• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PENDAHULUAN CA . COLON

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LAPORAN PENDAHULUAN CA . COLON"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PENDAHULUAN CA. COLON

I. KONSEP DASAR A. DEFINISI

Tumor adalah suatu benjolan atau struktur yang menempati area tertentu pada tubuh, dan merupakan neoplasma yang dapat bersifat jinak atau ganas (FKUI,2008 : 268).

Sedangkan Kanker adalah suatu penyakit yang di tandai dengan pembagian sel yang tidak teratur dan kemampuan sel-sel ini untuk menyerang jaringan biologis lainnya, baik dengan pertumbuhan langsung di jaringan yang bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel ke tempat yang jauh (metastasis). Pertumbuhan yang tidak teratur ini menyebabkan kerusakan DNA, menyebabkan mutasi di gen vital yang mengontrol pembagian sel dan fungsi lainnya (Gale, 2000 : 177).

Kanker kolon adalah suatu bentuk keganasan dari masa abnormal / neoplasma yang muncul dari jaringan epithelial dari kolon. Kanker kolon/usus besar adalah tumbuhnya sel kanker yang ganas di dalam permukaan usus besar atau rektum. Kanker kolon adalah pertumbuhan sel yang bersifat ganas yang tumbuh pada kolon dan menginvasi jaringan sekitarnya( Brunner and Suddarth ,2001: 810 )

Dari beberapa pengertian di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa kanker kolon adalah suatu pertumbuhan tumor yang bersifat ganas dan merusak sel DNA dan jaringan sehat di sekitar kolon (usus besar).

B. ETIOLOGI

Penyebab dari kanker kolon antara lainnya : 1) Diet

Makanan yang mengandung zat kimia menyebabkan kanker pada usus besar. Makanan tersebut juga mengurangi waktu peredaran pada perut, yang mempercepat usus besar menyebabkan terjadinya kanker. Makanan yang tinggi lemak trutama lemak hewan dari daging merah, menyebabkan sekresi asam dan bakteri anaerob,

menyebabkan timbulnya kanker di dalam usus besar. Diet dengan karbohidrat murni yang mengandung serat dalam jumlah yang banyak dapat mengurangi waktu peredaran dlam usus besar. Beberapa kelommpok menyarankan diet yang mengandung sedikit lemak hewan dan tinggi sayuran & buah-buahan (e.g Mormons, seventh Day

Adventists).

(2)

Daging merah, lemak hewan, makanan berlemak, daging atau ikan goreng panggang, karbohidrat yang di saring (example: sari yang di saring). Makanan yang harus di konsumsi

Buah-buahan dan sayur-sayuran khususnya Craciferous Vegetables dari golongan kubis (seperti brokoli, brussels sprouts), butir padi yang utuh, cairan cukup terutama air.

2) Kelainan kolon

Adenoma di kolon : degenerasi maligna menjadi adenokarsinoma.

Familial poliposis : polip di usus mengalami degenerasi maligna karsinoma. Kondisi ulserative : penderita colitis ulserativa menahun mempunyai risiko

terkena karsinoma kolon. 3) Genetik

Anak yang berasal dari orangtua yang menderita karsinoma kolon mempunyai frekuensi 3 ½ kali lebih banyak dari pada anak-anak yang orang tuanya sehat.

C. PATOFISIOLOGI

1) Anatomi fisiologi kolon

Usus besar atau kolon adalah bagian usus antara usus buntu dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses. Pada mamalia, kolon tediri dari kolon menanjak (ascending), kolon melintang transverse), kolon menurun (descending), sigmoid, dan rektum. Bagian kolon dari usus buntu hingga pertengahan kolon melintng sering di sebut dengan “kolon kanan”, sedangkan bagian sisanya serng di sebut dengan “kolon kiri” .

2) Perubhan patologi

Karsinoma kolon sebagian besar menghasilkan adenomatus polip. Biasanya tumor ini tumbuh tidak terdeteksi sampai gejala-gejala muncul secara perlahan dan tampak membahayakan. Penyakit ini menyebar dalam beberapa metode. Tumor mungkin menyebar dalam tempat tertentu pada lapisan dalam di perut, mencapai serosa dan mesenterikfat, kemudian umor ini mulai mendekat pada organ yang ada di

sekitarnya, kemudian meluas ke dalam lumen pada usus besar atau menyebar ke limfa atau pada sistem sirkulasi. Sistem sirkulasi ini langsumg masuk dari tumor utama melewati pembuluh darah pada usus besar melalui limfa, setelah sel tumor masuk pada sistem sirkulasi, biasanya sel bergerak menuju liver. Tempat yang kedua adalah tampat yang jauh kemudian metastase ke paru-paru.

