• Tidak ada hasil yang ditemukan

BIMBINGAN DAN KONSELING (1). pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BIMBINGAN DAN KONSELING (1). pdf"

Copied!
199
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

KONSEP DASAR,KEBUTUHAN BIMBINGAN, FUNGSI,

JENIS, DAN LAYANAN BIMBINGAN DI SEKOLAH DASAR

A. Hakikat Konsep Dasar Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar

Konsep adalah suatu pernyataan prinsip-prinsip umum yang didukung

oleh data untuk menjelaskan suatu fenomena.

Konsep yang baik harus memenuhi kriteria sebagai berikut.

1. Jelas, artinya dapat dipahami dan tidak mengandung pertentangan.

2. Komprehensif, artinya dapat menjelaskan fenomena secara menyeluruh.

3. Eksplisit, artinya setiap penjelasan didukung oleh bukti yang dapat diuji.

4. Parsimonius, artinya menjelaskan data secara sederhana tetapi jelas.

5. Dapat menurunkan penelitian yang bermanfaat.

Menurut Abu Ahmadi (1991), bahwa bimbingan adalah bantuan yang

diberikan kepada individu (peserta didik) agar dengan potensi yang dimiliki

mampu mengembangkan diri secara optimal dengan jalan memahami diri,

memahami lingkungan, mengatasi hambatan guna menentukan rencana masa

depan yang lebih baik.

Prayitno dan Erman Amti (2004), Bimbingan adalah proses pemberian

bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seseorang atau beberapa

orang individu, baik anak-anak, remaja, atau orang dewasa, agar orang yang

dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri

dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat

dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku.

Sementara Bimo Walgito (2004: 4-5), mendefinisikan bahwa bimbingan

adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau

sekumpulan individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan

(2)

Chiskolm dalam McDaniel, dalam Prayitno dan Erman Amti (1994),

mengungkapkan bahwa bimbingan diadakan dalam rangka membantu setiap

individu untuk lebih mengenali berbagai informasi tentang dirinya sendiri.

Jadi, dapat kita simpulkan bahwa bimbingan atau guidance adalah proses

pemberian bantuan (process of helping) kepada individu agar mampu

memahami dan menerima diri dan lingkungannya, mengarahkan diri, dan

menyesuaikan diri secara positif dan konstruktif terhadap tuntutan norma

kehidupan (agama dan budaya) sehingga mencapai kehidupan yang bermakna

(berbahagia, baik secara personal maupun sosial).

Sementara itu, pengertian konseling lebih mengarah pada suatu hubungan

pribadi yang dilakukan secara tatap muka antara dua orang dalam mana

konselor melalui hubungan itu dengan kemampuan-kemampuan khusus yang

dimilikinya, menyediakan situasi belajar. Dalam hal ini, konseling dibantu

untuk memahami diri sendiri, keadaannya sekarang, dan kemungkinan

keadaannya masa depan yang dapat ia ciptakan dengan menggunakan potensi

yang dimilikinya, demi untuk kesejahteraan pribadi maupun masyarakat.

Lebih lanjut konseling dapat belajar bagaimana memecahkan

masalah-masalah dan menemukan kebutuhan-kebutuhan yang akan datang. (Tolbert,

dalam Prayitno 2004).

Jones (Insano, 2004) menyebutkan bahwa konseling merupakan suatu

hubungan profesional antara seorang konselor yang terlatih dengan klien.

Hubungan ini biasanya bersifat individual, meskipun kadang-kadang

melibatkan lebih dari dua orang dan dirancang untuk membantu klien

memahami dan memperjelas pandangan terhadap ruang lingkup hidupnya,

sehingga dapat membuat pilihan yang bermakna bagi dirinya.

Dengan demikian Konseling dapat kita simpulkan sebagai suatu proses

interaksi antara konselor dengan klien/konseli baik secara langsung (tatap

muka) atau tidak langsung (melalui media : internet, atau telepon) dalam

rangka membantu klien agar dapat mengembangkan potensi dirinya atau

memecahkan masalah yang dialaminya.

(3)

wawancara konseling (face to face) oleh seorang ahli (disebut konselor)

kepada individu yang sedang mengalami sesuatu masalah (disebut konseli)

yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi konseli serta dapat

memanfaatkan berbagai potensi yang dimiliki dan sarana yang ada, sehingga

individu atau kelompok individu itu dapat memahami dirinya sendiri untuk

mencapai perkembangan yang optimal, mandiri serta dapat merencanakan

masa depan yang lebih baik untuk mencapai kesejahteraan hidup.

Bimbingan dan konseling di SD adalah upaya pemberian bantuan kepada

individu (peserta didik/siswa) yang dilakukan secara berkesinambungan,

supaya mereka dapat memahami dirinya sehingga mereka sanggup

mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar sesuai dengan tuntutan

dan keadaan lingkungan SD, keluarga, dan masyarakat serta kehidupan pada

umumnya.

B. Kebutuhan Bimbingan di Sekolah Dasar

Banyak yang dapat dialami oleh siswa di kehidupan sekolah dasar.

Baik yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan seperti

datangnya sebuah masalah. Masalah-masalah yang dialami siswa dapat terjadi

oleh berbagai sebab, baik yang bersumber dari siswa itu sendiri maupun yang

bersumber dari lingkungannya.

Masalah tersebutlah yang dapat menyebabkan proses belajar mengajar

berlangsung kurang baik dan mengganggu kelancaran proses perkembangan

siswa selanjutnya. Secara singkat dapat dikatakan bahwa proses belajar

mengajar tidak mungkin dapat berlangsung secara baik apabila di dalam kelas

ada siswa yang mengalami masalah. Sehingga siswa perlu dibantu untuk

dapat mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya, baik masalah yang

dihadapi sekarang maupun masalah yang mungkin timbul pada masa yang

akan datang.

