• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Dukungan Sosial Suami kepada Istri dengan Kanker Payudara Pasca Mastektomi di Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang T1 462008015 BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Dukungan Sosial Suami kepada Istri dengan Kanker Payudara Pasca Mastektomi di Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang T1 462008015 BAB II"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dukungan sosial

2.1.1 Pengertian

Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan kehadiran manusia lain untuk berinteraksi. Hal ini terjadi karena seseorang tidak mungkin memenuhi kebutuhan fisik dan psikologisnya sendiri. Individu membutuhkan dukungan sosial baik itu yang berasal dari perorangan ataupun kelompok. Menurut Sarafino (2006) dukungan sosial adalah kenyamanan, perhatian, penghargaan, maupun bantuan dalam bentuk lainnya yang diterima individu dari orang lain maupun kelompok. Sementara dukungan sosial didefinisikan oleh Lahey (dalam Sari, 2012) sebagai peran yang dimainkan oleh teman-teman dan relatif dalam memberikan nasihat, bantuan, dan beberapa antaranya untuk menceritakan perasaan pribadi.

(2)

2.1.2 Bentuk-bentuk Dukungan Sosial

Menurut Sarafino (2006), ada lima bentuk dukungan sosial, yaitu:

a. Dukungan emosional

Terdiri dari ekspresi seperti perhatian, empati, dan turut prihatin kepada seseorang. Dukungan ini akan menyebabkan penerima dukungan merasa nyaman, tentram kembali, merasa dimiliki dan dicintai ketika dia mengalami stres, memberi bantuan dalam bentuk semangat,kehangatan personal, dan cinta.

b. Dukungan penghargaan

(3)

c. Dukungan instrumental

Merupakan dukungan yang paling sederhana untuk didefinisikan, yaitu dukungan yang berupa bantuan secara langsung dan nyata seperti memberi atau meminjamkan uang atau membantu meringankan tugas orang yang sedang stres.

d. Dukungan informasi

Orang-orang yang berada di sekitar individu akan memberikan dukungan informasi dengan cara menyarankan beberapa pilihan tindakan yang dapat dilakukan individu dalam mengatasi masalah yang membuatnya stres. Terdiri dari nasehat, arahan, saran ataupun penilaian tentang bagaimana individu melakukan sesuatu. Misalnya individu mendapatkan informasi dari dokter tentang bagaimana mencegah penyakitnya kambuh lagi.

e. Dukungan kelompok

(4)

2.1.3 Sumber Dukungan Sosial

Dukungan sosial yang kita terima dapat bersumber dari berbagai pihak. Sarafino (2006) membagi sumber-sumber dukungan sosial menjadi 3 kategori, yaitu:

a) Sumber dukungan sosial yang berasal dari orang-orang yang selalu ada sepanjang hidupnya, yang selalu bersama dengannya dan mendukungnya. Misalnya: keluarga dekat, pasangan (suami atau istri), atau teman dekat.

b) Sumber dukungan sosial yang berasal dari individu lain yang sedikit berperan dalam hidupnya dan cenderung mengalami perubahan sesuai dengan waktu. Sumber dukungan ini meliputi teman kerja, sanak keluarga, dan teman sepergaulan.

c) Sumber dukungan sosial yang berasal dari individu lain yang sangat jarang memberi dukungan dan memiliki peran yang sangat cepat berubah. Meliputi dokter atau tenaga ahli atau profesional, keluarga jauh.

2.1.4 Pengaruh Dukungan Sosial

(5)

a. Buffering Hypothesis

Melalui model buffering hypothesis ini, dukungan sosial mempengaruhi kondisi fisik dan psikologis individu dengan melindunginya dari efek negatif yang timbul dari tekanan-tekanan yang dialaminya dan pada kondisi yang tekanannya lemah atau kecil, dukungan sosial tidak bermanfaat. Dukungan sosial ini bekerja dengan tujuan untuk memperkecil pengaruh dari tekanan-tekanan atau stres yang dialami individu, dengan kata lain jika tidak ada tekanan atau stres, maka dukungan sosial tidak berguna.