(3)

Kelenjar Adrenalin, Ginjal, Kulit, Tulang, Otak.

Penambahan untuk infeksi secara langsung dan menyebar melalui limfa dan sistem sirkulasi, tumor kolon juga dapat menyebar pada bagian peritonial sebelum pembedahan tumor di lakukan. Penyebaran terjadi ketika tumor di hilangkan dan sel kanker dari tumor pecah menuju ke rongga peritonial.

D. KLASIFIKASI

Klasifikasi kanker kolon menurut modifikasi DUKES adalah sebagai berikut: A: Kanker hanya terbatas pada mukosa dan belum ada metastasis.

B1: kanker telah meinfiltrasi lapisan muskularis mukosa.

B2: kanker telah menembus lapisan muskularis sampai lapisan propria.

C1 : kanker telah mengadakan metastasis ke kelenjar getah bening sebanyak satu sampai empat buah

C2 : kanker telah mengadakan metastasis ke kelenjar getah bening lebih dari lima buah.

D : kanker telah mengadakan metastasis regional tahap lanjut dan penyebaran yang luas dan tidak dapat di operasi lagi.

E. KOMPLIKASI

Komplikasi terjadi sehubungan dengan bertambahnya pertumbuhan pada lokasi tumor atau melalui penyebaran metastase yang termasuk :

· Perforasi usus besar yang di sebabkan peritonitis · Pembentukn abses

Biasanya tumor menyerang pembuluh darah dan sekitarnya yang

menyebabkan perdarahan. Tumor tumbuh kedalam usus besar secara berangsur-angsur membantu usus besar dan pada akhirnya tidak bisa sama sekali. Perluasan tumor melebihi perut dan mungkin menekan pada organ yang berada di sekitarnya (uterus, urinary bladder, dan ureter) dan penyebab gejala-gejala tersebut tertutupi oleh kanker.

F. MANIFESTASI KLINIS KANKER KOLON

Gejala sangat di tentukan oleh lokasi kanker, tahap penyakit, dan fungsi segmen usus tempat kanker berlokasi. Adanya perubahan dalam defekasi, darah pada feses, konstipasi, perubahan dalam penampilan feses, tenesmus, anemia dan perdarahan rectal merupakan keluhan yang umum terjadi.

1. Kanker kolon kanan

(4)

masih encer. Anemia akibat perdarahan sering terjadi, dan darah bersifat samar dan hanya dapat dideteksi dengan tes Guaiak (suatu tes sederhana yang dapat di lakukan di klinik). Mucus jarang terlihat, karena tercampur dalam feses. Pada orang yang kurus, tumor kolon kanan mungkin dapat teraba, tetapi jarang pada stadium awal. Penderita mungkin mengalami perasaan tidak enak pada abdomen, dan kadang-kadang pada epigatrium.

2. Kanker kolon kiri dan rectum

Cenderung menyebabkan perubahan defekasi sebagai akibat iritasi dan respon refleks. Diare, nyeri kejang, dan kembung sering terjadi. Karena lesi kolon kiri cenderung melingkar, sering timbul gangguan obstruksi. Feses bisa kecil dan berbentuk pita. Baik mucus maupun darah segar sering terihat pada feses. Dapat terjadi anemia karena kehilangan darah kronik. Pertumbuhan pada sigmoid atau rectum dapat mengenairadiks saraf, pembuluh limfe atau vena, menimbulkan gejala-gejala pada tungkai atau perineum. Hemoroid, nyeri pinggang bawah, keinginan defekasi atau sering berkemih dapat timbul sebagai akibat tekanan pada alat-alat tersebut. Gejala yang mungkin dapat timbul pada lesi rectal adalah evakuasi feses yang tidak lengkapsetelah defekasi, konstipasi dan diare bergantian, serta feses berdarah.

