LAPORAN PENDAHULUAN CA. COLON
I. KONSEP DASAR A. DEFINISI
Tumor adalah suatu benjolan atau struktur yang menempati area tertentu pada tubuh, dan merupakan neoplasma yang dapat bersifat jinak atau ganas (FKUI,2008 : 268).
Sedangkan Kanker adalah suatu penyakit yang di tandai dengan pembagian sel yang tidak teratur dan kemampuan sel-sel ini untuk menyerang jaringan biologis lainnya, baik dengan pertumbuhan langsung di jaringan yang bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel ke tempat yang jauh (metastasis). Pertumbuhan yang tidak teratur ini menyebabkan kerusakan DNA, menyebabkan mutasi di gen vital yang mengontrol pembagian sel dan fungsi lainnya (Gale, 2000 : 177).
Kanker kolon adalah suatu bentuk keganasan dari masa abnormal / neoplasma yang muncul dari jaringan epithelial dari kolon. Kanker kolon/usus besar adalah tumbuhnya sel kanker yang ganas di dalam permukaan usus besar atau rektum. Kanker kolon adalah pertumbuhan sel yang bersifat ganas yang tumbuh pada kolon dan menginvasi jaringan sekitarnya( Brunner and Suddarth ,2001: 810 )
Dari beberapa pengertian di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa kanker kolon adalah suatu pertumbuhan tumor yang bersifat ganas dan merusak sel DNA dan jaringan sehat di sekitar kolon (usus besar).
B. ETIOLOGI
Penyebab dari kanker kolon antara lainnya : 1) Diet
Makanan yang mengandung zat kimia menyebabkan kanker pada usus besar. Makanan tersebut juga mengurangi waktu peredaran pada perut, yang mempercepat usus besar menyebabkan terjadinya kanker. Makanan yang tinggi lemak trutama lemak hewan dari daging merah, menyebabkan sekresi asam dan bakteri anaerob,
menyebabkan timbulnya kanker di dalam usus besar. Diet dengan karbohidrat murni yang mengandung serat dalam jumlah yang banyak dapat mengurangi waktu peredaran dlam usus besar. Beberapa kelommpok menyarankan diet yang mengandung sedikit lemak hewan dan tinggi sayuran & buah-buahan (e.g Mormons, seventh Day
Adventists).
Daging merah, lemak hewan, makanan berlemak, daging atau ikan goreng panggang, karbohidrat yang di saring (example: sari yang di saring). Makanan yang harus di konsumsi
Buah-buahan dan sayur-sayuran khususnya Craciferous Vegetables dari golongan kubis (seperti brokoli, brussels sprouts), butir padi yang utuh, cairan cukup terutama air.
2) Kelainan kolon
Adenoma di kolon : degenerasi maligna menjadi adenokarsinoma.
Familial poliposis : polip di usus mengalami degenerasi maligna karsinoma. Kondisi ulserative : penderita colitis ulserativa menahun mempunyai risiko
terkena karsinoma kolon. 3) Genetik
Anak yang berasal dari orangtua yang menderita karsinoma kolon mempunyai frekuensi 3 ½ kali lebih banyak dari pada anak-anak yang orang tuanya sehat.
C. PATOFISIOLOGI
1) Anatomi fisiologi kolon
Usus besar atau kolon adalah bagian usus antara usus buntu dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses. Pada mamalia, kolon tediri dari kolon menanjak (ascending), kolon melintang transverse), kolon menurun (descending), sigmoid, dan rektum. Bagian kolon dari usus buntu hingga pertengahan kolon melintng sering di sebut dengan “kolon kanan”, sedangkan bagian sisanya serng di sebut dengan “kolon kiri” .
2) Perubhan patologi
Karsinoma kolon sebagian besar menghasilkan adenomatus polip. Biasanya tumor ini tumbuh tidak terdeteksi sampai gejala-gejala muncul secara perlahan dan tampak membahayakan. Penyakit ini menyebar dalam beberapa metode. Tumor mungkin menyebar dalam tempat tertentu pada lapisan dalam di perut, mencapai serosa dan mesenterikfat, kemudian umor ini mulai mendekat pada organ yang ada di
sekitarnya, kemudian meluas ke dalam lumen pada usus besar atau menyebar ke limfa atau pada sistem sirkulasi. Sistem sirkulasi ini langsumg masuk dari tumor utama melewati pembuluh darah pada usus besar melalui limfa, setelah sel tumor masuk pada sistem sirkulasi, biasanya sel bergerak menuju liver. Tempat yang kedua adalah tampat yang jauh kemudian metastase ke paru-paru.
