8
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Komunikasi
Komunikasi (communicaton) berasal dari bahsa latin communis yang
berarti sama. Communico, communicatio atau communicare yang berarti membuat
sama (make to common). Secara sederhana komunikasi dapat dikatakan apabila
terjadi kesamaan anatara penyampaian pesan dan orang yang menangkap/menerima pesan. Oleh karena itu komunikasi bergantung pada kamampuan kita untuk dapat
memahami satu dengan yang lainnya (communication depens on our ability to understand one another) dan kemampuan penyesuaian dengan pihak yang diajak
berkomunikasi. (Agus Hermawan, 2012 : 4).
Berikut adalah definisi komunikasi menurut para ahli, antara lain :
Bernard Barelson dan Garry A. Steiner. Komunikasi adalah proses transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan sebagainya
dengan menggunakan simbol-simbol, kata-kata, gambar, grafis, angka,
dan sebagainya.
Carl I. Hovland. Komunikasi adalah suatu proses yang memungkinkan seseorang menyampaikan rangsangan (biasanya dengan menggunakan lambang verbal) untuk mengubah perilaku orang lain.
Colin Cherry. Komunikasi adalah proses dimana pihak-pihak saling menggunakan informasi dengan untuk mencapai tujuan bersama dan
komunikasi merupakan kaitan hubungan yang ditimbulkan oleh penerus
rangsangan dan pembangkitan balasannya.
Everett M. Rogers. Komunikasi adalah proses suatu ide dialihkan dari satu sumber kepada satu atau banyak penerima dengan maksud untuk
mengubah tingkah laku mereka.
Gerald R. Miller. Komunikasi terjadi saat satu sumber menyampaikan pesan kepada penerima dengan niat sadar untuk memengaruhi perilaku
9 New Comb. Komunikasi adalah transmisi informasi yang terdiri dari
rangsangan diskriminatif dari sumber kepada penerima.
William J. Seller. Komunikasi adalah proses dimana simbol verbal dan nonverbal dikirimkan, diterima dan diberi arti.
Harold D. Lasswell. Komunikasi adalah siapa yang menyampaikan, apa yang disampaikan, melalui saluran apa, kepada siapa, dan apa
pengaruhnya.
2.2 Komunikasi Politik
Pengertian komunikasi politik menurut Dan Nimmo Politik berasal
dari kata polis yang berarti negara, kota, yaitu secara totalitas merupakan
kesatuan antara negara (kota) dan masarakatnya. Kata polis ini berkembang menjadi politicos yang artinya kewarganegaraan. Dari kata politicos
menjadi politera yang berarti hak-hak kewarganegaraan.1 Komunikasi Politik adalah Proses komunikasi untuk mempengaruhi pengetahuan,
kepercayaan-kepercayaan dan tindakan publik terkait dengan
persoalan-persoalan politik (Swanson & Nimmo, 1990:9) dalam Ispandiarno (2014 :
13). Pola komunikasi politik seperti ini cenderung terjadi secara top-down,
dari struktur-struktur politik kepada masyarakat. Namun, komunikasi
politik juga terjadi secara bottom-up, dari masyarakat kepada para elit
politik terlebih dengan hadirnya media baru sekarang. Tujuannya adalah
untuk mempengaruhi proses dan kebijakan politik pada lembaga-lembaga politik tersebut.
Komunikasi politik, menurut Dahlan (1999) ialah suatu bidang atau
disiplin yang menelaah perilaku dan kegiatan komunikasi yang bersifat
poltik mempunyai akibat politik, atau berpengaruh terhadap perilaku politik. Dengan demikian, pengertian komunikasi politik dapat dirumuskan
sebagai suatu proses pengoperan lambang-lambang atau simbol-simbol komunikasi yang berisi pesan-pesan dengan tujuan untuk membuka
10 wawasan atau cara pikir, serta memengaruhi sikap dan tingkah laku
khalayak yang menjadi target politik.2
Definisi lain tentang komunikasi politik menurut Denton dan
Woodward (Mcnair) (2003 :4) dalam Ispandiarno (2014 : 13) yang
memandang komunikasi politik bukan hanya sebagai komunikasi dari
aktor-aktor politik kepada pemilih dengan maksud untuk mencapai tujuan
tertentu, tetapi juga komunikasi yang ditujukan kepada para politisi oleh
pemilih dan kolumnis surat kabar, serta komunikasi tentang aktor-aktor
politik dan aktivitas mereka, sebagaimana terdapat pada berita, editorial, dan bentuk diskusi politik media lainnya.
