• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Praktik Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Laporan Praktik Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan Chapter III V"

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

TINJAUAN KHUSUS RSUD Dr. PIRNGADI KOTA MEDAN

3.1 Sejarah Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan

Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan didirikan oleh Pemerintah Kolonial Belanda pada tanggal 11 Agustus 1928 dengan nama GEMENTA ZIEKEN HUIS. Pada tahun 1942 selama periode pemerintahan Jepang nama rumah sakit berganti menjadi “Syuritsu Syusono Ince”. Pada tahun 1947 rumah sakit diambil alih oleh pemerintah Negara bagian sumatera timur Republik Indonesia Serikat (RIS) dengan nama “Rumah Sakit Kota Medan”. Pada tahun 1950 dengan berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia, pada tanggal 17 agustus 1950 Rumah Sakit kota Medan diambil alih oleh pemerintah pusat Kementrian Kesehatan dengan nama “Rumah Sakit Umum Pusat”. Pada tahun 1972 Rumah Sakit Umum Pusat diserahkan dari pemerintah pusat kepada pemerintah provinsi Sumatera Utara dan berganti nama menjadi “Rumah Sakit Umum Pusat Provinsi Medan”.

(2)

Sesuai Peraturan Daerah Pemerintahan Kota Medan No. 3 Tahun 2009, sejak tanggal 4 Maret 2009 Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota Medan berubah menjadi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan.

RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan adalah rumah sakit tipe B Pendidikan yang mempunyai fasilitas dan kemampuan medis spesialis dasar, spesialis luas, dan beberapa subspesialis.

RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan terletak di Jalan Prof. Haji Mohammad Yamin No. 47, Kelurahan Perintis Kemerdekaan, Kecamatan Medan Timur. Kepegawaian RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan meliputi tenaga medis, tenaga penunjang medis, dan tenaga non medis.

3.2 Struktur Organisasi

RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan dipimpin oleh seorang Direktur yang dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh 3 orang wakil direktur yaitu:

1. Wakil direktur bidang administrasi umum.

2. Wakil direktur bidang pelayanan medis dan keperawatan. 3. Wakil direktur bidang sumber daya manusia dan pendidikan.

(3)

kefarmasian di rumah sakit. Struktur organisasi RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan dapat dilihat pada Lampiran 1.

3.3 Instalasi Farmasi RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan

Instalasi Farmasi RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan merupakan salah satu unit fungsional bersifat swakelola yang dipimpin oleh seorang Apoteker dan dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Wakil Direktur Bidang Administrasi Umum RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan. Motto instalasi farmasi adalah ”Obat yang Bermutu dan Terjangkau Adalah yang Utama”. Instalasi Farmasi dibagi menjadi empat bagian sub instalasi, yaitu: Sub Instalasi Administrasi, Sub Instalasi Perlengkapan, Sub Instalasi Distribusi, dan Sub Instalasi Farmasi Klinis. Struktur Instalasi Farmasi dapat dilihat di Lampiran 2. 3.3.1 Sub Instalasi Administrasi

Merupakan bagian dari Instalasi Farmasi Rumah Sakit yang bertugas melaksanakan kegiatan administrasi kefarmasian di Instalasi Farmasi. Kesekretariatan dipimpin oleh seorang Apoteker yang disebut dengan sekretaris Instalasi Farmasi.

Dalam melaksanakan tugasnya Sub Instalasi Administrasi dibagi dua, yaitu:

1. Umum, kepegawaian dan rumah tangga Tugasnya antara lain:

(4)

b. Mencatat surat-surat yang keluar dari Instalasi Farmasi dan menyampaikan ke alamat yang dituju dengan pertanggung jawaban yang jelas dan mengarsipkannya.

c. Mengarsipkan data-data pegawai di Instalasi Farmasi. d. Membalas surat yang masuk ke Instalasi Farmasi.

e. Mengatur mutasi pegawai di lingkungan Instalasi Farmasi. f. Mengarsipkan resep dan kuitansi penjualan resep.

g. Mengurus permintaan keperluan rumah tangga di Instalasi Farmasi misalnya alat tulis, dan mengurus kerusakan alat-alat rumah tangga.

2. Akuntansi, Laporan dan Statistik Tugasnya antara lain:

a. Mencatat semua data-data pengeluaran dan pemasukan obat-obatan, dan alat kesehatan.

b. Melakukan pemeriksaan silang (cross check) dengan gudang dan sub instalasi distribusi setiap bulan dan menyesuaikannya dengan Kartu Administrasi Persediaan Farmasi.

c. Membuat laporan bulanan penjualan obat-obatan yang terjual melalui resep setiap bulan.

d. Membuat laporan pengeluaran obat-obatan, dan alat kesehatan yang dikeluarkan Instalasi Farmasi dalam bentuk laporan tahunan.

(5)

f. Membuat neraca rugi laba berdasarkan data dari semua bagian IFRS tiap akhir tahun. Berdasarkan data yang dikumpulkan tersebut dapat diketahui persediaan akhir setiap bulan dan setiap tahun.

Selain tugas-tugas di atas, Sub Instalasi Administrasi juga bertugas membuat, mengatur, dan mengevaluasi perhitungan unit cost. Unit cost adalah biaya yang dikeluarkan oleh IFRS untuk keperluan pemeriksaan, perawatan, dan tindakan medis bagi pasien, yang dalam penggunaannya tidak dapat ditentukan jumlah satuannya seperti reagen, kapas, plester, dan lain-lain.

Penentuan besarnya biaya unit cost untuk pasien rawat jalan, operasi dan rawat inap dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

a. Pasien rawat jalan

bulan

Keterangan: Data diambil minimal selama 3 bulan berturut-turut kemudian dihitung rata-ratanya.

b. Pasien rawat inap

bulan

(6)

Setiap bulan dibuat neraca Rugi/Laba untuk unit cost sehingga dapat dievaluasi secara berkala dan dapat segera disesuaikan jika terdapat perubahan yang signifikan. Contoh biaya unit cost dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Perhitungan Unit cost Partus Normal Pasien Jamkesmas/ Medan Sehat

No.

Nama Perbekalan Farmasi

Kemasan Harga

Satuan Pemakaian

Harga

3.3.2 Sub Instalasi Perbekalan

Sub instalasi perbekalan farmasi dipimpin oleh seorang apoteker dan bertugas untuk membantu dan menunjang fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit dalam hal perencanaan, pengadaan, dan penyimpanan perbekalan farmasi sesuai kebutuhan rumah sakit.

Sub instalasi perbekalan farmasi dibagi atas dua bagian, yaitu: a. Unit perencanaan dan pengadaan.

Unit perencanaan dan pengadaan mempunyai tugas sebagai berikut:

(7)

ii. Memesan dan menyediakan perbekalan farmasi sesuai permintaan untuk kebutuhan rumah sakit.

Bagian perencanaan dan pengadaan melakukan pemesanan bahan-bahan obat dan alat kesehatan untuk kebutuhan selama satu bulan berdasarkan permintaan dari gudang kecuali ada permintaan kebutuhan khusus yang mendesak. Prinsip pengadaan perbekalan farmasi yaitu tersedianya seluruh kebutuhan perbekalan farmasi dengan jenis dan jumlah yang memadai sesuai dengan formularium yang berlaku di rumah sakit tersebut. Proses pengadaan perbekalan farmasi dapat dijelaskan melalui tahap berikut:

a. Sub instalasi distribusi meminta barang ke gudang dengan menyerahkan formulir B2 (Daftar Permintaan dan Pengeluaran Farmasi) yang dapat dilihat pada Lampiran 4. Jika barang yang diminta hampir habis (dilihat dari kartu stok gudang) maka gudang akan membuat permohonan pembelian barang dengan menggunakan formulir P1 Lampiran 5 dan menyerahkannya pada unit pengadaan.

b. Unit pengadaan memesan perbekalan farmasi dengan menggunakan surat pesanan/order pembelian kepada Pedagang Besar Farmasi (PBF) setelah disetujui dan ditandatangani oleh Kepala Instalasi Farmasi. Untuk pemesanan obat-obat Askes harus sesuai dengan DPHO (Daftar Plafon Harga Obat) dan disetujui oleh petugas Askes.

(8)

obat psikotropika seperti diazepam dan luminal dapat dipesan dari PBF lainnya selain PT. Kimia Farma. Contoh formulir pemesanan obat psikotropika dapat dilihat pada Lampiran 7.

d. Barang pesanan kemudian diantar oleh PBF ke gudang dengan membawa faktur pembelian dan diperiksa oleh petugas gudang. Sebelum jatuh tempo pihak PBF akan datang untuk penagihan. Pada saat penagihan PBF membawa faktur asli beserta kuitansi, surat pesanan, SSP PPh, dan SSP PPN Lampiran 8 s/d 14 . Pembayaran dilakukan apabila berkas penagihan telah disetujui oleh direktur.

b. Unit Gudang

Unit gudang bertugas menerima, menyimpan dan menyalurkan perbekalan farmasi ke seluruh unit pelayanan yang ada di rumah sakit. Apabila ada perbekalan farmasi yang persediaannya hampir habis, pihak gudang akan mencatat dan memintanya ke unit pengadaan sebulan sekali yang ditulis dalam lembar Permohonan Pembelian Barang Medis (Formulir P1). Permintaan perbekalan farmasi ke pengadaan dapat dilakukan lebih dari satu kali dalam sebulan jika kebutuhan rumah sakit meningkat dibandingkan biasanya. Setelah Permohonan Pembelian Barang Medis dikirim ke pengadaan, maka pengadaan akan membuat order pembelian dan memesannya ke PBF.

