• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Berbagai Sumber N Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tiga Varietas Kedelai (Glycine max (L.) Merill.) di Lahan Kering Chapter III VI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peran Berbagai Sumber N Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tiga Varietas Kedelai (Glycine max (L.) Merill.) di Lahan Kering Chapter III VI"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di lahan masyarakat Kelurahan Namo Gajah Kecamatan Medan Tuntungan, Sumatera Utara yang berada pada ketinggian + 25 meter diatas permukaan laut, mulai bulan Agustus 2016 sampai November 2016. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kedelai varietas Cikuray, Grobogan, Dering-1, biochar dari sekam padi , illetrisoy , pupuk N (Urea), air untuk menyiram tanaman, dan pestisida organik untuk mengendalikan hama dan penyakit kedelai, dan bahan lain yang mendukung penelitian ini.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul dan garu untuk membuka lahan dan membersihkan lahan dari gulma dan sampah, pacak sampel untuk tanda dari tanaman yang merupakan sampel, gembor untuk menyiram tanaman, meteran untuk mengukur luas lahan dan tinggi tanaman, timbangan untuk menimbang produksi tanaman, kalkulator untuk menghitung data, jangka sorong digital untuk mengukur diameter batang, alat tulis dan alat-alat lain yang mendukung pelaksanaan penelitian ini.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial dengan 2 faktor perlakuan yaitu :

Faktor I : Pemberian berbagai sumber N dengan 4 taraf , yaitu : N0 : tanpa pemberian N

(2)

N3 : Biochar sekam padi12 ton/ha ( pupuk N organik ) Faktor II : 3 (tiga) varietas kedelai dengan 3 taraf, yaitu :

V1 : Cikuray V2 : Grobogan V3 : Dering - 1 Maka Diperoleh 12 Kombinasi, yaitu :

N0V1 N1V1 N2V1 N3V1

N0V2 N1V2 N2V2 N3V2

N0V4 N1V3 N2V3 N3V3

Jumlah ulangan (Blok) : 3 ulangan

Jumlahplot : 36 plot

Ukuran plot : 200 cm x 200 cm

Jumlah tanaman per plot : 50 tanaman

Jarak tanam : 40cm x 20cm

Jumlah tanaman seluruhnya : 1800 tanaman Jumlah sampel per plot : 5 tanaman Jumlah sampel seluruhnya : 180 tanaman

Jarak antar plot : 50 cm

Jarak antar blok : 100 cm

Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam dengan model linear aditif sebagai berikut :

(3)

Dimana:

Yijk : Hasil pengamatan pada blok ke-i akibat perlakuan Pemberian Sumber N (N) jenis ke-j dan Varietas (V) pada jenis ke-k

µ : Nilai tengah ρi : Efek dari blok ke-i

αj : Efek Pemberian Sumber N (N) pada jenis ke-j βk : Efek Varietas (V) pada jenis ke-k

(αβ)jk : Interaksi antara Pemberian Sumber N (N) taraf ke-j dan Varietas (V) jenis ke-k

εijk : Galat dari blok ke-i, Pemberian Sumber N (N) ke-j dan Varietas (V) taraf ke-k

(4)

PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan

Diukur areal pertanaman yang akan digunakan, dibersihkan dari gulma yang tumbuh pada areal tersebut. Kemudian dibuat plot percobaan dengan ukuran 200 cm x 200 cm, serta jarak antar plot 30 cm dan jarak antar blok 50 cm dan parit drainase sedalam 30 cm untuk menghindari genangan air.

Aplikasi Sumber N Hayati

Sumber N hayati yang digunakan adalah illetrisoy. Inokulsi illetrisoy sebagai sumber Rhizobium sp. diberikan pada saat tanam dengan dosis 40 gr/8kg benih kedelai dengan cara merendam benih di dalam larutan illetrisoy selama + 15 menit.

Aplikasi Sumber N Anorganik

Sumber N anorganik yang digunakan adalah Urea dan . Urea diberikan pada saat tanam dan pada 30 HST dengan dosis yaitu 25 kg/ha pada saat tanam dan 25 kg/ha pada 30 HST. Pengaplikasian dilakukan dengan cara menabur urea pada larikan, kemudian ditutup dengan tanah

Aplikasi Sumber N Organik

Sumber N organik yang digunakan adalah Biochar sekam padi. Biochar diberikan pada saat 2 minggu sebelum tanam dengan dosis 4,8 kg/plot dengan mencampur dan meratakan biochar pada plot.