Beberapa fungsi dari komunikasi politik menurut McNair (2003:21) dalam Prof Dr Hafied Cangara, M.Sc (2009:39) memiliki lima fungsi dasar,
yakni sebagai berikut:
1. Memberikan informasi kepada masyarakat apa yang terjadi di
sekitarnya. Di sini media komunikasi memiliki fungsi pengamatan
dan juga fungsi monitoring apa yang terjadi dalam masyarakat.
11 anjing penjaga (watchdog) sebagaimana pernah terjadi dalam
kasus mundurnya Nixon sebagai Presiden Amerika karena terlibat dalam kasus Watergate.
5. Dalam masyarakat yang demokratis, media politik berfungsi
sebagai saluran advokasi yang bsia membantu agar kebijakan dan
program-program lembaga politik dapat disalurkan kepada media
massa.
Menurut Littlejohn didalam komunikasi terdapat level atau tingkatan komunikasi yakni Komunikasi Antar Personal, Komunikasi Kelompok,
Komunikasi Organisasi, dan Komunikasi Massa. Komunikasi Antar Personal
adalah komunikasi yang melibatkan antar sesama orang atau incidividu dan biasanya face to face. Komunikasi Kelompok adalah komunikasi atau hubungan
antar individu didalam kelompok kecil. Dan biasanya digunakan untuk pengambilan keputusan. Komunikasi Organisasi lebih kompleks lagi, karena
hubungannya tidak hanya melibatkan antar individu akan tetapi antara individu dan kelompok. Sedangkan Komunikasi Massa adalah komunikasi yang melibatkan
ranah publik, dan memuat banyak hubungan yakni hubungan antarpersonal,
kelompok dan organisasi.3
Harold D. Laswell menyatakan bahwa cara terbaik untuk menerangkan
proses komunikasi ilah dengan menjawab pertanyaan : Who Says What, In Which Channel, To Whom, With What Effect (Siapa Mengatakan Apa, Melalui Siaran,
Kepada Siapa, dan Dengan Efek Apa). Jawaban dari pertanyaan tersebut menunjukan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban pertanyaan
yang diajukan, yakni:
1. Komunikator (Communicator, source, sender)
2. Pesan (Message)
3. Media (Channel, media)
4. Komunikan (Communicant, communicare, receiver, recipient)
12 5. Efek (effect, impact, influence)
2.3 Media Sebagai Strategi Komunikasi Politik
Keberhasilan kegiatan komunikasi secara efektif banyak ditentukan oleh
penentuan strategi. Namun sebelum melihat ke arah yang lebih jauh, ada baiknya
kita mengerti apa sebenarnya media sebagai strategi komunkasi politik itu.
Metode POST (People, Objectives, Strategy, Technology) :
1. People
Kenali terlebih dulu siapa kita dan siapa konstituen/pendukung kita.
Identifikasi juga stakeholder dan influencer kita. Apa yang akan kita
tawarkan untuk mereka? Pesan apa yang ingin di bangun dan di sampaikan? Siapa kompetitor dan apa saja yang telah mereka lakukan di social media?
Survei dan penggunaan data dalam hal ini sangat penting, khususnya di wilayah pemilihan masing- masing.
2. Objectives
Tetapkan tujuan-tujuan dan target yang ingin dicapai melalui social media. Misalnya untuk penggalangan dana, mencari relawan dan
kontributor, mendorong pemilih, dan sebagainya. Namun, perlu diingat
bahwa tujuan utama membangun kehadiran social media adalah untuk
menjangkau dan membangun hubungan lebih baik dengan para konstituen
dan pendukung. Dan hubungan yang baik tidak bisa diraih dalam sekejap,
tapi membutuhkan proses.
13 Strategi di sini berfungsi untuk menyusun langkah-langkah yang
akan dilakukan selama kampanye. Bagaimana cara terlibat dengan konstituen dan pendukung kita? Bagaimana strategi kontennya? Seberapa
sering konten akan di-update dan siapa yang akan bertanggung jawab
membuat konten, membagi dan merespon?
Banyaknya fan di Facebook, follower di Twitter atau visitor di
website/blog bukan parameter keberhasilan kampanye. Hal terpenting
dalam strategi adalah bagaimana memberdayakan para pendukung online menjadi relawan-relawan nyata dan melakukan tindakan-tindakan nyata
yang mendukung suksesnya kampanye.