Kelenjar Adrenalin, Ginjal, Kulit, Tulang, Otak.
Penambahan untuk infeksi secara langsung dan menyebar melalui limfa dan sistem sirkulasi, tumor kolon juga dapat menyebar pada bagian peritonial sebelum pembedahan tumor di lakukan. Penyebaran terjadi ketika tumor di hilangkan dan sel kanker dari tumor pecah menuju ke rongga peritonial.
D. KLASIFIKASI
Klasifikasi kanker kolon menurut modifikasi DUKES adalah sebagai berikut: A: Kanker hanya terbatas pada mukosa dan belum ada metastasis.
B1: kanker telah meinfiltrasi lapisan muskularis mukosa.
B2: kanker telah menembus lapisan muskularis sampai lapisan propria.
C1 : kanker telah mengadakan metastasis ke kelenjar getah bening sebanyak satu sampai empat buah
C2 : kanker telah mengadakan metastasis ke kelenjar getah bening lebih dari lima buah.
D : kanker telah mengadakan metastasis regional tahap lanjut dan penyebaran yang luas dan tidak dapat di operasi lagi.
E. KOMPLIKASI
Komplikasi terjadi sehubungan dengan bertambahnya pertumbuhan pada lokasi tumor atau melalui penyebaran metastase yang termasuk :
· Perforasi usus besar yang di sebabkan peritonitis · Pembentukn abses
Biasanya tumor menyerang pembuluh darah dan sekitarnya yang
menyebabkan perdarahan. Tumor tumbuh kedalam usus besar secara berangsur-angsur membantu usus besar dan pada akhirnya tidak bisa sama sekali. Perluasan tumor melebihi perut dan mungkin menekan pada organ yang berada di sekitarnya (uterus, urinary bladder, dan ureter) dan penyebab gejala-gejala tersebut tertutupi oleh kanker.
F. MANIFESTASI KLINIS KANKER KOLON
Gejala sangat di tentukan oleh lokasi kanker, tahap penyakit, dan fungsi segmen usus tempat kanker berlokasi. Adanya perubahan dalam defekasi, darah pada feses, konstipasi, perubahan dalam penampilan feses, tenesmus, anemia dan perdarahan rectal merupakan keluhan yang umum terjadi.
1. Kanker kolon kanan
masih encer. Anemia akibat perdarahan sering terjadi, dan darah bersifat samar dan hanya dapat dideteksi dengan tes Guaiak (suatu tes sederhana yang dapat di lakukan di klinik). Mucus jarang terlihat, karena tercampur dalam feses. Pada orang yang kurus, tumor kolon kanan mungkin dapat teraba, tetapi jarang pada stadium awal. Penderita mungkin mengalami perasaan tidak enak pada abdomen, dan kadang-kadang pada epigatrium.
2. Kanker kolon kiri dan rectum
Cenderung menyebabkan perubahan defekasi sebagai akibat iritasi dan respon refleks. Diare, nyeri kejang, dan kembung sering terjadi. Karena lesi kolon kiri cenderung melingkar, sering timbul gangguan obstruksi. Feses bisa kecil dan berbentuk pita. Baik mucus maupun darah segar sering terihat pada feses. Dapat terjadi anemia karena kehilangan darah kronik. Pertumbuhan pada sigmoid atau rectum dapat mengenairadiks saraf, pembuluh limfe atau vena, menimbulkan gejala-gejala pada tungkai atau perineum. Hemoroid, nyeri pinggang bawah, keinginan defekasi atau sering berkemih dapat timbul sebagai akibat tekanan pada alat-alat tersebut. Gejala yang mungkin dapat timbul pada lesi rectal adalah evakuasi feses yang tidak lengkapsetelah defekasi, konstipasi dan diare bergantian, serta feses berdarah.