Penanaman

(5)

kedalaman antara 1,5 – 2 cm. Setiap lubang tanam diisi sebanyak 2 biji dan ditutup dengan tanah topsoil.

Pemupukan

Pemupukan dilakukan untuk menambah kandungan unsur hara didalam tanah khusus nya unsur hara P dan K. Untuk unsur hara K digunakan pupuk KCl dengan dosis 75 kg/ha dan untuk unsur hara P digunakan pupuk TSP dengan dosis 100 kg/ha.

Pemeliharaan Penyiraman

Penyiraman dilakukan pagi atau sore hari. Apabila terjadi hujan maka tanaman tidak perlu disiram.

Penyulaman

Penyulaman dilakukan untuk menggantikan tanaman yang mati dengan tanaman cadangan yang masih hidup. Penyulaman dilakukan pada saat tanaman berumur 1 minggu setelah tanam (MST).

Penjarangan

Penjarangan dilakukan dengan tujuan mengurangi tanaman yang lebih dari satu pada setiap lobang tanam dengan memotong pangkal batang pada tanaman tersebut. Penjarangan dilakukan pada saat tanaman berumur 2 minggu setelah tanam (MST).

Penyiangan

(6)

menggunakan cangkul dengan membersihkan gulma yang ada di lahan penelitian. Penyiangan dilakukan sesuai dengan kondisi lapangan.

Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dilakukan dengan penyemprotan insektisida organik. Sedangkan pengendalian penyakit dilakukan dengan fungisida organik. Masing-masing disemprotkan apabila tanaman terkena serangan pada 4 MST.

Pemanenan

Pemanenan dilakukan dengan cara memotong pangkal batang dengan menggunakan gunting atau pisau. Adapun kriteria panennya adalah sebagian besar daun telah menguning dan gugur, polong telah terisi penuh, umur tanaman 82-83 hari.

Peubah Amatan Tinggi Tanaman (cm)

Pengukuran tinggi tanaman dilakukan dari pangkal sampai titik tumbuh dengan menggunakan meteran, pengamatan tinggi tanaman kedelai ini di mulai setelah tanaman berumur 2 minggu setelah tanam (MST).

Diameter Batang (mm)

Pengamatan diameter batang diukur pada bagian batang bawah pada ketinggian 1 cm diatas permukaan tanah dengan menggunakan jangka sorong. Pengukuran dilakukan pada akhir fase vegetatif (6 MST).

Total Luas Daun (cm2)

(7)

Klorofil a, b dan Total Klorofil

Pengukuran kehijauan daun dilakukan pada akhir penelitian yaitu 6 MST, Klorofil diekstraksi dengan cara menggerus 1 gram daun lalu hasil gerusan di masukkan kedalam botol cuvet dan di tambahkan menggunakan ethanol 96%. Dibiarkan selama 2 hari lalu di saring dan di ambil hasil saringannya di masukkan ke cuvet lain. Lalu di ukur nilai klorofilnya menggunakan spektro-fotometer dengan panjang gelombang 649 nm untuk klorofil a dan 665 untuk klorofil b. Lalu hasilnya di masukkan ke rumus perhitungan untuk mendapatkan nilai klorofil.

Rumus menghitung klorofil : klorofil a = (13,7 D-665) – (5,67 D-649)

(mg/l) Klorofil b = (25,8 D-649) – 7,60 D-665 (mg/l) (Winstermans & Mots, 1995)

Jumlah Cabang Produktif (cabang)

Jumlah cabang produktif pada batang utama dihitung pada saat panen.Cabang yang dihitung adalah cabang yang memiliki polong.

Bobot Kering Tajuk

Bobot kering tajuk ditimbang pada akhir masa vegetatif. Tajuk diovenkan pada suhu 78oC sampai bobotnya konstan kemudian ditimbang.

Bobot Kering Akar

(8)

Jumlah Polong Per sampel ( Polong)

Perhitungan jumlah polong dilakukan dengan menghitung semua polong pada masing-masing tanaman sampel yang dilakukan setelah tanaman tersebut dipanen.

Jumlah Polong Berisi ( Polong )

Dihitung jumlah polong yang berisi tiap tanaman, yaitu polong yang berisi biji. Pada saat tanaman telah matang penuh, dihitung setelah panen.