4. Technology
Langkah terakhir yang perlu dipersiapkan yaitu memilih saluran
atau platform apa saja yang akan digunakan serta peralatan untuk
memonitor dan mengukurnya. Misalnya Facebook, Twitter, YouTube,
Blog, dan sebagainya. Ingat, tidak semua platform sosial media sesuai untuk
kampanye kita. Pilih platform dimana konstituen dan pendukung Anda
paling banyak menggunakan dan secara aktif berpartisipasi.
Menggunakan sosial media sebagai alat kampanye politik relatif lebih
murah dibanding kampanye tradisional lainnya seperti iklan di media massa
(televisi, radio, surat kabar/majalah), pengumpulan massa, spanduk, poster dan
brosur. Kuncinya terletak pada keterlibatan Anda dengan konstituen dan
pendukung Anda serta komitmen untuk meluangkan waktu secara online.
Komunikator pengertiannya sendiri dalam komunikasi politik sama dengan pengertian komunikator dalam proses komunikasi, yaitu yang bertindak sebagai
sumber penyampaian pesan kepada komunikan sebagaimana dalam proses
14 bentuk individu (individu source) dam kelompok (collective source).4 Komunikator juga merupakan pihak yang menggunakan media massa dengan teknologi modern yang bertujuan untuk menyebarluaskan suatu informasi yang dapat ditangkap
dengan cepat oleh publik. Komunikator politik ini juga bisa berperan sebagai
penyampaian informasi secara langsung terhadap publik serta bisa menggunakan
alat media massa dengan tujuannya adalah menyebarkan informasi, pemahaman,
wawasan, serta solusi kepada masyarakat luas tanpa diketahui keberadaannya.5 Pesan adalah informasi, berita, isu yang bermuatan politik yang
disampaiakn oleh komunikator kepada komunikan yang bertujuan untuk mencari persamaan makna atau persepsi. Adapun dengan Pesan Politik yang sangat penting
di dalam unsur komunikasi politik. Pesan biasanya berisikan tentang gagasan atau ide manusia untuk disampaikan bahkan unutk di perbincangkan dengan manusia
lain. Ada 3 pesan politik menurut Dan Nimmo yaitu :
1. Retorika adalah penggunaan seni berbahasa untuk berkomunikasi
secara membujuk (persuasive) dan efektif. Retorika juga dapat diartikan dalam bentuk komunikasi kelompok bahkan public, yang
tujuannya adalah untuk mempengaruhi ;awam bicara demi
mempersamakan persepsi si komunikator.
2. Iklan politik adalah memperkenalkan sesuatu dengan tujuan si
khalayak mau mempercayai untuk mengkonsumsi/memilih produk
tersebut (parpol). Sehingga dapat di sederhanakan bagaimana
caranya sebuah parpol dapat merekrut suara terbanyak demi
kepentingan kekuasaan golongan parpol itu sendiri.
3. Propaganda adalah dalah satu bentuk komunikasi yang paling
ekstrim dalam dunia politik. Karena pesan yang disampaikan dalam kegiatan ini bersifat terus menerus demi menciptakan opini
public yang baru dan diharapkan menjadi kuat, sehingga dalam hal
4 Dilansir dari https://treamalidha.wordpress.com/2014/10/20/komunikator -politik-dan-saluran-komunikator-politik/ 12 Maret 2017 pukul 23.38 WIB
15 ini khalayak dapat disetir oleh pemberitaan yang disampaikan oleh
komunikator pesan tersebut.
Dapat di rumuskan bahwa instrumen yang digunakan sebagai strategi politik
dalam pemilukada adalah melalui komunikasi. Salah satu strategi politik yang
digunakan dalam pemilu maupun pemilukada adalah strategi kampanye. Menurut
Peter Schroder (2003 :7) Strategi kampanye adalah bentuk khusus strategi politik. Berikut bagan strategi politik dan kampanye.
Bagan 1. Strategi Politik dengan Kampanye
Sumber: diola h da ri Peter Schröder,2003
Pengertian media akan arti penting dari media massa, Dennis McQuail
(1987) dalam Nurudin (2003 : 31) pernah menyodorkan beberapa asumsi pokok:
1. Media merupakan industri yang berubah dan berkembang yang
menciptakan lapangan kerja, barang dan jasa serta menghidupkan industri lain yang terkait. Media juga merupakan industri lain yang
terkait. Media juga merupakan industri tersendiri yang memiliki
peraturan dan norma – norma yang menghubungkan institusy
tersebut dengan masyarakat dan institusi sosial lainnya. Di pihak
16 2. Media massa merupakan sumber kekuatan – alat kontrol,
manajemen, dan inovasi dalam masyarakat yang dapat didayagunakan sebagai pengganti kekuatan atau sumber daya
lainnya.