(9)

Kemudian faktur ditandatangani oleh penerima barang di unit gudang. Harga di buku barang masuk gudang sudah disesuaikan dengan Harga Pokok Penjualan (HPP) yaitu harga modal ditambah PPN 10%. Jika barang yang diterima tidak sesuai dengan faktur dan surat pesanan maka barang akan dikembalikan.

Keluar masuknya perbekalan farmasi dari gudang harus dicatat dalam Buku Besar Barang Masuk dan Barang Keluar kemudian dicatat dalam kartu stok gudang. Gudang mengeluarkan barang berdasarkan permintaan dari sub Instalasi Distribusi dengan menggunakan Formulir B2 (Daftar Permintaan dan Pengeluaran Farmasi).

Penyimpanan dan pengeluaran perbekalan farmasi dilakukan berdasarkan prinsip FIFO (First In First Out) dan FEFO (First Expired First Out). Obat-obat narkotika dan psikotropika disimpan di dalam lemari khusus yang terkunci. Obat-obat yang penyimpanannya pada suhu tertentu seperti serum, vaksin dan supositoria disimpan dalam lemari pendingin. Setiap akhir bulan petugas gudang membuat laporan sisa stok dan menghitung jumlah dan kondisi perbekalan farmasi dan alat kesehatan di gudang.

Unit gudang dibagi menjadi dua bagian, yaitu: 1. Gudang obat-obatan

(10)

obat yang termasuk dalam DPHO Askes dan obat-obat yang sesuai dengan formularium rumah sakit.

2. Gudang alat kesehatan habis pakai

Bertugas membuat permohonan pembelian alat kesehatan, menerima, menyimpan, dan menyalurkan alat kesehatan habis pakai seperti kapas, infus set, adult diapers, plester, dan lain-lain. Bahan-bahan cairan seperti alkohol, formalin, dan hidrogen peroksida juga disimpan dan didistribusikan oleh gudang alat kesehatan habis pakai.

Setiap akhir bulan petugas melakukan stock opname yaitu menghitung jumlah dan kondisi (kadaluarsa) perbekalan farmasi dan alat kesehatan di gudang dan membuat laporan sisa stok.

3.3.3 Sub Instalasi Distribusi

(11)

One Day Dose Dispensing (ODDD) merupakan sistem distribusi di mana obat dikemas untuk satu hari pemakaian. Sistem ini melibatkan apoteker dalam memonitor penyampaian perbekalan farmasi kepada pasien sehingga tercapai penggunaan obat yang rasional dan efektif.

Secara umum sistem pemasukan dan pengeluaran perbekalan farmasi pada sub instalasi distribusi adalah sebagai berikut:

a. Sub instalasi distribusi meminta perbekalan farmasi ke gudang berdasarkan besarnya kebutuhan rumah sakit dengan menggunakan formulir B2 (Permintaan dan Pengeluaran Farmasi).

b. Sub instalasi distribusi menerima barang dari gudang dan menyalurkannya berdasarkan permintaan melalui resep, dan kartu obat.

Sistem pengawasan terhadap pemasukan dan pengeluaran barang dari dan ke sub instalasi distribusi dilakukan dengan cara cross check dengan sub instalasi administrasi setiap bulan.

Pendistribusian perbekalan farmasi dilakukan melalui:

a. Pelayanan farmasi pasien umum rawat inap dan rawat jalan.

b. Pelayanan farmasi pasien ASKES, Jamkesmas, Medan Sehat, dan Pemprovsu rawat inap.

c. Pelayanan farmasi pasien Jamkesmas, Medan Sehat, dan Pemprovsu rawat jalan.

(12)

3.3.3.1 Pelayanan Farmasi Rawat Inap/ Jalan Umum

Pelayanan farmasi rawat inap/ jalan melayani pasien umum, pasien kredit (pasien yang berasal dari perusahaan yang bekerja sama dengan RSUD Dr. Pirngadi seperti PJKA, PLN, dan lain-lain), dan pasien penderita HIV. Permintaan obat menggunakan resep/kartu obat. Untuk pasien penderita HIV harus disertai kartu pasien VCT (Voluntary Counseling and Testing). Pasien rawat jalan umum berasal dari poliklinik seperti poliklinik paru, gigi, mata, neurologi, obstetri dan ginekologi, nefrologi, gastrologi, kardiologi, dan lain-lain. Pasien umum yang rawat inap berasal dari ruang rawat inap seperti ruang VIP, Plus A, Plus B. Pasien HIV berasal dari poliklinik VCT .

1. Prosedur Pelayanan Rawat Jalan a. Pasien umum

Pasien umum adalah masyarakat umum yang datang untuk berobat ke rumah sakit dan harus membayar pengobatannya sendiri karena tidak mempunyai jaminan kesehatan apapun. Prosedur pelayanan farmasi rawat jalan:

i. Pasien memberikan resep kepada apoteker/asisten apoteker.

ii. Resep diberi harga dan diinformasikan kepada pasien. Jika pasien setuju lalu membayar, maka obat segera disiapkan.

iii. Obat diserahkan beserta kuitansi (rangkap dua). Lembar asli diberikan pada pasien dan lembar copy sebagai pertinggal di apotek Pelayanan Farmasi Rawat Jalan.

(13)

sama dengan nomor kwitansi. Uang yang diterima akan disetorkan ke bagian keuangan.

b. Pasien kredit (pasien yang berasal dari perusahaan yang bekerja sama dengan RSUD Dr. Pirngadi).

i. Pasien menyerahkan resep rangkap tiga disertai surat keterangan dari perusahaan yang sudah disetujui oleh bagian keuangan rumah sakit.

ii. Apoteker/asisten apoteker memeriksa kelengkapan resep, dan menyiapkan obat serta memberi etiket.

iii. Obat diserahkan kepada pasien disertai informasi yang dibutuhkan. iv. Pasien menandatangani resep sebagai bukti telah menerima obat.

c. Pasien poliklinik VCT (Voluntary Counseling and Testing). Prosedur pelayanan farmasi pasien VCT:

i. Pasien membawa resep asli yang telah diberi stempel dari poliklinik VCT disertai kartu pasien VCT lalu diserahkan kepada apoteker/asisten apoteker.

ii. Resep diperiksa kelengkapannya, lalu obat disiapkan. iii. Obat-obat yang diambil dicatat di dalam kartu pasien VCT. iv. Lalu obat diserahkan kepada pasien.

v. Pasien menandatangani buku catatan pengambilan obat.

2. Prosedur Pelayanan Farmasi Rawat Inap a. Pasien umum

(14)

ii. Jika pasien membawa kartu obat, maka obat yang terdapat di kartu obat disalin kembali pada blanko copy resep. Obat tersebut diberi harga, jika pasien setuju lalu membayar, maka obat segera disiapkan.

iii. Obat diserahkan beserta kuitansi (rangkap dua). Lembar asli diberikan pada pasien dan lembar copy sebagai pertinggal di apotek Pelayanan Farmasi Rawat Inap.

iv. Lembar copy resep dan kuitansi disimpan di apotek yang akan diserahkan kepada bagian administrasi untuk diperiksa kembali dan diarsipkan.

b. Pasien kredit

i. Pasien menyerahkan resep rangkap tiga disertai surat keterangan dari perusahaan kepada apoteker/asisten apoteker. Resep sudah diperiksa dan disetujui oleh bagian keuangan rumah sakit.

ii. Apoteker/asisten apoteker memeriksa kelengkapan resep, dan menyiapkan obat serta memberi etiket.

iii. Obat diserahkan kepada pasien disertai informasi yang dibutuhkan. iv. Pasien menandatangani resep sebagai bukti telah menerima obat.

3.3.3.2 Pelayanan Farmasi Rawat Inap ASKES/Jamkesmas/Medan Sehat/Pemprovsu.

Pasien ASKES adalah pasien yang berasal dari Instansi Pemerintahan yaitu PNS (Pegawai Negeri Sipil) beserta keluarga yang meliputi istri dan 2 orang anak. Jaminan untuk anak maksimum sampai umur 21 tahun (kecuali disertai surat aktif kuliah, jaminan sampai umur 25 tahun).

(15)

diselenggarakan secara nasional agar terjadi subsidi silang dalam rangka mewujudkan pelayanan kesehatan yang menyeluruh bagi masyarakat miskin. Peserta Jamkesmas adalah semua anggota keluarga yang termasuk dalam kartu keluarga yang dinyatakan miskin oleh lurah setempat.

Untuk pasien Jamkesmas, pemberian obat berdasarkan formularium Jamkesmas. Penagihan biaya dilakukan satu bulan sekali ke bagian keuangan rumah sakit setelah semua berkas dan data-data terkumpul dan telah diperiksa oleh apoteker dan disetujui oleh Kepala Instalasi Farmasi serta tim verifikasi. Ada beberapa syarat yang berlaku untuk pasien Jamkesmas diantaranya:

a. Kertas resep rangkap tiga

b. Membawa fotokopi kartu Jamkesmas

c. Protokol terapi untuk obat-obat khusus dan hasil pemeriksaan laboratorium.

