• Tidak ada hasil yang ditemukan

T IPS 1402444 Chapter 5

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T IPS 1402444 Chapter 5"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Pentingnya ketercapaian kompetensi – kompetensi dalam

kurikulum 2013, karena hal tersebut menjadi bekal bagi peserta didik

untuk masa depannya kelak. Masa depan Indonesia ditentukan oleh

keberhasilan generasi mudanya masa kini. Kelak mereka lah yang

memimpin dan membangun negara ini. Oleh karena itu pemerintah

mengembangkan kurikulum ini sebagai persiapan masa depan Indonesia

yang lebih gemilang, seperti yang telah diharapkan seluruh masyarakat

saat ini yaitu generasi emas Indonesia tahun 2045. Pada tahun itu

diharapkan Indonesia menjadi negara yang maju, rakyatnya yang makmur,

dan berdikari.

Semua orang setuju untuk mencapai semua itu harus ada perbaikan

dalam diri masyarakatnya. Perbaikan dalam diri masyarakat tersebut

diantaranya adalah dalam ranah pengetahuan, sikap dan keterampilan.

Sesuai dengan tujuan IPS yang diungkapkan oleh Barr dkk. (1987) yakni “...understanding, attitude and skills...”. Ketiganya bersinergi membangun manusia Indonesia yang maju. Perbaikan tersebut hanya bisa dilakukan

hanya oleh pendidikan.

Berdasarkan latar belakang penelitian yang secara teoritis telah

disampaikan pada Bab sebelumnya oleh peneliti, penelitian ini ditujukan

untuk mengetahui bagaimana ketercapaian kompetensi inti yang telah

dicanangkan oleh pemerintah melalui kemendikbud sebagai salah satu

standar kelulusan (SKL kurikulum 2013) peserta didik dalam suatu

program pendidikan formal di sekolah, khususnya di SMP Negeri di kota

Bandung. Standar kelulusan adalah aturan baku dari pemerintah yang

(2)

program pendidikan. Dilaksanakannya survey penelitian ini ialah untuk

mengetahui pengaruh penggunaan model – model pembelajaran kurikulum

2013 dalam pencapaian kompetensi inti.

Pertama, gambaran penggunan variasi model pembelajaran bukan

berarti ketiga model pembelajaran digunakan secara sekaligus dalam

setiap pertemuan. Tetapi model – model pembelajaran tersebut diterapkan

dalam pembelajaran secara bergantian yang disesuaikan dengan materi

pembelajaran dan kegiatan belajarnya. Misalkan pada materi pelajaran

berdasarkan KD (kompetensi dasar) 1 guru menggunakan problem based

learning sebagai model pembelajarannya. Selanjutnya pada KD 2, KD 3

dan seterusnya mengunakan model pembelajaran yang berbeda dengan

yang sebelumnya, bisa discoveri based learning atau project based

learning. Implementasi model pembelajaran ini bisa lebih dari satu kali

pertemuan sesuai dengan lamanya jam pelajaran untuk menerapkan materi

belajarnya yang telah direncanakan dalam program semester atau dalam

RPP yang dibuat guru. Ketiga model pembelajaran tersebut digunakan

secara berulang – ulang menyesuaikan dengan kegiatan belajar yang lebih

bermakna dan menantang bagi peserta didik.

Walaupun tidak ada pelarangan untuk memggunakan satu model

pembelajaran saja, sebaiknya dalam implementasi model – model

pembelajaran ini dilaksanakan secara bergaintian setiap pertemuan atau

materi yang diajarakan. Hal ini adalah untuk menghindari kejenuhan

peserta didik dalam belajar. Dapat dibayangkan jika guru menerapkan

hanya satu model pemebelajaran saja untuk semua materi pelajaran dalam

satu semester, dipastikan peserta didik akan merasa jenuh dalam belajar

karena kegiatannya hanya itu – itu saja. Dalam belajar pun harus ada

variasi, agar kegiatan belajar menyenangkan. Belajar yang menyenangkan

bukan hanya akan menambah motivasi belajar anak tetapi juga

meningkatkan pemahaman dan daya ingat peserta didik.

Kedua, pengaruh variasi model pembelajaran menunjukan hasil

(3)

pencapaian kompetensi inti. Jadi semakin bervariasi penggunaan model

pembelajaran maka semakin efektif pencapaian kompetensi inti. Berikut

hasil penelitian mengenai capaian atau efektifitas penggunaan model

pembelajaran secara statistik yang dideskripsikan pada tiap – tiap model

pembelajaran.

