Ikterus.
Adalah suatu kerusakan otak akibat perlengketan bilirubin indirek pada otak terutama pada korpus striatum, talamus, nucleus subtalamus, hipokampus, nukleus merah, dan nukleus pada dasar ventrikulus IV.
Kern ikterus ialah ensefalopati bilirubin yang biasanya ditemukan pada neonatus cukup bulan dengan ikterus berat (bilirubin lebih dari 20 mg%) dan disertai penyakit hemolitik berat dan pada autopsy ditemukan bercak bilirubin pada otak. Kern ikterus secara klinis berbentuk kelainan syaraf simpatis yang terjadi secara kronik.
D. Etiologi
Peningkatan kadar bilirubin dalam darah tersebut dapat terjadi karena keadaan sebagai berikut;
1. Polychetemia
2. Isoimmun Hemolytic Disease
3. Kelainan struktur dan enzim sel darah merah
4. Keracunan obat (hemolisis kimia; salisilat, kortikosteroid, kloramfenikol)
5. Hemolisis ekstravaskuler
6. Cephalhematoma
7. Ecchymosis
8. Gangguan fungsi hati; defisiensi glukoronil transferase, obstruksi empedu (atresia biliari),
infeksi, masalah metabolik galaktosemia, hipotiroid jaundice ASI
9. Adanya komplikasi; asfiksia, hipotermi, hipoglikemi. Menurunnya ikatan albumin; lahir
prematur, asidosis.
Rumus Kramer
Daerah Luas Ikterus Kadar Bilirubin
1 Kepala dan Leher 5 mg%
3 Daerah 1, 2 + badan bagian bawah dan tungkai
11 mg%
4 Daerah 1, 2, 3 + lengan dan kaki dibawah
lutut 12 mg%
5 Daerah 1,2,3,4 + tangan dan kaki 16 mg%
E. Patofisiologi
Peningkatan kadar bilirubin tubuh dapat terjadi pada beberapa keadaan. Kejadian yang sering ditemukan adalah apabila terdapat beban penambahan bilirubin pada sel heparbyang berlebihan hal ini dapat ditemukan bila terdapat peningkatan penghancuran entrosit, polistemia.
Gangguan pecahan bilirubin plasma juga dapat menimbulkan peningkatan kadar bilirubin tubuh. Hal ini dapat terjadi apabila kadar protein Y dan Z berkurang, atau pada bayi hipoksia, asidosis. Keadaan lain yang memperlihatkan peningkatan kadar bilirubin adalah apabila ditemukan gangguan konjugasi hepar atau neonates yang mengalami gangguan ekskresi. Misalnya sumbatan saluran empedu.
Pada derajat bilirubin ini akan bersifat toksik dan merusak jaringan tubuh toksisitas terutama ditemukan bilirubin indirek yang bersifat sukar larut dalam air tapi mudah larut dalam lemak. Sifat ini memungkinkan terjadinya efek patoligis pada sel otak apabila bilirubin tadi dapat menembus sawar darah otak.
F. Pathway
G. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang jelas pada anak yang menderita hiperbilirubin adalah;
1. Tampak ikterus pada sklera, kuku atau kulit dan membran mukosa.
2. Jaundice yang tampak dalam 24 jam pertama disebabkan oleh penyakit hemolitik pada bayi baru
3. Jaundice yang tampak pada hari ke dua atau hari ke tiga, dan mencapai puncak pada hari ke tiga
sampai hari ke empat dan menurun pada hari ke lima sampai hari ke tujuh yang biasanya merupakan jaundice fisiologis.
4. Ikterus adalah akibat pengendapan bilirubin indirek pada kulit yang cenderung tampak kuning
terang atau orange, ikterus pada tipe obstruksi (bilirubin direk) kulit tampak berwarna kuning kehijauan atau keruh. Perbedaan ini hanya dapat dilihat pada ikterus yang berat.