3. Media merupakan lokasi (atau norma) yang semakin berperan,
untuk menampilkan peristiwa-peristiwa kehidupan masyarakat, baik
yang bertaraf nasional maupun internasional.
4. Media seringkali berperan sebagai wahana pengembangan
kebudayaan, bukan saja dalam pengertian pengembangan bentuk
seni dan simbol, tetapi juga dalam pengertian pengembangan tata cara, mode, gaya hidup dan norma-norma.
5. Media telah menjadi sumber dominan bukan saja bagi individu untuk memperoleh gambaran dan citra realitas sosial, tetapi juga
bagi masyarakat dan kelompok secara kolektif. Media juga
menyuguhkan nilai-nilai dan penilaian normatif yang dibaurkan
dengan berita dan hiburan.
2.3.1 Powerfull Effects Theory
Powerfull effect theory (Teori efek yang kuat) menurut
Harold Laswell dalam Vivian (2008 : 470) mengatakan bahwa
menggunakan teori efek dalam model komunikasi massanya yang terkenal: siapa yang mengatakan, Apa yang dikatakannya, Lewat
saluran mana, Kepada siapa, dan Apa efeknya. Pada titik ekstrem, teori powerful effects mengasumsikan bahwa media dapat
menyuntikkan informasi, ide, dan bahkan propaganda ke publik.
Teori ini dijelaskan dalam istilah model jarum suntik atau model peluru. Para sarjana pendukung teori ini mengatakan bahwa liputan
koran dan dukungan pada kandidat politik akan ikut menentukan hasil pemilu.
17 Terdapat dua tujuan evaluasi media kampanye komunikasi adalah (1)
menemukan apakah implementasi media berjalan sesuai dengan rencana dan (2) menentukan apakah tujuan yang sudah disusun dalam strategi dapat dicapai. Pada
level yang lebih kompleks dan level strategi evaluasi hendaknya: 1) menilai
ketepatan strategi yang dipilih; 2) menilai wilayah-wilayah penting yang
mempunyai dampak tinggi dan rendah dari hasil kampanye komunikasi yang telah
dilakukan; 3) mengidentifikasi tidak hanya perubahan perilaku individu atau
kelompok namun juga mengukur outcomes secara sosial dan statistik. 4)
menemukan cara-cara untuk meningkatkan pelaksanaan media dan 5) mengukur
keefektifan biaya (Sullivan, 2003:10-11).
Selanjutnya dalam bukunya Field Guide Designing Health Communication Strategy Sullivan menjelaskan seharusnya untuk mendesian sebuah strategi
komunikasi politik harus didasarkan pada langkah-langkah yang strategis yaitu
(Sullivan, 2003:17-117):
1. Melakukan analisis situasi yang terdiri dari pemahaman terhadap masalah, menentukan khalayak, mengidentifikasi sumber-sumber komunikasi
yang potensial serta mengevaluasi kelebihan dan kekurangannya.
2. Menentukan segmentasi khalayak. Khalayak di sini berkaitan dengan khalayak primer, sekunder dan tertier serta pihak-pihak yang mempunyai
peran untuk mendorong perubahan perilaku
3. Menentukan tujuan perubahan perilaku yang diharapkan, bagaimana
kebutuhan khalayak bisa dipertemukan dengan pesan yang ingin
disampaikan.
4. Menentukan pesan dan media sesuai dengan khalayak dan tujuan
perubahan yang diinginkan.
Evaluasi Media Kampanye diartikan sebagai upaya sistematis untuk
menilai berbagai aspek yang berkaitan dengan proses pelaksanaan dan
18 dan apa hasil yang dicapai sebagai konsekuensi pelaksanaan program
tersebut. Membuat perencanaan yang matang sebenarnya bukan sesuatu yang sulit. Tim perencana kampanye dapat merumuskan perencanaan
berdasarkan lima pertanyaan sederhana itu : apa yang ingin dicapai? Siapa
yang akan menjadi sasaran? Pesan apa yang akan disampaikan? Bagaimana
mengevaluasinya?
Berkaitan dengan aspek pencapaian tujuan kampanye, beberapa hal
yang menjadi pusat perhatian adalah perubahan kesadaran, sikap dan
perilaku publik sesuai tujuan yang telah ditentukan. Pemenuhan fungsi media dan evaluasi efesiensi biaya.