G. STADIUM KLINIS
Tabel : stadium pada ca. Kolon yang di temukan dengan system TMN
STADIUM TINGKAT PENYEBARAN
TIS Carsinoma in situ
T1 Belum mengenai otot dinding, polipoid/papiler T2 Sudah mengenai otot dinding
T3 Semua lapis dinding terkena, penyebaran ke sekitar T4 Sama dengan T3 dengan fistula
N Limfonodus terkena
M Ada metastasis
Pemeriksaan endoskopi perlu di lakukan baik sigmoidoskopi maupun kolonoskopi. 2) Radiologis
Pemeriksaan radiologis yang dapat di lakukan antara lain adalah foto dada dan foto kolon ( barium enema). Pemeriksaan dengan enema barium mungkin dapat memperjelas keadaan tumor dan mengidentifikasikan letaknya. Tes ini
menggambarkan adanya kebuntuan pada isi perut, dimana terjadi pengurangan ukuran tumor pada lumen. Luka yang kecil kemungkinan tidak teridentifikasi dengan tes ini. Enema barium secara umum di lakukan setelah sigmoidoscopy dan colonoscopy.
3) Computer Tomografi (CT)
Membantu memperjelas adanya massa dan luas penyakit. Chest X-ray dan liver scan mungkin dapat menemukan tempat yang jauh yang sudah metastasis. 4) Histopatologi
Biopsy di gunakan untuk menegakkan diagnosis. Gambar histopatologis karsinoma kolon adalah adenokarsinoma dan perlu ditentukan diferensiansi sel. ·5) Laboratorium
Pemeriksaan Hb penting untuk memeriksa kemungkinan pasien mengalami perdarahan. Nilai hemoglobin dan hematocrit biasanya turun dengan indikasi anemia. Hasil tes Gualac positif untuk accult blood pada feces memperkuat perdarahan pada GI Tract. Pasien harus menghindari daging, makanan yang mengandung peroksidase (tanaman lobak dan gula bit) aspirin dan vitamin C untuk 48 jam sebelum diberikan feces spesimen.
·6) Ultrasonografi (USG)
Sulit dilakukan untuk memeriksa kanker pada kolon, tetapi digunakan untuk melihat ada tidaknya metastasis kanker ke kelenjar getah bening di abdomen dan hati.
I. PENATALAKSANAAN MEDIS
Bila sudah pasti karsinoma kolon, maka kemungkinan pengobatan adalah sebagai berikut ;
a. Pembedahan (operasi)
Operasi adalah penanganan yang paling efektif dan cepat untuk tumor yang diketahui lebih awal dan masih belum metastasis , tetapi tidak menjamin semua sel kanker telah terbuang. Oleh sebab itu dokter bedah biasanya juga menghilangkan sebagian besar jaringan sehat yang mengelilingi sekitar kanker.
Terapi radiasi memakai sinar gelombang partikel berenergi tinggi misalnya sinar X, atau sinar gamma, di fokuskan untuk merusak daerah yang di tumbuhi tumor, merusak genetik sehingga membunuh kanker. Terapi radiasi merusak se-sel yang pembelahan dirinya cepat, antara lain sel kanker, sel kulit, sel dinding lambung dan usus, sel darah.. Kerusakan sel tubuh menyebabkan lemas, perubahan kulit dan kehilangan nafsu makan.
c. Kemotherapy
Chemotherapy memakai obat anikanker yang kuat, dapat masuk ke dalam sirkulasi darah, sehingga sangat bagus untuk kanker yang telah menyebar. Obat chemotherapy ini ada kira-kira 50 jenis. Biasanya di injeksi atau di makan, pada umumnya lebih dari satu macam obat, karena digabungkan akan memberikan efek yang lebih bagus.
d. Kolostomi
Kolostomi merupakan tindakan pembuatan lubang (stoma) yang dibentuk dari pengeluaran sebagian bentuk kolon (usus besar) ke dinding abdomen (perut), stoma ini dapat bersifat sementara atau permanen.
Tujuan Pembuatan Kolostomi adalah.
Untuk tindakan dekompresi usus pada kasus sumbatan / obstruksi usus. Sebagai anus setelah tindakan operasi yang membuang rektum karena adanya tumor atau penyakit lain. Untuk membuang isi usus besar sebelum dilakukan tindakan operasi berikutnya untuk penyambungan kembali usus (sebagai stoma sementara).