(6)

2.1.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dukungan Sosial Menurut Stanley (2007), faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan sosial adalah sebagai berikut:

a. Kebutuhan fisik

Kebutuhan fisik dapat mempengaruhi dukungan sosial. Adapun kebutuhan fisik meliputi sandang, pangan dan papan. Apabila seseorang tidak tercukupi kebutuhan fisiknya maka seseorang tersebut kurang mendapat dukungan sosial.

b. Kebutuhan sosial

Aktualisasi diri yang baik maka seseorang lebih kenal oleh masyarakat daripada orang yang tidak pernah bersosialisasi di masyarakat. Orang yang mempunyai aktualisasi diri yang baik cenderung selalu ingin mendapatkan pengakuan di dalam kehidupan masyarakat. Untuk itu pengakuan sangat diperlukan untuk memberikan penghargaan.

c. Kebutuhan psikis

(7)

sosial dari orang-orang sekitar sehingga dirinya merasa dihargai, diperhatikan dan dicintai.

2.1.6 Efek Negatif Dukungan Sosial

Dukungan sosial ternyata tidak hanya memberikan efek positif dalam mempengaruhi kejadian dari efek stres dan kecemasan. Dalam Sarafino (2006) disebutkan beberapa contoh efek negatif yang timbul dari dukungan sosial, antara lain:

1. Dukungan yang tersedia tidak dianggap sebagai sesuatu yang membantu. Hal ini dapat terjadi karena dukungan yang diberikan tidak cukup, individu merasa tidak perlu dibantu atau terlalu khawatir secara emosional sehingga tidak memperhatikan dukungan yang diberikan.

2. Dukungan yang diberikan tidak sesuai dengan apa yang dibutuhkan individu.

3. Sumber dukungan memberikan contoh buruk pada individu seperti melakukan atau menyarankan perilaku tidak sehat.

(8)

seharusnya dilakukan oleh individu dan menyebabkan individu menjadi tergantung pada orang lain.

2.2 Stres

2.2.1 Pengertian

Sarafino (2006) mengartikan stres adalah kondisi yang disebabkan oleh interaksi antara individu dengan lingkungan, menimbulkan persepsi jarak antara tuntutan-tuntutan yang berasal dari situasi yang bersumber pada sistem biologis, psikologis dan sosial dari seseorang.

Wijono (2006), Stres adalah reaksi alami tubuh untuk mempertahankan diri dari tekanan secara psikis. Tubuh manusia dirancang khusus agar bisa merasakan dan merespon gangguan psikis ini. Tujuannya agar manusia tetap waspada dan siap untuk menghindari bahaya. Kondisi ini jika berlangsung lama akan menimbulkan perasaan cemas, takut

dan tegang.

2.2.2 Stressor

(9)

Sarafino (2006) mengklasifikasikan stressor ke dalam lima kategori, yaitu:

1. Frustasi (Frustration) terjadi ketika kebutuhan pribadi terhalangi dan seseorang gagal dalam mencapai tujuan yang diinginkannya. frustrasi dapat terjadi sebagai akibat dari keterlambatan, kegagalan, kehilangan, kurangnya sumber daya, atau diskriminasi.

2. Konflik (Conflicts), jenis sumber stres yang kedua ini hadir ketika pengalaman seseorang dihadapi oleh dua atau lebih motif secara bersamaan. Ada empat jenis konflik yaitu,: approach-approach, avoidence-avoidence, approach-avoidence, dan multiple approach-avoidance conflict.

3. Tekanan (Pressure), didefinisikan sebagai stimulus yang menempatkan individu dalam posisi untuk mempercepat, meningkatkan kinerjanya, atau mengubah perilakunya.

(10)

5. Self-Imposed merupakan sumber stres yang berasal dalam sistem keyakinan pribadi pada seseorang, bukan dari lingkungan. Ini akan dialami oleh seseorang ketika ada tidaknya stres eksternal yang nyata.

