• Tidak ada hasil yang ditemukan

REVISI TINJAUAN ANALISIS AKUNTANSI docx]

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "REVISI TINJAUAN ANALISIS AKUNTANSI docx]"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN ANALISIS AKUNTANSI

Tinjauan analisis akuntansi adalah untuk mengevaluasi derajat kemampuan akuntansi perusahaan untuk menangkap realitas bisnis yang ada pada perusahaan.

Dengan mengidentifikasi tempat terjadinya flesibilitas akuntansi serta mengevaluasi ketepatan kebijakan dan estimasi akuntansi, analisis dapat menentukan tingkat distorsi dalam angka akuntansi perusahaan.

Distorsi akuntansi adalah sebuah kondisi ketidaksesuaian informasi data keuangan perusahaan dengan keadaan sebenarnya. Contoh sederhananya, perusahaan membuat laporan keuangan bahwa perusahaan mendapatkan laba bersih sebesar 10 Milyar namun pada kenyataanya perusahaan hanya untung 1 Milyar. Distorsi akuntansi bisa terjadi secara sengaja ataupun tidak sengaja. Kesalahan estimasi, kesalahan standar akuntansi yang digunakan adalah distorsi yang terjadi secara tidak sengaja. Sedangkan manajemen laba & income smoothing adalah distorsi akuntansi yang terjadi secara sengaja dan merupakan tindakan yang merugikan banyak pihak khususnya para investor.

A. Kerangka Dasar Institusional untuk Pelaporan Keuangan Kerangka dasar ini diperlukan mengingat manfaatnya yaitu:

1. Kerangka dasar akan memberikan definisi yang luas mengenai tujuan, istilah serta konsep konsep yang terdapat dalam praktek penyusunan dan penyajian laporan keuangan saat ini. Penentuan definisi, istilah, tujuan dan konsep dasar maka kerangka dasar dapat memberikan penjelasan mengenai batas batas akuntansi dan pelaporan keuangan. Dengan demikian akan memberikan kesamaan pemahaman antara penyusun maupun pemakai dalam menginterpretasikan laporan keuangan.

(2)

3. Kerangka dasar juga bermanfaat untuk memilih metode yang paling tepat untuk pelaporan aktivitas perusahaan. Hal ini disebabkan standar untuk penyusunan dan penyajian laporan keuangan yang ada menyediakan lebih dari satu pilihan pelaporan untuk transaksi tertentu.

Mengevaluasi kualitas data laporan keuangan secara efektif, analisis perlu memahami fitur dasar pelaporan keuangan dan kerangka dasar institusional (Institusional Framework) yang mengatur seperti :

a. Akuntansi Akrual (Accrual Accounting)

Akrual adalah suatu metode akuntansi di mana penerimaan dan pengeluaran diakui atau dicatat ketika transaksi terjadi, bukan ketika uang kas untuk transaksi-transaksi tersebut diterima atau dibayarkan. Dengan demikian pencatatan dalam metode ini bebas dari pengaruh waktu kapan kas diterima dan kapan pengeluaran dilakukan.

Akrual adalah suatu metode pencatatan dalam akuntansi, dimana dalam hal ini setiap transaksi yang terjadi dicatat berdasarkan konsep pengakuan yang sesungguhnya, Contoh: pada tanggal 1 januari PT. X membayar sewa gedung sebesar 2.000.000 untuk 2 bulan, maka pada tanggal yang bersangkutan PT. X akan menjurnal :

Sewa dibayar dimuka 2.000.000 Kas 2.000.000

b. Delegasi Pelaporan pada Manajemen

Meski definisi dasar elemen laporan keuangan sederhana, namun aplikasinya dalam praktik sering kali melibatkan penilaian yang kompleks.

Manajer di percaya untuk melakukan penilaian yang tepat dalam menggambarkan transaksi bisnis yang sangat banyak dalam perusahaan dengan menggunakan kerangka dasar akuntasi akrual karena manajer memiliki pengetahuan yang penting berkaitan dengan bisnis perusahaan. Diskresi akuntansi yang diberikan pada manajer sangat berharga karena memungkinkan manajer guna merefleksikan informasi dalam perusahaan pada laporan keuangan perusahaan.

Namun, karena investor hanya melihat laba sebagai pengukur kinerja manajer, manajer mempunyai insentif untuk menggunakan diskresi akuntansi untuk mendistorsi laba dengan membuat asumsi yang bias.