Produksi per sampel

Perhitungan produksi per sampel dilakukan dengan cara menimbang bobot buah per tanaman sampel setiap perlakuan dengan menggunakan timbangan analitik.

Produksi Per plot

Perhitungan produksi per sampel dilakukan dengan cara menimbang bobot buah seluruh tanaman dalam satu plot dengan menggunakan timbangan analitik. Bobot 100 biji (gr)

(9)

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Tinggi Tanaman

Berdasarkan hasil pengamatan tinggi tanaman 2 - 6 MST dan sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 2, 4, 6 dan 10. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan varietas kedelai berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada 2, 3, 5 dan 6 MST. Sedangkan perlakuan berbagai sumber N dan interaksi antara kedua perlakuan (varietas dan berbagai sumber hara N) berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman.

(10)

Tabel 1. Tinggi Tanaman Pada Perlakuan Varietas dan Sumber N pengamatan yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5 % menurut Uji Berganda Duncan.

Klorofil Daun

(11)
(12)

Diameter Batang

Berdasarkan hasil pengamatan diameter batang dan sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 16. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan varietas kedelai, perlakuan dengan berbagai sumber N dan interaksi kedua perlakuan (varietas dan berbagai sumber hara N) berpengaruh tidak nyata terhadap diameter batang.

Tabel 3. Diameter Batang Pada Perlakuan Varietas dan Berbagai Sumber N Sumber N

(13)

Total Luas Daun

Berdasarkan hasil pengamatan total luas daun dan sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 18. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan varietas, berbagai sumber hara N dan Interaksi kedua perlakuan (varietas dan berbagai sumber hara N) berpengaruh tidak nyata terhadap total luas daun.

Pada Tabel 4. menunjukkan bahwa total luas daun pada perlakuan V1 (Varietas Cikurai) memiliki total luas daun tertinggi tinggi (2.315,89 cm2) dan terendah terdapat pada perlakuan V3 (Varietas Dering) (1.512,72 cm2). Aplikasi N2 (Urea) cenderung memiliki total luas tertinggi (2.393,63 cm2) dan terendah terdapat pada perlakuan N3 (Biochar) (1.694,59). Interaksi antara kedua perlakuan (varietas dan berbagai sumber N) tertinggi terdapat pada perlakuan V1 (Varietas Cikurai) dengan pemberian sumber hara N pada perlakuan N2 (Urea) (3.678,90 cm2) dan terendah terdapat pada perlakuan V3 (Varietas Dering) dengan pemberian sumber N pada perlakuan N1 (Illetrisoy) (1.187,98 cm2).

Tabel 4. Total Luas Daun Pada Perlakuan Varietas dan Berbagai Sumber N Sumber N

Tanpa Pemberian N (N0) 2038.22 1861.67 1515.02 1804.97

Illetrisoy 40 g/ 8kg Benih (N1) 2044.93 2368.68 1187.98 1867.20

Urea 50 kg/ ha (N2) 3678.90 2197.88 1304.12 2393.63

Biochar 2 ton/ ha (N3) 1501.52 1538.50 2043.77 1694.59

Rataan 2315.89 1991.68 1512.72

Jumlah Bintil Akar

(14)

(varietas dan berbagai sumber hara N) berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah bintil akar.

Pada Tabel 5. menunjukkan bahwa rataan jumlah bintil akar aktif tertinggi terdapat pada perlakuan V1 (Varietas Cikurai) (10,08 bintil) dan terendah pada perlakuan V2 (Varietas Grobogan) (8,17 bintil). Jumlah bintil akar aktif tertinggi pada perlakuan berbagai sumber N terdapat pada perlakuan N3 (Biochar) (9,78 bintil) dan yang terendah terdapat pada perlakuan N0 (Tanpa pemberian sumber hara N) (8,00 bintil). Interaksi antara kedua perlakuan (varietas dan berbagai sumber N) tertinggi terdapat pada perlakuan V1 (Varietas Cikurai) dengan pemberian Biochar (15,00 bintil) dan terendah terdapat pada perlakuan V2 (Varietas Grobogan) dengan pemberian Biochar dan tanpa sumber hara N (5,33 bintil).