2.2.3 Reaksi Terhadap Stres

Sarafino (2006) mengidentifikasikan empat reaksi terhadap stres:

a. Reaksi dari fisiologis terhadap stres menekankan hubungan antara pikiran dan fisik.

b. Reaksi dari emosional yang diamati dalam reaksi emosional terhadap stres ini adalah melalui emosi seperti rasa ketakutan, kecemasan, rasa bersalah, kesedihan, depresi, atau kesepian.

c. Reaksi dari kognitif mengacu pada pengalaman individu terhadap stres dan penilaian kognitif yang terjadi dengan penilaiannya mengenai peristiwa stres dan kemudian apa strategi koping yang mungkin paling tepat untuk mengelola stres.

(11)

orang lain atau diri sendiri dan, penggunaan mekanisme pertahanan seperti rasionalisasi.

2.2.4 Sumber Stres

Sumber stres dapat berubah seiring dengan berkembangnya individu, tetapi kondisi stres dapat terjadi setiap saat selama hidup berlangsung. Menurut Sarafino (2008) sumber datangnya stres ada tiga yaitu:

1. Diri individu

Hal ini berkaitan dengan adanya konflik, pendorong dan penarik dari konflik menghasilkan dua kecenderungan yang berkebalikan, yaitu approach dan avoidance. Kecenderungan ini menghasilkan tipe dasar konflik (Sarafino, 2008), yaitu :

a. Approach-approach Conflict

Muncul ketika kita tertarik terhadap dua tujuan yang sama-sama baik. Contohnya, individu yang mencoba untuk menurunkan berat badan untuk meningkatkan kesehatan maupun untuk penampilan, namun konflik sering terjadi ketika tersedianya makanan yang lezat.

b. Avoidance-avoidance Conflict

(12)

Contohnya, pasien dengan penyakit serius mungkin akan dihadapkan dengan pilihan antara dua perlakuan yang akan mengontrol atau menyembuhkan penyakit, namun memiliki efek samping yang sangat tidak diinginkan. orang-orang dalam menghindari konflik ini biasanya mencoba untuk menunda atau menghindar dari keputusan tersebut. Oleh karena itu, biasanya avoidance-avoidance conflict ini sangat sulit untuk diselesaikan.

c. Approach-avoidance Conflict

Muncul ketika kita melihat kondisi yang menarik dan tidak menarik dalam satu tujuan atau situasi. Contohnya, seseorang yang merokok dan ingin berhenti, namun mereka mungkin terbelah antara ingin meningkatkan kesehatan dan ingin menghindari kenaikan berat badan serta keinginan mereka untuk percaya terjadi jika mereka ingin berhenti.

2. Keluarga

(13)

keluarga yang cenderung memungkinkan munculnya stres adalah hadirnya anggota baru, perceraian dan adanya keluarga yang sakit, cacat, dan kematian

3. Komunitas dan masyarakat

Kontak dengan orang di luar keluarga menyediakan banyak sumber stres. Misalnya, pengalaman anak di sekolah dan persaingan. Adanya pengalaman-pengalaman seputar dengan pekerjaan dan juga dengan lingkungan dapat menyebabkan seseorang menjadi stres.

2.2.5 Dampak Stres

(14)

2.2.6 Strategi Koping

Stres yang negatif memiliki banyak pengaruh yang buruk terhadap kondisi tubuh baik secara fisik maupun mental sehingga diperlukan suatu cara untuk menanggulanginya. Coping strategy merupakan salah satu teknik untuk menanggulangi stress. Terdapat dua bentuk pendekatan dasar di dalam coping strategy yaitu (Sarafino, 2006) :

1. Problem-Focused Coping

Strategi problem-focused coping lebih diarahkan kepada menyelesaikan masalah yang menjadi sumber stress atau stressor.

2. Emotion-Focused Coping

(15)
(16)

2.3 Kanker Payudara 2.3.1 Pengertian

Kanker adalah suatu pertumbuhan sel-sel abnormal yang cenderung menginvasi jaringan disekitarnya dan menyebar ke tempat-tempat yang jauh (Elizabet C, 2000). Kanker adalah penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel yang tidak normal Anugerah (dalam Yuniar dkk, 2009).