Medan Sehat adalah salah satu program pemerintah daerah kota Medan untuk memberikan pelayanan kesehatan bagi warga kota Medan yang tidak mempunyai jaminan kesehatan apapun seperti Jamkesmas atau Askes. Jika pasien berasal dari keluarga yang mampu, maka tidak diperbolehkan mengikuti program Medan Sehat ini. Pemberian obat pasien Medan Sehat adalah sesuai formularium Jamkesmas. Penagihan biaya juga sama ketentuannya seperti pasien Jamkesmas. Beberapa syarat yang berlaku untuk pasien Medan Sehat diantaranya:

a. Pasien membawa resep

b. Membawa fotokopi kartu peserta Medan Sehat

(16)

Program Kesehatan Pemprovsu adalah salah satu kebijakan pemerintah Propinsi Sumatera Utara untuk memberikan pelayanan kesehatan bagi warga Sumatera Utara yang tidak mempunyai jaminan kesehatan apapun seperti Jamkesmas, Medan Sehat, atau Askes. Setiap warga Sumatera Utara berhak menjadi peserta program ini, tetapi harus memenuhi syarat yang telah ditetapkan. Pemberian obat pasien Pemprovsu juga disesuaikan dengan formularium Jamkesmas. Penagihan biaya juga sama ketentuannya seperti pasien Jamkesmas. Beberapa syarat yang berlaku untuk pasien Pemprovsu diantaranya:

a. Membawa fotokopi KTP

b. Membawa fotokopi Kartu Keluarga

c. Memiliki Surat Permohonan Bantuan Pelayanan Kesehatan dari Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara

d. Memiliki surat keterangan kurang mampu dari kelurahan yang diketahui oleh Camat.

(17)

Prosedur pelayanan farmasi rawat inap untuk pasien askes ditunjukan dalam Gambar 3.1

Gambar 3.1 Prosedur pelayanan farmasi rawat inap untuk pasien askes Resep dan Status Pasien

Di bawa perawat ke apotek

Petugas apotek memeriksa kesesuaian dan kelengkapan resep

Petugas askes memeriksa kesesuaian resep

Apoteker melegalisasi dan memeriksa

kerasionalan obat

Resep diberi nomor dan dicatat

Penyiapan obat

Di buat CPO (catatan pemberian obat)

Obat diantar ke ruangan

(18)

Prosedur pelayanan farmasi rawat inap untuk pasien Jamkesmas, Medan Sehat, dan Pemprovsu ditunjukkan dalam Gambar 3.2

Gambar 3.2 Prosedur pelayanan farmasi rawat inap untuk pasien Jamkesmas, Medan Sehat, dan Pemprovsu

Resep dan Status Pasien

Di bawa perawat ke apotek

Petugas apotek memeriksa kesesuaian dan kelengkapan resep

Apoteker melegalisasi dan memeriksa

kerasionalan obat

Resep diberi nomor dan dicatat

Penyiapan obat

Di buat CPO (catatan pemberian obat)

Obat diambil oleh perawat

(19)

3.3.3.3 Pelayanan Farmasi Pasien Jamkesmas/Medan Sehat/Pemprovsu Rawat Jalan.

Pelayanan farmasi ini khusus melayani pasien Jamkesmas/Medan Sehat/Pemprovsu rawat jalan. Pasien Jamkesmas/Medan Sehat/Pemprovsu ini berasal dari berbagai poliklinik di rumah sakit.

Prosedur pelayanan farmasi untuk pasien jamkesmas, medan sehat dan pemprovsu Rawat jalan ditunjukkan dalam Gambar 3.3.

/

Gambar 3.3 Pelayanan Farmasi Pasien Jamkesmas/Medan Sehat/Pemprovsu Rawat Jalan

Resep dari Poliklinik

Di bawa pasien ke apotek

Petugas apotek memeriksa kesesuaian dan kelengkapan jaminan

Petugas apotek memeriksa kesesuaian resep

Resep diberi nomor dan dicatat oleh asisten apoteker

Penyiapan obat dan diberi etiket

Obat dicatat dalam kartu obat

Obat diserahkan kepada pasien disertai dengan pemberian informasi

Pasien menandatangani resep

Apoteker melegalisasi dan memeriksa

(20)

3.3.3.4Pelayanan Farmasi di Instalasi Gawat Darurat (IGD)

Pelayanan farmasi di IGD dipimpin oleh seorang apoteker. Pelayanan farmasi di IGD selama 24 jam dilayani oleh petugas yang terbagi atas 3 shift yaitu pagi, siang dan malam hari. Pada setiap pergantian shift dilakukan serah terima barang dan uang. Pengadaan barang dari unit gudang dengan menggunakan formulir B2 (Daftar Permintaan dan Pengeluaran Farmasi).

Tugas dan fungsi dari pelayanan farmasi di IGD:

a. Melayani perbekalan farmasi untuk pasien yang masuk dari IGD, baik pada jam kerja maupun diluar jam kerja dan hari libur. Melayani pasien umum, pasien Askes, pasien Jamkesmas, pasien Medan Sehat, pasien Pemprovsu, pasien kredit dan pasien yang tidak diketahui identitasnya (Mr./Mrs. X).

b. Melayani perbekalan farmasi untuk pasien yang memerlukan tindakan bedah di KBE (Kamar Bedah Emergensi), yaitu tindakan bedah yang dilakukan 24 jam untuk yang tidak terjadwal.

c. Pasien yang membutuhkan Observasi ODC (One Day Care)

(21)

Prosedur pelayanan farmasi di IGD: a. Pasien Umum

i. Dokter menulis perbekalan farmasi yang diperlukan oleh pasien di kartu obat dan di resep sementara.

ii. Perawat IGD membawa kartu obat dan resep tersebut ke pelayanan farmasi IGD.

iii. Petugas pelayanan farmasi IGD memberikan perbekalan farmasi yang diminta dan menginput ke komputer pada pelayanan obat pasien umum. iv. Pembayaran langsung dipungut oleh petugas IGD untuk pasien PBJ

(Pulang Berobat Jalan). Sedangkan untuk pasien rawat inap dipungut oleh juru pungut ruangan. Selanjutnya juru pungut instalasi farmasi akan menghitung dan mengklaim jumlah biaya perbekalan farmasi yang dipakai ke pihak RSUD Dr. Pirngadi kota Medan.

v. Pada resep bebas, petugas IGD memberi harga dan menginformasikan pada keluarga pasien. Bila keluarga pesien setuju maka petugas IGD menyiapkan perbekalan farmasi dan menginput ke komputer pada penjualan langsung dan mencetak kuitansi. Kuitansi asli diberikan pada keluarga pasien bersamaan dengan penyerahan perbekalan farmasi setelah pembayaran perbekalan farmasi.

b. Pasien Askes

(22)

i. Dokter menulis perbekalan farmasi yang dibutuhkan pada resep sementara yang dibawa oleh perawat/keluarga pasien ke pelayanan farmasi IGD. ii. Obat yang diresepkan harus sesuai DPHO. Jika diluar DPHO, maka

petugas farmasi IGD mengkonfirmasikan ke dokter untuk mengganti obat yang sesuai dengan DPHO atau memakai protokol terapi untuk dilaporkan ke komite medis, apakah penggunaan obat diluar DPHO diterima atau ditolak.

iii. Petugas farmasi memberikan perbekalan farmasi tersebut kepada perawat/keluarga pasien.

iv. Jika pasien tidak membawa kartu Askes, maka pasien dianggap pasien Umum dan resep diinput di komputer pada pelayanan obat pasien umum. Apabila dikemudian harinya pasien menyerahkan fotokopi kartu Askes, maka petugas IGD merubah status pasien ke komputer menjadi pelayanan obat pasien Askes dan ditulis di buku perubahan status. Perubahan status maksimal 3x24 jam, selanjutnya melapor ke bagian pendaftaran IGD dan pelayanan farmasi IGD.

v. Penagihan biaya obat dilakukan oleh bagian keuangan apotek dengan mengarsipkan kuitansi dan copy resep, untuk diberikan kepada bagian keuangan rumah sakit. Oleh bendahara rumah sakit dilakukan pengklaiman ke perusahaan yang bersangkutan (PT. Askes).

c. Pasien Jamkesmas/Medan Sehat/Pemprovsu

(23)

persyaratan. Perbekalan farmasi yang diberikan harus sesuai dengan formularium Jamkesmas. Prosedur pelayanan pasien Jamkesmas/Medan Sehat/Pemprovsu:

i. Dokter menulis perbekalan farmasi yang dibutuhkan pada resep sementara yang dibawa oleh perawat/keluarga pasien ke pelayanan farmasi IGD. ii. Obat yang diresepkan harus sesuai formularium Jamkesmas. Jika diluar

Formularium Jamkesmas, maka menggunakan protokol terapi untuk dilaporkan ke komite medis, apakah penggunaan obat diluar formularium diterima atau ditolak.

iii. Petugas farmasi memberikan perbekalan farmasi tersebut kepada perawat/keluarga pasien.

iv. Jika pasien tidak membawa kartu Jamkesmas/Medan Sehat atau kelengkapan syarat peserta Pemprovsu, maka pasien dianggap pasien Umum dan resep diinput di komputer pada pelayanan obat pasien Umum. Apabila dikemudian harinya pasien menyerahkan fotokopi kartu Jamkesmas/Medan Sehat atau kelengkapan syarat peserta Pemprovsu, maka petugas IGD merubah status pasien ke komputer menjadi pelayanan obat pasien Jamkesmas dan ditulis di buku perubahan status. Perubahan status maksimal 3x24 jam, selanjutnya melapor ke bagian pendaftaran IGD dan pelayanan farmasi IGD.

d. Pasien Mr./Mrs. X

(24)

maka petugas IGD melaporkan ke bagian pelayanan medis agar membuat surat keterangan miskin yang ditandatangani oleh direktur rumah sakit, sehingga pasien tersebut tidak perlu membayar biaya pengobatan dan perbekalan farmasi yang digunakan. Penagihan biaya dilakukan pada bagian keuangan rumah sakit.

e. Pasien Kamar Bedan Emergency

i. Petugas KBE akan mencatat semua kebutuhan operasi ke dalam lembar pemakaian obat-obatan dan alat kesehatan untuk pasien operasi.

ii. Obat dan alat kesehatan disiapkan, petugas IGD akan menghitung setiap pengeluaran. Jika operasi selesai maka petugas akan menginput total pengeluaran farmasi ke komputer pada pelayanan obat pasien (berdasarkan status pasien tersebut).

iii. Untuk obat golongan narkotika, petugas farmasi IGD mencatat ke formulir pemakaian narkotika yang dilengkapi nama dokter, nama pasien dan ditandatangani oleh dokter yang bersangkutan untuk keperluan pelaporan narkotika setiap bulannya. Pembuatan laporan seluruh narkotika yang digunakan di rumah sakit dilakukan oleh bagian administrasi instalasi farmasi rumah sakit RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan.

