BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERIZINAN KHUSUSNYA TENTANG IZIN ASURANSI
A. Pengertian Perizinan
Izin adalah suatu keputusan adminstrasi negara yang memperkenankan
suatu perbuatan yang pada umumnya dilarang, tetapi diperkenankan dan bersifat
konkrit.
N.M Spelt dan J.B.J.M ten Berge membagi pengertian izin dalam arti luas dan
sempit, yaitu sebagai berikut:
Izin merupakan salah satu instrumen yang paling banyak digunakan dalam hukum
administrasi. Pemerintah menggunakan izin sebagai sarana yuridis untuk
mengemudikan tingkah laku para warga.
Izin ialah suatu persetujuan dari penguasa berdasarkan undang-undang
atau peraturan pemerintah untuk dalam keadaan tertentu menyimpang dari
ketentuan-ketentuan larangan perundangan.
Dengan memberi izin, penguasa memperkenankan orang yang memohonnya
untuk melakukan tindakan-tindakan tertentu yang sebenarnya dilarang. Ini
menyangkut perkenaan bagi suatu tindakan yang demi kepentingan umum
mengharuskan pengawasan khusus atasnya (paparan luas dari pengertian izin).
Izin (dalam arti sempit) adalah pengikatan-pengikatan pada suatu
peraturan, izin pada umumnya didasarkan pada keinginan pembuat
yang buruk. Tujuannya ialah mengatur tindakan-tindakan yang oleh pembuat
undang-undang tidak seluruhnya dianggap tercela namun diamana yang
menginginkan dapat melakukan pengawasan sekadarnya.
Hal yang pokok pada izin (dalam arti sempit) ialah bahwa suatu tindakan
dilarang, terkecuali diperkenankan dengan tujuan agar dalam ketentuan-ketentuan
yang berkaitan dapat dengan teliti diberikan batas-batas tertentu bagi tiap kasus.
Disisi lain bila dilihat dari keputusan tata usaha negara itu sendiri, izin memiliki
sifat-sifat keputusan tersebut, yaitu bahwa izin bersifat konkrit. Artinya objek
yang diputuskan dalam tata usaha negara itu tidak abstrak melainkan berwujud,
tertentu,dan ditentukan.14
Adalah penetapan yang bersifat deklaratoir, menyatakan bahwa suatu
perundang-undangan tidak berlaku bagi kasus sebagaimana diajukan oleh seorang
pemohon. Dispensasi ialah keputusan administrasi Negara yang membebaskan
suatu perbuatan dari kekuasaan peraturan yang menolak perbuatan tersebut.
Izin memiliki sifat individual, artinya bahwa dalam izin itu harus
disebutkan dengan jelas siapa yang diberikan izin.
Dalam perizinan ada istilah beberapa istilah lain yang sedikit banyak
memiliki kesejajaran dengan izin dimana hal ini sering dikenal dengan izin khusus
yang artinya yaitu persetujuan terlihat adanya kombinasi antara hukum publik
dengan hukum prifat, dengan kata lain izin khusus adalah penyimpangan dari
sesuatu yang dilarang. Izin yang dimaksud yaitu :
1. Dispensasi
14
W.F Prins mengatakan bahwa dispensasi adalah tindakan pemerintahan yang
menyebabkan suatu peraturan undang–undang menjadi tidak berlaku bagi
sesuatau hal yang istimewa. Menurut Ateng Syafrudin, dispensasi bertujuan untuk
menembus rintangan yang sebetulnya secara normal tidak diizinkan, jadi
dispensasi berarti menyisihkan pelarangan dalam hal yang khusus.
2. Lisensi
Adalah suatu izin yang memberikan hak untuk menyelenggarakan suatu
perusahaan. Lisesnsi digunakan untuk menyatakan suatu izin yang
memperkenankan seseorang untuk menjalanankan suatu perusahaan. Linsesi
merupakan izin untuk melakukan suatu yang bersifat komersial serta
mendatangkan laba dan keuntungan
3. Konsesi
Adalah suatu penetapan administrasi negara yang secara yuridis dan
kompleks, oleh karena merupakan seperangkat dispensasi-dispensasi, jiin-ijin,
serta lisensi-lisensi disertai dengan pemberian semacam wewenang pemerintah
terbatas pada konsensionaris. Konsesi tidak mudah diberikan oleh karena banyak
bahaya penyelundupan, kekayaan bumi dan bersangkutan. Wewenang pemerintah
diberikan kepada konsensionaris walupun terbatas dapat menimbulkan masalah
pilitik dan sosial yang cukup rumit, oleh karena perusahaan pemegang konsesi
tersebut dapat memindahkan kampung, dapat membuat jaringan jalan, listrik dan
telepon, membentuk barisan keamanan, mendirikan rumah sakit dan segala sarana
Istilah konsesi yang merupakan suatu izin yang berhubungan dengan
pekerjaan besar dimana kepentingan umum terlibat erat sekali sehingga
sebenarnya pekerjaan itu menjadi tugas dari pemerintah, tetapi oleh pemerintah
diberi hak penyelenggaraannya kepada konsesionaris (pemegang izin) yang bukan
pejabat pemerintah. Bentuknya dapat berupa kombinasi antara lisensi dengan
pemberian status tertentu dengan hak atau kewajiban serta syarat – syarat tertentu.
Izin dapat dikatakan sebagai keputusan tata usaha negara karena
dikeluarkan oleh pejabat tata usaha negara, yaitu pemerintah atas permohonan
yang diajukan oleh badan hukum perdata atau perorangan. Pemerintah merupakan
pejabat tata usaha negara, karena melaksanakan fungsi untuk menyelenggarakan
urusan pemerintah baik di tingkat pusat dan daerah dengan berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Bersifat final, dimana dengan izin seseoarang telah mempunyai hak untuk
melakukan sesuatu perbuatan hukum sesuai dengan isinya yang secara definitif
dapat menimbulkan akibat hukum tertentu.15
Perizinan dapat berbentuk pendaftaran, rekomendasi sertifikasi, penentuan kuota
dan izin untuk melakukan sesuatu usaha yang biasanya harus dimiliki atau Adapaun pengertian perizinaan adalah salah satu bentuk pelaksanaan
fungsi pengaturan dan bersifat pengendalian yang dimiliki oleh pemerintah
terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat.