Dalam hal ini bimbingan dan konseling dapat memainkan peranan

yang amat penting. Sejalan dengan sebab-sebab terjadinya masalah tersebut,

(4)

1. Membantu Murid Mewujudkan Tugas-tugas Perkembangannya

Tugas perkembangan adalah suatu tugas yang timbul pada suatu masa

tertentu dalam kehidupan seseorang. Keberhasilan seorang individu

menunaikan tugas-tugas perkembangannya secara baik akan memungkinkan

individu itu memperoleh kebahagiaan dalam hidupnya, dan akan

mempermudah dirinya melaksanakan tugas-tugas perkembangan berikutnya.

Sebaliknya, kegagalannya dalam menunaikan tugas-tugas perkembangannya

dapat menyebabkan ketidakbahagiaan dalam diri individu, dan mempersulit

dirinya melaksanakan tugas-tugas perkembangan berikutnya.

Sehubungan dengan hal di atas, Havighurst menyatakan ada sejumlah

perkembangan yang harus dilaksanakan pada anak-anak tingkat sekolah dasar

(umur 6-12 tahun), yaitu :

a. Mempelajari ketrampilan-ketrampilan fisik yang diperlukan dalam

bermain.

b. Mengembangkan keseluruhan sikap terhadap diri sendiri sebagai

organisme yang sedang tumbuh.

c. Belajar bergaul dengan teman-teman sebaya.

d. Mengembangkan ketrampilan-ketrampilan dasar dalam membaca,

menulis, dan berhitung.

e. Mempelajari peranan sosial, baik sebagai wanita maupun sebagai pria.

f. Mengembangkan konsep-konsep yang dibutuhkan untuk kehidupan

sehari-hari.

g. Mengembangkan kata hati, moralitas dan norma-norma.

h. Mendapatkan kebebasan pribadi.

i. Mengembangkan sikap-sikap terhadap kelompok-kelompok dan

badan-badan sosial.

Guru perlu memahami konsep-konsep tentang tugas-tugas

perkembangan di atas. Dengan memahami konsep-konsep tersebut, guru tidak

saja dapat mencari dan menyatakan tujuan-tujuan pendidikan di sekolah,

tetapi juga dapat melaksanakan pendidikan sesuai dengan tingkat

(5)

2. Membantu Memenuhi kebutuhan-kebutuhan Dasar Siswa

Sebagaimana manusia umumnya, maka siswa memiliki

kebutuhan-kebutuhan dasar tertentu. Maslow (Ngalim Porwanto, 1990:77)

mengemukakan ada lima tingkat kebutuhan dasar manusia. Secara hierarkis,

kelima kebutuhan dasar itu antara lain :

a. Kebutuhan fisiologis, yaitu kebutuhan dasar yang bersifat primer dan vital,

yang menyangkut fungsi-fungsi biologis dasar dari organisme manusia,

seperti kebutuhan akan makanan, pakaian dan perumahan.

b. Kebutuhan rasa aman, yaitu kebutuhan untuk terbebas dari rasa takut,

terlindung dari bahaya, dan ancaman penyakit, perlakuan tidak adil dan

sebagainya.

c. Kebutuhan kasih sayang, yaitu kebutuhan untuk meraa dicintai dan

dimiliki serta disayangi oleh orang lain.

d. Kebutuhan penghargaan, yaitu kebutuhan untuk mendapatkan

penghargaan atau prestasi, kemampuan, kedudukan, pangkat dan

sebagainya.

e. Kebutuhan aktualisasi diri, yaitu kebutuhan untuk menampilkan atau

menunjukan kemampuan diri secara maksimum dan kreatif.

Pada dasarnya setiap orang berharap agar semua kebutuhannya dapat

terpenuhi, sebagaimana yang dikatakan oleh Prayitno (1976:32), bahwa :

a. Setiap individu berusaha mengejar pemenuhan kebutuhaan jasmani seperti

bernafas, makan, perumahan, dan sebagainya.

b. Setiap individu sejauh mungkin berusaha untuk mewujudkan dirinya

sendiri.

c. Setiap individu amat mendambakan cinta dan kasih sayang dari orang lain,

terutama dari orang-orang yang terdekat.

d. Setiap individu ingin membina hubungan timbal balik yang kuat dalam

kelompok, baik kelompok umur sebaya maupun jenis-jenis kelompok yang

lain.

e. Setiap individu mengharapkan untuk diterima oleh orang-orang yang lebih

(6)

f. Setiap individu menginginkan agar usaha-usahanya berakhir dengan

sukses.

g. Sebagai seorang yang bebas, setiap orang berusaha untuk terbuka dari

hal-hal yang tidak disukainya.

h. Setiap individu akan merasa amat senang jika ia terhindar dari bahaya

ancaman ataupun intimidasi.

i. Sebagai orang yang berkepribadian mantap, setiap individu ingin diakui

keberadaannya (eksistensinya) di antara orang-orang lain, di samping ia

menghargai orang lain juga menghargai diri sendiri.

j. Setiap orang ingin mengikatkan dirinya kepada kebutuhan yang lebih

tinggi tingkatannya yaitu kebutuhan akan keabadian.

Kebutuhan-kebutuhan yang terpenuhi itu akan dapat mendatangkan

kepuasan, kesenangan dan kebahagiaan bagi orang yang bersangkutan.

Sebaliknya, kebutuhan kebutuhan yang tidak terpenuhi dapat mendatangkan

kesulitan, ketidaksenangan dan ketidakbahagiaan pada diri orang yang

bersangkutan. Bagi siswa-siswa di sekolah, terpenuhinya

kebutuhan-kebutuhan itu akan memungkikan dapat mencapai perkembangan secara

optimal. Tugas bimbingan dan konseling yang penting dalam hal ini adalah

membantu agar anak didik dapat memperoleh kemudahan dalam memenuhi

kebutuhan-kebutuhan itu.