3.3.3.5 Pelayanan Farmasi di Instalasi Bedah Sentral (IBS)

(25)

oleh pemerintah dan obat yang digunakan harus sesuai formularium Jamkesmas. Bagi pasien Askes, Jamkesmas, Medan Sehat dan Pemprovsu harus memenuhi persyaratan terlebih dahulu, yaitu:

a. Kartu Askes/ Jamkesmas/ Medan Sehat; kecuali untuk pasien Pemprovsu b. Surat Jaminan Perawatan (SJP); kecuali untuk pasien Pemprovsu

c. Protokol terapi yang dapat dilihat pada Lampiran 16 halaman 82 (untuk penggunaan alat-alat yang mahal, narkotik, yang melebihi batas ketentuan DPHO)

d. Resep

Adapun alur pelayanan farmasi IBS yaitu:

A. Pasien Askes. Jamkesmas, Pemprovsu, Medan Sehat: i. Perawat di ruangan membawa pasien ke kamar bedah

ii. Petugas/ kamar bedah menulis permintaan perbekalan farmasi di form pemakaian obat-obatan dan alat kesehatan untuk pasien operasi (Lampiran 17) Petugas farmasi menyerahkan perbekalan farmasi sesuai dengan permintaan yang ada di form tersebut.

iii. Perawat yang menerima perbekalan farmasi menandatangani form pemakaian obat-obat dan alat kesehatan untuk pasien operasi dan juga petugas farmasi yang menyerahkan.

iv. Setelah selesai operasi, perbekalan farmasi yang tidak digunakan dikembalikan oleh perawat ke apotek, lalu petugas farmasi mencoret di form tersebut.

(26)

vi. Petugas farmasi menuliskan perbekalan farmasi yang digunakan kamar bedah ke resep sementara, kemudian membawa resep sementara itu kelantai tiga untuk diserahkan keperawat.

vii. Perawat di ruangan memindahkan resep sementara tersebut ke resep asli dan melampirkan persyaratan-persyaratan yang diperlukan seperti yang telah disebutkan di atas.

viii. Perawat membawa resep asli tersebut beserta kelengkapannya ke pelayanan farmasi IBS dan petugas farmasi menginput perbekalan farmasi ke komputer.

ix. Petugas farmasi menyerahkan resep tersebut ke pelayanan Askes, Jamkesmas, Medan Sehat dan Pemprovsu rawat inap untuk diklaim. x. Untuk perbekalan farmasi yang masuk paket operasi seperti

benang-benang, elektroda dan Prostigmin dibuat harganya di form pemakaian obat-obatan dan alat kesehatan untuk pasien operasi, lalu form tersebut diserahkan ke bagian administrasi instalasi farmasi untuk diklaim ke bagian keuangan rumah sakit.

B. Pasien Umum

i. Perawat di ruangan membawa pasien ke kamar bedah.

ii. Petugas apotek meminta keluarga pasien unruk membayar biaya perbekalan farmasi sejumlah tertentu ke Bank Bukopin sebagai panjar. iii. Petugas/ kamar bedah menulis permintaan perbekalan farmasi di form

pemakaian obat-obatan dan alat kesehatan untuk pasien operasi.

(27)

v. Perawat yang menerima perbekalan farmasi menandatangani form pemakaian obat-obat dan alat kesehatan untuk pasien operasi dan juga petugas farmasi yang menyerahkan.

vi. Setelah selesai operasi, perbekalan farmasi yang tidak digunakan dikembalikan oleh perawat ke apotek, lalu petugas farmasi mencoret di form tersebut.

vii. Setelah itu dokter yang mengoperasi dan dokter anestesi menandatangani form tersebut.

viii. Semua biaya perbekalan diinput ke komputer dan ditagih ke bendahara rumah sakit oleh petugas keuangan farmasi.

Perbekalan farmasi yang terdapat di pelayanan farmasi IBS adalah obat-obatan sediaan injeksi terutama anestesi dan alat kesehatan habis pakai. Obat-obat dan alat-alat kesehatan di pelayanan farmasi IBS ini berasal dari gudang instalasi farmasi yang diminta dua kali seminggu dengan menggunakan Formulir Permintaan dan Pengeluaran Farmasi (Formulir B2).

Pemakaian obat narkotika di kamar bedah dicatat dalam formulir Pemakaian Obat Golongan Narkotika dan ditandatangani oleh dokter yang bersangkutan. Formulir ini merupakan pertinggal di sub instalasi distribusi. Ini akan memudahkan instalasi farmasi rumah sakit untuk mengetahui jumlah pemakaian obat narkotik sehingga mudah untuk membuat laporan penggunaan obat-obat golongan narkotik.

(28)

instalasi administrasi setiap bulan. Setiap akhir bulan petugas apotek melakukan stock opname.

3.3.3.6 Distribusi Ruangan

Distribusi ruangan melayani permintaan dari poliklinik (rawat jalan) dan ruang perawatan (rawat inap). Perbekalan farmasi yang didistribusikan ke poliklinik dan ruang perawatan adalah perbekalan farmasi yang termasuk ke dalam unit cost. Obat dan alat kesehatan yang didistribusikan dari distribusi ruangan ke poliklinik dan ruangan perawatan merupakan kebutuhan rutin seperti kapas, alkohol, plester, dan sebagainya.

Perbekalan farmasi yang didistribusikan ke poliklinik dan ruang perawatan adalah berdasarkan permintaan pemakaian dengan menggunakan Formulir B2 (Daftar Permintaan dan Penggunaan Farmasi). Permintaan ini dilakukan seminggu sekali yaitu pada hari senin.

Pengadaan barang berasal dari gudang instalasi farmasi yang biasanya diamprah pada hari Selasa dan Jumat dengan menggunakan Formulir B2 (Daftar Permintaan dan Pengeluaran Farmasi). Pemasukan barang dari gudang dan pengeluaran ke ruangan didokumentasikan dalam buku pemasukan dan pengeluaran, kemudian dipindahkan ke kartu apotek dengan sistem alfabet untuk tiap jenis barang.

3.3.4 Sub Instalasi Farmasi Klinis

(29)

Informasi Obat (PIO), pendidikan dan pengembangan serta konsultasi obat. Adapun bagian dari farmasi klinis yang telah berjalan adalah:

3.3.4.1Pelayanan Informasi Obat (PIO)

Pemberian informasi obat dilakukan terhadap pasien yang mengambil obatnya di unit pelayanan farmasi rawat jalan. Dengan adanya informasi, diharapkan pasien mengerti tentang cara penggunaan obat, mewaspadai efek samping obat yang mungkin timbul selama penggunaan obat, mengetahui manfaat pengobatan sehingga dapat meningkatkan kepatuhan pasien dan tujuan pengobatan yang optimal dapat tercapai.

Pelayanan informasi obat dilakukan di ruang konseling farmasi rawat jalan Jamkesmas/Medan Sehat. Adapun PIO yang diberikan meliputi:

a. Pola hidup yang seharusnya dilaksanakan oleh pasien untuk menunjang pengobatan yang sedang dijalaninya.

b. Memberikan informasi akan pentingnya kepatuhan dalam mengkonsumsi obat.

c. Memberikan informasi tentang cara penggunaan obat.

3.3.4.2 Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit (PKMRS)

(30)

a. Penyakit Asma dan penggunaan obat Asma dengan benar. b. Penyakit Diabetes dan penggunaan obat Diabetes dengan benar.

3.3.4.3Pencampuran Obat Sitostatika

Selain kegiatan PIO yang dilakukan pada pelayanan farmasi klinis, dilakukan juga pelayanan pencampuran obat sitostatika. Pelayanan farmasi di ruang sitostatika dipimpin oleh apoteker sebagai penanggung jawab. Sebelumnya pencampuran obat sitostatika dilaksanakan oleh perawat di ruang perawat yang non aseptis, sehingga tidak terjamin sterilitas dari produk akhir. Terjadinya perubahan pelayanan dari perawat ke apoteker pada pencampuran obat sitostatika di ruang aseptis memberikan hasil akhir yang terjamin sterilitasnya.

Prosedur kerja di ruang pencampuran sitostatika yaitu:

a. Sebelum memasuki ruang steril, matikan lampu UV, nyalakan exhaust system, AC dan lampu penerang ruangan.

b. Lepaskan perhiasan, jam tangan serta barang lain yang melekat pada tangan, kemudian cuci tangan dengan sabun antiseptik sampai bersih.

c. Petugas pencampuran obat kanker masuk ke dalam ruang steril dengan memakai alat pelindung khusus yaitu: baju pelindung, topi, masker, sarung tangan, masker, sarung tangan, sepatu khusus.

d. Gunakan desinfektan untuk kotak aseptis dengan menyemprotkan alkohol 70% ke seluruh permukaan dalam kotak aseptis tersebut, kemudian nyalakan Laminair Air Flow (LAF) sesuai dengan protap yang telah ditentukan.