Kanker payudara merupakan penyakit pertumbuhan sel, akibat adanya onkogen yang menyebabkan sel normal menjadi sel kanker pada jaringan payudara (Karsono, 2006). Kanker payudara merupakan tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan payudara. Kanker dapat tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran susu, jaringan lemak, maupun jaringan ikat pada payudara (Sjamsuhidajat dan De Jong, 2004). Di samping itu dapat menyebar keseluruh tubuh melalui aliran limfe atau aliran darah dan sering menimbulkan kematian (McCance dan Huether dalam Brunner dan Suddarth, 2002).

2.3.2 Etiologi

(17)

kanker payudara bersifat multifaktoral yang mencakup faktor genetik, lingkungan, dan reproduksi. Ketiganya berinteraksi melalui mekanisme yang kompleks. Dampak dari faktor lingkungan dan reproduksi tergantung pada usia wanita.

2.3.3 Patofisiologi

Carsinoma mammae berasal dari jaringan epitel dan paling sering terjadi pada sistem duktal, mula-mula terjadi hiperplasia sel-sel dengan perkembangan sel-sel atipik. Sel-sel ini akan berlanjut menjadi carsinoma insitu dan menginvasi stroma. Carsinoma membutuhkan waktu 7 tahun untuk bertumbuh dari sel tunggal sampai menjadi massa yang cukup besar untuk dapat diraba (kira-kira berdiameter 1 cm). Pada ukuran itu kira-kira seperempat dari carsinoma mammae telah bermetastasis. Carsinoma mammae bermetastasis dengan penyebaran langsung ke jaringan sekitarnya dan juga melalui saluran limfe dan aliran darah (Price dkk, 2005 )

Proses jangka panjang terjadinya kanker ada 4 fase: 1) Fase induksi: 15-30 tahun

(18)

Kontak dengan karsinogen membutuhkan waktu bertahun-tahun sampai dapat merubah jaringan displasi menjadi tumor ganas. Hal ini tergantung dari sifat, jumlah, dan konsentrasi zat karsinogen tersebut, tempat yang dikenai karsinogen, lamanya terkena, adanya zat-zat karsinogen atau ko-karsinogen lain, Kerentanan jaringan dan individu.

2) Fase in situ: 1-5 tahun

Pada fase ini perubahan jaringan muncul menjadi suatu lesi pre-cancerous yang bisa ditemukan di serviks uteri, rongga mulut, paru-paru, saluran cerna, kandung kemih, kulit dan akhirnya ditemukan di payudara.

3) Fase invasi

Sel-sel menjadi ganas, berkembang biak dan menginfiltrasi melalui membran sel ke jaringan sekitarnya ke pembuluh darah serta limfe. Waktu antara fase ke 3 dan ke 4 berlangsung antara beberapa minggu sampai beberapa tahun.

4) Fase diseminasi 1-5 tahun

(19)

2.3.4 Faktor-faktor Resiko

Menurut Bobak (2004) ada beberapa faktor pada penderita kanker payudara yang diduga berhubungan dengan kejadian kanker payudara:

a. Riwayat pribadi tentang kanker payudara.

b. Ada riwayat keluarga dengan kanker payudara pada ibu, saudara perempuan, saudara, adik atau kakak. c. Menarke dini, resiko kanker payudara meningkat pada

wanita yang mengalami menstruasi sebelum usia 12 tahun.

d. Nulipara dan usia lanjut saat melahirkan anak pertama, wanita yang mempunyai anak pertama usia 30 tahun mempunyai resiko dua kali lipat untuk mengalami kanker payudara dibandingkan dengan wanita yang mempunyai anak pertama pada usia 20 tahun.

e. Menopause pada usia lanjut, menopause setelah usia 50 tahun meningkat resiko untuk mengalami kanker payudara. Dalam perbandingan, wanita yang telah mengalami oferektomi bilateral sebelum usia 35 tahun. f. Riwayat penyakit payudara jinak. Yang mempunyai

(20)

kanker payudara; wanita dengan hyperplasia tipikal empat kali lipat untuk mengalami kanker payudara. g. Pernah mengalami radiasi di daerah dada.

h. Pernah mengalami operasi ginekologis misalnya tumor ovarium.

i. Kontraseptif oral, wanita yang menggunakan kontraseptif oral beresiko tinggi untuk mengalami kanker payudara

j. Terapi penggantian hormonal lama.