15
diperoleh suatu organisasi perusahan atau seseorang sebelum yang bersangkutan
dapat melakukan suatu kegiatan atau tindakan.
Dengan memberi izin, pengusaha memperkenankan orang yang memohon
untuk melakukan tindakan-tindakan tertentu yang sebenarnya dilarang demi
memperhatikan kepentingan umum yang mengharuskan adanya pengawasan.
Hal pokok pada izin, bahwa sesuatu tindakan dilarang kecuali diperkenankan
dengan tujuan agar dalam ketentuan-ketentuan yang bersangkutan dilakukan
dengan cara-cara tertentu.
Fungsi lain dari Izin adalah :
Izin merupakan Instrumen yuridis yang digunakan oleh pemerintah untuk
mempengaruhi para warga agar mau mengikuti cara yang dianjurkannya guna
mencapai suatu tujuan konkret. Sebagai suatu instrumen, izin berfungsi selaku
ujung tombak instrument hukum sebagai pengarah, perekayasa, dan perancang
masyarakat adil dan makmur itu dijelmakan. Hal ini berarti lewat izin dapat
diketahui bagaimana gambaran masyarakat adil dan makmur itu terwujud.
Surat izin yang diberikan bagi para pengusaha baik yang kecil, menengah
dan besar ini tentu memiliki fungsi yang sangat penting demi berlangsungnya
usaha yang kita akan jalani. Berikut beberapa fungsinya:
a. Surat yang menyatakan usaha kita telah sah di mata hukum negara Indonesia
b. Kedepannya tidak akan tersandung hukum terkecuali kita berbuat salah seperti
berlaku curang
c. Mudah diurus bila ingin mendaftarkannya sebagai franchise
lolos dan dimyatakan baik di mata hukum
e. Surat pernyataan bahwa kita diperbolehkan membuka usaha sesuai apa
yang telah kita daftarkan
Izin usaha sangat penting diperlukan guna mendukung berjalannya suatu kegiatan
usaha. Baik untuk izin usaha suatu perusahaan maupun untuk usaha-usaha lainnya
yang memerlukan izin Memiliki izin usaha artinya mempunyai identitas bagi
suatu usaha, sehingga usaha yang dijalankan merupakan legal dan sah sebab
mempunyai lisensi atau izin dari instansi pemerintah yang berwewenang.
Fungsi lain dari izin ialah untuk memberikan kepastian hukum bagi pemohon dan
masyarakat, sebagai tindakan preventif untuk menghadapi pihak-pihak yang
mengganggu, dan sebagai pengaman secara hukum.
Ketentuan tentang perizinan mempunyai fungsi yaitu sebagai fungsi
penertib dan pengatur. Sebagai fungsi penertib dimaksudkan agar izin atau setiap
izin ataw tempat-tempat usaha, bangunan dan bentuk kegiatan masyarakat lainnya
bertentangan satu sama lain, sehingga ketertiban dalam setiap segi kehidupan
masyarakat dapat terwujud.
Sebagai fungsi mengatur dimaksudkan agar perizinan yag ada dapat dilaksanakan
sesuai dengan peruntukannya, sehingga terdapat penyalahgunaan izin yang telah
diberikan, dengan kata lain, fungsi pengaturan ini dapat disebut juga sebagai
fungsi yang dimiliki oleh pemerintah.16
16
B. Perizinan Sebagai Instrumen Pengendalian
Hukum perizinan merupakan kajian hukum administrasi negara yakni
hukum publik yang pelaksanaannya dilakukan oleh pemerintah baik pemerintah
dipusat maupun di daerah sebagai aparatur penyelenggaraan negara mengingat
hukum perizinan ini berkaitan dengan pemerintah, maka mekanisme dapat
dikatakan bahwa hukum perizinan termasuk disiplin ilmu hukum administrasi
negara atau hukum tata pemerintahan seperti yang kita ketahui pemerintah adalah
sebagai pembinaan dan pengendalian dari masyarakat dan salah satu fungsi
pemerintah dibidang pembinaan dan pengendalian izin adalah pemberian izin
kepada masyarakat dan organisasi tertentu yang merupakan mekanisme
pengendalian administratif yang harus dilakukan didalam praktek pemerintahan.
Instrumen pengendalian merupakan bagian dari upaya perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup sebagaimana diatur dalam undang-undang Nomor
32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan pengelolaan Lingkungan Hidup. Dalam
Pasal 1 angka 2 dinyatakan bahwa “Perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup adalah upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan
fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan
lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian,
pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum.” Hal yang serupa juga diatur
dalam pasal selanjutnya yaitu dalam Pasal 4 yang menyatakan bahwa
Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup meliputi:
b.Pemanfaatan;
Dari kedua ketentuan tersebut diketahui bahwa upaya pengendalian
merupakan bagian dari perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup untuk
melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran
dan/atau kerusakan lingkungan hidup. Berdasarkan Pasal 13 Pengendalian
pencemaran da /atau kerusakan lingkungan hidup meliputi:
a. Pencegahan;
b. Penanggulangan; dan
18
e.Amdal
f.UKL-UPL
Selanjutnya sesuai dengan Pasal 14 instrumen pencegahan pencemaran dan/atau
kerusakan lingkungan hidup terdiri atas:
a.KLHS
b.Tata ruang
c.Baku mutu lingkungan hidup
d.Kriteria baku kerusakan lingkungan hidup
17
Undang-Undang No.32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, pasal 4
18
g.Perizinan
h.Instrumen ekonomi lingkungan hidup
i.Peraturan perundang-undangan berbasis lingkungan hidup
j..Anggaran berbasis lingkungan hidup
k.Analisis risiko lingkungan hidup
l.Audit lingkungan hidup dan
m.Instrumen lain sesuai dengan kebutuhandan/atau perkembangan film
pengetahuan.19
Dalam setiap rencana kegiatan, penanggung jawab kegiatan dan atau usaha
akan selalu dibebani oleh suatu instrumen perlindungan yang disebut izin dalam
rangka menata ketertiban sebagai instrument preventif.