penggunaan model pembelajaran dicovery-inquiry based learning

hasilnya menunjukan secara positif ada pengaruh pencapaian kompetensi

inti melalui penggunaan model pembelajaran ini. Secara perhitungan,

besar pengaruh variabel discovery-inquiry based learning terhadap

kompetensi inti mencapai 20,9%. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan

oleh Mettler dan didukung oleh Rahmalian bahwa pembelajaran

menggunakan model ini dipusatkan kepada peserta didik untuk

menemukan materi pelajaran. Sehingga pembelajaran IPS ini akan lebih

bermakna bagi peserta didik. Karena peserta didik berusaha merangkai

sendiri pemahamannya akan materi pelajaran itu dan hal tersebut akan

diingat lebih lama dibanding dengan pembelajaran yang disajikan oleh

guru dengan metode ceramah. Artinya belajar yang berdasarkan

pengalaman sendiri akan lebih melekat dalam pikiran peserta didik

tersebut. Sedangkan untuk hasil survey terkait model pembelajaran yang

paling disukai peserta didik, menunjukan 30,0% responden atau sebanyak

85 peserta didik menjawab discovery-inquiry based learning sebagai

model pembelajaran yang paling disukai. Dengan demikian ada model

pembelajaran lain yang lebih disukai oleh peserta didik lainnya.

Penggunaan model pembelajaran problem based learning hasilnya

menunjukan secara positif ada pengaruh pencapaian kompetensi inti

melalui penggunaan model pembelajaran ini. Secara perhitungan, besar

pengaruh variabel problem based learning terhadap kompetensi inti

mencapai 23,9%. Model pembelajaran ini memberikan kesempatan peserta

didik untuk berusaha berfikir secara kritis membangun pemahaman dan

mencari solusi atas permasalahan sosial yang sedang ia pelajari. Tentunya

(4)

merasa tertantang dalam belajar sesuai dengan tujuan pembelajaran IPS.

Hal ini serupa dengan yang diungkapkan oleh Arends, menurutnya

pembelajaran berbasis masalah merupakan salah satu model pembelajaran

yang digunakan untuk meningkatkan level berpikir tinggi. Gagne

menguatkan model pembelajaran ini memungkinkan seseorang untuk

meningkatkan kemandirian dalam berfikir. Adanya tantangan dalam

belajar IPS akan membuat peserta didik tidak akan merasa bosan dalam

belajar. Sedangkan hasil survey terkait model pembelajaran yang paling

disukai peserta didik menunjukan 30,4% responden atau sebanyak 86

peserta didik menjawab problem based learning sebagai model

pembelajaran yang paling disukai. Dengan demikian ada model

pembelajaran lain yang lebih disukai oleh peserta didik lainnya.

Penggunaan model pembelajaran project based learning Hasilnya

menunjukan secara positif ada pengaruh pencapaian kompetensi inti

melalui penggunaan model pembelajaran ini. Secara perhitungan, besar

pengaruh variabel project based learning terhadap kompetensi inti

mencapai 30,7%. Model pembelajaran ini berbeda dengan dua model

pembelajaran sebelumnya. Model pembelajaran ini dapat lebih

mengexplorasi kemampuan peserta didik dalam berfikir dan menerapkan

hasil pemikirannya kedalam suatu proyek yang ia kerjakan. Hal ini serupa

dengan yang duingkapkan oleh Harun, bahwa pembelajaran berbasis

proyek adalah sebuah model kegiatan dikelas yang berbeda dengan

biasanya. Kegiatan pembelajaran berbasis proyek berjangka waktu lama,

antardisiplin, berpusat pada peserta didik dan terintegrasi dengan masalah

dunia nyata. Hasil survey untuk model pembelajaran ini pun menunjukan

hasil yang lebih besar dibanding dengan dua model pembelajaran

sebelumnya. Untuk hasil survey model ini pembelajaran ini menunjukan

39,6% responden atau sebanyak 112 peserta didik menjawab project based

learning sebagai model pembelajaran yang paling disukai.

Berdasarkan keseluruahan hasil penelitian, model project based

(5)

pembelajaran yang paling disukai oleh peserta didik. Loading factor-nya

pun menunjukan nilai yang lebih besar diantara model lainya dengan

perolehan 0,89 yang mengindikasikan terdapat proporsi variance yang

tinggi. Dan kompetensi yang paling tinggi tingkat ketercapaiannya ialah

kompetensi spiritual. Yang dibuktikan dengan nilai loading factor-nya

yang mencapai 0.90. Dimana nilai ini jauh lebih besar daripada

kompetensi inti lainnya. Hal ini mengindikasikan terdapat proporsi

variance yang untuk kompetensi spiritual.

B. Saran

Pada bagian ini, peneliti mengajukan saran bagi beberapa pihak

yang terkait dengan penelitian ini. Berdasarkan pengalaman peneliti

malaksanakan survey pengaruh penggunaan variasi model pembelajaran

kurikulum 2013 terhadap ketercapaian kompetensi inti pada mata

pelajaran IPS di SMP Negeri kota Bandung adalah sebagai berikut:

Bagi peneliti sendiri penelitian ini memberikan informasi bahwa

penggunaan variasi model pembelajaran menunjukan adanya efektivitas

terhadap pencapaian kompetensi inti. Hal ini memotivasi peneliti sebagai

guru untuk menerapakan pembelajaran menggunakan model pembelaran

yang bervariasi. Agar pembelajaran tercapai secara efektiv yakni guru dan

peserta didik tidak jenuh dalam belajar dan pencapaian kompetensi yang

harus diraih oleh peserta didik pun teraih secara efektiv.