Jenis-Jenis Kolostomi.
1. Jenis kolostomi berdasarkan sifatnya: a. Sementara
Indikasi untuk kolostomi sementara : 1). Hirschprung disease
2). Luka tusuk atau luka tembak 3). Atresia ani letak tinggi
4). Untuk mempertahankan kelangsungan anastomosis distal usus setelah tindakan operasi (mengistirahatkan usus).
5). Untuk memperbaiki fungsi usus dan kondisi umum sebelum dilakukan tindakan operasi anastomosis.
b. Permanen
Indikasi untuk kolostomi permanen :
2. Jenis kolostomi berdasarkan letaknya :
Colostoy Asendens Colostomy Transversal
Colostomi Desendens
Lokasi Colon Asendens Colon
Tansversum
Colon Desendens
Konsistensi feses
Cair atau lunak Lunak Padat
Iritasi kulit Mudah terjadi, karena kontak dengan enzim pencernaan
Mungkin terjadi karena lembab terus menerus
Kadang terjadi
Komplikasi Striktur atau retraksi stoma
3. Jenis kolostomi berdasarkan tekhnik pembuatan : a. Single Barreled Colostomy
b. Double Barreled Colostomy c. Loop Colostomy
a) Pengkajian yang dilakukan pada pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan adalah kebiasaan olahraga pada pasien, kemudian diit rendah serat, selain itu juga perlu dikaji mengenai kebiasaan klien tentang minum kurang dari 1.000 cc/hari minimal.
b) Pengkajian mengenai pola nutrisi metabolik pada klien adalah mengenai berat badan klien apakah mengalami obesitas atau tidak. Selain itu juga perlu dikaji apakah klien mengalami anemia atau tidak. Pengkajian mengenai diit rendah serat (kurang makan sayur dan buah) juga penting untuk dikaji.
c) Pengkajian pola eliminasi pada klien adalah mengenai kondisi klien apakah sering mengalami konstipasi atau tidak. Keluhan mengenai nyeri waktu defekasi, duduk, dan saat berjalan. Keluhan lain mengenai keluar darah segar dari anus. Tanyakan pula mengenai jumlah dan warna darah yang keluar. Kebiasaan mengejan hebat waktu defekasi, konsistensi feces, ada darah/nanah.
d) Pengkajian pola aktivitas dan latihan pada klien mengenai kurangnya aktivitas dan kurangnya olahraga pada klien. Pekerjaan dengan kondisi banyak duduk atau berdiri, selain itu juga perlu dikaji mengenai kebiasaan mengangkat barang-barang berat.
e) Pengkajian pola persepsi kognitif yang perlu dikaji adalah keluhan nyeri pada anus.
f) Pengkajian pola tidur dan istirahat adalah apakah klien mengalami gangguan pola tidur karena nyeri atau tidak.
g) Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap penyakit. Koping yang digunakan dan alternatif pemecahan masalah
2. Diagnosa Keperawatan
a. Perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan kimia misalnya penggunaan obat-obat farmasi, hipoksia, lingkungan terapeutik yang terbatas misalnya stimulus sensori yang berlebihan ; stress fisiologis.
b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan pembatasan pemasukan cairan tubuh secara oral, pengeluaran integritas pembuluh darah
c. Nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan, trauma muskuloskletal, kehancuran yang terus-menerus (misalnya lokalisasi)
d. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka pembedahan.
e. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual / muntah
g. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri, ancaman
terhadap perubahan status kesehatan, ancaman terhadap pola interaksi dengan orang yang berarti, krisis stuasi atau krisis maturasi.
3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa
keperawatan
Tujuan dari kriteria hasil
Rencana Tindakan Rasional
1. Perubahan proses piker
berhubungan dengan gangguan aktivitas dan kerja kognitif (misalnya, pikiran sadar, orientasi realita, pemecahan masalah, dan penilaian yang terjadi pada individu)
Tujuan : meningkatkan tingkat kesadarn. Criteria hasil: pasien mampu mengenali keterbatasan diri dan mencari sumber bantuan sesuai kebutuhan.