Menurut Greory (2000) pakar Inggris dikutip oleh Antar Venus dalam dalam jurnal Prasetya yang berjudul Evaluasi kualitatif kampanye
poilitik partai Golkar dalam pemilihan umum calon legislatif kabupaten Lebak tahun 2014 mengatakan lima alasan penting lainnya mengapa
evaluasi perlu dilaksanakan :
1. Evaluasi dapat memfoskuskan usaha yang dilakukan. Jika
anda tahu bahwa anda akan dinilai berdasarkan kriteria
tertentu maka anda akan memfokuskan usaha anda pada
hal-hal yang menjadi prioritas pencapaian tujuan.
2. Evaluasi menunjukkan keefektifan pelaksana kampanye dalam merancang dan mengimplementasikan programnya.
Bila dalam suatu program kampanye anda berhasil menunjukkan keefektifan kerja, maka itu akan
meningkatkan kredibilitas anda sebagai pelaksana
kampanye.
3. Memastikan efisiensi biaya. Kampanye selalu melibatkan
biaya yang besar, dan penyelenggara kampanye tidak ingin dana dan berbagai sumber lain terbuang sia-sia. Mereka
19 sebagai ganti biaya yang dikeluarkan sudah jelas
peruntukannya.
4. Evaluasi membantu pelaksanaan untuk menetapkan tujuan
secara realistis, jelas dan terarah. Disini berbagai hal yang
tidak relevan akan dengan cepat diidentifikasi dan langsung
disingkirkan.
5. Evaluasi akunbilitas pelaksana kampanye. Dalam hal ini
pelaksana kampanye dapat mempertangungjawabkan segala
kebijakan. Tindakan bahwa rancangan kampanye yang telah
dibuat sebelumnya.
Tingkatan Evaluasi Kampanye menurut Ostergaard dalam Antar Venus terdapat empat aspek.
1. Tingkatan Kampanye (Campaign Level)
Pada level ini kita ingin mengetahui apakah khalayak sasaran terterpa
kegiatan kampanye yang dilakukan atau tidak? Pertanyaanya adalah
apakah kampanye yang dilakukan telah menjangkau khalayak yang
telah ditetapkan? Apakah khalayak memberi perhatian pada kampanye
tersebut?
2. Tingkatan Sikap (Attitude level)
Pada tingkatan sikap evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan metode survei atau uji sederhana. Metode survei untuk penggunaan
sample berjumblah besar, sedangkan uji sederhana digunakan untuk kelompok sasaran yang terbatas, dan juga sangat populer untuk
mengukur pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh seseorang
sebagai akibat diselenggarakannya kampanye. Terdapat empat aspek : a) Kognitif (Pengetahuan, kesadaran, kepercayaan)
b) Afektif (Kesukaan, simpati, penghargaan dukungan) c) Konatif (Komitmen untuk bertindak)
d) Aspek keterampilan atau skill, Aspek keterampilan
20 keterampilan adalah sesuatu yang harus dikuasai bila kita
menghendaki adanya perubahan perilaku. 3. Tingkatan Perilaku
Para ahli kampanye memandang tingkatan perilaku sebagai level yang
paling penting dalam kebanyakan evaluasi kampanye. Untuk
memperoleh data yang akurat tentang perubahan perilaku para ahli
kampanye menyarankan agar dilakukan observasi dan melihat secara
langsung perilaku tersebut secara apa adanya dalam situasi yang normal.
4. Tingkatan Masalah
Level evaluasi adalah tingkatan masalah. Pada tingkat ini evaluasi bisa di dapat dilakukan secara mudah atau sebaliknya sangat sulit dan
memakan waktu lama. Problem atau masalah disini diartikan sebagai kesenjangan antara kenyataan dengan harapan atau yang seharusnya
terjadi.
2.2 Penelitian Terdahulu
No. Peneliti Judul Tujuan
Penelitian
Metodologi
penelitian
Hasil
Penelitian
1. Bobby
wibawa Prasetya (2014) Evaluasi kualitatf kampanye
politik partai
golkar dalam
pemilihan
umum calon
legislatif
kabupaten
lebak tahun
2014
1.Untuk
menjelaskan
cetak biru
kampanye
2. untuk
menjelaskan
realisasi cetak
biru kampanye
3. untuk
menjelaskan
kinerja atau
pelaksanaan
kampanye
selama proses
kegiatan kampanye. Peneliti menggunakan pendekatan metode kualitatif
1.Cetak biru
kampanye
yang
dilakukan oleh
partai golkar
sangat baik
karena dalam
cetak biru
kampanye
terdapat
strategi
pemenangan
pemilu.