(31)

mencampur, matikan Laminair Air Flow (LAF), kotak tersebut dibersihkan, lalu alas kemoterapi bekas dibersihkan dengan menyemprot alkohol 70%. f. Tuliskan jam selesainya obat tersebut dicampur pada etiket.

g. Lepaskan alat pelindung diri, sampah-sampah dimasukkan dalam tong sampah yang dibagi dalam dua tempat, tong sampah khusus untuk tempat pembuangan sampah bekas obat sitotoksik, tong sampah biasa untuk tempat pembuangan sampah yang tidak berbahaya.

h. Matikan exhaust system, AC dan lampu penerang kemudian hidupkan lampu UV.

i. Tutup pintu antar obat yang telah dicampur keruangan pasien dan antar sampah yang berbahaya dalam bag ke IPAL untuk dibagi dalam incenerator.

Pelayanan perbekalan farmasi untuk pasien sitostatika berlaku bagi pasien umum, Askes dan Jamkesmas. Prosedur pelayanannya adalah sebagai berikut:

a. Dokter menulis perbekalan farmasi yang diperlukan oleh pasien di kertas resep. Bagi pasien Askes pemilihan jenis obat berdasarkan standar DPHO, sedangkan pasien Jamkesmas pemilihan jenis obat berdasarkan formularium Jamkesmas.

b. Perawat ruangan membawa status ke lantai tiga untuk diperiksa oleh apoteker, kemudian apoteker menghitung dosis pemakaian obat kanker. c. Apoteker menuliskan kembali di lembar form nama obat-obat sitotoksik,

kemudian asisten apoteker menyiapkan obat dan mencampur obat sitotoksik di lantai enam dengan diawasi oleh apoteker.

(32)

e. Perawat ruangan menyerahkan kwitansi asli kepada keluarga pasien dan dilakukan penagihan biaya obat langsung bagi pasien umum. Sedangkan pasien Askes dan Jamkesmas tidak dipungut biaya.

3.4 Instalasi Central Steril Supply Department (CSSD)

Central Sterilization Supply Department (CSSD) adalah suatu unit di rumah sakit yang bertanggung jawab atas penyelenggaraan proses mulai dari pencucian/ dekontaminasi, pengepakan dan sterilisasi peralatan bedah atau peralatan lain yang dibutuhkan rumah sakit dalam merawat/ melakukan tindakan kepada pasien. Instalasi CSSD dipimpin oleh seorang apoteker sebagai kepala instalasi yang bertanggung jawab langsung kepada direktur RSUD Dr. Pirngadi medan.

Tujuan dibentuknya CSSD di rumah sakit adalah:

a. Mengurangi infeksi nosokomial dengan menyediakan peralatan yang telah steril.

b. Memutuskan mata rantai penyebaran kuman di lingkungan rumah sakit. c. Menjalankan kualitas sterilisasi.

Fungsi CSSD di rumah sakit adalah:

1. Menyediakan peralatan dan bahan steril untuk tindakan medis dan penunjang medis.

2. Tempat dilakukan proses desinfeksi, sterilisasi alat dan bahan habis pakai steril.

3. Mendistribusikan alat dan bahan habis pakai steril

(33)

Berdasarkan nota tugas kepala RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan No. 217/009/1/2005, CSSD terpisah dari Instalasi Farmasi dan menjadi Instalasi CSSD yang dipinpin oleh Kepala instalasi yang bertanggung jawab langsung kepada kepala RSUD Dr.Pirngadi Kota Medan.

Sistem pelayanan yang dilakukan dibagi atas 2 kelompok yaitu: 1. Sistem titipan

Menerima alat kesehatanyang belum steril dari ruangan untuk disterilkan di CSSD, kemudian menyerahkan kembali dalam keadaan steril kepada ruangan yang bersangkutan. Ruangan yang dilayani adalah pihak poliklinik atau ruangan perawatan yang membutuhkan.

2. Sistem distribusi

Memproses penyediaan dan kebutuhan alat atau perlengkapan bedah. Kamar bedah yang dilayani adalah COT, KBE, kamar bedah THT, kamar bedah mata dan kamar bedah kulit.

Jenis-jenis pelayanan yang dilakukan oleh CSSD adalah: a. Dokumentasi, setting, packing, sterilisasi instrument.

b. Distribusi kasa steril, kapas steril keseluruh ruangan dan poliklinik. c. Sterilisasi linen, sarung tangan dan desinfeksi ruangan operasi. d. Pendidikan, penelitian dan pelatihan CSSD.

Alur proses kerja yang dilakukan di CSSD dalah sebagai berikut: a. Collect (Pengumpulan)

(34)

e. Pack (Pengemasan) f. Sterilize (Sterilisasi) g. Store (Distribusi)

Jenis barang yang disterilkan yaitu: a. Metal, alat-alat bedah.

b. Linen/katun, pakaian, masker, tutup kepala. c. Rubber, sarung tangan.

Proses penyiapan alat yang dilakukan:

a. Alat kotor disortir dan dicetak kelengkapanya kemudian dicuci dengan air mengalir untuk membuang darah yang melekat pada alat.

b. Diendam dengan larutan poly aid selama 5 menit. c. Dicuci dengan air bersih dan disikat sampai bersih.

d. Direndam di ultrasonic dengan larutan aniosyme DD1 selama 30 menit. e. Dibilas di ultrasonic dengn air panas, dikeringkan di ultrasonik.

f. Alat dikeluarkan dan disusun (setting) sesuai tindakan operasi standar. g. Diberi tanda (indikator paper), sterilkan selama 15 menit, 1350

h. Dipacking dan dialurkan kebagian yang membutuhkan.

C.

Selama proses sterilisasi dilakukan uji kualitas yaitu dengan menggunakan: a. 3M Bowie-Dick Test Pack 1233

b. 3M Bowie-Dick Test Sheet 1227 c. 3M Attes BI Steam 1262

(35)

Alur proses kerja yang dilakukan CSSD adalah sebagai berikut:

1. Alur pelayanan dari instalasi CSSD ke ruang COT (Central Operation Theatre) ditunjukkan pada Gambar 3.4.

Gambar 3.4 Alur pelayanan dari Instalasi CSSD ke Rungan COT

COT Masuk Jadwal Operasi

Instalasi CSSD

-Instrumen/Tindakan -Kasa Steril -Kebutuhan Operasi (linen, baju, topi, masker)

Kamar Bedah Sentral

Tindakan Operasi

Selesai Pakai

(36)

2. Alur pelayanan dari Instalasi CSSD ke Ruangan Kamar Bedah Emergensi (KBE) ditunjukkan pada Gambar 3.5.

Gambar 3.5 Alur pelayanan dari Instalasi CSSD ke KBE

3. Alur pelayanan dari Instalasi CSSD Ke Poliklinik dan Ruangan ditunjukkan pada Gambar 3.6

Instalasi CSSD

KBE (Kamar Bedah

Emergensi)

-Baju Operasi Steril -Kassa Steril -Masker, Topi Steril -Alat Steril dan Bahan Steril

(37)

BAB IV PEMBAHASAN

Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan merupakan rumah sakit milik pemerintah kota Medan. Setelah beberapa kali mengalami perubahan, RSUD Dr. Pirngadi Medan akhirnya menjadi Rumah Sakit Umum Pendidikan Kelas B.

RSUD Dr. Pirngadi Medan dipimpin oleh seorang direktur yang dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh 3 wakil direktur yaitu; wakil direktur bidang administrasi umum, wakil direktur bidang pelayanan medis dan keperawatan dan wakil direktur bidang sumber daya manusia dan pendidikan.

RSUD Dr. Pirngadi Medan telah memiliki Formularium Rumah Sakit (FRS) yang digunakan sebagai standar penulisan resep oleh dokter. Formularium Rumah Sakit disusun oleh Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) dibawah Komite Medis. Keanggotaan PFT terdiri dari dokter dari Staf Medis Fungsional (SMF) dan Apoteker dari Instalasi Farmasi Rumah Sakit. Formularium ini direvisi setiap 3 tahun sekali dengan mempertimbangkan perkembangan pola penyakit di masyarakat serta kemajuan di bidang obat-obatan dan kedokteran.

Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) RSUD Dr. Pirngadi Medan telah menjadi instansi yang menerapkan sistem swakelola. IFRS memiliki 4 (empat) sub instalasi yaitu: administrasi, farmasi klinis, distribusi dan perlengkapan. Setiap bagian mempunyai tugas dan fungsi masing-masing yang saling berkaitan satu sama lain.

(38)

memberikan modal awal sebagai pinjaman, selanjutnya instalasi farmasi akan mengelola dana tersebut untuk pengembangan Instalasi Farmasi. Pengelolaan perbekalan farmasi yang tidak dapat ditentukan jumlah satuannya seperti penggunaan plester, antiseptik, kapas, dan alat/bahan habis pakai dibuat dalam sistem unit cost. Sistem ini diberlakukan pada pasien rawat inap, rawat jalan, tindakan medis, operasi dan lain-lain. Besarnya biaya unit cost yang ditentukan untuk tiap-tiap tindakan berbeda, sesuai dengan surat keputusan dari Direktur.

Hasil perolehan dan pengeluaran dari unit cost setiap bulan akan dimasukkan ke dalam neraca Rugi/Laba bulanan. Selanjutnya dari neraca Rugi/Laba bulanan akan dibuat neraca tahunan sehingga dapat diketahui besarnya keuntungan atau kerugian yang diperoleh. Apabila dari hasil penghitungan Rugi/ Laba tersebut diketahui instalasi farmasi telah mendapat keuntungan, maka sistem operasional yang sedang dijalankan dalam periode ini akan dipertahankan untuk periode selanjutnya. Tetapi jika mengalami kerugian maka akan dilakukan evaluasi dan revisi pada bagian yang mengalami kerugian. Revisi biaya unit cost perbekalan farmasi dilakukan untuk mengantisipasi kerugian, misalnya karena kenaikan harga perbekalan farmasi atau adanya pemakaian perbekalan farmasi yang berlebihan.