5. Muntah, anoksia, fatigue, warna urin gelap dan warna tinja pucat, seperti dempul
6. Perut membuncit dan pembesaran pada hati
7. Pada permulaan tidak jelas, yang tampak mata berputar-putar
8. Letargik (lemas), kejang, tidak mau menghisap
9. Dapat tuli, gangguan bicara dan retardasi mental
10. Bila bayi hidup pada umur lebih lanjut dapat disertai spasme otot, epistotonus, kejang, stenosis
yang disertai ketegangan otot.
H. Komplikasi
1. Bilirubin enchepalopathy (komplikasi serius)
2. Kernikterus; kerusakan neurologis, cerebral palsy, retardasi mental, hiperaktif, bicara lambat,
tidak ada koordinasi otot dan tangisan yang melengking.
I. Pemeriksaan Diagnostik
1. Laboratorium (Pemeriksan Darah)
a. Pemeriksaan billirubin serum. Pada bayi prematur kadar billirubin lebih dari 14 mg/dl dan bayi
cukup bulan kadar billirubin 10 mg/dl merupakan keadaan yang tidak fisiologis.
b. Hb, HCT, Hitung Darah Lengkap.
c. Protein serum total.
2. USG, untuk mengevaluasi anatomi cabang kantong empedu.
3. Radioisotop Scan, dapat digunakan untuk membantu membedakan hapatitis dan atresia
J. Penatalaksanaan
1. Pengawasan antenatal dengan baik dan pemberian makanan sejak dini (pemberian ASI).
2. Menghindari obat yang meningkatakan ikterus pada masa kelahiran, misalnya sulfa furokolin.
3. Pencegahan dan pengobatan hipoksin pada neonatus dan janin.
4. Fenobarbital
Fenobarbital dapat mengeksresi billirubin dalam hati dan memperbesar konjugasi. Meningkatkan sintesis hepatik glukoronil transferase yang mana dapat meningkatkan billirubin konjugasi dan clereance hepatik pigmen dalam empedu. Fenobarbital tidak begitu sering digunakan.
5. Antibiotik, bila terkait dengan infeksi.
6. Fototerapi
Fototerapi dilakukan apabila telah ditegakkan hiperbillirubin patologis dan berfungsi untuk menurunkan billirubin dikulit melalui tinja dan urine dengan oksidasi foto pada billirubin dari billiverdin.
7. Transfusi tukar.
Transfusi tukar dilakukan bila sudah tidak dapat ditangani dengan foto terapi.
A. Pengkajian
1. Pengumpulan Data a. Riwayat Penyakit
Perlunya ditanyakan apakah dulu pernah mengalami hal yang sama, apakah sebelumnya pernah mengkonsumsi obat-obat atau jamu tertentu baik dari dokter maupun yang di beli sendiri, apakah ada riwayat kontak denagn penderiata sakit kuning, adakah rwayat operasi empedu, adakah riwayat mendapatkan suntikan atau transfuse darah. Ditemukan adanya riwayat gangguan hemolissi darah (ketidaksesuaian golongan Rh atau darah ABO), polisitemia, infeksi, hematoma, gangguan metabolisme hepar, obstruksi saluran pencernaan dan ASI, ibu menderita DM.
b. Riwayat orang tua :
Ketidakseimbangan golongan darah ibu dan anak seperti Rh, ABO, Polisitemia, Infeksi, Hematoma, Obstruksi Pencernaan dan ASI.
c. Pengkajian Psikososial :
Dampak sakit anak pada hubungan dengan orang tua, apakah orang tua merasa bersalah, masalah Bonding, perpisahan dengan anak.
d. Pengetahuan Keluarga meliputi :
Penyebab penyakit dan pengobatan, perawatan lebih lanjut, apakah mengenal keluarga lain yang memiliki yang sama, tingkat pendidikan, kemampuan mempelajari Hiperbilirubinemia .
e. Pola Kebutuhan sehari-hari. Data dasar klien:
- Aktivitas / istirahat : Latergi, malas
- Sirkulasi : Mungkin pucat, menandakan anemia. Eliminasi : Bising usus hipoaktif, Pasase mekonium mungkin lambat, Feses lunak/coklat
kehijauan selama pengeluaran bilirubin,Urine gelap pekat, hitam kecoklatan ( sindrom bayi bronze )
Makanan/cairan : Riwayat perlambatan/makan oral buruk, ebih mungkin disusui dari pada menyusu botol, Palpasi abdomen dapat menunjukkan perbesaran limfa, hepar.
