BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Diare merupakan gangguan buang air besar (BAB) ditandai dengan BAB lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi feses cair, dapat disertai dengan darah atau lendir (Kementerian Kesehatan RI, 2013). Biasanya merupakan gejala dari infeksi saluran pencernaan, yang bisa disebabkan oleh bakteri, virus dan parasit. Infeksi ini menyebar melalui kontaminasi makanan atau minuman, atau dari satu orang ke orang lain akibat status kebersihan yang buruk (World Health Organization, 2013).
Menurut World Health Organization (WHO) dan United Nations Children’s Fund (UNICEF), terdapat dua milyar kasus penyakit diare di seluruh dunia, dan 1,9 juta anak dibawah lima tahun meninggal akibat diare setiap tahunnya, terutama di negara berkembang. Jumlah ini merupakan 18% dari semua kematian anak dibawah lima tahun yang berarti lebih dari 5000 anak hampir mati setiap harinya akibat penyakit diare. Dari semua kematian anak akibat diare, 78% terjadi di wilayah Afrika dan Asia Tenggara (World Gastroenterology Organization, 2012).
dari Riskesdas 2007 yaitu sebesar 9,0%. Berdasarkan karakteristik penduduk, kelompok umur balita adalah kelompok yang paling tinggi menderita diare yaitu sebesar 6,7% dimana karakteristik tertinggi terjadi pada kelompok umur 12-23 bulan yaitu 7,6% (Kementerian Kesehatan RI, 2015). Menurut Riskesdas 2007, berdasarkan pola penyebab kematian semua umur, diare merupakan penyebab kematian peringkat ke-13 dengan proporsi 3,5%. Berdasarkan penyakit menular, diare merupakan penyebab kematian peringkat ketiga setelah tuberkulosis (TB) dan pneumonia. Lebih lanjut lagi, diare merupakan penyebab kematian terbanyak pada bayi (31,4%) dan anak balita (25,2%) (Kementerian Kesehatan RI, 2011).
Indonesia merupakan salah satu negara megabiodiversitas yang juga dikenal sebagai gudangnya tumbuhan obat. Kurang lebih 30.000 jenis flora yang ada di hutan tropika Indonesia, sekitar 9.600 jenis telah diketahui berkhasiat obat. Sebanyak 283 jenis dari jumlah tersebut merupakan tumbuhan obat penting bagi industri obat tradisional (Khoirul dan Arifah, 2010).
Back to nature merupakan alternatif yang banyak diminati masyarakat saat ini, terutama dalam bidang pengobatan. Salah satu alternatif pengobatan tersebut adalah penggunaan obat tradisional dari tanaman alam atau lebih dikenal dengan herbal (Sabella, 2009). Menurut hasil Riskesda tahun 2013, sebesar 30,4% masyarakat di Indonesia memanfaatkan pelayanan kesehatan tradisional dalam satu tahun terakhir dan 49% diantaranya menggunakan obat ramuan tradisional (Kemenkes, 2015). Obat herbal tergolong aman dan manjur, dimana hanya sedikit efek samping jika dibandingkan dengan obat sintetik (Sen, et al., 2010).
digunakan untuk pengobatan epilepsi, disentri, masalah jantung, infeksi cacing, pendarahan, infeksi bakteri dan demam (Srivastava, 2011), insektisida, antispasmodik, antidiare, analgesik dan antiinflamasi (Vohora, et al., 1975). Selain itu, etnobotani mengungkapkan bahwa daun srikaya digunakan untuk pengobatan ulcer, kudis, sakit gigi, luka bakar, disentri, ketombe, diare dan antidiabetes (Anonim, 2004). Di India, daun srikaya yang ditumbuk digunakan untuk pengobatan bisul dan luka, dan rebusan daunnya untuk mengobati disentri (Kaur, et al., 2015).
Beberapa khasiat tanaman srikaya yang sudah diuji diantaranya sebagai analgetik dan antiinflamasi (Chavan, et al., 2010), antioksidan dan antihiperlipid (Rajesh, et al., 2008), anti ulcer (Dinesh, et al., 2011), antidiabetes (Mujeeb, et al., 2009), antitumor (Haijun, et al., 2009), dan hepatoprotektor (Mohamed, et al., 2011). Huntington (2000) dan Jeevan-Ram et al (2004) juga menyebutkan bahwa ekstrak metanol dan air dari daun Annona reticulata dan Annona squamosa yang merupakan satu famili yaitu Annonaceae dapat menghambat pertumbuhan beberapa bakteri penyebab diare seperti Escherichia coli, Vibrio cholerae dan Shigella dysentriae.
Daun srikaya mengandung steroid, flavonoid, karbohidrat, saponin, alkaloid dan tanin (Agrawal, et al., 2012), terpen, senyawa fenol dan minyak atsiri (Kokate, 1994). Beberapa kandungan senyawa aktif diatas seperti tanin, flavonoid, alkaloid, dan triterpen bertanggung jawab atas khasiat antidiare (Longanga, et al., 2000). Beberapa senyawa turunan tanin dan flavonoid memiliki aktivitas sebagai antimotilitas, antisekretori dan antibakteri (Otshudi, et al., 2000).
peneliti tertarik untuk meneliti aktivitas antidiare ekstrak etanol daun srikaya (Annona squamosa L.) pada mencit jantan. Penelitian ini menggunakan dua metode, yaitu metode defekasi dan metode antimotilitas pada mencit jantan yang diinduksi oleh minyak jarak. Metode defekasi dilakukan untuk mendapatkan parameter yang lebih banyak seperti onset diare, frekuensi diare, konsistensi feses dan durasi diare. Metode antimotilitas dilakukan untuk mengetahui apakah daun srikaya memiliki efek sebagai antidiare dengan mekanisme menekan gerakan peristaltik.
1.2Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka perumusan masalah penelitian adalah
a. Apakah ekstrak etanol daun srikaya (Annona squamosa L.) mempunyai aktivitas antidiare pada mencit jantan (Mus musculus)?
b. Berapa dosis ekstrak etanol daun srikaya (EEDS) yang efektif sebagai antidiare menggunakan metode defekasi?
c. Berapa dosis ekstrak etanol daun srikaya (EEDS) yang efektif sebagai antidiare menggunakan metode antimotilitas?
1.3Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka hipotesis penelitian adalah a. Ekstrak etanol daun srikaya (Annona squamosa L.) memiliki aktivitas
antidiare pada mencit jantan (Mus musculus).
1.4Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui aktivitas antidiare ekstrak etanol daun srikaya (Annona squamosa L.) pada mencit jantan (Mus musculus).
b. Untuk mengetahui dosis ekstrak etanol daun srikaya (EEDS) yang efektif sebagai antidiare.
1.5Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat:
a. Memberi informasi kepada masyarakat tentang aktivitas antidiare ekstrak etanol daun srikaya.
1.6Kerangka Pikir Penelitian
Adapun kerangka pikir penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.1 Variabel Bebas Variabel terikat Parameter
c
Gambar 1.1 Kerangka pikir penelitian 1. Alkaloid