(39)

Pelayanan rawat inap untuk peserta Askes, Jamkesmas, Medan Sehat, dan Pempropsu dilaksanakan dengan menggunakan sistem pelayanan ODDD (One Day Dose Dispensing). Tetapi pada pasien umum rawat inap, sistem pelayanan ODDD belum dapat berjalan dengan baik. Hal ini disebabkan karena pasien harus setiap hari membayar perbekalan farmasi yang dipakainya karena belum adanya sistem pembayaran biaya pasien rawat inap di rumah sakit secara sentral.

Instalasi Farmasi Rumah Sakit seharusnya merupakan satu-satunya unit di rumah sakit yang menyediakan dan mendistribusikan perbekalan farmasi serta menyajikan informasi obat pada pasien rawat jalan dan rawat inap yang dikenal dengan sistem satu pintu. Tapi kenyataannya di RSUD Dr. Pirngadi Medan belum sepenuhnya melaksanakan sistem pelayanan farmasi satu pintu, hal ini dikarenakan adanya apotek lain yaitu apotek Husada Farma di luar Instalasi Farmasi Rumah Sakit yang khusus melayani distribusi obat bagi Pasien Askes Rawat Jalan. Apotek Kimia Farma yang selama ini juga melayani perbekalan farmasi di RSUD Dr. Pirngadi Medan, berada di bawah koordinasi Instalasi Farmasi RSUD Dr. Pirngadi Medan.

(40)

Jamkesmas yang mendapat obat-obat khusus harus disertai protokol terapi, misalnya penggunaan albumin, ventolin, fenitoin.

Pelaksanaan farmasi klinis di RSU Dr. Pirngadi Medan yang telah dilaksanakan meliputi pemberian informasi dan konseling obat, pengkajian kerasionalan pemberian obat, penanganan obat sitotoksik, pengkajian penggunaan obat dan analisa efektivitas biaya. Namun pelaksanaan farmasi klinis lainnya seperti monitoring efek samping obat (MESO), pencampuran obat suntik secara aseptis, penentuan kadar obat dalam darah, penyiapan total parenteral nutrisi (TPN), masih belum dilaksanakan karena keterbatasan sumber daya manusia dan peralatan.

Pada tahun 2005 CSSD terpisah dari Instalasi Farmasi menjadi Instalasi CSSD. Instalasi CSSD telah melakukan upaya sterilisasi alat-alat untuk operasi yang disesuaikan dengan tindakan operasi yang dilakukan. Alat-alat kesehatan habis pakai dan bahan-bahan keperluan sterilisasi dipesan dengan menggunakan surat pesanan yang disetujui oleh RSUD Dr. Pirngadi Medan kepada PBF. Sedangkan untuk alat-alat inventaris disediakan oleh pihak rumah sakit. Penggantian alat-alat yang rusak dan alat baru akan terus dilakukan untuk memaksimalkan pelayanan.

(41)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Setelah melakukan kegiatan praktek kerja profesi rumah sakit di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan merupakan rumah sakit milik pemerintah kota Medan yang telah termasuk kategori rumah sakit swadana dan Instalasi Farmasi Rumah Sakit yang bersifat swakelola. 2. RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan memiliki Formularium Rumah Sakit

yang menjadi pedoman bagi dokter dalam menulis resep sehingga penggunaan obat di Rumah Sakit mudah dipantau.

3. Instalasi Farmasi RSU Dr. Pirngadi Kota Medan memiliki empat sub instalasi yaitu : Perlengkapan, Distribusi, Administrasi dan Keuangan, dan Farmasi Klinis.

4. Pelayanan farmasi dilakukan bagi pasien umum, Askes, Kredit, Jampersal, Jamkesmas, Medan Sehat, Pempropsu, serta pasien tanpa identitas. Pelayanan farmasi dilakukan di unit rawat jalan, rawat inap, IGD, dan IBS. 5. Pelayanan farmasi klinis sudah mulai dilaksanakan tetapi belum

(42)

6. Pelayanan perbekalan farmasi dengan sistem ODDD sudah dilaksanakan pada pasien Askes, Jamkesmas, Medan Sehat dan Pemprovsu. Sedangkan untuk pasien umum belum terlaksana karena Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi belum menerapkan sistem sentralisasi pembayaran sehingga penagihannya sulit untuk dilakukan.

7. Sistem penyimpanan dan pengeluaran perbekalan farmasi di gudang menggunakan sistem FIFO dan FEFO dan digunakan kartu stok sebagai kontrol.

5.2 Saran

1. Diharapkan pelayanan farmasi klinis di rumah sakit dapat lebih dioptimalkan dengan cara meningkatkan kualitas SDM melalui penyelenggaraan pelatihan-pelatihan di bidang farmasi klinis serta penambahan tenaga farmasi klinis dan melengkapi sarana maupun prasarana yang mendukung program ini.

2. Diharapkan sistem ODDD dapat diterapkan bagi pasien umum rawat inap seperti yang telah diterapkan pada pasien Askes, Jamkesmas, Medan Sehat, dan Pempropsu rawat inap.

3. Sebaiknya pendistribusian perbekalan farmasi dilakukan sepenuhnya oleh IFRS RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan, dengan demikian pelayanan obat dengan sistem satu pintu dapat terwujud.

(43)
(44)

DAFTAR PUSTAKA

Aslam. (2003). “Farmasi Klinis”. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

Depkes RI. Peraturan MenKes RI No. 983/Menkes/SK/XI/1992 tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit Umum.

Depkes RI. Peraturan MenKes RI No. 436/Menkes/SK/VI/1993 tentang Pelayanan Farmasi Klinis.

Depkes RI. (2004). Keputusan Menkes RI No. 1197/MENKES/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit.

Depkes RI. (2008). Peraturan Menkes RI No. 269/MENKES/PER/III/2008 tentang Rekam Medis.

Depkes RI. (2009). Undang-Undang Republik Indonesia No. 44 tentang Rumah Sakit.

(45)
(46)

Lampiran 2.Struktur Organisasi Instalasi Farmasi Rumah Sakit IFRS RSUD Dr.

Pirngadi Medan

Lampiran 3. Rekapitulasi Perhitungan Unit Cost Pasien Askes DIREKTUR

KOMITE FARMASI DAN TERAPI

KEPALA INSTALASI FARMASI

Farmasi Klinis Perlengkapan

Clinical Ward

PIO

Pendidikan dan Pelatihan

Konsultan Obat

Pengadaan

Penyimpanan

Produksi

Distribusi

Pel. Rawat Jalan

Pel. Rawat Inap

Pel

Pel

(47)
(48)
(49)

Lampiran 5. Form Permohonan Pembelian Barang Medis

RUMAH SAKIT DR. PIRNGADI MEDAN

HAL. PERMOHONAN PEMBELIAN BARANG MEDIS

No. ...

P. 1

DARI GUDANG : ...

No.

Urut NAMA BARANG SATUAN

DIISI KEPALA BAGIAN FARMASI KETERANGAN

KOREKSI

TAKSIRAN HARAGA

STOK GUDANG

STOK APOTIK

PEMAKAIAN BLN. TERAKHIR @ Rp. JUMLAH PED. B.F

Jumlah Rp.

(50)

Disetujui Gudang bagian yang memohon,

(51)
(52)
(53)

Lampiran 8. Form Surat Pesanan/ Order Pembelian

(54)

Lampiran 9. Berkas Pemeriksaan Untuk Pengajuan Pembayaran

BERKAS PEMERIKSAAN UNTUK PENGAJUAN PEMBAYARAN

NO. ORDER/TGL :

NO. FAKTUR :

P.B.F :

Waktu Pembayaran :

No. Pemeriksaan

Diperiksa oleh

- Surat pengantar barang - Faktur

Drs. Juangga Tobing, Apt

ADM Farmasi

Sekretaris TIM Dra. Erlina, Apt

1. ...

TIM SWAKELOLA PERBEKALAN FARMASI

Ketua,

Drs. Juangga Tobing, Apt Pembina Tk.I

(55)
(56)
(57)
(58)
(59)
(60)
(61)
(62)
(63)
(64)

Lampiran 19. Form PIO (Pelayanan Informasi Obat)

PELAYANAN INFORMASI OBAT (PIO) INSTALASI RSU Dr. PIRNGADI KOTA MEDAN

No :

Tanggal :

Status : Pasien / Perawat / Dokter / ……….

Asal : Ruangan / Umum / Poliklinik……….

Nama Obat / Isi : 1. ……….. 2. ……….. 3. ……….. 4. ………..

Indikasi : ………..

……….. ……….. Efek Samping : ………..

……….. ……….. Kontra indikasi : ……….. ……….. Informasi Tambahan : ……….. ……….. ………..

Penerima Informasi Pemberi Informasi

(65)
(66)
(67)

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI

DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. PIRNGADI KOTA MEDAN

Studi Kasus

DM Tipe 2 + Hidropneumothorax + TB Paru

Disusun oleh:

CUT MIRA OKTAVIANA, S.Farm. NIM 113202008

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(68)

RINGKASAN

Telah dilakukan Studi Praktik Kerja Profesi (PKP) Farmasi Rumah Sakit di Ruang XVIII RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan. Pengamatan ini dilaksanakan pada tanggal 28 April s/d 08 Mei 2012. Tujuan dilaksanakannya studi kasus ini adalah untuk memantau penggunaan obat pada pasien AW yang dirawat di ruang Rawat Inap Paru.