Neurosensori : Hepatosplenomegali, atau hidropsfetalis dengan inkompatibilitas Rh berat. Opistetanus dengan kekakuan lengkung punggung,menangislirih, aktivitas kejang (tahap krisis).
Keamanan : Riwayat positif infeksi/sepsis neonatus , Tampak ikterik pada awalnya di wajah dan berlanjut pada bagian distal tubuh, kulit hitam kecoklatan sebagai efek fototerapi.
Penyuluhan/Pembelajaran : Faktor keluarga, misal: keturunan etnik, riwayat
hiperbilirubinemia pada kehamilan sebelumnya, penyakithepar,distrasias darah (defisit glukosa-6-fosfat dehidrogenase (G-6-PD). Faktor ibu, mencerna obat-obat (misal: salisilat),
inkompatibilitas Rh/ABO. Faktor penunjang intrapartum, misal: persalinan pratern. f. Pemeriksaan Fisik :
Pada pemeriksaan fisik didapatkan pemeriksaan derajat ikterus, ikterus terlihat pada sclera, tanda-tanda penyakit hati kronis yaitu eritema palmaris, jari tubuh (clubbing), ginekomastia (kuku putih) dan termasuk pemeriksaan organ hati (tentang ukuran, tepid an permukaan); ditemukan adanya pembesaran limpa (splenomegali), pelebaran kandung empedu, dan masa abdominal, selaput lender, kulit nerwarna merah tua, urine pekat warna teh, letargi, hipotonus, reflek menghisap kurang/lemah, peka rangsang, tremor, kejang, dan tangisan melengking g. Pemeriksaan Diagnostik
· Golongan darah bayi dan ibu, mengidentifikasi inkompatibilitas ABO.
· Bilirubin total: kadar direk bermakna jika melebihi 1,0 – 1,5 mg/dL kadar indirek tidak
boleh melebihi peningkatan 5 mg/dL dalam 24 jam, atau tidak boleh lebih 20 mg/dL pada bayi cukup bulan atau 15 mg/dL pada bayi pratern.
· Darah lengkap: Hb mungkin rendah (< 1 mg/dL) karena hemolisis.
· Meter ikterik transkutan: mengidentifikasi bayi yang memerlukan penentuan bilirubin serum.
2. Pengelompokan Data a. Data Subjektif
· Riwayat afiksia · Riwayat trauma lahir b. Data Objektif
· Tampak ikterik pada awalnya di wajah dan berlanjut pada bagian distal tubuh.
· Kulit hitam kecoklatan sebagai efek fototerapi · Hepatosplenomegali.
· Urine gelap pekat · Bilirubin total:
- Kadar direk > 1,0 – 1,5 mg/dL
- Kadar indirek > 5 mg/dL dalam 24 jam, atau < 20 mg/dL pada bayi cukup bulan atau 15 mg/dL pada bayi pratern.
· Protein serum total: < 3,0 g/dL
· Golongan darah bayi dan ibu inkompatibilitas ABI, Rh.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul :
1. Risiko/ defisit volume cairan berhubungan dengan tidak adekuatnya intake cairan, serta peningkatan Insensible Water Loss (IWL) dan defikasi sekunder fototherapi.
2. Risiko /gangguan integritas kulit berhubungan dengan ekskresi bilirubin, efek fototerapi. 3. Risiko hipertermi berhubungan dengan efek fototerapi.