G. STADIUM KLINIS

Tabel : stadium pada ca. Kolon yang di temukan dengan system TMN

STADIUM TINGKAT PENYEBARAN

TIS Carsinoma in situ

T1 Belum mengenai otot dinding, polipoid/papiler T2 Sudah mengenai otot dinding

T3 Semua lapis dinding terkena, penyebaran ke sekitar T4 Sama dengan T3 dengan fistula

N Limfonodus terkena

M Ada metastasis

(5)

Pemeriksaan endoskopi perlu di lakukan baik sigmoidoskopi maupun kolonoskopi. 2) Radiologis

Pemeriksaan radiologis yang dapat di lakukan antara lain adalah foto dada dan foto kolon ( barium enema). Pemeriksaan dengan enema barium mungkin dapat memperjelas keadaan tumor dan mengidentifikasikan letaknya. Tes ini

menggambarkan adanya kebuntuan pada isi perut, dimana terjadi pengurangan ukuran tumor pada lumen. Luka yang kecil kemungkinan tidak teridentifikasi dengan tes ini. Enema barium secara umum di lakukan setelah sigmoidoscopy dan colonoscopy.

3) Computer Tomografi (CT)

Membantu memperjelas adanya massa dan luas penyakit. Chest X-ray dan liver scan mungkin dapat menemukan tempat yang jauh yang sudah metastasis. 4) Histopatologi

Biopsy di gunakan untuk menegakkan diagnosis. Gambar histopatologis karsinoma kolon adalah adenokarsinoma dan perlu ditentukan diferensiansi sel. ·5) Laboratorium

Pemeriksaan Hb penting untuk memeriksa kemungkinan pasien mengalami perdarahan. Nilai hemoglobin dan hematocrit biasanya turun dengan indikasi anemia. Hasil tes Gualac positif untuk accult blood pada feces memperkuat perdarahan pada GI Tract. Pasien harus menghindari daging, makanan yang mengandung peroksidase (tanaman lobak dan gula bit) aspirin dan vitamin C untuk 48 jam sebelum diberikan feces spesimen.

·6) Ultrasonografi (USG)

Sulit dilakukan untuk memeriksa kanker pada kolon, tetapi digunakan untuk melihat ada tidaknya metastasis kanker ke kelenjar getah bening di abdomen dan hati.

I. PENATALAKSANAAN MEDIS

Bila sudah pasti karsinoma kolon, maka kemungkinan pengobatan adalah sebagai berikut ;

a. Pembedahan (operasi)

Operasi adalah penanganan yang paling efektif dan cepat untuk tumor yang diketahui lebih awal dan masih belum metastasis , tetapi tidak menjamin semua sel kanker telah terbuang. Oleh sebab itu dokter bedah biasanya juga menghilangkan sebagian besar jaringan sehat yang mengelilingi sekitar kanker.

(6)

Terapi radiasi memakai sinar gelombang partikel berenergi tinggi misalnya sinar X, atau sinar gamma, di fokuskan untuk merusak daerah yang di tumbuhi tumor, merusak genetik sehingga membunuh kanker. Terapi radiasi merusak se-sel yang pembelahan dirinya cepat, antara lain sel kanker, sel kulit, sel dinding lambung dan usus, sel darah.. Kerusakan sel tubuh menyebabkan lemas, perubahan kulit dan kehilangan nafsu makan.

c. Kemotherapy

Chemotherapy memakai obat anikanker yang kuat, dapat masuk ke dalam sirkulasi darah, sehingga sangat bagus untuk kanker yang telah menyebar. Obat chemotherapy ini ada kira-kira 50 jenis. Biasanya di injeksi atau di makan, pada umumnya lebih dari satu macam obat, karena digabungkan akan memberikan efek yang lebih bagus.

d. Kolostomi

Kolostomi merupakan tindakan pembuatan lubang (stoma) yang dibentuk dari pengeluaran sebagian bentuk kolon (usus besar) ke dinding abdomen (perut), stoma ini dapat bersifat sementara atau permanen.

Tujuan Pembuatan Kolostomi adalah.

Untuk tindakan dekompresi usus pada kasus sumbatan / obstruksi usus. Sebagai anus setelah tindakan operasi yang membuang rektum karena adanya tumor atau penyakit lain. Untuk membuang isi usus besar sebelum dilakukan tindakan operasi berikutnya untuk penyambungan kembali usus (sebagai stoma sementara).

Jenis-Jenis Kolostomi.

1. Jenis kolostomi berdasarkan sifatnya: a. Sementara

Indikasi untuk kolostomi sementara : 1). Hirschprung disease

2). Luka tusuk atau luka tembak 3). Atresia ani letak tinggi

4). Untuk mempertahankan kelangsungan anastomosis distal usus setelah tindakan operasi (mengistirahatkan usus).