3. Mengatasi Pengaruh Kondisi Rumah Tangga yang Kurang

Menguntungkan

Anak-anak yang memasuki sekolah dasar berasal dari berbagai latar

belakang rumah tangga. Ada yang orang tuanya kaya, ada yang miskin, ada

yang rumah tangganya retak (broken home), ada yang ditolak atau diterima

sebagaimana mestinya, dan ada anak yang dilindungi dan dipilihkasihi secara

berlebihan. Kondisi rumah tangga yang demikian itu banyak sedikitnya akan

(7)

Berikut ini adalah beberapa kondisi rumah tangga yang tidak

menguntungkan itu.

a. Keadaan ekonomi yang serba berkecukupan dan serba berkekurangan

Ada dua kelompok ekonomi orang tua yang dapat membahayakan

kesehatan mental anak, yaitu keluarga yang serba berkecukupan dan

keluarga yang berkekurangan. Dalam keluarga yang berkecukupan

misalnya, orang tua mungkin terlalu memperturutkan atau terlalu

membatasi kehendak anak-anaknya. Sementara itu, dalam rumah tangga

yang serba berkekurangan anak-anak mungkin tidak terurus, dilepas begitu

saja, atau ditolak oleh orang tuanya. Namun demikian, keluarga yang

serba berkecukupan tidaklah selalu menimbulkan resiko seperti ini.

Demikian juga keluarga yang berkekurangan.

Gejala-gejala berkekurangan itu boleh jadi terdapat dalam hal

kekurangan perumahan, makanan, pakaian, dan alat-alat pelajaran.

Kondisi-kondisi seperti itu dapat mengganggu kesehatan, ketentraman,

dan kesejahteraan anak. Sebaliknya, kekayaan boleh jadi dapat membuat

anak lupa diri, malas belajar dan angkuh karena mereka tidak merasakan

adanya tantangan. Segalanya dapat mereka peroleh dengan mudah dan

sebaliknya sifat-sifat kepribadian seperti salah suai, benci, iri hati,

prasangka dan lain-lain dapat terjadi dan berkembang karena keadaan

ekonomi yang tidak menguntungkan. Keadaan ekonomi yang

berkekurangan dapat membuat para orang tua mengalami kesulitan dalam

memberikan rasa aman pada diri anak-anak mereka. Hanya orang tua yang

bijaksanalah yang dapat menciptakan suatu rumah tangga yang

menyenangkan bagi anak-anak, walaupun mengalami kesulitan pada

bidang ekonomi.

b. Pengaruh penolakan orang tua terhadap anak

Seorang anak ditolak apabila dia tidak diharapkan dan tidak

dicintai oleh salah seorang atau kedua orang tuanya. Penolakan itu dapat

(8)

dan sebagainya. Reaksi atau sikap orang tua berkenaan dengan penolakan

ini dapat dikenali melalui prosedur langsung atau prosedur yang rumit. Konsep “penolakan” hendaknya dipandang dalam batas-batas tertentu, yaitu ditolak sebagian atau ditolak seluruhnya. Walaupun

pembagian ini memiliki sifat-sifat tertentu, tetapi penolakan itu tetap

masih sulit diungkapkan. Karena anak-anak yang tidak ditolakpun

mungkin menunjukan gejala-gejala yang sama. Anak-anak yang ditolak

oleh orang tuanya, apabila mereka berada dalam kelompok lain sering

mengalami berbagai kesulitan, seperti merasa harga diri rendah atau lebih,

salah tingkah, tidak disiplin, dan suka melanggar peraturan.

c. Pengaruh perlindungan dan sikap pilih kasih yang berlebihan

Seorang anak dikatakan dilindungi secara berlebihan apabila ia

terus menerus dijaga, dilindungi, dan dimanjakan serta dilebih-lebihkan.

Seorang ibu menghabiskan sebagian besar waktunya untuk menjaga

anaknya itu. Kadang-kadang melarangnya bermain dengan anak-anak lain.

Anak tidak diberi kesempatan mengambil resiko atas perbuatan yang

dilaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari. Anak yang dipilihkasihi

adalah anak-anak yang dilebihkan dari saudaranya oleh seorang atau kedua

orang tuanya.

d. Pengaruh keretakan dalam rumah tangga (broken home)

Keretakan rumah tangga (broken home) dapat digambarkan

sebagai suatu keadaan dimana terjadi kekacauan dalam organisasi rumah

tangga yang biasanya disebabkan oleh kematian, perceraian, ayah tidak

bekerja, ayah atau ibu terlalu sibuk dengan urusan luar. Secara umum

diyakini bahwa keretakan rumah tangga merupakan tanah yang subur bagi

terjadinya masalah pada diri anak. Anak-anak dari keluarga seperti ini

sering tidak mendapatkan perhatian dan kasih sayang yang wajar dari

orang tua mereka. Mereka bahkan juga merasa tidak mendapat

perlindungan dari orang tuanya. Konsekuensinya, mereka melakukan

berbagai perbuatan yang kadang-kadang menjurus pada perbuatan yang

(9)