(3)

mekanisme yang di desain untuk mengurangi biaya dan mempertahankan manfaat delegasi pelaporan keuangan pada manajer perusahaan.

c. Standar Pelaporan Keuangan Perusahaan

Sulitnya investor luar perusahaan untuk menentukan apakah manajer telah menggunakan fleksibilitas akuntansi untuk memberi sinyal informasi yang dimilikinya atau hanya untuk menyembunyikan realitas, sejumlah konsep dan konversi akuntansi telah dikembangkan untuk mengurangi masalah tersebut.

Standar dan aturan akuntansi juga membatasi kemampuan manajer untuk menyalahgunakan penilaian akuntansi dengan mengatur bagaimana pencatatan untuk transaksi tertentu. Prinsip pengungkapan memandu jumlah dan jenis informasi yang di ungkapkan serta meminta perusahaan untuk menyediakan informasi kualitatif terkait dengan asumsi, kebijakan, dan ketidakpastian yang mendasari data kuantitatif yang di sajikan.

d. Audit Eksternal

Didefinisikan secara luas sebagai verifikasi atas integritas laporan keuangan yang dilaporkan yang dilakukan oleh orang yang tidak menyiapkan laporan keuangan tsb guna meyakinkan bahwa manajer menggunakan aturan dan konvensi akuntansi secara konsisten sepanjang waktu dan estimasi dilakukannya secara wajar.

Meski auditor menerbitkan opini atas laporan keuangan yang diterbitkan, namun harus di ingat bahwa tanggung jawab utama atas laporan keuangan tsb tetap berada di tanagan manajer perusahaan. Auditing meningkatkan kualitas dan kredibilitas data akuntansi dengan membatasi kemampuan perusahaan untuk mendistorsi laporan keuangan sesuai dengan tujunannya sendiri. Audit oleh pihak ketiga juga bisa mengurangi kualitas laporan keuangan karena membatasi aturan dan kovensi akuntansi yang berkembang sepanjang waktu.

e. Liabilitas Hukum

Lingkungan hukum tempat perselisihan anatara manajer, auditor, dan investor di putuskan juga memiliki efek yang signifikan terhadap kualitas angka yang di laporkan. Ancaman tuntutan hukum dan penalti memiliki efek menguntungkan bagi peningkatan keakuratan pengungkapan.

Liabilitas hukum terjadi karena tidak adanya kesepakatan antara pihak-pihak tsb. f. Pengawasan publik

(4)

terhadap standar akuntansi dan melakukan tindakan untuk mengoreksi ketidakpatuhan tsb. Sebagai contoh OJK, BPK

B. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kualitas Akuntansi 1. Kekacauan dari aturan akutansi

Aturan akuntansi menimbulkan kekacauan(ketidakberesan atau keadaan yang kacau tanpa peraturan) dan bias (simpangan) karena sering kali sulit untuk membatasi diskresi (kebebasan mengambil keputusan sendiri dr setiap situasi yg dihadapi) manajemen tanpa mengurangi kandungan informasi dari data akuntansi.

Contoh: Catatan dan laporan akuntansi harus didasarkan pada data yang bisa dipercaya sebagai laporan yang menyajikan informasi yang tepat dan berguna. Data yang bisa dipercaya adalah data yang bisa diverifikasi (diperiksa kebenarannya). Data semacam itu harus bisa dikonfirmasi oleh pengamat yang independen. Oleh karena itu catatan akuntansi harus didasarkan pada informasi yang berawal dari kegiatan yang didokumentasi dalam bentuk bukti yang obyektif. Seandainya akuntansi tidak mengenal prinsip obyektivitas, maka pencatatan akuntansi akan didasarkan pada hal-hal yang tidak obyektif dan bisa mengakibatkan kekacauan.

2. Kesalahan Peramalan

Sumber kekacauan lain dalam akuntansi timbul dari kesalahan manajemen tidak bisa memprediksi konsekuensi transaksi saat ini di masa mendatang secara sempurna. Akibatnya terjadi kesalahan peramalan. Parah tindaknya kesalahan pada peramalan manajemen tergantung pada beberapa faktor diantaranya: kompleksitas transaksi bisnis, dapat atau tidaknya lingkungan perusahaan diprediski dan perubahan ekonomi yang tidak dapat diduga.