4. Gangguan parenting ( perubahan peran orang tua ) berhubungan dengan perpisahan dan penghalangan untuk gabung.
5. Kecemasan meningkat berhubungan dengan therapi yang diberikan pada bayi. 6. Risiko tinggi injury berhubungan dengan efek fototherapi
7. Risiko tinggi komplikasi (trombosis, aritmia, gangguan elektrolit, infeksi) berhubungan dengan tranfusi tukar.
8. PK : Kern Ikterus
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Risiko /defisit volume cairan b/d tidak adekuatnya intake cairan serta peningkatan IWL dan defikasi sekunder fototherapi
Tujuan : Setelah diberikan tindakan perawatan selama 3x24 jam diharapkan tidak terjadi deficit volume cairan dengan kriteria :
- Jumlah intake dan output seimbang
- Turgor kulit baik, tanda vital dalam batas normal - Penurunan BB tidak lebih dari 10 % BBL
a. Kaji reflek hisap bayi
( Rasional/R : mengetahui kemampuan hisap bayi )
b. Beri minum per oral/menyusui bila reflek hisap adekuat (R: menjamin keadekuatan intake )
c. Catat jumlah intake dan output , frekuensi dan konsistensi faeces ( R : mengetahui kecukupan intake )
d. Pantau turgor kulit, tanda- tanda vital ( suhu, HR ) setiap 4 jam
(R : turgor menurun, suhu meningkat HR meningkat adalah tanda-tanda dehidrasi ) e. Timbang BB setiap hari
(R : mengetahui kecukupan cairan dan nutrisi).
2. Risiko/hipertermi berhubungan dengan efek fototerapi
Tujuan : Setelah diberikan tindakan perawatan selama 3x24 jam diharapkan tidak terjadi hipertermi dengan kriteria suhu aksilla stabil antara 36,5-37 0 C.
Intervensi dan Rasional :
a. Observasi suhu tubuh ( aksilla ) setiap 4 - 6 jam (R : suhu terpantau secara rutin )
b. Matikan lampu sementara bila terjadi kenaikan suhu, dan berikan kompres dingin serta ekstra minum
( R : mengurangi pajanan sinar sementara )
c. Kolaborasi dengan dokter bila suhu tetap tinggi
( R : Memberi terapi lebih dini atau mencari penyebab lain dari hipertermi ).
3. Risiko /Gangguan integritas kulit berhubungan dengan ekskresi bilirubin, efek fototerapi Tujuan : Setelah diberikan tindakan perawatan selama 3x24 jam diharapkan tidak terjadi gangguan
integritas kulit dengan kriteria : · tidak terjadi decubitus · Kulit bersih dan lembab Intervensi :
a. Kaji warna kulit tiap 8 jam
b. Ubah posisi setiap 2 jam
(R : mencegah penekanan kulit pada daerah tertentu dalam waktu lama ). c. Masase daerah yang menonjol
(R : melancarkan peredaran darah sehingga mencegah luka tekan di daerah tersebut ). d. Jaga kebersihan kulit bayi dan berikan baby oil atau lotion pelembab
( R : mencegah lecet )
e. Kolaborasi untuk pemeriksaan kadar bilirubin, bila kadar bilirubin turun menjadi 7,5 mg% fototerafi dihentikan
(R: untuk mencegah pemajanan sinar yang terlalu lama )
4. Gangguan parenting ( perubahan peran orangtua) berhubungan dengan perpisahan dan penghalangan untuk gabung.
Tujuan : Setelah diberikan tindakan perawatan selama 3x24 jam diharapkan orang tua dan bayi
menunjukan tingkah laku “Attachment” , orang tua dapat mengekspresikan ketidak mengertian proses Bounding.
Intervensi :
a. Bawa bayi ke ibu untuk disusui ( R : mempererat kontak sosial ibu dan bayi ) b. Buka tutup mata saat disusui
(R: untuk stimulasi sosial dengan ibu )
c. Anjurkan orangtua untuk mengajak bicara anaknya (R: mempererat kontak dan stimulasi sosial ).
d. Libatkan orang tua dalam perawatan bila memungkinkan ( R: meningkatkan peran orangtua untuk merawat bayi ). e. Dorong orang tua mengekspresikan perasaannya (R: mengurangi beban psikis orangtua)
5. Kecemasan meningkat berhubungan dengan therapi yang diberikan pada bayi.
Tujuan : Setelah diberikan penjelasan selama 2x15 menit diharapkan orang tua menyatakan mengerti tentang perawatan bayi hiperbilirubin dan kooperatif dalamperawatan.