4. Mengatasi Pengaruh Kondisi Sekolah yang Tidak Sehat

Sekolah tidak selalu menjadi tempat yang menyenangkan bagi setiap

siswa. Ada kalanya sekolah menjadi sumber masalah pada diri siswa. Di

antara kondisi-kondisi sekolah yang dapat menjadi sumber masalah pada diri

siswa adalah:

a. Kurikulum yang tidak sesuai

Banyak orang yang beranggapan bahwa tujuan utama dari sekolah

dasar adalah mengajarkan berbagai pengetahuan dan keterampilan pada

siswa. Mereka menganggap bahwa otak anak sebagai gidang atau lumbung

yang dapat diisi berbagai fakta dan komunikasi, dan siap untuk digunakan

kembali pada masa yang akan datang. Lebih dari itu, banyak guru dan

orang percaya bahwa nilai belajar yang diperoleh anak sama dengan

kemampuannya mempelajari pengetahuan dan keterampilan serta

menyimpannya dalam otaknya melalui pengajaran berbal dan buku-buku

teks. Pandangan-pandangan dan cara-cara perlakuan seperti itu sudah tentu

dapat merugikan bagi perkembangan anak. Beribu anak yang tidak

diberkahi untuk memperoleh prestasi belajar yang tinggi, bahkan mereka

menjurus menjadi anak yang putus asa dan salah suai. Pengajaran terlalu

banyak ditekankan pada ukuran apa yang harus diketahui anak daripada

apa yang dapat mereka pahami dan bagaimana bertingkah laku. Siswa

tidak banyak memperoleh pengetahuan dan ketrampilan dalam hal

bagaimana bergaul dengan orang lain secara berhasil. Pendidikan di

sekolah dasar hendaknya diarahkan secara langsung pada peningkatan

kualitas hidup. Hal ini mencakup tujuan yang lebih luas dan lebih dalam daripada sekedar penguasaan bahan–bahan pengajaran.

Seorang guru yang terlatih baik memandang anak sebagai sesuatu

yang lebih dari seorang murid yang mampu menguasai sejumlah

pengetahuan dan ketrampilan. Ia memandang anak sebagai pribadi yang

dinamis yang mencakup sikap-sikap, kebiasaan-kebiasaan, dan ide-ide

yang berhubungan dengan setiap aspek kehidupannya, yaitu kesehatan dan

(10)

Keefektivan sekolah merupakan suatu pertimbangan untuk menjawab pertanyaan; ”bagaimana anak bertingkah laku?” tingkah laku tidak hanya tergantung pada apa yang anak ketahui, tetapi terlebih lagi

pada apa yang ia yakini, pada sikap-sikap, cita-cita dan nilai-nlai. Dengan

kata lain, pendidikan sekolah dasar tidak terbatas pada pengajaran di

dalam kelas dan pada buku-buku teks, melainkan harus juga terkait dengan

kehidupan di rumah, di masyarakat, dan lingkungan hidup.

b. Persaingan yang tidak sehat

Masyarakat pada dasarnya adalah kompetitif. Kendati pun hal itu

tidak diharapkan, tetapi kita tidak dapat mungkin menghindarinya.

Kepribadian, kecerdasan, dan atau prestasi belajar anak mempunyai arti

hanya setengah dibandingkan dengan orang lain yang sesuai dengan

dirinya. Melalui bimbingan, guru hendaklah membantu anak agar dapat

menyesuaikan diri secara lebih baik dibawah situasi yang kompetitif itu,

dan menghindari sebanyak mungkin akibat-akibat persaingan yang tidak

sehat. Persaingan di dalam kelas yang menekankan perjuangan antar

pribadi (person-to-person struggle) untuk mendapatkan peranan, status,

dan imbalan. Justru sebaliknya dapat mendorong terjadinya sifat sombong,

angkuh dan mementingkan diri sendiri pada siswa. Penekanan yang terus

menerus untuk berhasil, terutama dalam pencapaian cita-cita yang terlalu

tinggi atau terlalu rendah, sering mengakibatkan terjadinya berbagai

masalah; seperti: melawan, durhaka, masa bodoh, kepatuhan pasif,

kehilangan inisiatif, dan penghayal. Oleh sebab itu, guru hendaknya

senantiasa mengamati bentuk-bentuk tingkah laku siswa apabila ada siswa

yang kurang bersemangat sebagaimana dikemukakan diatas.

c. Penyamarataan pengajaran bagi semua siswa

Ada anggapan bahwa setelah kelompok murid mengikuti suatu

pengajaran yang sama, dengan guru yang sama, dan metode yang sama,

(11)

ruangan yang sama, menggunakan metode pengajaran yang sama.

Selanjutnya siswa diharuskan membuat dan menyelesaikan tugas yang

sama dari halaman buku yang sama pula setiap hari. Setiap siswa

diharuskan menguasai mata pelajaran yang sama agar mereka dapat

memberikan jawaban yang sama terhadap soal ujian yang sama.

Anggapan di atas sudah tentu merupakan pandangan yang keliru

tentang siswa. Siswa pada dasarnya berbeda antara yang satu dengan yang

lain. Mereka berbeda dalam berbagai hal, seperti bakat, kemampuan,

minat, dan sifat-sifat pribadi lainnya. Perbedaan-perbedaan ini dengan

sendirinya akan mengakibatkan perbedaan pula dalam hal kecepatan dan

hasil belajarnya. Ada siswa yang dalam waktu singkat dapat menguasai

bahan-bahan pelajaran. Sebaliknya, ada pula siswa yang memerlukan

waktu lama untuk dapat menguasai bahan-bahan pelajaran. Mereka ini

boleh jadi memerlukan pendekatan khusus untuk dapat menguasai

bahan-bahan yang dipelajarinya itu.

Pengajaran tidak hanya sesuai dengan kemampuan intelektual

individu siswa, tetapi juga dengan perbedaan emosialnya. Pengajaran yang

seragam bagi semua murid tidak saja akan mengakibatkan siswa yang

cerdas menjadi bosan atau jemu, tetapi juga siswa-siswa yang lamban pun

dapat menjadi putus asa dan bersikap masa bodoh. Penyamarataan

pengajaran bagi setiap siswa merugikan tiap siswa, tidak hanya

siswa-siswa yang bodoh tetapi juga bagi murid yang cerdas. Oleh sebab itu, perlu

ada pengaturan pengajaran atau pelayanan yang memungkinkan setiap

siswa dapat mencapai prestasi yang sesuai dengan sifat keindividuannya

masing-masing.

d. Pelaksanaan administrasi sekolah kurang memadai

Pelaksanaan administrasi pengajaran yang mengharuskan guru

untuk mengajar 40 sampai 50 orang siswa dalam satu kelas dapat

menimbulkan masalah, baik bagi guru maupun siswa. Demikian pula

ruang-ruang kelas yang kecil dan penuh perabotan berupa meja, kursi, dan

(12)

pola pengajaran “duduk, diam dan dengar”. Keadaan ruang kelas seperti diatas, kurang memberikan kebebasan bagi siswa dan guru untuk melaksanakan kegiatan belajar-mengajar “Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA)” yang berkadar tinggi.