k. Konsumsi alkohol, sedikit peningkatan resiko ditemukan pada wanita yang mengkonsumsi alkohol bahkan dengan hanya sekali minum dalam sehari. Resikonya dua kali lipat diantara wanita uang minum alkohol tiga kali sehari

2.3.5 Klasifikasi

Berdasarkan gambaran histologis, WHO membuat klasifikasi kanker payudara sebagai berikut:

a. Kanker Payudara Non Invasif

1. Karsinoma intraduktus non invasif

(21)

yaitu: komedo karsinoma, solid, kribriformis, papiler dan mikrokapiler. Komedokarsinoma ditandai dengan sel-sel yang berproliferasi cepat dan memiliki derajat keganasan tinggi. Karsinoma jenis ini dapat meluas ke duktus ekskretorius utama, kemudian menginfiltrasi papilla dan areola, sehingga dapat menyebabkan penyakit paget pada payudara.

2. Karsinoma lobular insitu

Karsinoma ini ditandai dengan pelebaran satu atau lebih duktus terminal dan atau tubulus, tanpa disertai infiltrasi kedalam stroma. Sel-sel berukuran lebih besar dari normal, inti bulat kecil dan jarang disertai mitosis.

b. Kanker Payudara Invasif 1. Karsinoma duktus invasif

(22)

mengadakan infiltrasi ke jaringan sekitar seperti sarang, kawat atau seperti kelenjar. Jenis ini disebut juga sebagai infiltrating ductus carcinoma not otherrwiser spercifierd (NOS), scirrhous carcinoma, infiltrating carcinoma atau carcinoma simplex.

2. Karsinoma lobular invasif

Jenis ini merupakan karsinoma infiltratif yang tersusun atas sel-sel berukuran kecil dan seragam dengan sedikit polimorfisme. Karsinoma lobular invasif biasanya memiliki tingkat mitosis rendah. Sel infiltratif biasanya tersusun konsentris disekitar duktus berbentuk seperti target. Sel tumor dapat berbentuk signet-ring, tubuloalveolar, atau solid.

3. Karsinoma musinosum

(23)

kelenjar berbatas jelas dan lumennya mengandung musin. Bentuk ketiga terdiri dari susunan jaringan yang tidak teratur berisi sel tumor tanpa diferensiasi, sebagian besar sel berbentuk signet-ring.

4. Karsinoma medular

Sel berukuran besar berbentuk poligonal atau lonjong dengan batas sitoplasma tidak jelas. Diferensiasi dari jenis ini buruk, tetapi memiliki prognosis lebih baik daripada prognosis karsinoma duktus infiltratif. Biasanya terdapat infiltrasi limfosit yang nyata dalam jumlah sedang diantara sel kanker, terutama dibagian tepi jaringan kanker.

5. Karsinoma papiler invasif

Komponen invasif dari jenis karsinoma ini berbentuk papiler.

6. Karsinoma tubuler

(24)

7. Karsinoma adenokistik

Jenis ini merupakan karsinoma invasif dengan karakteristik sel yang berbentuk kribriformis. Sangat jarang ditemukan pada payudara.

8. Karsinoma apokrin

Karsinoma ini didominasi dengan sel yang memiliki sitoplasma oesinoflik, sehingga menyerupai apokrin yang mengalami metaplasia. Bentuk karsinoma apokrin dapat ditemukan juga pada jenis karsinoma payudara yang lain.

Menurut WHO penilaian T (ukuran tumor) N (penyebaran ke getah bening) M (besar penyebaran tumor) pada kanker payudara sebagai berikut :

T (Tumor Size) ukuran tumor

1) T0 : Tidak ditemukan tumor primer

2) T1 : Ukuran tumor diameter 2 cm atau kurang 3) T2 : Ukuran tumor 2-5 cm

4) T3 : Ukuran tumor > 5cm

(25)

N (Node) kelenjar getah bening regional (kgb)

1) N0 : Tidak terdapat metastasis pada kgb regional diketiak atai aksila

2) N1 : Ada metastasis di kgb aksila yang masih dapat digerakkan

3) N2 : Ada metastasis di kgb aksila yang sulit digerakkan

4) N3 : Ada metastasis kgb diantara tulang selangka (supral lavicula) atau pada kgb mammary internal didekat tulang sterum