2. Realisasi
cetak biru
21 sudah baik,
karena sudah
melakukan 4
unsur-unsur
pokok
kampanye
yaitu
perekrutan,
pelatihan
personel
kampanye,
mengkontruksi
pesan,
menyeleksi
penyampaian
pesan
kampanye.
3. dalam
kinerja
pelaksanaan
kampanye
partai Golkar
sangat baik,
banyak faktor
yang
menunjang
dan
penghambat
kampanye.
Dimana yang
dimaksud
dengan
penunjang
adalah faktor
di dalam cetak
biru
22 di masyarakat,
serta faktor
penghambat
kampanye
yaitu issue
pilkada
kabupaten
lebak yang
menjatuhkan
citra politik
partai golkar di
kabupaten
lebak.
2. Alwin
Basri (2011) Evaluasi bauran pemasaran politik pasangan kepala daerah dalam Pemilukada
(Studi kasur
pasangan Ir.
Hj Diah
Soenarsasi-milhouse
Teddy
sulistio, SE
dalam
pemilukada
kota Salatiga
tahun 2011 )
Tujuan
dilakukannya
penelitian ini
untuk mengevaluasi strategi pemasaran bauran pemasaran
politik yang
terdiri dari
produk,
tempat, biaya,
dan promosi
yang
diterapkan
pasangan
dihati yang
dilakukan oleh
pasangan Ir.
Hj Diah
Soenarsasi-milhouse
Teddy
Penelitian ini
menggunakan
desain
kualitatif
deskriptif
dengan studi
kasus jenis
intrinsik
sebagai pilihan
desain studi
kasus.
Kegagalan
pasangan diah
sunarsasi –
Tedy Milhouse
dalam
pemilukada
2011 terjadi
karena
pemasaran
politik yang
gagal.
Pemasaran
politik terdiri
dari : produk
politik, biaya
politik, tempat
23 Sulistio, SE
dan tim
suksesnya.
3 Misliyah
(2010)
Komunikasi
Politik
melalui
media massa
pasangan Mochtar Muhammad – Rahmat Effendi (MuRaH) dalam pilkada walikota bekasi periode (2008-2013) 1.Menjelaskan dan menampilkan
hal-hal yang
terkait dengan
sosialisasi
politik
pasngan
(MuRaH)
melalui media
massa pada
pilkada Kota
Bekasi. 2.mengetahui faktor pendukung dan penghambat
apa saja yang
didapat oleh
pasangan
(MuRaH)
dalam pilkada
Kota Bekasi.
Penelitian ini
menggunakan
desain
kualitatif.
1.Peran media
yang
digunakan
oleh pasangan
Mochtar
Muhammad –
Rahmat Effendi (MuRaH) sangat efektif. 2.keberhasilan publisitas
melalui media
massa
didukung oleh
Faktor
pendukung
oleh
partai-partai besar.
Sedangkan
yang
memnbuat
faktor
penghambat
adalah adanya
kecurangan
kampanye
dilapangan
oleh pasangan
lain yang
dinamakan
bla ck
24 (kampanye
gelap).
2.3 Kerangka Pikir
Kampanye Pasangan Nomor Urut 1
Rudi-Dance
25
Pada kerangka pikir diatas, peneliti akan melihat dari gambaran paling
umum pilkada yang telah belangsung pada 15 februari 2017 yang lalu terutama terhadap kedua pasangan calon no urut 1 yaitu Rudi/Dance dan no urut 2 yaitu
Yuliyanto/M.Harris. Selanjutnya akan fokus melihat media sosial yang dipakai
dengan powerfull effect theory. Kemudian akan mengevaluasi penggunaan media Tingkatan Evaluasi :
- Kampanye
- Sikap
- Perilaku
- Masalah
Hasil Evaluasi
Evaluasi Penggunaan Media Kampanye Pasangan Rudi-Dance dan Pasangan Yuliyanto-M.Harris Dalam Pilkada Kota Salatiga Tahun 2017
Metode POST
- People
- Objectives
- Strategy
- Technology
26 sosial dari kedua pasangan calon tersebut dengan menggunakan metode POST
(People, Objectives, Strategy, Technology) dengan tingkatan-tingkatan evaluasi yang ada yaitu tingkatan kampanye, sikap, perilaku, masalah. Dengan tujuan untuk
mengetahui hasil evaluasi penggunaan media yang digunakan kedua pasangan