Praktek-praktek penilaian belajar siswa yang dilakukan oleh guru

tidak jarang menimbulkan masalah. Kecenderungan-kecenderungan guru

melakukan jalan pintas dalam melaksanakan penilaian, seperti memberi

nilai tanpa didahului oleh pengukuran, alat-alat penilaian yang tidak baku,

memberi nilai tanpa distandardisasikan lebih dahulu, justru tidak saja

membuat nilai itu sendiri kurang bermakna tetapi juga membingungkan

dalam menafsirkannya. Akhirnya, sistem kenaikan kelas yang diterapkan

di sekolah kurang memberi kesempatan bagi siswa untuk berkembang

sesuai dengan kecepatan dan tempo perkembangannya masing-masing.

Dengan sistem kenaikan kelas seperti ini siswa-siswa yang cerdas terpaksa

harus menunggu murid-murid yang kemampuannya sedang atau lambat.

Sebaliknya, siswa yang lambat terpaksa harus mengikuti siswa-siswa yang

cerdas. Dengan keadaan-keadaan seperti di atas, siswa-siswa tidak

dihargai sesuai dengan keadaan diriya masing-masing.

e. Kepribadian guru dan cara-cara pengelolaan kelas

Ada tiga tipe umum kepribadian guru, yang mana masing-masing

tipe kepribadian guru itu akan muncul dalam pelaksanaan pengajaran

sehari-hari di depan kelas yaitu:

(a)Guru yang otoriter

Guru yang otoriter adalah guru yang cenderung menentukan sendiri.

Guru-guru seperti ini kurang memberi kebebasan bagi siswa untuk

mengemukakan pendapatnya. Segala sesuatunya ditentukan sendiri oleh

guru, murid tinggal menerima apa yang disampaikan oleh guru.

(b)Guru yang „laissez-faire‟

(13)

guru hampir tidak ada. Guru-guru seperti kurang memiliki wibawa

dihadapan siswa siswanya.

(c)Guru yang demokratis

Guru yang demokratis adalah guru yang di samping memberikan

kebebasan bagi siswa-siswanya untuk berbuat dalam batas-batas

tertentu juga dapat memberikan tuntutan bagi siswanya.

Dalam pelaksanaan pembelajaran sehari-hari guru bersikap otoriter

karena ia takut kehilangan wibawa di depan siswa-siswanya. Apabila

seorang guru bersikap seperti ini, sudah tentu sangat merugikan

perkembangan murid. Selanjutnya siswa akan menjadi pasif, tidak kreatif,

dan tidak berani mengemukakan pendapatnya.

5. Mengatasi Pengaruh Kondisi Sosial-Budaya yang Kurang

Menguntungkan.

Kemajuan-kemajuan yang dicapai dalam bidang ilmu pengetahuan,

teknologi, dan seni dewasa ini telah membuat orang memperoleh banyak

kemudahan di jagad raya ini. Kemajuan dibidang komunikasi misalnya,

seakan-akan menghilangkan jarak antara satu daerah ke daerah lain, antara

satu benua dengan benua lain, dan antara bumi dan pelanet-pelanet lain.

Demikian pula dengan kemajuan transportasi memudahkan terjadinya

mobilitas penduduk dari suatu daerah ke daerah lain, dari negara satu ke

negara lain. Akhirnya, untuk meningkatkan devisa negara dan penghasilan

rakyat perlu pula ditingkatkan bisnis dalam bidang kepariwisataan, kemajuan

dalam bidang di kemukakan di atas menimbulkan berbagai perubahan dalam

berbagai segi kehidupan dalam masyarakat, seperti sosial, politik, ekonomi,

dan budaya.

Perubahan-perubahan yang ditimbulakan itu tidak hanya

menguntungkan tetapi juga merugikan masyarakat, yaitu beberapa

pengaruh buruk sebagai ekses dari pembangunan itu sendiri. Dari

pengaruh-pengaruh buruk yang dapat timbul bagi anak-anak sekolah dasar adalah malas

(14)

Sekolah tidak dapat melepaskan diri dari kondisi kehidupan

masyarakat. Bahkan mempunyai tanggung jawab untuk membantu

siswa-siswanya, baik sebagai pribadi maupun sebagai calon anggota masyarakat.

Sebagai lembaga pendidikan formal, sekolah bertanggung jawab mendidik

dan mengajar siswa agar dapat menjadi warga masyarakat yang baik dan

mampu mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya. Kegiatan belajar

mengajar merupakan salah satu upaya yang diberikan oleh guru sekolah.

Namun demikian, kegiatan itu saja belum memadai untuk dapat menyiapkan

siswa menjadi warga masyarakat yang baik mampu mengatasi

masalah-masalah yang dihadapinya. Disamping kegiatan belajar-mengajar, guru

hendaknya juga memberikan bantuan kepada individu-individu murid yang

mengalami kesulitan-kesulitan pribadi agar mereka mampu mengatasai

masaalah yang di hadapinya. Dalam hal ini, diperlukan adanya layanan

khusus yang disebut binbingan dan konseling. Program bimbingan dan

konseling membantu berhasilnya pengajaran secara keseluruhan.