5). Untuk memperbaiki fungsi usus dan kondisi umum sebelum dilakukan tindakan operasi anastomosis.

b. Permanen

Indikasi untuk kolostomi permanen :

(7)

2. Jenis kolostomi berdasarkan letaknya :

Colostoy Asendens Colostomy Transversal

Colostomi Desendens

Lokasi Colon Asendens Colon

Tansversum

Colon Desendens

Konsistensi feses

Cair atau lunak Lunak Padat

Iritasi kulit Mudah terjadi, karena kontak dengan enzim pencernaan

Mungkin terjadi karena lembab terus menerus

Kadang terjadi

Komplikasi Striktur atau retraksi stoma

3. Jenis kolostomi berdasarkan tekhnik pembuatan : a. Single Barreled Colostomy

b. Double Barreled Colostomy c. Loop Colostomy

(8)

a) Pengkajian yang dilakukan pada pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan adalah kebiasaan olahraga pada pasien, kemudian diit rendah serat, selain itu juga perlu dikaji mengenai kebiasaan klien tentang minum kurang dari 1.000 cc/hari minimal.

b) Pengkajian mengenai pola nutrisi metabolik pada klien adalah mengenai berat badan klien apakah mengalami obesitas atau tidak. Selain itu juga perlu dikaji apakah klien mengalami anemia atau tidak. Pengkajian mengenai diit rendah serat (kurang makan sayur dan buah) juga penting untuk dikaji.

c) Pengkajian pola eliminasi pada klien adalah mengenai kondisi klien apakah sering mengalami konstipasi atau tidak. Keluhan mengenai nyeri waktu defekasi, duduk, dan saat berjalan. Keluhan lain mengenai keluar darah segar dari anus. Tanyakan pula mengenai jumlah dan warna darah yang keluar. Kebiasaan mengejan hebat waktu defekasi, konsistensi feces, ada darah/nanah.

d) Pengkajian pola aktivitas dan latihan pada klien mengenai kurangnya aktivitas dan kurangnya olahraga pada klien. Pekerjaan dengan kondisi banyak duduk atau berdiri, selain itu juga perlu dikaji mengenai kebiasaan mengangkat barang-barang berat.

e) Pengkajian pola persepsi kognitif yang perlu dikaji adalah keluhan nyeri pada anus.

f) Pengkajian pola tidur dan istirahat adalah apakah klien mengalami gangguan pola tidur karena nyeri atau tidak.

g) Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap penyakit. Koping yang digunakan dan alternatif pemecahan masalah

2. Diagnosa Keperawatan

a. Perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan kimia misalnya penggunaan obat-obat farmasi, hipoksia, lingkungan terapeutik yang terbatas misalnya stimulus sensori yang berlebihan ; stress fisiologis.

b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan pembatasan pemasukan cairan tubuh secara oral, pengeluaran integritas pembuluh darah

c. Nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan, trauma muskuloskletal, kehancuran yang terus-menerus (misalnya lokalisasi)

d. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka pembedahan.

e. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual / muntah

(9)

g. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri, ancaman

terhadap perubahan status kesehatan, ancaman terhadap pola interaksi dengan orang yang berarti, krisis stuasi atau krisis maturasi.

3. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa

keperawatan

Tujuan dari kriteria hasil

Rencana Tindakan Rasional

1. Perubahan proses piker

berhubungan dengan gangguan aktivitas dan kerja kognitif (misalnya, pikiran sadar, orientasi realita, pemecahan masalah, dan penilaian yang terjadi pada individu)

Tujuan : meningkatkan tingkat kesadarn. Criteria hasil: pasien mampu mengenali keterbatasan diri dan mencari sumber bantuan sesuai kebutuhan.

Orientasikan kembali pasien secara terus-menerus setelah keluar dari

pengaruh anastesi ; nyatakan bahwa operasi telah selesai dilakukan

Bicara dengan pasien dengan suara yang jelas dan normal tanpa membentak, sadar penuh akan apa yang di ucapkan

Gunakan bantalan pada tepi tempat tidur, lakukan pengikatan jika diperlukan

R : karena pasien telah meningkat

kesadarannya, maka dukungan dan jaminan akan membantu menghilangkan ansietas.

R : tidak dapat di tentukan kapan pasien akan sadar penuh, namun sensori pendengaran merupakan kemampuan yang pertama kali akan pulih

R : berikan keamanan bagi pasien selama tahap darurat,

mencegah terjadinya cedera pada kepala dan ekstermits bila pasien melakukan perlawanan selama masa

disorientasi

2. Kekurangan volume cairan

Tujuan : keseimbangan

- Ukur dan catat pemasukan dan

(10)

berhubungan dengan pembatasan pemasukan cairan tubuh secara oral

cairan tubuh adekuat

Criteria hasil : tidak ada tanda-tanda dehidrasi (tanda-tanda vital stabil, kualitas denyut nadi baik, turgor kulit normal, membrane mukosa lembab dan pengeluaran urine yang sesuai)

pengeluaran. Tinjau ulang catatan intra operasi.