Di antara ke tiga belas instrumen pencegahan tersebut perizinan merupakan
instrumen yang dapat dimanfaatkan oleh pemerintah sebagai ujung tombak dalam
mengendalikan aktivitas rakyatnya. Esensi dari tindakan hukum pemerintah
berupa perizinan adalah melarang seseorang atau suatu badan hukum tertentu
melakukan suatu kegiatan dan/atau usaha tanpa mendapatkan persetujuan terlebih
dahulu dari badan atau pejabat tata usaha Negara yang berwenang. Sehingga
setiap usaha dan/atau kegiatan baru dapat dilaksanakan setelah mendapatkan izin
terlebih dahulu dari pejabat yang berwenang.
20
19
Ibid, pasal 14 20
Siti Rangkuti menyatakan bahwa perizinan merupakan instrument yang
sangat penting dalam rangka pengendalian lingkungan.21
Berdasarkan apa yang dikatakan oleh Spelt dan ten Berge, dalam izin
dapat dipahami bahwa suatu pihak tidak dapat melakukan sesuatu kecuali
diizinkan. Artinya kemungkinan untuk seseorang atau suatu pihak tertutup kecuali
diizinkan oleh pemerintah. Dengan demikian, pemerintah mengikatkan perannya
dalam kegiatan yang dilakukan oleh orang atau pihak yang bersangkutan.
N.M. Spelt dan J.B.J.M. ten Berge, izin merupakan suatu persetujuan dari
penguasa berdasarkan undang-undang atau peraturan pemerintah untuk dalam
keadaan tertentu menyimpang dari ketentuan larangan perundang-undangan (izin
dalam arti sempit)
22
Pemerintah dalam menggunakan wewenang publik wajib mengikuti
aturan-aturan hukum administrasi negara agar tidak terjadi penyalahgunaan Perizinan dapat berbentuk pendaftaran, rekomendasi, sertifikasi, penentuan kuota
dan izin untukmelakukan sesuatu usaha yang biasanya harus dimiliki atau
diperoleh suatu organisasi perusahaan atau seseorang sebelum yang bersangkutan
dapat melakukan suatu kegiatan atau tindakan.
Hal di atas menunjukkan bahwa menunjukkan bahwa penetapan perizinan
sebagai salah satu instrument hukum dari pemerintah ialah untuk mengendalikan
kehidupan masyarakat agar tidak menyimpang dari ketentuan hukum yang
berlaku, serta membatasi aktifitas masyarakat agar tidak merugikan orang lain.
21
Siti Sundari Rangkuti, Hukum lingkungan dan Kebijakan Publik, (Surabaya : Airlangg University Press, 2010), hal 3
22
wewenang. Keputusan-keputusan tersebut terikat pada tiga asas hukum, yakni:
1. Asas yuridikitas (rechtmatiheid), artinya keputusan pemerintahan maupun
administratif tidak boleh melanggar hukum;
2. Asas legalitas (wetmatigheid), artinya keputusan harus diambil berdasarkan
suatu kesatuan undang-undang;
3. Asas diskresi (discretie, freies ermessen), artinya pejabat penguasa tidak boleh
menolak mengambil keputusan dengan alasan ‘tidak ada peraturannya’. Oleh
karena itu, diberi kebebasan untuk mengambil keputusan menurut pedapatnya
sendiri asalkan tidak melanggar asas yuridiksi dan asas legalitas. Penggunaan
kewenangan yang dilakukan oleh pemerintah tidak hanya untuk mengatur,
tetapi juga untuk menetapkan. Dalam hal penetapan yang ditujukan kepada
individu, kewenangan pemerintah harus dilaksanakan melakukan sesuatu usaha
yang biasanya harus dimiliki atau diperoleh suatu organisasi perusahaan atau
seseorang sebelum yang bersangkutan dapat melakukan suatu kegiatan atau
tindakan.
Hal di atas berdasarkan pada hukum yang jelas sehingga dapat di
pertanggungjawabkan. Salah satu penetapan yang banyak dikeluarkan pemerintah
adalah izin.23
Dengan memberi izin, penguasa memperkenankan orang yang
memohonya untuk melakukan tindakan-tindakan tertentu yang sebenarnya
dilarang demi memperhatikan kepentingan umum yang mengharuskan adanya
pengawasan.
23
Hal pokok pada izin, bahwa sesuatu tindakan dilarang kecuali
diperkenankan dengan tujuan agar dalam ketentuan-ketentuan yang bersangkutan
dilakukan dengan cara-cara tertentu. Penolakan izin terjadi bila kriteria-kriteria
yang telah ditetapkan oleh penguasa tidak dipenuhi.
Perizinan merupakan instrumen yang dapat dimanfaatkan oleh pemerintah
sebagai ujung tombak dalam mengendalikan aktivitas rakyatnya. Esensi dari
tindakan hukum pemerintah berupa perizinan adalah melarang seseorang atau
suatu badan hukum tertentu melakukan suatu kegiatan dan/atau usaha tanpa
mendapatkan persetujuan/perkenan terlebih dahulu dari badan atau pejabat tata
usaha negara yang berwenang. Sehingga setiap usaha dan/atau kegiatan baru dapat
dilaksanakan setelah mendapatkan izin terlebih dahulu dari pejabat yang
berwenang.