Contoh: Saat perusahaan menjual produk secara kredit, akuntansi akrual meminta manajer membuat perkiraan tentang probabilitas pemgumpulan pembayaran dari konsumen. Jika pembayaran memiliki tingkat kepastian yang tinggi, perusahaan memperlakukan transaksi itu sebagai penjualan, menciptkan piutang dagang dalam neraca . Lalu manajer membuat estimasi proporsi piutang dagang yang tidak dapat dilunasi. Estimasi ini bisa saja berbeda dengan piutang dagang yang sesungguhnya terjadi karena manajer tidak memiliki tinjauan masa depan yang sempurna.

3. Pilihan Akuntansi Manajer

(5)

a. Akuntansi perjanjian utang. Manajer dapat membuat keputusan akuntansi untuk memenuhi kewajiban kontraktual tertentu dalam perjanjian utangnya.

Contoh: Perjanjian utang perusahaan dengan bank dan debitur lainnya meminta mereka untuk memenuhi perjanjian yang berhubungan dengan bunga pinjaman, rasio modal kerja dan aset neto yang semuanya didefinisikan dalam rangka akuntansi. b. Kompensasi manajemen. Kenyataan bahwa kompensasi dan keamanan pekerjaan

manajemen sering kali dikaitkan dengan laba yang dilaporkan.

Contoh: Manajer menerima kompensasi bonus jika bisa mendapatkan laba melebihi targetnya.

c. Kompetisi pengendalian korporat. Pada kompetisi pengendalian korporat seperti pengambilan yang dilakukan oleh pihak yang bermusuhan, grup manajemen yang saling berkompetisi untuk menggambil hati pemegang saham perusahaan.

Contoh: Angka akuntansi digunakan secara ekstensif dalam mendiskusikan kinerja manajer. Oleh sebab itu manajer akan mengambil keputusan akuntansi yang dapat digunakan untuk memengaruhi persepsi investor dalam kompetisi tersebut.

d. Pertimbangan pajak. Manajer juga dapat membuat pilihan yang bersifat tarik menarik antara pelaporan keuangan dengan pajak.

Contoh: Perusahaan di Amerika Serikat diminta menggunakan akuntansi persediaan LIFO untuk kepentingan pelaporan pajak. Menggunakan LIFO saat ada kenaikan harga dapat berakibat pada laba yang lebih rendah sehingga mengurangi pembayaran pajak. Beberapa perusahaan mungkin memutuskan untuk mengabaikan pengrangan pajak agar bisa melaporkan laba yang lebih tinggi dalam laporan keuangannya. Di negara yang hubungan langsung antara pelaporan keuangan dan perlaporan pajak tidak ada, pertimbangan pajak mungkin masih memberikan efek yang tidak langsung terhadap keputusan pelapran manajer.

e. Pertimbangan regulator. Manajer pada beberapa perusahaan dapat menggunakan keputusan untuk memenuhi keputusan regulator (FASB, SEC, Kongres) karena angka akuntansi yang digunakan oleh regulator beraneka ragam konteksnya.

Contoh: Situasi regulator saat angk akuntansi digunakan untuk mengakhiri atau mencegah pelanggaran undang-undang yang saling berlawanan, tarif import untuk melindungi industri domestik atau kebijakan pajak.

(6)

Contoh: Saat ada asimetri informasi antara manajer dan pihak luar, strategi ini akan sukses untuk memengaruhi pesepsi investor meski hanya untuk sementara.

g. Pertimbangan pemegang saham. Manajer juga dapat meggunakan keputusan akuntansi untuk memenuhi persepsi pihak yang penting dalam perusahaan.

Contoh: Saat serikat pekerja dapat menggunakan laba yang sehat guna meminta kenaikan gaji, manajer bisa memilih akuntansi yang mengurangi laba saat bernegosiasi engan serikat pekerja.

h. Pertimbangan kompetitif. Dinamika kompetisi dalam industri juga bisa memengaruhi pilihan akuntansi perusahaan.

Contoh: Keputusan pengungkapan segmen bisa dipengaruhi oleh pemikiran bahwa pengungkapannya terpisah dapat membantu kompetitor dalam keputusan bisnisnya.