(15)

pada perlakuan V2 (Varietas Grobogan) (1,50 bintil) dan jumlah bintil akar tidak aktif tertinggi pada perlakuan berbagai sumber N terdapat pada perlakuan N3 (Biochar) (2,89 bintil) dan yang terendah terdapat pada perlakuan N2 (Urea) (2,00 bintil). Interaksi antara kedua perlakuan (varietas dan berbagai sumber N) tertinggi terdapat pada perlakuan V1 (Varietas Cikurai) tanpa pemberian sumber hara N (3,67 bintil) dan terendah terdapat pada perlakuan V2 (Varietas Grobogan) dengan perlakuan N2 (Urea) (0,67 bintil).

Jumlah Cabang Produktif

Berdasarkan data hasil pengamatan jumlah cabang produktif dan sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 36. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan varietas, berbagai sumber hara N dan interaski kedua perlakuan (varietas dan berbagai sumber hara N) berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah cabang produktif.

Tabel 12. Jumlah Cabang Produktif Pada Perlakuan Varietas dan Berbagai Sumber Hara N

(16)

terdapat pada perlakuan pemberian Urea (3,49 cabang) dan yang terendah terdapat pada perlakuan pemberian Biochar (2,60 cabang). Interaksi antara kedua perlakuan (varietas dan berbagai sumber N) tertinggi terdapat pada perlakuan Varietas Grobogan dengan pemberian Illetrisoy (3,71 cabang) dan terendah terdapat pada perlakuan Varietas Dering dengan pemberian sumber hara N dari Biochar (1,66 cabang).

Bobot Biji per Sampel

Berdasarkan data hasil pengamatan bobot biji per sampel dan analisis sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 24. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan varietas, berbagai sumber hara N dan interaksi kedua perlakuan (varietas dan berbagai sumber hara N) berpengaruh tidak nyata terhadap bobot biji per sampel.

(17)

hara N (12,61 g). Interaksi antara kedua perlakuan (varietas dan berbagai sumber N) tertinggi terdapat pada perlakuan V2 (Varietas Grobogan) dengan pemberian Biochar (20,73 g) dan terendah terdapat pada perlakuan V2 (Varietas Grobogan) tanpa pemberian sumber hara N (10,27 g).

Bobot Kering Tajuk

Data hasil pengamatan rataan bobot kering tajuk pada dan analisis sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 26. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa, pada tanaman kedelai pada perlakuan varietas dan interaksi pada kedua perlakuan (varietas dan berbagai sumber hara N) berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering tajuk, sedangkan perlakuan berbagai sumber N berpengaruh nyata terhadap bobot kering tajuk.

Tabel 7. Bobot Kering Tajuk Pada Perlakuan Varietas dan Berbagai Sumber Hara N pengamatan yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5 % menurut Uji Berganda Duncan.

(18)

(8,09 g) dan N3 (Biochar) (6,20 g). Interaksi antara kedua perlakuan (varietas dan berbagai sumber N) tertinggi terdapat pada perlakuan varietas V3 (Varietas Dering) (13,49 g) tanpa pemberian sumber hara N dan terendah terdapat pada perlakuan V3 (Varietas Dering) dengan perlakuan N3 (Biochar) (3,95 g).

Bobot Kering Akar

Data hasil pengamatan bobot kering akar dan sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 28. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan varietas, berbagai sumber N dan interaksi pada kedua perlakuan (varietas dan berbagai sumber hara N) berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering akar.

Tabel 8. menunjukkan bahwa perlakuan V2 (Varietas Grobogan) cenderung memberikan jumlah rataan bobot kering akar tertinggi (0,99 g) dan rataan terendah terdapat pada perlakuan V1 (Varietas Cikurai) (0,77 g). Pada Berbagai sumber hara N pemberian Urea memiliki bobot kering akar tertingi (1,05 g) dan terendah terdapat pada perlakuan N3 (Biochar) (0,72 g). Interaksi varietas grobogan dengan urea memberikan bobot kering akar tertinggi (1,21 g) sedangkan interaksi varietas dering dengan biochar (0,39 g) memberikan bobot kering akar terendah.

(19)

Jumlah Polong Berisi

Data hasil pengamatan jumlah polong berisi dan sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 30. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa, varietas kedelai dan interaksi antara kedua perlakuan (varietas dan berbagai sumber N) berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah polong berisi. Sedangkan perlakuan berbagai sumber N berpengaruh nyata terhadap jumlah polong berisi.

Tabel 9. Jumlah Polong Berisi Pada Perlakuan Varietas dan Berbagai Sumber pengamatan yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5 % menurut Uji Berganda Duncan.