Dalam setiap rencana kegiatan, penanggung jawab kegiatan dan atau usaha
akan selalu dibebani oleh suatu instrument perlindungan yang disebut izin dalam
rangka menata ketertiban sebagai instrument preventif.
menyatakan bahwa perizinan merupakan instrument yang sangat penting dalam
rangka pengendalian lingkungan.
Izin merupakan wewenang yang bersifat hukum publik, wewenang
tersebut dapat berupa wewenang ketatanegaraan (staasrechtelijk bevoehdheid),
bisa juga berupa wewenang administrasi (administratiefrechtelijk bevoehdheid).
Dengan wewenang tersebut penguasa berdasarkan peraturan perundang-undangan
menggunakan sarana izin sebagai sarana yuridis untuk mengatur tingkah laku
melakukan tindakan-tindakan yang sebenarnya dilarang. Dengan kata lain melalui
perizinan diberikan perkenan untuk melakukan sesuatu yang diliarang, berarti
esensi dari perizinan adalah dilarangnya suatu tindakan, kecuali diperkenankan
dengan izin.
Perizinan dengan karakteristik yuridisnya sebagai perbuatan hukum
bersegi satu dapat membebankan kewajiban-kewajiban tertentu secara sepihak
kepada masyarakat.24
24
Asep Warlan Yusuf dalam I Made Arya Utama, 2007, Hukum Lingkungan, SistemHukum erizinan Berwawasan Lingkungan Untuk Pembangunan Berkelanjutan, (Bandung:Pustaka Sutra) hlm 56
Oleh karena itu instrumen perizinan merupakan salah satu
wujud keputusan pemerintah yang paling banyak dipergunakan dalam Hukum
Administrasi untuk mempengaruhi dan mengendalikan tindakan masyarakat
agarmau mengikuti cara yang dianjurkan oleh peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
Dengan karakteristik yang demikian pemerintah dapat mempersyaratkan
setiap rencana kegiatan dan/atau usaha yang memiliki dampak terhadap
lingkungan hidup agar dilakukan atas persetujuan Pemerintah dalam bentuk
perizinan berwawasan lingkungan hidup.
Izin sebagai sarana yuridis dari pemerintah, pada hakekatnya ditetapkan
untuk mengkonkritisasikan wewenangnya dengan beberapa tujuan (motif)
tertentu. Menurut Spelt dan Ten Berge, tujuan (motif) menggunakan sistem
perizinan dapat berupa:
a.Kegiatan mengarahkan (mengendalikan–‘sturen’) akivitas-aktivitas tertentu
b. Mencegah bahaya bagi lingkungan (izin-izin lingkungan);
c. Keinginan melindungi objek-objek tertentu (izin tebang, izin membongkar pada
monumen-monumen);
d. Hendak membagi benda-benda yang sedikit (izin penghuni di daerah padat
penduduk);
e. Pengarahan, dengan menyeleksi orang-orang dan aktivitas-aktivitas (izin
berdasarkan “Drank-en Horecawet, dimana pengurus harus memenuhi
syarat-syarat tertentu). 25
Dengan kata lain, setiap tindakan hukum pemerintah baik dalam
menjalankan fungsi pengaturan maupun fungsi pelayanan harus didasarkan pada
wewenang yang diberikan oleh peraturan perundang–undangan yang berlaku.
Untuk dapat melaksanakan dan menegakkan ketentuan hukum positif perlu
wewenang. Tanpa wewenang tidak dapat dibuat keputusan yuridis yang bersifat Dalam kaitannya dengan izin yang diperlukan dalam perolehan izin asuransi,
maka adapun motif yang terkandung di dalamnya adalah motif untuk
mengarahkan/mengendalikan. Motif untuk mengarahkan/ mengendalikan adalah
untuk mengarahkan agar aktivitas yang dilaksanakan tidak bertentangan dengan
peraturan undangan. Tidak bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan disini adalah dimaksudkan agar usaha yang dijalankan tidak
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang terkait dengan usaha
yang akan diselenggarakan, untuk proses perizinan terkait usaha tersebut perlu
memperhatikan beberapa peraturan peraturan perundang-undangan khususnya.
25
konkret. Pembuatan dan penerbitan ketetapan izin merupakan tindakan hukum
pemerintahan, sebagai tindakan hukum maka harus ada wewenang yang diberikan
oleh peraturan perundang-undangan atau harus berdasarkan pada asas legalitas.
Tanpa dasar wewenang, tindakan hukum itu menjadi tidak sah, oleh karena itu
dalam hal membuat dan menerbitkan izin haruslah didasarkan pada wewenang
yang diberikan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku, karena tanpa
adanya dasar wewenang tersebut ketetapan izin tersebut menjadi tidak sah. Pada
umumnya pemerintah memperoleh wewenang untuk mengeluarkan izin itu
ditentukan secara tegas dalam peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar
perizinan itu. Akan tetapi, dalam penerapannya, menurut Marcus Lukman,
kewenangan pemerintah dalam bidang izin itu bersifat berupa kewenangan bebas,
dalam arti kepada pemerintah diberi kewenangan untuk mempertimbangkan atas
dasar inisiatif sendiri hal – hal yang berkaitan dengan izin, misalnya pertimbangan
tentang:
2). Kondisi-kondisi apa yang memungkinkan suatu izin dapat diberikan kepada
pemohon.
2). Bagaimana mempertimbangkan kondisi-kondisi tersebut.
3). Konsekuensi yuridis yang mungkin timbul akibat pemberian atau penolakan
izin dikaitkan dengan pembatasan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
4). Prosedur apa yang harus diikuti atau dipersiapkan pada saat dan sesudah
keputusan diberikan baik penerimaan maupun penolakan pemberian izin.
Organ pemerintah adalah organ yang menjalankan urusan pemerintah baik di
tingkat pusat maupun di tingkat daerah. Menurut Sjahran Basah, dari
penelusuran berbagai ketentuan penyelenggaraan pemerintahan dapat
diketahui, bahwa mulai dari administrasi tertinggi ( Presiden ) sampai dengan
administrasi terendah (Lurah) dapat memberikan izin, yang didasarkan pada
jabatan yang dijabatnya baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah.
