• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Gejala Gangguan Stres Pascatrauma Korban Bencana Erupsi Gunung Sinabung pada Remaja di Posko Pengungsian Kabanjahe Kabupaten Karo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gambaran Gejala Gangguan Stres Pascatrauma Korban Bencana Erupsi Gunung Sinabung pada Remaja di Posko Pengungsian Kabanjahe Kabupaten Karo"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

(2)

2

Informasi Bencana Indonesia ada sebanyak 28 orang korban tewas sampai Mei 2016, dengan kerugian finansial mencapai Rp. 1,49 trilyun (DIBI, 2016).

Masyarakat hingga saat ini masih ditempatkan di beberapa posko pengungsian, dari data terakhir ada sebanyak 9.317 jiwa pengungsi yang tersebar di 9 posko penampungan. Pengungsi terdiri dari anak-anak, remaja, dewasa, dan lansia. Desa Sigarang-garang merupakan salah satu desa yang terkena dampak dari erupsi Gunung Sinabung. Desa Sigarang-garang terletak pada radius 2,7 km dari Gunung Sinabung yang didiami oleh 1.530 jiwa, terdiri atas 428 kepala keluarga yang ikut mengungsi di posko pengungsian. Pengungsi yang berasal dari Desa Sigarang-garang ditempatkan di Posko Gedung GBKP Simpang VI Kabanjahe Kabupaten Karo, mereka sudah berada di posko ini selama 1,5 tahun.

(3)

rutin untuk fasilitas check kesehatan, namun tersedia tenaga kesehatan bidan di posko tersebut.

Aktivitas Gunung Sinabung yang sampai saat ini masih saja dalam status yang membahayakan tentu saja menimbulkan rasa cemas, ketakutan atau trauma pada masyarakat sekitar. Rasa cemas atau ketakutan tersebut merupakan respon emosional yang menjadi salah satu tanda gangguan stress pasca bencana atau Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) (Ardani, 2011). Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) atau gangguan stres pascatrauma didefinisikan sebagai perkembangan karakteristik gejala yang terjadi setelah terpajan pengalaman traumatik yang ekstrim atau peristiwa bencana, seperti kecelakaan, penyerangan, atau menyaksikan sesuatu kejadian kekerasan (Wong, 2008).

Menurut National Institute of Mental Health (NIMH), Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD) adalah gangguan kecemasan yang

(4)

Para penderita gangguan stres pascatrauma kerap kali mengalami rasa takut yang luar biasa, teror, dan merasa tidak berdaya. Penderita sering mengalami sindrom peristiwa traumatis yang terus-menerus dalam berbagai cara, seperti mimpi buruk yang berulang, perasaan yang tiba-tiba datang seolah-olah trauma terulang kembali, serta mengalami distres emosional yang hebat sebagai respons terhadap situasi pada peristiwa traumatik yang asli.

Dalam DSM-V dinyatakan bahwa diagnosis PTSD baru ditegakkan apabila gangguan ini timbul dalam kurun waktu 6 bulan setelah kejadian traumatik berat. Dimana sebagai bukti tambahan selain trauma, harus didapatkan bayang-bayang atau mimpi-mimpi dari kejadian traumatik tersebut secara berulang-ulang kembali (flashbacks). Gejala-gejala gangguan stres pasca trauma tersebut bisa hilang timbul sepanjang hidup penderita, sehingga mengganggu kesejahteraan hidup.

Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) dapat terjadi pada

siapapun dan pada tingkat usia berapapun. Termasuk anak-anak dan remaja yang memiliki reaksi dan gejala yang lebih ekstrem dibandingkan dewasa terhadap sebuah trauma. Menurut Pusat Nasional untuk PTSD, sekitar 7-8 dari setiap 100 orang akan mengalami Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) dalam hidup mereka. Wanita lebih mungkin mengalami

Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) daripada laki-laki (NIMH, 2010).