C.Fungsi Layanan di Sekolah Dasar

Fungsi bimbingan dan konseling adalah hal-hal yang terkait dengan

aktifitas yang dilakukan dalam pelaksanaan program bimbingan dan

konseling di sekolah. Berkaitan dengan hal tersebut maka banyak ahli yang

memberikan rumusan tentang fungsi bimbingan dan konseling di sekolah

pada umumnya. Pendapat yang dikemukakan para ahli tersebut diantaranya

adalah sebagai berikut:

1. Prayitno dan Amti E mengatakan fungsi bimbingan dan konseling

adalah:

 Fungsi pencegahan

 Fungsi pengentasan

 Fungsi pemeliharaan dan pengembangan

2. Menurut Nurisan A J bimbingan memiliki empat fungsi yaitu:

(15)

 Fungsi adaptasi

 Fungsi penyesuaian

3. Tohirin menyebutkan bahwa pelayanan bimbingan dan konseling

memiliki fungsi:

 Fungsi pencegahan ( prefentif )

 Fungsi pemahaman

 Fungsi pengentasan

 Fungsi pemeliharaan

 Fungsi penyaluran

 Fungsi penyesuaian

 Fungsi pengembangan

 Fungsi perbaikan

 Fungsi advokasi

4. Fakih A R menyatakan bahwa fungsi kegiatan bimbingan dan

konseling islami ada empat macam, yaitu:  Fungsi prefentif

 Fungsi korektif

 Fungsi preservative

 Fungsi pengembangan (developmental)

5. Hallen A menyebutkan fungsi bimbingan dan konseling di sekolah

ada lima macam, yaitu:

 Fungsi pemahaman

 Fungsi pencegahan

 Fungsi pengentasan

 Fungsi pemeliharaan

 Fungsi pemeliharaan dan pengembangan

(16)

6. Nurihsan AJ dan Sudianto menegaskan khusus fungsi bimbingan

dan konseling di Sekolah Dasar ada empat macam, yaitu:

 Fungsi pemahaman

 Fungsi penyaluran

 Fungsi adaptasi

 Fungsi penyesuaian

Berdasarkan pendapat dari para ahli diatas memiliki persamaan yaitu:

 Fungsi pemahaman

 Fungsi penyaluran

 Fungsi adaptasi

 Fungsi penyesuaian

Berdasarkan pendapat para ahli di atas terdapat berbedaan, namun

pada intinya terdapat empat fungsi yang sama, yaitu: fungsi pemahaman,

fungsi penyaluran, fungsi adaptasi, dan fungsi penyesuaian. Demikian

penjelasan secara singkat mengenai fungsi bimbingan dan konseling di

Sekolah Dasar.

1. Fungsi pemahaman, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang

akan menghasilkan pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak

tertentu sesuai dengan kepentingan pengembangan siswa.

2. Fungsi penyaluran, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam

hal membantu siswa untuk memilih jurusan sekolah, jenis

sekolah,dan lapangan pekerjaan sesuai dengan minat, bakat, dan

cirri-ciri kepribadian lainnya. Kegiatan dalam fungsi penyaluran ini

meliputi bantuan untuk memantapkan kegiatan belajar di Sekolah

Dasar. Dalam melaksanakan funsinya, guru pembimbing atau

konselor perlu kerjasama dengan pindidik lainnya di Sekolah Dasar

maupun diluar Sekolah Dasar.

3. Fungsi adaptasi, yaitu bimbingan dan konseling dalam hal

membantu petugas-petugas di sekolah, khususnya guru, untuk

(17)

yang memadai mengenai para siswa atau guru pembimbing atau

konselor dapat membantu guru untuk memperlakukan peserta didik

secara tepat, baik dalam mengelola dan memilih materi pelajaran

yang tepat, atau dalam mengadaptasikan bahan pelajaran dengan

kecepatan dan kemampuan siswa.

4. Fungsi penyesuian, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam

rangka membantu siswa untuk memperoleh penyesuaian pribadi

dan memperoleh kemajuan dan berkembang secara optimal. Fungsi

ini dilaksanakan dalam rangka mengidenfikasi, memahami, dan

memecahkan masalah.

Maka dari itu, akan tercipta kemudahan bagi terselenggaranya

proses dan tercapainya tujuan program pendidikan di Sekolah Dasar yang

berdsangkutan secara lancar dan berhasil sesuai dengan yang diharapkan.

D. Jenis Layanan Bimbingan di Sekolah Dasar

Dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi, bidang Bimbingan dan

Konseling (2004) dinyatakan bahwa kerangka kerja layanan BK

dikembangkan dalam suatu program BK yang dijabarkan dalam empat

kegiatan utama yaitu:

1. Layanan Dasar Bimbingan

Layanan dasar bimbingan adalah bimbingan yang bertujuan untuk

membantu seluruh siswa dalam mengembangkan perilaku efektif

dan ketrampilan-ketrampilan hidup yang mengacu pada

tugas-tugas perkembangan siswa.

2. Layanan Responsif

Layanan responsif adalah layanan bimbingan yang bertujuan untuk

membantu memenuhi kebutuhan yang dirasakan sangat penting

oleh peserta didik saat ini. Layanan ini lebih bersifat preventik atau

mungkin kuratif. Stategi yang digunakan adalah konseling

individual, konseling kelompok dan konsultasi. Isi layanan

(18)

3. Layanan Perencanaan individual

Layanan perencanaan individual adalah layanan bimbingan yang

membantu seluruh peserta didik dan mengimplementasikan

rencana-rencana pendidikan, membantu siswa memantau

pertumbuhan dan memahami perkembangan sendiri.

4. Dukungan Sistem

Dukungan system adalah kegiatan-kegiatan manajemen yang

bertujuan memantapkan, memelihara dan meningkatkan program

bimbingan secara menyeluruh. Hal itu dilaksanakan melalui

pengembangan profesionalitas, hubungan masyarakat dan staf,

konsultasi dengan guru, staf ahli/penasehat, (Thomas Elis, 1990).