Telepas dari beragamnya organ pemerintah atau administrasi negara yang
mengeluarkan izin, yang pasti adalah bahwa izin hanya boleh dikeluarkan oleh
organ pemerintahan. Beragamnya organ pemerintahan yang berwenang
memberikan izin, dapat menyebabkan tujuan dari kegiatan yang membutuhkan
izin tertentu menjadi terhambat, bahkan tidak mencapai sasaran yang hendak
dicapai. Artinya campur tangan pemerintah dalam bentuk regulasi perizinan
dapat menimbulkan kejenuhan bagi pelaku kegiatan yang membutuhkan izin,
apalagi bagi kegiatan usaha yang menghendaki kecepatan pelayanan dan
menuntut efisiensi.
6. Peristiwa kongkrit
Izin merupakan instrument yuridis yang berbentuk ketetapan yang digunakan
oleh pemerintah dalam menghadapi peristiwa kongkret dan individual.
Peristiwa kongkret artinya peristiwa yang terjadi pada waktu tertentu, orang
tertentu , tempat tertentu dan fakta hukum tertentu. Karena peristiwa konkret
ini beragam, sejalan dengan keragaman perkembangan masyarakat, maka izin
pun memiliki berbagai keragaman. Izin yang jenisnya beragam tersebut dibuat
macam izin dan struktur organisasi instansi yang menerbitkannya.
7. Prosedur dan persyaratan
Pada umumnya permohonan izin harus menempuh prosedur tertentu yang
ditentukan oleh pemerintah, selaku pemberi izin. Selain itu pemohon juga harus
memenuhi persyaratan – persyaratan tertentu yang ditentukan secara sepihak oleh
pemerintah atau pemberi izin. Prosedur dan persyaratan perizinan itu berbeda –
beda tergantung jenis izin, tujuan izin, dan instansi pemberi izin. Menurut
Soehino, syarat-syarat dalam izin itu bersifat konstitutif dan kondisional.
Konstitutif karena ditentukan suatu perbuatan atau tingkah laku tertentu yang
harus (terlebih dahulu) dipenuhi. Sedangkan kondisional karena penilaian
tersebut baru ada dan dapat dilihat serta dapat dinilai setelah perbuatan atau
tingkah laku yang disyaratkan itu terjadi. Penentuan prosedur dan persyaratan
perizinan ini dilakukan secara sepihak oleh pemerintah, meskipun demikian tidak
boleh membuat atau menentukan prosedur dan persyaratan menurut kehendaknya
sendiri secara sewenang-wenang, tetapi harus sejalan dengan peraturan perundang
– undangan yang menjadi dasar dan perizinan tersebut. Dengan kata lain, tidak
boleh menentukan persyaratan yang melampaui batas tujuan yang hendak dicapai
oleh peraturan hukum yang menjadi dasar perizinan yang bersangkutan. 26
C. Pengertian Asuransi dan Perjanjian Asuransi 1. Pengertian Asuransi
Asuransi dalam undang-undang nomor. 2 tahun 1992 Asuransi tentang Usaha
Perasuransian adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dimana pihak
penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi
asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian,
kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan atau tanggung jawab
hukum pihak ke tiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari
suatu peristiwa yang tidak pasti, atau memberikan suatu pembayaran yang
didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.
Badan yang menyalurkan risiko disebut "tertanggung", dan badan yang menerima
risiko disebut "penanggung". Perjanjian antara kedua badan ini disebut kebijakan,
ini adalah sebuah kontrak legal yang menjelaskan setiap istilah dan kondisi yang
dilindungi. Biaya yang dibayar oleh "tertanggung" kepada "penanggung" untuk
risiko yang ditanggung disebut "premi". Ini biasanya ditentukan oleh
"penanggung" untuk dana yang bisa diklaim di masa depan, biaya administratif,
dan keuntungan.27
27
Ibid, pasal 1 ayat 1
Dalam Undang-Undang nomor 40 tahun 2014 tentang Usaha perasuransian
Asuransi adalah perjanjian antara dua pihak, yaitu perusahaan asuransi dan
pemegang polis, yang menjadi dasar bagi penerimaan premi oleh perusahaan
a. Memberikan penggantian kepada tertanggung atau pemegang polis karena
kerugian, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan keuntungan, atau tanggung
jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin diderita tertanggung atau
pemegang polis karena terjadinya suatu peristiwa yang tidak pasti ,atau
b. Memberikan pembayaran yang didasarkan pada meninggalnya tertanggung atau
pembayaran yang didasarkan pada hidupnya tertanggung dengan manfaat yang
besarnya telah ditetapkan dan/ atau didasarkan pada hasil pengelolaan dana.28
Secara umum istilah asuransi atau pertanggungan dapat mempunyai
berbagai arti dan batasan, sesuai dengan siapa yang memberikannya dan
dipergunakan untuk sasaran apa. Asuransi atau pertanggungan dapat ditelaah dan
diberi batasan dari bidang-bidang ekonomi, hukum, bisnis, matematika atau
sosial. Dalam hal ini istilah asuransi, maupun pertanggungan dipergunakan secara
bersamaan dan ditelaah dari dua dua sisi yang sama . Asuransi atau pertanggungan
dilihat dan ditelaah dari sisi dan kedudukannya sebagai suatu lembaga atau
institusi, ternyata lembaga tersebut melakukan kegiatan-kegiatan tertentu yang
sebenarnya masuk dalam sisi kedua dari asuransi atau pertanggungan itu sendiri.