C. Tahap-Tahap dalam Analisis Akuntansi

1. Tahap 1 : Identifikasi kebijakan utama akuntansi

a. Faktor kunci kesuksesan dalam industry perbankan meliputi tingat bunga dan manajemen risiko kredit. Pada Industri ritel, manajemen persediaan merupakan factor kunci kesuksesan ; dan untuk perusahaan yang berkopetisi dalam kualitas produk dan inovasi maka riset dan pengembangan serta kerusakan produk purna jual menjadi area kunci yang harus diperhatikan.

b. Factor kesuksesan yang penting dalam bisnis sewa jual adalah membuat prediksi nilai residual peralatan yang disewakan pada akhir periode sewa secara akurat.

2. Tahap 2 : Menentukan fleksibilitan akuntansi

Estimasi akuntansi : perkiraan unsur laporan keuangan, termasuk perkiraan niali suatu transaksi yang angka baru diketahui dimasa depan dan data yang angka partinya tidak mungkin didapat secara tepat wakti dan hemat biaya.

3. Tahap 3 : Evaluasi strategi akuntansi

Fleksibilitas akuntansi mereka bisa menggunakannya untuk mengomunikasikan situasi ekonomi perusahaan/justru menyembunyikan kinerja yang sebernarnya.

4. Tahap 4 : Evaluasi kualitas pengungkapan

Manajer dapat mempermudah/mempersulit analisis dalam menilai kualitas akuntansi perusahaan atau menggunakan laporan keuangannya untuk memahami realitas bisnisnya.

(7)

Perubahan akuntansi yang tidak dijelaskan , khususnya saat kinerja buruk. Kondisi ini dapat mengisyaratkan bahwa manajer menggunakan diskresi akuntansinya untuk memperbaiki laporan keuangannya.

6. Tahap 6 : Membatalkan distorsi akuntansi

Distorsi adalah kondisi ketidaksesuaian informasi data keuangan perusahaan dengan keadaan yang sebenarnya. Contoh : perusahaan membuat laporan keuangan bahwa perusahaan mendapatkan laba bersih sebesar 10 miliar namun pada kenyataannya perusahaan hanya untung 1 miliar.

D. Kendala Analisis Akuntansi

1. Akuntansi konservatif bukan akuntansi yang “baik”

Akuntansi konservatif biasanya digunakan untuk membiayakan pengeluaran riset dan iklan, serta penyusutan cepat untuk asset tidak berwujud selain goodwill. Cara ini biasanya digunakan untuk mendukung cadangan kerugian yang besar pada perusahaan asuransi untuk biaya merger dan restrukturisasi.

Berdasarkan sudut pandang pengguna laporan keuangan, sangat penting untuk mengakui bahwa akuntansi konservatif tidak sama dengan akuntansi yang “baik”. Akuntansi konservatif memberi kesempatan bagi manajer untuk mengurangi volatilitas laba yang dilaporkan biasanya disebut sebagai “perataan laba”.

Konservatisme adalah reaksi hati-hati untuk menghadapi ketidakpastian dalam mencoba memastikan bahwa ketidakpastian dan risiko pada situasi bisnis telah dipertimbangkan. Basu (1997) mendefinisikan konservatisme sebagai praktik mengurangi laba (dan mengecilkan aktiva bersih) dalam merespons berita buruk (bad news), tetapi tidak

meningkatkan laba (meninggikan aktiva bersih) dalam merespons berita baik (good news). Contohnya, perusahaan menyiapkan cadangan kerugian piutang tak tertagih sebesar 2% dari jumlah piutang, dimana 2% tersebut telah diperhitungkan berdasarkan jumlah piutang tak tertagih pada periode sebelumnya.

(8)

dan menyelidikinya dengan menggunakan informasi kualitatif yang tersedia pada laporan keuangan.

Contohnya, perusahaan yang melakukan inovasi dalam pemasarannya dan berhasil sehingga omset penjualan perusahaan terus bertambah pesat sehingga hal kenaikan tersebut dapat diterima.

3. Standar akuntansi umum tidak sama dengan praktik akuntansi umum

Standar dasar dari suatu lembaga formal internasional yang menjadi patokan untuk

persatuan negara tertentu tidak selalu sejalan dengan praktek yang diterapkan pada masing – masing negara karena setiap negara memiliki standarnya masing – masing.