Orientasikan kembali pasien secara terus-menerus setelah keluar dari
pengaruh anastesi ; nyatakan bahwa operasi telah selesai dilakukan
Bicara dengan pasien dengan suara yang jelas dan normal tanpa membentak, sadar penuh akan apa yang di ucapkan
Gunakan bantalan pada tepi tempat tidur, lakukan pengikatan jika diperlukan
R : karena pasien telah meningkat
kesadarannya, maka dukungan dan jaminan akan membantu menghilangkan ansietas.
R : tidak dapat di tentukan kapan pasien akan sadar penuh, namun sensori pendengaran merupakan kemampuan yang pertama kali akan pulih
R : berikan keamanan bagi pasien selama tahap darurat,
mencegah terjadinya cedera pada kepala dan ekstermits bila pasien melakukan perlawanan selama masa
disorientasi
2. Kekurangan volume cairan
Tujuan : keseimbangan
- Ukur dan catat pemasukan dan
berhubungan dengan pembatasan pemasukan cairan tubuh secara oral
cairan tubuh adekuat
Criteria hasil : tidak ada tanda-tanda dehidrasi (tanda-tanda vital stabil, kualitas denyut nadi baik, turgor kulit normal, membrane mukosa lembab dan pengeluaran urine yang sesuai)
pengeluaran. Tinjau ulang catatan intra operasi.
- Kaji pengeluaran urinarius, terutama untuk tipe prosedur operasi yang di lakukan
Pantau tanda-tanda vital
- Pantau suhu kulit, palpasi denyut perifer.
dalam mengidentifikasi pengeluaran
cairan/kebutuhan penggantian dan pilihan yang mempengaruhi intervensi
R : mungkin akan terjadi penurunan ataupun penghilangan setelah prosedur pada sistem genitourinarius dan struktur yang berdekatan mengindikasikan malfungsi ataupun obstruksi sistem urinarius
R : hipotensi, takikardi, peningkatan
pernapasan mengindikasikan kekurangan cairan
R : kulit yang
dingin/lembab, denyut yang lemah
mengindikasikan penurunan sirkulasi perifer dan di butuhkan untuk penggantian cairan tumbuhan.
3. Nyeri
berhubungan dengan insisi pembedahan,
Tujuan : pasien mengatakan bahwa rasa nyeri telah terkontrol
- Evaluasi rasa sakit secara reguler, catat karakteristik, lokasi dan
R : sediakan informasi mengenai
trauma
musculoskeletal
atau hilang. Criteria hasil : pasien tampak rileks, dapat beristirahat / tidur dan melakukan pergerakan yang berarti sesuai toleransi.
intensiltas (0-10)
- Kaji tanda-tanda vital, perhatikan takikardi, hipertensi dan peningkatan pernapasan, bahkan jika pasien menyangkal adanya rasa sakit.
Berikan iinformasikan mengenai sifat ketidaknyamanan, sesuai kebutuhan
Observasi efek analgetik
R : dapat
mengindikasikan rasa sakit akut dan
keidaknyamanan
R : pahami penyebab ketidaknyamanan , sedangkan jaminan emosional
R : respirasi mungkin menurun pada
pemberian narkotik, dan mungkin
menimbulkan efek-efek sinergestik dengan zat-zat anastesi.
4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan keadaan kulit yang tidak di inginkan
Tujuan : mencapai penyembuhan luka pada waktu yang sesuai. Criteria hasil : tidak ada
tanda-tanda infeksi seperti pus
luka bersih
Kaji kulit dan identifikasi pada tahap
perkembangan luka
Kaji lokasi, ukuran, warna, bau, serta jumlah dan tipe cairan luka
Pantau
R : mengetahui sejauh mana perkembangan luka mempermudah dalam melakukan tindakan yang tepat.
tidak lembab dan tidak kotor tanda-tanda
vital dalam batas normal atau dapat di toleransi.
peningkatan suhu tubuh
Jika pemulihan tidak terjadi kolaborasi tindakan lanjutan, misalnya debridement.
Setelah
debridement, ganti balutan sesuai dengan kebutuhan.
Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi
R : suhu tubuh yang meningkat dapat diidentifikasikan sebagai adanya proses peradangan
R : agar benda asing atau jaringan terinfeksi tidak menyebar luas pada area kulit normal lainnya.