Kedua asuransi atau pertanggungan dapat dilihat sebagai suatu kegiatan,
sedangkan kegiatan yang dimaksud dalam hal ini adalah sebagai suatu perjanjian
yang tidak lain adalah perjanjian asuransi. Perjanjian-perjanjian asuransi tersebut,
dilakukan oleh lembaga dengan banyak pihak dengan frekuensi relatif tinggi 2. Perjanjian Asuransi
28
dalam jangka waktu yang juga relatif panjang sesuai dengan batas usia lembaga
itu sendiri.
Perusahaan asuransi dengan mengadakan perjanjian-perjanjian asuransi dan nanti
pada suatu saat perusahaan asuransi melaksanakan kewajibannya sesuai dengan
perjanjian. Dalam hal ini perusahaan berfungsi sebagai lembaga penerima dan
pengambil risiko pihak lain. Pembayaran sejumlah uang yang disebut premi
merupakan penerimaan dan pengambilalihan risiko oleh perusahaan asuransi.
Kumpulan dana yang relatif menjadi sangat besar dari pembayaran premi yang
diterima perusahaan dapat dimanfaatkan untuk operasional perusahaan.
Suatu premi mengikat dirinya terhadap tertanggung untuk membebaskan dari
kerugian karena kehilangan, kerugian atau ketiadaan keuntungan yang diharapkan
yang akan dapat diderita olehnya, karena suatu kejadian yang belum pasti.
Perjanjian asuransi atau pertanggungan itu mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:
a). Perjanjian asuransi merupakan suatu perjanjian penggantian kerugian
(shcadeverzekering atau indemniteits contract). Penanggung mengikatkan diri
untuk menggantikan kerugian karena pihak tertanggung menderita kerugian
dan yang diganti itu adalah seimbang dengan kerugian yang
sungguh-sungguh diderita (prinsipin demnitas).
b). Perjanjian asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian bersyarat.
c). Perjanjian asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian timbal balik.
Kerugian yang diderita adalah sebagai akibat dari peristiwa yang tidak
tertentu atas mana diadakan pertanggungan. Untuk menyatakan kapan perjanjian
kedua pihak, dari sudut pandang ilmu hukum terdapat 2 (dua) teori perjanjian
tersebut:
1.Teori tawar-menawar (bargaining thoery)
Menurut teori ini, setiap perjanjian hanya akan terjadi antara kedua belah
pihak apabila penawaran (offer) dari pihak yang satu dihadapkan dengan
penerimaan (acceptance) oleh pihak yang lainnya dan sebaliknya. Keunggulan
toeri tawar-menawar adalah kepastian hukum yang diciptakan berdasarkan
kesepakatan yang dicapai oleh kedua Pihak dalam asuransi antara tertanggung dan
penanggung.
2.Teori penerimaan (acceptance theory).
Dalam hukum Belanda, teori ini disebut ontvangst theorie mengenai saat
kapan perjanjian asuransi terjadi dan mengikat tertanggung dan penanggung, tidak
ada ketentuan umum dalam undang-undang perasuransian, yang ada hanya
persetujuan kehendak antara pihak-pihak .
Menurut teori penerimaan, perjanjian asuransi terjadi dan mengikat pihak-pihak
pada saat penawaran sungguh-sungguh diterima oleh tertanggung. Atas nota
persetujuan ini kemudian dibuatkan akta perjanjian asuransi oleh penanggung
yang disebut polis asuransi. Perjanjian asuransi yang telah terjadi harus dibuat
secara tertulis dalam bentuk akta yang disebut polis. Polis ini merupakan
satu-satunya alat bukti tertulis untuk membuktikan bahwa asuransi telah terjadi. Untuk
mengatasi kesulitan jika terjadi sesuatu setelah perjanjian namun belum sempat
sudah di tandatangi tetapi belum diserahkan kepada tertanggung kemudian terjadi
evenemen yang menimbulkan kerugian tertanggung.
Perjanjian asuransi, pada dasarnya merupakan suatu perjanjian yang
mempunyai karakteristik yang dengan jelas akan memberikan suatu ciri khusus,
apabila dibandingkan dengan jenis perjanjian yang lain. Hal ini secara jelas
dibahas dalam buku-buku Anglo Saxon yang secara umum diberikan adalah:
Perjanjian asuransi adalah perjanjian yang bersifat aletair (aleatary),
merupakan perjanjian, yang prestasi penanggung masih harus digantungkan pada
peristiwa yang belum pasti, sedangkan prestasi tertanggung sudah pasti. Dan
meskipun tertanggung sudah memenuhi prestasinya dengan sempurna, pihak
penanggung belum pasti berprestasi dengan nyata.
Perjanjian asuransi adalah perjajian bersyarat (Conditional), merupakan
suatu perjanjian yang prestasi penanggung hanya akan terlaksana apabila
syarat-syarat yang ditentukan dalam perjanjian dipenuhi.
Perjanjian asuransi adalah perjanjian yang bersifat sepihak (unilateral),
hanya satu pihak saja yang memberikan janji yaitu pihak penanggung.
Penanggung memberikan janji akan mengganti suatu kerugian, apabila pihak
tertanggung sudah membayar premi dan polis sudah berjalan, sebaliknya
tertanggung tidak menjanjikan suatuapapun.
Perjanjian asuransi adalah perjajian yang bersifat pribadi (personal),
kerugian yang timbul harus merupakan kerugian orang perorangan, secara pribadi,
Perjanjian asuransi adalah perjanjian yang melekat pada syarat
penanggung (adhesion), karena di dalam perjanjian asuransi pada hakikatnya
syarat dan kondisi perjanjian hampir seluruhnya ditentukan diciptakan oleh
penanggung/perusahaan asuransi sendiri, dan bukan karena adanya kata sepakat
yang murni atau menawar.