Intervensi :
( R : mengetahui tingkat pemahaman keluarga tentang penyakit )
b. Beri pendidikan kesehatan penyebab dari kuning, proses terapi dan perawatannya ( R : Meningkatkan pemahaman tentang keadaan penyakit )
c. Beri pendidikan kesehatan mengenai cara perawatan bayi dirumah (R : meningkatkan tanggung jawab dan peran orang tua dalam erawat bayi)
6. Risiko tinggi injury berhubungan dengan efek fototherapi
Tujuan : Setelah diberikan tindakan perawatan selama 3x24 jam diharapkan tidak terjadi injury akibat fototerapi ( misal ; konjungtivitis, kerusakan jaringan kornea )
Intervensi :
a. Tempatkan neonatus pada jarak 40-45 cm dari sumber cahaya ( R : mencegah iritasi yang berlebihan).
b. Biarkan neonatus dalam keadaan telanjang, kecuali pada mata dan daerah genetal serta bokong ditutup dengan kain yang dapat memantulkan cahaya usahakan agar penutup mata tidak
menutupi hidung dan bibir
(R : mencegah paparan sinar pada daerah yang sensitif )
c. Matikan lampu, buka penutup mata untuk mengkaji adanya konjungtivitis tiap 8 jam (R: pemantauan dini terhadap kerusakan daerah mata )
d. Buka penutup mata setiap akan disusukan.
( R : memberi kesempatan pada bayi untuk kontak mata dengan ibu ). e. Ajak bicara dan beri sentuhan setiap memberikan perawatan ( R : memberi rasa aman pada bayi ).
7. Risiko tinggi terhadap komplikasi berhubungan dengan tranfusi tukar
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 1x24 jam diharapkan tranfusi tukar dapat dilakukan tanpa komplikasi
Intervensi :
a. Catat kondisi umbilikal jika vena umbilikal yang digunakan (R : menjamin keadekuatan akses vaskuler )
c. Puasakan neonatus 4 jam sebelum tindakan (R: mencegah aspirasi )
d. Pertahankan suhu tubuh sebelum, selama dan setelah prosedur ( R : mencegah hipotermi
e. Catat jenis darah ibu dan Rhesus memastikan darah yang akan ditranfusikan adalah darah segar
( R : mencegah tertukarnya darah dan reaksi tranfusi yang berlebihan 0
f. Pantau tanda-tanda vital, adanya perdarahan, gangguan cairan dan elektrolit, kejang selama dan sesudah tranfusi
(R : Meningkatkan kewaspadaan terhadap komplikasi dan dapat melakukan tindakan lebih dini ) g. Jamin ketersediaan alat-alat resusitatif
(R : dapat melakukan tindakan segera bila terjadi kegawatan )
8. PK Kern Ikterus
Tujuan : Setelah diberikan tindakan perawatan selama 3x24 jam diharapkan tanda-tanda awal kern ikterus bisa dipantau
Intervensi :
DAFTAR PUSTAKA
Suriadi, dan Rita Y. 2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak . Edisi I. Fajar Inter Pratama. Jakarta.
Ngastiah. 1997. Perawatan Anak Sakit. EGC. Jakarta.
Prawirohadjo, Sarwono. 1997. Ilmu Kebidanan. Edisi 3. Yayasan Bina Pustaka. Jakarta.
Syaifuddin, Bari Abdul. 2000. Buku Ajar Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. JNPKKR/POGI & Yayasan Bina Pustaka. Jakarta.
FORMAT PENGKAJIAN PADA ANAK
A. Pengkajian
1. Pengumpulan Data
Nama : By. Ny. A
Tanggal Lahir : 17 – July - 2014 Umur : 5 Hari
Nama Ayah : Tn. A Ibu : Ny. A
Pengkerjaan Ayah : Tukang Ojek Ibu : IRT
Pendidikan Ayah : SMP Ibu : SMK
Kultur : Jawa Agama : Islam
Tanggal Pengkajian : 22 – July – 2014
2. Alasan / Keluhan Utama
Bayi rujukan bidan dengan muntah darah segar, jam. 13.00, 1x kurang lebih 5 sendok makan dan bercampur darah, keluhan muncul setelah diberi minum susu formula. Panas – letargi – kejang – kuning pada seclera dan wajah, luas ikterus daerah 1 ( Kepala dan Leher )
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Bayi lahir di Bidan, secara spontan, usia ibu 19 tahun, bayi lahir cukup bulan, menangis spontan, usia kehamilan 9 bulan, ketuban jernih, BBL : 2800gr PB: 50 cm.
4. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
a. Prenatal : Ketuban jernih, usia kehamilan 36 – 37 minggu b. Natal : Bayi lahir secara normal
c. Post Natal : By. Ny. A di Diagnosa Ikterus Neonatorum
5. Riwayat Masa Lampau
-6.. Riwayat Keluarga
Keluarga tidak memiliki riwayat penyakit yang berhubungan dengan hepar, leukemia, anemia.
7. Riwayat Sosial
7. Kebutuhan Dasar
a. Cairan : di Rs. Asi + susu formula 8 x 7 – 10 cc tiap 3jam/ hari b. Makanan : Tidak makan
c. Pola Tidur : Normal d. Mandi : Seka 3x sehari
e. Eliminasi : BAB 3x sehari, BAK Normal
7. Keadaan Kesehatan Saat Ini
a. Diagnosa Medis : Ikterus Neonatorum b. Tindakan Medis : Tidak ada tindakan operasi
c. Status Nutrisi : Kebutuhan nutrisi ASI = SF 8x 7- 10cc tiap 3jam/ hari d. Status Cairan : Kebutuhan cairan 150cc/ kg/ hari
e. Obat – obatan : IV Ampicilin 4 x 100 mg
Tranexamic Acid 3 x 30 mg Vit K 1 x 5 mg
Ranitidin 3 x 3 mg
Aminostene Infant 6% 96cc Lipid 20% 15cc
Terapi infus CN 10% terpasang di tangan sebelah kanan = 13cc/ jam
7. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum : k/u Lemah, nafas spontan, Menggunakan O2 nasal kanul 2 liter b. Tanda – tanda vital : RR 45x/menit HR : 120x/menit S : 36,8 C
Sutura sagital tepat
Gambaran wajah simetris
Telinga Normal
Hidung Simetris
Mata ikteris pada seclera
d. Pemeriksaan Integumen
Warna kulit kuning
Turgor kulit elastic
e. Dada dan thorax
Bentuk simetris
Tidak ada retraksi dada
Tidak sianosis
Tidak ada ronchi dan wheezing
f. Payudara
Bentuk simetris, aerola penuh, tonjolan 5 – 10 mm
g. Abdomen
Tidak ada distensi abdomen
Umbilicus kering
Tidak ada pembesaran dan benjolan
h. Genetalia
Lengkap terdapat labia mayora dan labia minora jenis kelamin perempuan, anus +, tidak ada sumbatan
Jari tangan lengkap
Posisi dan bentuk simetris kanan dan kiri
Jari kaki lengkap
Pergerakan aktif
Warna kulit pucat, Tangan dan kaki berwarna agak kekuningan
7. Pemeriksaan tingkat perkembangan orik
a. Motorik Kasar : Menggenggam (Baik), Mencari (baik), menghisap (baik0 b. Motorik Halus : Menangis Melengking
7. Informasi Lain
IV Ampicilin 4 x 100 mg
Tranexamic Acid 3 x 30 mg
Vit K 1 x 5 mg
Ranitidin 3 x 3 mg
Aminostene Infant 6% 96cc
Lipid 20% 15cc
Terapi infus CN 10% terpasang di tangan sebelah kanan = 13cc/ jam
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
No regrister : 1419143 Nama : By. Ny. A
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai rujukan
Hematologi
Hemoglobin (HGB) 16,90 g / dL 11,4 – 15,1
Eritrosit (RBC) 54,64 106 / µl 4,0 – 5,0
Leukosit ( WBC) 9,17 10 3 / µl 4,7 – 11,3
Trombosit ( PLT) 306 10 3 / µl 142 – 424
MCV 102,80 fL 80 – 93
MCH 36,40 Pq 27 – 31
MCHC 35,40 g / dL 32 – 36
RDW 15,60 % 11,5 – 14, 5
PDW 10,0 fL 9 – 13
MPV 9,3 fL 7,2 – 11,1
P-CLR 19,6 % 15,0 – 25,0
PCT 0,28 % 0,150 – 0,400
Hitung jenis
Eosinofi 8,8 % 0 – 4
Basofil 0,8 % 0 – 1