M (Metastase) penyebaran jauh

1) MX : Metastasis belum dapat dinilai 2) M0 : Tidak dapa metastasis jauh 3) M1 : Terdapat metastasis jauh

Setelah masing-masing faktor TNM didapatkan, ketiga faktor tersebut kemudian digabungkan dan didapatkan stadium kanker sebagai berikut :

1) Stadium 0 : T0 N0 M0 2) Stadium I : T1 N0 M0

3) Stadium IIA : T0 N1 M0/T1 N1 M0/T2 N0 M0 4) Stadium IIB : T2 N 1 M0/T3 N0 M0

(26)

6) Stadium IIIB : T4 N0 M0/T4 N1 M0/T4 N2 M0 7) Stadium IIIC : Tiap T1 N3 M0

8) Stadium IV : Tiap-tiap T-tiap N-M1

2.3.6 Gejala Klinis

Beberapa gejala klinis dari kanker payudara : 2.2.7 Benjolan

Adanya benjolan pada payudara yang dapat diraba dengan tangan. Semakin lama benjolan tersebut semakin mengeras dan bentuknya tidak beraturan.

2.2.8 Perubahan kulit pada payudara  Kulit tertarik (skin dimpling)

 Benjolan yang dapat dilihat (visible lump)

 Gambaran kulit jeruk (peu de orange)

 Eritema

 Ulkus

2.2.9 Kelainan pada puting

 Puting tertarik (nipple retraction)

 Eksema

 Cairan pada puting (nipple discharge)

(27)

2.3.7 Diagnosis

Diagnosis dari kanker payudara dapat ditegakkan dari hasil anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan tambahan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan (Gleadle, 2007).

a. Anamnesa

(28)

b. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan ini terdiri atas inspeksi dan palpasi. Pada inspeksi dilakukan pengamatan ukuran dan bentuk kedua payudara pasien, serta kelainan pada kulit, antara lain : benjolan, perubahan warna kulit (eritema), tarikan pada kulit (skin dimpling), luka atau ulkus, gambaran kulit jeruk (peau de orange), nodul satelit, kelainan pada areola dan puting, seperti puting susu tertarik (nipple retraction), eksema dan keluar cairan dari puting. Ada atau tidaknya benjolan pada aksila atau tanda-tanda radang serta benjolan infra dan supra klavikula juga diperhatikan (Gleadle, 2007).

(29)

dan supra klavikula), konsistensi (keras, kenyal, lunak atau fluktuasi), permukaan (licin rata, berbenjol-benjol), mobilitas (dapat digerakkan, terfiksir jaringan sekitarnya), batas (tegas atau tidak tegas), nyeri (ada atau tidak ada), ukuran (Gleadle, 2007).

Pada saat palpasi daerah subareola amati apakah ada keluar sekret dari puting payudara dan perhatikan warna, bau, serta kekentalan sekret tersebut. Sekret yang keluar dari puting payudara dapat berupa air susu, cairan jernih, bercampur darah dan pus. Palpasi kelenjar aksila dilakukan untuk mengetahui apakah pada saat yang bersamaan dengan benjolan pada payudara didapati juga benjolan pada kelenjar getah bening aksila yang merupakan tempat penyebaran limfogen kanker payudara. Begitu juga dengan palpasi pada infra dan supra klavikula (Gleadle,2007).

c. Pemeriksaan Tambahan :  Mamografi payudara

 CT pada payudara

 Ultrasonografi (USG)

 MRI payudara

(30)

d. Pemeriksaan biopsi jarum halus

Pada pemeriksaan ini dilakukan sitologi pada lesi atau luka yang secara klinis dan radiologik dicurigai merupakan suatu keganasan (Davey dan Patrick, 2006). e. Pemeriksaan Laboratorium dan Histopatologik

Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan berupa pemeriksaan darah rutin dan kimia darah yang sesuai dengan perkiraan metastase. Pemeriksaan reseptor ER dan PR juga perlu dilakukan. Pemeriksaan tumor marker juga harus dilakukan untuk follow up (Davey dan Patrick 2006). Jika pada pemeriksaan-pemeriksaan tersebut di atas dijumpai adanya kelainan, baik berupa benjolan atau gambaran radiologi yang abnormal, maka perlu dilakukan biopsi untuk mendapatkan contoh jaringan yang akan diperiksa di bawah mikroskop dan dipastikan ada atau tidaknya sel kanker.