R : balutan dapat di ganti satu atau dua kali sehari tergantung kondisi parah/tidaknya luka, agar tidak terjadi infeksi
R : antibiotik berguna untuk mematikan mikroorganisme patogen pada daerah yang beresiko terjadi infeksi
5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan & meningkatkan intake nutrisi. Criteria hasil : klien akan badan sesuai indikasi
Anjurkan makan sedikit tapi sering
R : menganalisa penyebab melaksanakan intervensi.
R : mengawasi kefektifan secara diet
atau
meningkatkan berat badan dengan nilai laboratorium normal.
Klien mengrti dan mengikuti anjuran diet Tidak ada
mual / muntah.
Tawarkan minum saat makan bila toleran
Kolaborasi dengan ahli gizi pemberian makanan yang bervariasi
bosan dan pemasukan nutrisi dapat di tingkatkan
R : dapat mengurangi mual dan
menghilangkan gas.
R : Menstimulasi nafsu makan dan
mempertahankan intake nutrisi yang adekuat.
6. Konstipasi berhubungan dengan penurunan frekuensi defekasi yang normal pada seseorang di sertai dengan kesulitan keluarnya feses yang tidak lengkap atau keluarnya feses yang keras dan kering
Tujuan : pola eliminasi dalam rentang yang di harapkan : feses lembut dan berbentuk. Criteria hasil klien akan
menunjukkan pengetahuan akan program defekasi yang di butuhkan melaporkan
keluarnya feses dengan
berkurangnya nyeri dan mengejan
kaji warna dan konsistensi feses, frekuensi,
keluarnya flatus, bising usus dan nyeri tekan abdomen menilai keefektifan intervensi, dan
memudahkan rencana selanjutnya.
R : keadaan ini dapat menjadi penyebab kelemahan otot abdomen dan
penurunan peristaltik usus, yang dapat menebabkan konstipasi.
R : mengetahui dengan jelas faktor penyebab memudahkan pilihan intervensi yang tepat 7. Ansietas
berhubungan dengan perasaan ketidaknyamanan yang tidak mudah atau dread yang di sertai dengan respons
Tujuan : ansietas berkurang atau terkontrol. Criteria hasil : klien mampu
merencanakan stategi koping untuk situasi
Kaji dan
dokumentasikan tingkat kecemasan pasien.
Kaji mekanisme koping yang di gunakan pasien
R : memudahkan intervensi
autonomis yang membuat stress.
Klien mampu mempertahankan penampilan peran Klien melaporkan
tidak ada gangguan persepsi sensori Klien
melaporkan tidak ada manisfestasi kecemasan secara fisik.
untuk mengatasi ansietas di masa lalu
Lakukan pendekatan dan berikan motivasi kepada pasien untuk
mengungkapkan pikiran dan perasaan.
adaftif, meningkatkan kemampuan
mengontrol ansietas
R : pendekatan dan motivasi membantu pasien untuk
mengeksternalisasikan
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. (1999). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Edisi 2. (terjemahan). Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarata.
Doenges, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. (terjemahan). Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Engram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Volume 2, (terjemahan). Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
FESES TETAP
DIIT
SERAT,KONSUMSI PENCAHAR, MINUM
PECAH GAS
KONSTIPASI
BAB BERCAMPUR KEMBUNG
KOLOSTOMI
RESIKO
INFEKSI
KERUSAKAN INTEGRITAS
KULIT
PATHWAY
FAKTOR
PERUT
NYERI
TEKANAN HEMOROID VASODILATASI ALIRAN BALIK KE
VENA
DISTENSI
SIGMOID DAN RECTUM
(FESES LENDIR,DARAH,NY
ERI BAWAH PINGGUL) DESCENDEN
(KONSTIPASI) ASCENDEN
(DIARE)
RAWAT LUKA, PENKES KHEMOTERAPI KOLONOSKOPI,B
EDAH,KHEMOTER API
CEMAS TERAPI STADIUM I
STADIUM II
STADIUM III
STADIUM IV
JINAK
MERANGSANG SYARAF KOMPENSASI PENUMPUKAN
OBSTRUKSI GANAS NEOPLASMA KURANG
PENGETUHAN