Studi kasus yang diambil yaitu pada pasien “DM tipe 2 +Hidropneumothorax + TB paru”. Kegiatan studi kasus meliputi kunjungan terhadap pasien untuk tetap mematuhi terapi yang telah ditetapkan dokter, memberikan informasi obat kepada pasien dan keluarga pasien, melihat rasionalitas penggunaan obat terhadap pasien dan memberikan pertimbangan kepada tenaga kesehatan lain dalam meningkatkan rasionalitas penggunaan obat.

(69)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

RINGKASAN ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Tujuan ... 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 3

2.1 Tuberkulosis Paru ... 3

2.1.1 Definisi ... 3

2.1.2 Etiologi dan Patofisiologi ... 4

2.1.3 Klasifikasi TB Paru ... 6

(70)

2.1.5 Pengobatan ... 10

2.2 Diabetes Melitus ... 13

2.2.1 Definisi ... 13

2.2.2 Etiologi, Patofisiologi dan klasifikasi ... 14

2.2.3 Diagnosis ... 15

2.2.4 Pengobatan ... 17

2.3 Hidropneumothorax ... 18

2.3.1 Definisi ... 18

2.3.2 Etiologi, Patofisiologi ... 18

2.3.3 Diagnosis ... 19

2.3.4 Terapi ... 19

2.3.5 Tinjauan Terapi ... 20

BAB III PENGAMATAN DAN PENATALAKSANAAN

KLINIS ... 21

3.1 Identitas Pasien ... 21

3.2 Ringkasan pada Waktu Pasien Masuk RSUD

Pirngadi ... 21 3.3 Pemeriksaan ... 21

(71)

3.3.2 Pemeriksaan Penunjang ... 22

3.4 Terapi ... 23

BAB IV PEMBAHASAN ... 25

4.1 Pembahasan Tanggal 28 April – 30 April 2012 ... 28

4.1.1 Pengkajian Tepat Pasien ... 29

4.1.2 Pengkajian Tepat Indikasi ... 29

4.1.3 Pengkajian Tepat Obat ... 31

4.1.4 Pengkajian Tepat Dosis ... 32

4.1.5 Pengkajian Waspada Efek Samping ... 35

4.2 Pembahasan Tanggal 01 Mei – 04 Mei 2012 ... 36

4.2.1 Pengkajian Tepat Pasien ... 37

4.2.2 Pengkajian Tepat Indikasi ... 37

4.2.3 Pengkajian Tepat Obat ... 38

4.2.4 Pengkajian Tepat Dosis ... 38

4.2.5 Pengkajian Waspada Efek Samping ... 38

4.3 Pembahasan Tanggal 05 Mei – 08 Mei 2012 ... 39

4.3.1 Pengkajian Tepat Pasien ... 39

(72)

4.3.3 Pengkajian Tepat Obat ... 40

4.3.4 Pengkajian Tepat Dosis ... 40

4.3.5 Pengkajian Waspada Efek Samping ... 40

4.4 Rekomendasi Untuk Doker ... 40

4.5 Pelayanan Konseling, Informasi, dan Edukasi Pasien ... 42

(73)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

(74)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

(75)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.3 Kriteria Penegakan Dosis ... 17

Tabel 3.1 Hasil Pemeriksaan patologi Klinik I ... 22

Tabel 3.2 Hasil Pemeriksaan patologi Klinik II... 23

Tabel 3.3 Daftar Obat-obat yang digunakan pasien selama

Pemantauan ... 23

Tabel 4.1 Pemeriksaan Objektif pada tanggal tanggal 28 April –

30 April 2012 ... 28

Tabel 4.2 Daftar obat-obat yang digunakan pada tanggal 28 April –

30 April 2012 ... 28

Tabel 4.3 Pengkajian Tepat Dosis Tanggal 28 April - 30 April

2012 ... 33

Tabel 4.4 Efek samping dan interaksi obat tanggal 28 April –

30 April 2012 ... 36

Tabel 4.5 Daftar obat-obat yang digunakan pada tanggal 01 Mei –

04 Mei 2012 ... 37 Tabel 4.6 Efek samping dan interaksi obat tanggal 01 Mei –

(76)

Tabel 4.7 Daftar obat-obat yang digunakan pada tanggal 05 Mei –

08 Mei 2012 ... 39

Tabel 4.8 Konseling, Informasi dan Edukasi Pasien Tanggal 28 April-

(77)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Rumah sakit adalah salah satu dari sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat (Siregar dan Amalia, 2004).

Tujuan dari instalasi farmasi rumah sakit (IFRS) adalah meningkatkan serta melaksanakan fungsi dan pelayanan farmasi yang langsung dan bertanggung jawab, dalam mencapai hasil yang pasti, guna meningkatkan mutu kehidupan individu penderita dan anggota masyarakat. Unsur utama dalam tujuan tersebut adalah kemanusiaan, pelayanan langsung, bertanggung jawab, hasil pasti dari obat, dan mutu kehidupan. Guna mencapai tujuan unsur utama itu, IFRS wajib melaksanakan fungsi dan pelayanan paripurna. Yang dimaksud dengan fungsi pelayanan paripurna adalah semua fungsi berkaitan dengan produksi, pengembangan, dan dipadukan dengan pelayanan yang langsung berinteraksi dengan penderita dan/atau profesional pelayanan kesehatan. Pelayanan yang langsung berinteraksi dengan penderita dan/atau profesional pelayanan kesehatan adalah pelayanan yang berorientasi penderita disebut pelayanan farmasi klinik (Siregar dan Amalia, 2004).

(78)

suatu pengetahuan terapi, pengalaman, dan pertimbangan keputusan dengan tujuan menjamin pengobatan pasien yang optimal. Sebagai suatu disiplin ilmu, farmasi klinis juga memiliki kewajiban untuk berkontribusi terhadap pengetahuan-pengetahuan yang baru untuk meningkatkan kesehatan dan kualitas hidup pasien (

Konseling dalam pelayanan farmasi klinik adalah pemberian pelayanan nasihat tentang terapi obat bagi pasien atau bagi anggota tim pelayanan kesehatan. Konseling merupakan proses pemberian kesempatan bagi pasien untuk mengetahui tentang terapi obatnya dan meningkatkan kesadaran penggunaan obatnya dengan tepat. Dalam rangka menerapkan praktek farmasi klinis di rumah sakit, maka mahasiswa/i apoteker selalu diberi pengetahuan dan pengalaman dalam berntuk praktek kerja profesi rumah sakit. Adapun studi kasus yang diambil adalah DM tipe II + Hidropneumothorak + TB Paru.

American College of Clinical Pharmacy, 2005).

1.2Tujuan

Tujuan dilakukan kasus ini adalah:

a. Memberikan pemahaman kepada pasien untuk mematuhi terapi yang telah ditetapkan dokter sehingga meningkatkan kepatuhan pasien dalam hal penggunaan obat.

(79)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tuberculosis Paru

2.1.1 Definisi Tuberculosis Paru

Tuberculosis, singkatannya TBC, adalah suatu penyakit menular yang paling sering (sekitar 80%) terjadi di paru-paru. Penyebabnya adalah suatu basil gram-positif tahan asam dengan pertumbuhan sangat lamban, yakni

Pengobatan tuberculosis berlangsung cukup lama yaitu setidaknya 6 bulan pengobatan dan selanjutnya dievaluasi oleh dokter apakah perlu dilanjutkan atau berhenti, karena pengobatan yang cukup lama seringkali membuat pasien putus berobat atau menjalankan pengobatan secara tidak teratur, kedua hal ini fatal akibatnya yaitu pengobatan tidak berhasil dan kuman menjadi kebal disebut MDR (multi drugs resistance), kasus ini memerlukan biaya besar dan lebih sulit dalam pengobatannya sehingga diharapkan pasien disiplin dalam pengobatannya.

(80)

2.1.2 Etiologi dan Patofisiologi Tuberculosis Paru

Penyebab penyakit ini adalah bakteri kompleks Mycobacterium

tuberculosis

batang, dinding selnya mengandung komplek lipida-glikolipida serta lilin (wax)

yang sulit ditembus zat kimia. Umumnya

paru dan sebagian kecil organ tubuh lain. Kuman ini mempunyai sifat khusus, yakni tahan terhadap asam pada pewarnaan, hal ini dipakai untuk identifikasi dahak secara mikroskopis sehingga disebut sebagai Basil Tahan Asam (BTA). Mycobacterium tuberculosis cepat mati dengan matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup pada tempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh, kuman dapat dormant (tertidur sampai beberapa tahun). TB timbul berdasarkan kemampuannya untuk memperbanyak diri di dalam sel-sel fagosit (Depkes RI, 2005).

Sumber penularan penyakit TB ditularkan dari orang ke orang, terutama melalui saluran napas dengan menghisap atau menelan tetes-tetes ludah/dahak (droplet infection) yang mengandung basil dan dibatukkan oleh penderita TBC terbuka. Atau juga karena adanya kontak antara tetes ludah/dahak tersebut dan luka di kulit. Dalam tetes-tetes ini kuman dapat hidup beberapa jam dalam udara panas lembab (Tjay dan Rahardja, 2007).