Adapun menurut Prayitno, menjelaskan bahwa layanan bimbingan dan

konseling mencakup sepuluh jenis layanan antara lain:

1. Layanan Orientasi

Layanan orientasi adalah layanan konseling yang memungkinkan

klien memahami lingkungan yang baru dimasukinya untuk

mempermudah dan memperlancar berperannya klien dalam

lingkungan baru tersebut.

Untuk lingkungan sekolah misalnya, materi layanan orientasi yang

mendapat penekanan adalah:

a. Layanan orientasi dalam bidang bimbingan pribadi, meliputi:

1)Fasilitas penunjang ibadah keagamaan yang ada di sekolah

2)Hak dan kewajiban siswa

3)Fasilitas penunjang seperti sarana olah raga dan rekreasi,

pelayanan kesehatan, pelayanan bimbingan dan konseling,

kafetaria, dan tata usaha

Bidang pendidikan Bidang karir

Bidang belajar Bidang tata tertib

(19)

1)Suasana kehidupan dan tata krama tentang hubungan sosial

disekolah baik dengan teman, guru wali kelas maupun staf

sekolah lainnya

2)Organisasi orang tua dan guru

3)Organisasi siswa

4)Organisasi sekolah secara menyeluruh

5)Adanya bimbingan sosial bagi para siswa

c. Layanan orientasi dalam bidang bimbingan belajar, meliputi:

1)Sistem penyelenggaraan pendidikan pada umumnya

2)Kurikulum yang ada.

3)Sistem penilaian, ujian, dan kenaikan kelas.

4)Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, jadwal pelajaran,

guru-guru setiap mata pelajaran

5)Kegiatan belajar yang dituntut dari siswa

6)Adanya pelayanan bimbingan belajar bagi para siswa

7)Fasilitas dan sumber belajar yang ada, seperti ruang kelas,

laboratorium, perpustakaan, ruang praktek, dan

sebagainya.

d. Layanan orientasi dalam bidang bimbingan karir, meliputi:

1)Peran bimbingan dan konseling serta pelacakan karir di SD

2)Pelaksanaan bimbingan karir untuk siswa SD

3)Kegiatan yang diharapkan dari siswa dalam pelaksanaan

bimbingan karir.

2. Layanan Informasi

Layanan informasi adalah layanan konseling yang memungkinkan

klien menerima dan memahami berbagai informasi yang dapat

dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dan pengambilan

(20)

3. Layanan Penempatan dan Penyaluran

Layanan penempatan dan penyaluran adalah layanan konseling

yang memungkinkan klien memperoleh penempatan dan

penyaluran yang sesuai dengan bakat dan kemampuan

masing-masing.

Layanan penempatan dan penyaluran didahului oleh pengungkapan

kondisi fisik siswa yang meliputi:

a. Keadaan panca indra

b. Ukuran badan

c. Jenis kelamin

d. Keadaan fisik lainnya

e. Kemampuan akademik, kemampuan berkomunikasi,bakat dan

minat

f. Kondisi psikofisik seperti terlalu banyak gerak, cepat lelah

4. Layanan Bimbingan Belajar

Bimbingan belajar merupakan salah satu bentuk layanan

bimbingan yang penting diselenggarakan di sekolah.

5. Layanan Penguasaan Konten

Layanan penguasaan konten adalah layanan konseling yang

memungkinkan klien mengembangkan diri berkenaan dengan sikap

dan kebiasaan belajar yang baik, materi pelajaran yang cocok

dengan kecepatan dan kesulitan belajarnya, serta berbagai aspek

tujuan dan kegiatan belajar lainnya.

6. Layanan Konseling Individual

Layanan konseling individual adalah proses belajar melalui

hubungan khusus secara pribadi dalam wawancara antara seorang

konselor dan seorang konseli/klien.

7. Layanan Bimbingan Kelompok

Bimbingan kelompok dimaksud untuk mencegah perkembangan

(21)

8. Layanan Konseling Kelompok

Layanan konseling kelompok pada dasarnya adalah layanan

konseling perorangan yang dilaksanakan dalam suasana kelompok.

9. Layanan Konsultasi

Pengertian konsultasi dalam program BK adalah sebagai proses

penyediaan bantuan teknis untuk konselor, orang tua, administrator

dan konselor lainnya dalam mengidentifikasi dan memperbaiki

masalah yang membatasi efektifitas peserta didik atau sekolah.

10.Layanan Mediasi

Layanan mediasi adalah layanan konseling yang memungkinkan

permasalahan atau perselisihan yang dialami klien dengan pihak

lain dapat teratasi dengan konselor sebagai mediator.

E. Tujuan layanan di Sekolah Dasar

Tujuan bimbingan adalah perkembangan optimal. Perkembangan

optimal yaitu perkembangan yang sesuai dengan potensi dan sistem nilai

tentang kehidupan yang baik dan benar, perkembangan optimal bukanlah

semata- mata pencapaian tingkat kemampuan intelektual yang tinggi, yang

ditandai dengan penguasaan pengetahuan dan keterampilan melainkan suatu

kondisi dinamik di mana individu mampu mengenal dan memahami diri,

berani menerima kenyataan diri, mengarahkan diri sesuai dengan

kemampuan, kesempatan dan sistem nilai melakukan pilihan dan mengambil

keputusan atas tanggung jawab sendiri. Dikatakan sebagai kondisi dinamik

karena kemampuan yang disebutkan di atas akan berkembang terus dan hal

ini terjadi karena individu berada di dalam serta menghadapi lingkungan yang

terus berubah dan berkembang.