Neutrofil 28,3 % 51 – 67
Limfosit 41,2 % 25 – 33
Monosit 20,9 % 2 – 5
Lain – lain
FAAL HEMOSTASIS
PPT
Pasietaln 15,40 detik 11,5 – 11,8
INR 1,31 0,8 – 1,30
APTT
Kesimpulan PPT dalam batas normal
KIMIA KLINIK
FAAL HATI
Bilirubin total 14,01 Mg / dL < 0,1
Bilirubin direk 0,73 Mg / dL < 0,25
Bilirubin indirek 13,28 Mg / dL < 0,75
AST / SGOT 29 U/L 0 - 32
ALT / SGPT 12 U/L 0 - 33
Albumin 3,72 9/dl 3,5 – 5,5
METABOLISME
KARBOHIDRAT
Glukosa darah sewaktu 283 Mg/dl < 200
FAAL GINJAl
Ureum 19,40 Mg/dl 16,6 – 48,5
Kreatin 0,43 Mg/dl < 1,2
ELEKTROLIT
Kalicium (ca) 9,0 Mg/dl 7,6 – 11,0
Phosphor 6,3 Mg/dl 2,7 – 4,5
INFLAMASI
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan Dewasa Normal
KIMIA KLINIK
ELEKTROLIT
ELEKTROLIT SERUM
Natrium (Na) 137 Mmol/l 136 – 145
Kalium (K) 4,64 Mmol/l 3,5 – 50
ANALISA DATA
Nama pasien : By.Ny. A Umur : 5 hari
No. register : 1419143
DATA PENUNJANG ETIOLOGI MASALAH
1.Ds =
Do =
K/u lemah
Kes.compos mentis
RR = 45 x / m
HR = 120 x / m
S = 36,8 c
Turgor kulit elastic
CRT < 2 detik
Mukosa kulit kering
Kuning pada seclera, kepala dan leher
2.Ds = Do =
K/u lemah
Kes. Compos mentis
Suhu:36.5c, RR 45x/ m, HR 120x/m
Intake Oral 7 – 10cc
Px menggunakan OGT
3.Ds = -Do =
K/u lemah
Kes. Compos mentis
Suhu:36.8c, RR 45x/ m, HR 120x/m
Mukosa kulit kering
Suhutubuh meningkat s: 37,7c
Intake oral yang tidak adekuat
Bayi diberikan fototerapi
Kes. Compos mentis
Suhu:38 c
Minum ASI dengan dot
Bayi diberikan fototerapi
1 x 24 jam
Peningkatan suhu tubuh 38,0c
Efek fototerapi
panas
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Ruang : 11 Perinatologi Nama pasien : By.Ny. A No.register : 1419143
No Diagnose keperawatan Ditemukan masalah Masalah selesai
1 Potensial karena ikterik b/d ikterus sebagian dari tubuh
Tgl Paraf Tgl Paraf
22-07-2014 23-07-2014
2 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat
22-07-2014 23-07-2014
3 Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan
ekskresi bilirubin efek fototerapi
4 peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan dilakukannya fototerapi
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama klien :by.ny. A No.reg :1419143
No . Dx
Dx Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil
Intervensi Rasional Para f
1 Potensial karena ikterik b/d ikterus
3.beri posisi yang nyaman pada bayi kenyaman bayi selama terapi dilakukan.
BAB dan BAK
1. Memantau TTV selalu dalam 5. Untuk mencegah
pemajanan sinar
1. Memantau TTV dalam batas normal 2. Untuk
mengetahui suhu tubuh bayi agar tetap normal 3. Untuk
Suhu tubuh turun 36,5 – 37,5 c
Bayi tidak panas
untuk menurunka n suhu tubuh bayi
4. Berkolaborasi dengan tim medis untuk
menentukan terapi yang sesuai
IMPLEMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN
No Tanggal / Jam Tindakan TTD
1. 22 – 7 – 2014 1. Mencuci tangan sebelum dan sesudah tindakan dengan cara 6 langkah.