(20)

terendah terdapat pada perlakuan V3 (Varietas Dering) dengan pemberian sumber hara N urea (34,89 polong).

Bobot 100 Biji

Berdasarkan data hasil pengamatan bobot 100 biji dan analisis sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 32. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa, tanaman kedelai pada perlakuan beberapa varietas berpengaruh nyata terhadap bobot 100 biji. Sedangkan perlakuan berbagai sumber N dan interaksi pada kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap bobot 100 biji.

Tabel 10. Bobot 100 Biji Pada Perlakuan Varietas dan Berbagai Sumber Hara N Sumber N

pengamatan yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5 % menurut Uji Berganda Duncan.

(21)

sumber hara N Illetrisoy (20,21 g) dan terendah terdapat pada perlakuan V1 (Varietas Cikurai) dengan pemberian sumber hara N biochar (11,73 g).

Bobot Biji per Plot

Berdasarkan data hasil pengamatan bobot biji per plot dan analisis sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 34. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa, tanaman kedelai pada perlakuan beberapa varietas berpengaruh nyata terhadap bobot biji per plot. Sedangkan perlakuan berbagai sumber N dan interaksi pada kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap bobot biji per plot.

Tabel 11. Bobot Biji Per Plot Pada Perlakuan Varietas dan Berbagai Sumber Hara N pengamatan yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5 % menurut Uji Berganda Duncan.

(22)

perlakuan V3 (Varietas Dering) dengan pemberian sumber hara N biochar (437,77 g).

Pembahasan

Respons Varietas Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Kedelai (Glycine max (L.) Merill) di Lahan Kering

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa perlakuan varietas pada 2,3,5 dan 6 MST berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman. Dan Perlakuan varietas berpengaruh nyata juga terhadap bobot 100 biji dan bobot biji per plot hal ini disebabkan karena faktor genotif dari setiap varietas yang berpengaruh terhadap interaksi dilingkungan dimana faktor lingkungan berpengaruh penting terhadap pertumbuhan tanaman kedelai. Hal ini sesuai dengan literatur Adisarwanto (2005) yang menyatakan bahwa varietas berperan penting dalam produksi kedelai, karena untuk mencapai hasil yang tinggi sangat ditentukan oleh potensi genetiknya. Potensi hasil di lapangan dipengaruhi oleh interaksi antara faktor genetik dengan pengelolaan kondisi lingkungan. Bila pengelolaan lingkungan tumbuh tidak dilakukan dengan baik, potensi hasil yang tinggi dari varietas unggul tersebut tidak dapat tercapai.

(23)

Berdasarkan hasil penelitian perlakuan varietas berpengaruh tidak nyata terhadap kehijauan daun, diameter batang, total luas daun, jumlah bintil akar, bobot biji per sampel, bobot kering akar, jumlah polong berisi dan jumlah cabang produktif. sifat genetik masing-masing varietas berkaitan dengan kemampuan tanaman beradaptasi terhadap lingkungan di lahan kering. Sebagaimana dikemukakan Loveless (1989) bahwa suatu penampilan yang ditunjukkan oleh individu tidak hanya disebabkan oleh genotif atau hanya oleh lingkungan untuk mengekspresikannya. Jika dua individu dipelihara dalam lingkungan yang sama maka perbedaan apapun yang akan muncul pasti disebabkan oleh genotifnya. Respons Pemberian Berbagai Sumber Hara N Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Kedelai (Glycine max (L.) Merill) di Lahan Kering

Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa pemberian berbagai sumber N hanya berpengaruh nyata terhadap bobot kering tajuk dan jumlah polong berisi. Hal ini dikarenakan kemampuan simbiosis yang efektif yang mana mampu menambat nitrogen dari udara secara maksimal, yang mengakibatkan pertumbuhan tanaman lebih baik. Hal ini didukung oleh pernyataan Pasaribu dan Simanjuntak (1983) mengemukakan bahwa simbiosis yang efektif dan efisien akan menghasilkan N tertambat yang tinggi, dimana N dapat digunakan oleh tanaman untuk tumbuh dan berkembang, sehingga pertumbuhannya akan menjadi lebih baik.