- Kaji pengeluaran urinarius, terutama untuk tipe prosedur operasi yang di lakukan

Pantau tanda-tanda vital

- Pantau suhu kulit, palpasi denyut perifer.

dalam mengidentifikasi pengeluaran

cairan/kebutuhan penggantian dan pilihan yang mempengaruhi intervensi

R : mungkin akan terjadi penurunan ataupun penghilangan setelah prosedur pada sistem genitourinarius dan struktur yang berdekatan mengindikasikan malfungsi ataupun obstruksi sistem urinarius

R : hipotensi, takikardi, peningkatan

pernapasan mengindikasikan kekurangan cairan

R : kulit yang

dingin/lembab, denyut yang lemah

mengindikasikan penurunan sirkulasi perifer dan di butuhkan untuk penggantian cairan tumbuhan.

3. Nyeri

berhubungan dengan insisi pembedahan,

Tujuan : pasien mengatakan bahwa rasa nyeri telah terkontrol

- Evaluasi rasa sakit secara reguler, catat karakteristik, lokasi dan

R : sediakan informasi mengenai

(11)

trauma

musculoskeletal

atau hilang. Criteria hasil : pasien tampak rileks, dapat beristirahat / tidur dan melakukan pergerakan yang berarti sesuai toleransi.

intensiltas (0-10)

- Kaji tanda-tanda vital, perhatikan takikardi, hipertensi dan peningkatan pernapasan, bahkan jika pasien menyangkal adanya rasa sakit.

Berikan iinformasikan mengenai sifat ketidaknyamanan, sesuai kebutuhan

Observasi efek analgetik

R : dapat

mengindikasikan rasa sakit akut dan

keidaknyamanan

R : pahami penyebab ketidaknyamanan , sedangkan jaminan emosional

R : respirasi mungkin menurun pada

pemberian narkotik, dan mungkin

menimbulkan efek-efek sinergestik dengan zat-zat anastesi.

4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan keadaan kulit yang tidak di inginkan

Tujuan : mencapai penyembuhan luka pada waktu yang sesuai. Criteria hasil : tidak ada

tanda-tanda infeksi seperti pus

luka bersih

Kaji kulit dan identifikasi pada tahap

perkembangan luka

Kaji lokasi, ukuran, warna, bau, serta jumlah dan tipe cairan luka

Pantau

R : mengetahui sejauh mana perkembangan luka mempermudah dalam melakukan tindakan yang tepat.

(12)

tidak lembab dan tidak kotor tanda-tanda

vital dalam batas normal atau dapat di toleransi.

peningkatan suhu tubuh

Jika pemulihan tidak terjadi kolaborasi tindakan lanjutan, misalnya debridement.

Setelah

debridement, ganti balutan sesuai dengan kebutuhan.

Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi

R : suhu tubuh yang meningkat dapat diidentifikasikan sebagai adanya proses peradangan

R : agar benda asing atau jaringan terinfeksi tidak menyebar luas pada area kulit normal lainnya.

R : balutan dapat di ganti satu atau dua kali sehari tergantung kondisi parah/tidaknya luka, agar tidak terjadi infeksi

R : antibiotik berguna untuk mematikan mikroorganisme patogen pada daerah yang beresiko terjadi infeksi

5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan & meningkatkan intake nutrisi. Criteria hasil : klien akan badan sesuai indikasi

Anjurkan makan sedikit tapi sering

R : menganalisa penyebab melaksanakan intervensi.

R : mengawasi kefektifan secara diet

(13)

atau

meningkatkan berat badan dengan nilai laboratorium normal.

Klien mengrti dan mengikuti anjuran diet Tidak ada

mual / muntah.

Tawarkan minum saat makan bila toleran

Kolaborasi dengan ahli gizi pemberian makanan yang bervariasi

bosan dan pemasukan nutrisi dapat di tingkatkan

R : dapat mengurangi mual dan

menghilangkan gas.

R : Menstimulasi nafsu makan dan

mempertahankan intake nutrisi yang adekuat.