2. Merawat bayi selama dilakukan fototerapi
- Mengontrol suhu dalam incubator dalam batas normal 36,5 – 37,5 c
3. Mem beri posisi yang nyaman pada bayi
- Tidur terlentang, menggunakan penutup kepala dan diapres
4. Mempertahankan suhu lingkungan 5. Mengobservasi TTV
RR : 45x/m HR : 120x/m S : 36,8 c
2.
22. – 7 -
2014 1. Observasi intake dan output setiap hari2. Monitor BB setiap hari
BB : 2900 gr
3. Memantau nutrisi bayi dengan beri minum ASI+ SF 8 x 7-10 tiap 3jam cc per hari
3. 22 – 7 – 2014
1. Mengobservasi TTV
2. Mengkaji warna kulit tiap 8 jam 3. Mengubahbah posisi setiap 3 jam
4. Menjaga kebersihan kulit bayi dan berikan baby oil atau pelembab
5. Mengkolaborasikan tindakan dengan dokter dan tim medis
4. 23 – 7 – 2014
1. Mengobservasi TTV
2. memantau suhu tubuh tiap 2 jam sekali 3. melakukan kompres
4. Berkolaborasi dengan dokter untuk menurunkan suhu tubuh bayi
EVALUASI ASUHAN KEPERAWATAN
No Regrister : 1419143
No Tanggal Evaluasi TTD
1. 22 – 7 - 2014 S :
- Bayi tidur terlentang dan menggunakan diapers. Bilirubin direk 0,73 mg/dl indirek 13,28 mg/dl
Suhu incubator 36,5 – 37,5 c
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan Intervensi No : 2,3,4,5
2. 22 – 7 - 2014 S :
- Minum – prestimil 3,5cc bayi puasa
BAB + BAK +
A : Masalah teratasi sebagian P : Lanjutkan Intervensi No : 1,2,3
3. 22 – 7 - 2014 S :
-O : - k/u lemah
HR : 120x/m RR : 45x/m S: 36,8 C
Inf CN 10% 13cc/jam
Kuning pada seclera + wajah, kaki dan tangan sebagian
Inj Ampicilin 100 gr
Tranexamic acid 30 mg
Ranitidin 3 mg
4. 23 – 7 - 2014 S :
-O : - k/u lemah
- Suhu meningkat 38,0 c - Kompres bayi
EVALUASI ASUHAN KEPERAWATAN
Nama : By. Ny. A No Regrister : 1419143
No Tanggal Evaluasi TTD
1. 23 – 7 - 2014 S : -O :-k/u lemah
HR : 123 x/m RR : 45x/m S: 37,0 C
Fototerapi sudah selesai
Inf CN 10% + cagluc 10 % + KCL 7,4% 17cc/jam
Terdapat kuning pada seclera dan wajah
Inj 21.00 dan 03.00 Ampicilin 100 mg
01.00 Ranitidin 3 mg, tranexamid acid 30 mg, Aminosteril 6% 98cc
A : Masalah teratasi sebagian P : Lanjutkan Intervensi No : 5
2. 23 – 7 - 2014 S :
-O : - Inf CN 10% + cagluc 10 % + KCL 7,4% 17cc/jam
k/u lemah
BB : 2900 gr
OGT +
ASI 8 x 7 – 10cc tiap 3 jam/hari
Minum + susu SF prestimil tumpah + 3,5cc
BAB + BAK +
A : Masalah teratasi sebagian P : Lanjutkan Intervensi No : 1,2,3
3. 23 – 7 - 2014 S :
-O : - k/u lemah
HR : 123x/m RR : 45x/m S: 37,0C
Inf CN 10% + cagluc 10 % + KCL 7,4% 17cc/jam
Kulit sedikit kemerahan
A : Masalah teratasi sebagian P : Lanjutkan Intervensi
4. 23 – 7 - 2014 S :
-O : - k/u lemah
- Suhu meningkat 38,0 c - Kompres bayi