Perjanjian asuransi adalah perjanjian dengan syarat iktikad baik yang
sempurna, perjanjian asuransi merupakan perjanjian dengan keadaan bahwa kata
sepakat dapat tercapai/negoisasi dengan posisi masing-masing mempunyai
pengetahuan yang sama mengenai fakta, dengan penilaian sama penelaahannya
untuk menperoleh fakta yang sama pula, sehingga dapat bebas dari cacat-cacat
tersembunyi.29
Izin sebagai instrument yuridis yang digunakan oleh pemerintah untuk
mempengaruhi para warga agar mau mengikuti cara yang dianjurkannya guna
mencapai tujuan konkret. Sebagai suatu instrument, izin berfungsi selaku ujung D. Tujuan Perizinan Asuransi
Upaya merealisasi Negara berdasarkan hukum dan mewujudkan
kehidupan bernegara maka hukum menjadi pengarah, perekayasa, dan perancang
bagaimana bentuk masyarakat hukum untuk mencapai keadilan. Berkaitan dengan
hal tersebut perlu adanya pembentukan peraturan dimana harus disesuaikan
dengan perkembangan masyarakat serta tidak bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
tombak instrument hukum sebagai pengarah, perekayasa, dan perancang
masyarakat adil dan makmur itu dijelmakan. Dapat dikatakan bahwa izin
difungsikan sebagai instrument pengendali atau instumen untuk mewujudkan
masyarakat yang adil dan makmur.
Adapun mengenai tujuan perizinan, hal ini tergantung pada kenyataan
konkret yang dihadapi. Keragaman peristiwa konkret menyebabkan pula dari
tujuan izin ini,berdasarkan yang secara umum dapat disebutkan sebagai berikut :
1. Keinginan mengarahkan aktivitas-aktivitas tertentu (misalnya izin bagunan).
2. Izin mencegah bahaya bagi lingkungan (izin-izin lingkungan).
3. Keinginan melindungi objek-objek tertentu (izin terbang, izin membongkar
pada monument-monumen)
4. Izin hendak membagi benda-benda yang sedikit (izin penghuni di daerah padat
penduduk).
5. Izin memberikan pengarahan, dengan menyeleksi orang-orang dan aktivitas-
aktivitas izin berdasarkan “drank en horecawet” dimana pengurus harus
memenuhi syarat-syarat tertentu.
Tujuan dari perizinan asuransi itu sendiri ialah bisa kita lihat pada tujuan
perizian secara umumnya, dan perusahaan asuransi itu sendiri merupakan
lembaga dari pemerintah pada sisi pemerintah tujuan dari perizinan itu ialah :
a.Untuk melaksanakan peraturan
Apakah ketentuan-ketentuan yang termuat dalam peraturan tersebut sesuai
ketertiban. Jadi dengan adanya perizinan dari perusahaan asuransi itu sendiri
maka pada praktiknya sudah mengatur ketertiban pada peraturan pemerintah.
b. Sebagai sumber pendapatan daerah
Dengan adanya permintaan permohonan izin, maka secara langsung
pendapatan pemerintah akan bertambah karena setiap izin yang dikeluarkan
pemohon haus membayar retribusi terlebih dahulu. Semakin banyak pula
pendapatan di bidang retribusi tujuan akhirnya, yaitu untuk membiayai
pembangunan.
Jadi pada pemberian perizinan pada asuransi itu bertujuan untuk :
a. Untuk adanya kepastian hukum
b .Untuk adanya kepastian hak
c. Untuk memudahkan mendapatkan fasilitas. Apabila perusahaan asuransi yang
didirikan telah mempunyai izin akan lebih mudah mendapatkan fasilitas.30
(1) Setiap pihak yang melakuka
Perizinan usaha asuransi pada Undang-Undang nomor 2 tahun 1992
tentang Usaha Perasuransian Pasal 9 bahwa :
dari Menteri, kecuali bagi perusahaan yang menyelenggarakan Program
Asuransi Sosial.
(2) Untuk mendapatkan izin usaha sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 harus
dipenuhi persyaratan mengenai:
a. Anggaran dasar
b.Susunan organisasi
30
c.Permodaland.Kepemilikan
d.Keahlian di bidang perasuransian
e.Kelayakan rencana kerja
f.Hal-hal lain yang diperlukan untuk mendukung pertumbuhan
31
31
Undang-undang no 2 tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian pasal 9 ayat( 1)
Khusus bagi Badan Usaha Milik Negara yang menyelenggarakan Program
Asuransi Sosial, fungsi dan tugas sebagai penyelenggara program tersebut
dituangkan dalam Peraturan Pemerintah. Hal ini berarti bahwa Pemerintah
memang menugaskan Badan Usaha Milik Negara yang bersangkutan untuk
melaksanakan suatu Program Asuransi Sosial yang telah diputuskan untuk
dilaksanakan oleh Pemerintah. Dengan demikian bagi Badan Usaha Milik Negara
termaksud tidak diperlukan adanya izin usaha dari Menteri.
Untuk mendukung suatu kegiatan usaha perasuransian yang
bertanggung-jawab, perlu adanya anggaran dasar, susunan organisasi yang baik, Jumlah modal
yang memadai, status kepemilikan yang jelas, tenaga ahli asuransi yang
diperlukan sesuai dengan bidangnya, rencana kerja yang layak sesuai dengan
kondisi, dan hal-hal lain yang dikemudian hari diperkirakan dapat mendukung
pertumbuhan usaha perasuransian secara sehat. Yang dimaksud dengan keahlian
di bidang perasuransian dalam ketentuan ini mencakup antara lain keahlian di
bidang aktuaria, underwriting, manajemen risiko. penilai kerugian asuransi, dan
Tujuan Asuransi itu sendiri adalah :
1). Memberikan jaminan perlindungan dari risiko-risiko kerugian yang diderita
satu pihak.
2). Meningkatkan efisiensi, karena tidak perlu secara khusus mengadakan
pengamanan dan pengawasan untuk memberikan perlindungan yang memakan
banyak tenaga, waktu dan biaya.
3). Pemerataan biaya, yaitu cukup hanya dengan mengeluarkan biaya yang
jumlahnya tertentu dan tidak perlu mengganti/membayar sendiri kerugian yan
timbul yang jumlahnya tidak tentu dan tidak pasti.