(5)

terjadinya Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) pada remaja mencapai 40% dibandingkan dewasa sebesar 36,6%, serta beresiko mengalami keparahan mencapai 14%. Prevalensi wanita lebih banyak 10-12% dibandingkan laki-laki 5-6% mengalami PostTraumatic Stress Disorder (PTSD). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Gulo (2015) tentangPostTraumatic Stress Disorder (PTSD) pada remaja Teluk Dalam pasca gempa bumi di Pulau Nias menunjukkan bahwa sebanyak 32,6% remaja mengalami PTSD, dan membutuhkan penanganan dari tenaga ahli. Ini menunjukkan bahwa remaja belum mampu melakukan mekanisme koping yang baik dalam menghadapi perubahan yang diakibatkan oleh suatu kejadian trauma dibandingkan pada orang dewasa. Remaja merupakan masa yang paling penting karena masa ini remaja mengalami periode perubahan, dimana selama menjalani perubahan ini remaja akan mengalami berbagai permasalahan, ketakutan dalam mencari identitas diri yang sebenarnya untuk menuju kedewasaan. Hal ini akan sangat mempengaruhi jika remaja mengalami suatu kejadian atau pengalaman traumatis selama proses tumbuh kembangnya. Pengalaman traumatik ini akan membuat remaja mengalami perubahan baik fisik, psikologis, sosial maupun kognitifnya.

(6)

mempengaruhi kemampuan mereka untuk mencapai tahap perkembangan dan fungsi sepenuhnya menjadi orang dewasa. Dimana yang termasuk pada perkembangan remaja berupa perkembangan fisik, emosi, intelektual, konsep diri, nilai moral, agama, sosial, dan seksualitas (Pieter dkk, 2011).

Berdasarkan hal-hal yang telah dipaparkan di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian pada remaja korban bencana erupsi Gunung Sinabung di Posko pengungsian Gedung GBKP Simpang VI Kabanjahemengenai gangguan stres pascatrauma. Hal ini untuk melihat perkembangan kesehatan jiwa serta untuk pencegahan dini. Karena fase remaja adalah periode kehidupan yang memiliki tugas sangat penting dan mempengaruhi bagi perkembangan selanjutnya.

1.2Rumusan Masalah

(7)

1.3Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian yang telah dituliskan pada latar belakang, adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1.3.1 Tujuan Umum

Mengidentifikasi gejala gangguan stres pascatrauma korban bencana erupsi Gunung Sinabung pada remaja di Posko pengungsian Gedung GBKP Simpang VI Kabanjahe Kabupaten Karo.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi karakteristik responden remaja korban bencana erupsi Gunung Sinabung di Posko pengusian Gedung GBKP Simpang VI Kabanjahe Kabupaten Karo.

b. Mengidentifikasi kejadian tanda dan gejala gangguan stres pascatrauma korban bencana erupsi Gunung Sinabung pada remaja di Posko pengungsian Gedung GBKP Simpang VI Kabanjahe Kabupaten Karo.

(8)

1.4Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapakan dapat bermanfaat bagi : 1.4.1 Praktik Keperawatan

Bagi institusi pelayanan keperawatan, hasil penelitian ini diharapakan dapat mendukung upaya dalam peningkatan kesehatan psikologisremaja khususnya pada penderita gangguan stres pascatrauma. 1.4.2 Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi baru dan bermanfaat sebagai sumber pembelajaran di dunia pendidikan dalam materi tentang dampak bencana pada perkembangan psikologis remaja. 1.4.3 Peniliti Selanjutnya

Referensi

Dokumen terkait

Rumusan masalah penelitian ini adalah “Apakah kemampuan Berpikir Positif pada Remaja korban Erupsi Gunung Sinabung dapat meningkat dengan Pemberian Layanan

penanggulangan masalah pendidikan pada korban erupsi gunung sinabung adalah dengan. pemindahan seluruh siswa yang terdampak ke sekolah-sekolah yang tidak

Masyarakat Desa Mardingding korban erupsi Gunung Sinabung di Posko. Pengungsian Terong Peren Kecamatan Tiganderket

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan strategi bertahan hidup masyarakat Desa Mardingding korban erupsi Gunung Sinabung di Posko Pengungsian Terong

Kualitas Tidur Anak Usia Sekolah di Posko Pengungsian Erupsi Gunung Sinabung Kabupaten

Tujuan penelitian untuk menganalisis perilaku hidup bersih dan sehat serta penyakit berbasis lingkungan pada korban Erupsi Gunung Sinabung di posko

Berbasis Lingkungan pada Anak usia 6-12 Tahun Korban Erupsi Gunung. Sinabung di Posko Pengungsian Kabanjahe Kabupaten Karo

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan Perpustakaan Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memudahkan penulis dalam urusan administrasi dan pengadaan