Contohnya, di Indonesia menggunakan SAK (Standar Akuntansi Keuangan) yang merupakan terapan dari beberapa standar akuntansi yang ada, seperti IFRS,

GAAP,IAS,ETAP. Sedangkan standar akuntansi internasional yang berlaku sekarang adalah Internasional Financial Reporting Standards (IFRS).

E. Nilai Data Akuntansi 1. Nilai Data Akuntansi

Nilai Data Akuntansi merupakan informasi berupa angka yang disajikan didalam suatu laporan keuangan.

2. Analisis Akuntansi

Analisis akuntansi merupakan proses evaluasi sejauh mana angka akuntansi perusahaan mencerminkan realitas ekonomi.

Peneliti telah menguji nilai laba dan imbal hasil atas ekuitas (ROE) dengan

membandingkan imbal hasil saham yang bisa diperoleh investor yang memiliki tinjauan masa depan yang lengkap tentang laba, imbal hasil atas ekuitas (ROE) dan arus kas untuk tahun berikutnya. Guna menilai pentingnya laba, investor hipotesis diasumsikan membeli saham perusahaan yang laba periode berikutnya mengalami penurunan. Jika strategi ini terus dilakukan selama tahun 1964 sampai 1996, investor hipotesis ini akan mendapatkan imbal hasil rata-rata sebesar 37,5%.

(9)

diperoleh dari membeli saham yang arus kas operasinya mengalami kenaikan dan menjual saham yang arus kasnya mengalami penurunan hanya akan memperoleh 9% saja. Temuan ini mengisyaratkan bahwa kinerja laba dan ROE merupakan informasi yang lebih relevan bagi investor daripada kinerja arus kas.

Riset ini mengindikasikan jika investor tidak melihat majamenen laba dapat menjadikan data laba menjadi tidak reliable.

3. Manajemen Laba

Manajemen laba dapat diartikan sebagai “intervensi manajemen dengan sengaja dalam proses penentuan laba, biasanya untuk memenuhi tujuan pribadi” (Schipper 1989). Manajemen laba sering kali tertutup dan harga saham akan bereaksi negative pada perusahaan yang melakukan penggelembungan laba pada periode sebelumnya melalui akuntansi yang menyesatka.

Contoh, PT Kimia Farma adalah salah satu produsen obat-obatan milik pemerintah di Indonesia

pemerintah di Indonesia. Pada audit tanggal 31 Desember 2001, manajemen Kimia Farma melaporkan adanya laba bersih sebesar Rp 132 milyar, dan laporan tersebut di audit oleh Hans Tuanakotta dan Mustofa (HTM). Akan tetapi, Kementerian BUMN dan Bapepam menilai bahwa laba bersih tersebut terlalu besar dan mengandung unsur rekayasa. Setelah dilakukan audit ulang, pada 3 Oktober 2002 laporan keuangan Kimia Farma 2001

disajikan kembali (restated), karena telah ditemukan kesalahan yang cukup mendasar. Pada laporan keuangan yang baru, keuntungan yang disajikan hanya sebesar Rp 99,56 miliar, atau lebih rendah sebesar Rp 32,6 milyar, atau 24,7% dari laba awal yang dilaporkan. Kesalahan itu timbul pada unit Industri Bahan Baku yaitu kesalahan berupa overstated penjualan sebesar Rp 2,7 miliar, pada unit Logistik Sentral berupa overstated persediaan barang sebesar Rp 23,9 miliar, pada unit Pedagang Besar Farmasi berupa overstated persediaan sebesar Rp 8,1 miliar dan overstated penjualan sebesar Rp 10,7 miliar.

F. Contoh Kasus

Krisis Ekonomi Global 2008 Serta Dampaknya Bagi Perekonomian Indonesia

(10)