4). Dasar bagi pihak bank untuk memberikan kredit karena bank memerlukan
jaminan perlindungan atas agunan yang diberikan oleh peminjam uang.
5). Sebagai tabungan, karena jumlah yang dibayar kepada pihak asuransi akan
dikembalikan dalam jumlah yang lebih besar. Hal ini khusus berlaku untuk
asuransi jiwa.
6) Menutup Loss of Earning Power seseorang atau badan usaha pada saat ia
tidak dapat berfungsi (bekerja). 32
Dasar hukum usaha perasuransiandalam Undang- Undang Usaha Perasuransian
Saat ini terdapat peraturan perundang-undangan yang mengatur ketentuan usaha
atau bisnis perasuransian. Undang-undang dimaksud adalah UU Nomor 2 Tahun
1992 tentang Usaha Perasuransian, yang diundangkan dalam Lembaran Negara
Nomor 13 Tahun 1992 tanggal 11 Februari 1992.
Undang- undang ini mengutamakan pengaturan dari segi bisnis dan publik
administratif. Pengaturan dari segi bisnis artinya menjalankan usaha perasuransian
harus sesuai dengan aturan hukum yang berlaku. Dari segi publik administratif
artinya kepentingan masyarakat dan Negara tidak boleh dirugikan. Jika hal ini
dilanggar maka pelanggaran tersebut diancam sanksi pidana dan sanksi
administratif menurut undang-undang perasuransian. Pelaksanaan Undang-undang
Nomor 2 Tahun 1992 diatur dengan Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1992
tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian.33
3.Perusahaan Reasuransi.
Pengaturan usaha perasuransian dalam Undang-undang Nomor 2 Tahun 1992
terdiri dari 13 (tiga belas) bab dan 28 (dua puluh delapan) pasal dengan rincian
substansi sebagai berikut:
Bidang usaha perasuransian meliputi kegiatan:
1.Usaha asuransi, dan
2.Usaha penunjang asuransi.
Jenis usaha perasuransian sebagai meliputi:
1.Usaha asuransi terdiri dari: asuransi kerugian, asuransi jiwa, dan reasuransi.
2.Usaha penunjang asuransi terdiri dari: pialang asuransi, pialang reasuransi,
penilai kerugian asuransi, konsultan aktuaria, dan agen asuransi.
Perusahaan Perasuransian meliputi:
1.Perusahaan Asuransi Kerugian.
2Perusahaan Asuransi Jiwa.
diakses
4.Perusahaan Pialang Asuransi.
5.Perusahaan Pialang Reasuransi.
6.Perusahaan Penilai Kerugian Asuransi.
7.Perusahaan Konsultan Aktuaria.
8.Perusahaan Agen Asuransi.
Bentuk hukum usaha perasuransian terdiri dari:
1.Perusahaan Perseroan (Persero).
2.Koperasi.
3.Perseroan Terbatas.
4.Usaha Bersama (mutual).
Kepemilikan Perusahaan Perasuransian oleh:
1.Warga Negara Indonesia dan atau badan hukum Indonesia.
2.Warga Negara Indonesia dan atau badan hukum Indonesia bersama dengan
perusahaan perasuransian yang tunduk pada hukum asing.
Perizinan usaha perasuransian oleh Menteri Keuangan.
Pembinaan dan pengawasan terhadap usaha perasuransian oleh Menteri Keuangan
mengenai:
1.Kesehatan keuangan Perusahaan Asuransi Kerugian, Perusahaan Asuransi Jiwa,
dan Perusahaan Reasuransi.
2.Penyelenggaraan usaha perasuransian dan modal usaha.
Kepailitan dan likuidasi Perusahaan Asuransi melalui keputusan Pengadilan
Niaga.
1.Sanksi pidana karena kejahatan: menjalankan usaha perasuransian tanpa izin,
menggelapkan premi asuransi, menggelapkan kekayaan Perusahaan Asuransi
dan Reasuransi, menerima atau menadah atau membeli kekayaan Perusahaan
Asuransi hasil penggelapan, pemalsuan dokumen Perusahaan Asuransi,
Reasuransi.
2.Sanksi administratif berupa: ganti kerugian, denda administratif, peringatan,
pembatasan kegiatan usaha, pencabutan izin usaha perusahaan.34
34
Undang-Undang Nomor 2 tahun 1992 , tentang Usaha Perasuransian
Undang-Undang Asuransi Sosial
Asuransi sosial di Indonesia pada umumnya meliputi bidang jaminan keselamatan
angkutan umum, keselamatan kerja, dan pemeliharaan kesehatan. Program
asuransi sosial diselenggarakan oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sesuai
dengan ketentuan Pasal 9 ayat (1) Undang-Undang Nomor 2 tahun 1992.
Perundang-undangan yang mengatur asuransi sosial adalah sebagai berikut:
Asuransi Sosial Kecelakaan Penumpang (Jasa Raharja):
1.Undang- Undang Nomor 33 Tahun 1964 tentang Dana Pertanggungan Wajib
Kecelakaan Penumpang. Peraturan pelaksanaannya adalah Peraturan
Pemerintah Nomor 17 Tahun 1965.
2.Undang- Undang Nomor 34 Tahun 1964 tentang Dana Kecelakaan Lalu Lintas
Jalan. Peraturan pelaksanaannya adalah Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun
Asuransi Sosial Tenaga Kerja (Astek):
1. Undang- Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja
(Jamsostek).
2. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1990 tentang Penyelenggaraan
Asuransi Sosial Tenaga Kerja (Perubahan Peraturan Pemerintah Nomor 33
Tahun 1977).
3. Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 1991 tentang Asuransi Sosial Angkatan
Bersenjata Republik Indonesia (ASABRI).
4. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1981 tentang Asuransi Sosial Pegawai
Negeri Sipil (ASPNS). 35
35