6. Konstipasi berhubungan dengan penurunan frekuensi defekasi yang normal pada seseorang di sertai dengan kesulitan keluarnya feses yang tidak lengkap atau keluarnya feses yang keras dan kering

Tujuan : pola eliminasi dalam rentang yang di harapkan : feses lembut dan berbentuk. Criteria hasil klien akan

menunjukkan pengetahuan akan program defekasi yang di butuhkan melaporkan

keluarnya feses dengan

berkurangnya nyeri dan mengejan

kaji warna dan konsistensi feses, frekuensi,

keluarnya flatus, bising usus dan nyeri tekan abdomen menilai keefektifan intervensi, dan

memudahkan rencana selanjutnya.

R : keadaan ini dapat menjadi penyebab kelemahan otot abdomen dan

penurunan peristaltik usus, yang dapat menebabkan konstipasi.

R : mengetahui dengan jelas faktor penyebab memudahkan pilihan intervensi yang tepat 7. Ansietas

berhubungan dengan perasaan ketidaknyamanan yang tidak mudah atau dread yang di sertai dengan respons

Tujuan : ansietas berkurang atau terkontrol. Criteria hasil : klien mampu

merencanakan stategi koping untuk situasi

Kaji dan

dokumentasikan tingkat kecemasan pasien.

Kaji mekanisme koping yang di gunakan pasien

R : memudahkan intervensi

(14)

autonomis yang membuat stress.

Klien mampu mempertahankan penampilan peran Klien melaporkan

tidak ada gangguan persepsi sensori Klien

melaporkan tidak ada manisfestasi kecemasan secara fisik.

untuk mengatasi ansietas di masa lalu

Lakukan pendekatan dan berikan motivasi kepada pasien untuk

mengungkapkan pikiran dan perasaan.

adaftif, meningkatkan kemampuan

mengontrol ansietas

R : pendekatan dan motivasi membantu pasien untuk

mengeksternalisasikan

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. (1999). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Edisi 2. (terjemahan). Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarata.

(15)

Doenges, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. (terjemahan). Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Engram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Volume 2, (terjemahan). Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

(16)

FESES TETAP

DIIT

SERAT,KONSUMSI PENCAHAR, MINUM

PECAH GAS

KONSTIPASI

BAB BERCAMPUR KEMBUNG

KOLOSTOMI

RESIKO

INFEKSI

KERUSAKAN INTEGRITAS

KULIT

(17)

PATHWAY

FAKTOR

PERUT

NYERI

TEKANAN HEMOROID VASODILATASI ALIRAN BALIK KE

VENA

DISTENSI

SIGMOID DAN RECTUM

(FESES LENDIR,DARAH,NY

ERI BAWAH PINGGUL) DESCENDEN

(KONSTIPASI) ASCENDEN

(DIARE)

RAWAT LUKA, PENKES KHEMOTERAPI KOLONOSKOPI,B

EDAH,KHEMOTER API

CEMAS TERAPI STADIUM I

STADIUM II

STADIUM III

STADIUM IV

JINAK

MERANGSANG SYARAF KOMPENSASI PENUMPUKAN

OBSTRUKSI GANAS NEOPLASMA KURANG

PENGETUHAN

Referensi

Dokumen terkait

"erangan stroke hemoragik sering kali berlangsung sangat mendadak,  pada saat klien sedang melakukan akti'itas. :iasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah bahkan kejang

Pada triwulan ini sering ditandai adanya adaptasi ibu terhadap kehamilannya, perasaan ibu cenderung lebih stabil, karena keluhan yang terjadi pada triwulan I sudah terlewati. Ibu

Gejala iritasi, terjadi karena pengosongan yang tidak sempurna atau pembesaran prostat akan merangsang kandung kemih, sehingga sering berkontraksi walaupun belum

Kanker lambung adalah adenokarsinoma yang muncul paling sering sebagai.. massa irregular dengan penonjolan ulserasi sentral ke lumen dan

Serangan stroke hemoragik sering kali berlangsung sangat mendadak, pada saat klien sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah bahkan kejang sampai

berkompensasi sudah buruk akibat iskemia atau infark lama, tekanan akhir diastolik ventrikel kiri akan naik dan gagal jantung terjadi.. Sebagai akibat IMA sering terjadi

Penderita tumor nasofaring ini menunjukkan tanda dan gejala telinga kiri terasa buntu hingga peradangan dan nyeri, timbul benjolan di daerah samping leher di bawah daun

emeriksaan radiologi yang sering digunakan jenis penyakit ini adalah endoskopi endoskopi merupakan pemeriksaan yang paling sensitif dan spesifik untuk  mendiagnosa ca