(81)

pembentukan komplek primer adalah sekitar 4-6 minggu. Kelanjutan infeksi primer tergantung dari banyaknya kuman yang masuk dan respon daya tahan tubuh dapat menghentikan perkembangan kuman TB dengan cara menyelubungi kuman dengan jaringan pengikat. Ada beberapa kuman yang menetap sebagai persister (dormant), sehingga daya tahan tubuh tidak dapat menghentikan perkembangbiakan kuman, akibatnya yang bersangkutan akan menjadi penderita TB dalam beberapa bulan. Pada infeksi primer ini biasanya menjadi abses (terselubung) dan berlangsung tanpa gejala, hanya batuk dan nafas berbunyi. Tetapi pada orang-orang dengan sistem imun lemah dapat timbul radang paru hebat, ciri-cirinya batuk kronik dan bersifat sangat menular (Depkes RI, 2005).

Infeksi paska primer terjadi setelah beberapa bulan atau tahun setelah infeksi primer. Ciri khas TB paska primer adalah kerusakan paru yang luas dengan terjadinya kavitas atau efusi pleura. Kemungkinan untuk terinfeksi TB, tergantung pada (Depkes RI, 2005):

a. Kepadatan droplet nuclei yang infeksius per volume udara b. Lamanya kontak dengan droplet nuclei

c. Kedekatan dengan penderita TB

(82)

sesuai dengan jadwal atau dosisnya. Dapat pula terjadi karena mutu obat yang di bawah standar. Resistensi ini menyebabkan jenis obat yang biasa dipakai sesuai pedoman pengobatan tidak lagi dapat membunuh kuman. Dampaknya, disamping kemungkinan terjadinya penularan kepada orang di sekitar penderita, juga memerlukan biaya yang lebih besar dalam pengobatan tahap berikutnya (Depkes RI, 2005).

2.1.3 Klasifikasi TB Paru a. Berdasarkan Organ Tubuh

Klasifikasi berdasarkan organ tubuh yang terkena (Depkes RI, 2005): i. Tuberculosis paru

Tuberculosis paru adalah tuberculosis yang menyerang jaringan (parenkim) paru.

ii. Tuberculosis ekstra paru

Tuberculosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru, misalnya selaput otak, selaput jantung (pericardium), kelenjar lymfe, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin, dan lain-lain.

b.Berdasarkan Hasil Pemeriksaan Dahak Mikroskopik

Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopik (Depkes RI, 2005): a. Tuberculosis paru BTA positif.

i. Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS) hasilnya BTA positif.

(83)

iii. 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman TB positif.

iv. 1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen dahak SPS pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.

b. Tuberculosis paru BTA negatif

Kasus yang tidak memenuhi definisi pada TB paru BTA positif. Kriteria diagnostik TB paru BTA negatif harus meliputi:

i. Paling tidak 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negative ii. Foto toraks abnormal menunjukkan gambaran tuberculosis. iii. Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT. iv. Ditentukan (dipertimbangkan) oleh dokter untuk diberi pengobatan.

c. Berdasarkan Tipe Pasien

Tipe pasien ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya. Ada beberapa tipe pasien yaitu (Depkes RI, 2005):

i. Kasus baru

Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan Obat Anti Tuberculosis (OAT) atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (4 minggu). ii. Kasus kambuh (relaps)

(84)

iii. Kasus setelah putus berobat (default)

Adalah pasien yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih dengan BTA positif.

iv. Kasus setelah gagal (failure)

Adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan.

v. Kasus lain

Adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas, dalam kelompok ini termasuk kasus kronik, yaitu pasien dengan hasil pemeriksaan masih BTA positif setelah selesai pengobatan ulangan (Depkes RI, 2006).

a. Gejala Klinis TB Paru 2.1.4 Diagnosis TB

(85)

b. Pemeriksaan Dahak Mikroskopis

Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnosis, menilai keberhasilan pengobatan dan menentukan potensi penularan. Pemeriksaan dahak untuk penegakan diagnosis dilakukan dengan mengumpulkan 3 spesimen dahak yang dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang berurutan berupa Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS),

i. S (sewaktu): dahak dikumpulkan pada saat suspek TB datang berkunjung pertama kali. Pada saat pulang, suspek membawa sebuah pot dahak untuk mengumpulkan dahak pagi pada hari kedua.

ii. P (pagi): dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua, segera setelah bangun tidur. Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas. iii. S (sewaktu): dahak dikumpulkan pada hari kedua, saat menyerahkan

dahak pagi (Depkes RI, 2006).

c. Diagnosis TB Paru

(86)

Gambar 2.1 Alur diagnosis TB paru (Depkes RI, 2006).

2.1.5 Pengobatan

Terapi atau Pengobatan penderita TB dimaksudkan untuk: a. menyembuhkan penderita sampai sembuh

b. mencegah kematian

c. mencegah kekambuhan, dan

d. menurunkan tingkat penularan (Depkes RI, 2005)

(87)

sangat ulet, karena dinding selnya mengandung kompleks lipida-glikolipida serta lilin (wax), yang sulit ditembus zat kimia. Mycobacterium tidak mengeluarkan enzim ekstraseluler maupun toksin. Penyakit bias berkembang karena kuman mampu untuk memperbanyak diri di dalam sel-sel fagosit dan tahan terhadap enzim-enzim pencernaan.

Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan lanjutan. a. Tahap awal (intensif)

i. Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat.

ii. Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya pasien menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu. iii. Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi)

dalam 2 bulan. b. Tahap Lanjutan

i. Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka waktu yang lebih lama.

ii. Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga mencegah terjadinya kekambuhan.

a. Prinsip Pengobatan

Pengobatan tuberculosis dilakukan dengan prinsip-prinsip sebagai berikut (Depkes RI, 2005) :

(88)

Pemakaian Obat Anti Tuberculosis - Kombinasi Dosis Tetap (OAT – KDT) lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan.

ii. Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan pengawasan langsung (DOT= Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas Menelan Obat (PMO).

b. Panduan OAT yang Digunakan di Indonesia

Paduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional Penanggulangan Tuberculosis di Indonesia (Depkes RI, 2005):

i. Kategori 1

Kategori 1 diobati dengan kombinasi 2(HRZE)/4(HR)3. Tahap intensif terdiri dari HRZE diberikan setiap hari selama 2 bulan, kemudian diteruskan dengan tahap lanjutan yang terdiri dari HR diberikan tiga kali dalam seminggu selama 4 bulan.

Paduan OAT ini diberikan untuk pasien: a) Pasien baru TB paru BTA positif.

b) Pasien TB paru BTA negatif foto toraks positif c) Pasien TB ekstra paru

ii. Kategori 2

Kategori 2 diobati dengan kombinasi 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3. Tahap intensif diberikan selama 3 bulan, yang terdiri dari 2 bulan dengan HRZES setiap hari, dilanjutkan 1 bulan dengan HREA setiap hari. Setelah itu diteruskan dengan tahap lanjutan selama 5 bulan dengan HRE yang diberikan tiga kali seminggu.

(89)

a) Pasien kambuh b) Pasien gagal

c) Pasien dengan pengobatan setelah default (terputus) Keterangan:

R = Rifampisin H = Isoniazid E = Etambutol Z = Pirazinamid S = Streptomisin

2.2Diabetes Mellitus

2.2.1 Definisi Diabetes Mellitus

Diabetes mellitus (DM) didefinisikan sebagai suatu penyakit atau gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid dan protein sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat disebabkan oleh gangguan atau defisiensi produksi insulin oleh sel-sel beta Langerhans kelenjar pankreas, atau disebabkan oleh kurang responsifnya sel-sel tubuh terhadap insulin (WHO, 1999).

Bila DM tidak segera diatasi akan terjadi gangguan metabolisme lemak dan protein. Hiperglikemia timbul akibat berkurangnya insulin sehingga glukosa darah tidak dapat masuk ke sel-sel otot, jaringan adipose atau hepar dan metabolismenya juga terganggu. Dalam keadaan normal, kira-kira 50% glukosa yang dimakan mengalami metabolisme sempurna menjadi CO2 dan air, 5%

Gambar

Tabel 3.1 Perhitungan Unit cost Partus Normal Pasien Jamkesmas/ Medan Sehat
Gambar 3.1
Gambar 3.2  Prosedur pelayanan farmasi rawat inap untuk pasien  Jamkesmas,
Gambar 3.3   Pelayanan Farmasi Pasien Jamkesmas/Medan Sehat/Pemprovsu
+7

Referensi

Dokumen terkait

mempersiapkan alat yang akan digunakan 2 Guru menjelaskan tentang macam- macam posisi benda 3 Anak secara bergantian menyebutkan posisi benda yang diperlihatkan oleh guru

A bulk ABL similarity approach was used to make regional estimates of the sensible heat ¯ux by combining surface temperature measurements with mixed layer temperature and wind

Keterangan : PU : Pesawat Uap BT : Bejana Bertekan PAA : Pesawat Angkat Angkut PTP : Pesawat Tenaga & Produksi Kons Bang : Konstruksi Bangunan. Klinik Persh :

PROVINSI/ KABUPATEN/ KOTA PERTAMA (KLUI) BERKALA (KLUI) KHUSUS (KLUI) NKK NK3 NP I NP

Tidak ada penyedia yang meminta penjelasan terhadap dokumen pengadaan paket pekerjaan Pengadaan Makan Jaga Kawal (Ulp Non Organik/Jaga Fungsi) Polres Tabanan Tahun

Pada aplikasi sms terdapat beberapa menu yang dapat diakses antara lain Form Utama sebagai Form induk aplikasi sms, Menu Koneksi yang digunakan untuk mengkoneksikan antara

Kepada peserta Pelelangan yang keberatan, diberikan kesempatan untuk menyampaikan sanggahan khususnya mengenai ketentuan dan prosedur yang telah ditentukan dalam dokumen

Multimedia adalah suatu sarana untuk menggambrakan program-program komputer yang menggunakan lebih dari suatu media,dimana terdapat elemen grafik,teks,video,animasi dan suara