2.3.8 Komplikasi

(31)

meninggikan setiap lebih tinggi dari sendi yang lebih proksimal. Jika terjadi limfedema keluasan biasanya berhubungan dengan jumlah saluran limfatik kolateral yang diangkat selama pembedahan (Suzanne dan Bare, 2001).

2.3.9 Pengobatan

Menurut Sjamsuhidajat dan De Jong (2004), pengobatan kanker payudara dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu : kemoterapi, radiasi dan operasi. Keberhasilan pengobatan ini sangat tergantung dari ketentuan pasien dalam berobat dan tergantung pada stadiumnya.

a. Operasi

Dilakukan dengan mengambil sebagian atau seluruh bagian payudara untuk membuang sel-sel kanker yang ada dalam payudara. Jenis-jenis operasi yang dilakukan adalah :

(32)

2) Mastektomi : merupakan operasi yang dilakukan untuk mengangkat payudara berserta kankernya, kadang beserta otot dinding dada.

3) Operasi pengangkatn kelenjar getah bening : operasi yang dilakukan jika diduga ada penyebaran kanker dikelenjar getah bening di ketiak.

b. Radioterapi

Merupakan pengobatan yang dilakukan dengan penyinaran dengan tujuan merusak sel-sel kanker. Radioterapi dapat dilakukan sesudah operasi atau sebelum operasi.

c. Kemoterapi

Adalah pengobatan dengan menggunakan obat anti kanker untuk merusak sel-sel kanker.

d. Rehabilitasi dan rekonstruksi pasca pengobatan

i. Setelah operasi dapat dilakukan rehabilitasi, seperti melakukan gerakan-gerakan untuk mengembalikan fungsi gerak dan untuk mengurangi pembengkakan.

2.3.10 Mastektomi

(33)

2.3.10.1 Ada 3 jenis mastektomi yaitu :

1. Modified Radycal Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan seluruh jaringan payudara beserta tumor, niple areola komplek, kulit diatas tumor dan fascia pektoralis serta dieksisi aksila level I-II. Operasi ini dilakukan pada kanker payudara stadium dini dan lokal lanjut.

2. Total (Simple) Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan seluruh payudara saja, tanpa kelenjar di ketiak.

(34)

2.3.10.2 Perawatan pasca mastektomi

a. Pemasangan plester atau hipafik

Dalam hal ini pemasangan plester pada operasi mastektomi hendaknya diperhatikan arah tarikan-tarikan kulit (langer line) agar tidak melawan gerakkan-gerakkan alamiah, sehingga pasien dengan rileks menggerakkan sendi bahu tanpa hambatan dan tidak nyeri untuk itu perlu diperhatikan cara meletakkan kasa pada luka operasi dan cara melakukan fiksasi plester pada dinding dada.

 Plester medial melewati garis midsternal.

 Plester posterior melewati garis axillaris line

atau garis ketiak.

 Plester posterior (belakang) melewati garis

axillaris posterior.

 Plester superior tidak melewati klavikula.

 Plester inferior harus melewati lubang drain.

 Untuk dibawah klavikula, ujung hipafik

(35)

b. Perawatan pada luka eksisi tumor

Bila dikerjakan tumorektomi, pakai hipafik ukuran 10 cm yang dibuat seperti BH sehingga menyangga payudara

c. Pemakaian drain redonm

Pemakaian drain redonm harus tetap vakum dan diukur jumlah cairan yang tertampung dalam botol drain tiap pagi, bila drain buntu, misalnya terjadi bekuan darah, bilas drain dengan PZ 5-10 cc supaya tetap lancar. Pada mastektomi radikal atau radikal modifikasi, drain umumnya dicabut setelah jumlah cairan dalam 24 jam tidak melebihi 20-30 cc, pada eksisi tumor payudara tidak melebihi 5 cc.