Bagi pihak sekolah, mengingat pentingnya penerapan variasi

model pembelajaran kurikulum 2013, karena model – model pembelajaran

yang telah diajukan dalam kurikulum 2013 telah menjadi aturan baku yang

harus diterapkan dalam pembelajaran pada setiap mata pelajaran, termasuk

mata pelajaran IPS. Model – model pembelajaran ini juga mendukung

pendekatan scientific, dimana pendekatan ini pun merupakan pendekatan

yang wajib dilaksanakan dalam pembelajaran kurikulum 2013. Alangkah

(6)

model – model pembelajaran ini. Jika ada guru yang masih kesulitan

dalam melaksanakan pembelajaran mengunakan variasi model – model ini

sebisa mungkin sekolah melaksanakan pelatihan dan pembekalan bagi

guru – guru tersebut, seperti in hause trainning, MGMP dan lain – lain.

Bagi pihak guru, variasi model pembelajaran kurikulum 2013 jika

diterapkan dengan sungguh-sungguh dan baik, maka proses pembelajaran

di kelas akan lebih bermakna, karena pembelajaran bersifat student center.

Dimana kegiatan belajar berfokus pada peserta didik untuk mencari

penemuan – penemuan baru dalam belajar. Pencapaian tujuan belajar pun

bisa dicapai dengan optimal, seperti hasil survey dalam penelitian ini yang

menunjukan bahwa variasi model – model pembelajaran kurikulum 2013

berpengaruh signifikan terhadap ketercapaian kompetensi inti. Dimana

kompetensi ini ini sebagai salah satu dari standar kelulusan peserta didik.

Bilamana ada guru yang masih kesulitan dalam penerapan variasi model

pembelajaran kurikulum 2013 ini, jangan diam dan pasrah saja. Tetapi

harus dipelajari, bahkan jangan sungkan untuk bertanya atau minta

bantuan rekan sejawat, pihak sekolah atau pihak lainnya yang sudah lebih

paham terlabih dahulu untuk mempelajari model – model pembelajaran

ini.

Bagi pihak peserta didik, variasi model pembelajaran kurikulum

2013 ini memberikan kesempatan untuk lebih mengembangkan

kemampuannya dalam belajar. Konsep belajar pada model ini disandarkan

pada konsep belajar konstruktivistik. Dimana belajar kontruktivistik

memfasilitasi peserta didik untuk merangkai pemahaman terhadap materi

pelajaran, berdasarkan proses belajar mandiri atau pun belajar secara

kooperatif. Hal ini sangat berguna, belajar dengan cara demikian dapat

meningkatkan level berfikir, cara belajar, menemukan konsep – konsep

atau hal baru dan dapat lebih mengingat materi pelajaran karena apa yang

dipelajari oleh peserta didik ditemukan sendiri oleh peserta didik, bukan

(7)

Bagi peneliti selanjutnya, peneliti berharap hasil dari penelitian ini

dapat menjadi rujukan dalam penelitiannya. Tidak hanya itu peneliti

berharap penelitian ini dapat dikembangkan lebih lanjut agar ada

pengembangan pendidikan Indonesia ke arah yang lebih baik.

Untuk pengembangan penelitian ini, diharapkan agar peneliti

selanjutnya merencanakan penelitian lebih matang, dan dikembangkan

dengan menggunakan metode penelitian kualitatif. Agar mendapat hasil

penelitian yang tidak salah arah, lebih mendalam dan tidak terdapat

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas penggunaan model Problem Based Learning terhadap critical thinking peserta didik pada pembelajaran

penelitian ini adalah “Meningkatkan Pemahaman Perilaku Green Consumer Peserta Didik melalui Project-Based Learning dalam Pembelajaran IPS”. Sebagai

MENINGKATKAN PEMAHAMAN PERILAKU GREEN CONSUMER PESERTA DIDIK MELALUI PROJECT-BASED LEARNING DALAM PEMBELAJARAN IPS. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Diantaranya adalah 1 Penelitian yang berjudul "Analisis Penggunaan Model Pembelajaran Project Based Learning dalam Peningkatan Keaktifan Peserta didik" Anggraini & Wulandari, 2021; dan

Pada proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan model pembelajaran Project Based Learning PjBL, guru adalah fasilitator bagi para peserta didik dengan tujuan agar peserta didik

PENGERTIAN PROJECT BASED LEARNING • Project based learning PjBL adalah model pembelajaran yang menjadikan peserta didik sebagai subjek atau pusat pembelajaran, menitikberatkan proses

Pada penggunaan model pembelajaran Project Based Learning PjBL ini pembelajaran dilakukan dengan mengedepankan pengalaman yang dimiliki oleh peserta didik dengan diberikannya waktu

Pengertian Project Based Learning PjBL Project Based Learning PjBL atau pembelajaran berbasis proyek adalah model pembelajaran yang memungkinkan peserta didik belajar melalui