konsumsi (propincity to Consume). Rakyat Amerika hidup dalam konsumerisme di luar batas kemampuan pendapatan yang diterimanya. Mereka hidup dalam hutang, belanja dengan kartu kredit, dan kredit perumahan. Akibatnya lembaga keuangan yang memberikan kredit tersebut bangkrut karena kehilangan likuiditasnya, karena piutang perusahaan kepada para kreditor perumahan telah digadaikan kepada lembaga pemberi pinjaman. Pada akhirnya perusahaan – perusahaan tersebut harus bangkrut karena tidak dapat membayar seluruh hutang-hutangnya yang mengalami jatuh tempo pada saat yang bersamaan. Runtuhnya perusahaan-perusahaan finansial tersebut mengakibatkan bursa saham Wall Street menjadi tak berdaya, perusahaan-perusahaan besar tak sanggup bertahan seperti Lehman Brothers dan Goldman Sachs. Krisis tersebut terus merambat ke sektor riil dan non-keuangan di seluruh dunia. Krisis keuangan di Amerika Serikat pada awal dan pertengahan tahun 2008 telah menyebabkan menurunnya daya beli masyarakat Amerika Serikat yang selama ini dikenal sebagai konsumen terbesar atas produk-produk dari berbagai negara di seluruh dunia. Penurunan daya serap pasar itu menyebabkan volume impor menurun drastis yang berarti menurunnya ekspor dari negara-negara produsen berbagai produk yang selama ini dikonsumsi ataupun yang dibutuhkan oleh industri Amerika Serikat. Oleh karena volume ekonomi Amerika Serikat itu sangat besar, maka sudah tentu dampaknya kepada semua negara pengekspor di seluruh dunia menjadi serius pula, terutama negara-negara yang mengandalkan ekspornya ke Amerika Serikat.

Dari sumber yang penulis dapatkan, terdapat enam penyebab terjadinya krisis ekonomi Amerika Serikat, yaitu penumpukkan hutang yang sangat besar, adanya program pengurangan pajak korporasi yang mengakibatkan berkurangnya pendapatan Negara, besarnya biaya yang dikeluarkan untuk membiayai perang Irak dan Afghanistan, lembaga pengawas keuangan CFTC (Commodity Futures Trading Commision) tidak mengawasi mengawasi ICE (Inter Continental Exchange) sebuah badan yang melakukan aktifitas perdagangan berjangka, kerugian surat berharga property, dan yang terakhir adalah keputusan suku bunga murah yang mengakibatkan timbulnya spekulasi yang berlebihan. Penurunan suku bunga yang dilakukan oleh The Federal Reserve of The United States atau bank sentral Amerika yang kala itu dipimpin oleh master ekonom dunia Alan Greenspan membuat gejolak baru di pasar amerika.

(11)

Negara yang masih sangat bergantung dengan aliran dana dari investor asing, dengan adanya krisis global ini secara otomatis para investor asing tersebut menarik dananya dari Indonesia. Hal ini yang berakibat jatuhnya nilai mata uang kita. Aliran dana asing yang tadinya akan digunakan untuk pembangunan ekonomi dan untuk menjalankan perusahaan-perusahaan hilang, banyak perusahaan menjadi tidak berdaya, yang pada ujungnya Negara kembalilah yang harus menanggung hutang perbankan dan perusahaan swasta.

Nilai ekspor Indonesia juga berperan dalam sebagai penyelamat dalam krisis global tahun 2008 lalu. Kecilnya proporsi ekspor terhadap PDB (Product Domestic Bruto) cukup menjadi penyelamat dalam menghadapi krisis finansial di akhir tahun 2008 lalu. Di regional Asia sendiri, Indonesia merupakan negara yang mengalami dampak negatif paling ringan dari krisis tersebut dibandingkan negara lainnya. Beberapa pihak mengatakan bahwa ‘selamat’nya Indonesia dari gempuran krisis finansial yang berasal dari Amerika itu adalah berkat minimnya proporsi ekspor terhadap PDB. Negara-negara yang memiliki rasio ekspor dengan PDB yang tinggi mengalami pertumbuhan ekonomi yang negatif, seperti Singapura yang rasio ekspornya mencapai 200% dan Malaysia mencapai 100%, sedangkan Indonesia sendiri ‘terselamatkan’ dengan hanya memiliki rasio ekspor sebesar 29%

Dampak lainnya adalah karena krisis global, kini semakin banyak perusahaan yang mengurangi jumlah tenaga kerjanya. Diperkirakan 200 ribu jiwa akan menjadi pengangguran pada tahun 2009. Dengan bertambahnya angka pengangguran maka pendapatan per kapita juga akan berkurang dan angka kemiskinan juga akan ikut bertambah pula. Karena krisis yang terjadi adalah krisis global, maka tenaga kerja kita yang ada di luar negeri juga merasakan imbasnya. Malaysia merencanakan untuk memulangkan sekitar 1,2 juta tki yang mayoritas berasal dari Indonesia karena akan memprioritaskan pekerja lokal. Itu baru dari satu Negara, belum lagi dari Negara-negara lainnya. Hal tersebut tentu saja sangat mempengaruhi roda perekonomian Negara kita. Jika pemerintah tidak dapat menyediakan lapangan kerja yang cukup, maka krisis ini akan menjadi krisis yang sangat besar.