d. Klien yang dikerjakan transplantasi kulit

(36)

 Kalau hidup, tutup lagi dengan sofratule dan

kasa steril

 Kalau tidak hidup, luka dapat dikompres

dengan larutasn boor atau larutan garam fisiologis dan buang jaringan yang nekrotik.  Demikian pula halnya kasa penutup donor dan

dibuka hari ke 14, kecuali kalau ada tanda-tanda infeksi

e. Pemberian injeksi dan pengambilan darah

(37)

f. Pengukuran tensi

Pengukuran tensi jaringan pada lengan homolateral dan axilla karena memudahkan terjadinya edema lengan.

2.3.10.3 Fase penyembuhan luka

Penyembuhan luka adalah suatu kualitas dari kehidupan jaringan yang berhubungan dengan regenerasi jaringan. (Potter dan Perry, 2001) Tahap penyembuhan luka meliputi:

1. Fase Inflamatory

(38)

selama lebih kurang 24 jam setelah luka. Makrofag ini menelan mikroorganisme dan sel debris melalui proses yang disebut fagositosis. 2. Fase proliferasi

Berlangsung dari hari ke 3 atau 4 sampai hari ke 21 setelah pembedahan. Fibroblast yang berpindah ke daerah luka mulai 24 jam pertama setelah pembedahan. Diawali dengan mensintesis kolagen dan substansi dasar yang disebut proteoglikan kira-kira 5 hari setelah terjadi luka. Seiring perkembangan kapilarisasi jaringan berwarna merah. Jaringan ini disebut granulasi, jaringan yang lunak dan mudah pecah.

3. Fase maturasi

(39)
(40)

infeksi, iskemi dan trauma jaringan (Potter dan Perry, 2005).

2.3 Istri dengan Kanker Payudara Pasca Mastektomi

Pasca mastektomi dan kehilangan payudara membuat wanita memunculkan beragam reaksi. Reaksi awal umumnya bersifat negatif. Namun, emosi negatif tersebut dapat berubah menjadi emosi positif yang dapat membuat peningkatan psikologis dalam aspek persepsi diri, hubungan dengan orang lain dan falsafah hidup. (Mahleda dan Hartini, 2012). Selain itu menurut Buxton (dalam Mahleda dan Hartini 2012), Setelah menjalani mastektomi, pasien kanker payudara merasakan kekhawatiran tentang efektivitas pengobatan, gejala, dan tindak lanjut. Kekhawatiran lain tentang aktivitas fisik, masalah berkonsentrasi, perasaan yang berkaitan dengan tubuh dan fokus pada kematian. Dengan keadaan seperti ini dukungan sosial dari orang yang paling dekat dengan istri yaitu suami sangat dibutuhkan.

(41)

Referensi

Dokumen terkait

Katup masuk dan katup buang tertutup, torak bergerak dari TMB ke TMA, akibat gerakan torak terjadi penekanan atau kompresi campuran bahan bakar dan udara sehingga temperatur di

Menggunakan   dan merawat baterai  Fungsi, kontruksi  baterai  Pengisian baterai  Pemeliharaan baterai  sesuai dengan SOP Mengamati

2.1 Memiliki motivasi internal, kemampuan bekerjasama, konsisten, rasa percayadiri, dan sikap toleransi dalam perbedaan konsep berpikir,dan strategi menyelesaikan

Materi Administrasi Kepegawaian Negara disiapkan oleh Lina Miftahul

(Jika komputer digunakan dalam konfigurasi tower, lepas dudukan dari komputer.) Untuk informasi lebih lanjut, lihat “Memasang dan Melepas Dudukan Tower” pada halaman 2–8..

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai pengaruh Prophetic Parenting dalam membentuk karakter pribadi Islami pada Anak di Kuching, Sarawak, Malaysia,

Sedangkan untuk menjaga kestabilan tegangan keluaran motor yang difungsikan sebagai generator induksi akibat dari perubahan beban konsumen, maka diperlukan sebuah

Gagal jantung merupakan sindroma klinis kompleks yang disebabkan gangguan struktur dan fungsi jantung sehingga mempengaruhi kemampuan jantung untuk memompakan darah