(24)

dikarenakan unsur hara N ketersediaanya dalam tanah mudah sekali hilang sehingga kekurangan nitrogen dalam tubuh tanaman tidak hanya menyebabkan kekerdilan, tetapi juga menghentikan pertumbuhan tanaman hal ini sesuai dengan literatur Damanik dkk. (2010) yang menyatakan bahwa Unsur nitrogen merupakan unsur hara esensial bagi tanaman namun ketersediaanya dalam tanah mudah sekali hilang. Kehilangan nitrogen dari tanah dalam bentuk gas (N2, N2O, NO, dan NH3) yaitu dengan cara denitrifikasi, volatilisasi amonium, pencucian, dan hilang bersama panen. Dengan demikian kekurangan nitrogen dalam tubuh tanaman tidak hanya memyebabkan kekerdilan, tetapi juga menghentikan pertumbuhan tanaman.

Berdasarkan hasil penelitian bahwa pemberian sumber hara N dengan perlakuan pemberian Urea berpengaruh nyata terhadap bobot kering tajuk pada 3 varietas yaitu varietas cikurai, varietas grobogan dan varietas dering hal ini dikarenakan pupuk anorganik berupa urea memiliki kandungan hara N yang tinggi dan cepat diserap oleh akar tanaman. Hal ini sesuai dengan lieratur Afrianti (2013) yang menyatakan bahwa pemberian pupuk urea sebagai sumber N merupakan perlakuan yang memberikan respon terbaik terhadap tanaman hal ini dikarenakan pupuk anorganik mengandung unsur N yang lebih tinggi dan cepat tersedia dan diserap oleh akar.

(25)

pupuk hayati rakitan Balai Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan umbi-umbian yang berisi mikroba-mikroba yang bermanfaat untuk pertumbuhan dan produksi kedelai.

Interaksi Antara Tiga Varietas Dengan Pemberian Berbagai Sumber Hara N Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Kedelai (Glycine max (L.) Merill) di Lahan Kering

(26)

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Varietas berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada 2,3,5 dan 6 mst, bobot 100 biji dan bobot biji per plot sedangkan varietas berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman 4 mst, kehijauan daun, diameter batang, total luas daun, jumlah bintil akar, bobot biji per sampel, bobot kering tajuk, bobot kering akar, jumlah polong berisi dan jumlah cabang produktif.

2. Pemberian berbagai sumber hara N berpengaruh nyata terhadap bobot kering tajuk dan jumlah polong berisi. Pemberian berbagai sumber hara N berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman, kehijauan daun, diameter batang, total luas daun, jumlah bintil akar, bobot biji per sampel, bobot kering akar, bobot 100 biji, bobot biji per plot dan jumlah cabang produktif.

3. Interaksi tiga varietas terhadap pemberian berbagai sumber hara N berpengaruh tidak nyata terhadap semua peubah amatan.

Saran

Gambar

Tabel 1. Tinggi Tanaman Pada Perlakuan Varietas dan Sumber N
Tabel 2. Klorofil Daun Pada Perlakuan Varietas dan Sumber Hara N
Tabel 3. Diameter Batang Pada Perlakuan Varietas dan Berbagai Sumber N
Tabel 4. Total Luas Daun Pada Perlakuan Varietas dan Berbagai Sumber N
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pemberian berbagai dosis kompos azolla berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, cabang produktif, bobot basah tajuk, bobot kering tajuk, bobot basah akar, bobot

(Merill)) dengan perbedaan waktu tanam dan pemberian mikoriza serta interaksi tiga varietas dan pemberian mikoriza berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah biji per

Pengaruh Waktu Pencucian dan Varietas terhadap Bobot Kering Batang, Daun, Akar dan Bintil pada 6 MST. Perlakuan

Perlakuan pupuk tidak memberikan pengaruh nyata, namun dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa dari semua varietas yang ditanam pada perlakuan pupuk kotoran sapi

Sedangkan varietas Grobogan dan Gepak Kuning dengan dosis 7 g kg -1 benih tidak berbeda nyata akan tetapi lebih baik dibandingkan perlakuan lainnya pada

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan naungan berpengaruh nyata terhadap luas daun 42 hst, bobot kering tajuk, panjang akar, bobot kering tanaman 63 hst, bobot segar tanaman

Tabel 1 menunjukkan bahwa jumlah cabang produktif tertinggi terdapat pada perlakuan Sinabung (5.22 cabang) berbeda nyata terhadap Anjasmoro (3.67 cabang) dan

Hasil penelitian menuqjukkan bahwa varietas kedelai dan pemberian pupuk kandang sapi berpengaruh nyata terhadap jumlah polong/sampel, bobot biji kering/sampel, bobot