(12)

terkemuka Prof. Dr. Sjafrie Sairin, MA ini menghasilkan beberapa langkah rumusan untuk mengatasi dampak krisis global, antara lain

1. Melakukan penyesuaian APBN 2009 dengan prioritas untuk pembangunan infrastruktur dalam bentuk program padat karya disamping melakukan penataan bagi sektor informal di kota-kota dengan kebijakan anti penggusuran.

2. Di bidang pertanian, diambil langkah untuk mengarahkan petani miskin dan penganggur untuk mendapatkan lahan produktif sebagai modal untuk meningkatkan taraf hidup serta membatalkan rencana pemberlakuan pajak terhadap produk-produk pertanian. 3. Untuk bidang ekonomi makro, mendesak diturunkan suku bunga dan melonggarkan

likuiditas untuk menggerakkan sektor riil serta memberikan insentif pajak bagi industri yang mempunyai basis penyerapan tenaga kerja yang besar.

4. Pemerintah disarankan secara serius mengelola resiko ekonomi dan fiskal disamping melakukan penguatan pada sektor UMKM dan kewirausahaan.

5. Pemerintah harus lebih fokus pada pembangunan ekonomi domestik untuk lebih mandiri dan melakukan revitalisasi industri dengan prioritas pada sumberdaya industri dan pembanganun infrastruktur.

6. Indonesia perlu membangun perekonomian yang memiliki daya tahan dan kelenturan yang tinggi agar dapat tetap berkembang dan bertahan dalam kondisi yang semakin dinamis dan kompetitif

7. Diperlukan kebijakan untuk meningkatkan pemanfaatan tenaga-tenaga sarjana yang terkena imbas PHK sebagai tenaga pendampingan di sektor pertanian, kesehatan dan kependudukan dan terakhir, melakukan reorientasi kebijakan-kebijakan pembangunan yang mendorong ke arah kemandirian bangsa.

Inti dari solusi tersebut adalah penguatan sektor mikro yang relatif tidak terpengaruh oleh faktor-faktor eksternal seperti nilai tukar, kebutuhan negara lain, keadaan ekonomi politik negara lain, dan perjanjian dalam forum perdagangan seperti WTO. Sudah saatnya ekonomi Indonesia berbasis SDM serta SDA asli Indonesia diberi peluang lebih untuk membangun fondasi perekonomian Indonesia berbasis usaha mikro yang terbukti lebih tahan terhadap goncangan serta dapat lebih memberdayakan tenaga kerja negara ini agar tingkat pengangguran semakin berkurang.

(13)

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian di atas maka penulis ingin meneliti lebih dalam mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap IHSG dengan judul “Pengaruh Nilai Kurs Rupiah

Perubahan sosial secara umum dapat diartikan sebagai suatu proses pergeseran atau berubahnya struktur/tatanan di dalam masyarakat, meliputi pola pikir yang lebih

Rancangan percobaan dalam penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) faktorial dengan 2 faktor, yaitu faktor A (bagian pohon Surian dengan 4 taraf

Alat peraga adalah suatu alat yang dapat diserap oleh mata dan telinga dengan tujuan membantu guru agar proses belajar mengajar siswa lebih efektif dan efisien (Sudjana, 2002 :59

Menurut Carin dan Sund dalam Wahyudin, Sutikno, dan Isa (2016: 59), pada inkuiri terbimbing, guru tidak lagi berperan sebagai pemberi informasi dan siswa sebagai

Sehubungan dengan hasil dari penelitian bahwa persepsi guru Sekolah Dasar Negeri Terakreditasi A terhadap pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah adalah cukup

Untuk menghitung proyeksi jumlah penduduk 10 tahun mendatang digunakan metode aritmatik, geometrik dan eksponensial, dari hasil perhitungan diperoleh jumlah

menentukan hubungan antara twist pada proses spinning, baik di mesin ring spinning ataupun di mesin open- end spinning, terhadap kecepatan benang telah banyak dilakukan dan