Pemahaman terhadap tujuan bimbingan dan konseling akan

memperjelas arah atau sasaran yang akan dicapai. Secara garis besar, tujuan

bimbingan dan konseling dibagi menjadi 2 yaitu tujuan umum dan tujuan

(22)

1.Tujuan umum

Tujuan umum bimbingan dan konseling dengan mengikuti pada

perkembangan konsepsi bimbingan dan konseling pada dasarnya adalah

untuk membantu individu memperkembangkan diri secara optimal sesuai

dengan tahap perkembangan dan predisposisi yang dimilikinya(seperti

kemampuan dasar dan bakat- bakatnya), berbagai latar belakang yanag

ada (latar belakang keluarga, pendidikan , status sosial ekonomi), serta

sesuai dengan tuntutan positif lingkungannya.

2.Tujuan khusus

Tujuan khusus bimbingan dan konseling merupakan penjabaran tujuan

umum tersebut yang dikaitkan secara langsung dengan permasalahan

yang dialami individu yang bersangkutan, sesuai dengan kompleksitas

permasalahan itu. Masalah yang dihadapi individu sangat

beragam,memiliki intensitas yang berbeda- beda serta bersifat unik.

Dengan demikian maka tujuan khusus bimbingan dan konseling untuk

tiap- tiap individu bersifat unik pula, artinya tujuan bimbingan dan

konseling untuk individu yang satu dengan individu yang lain tidak boleh

(23)

BAB II

PENDEKATAN PERKEMBANGAN DALAM BIMBINGAN

DI SEKOLAH DASAR

A. Pengertian Pendekatan Bimbingan dan Konseling

Kata Pendekatan terdiri dari kata dasar “dekat” dan mendapat imbuhan Pe-an yang berarti hal, usaha atau perbuatan mendekati atau mendekatkan

(KBBI Hal.237). Kegiatan bimbingan dan konseling di SD merupakan suatu

layanan yang diperlukan dengan didasarkan atas karakteristik dan kebutuhan

masalah perkembangan siswa yang perlu dioptimalkan pencapaian tugas

perkembangannya. Pelaksanaan bimbingan dan konseling di SD merupakan

kegiatan yang terpadu dengan pelaksanaan kegiatan pembelajaran, melibatkan

kerja sama dengan berbagai pihak terutama orang tua siswa dan lingkungan

sekitar sekolah.

Jadi, pendekatan bimbingan dan konseling adalah suatu usaha yang

dilakukan oleh guru untuk mendekati siswanya sehingga siswa tersebut

berkenan menceritakan masalahnya sehingga dapat ditemukan solusi yang

terbaik untuk siswa tersebut. Adanya pendekatan dalam bimbingan yang

dimaksudkan agar tercapainya tujuan secara umum yakni penyelenggaraan

bantuan pelayanan bimbingan seperti membantu siswa menemukan pribadinya,

dalam hal mengenal kekuatan dan kelemahan dirinya, serta menerima dirinya

secara positif dan dinamis sebagai modal pengembangan diri lebih lanjut.

Bimbingan juga membantu siswa dalam rangka mengenal lingkungan dengan

maksud agar peserta didik mengenal secara objektif lingkungan, baik

lingkungan sosial maupun lingkungan fisik dan menerima berbagai kondisi

lingkungan itu secara positif dan dinamis. Selanjutnya, bimbingan membantu

siswa dalam rangka merencanakan masa depan dirinya sendiri, baik

menyangkut bidang pendidikan, bidang karier, maupun bidang

(24)

B. Pendekatan Perkembangan dalam Bimbingan

Myrick dalam Muro & Kotman, l995 yang diperjelas kembali oleh

Sunaryo Kartadinata (1998:15) dan Ahman (2005:11-34) mengemukakan

empat pendekatan dapat dirumuskan sebagai pendekatan dalam bimbingan

yang dilaksanakan di SD, yaitu :

1. Pendekatan preventif

Merupakan pendekatan pemberian layanan bimbingan dan konseling yang

menekankan pada pencegahan terjadinya masalah-masalah yang mungkin

akan dialami oleh siswa.

Pendekatan preventif didasarkan pemikiran bahwa jika guru dapat

mendidik murid untuk menyadari bahaya dari berbagai kegiatan dan

menguasai metode untuk menghindari terjadinya masalah itu, maka guru akan

dapat mencegah murid dari perbuatan-perbuatan yang membahayakan

tersebut. Pendekatan preventif ini dapat dilakukan dengan cara menyampaikan

informasi kepada anak tentang akibat dari suatu tindakan tertentu.

Guru yang menggunakan pendekatan preventif akan mengajak anak untuk

mendengarkan cerita guru yang memuat pesan untuk menjaga atau mencegah

terjadinya suatu tindakan yang akan merugikan diri sendiri dan orang lain dan

belajar untuk bersikap toleran dan memahami orang lain. Contoh lainnya

yakni guru mengajar siswanya secara klasikal untuk bersikap toleran dan

memahami orang lain sehingga dapat mencegah munculnya perilaku agresif,

tanpa menunggu munculnya krisis terlebih dahulu.

Bimbingan dan konseling perlu menetapkan program kegiatan dalam

rangka menanggulangi kenakalan yang sumber penyebabnya terletak di dalam

dorongan negatif pribadi dan pengaruh negatif dari lingkungan sekitar.

Program yang ditetapkan, harus dapat menjangkau segala iktiar yang

bersifat umum dan khusus yaitu:

a. Iktiar pencegahan yang bersifat umum meliputi :

 Usaha pembinaan pribadi remaja sejak masih dalam kandungan

(25)

 Setelah lahir, maka anak perlu diasuh dan didik dalam suasana yang stabil, mengembirakan serta optimisme.

b. Usaha-usaha yang bersifat khusus

Untuk menjamin ketertiban umum, khususnya di kalangan remaja perlu

diusahakan kegiatan-kegiatan pencegahan yang bersifat khusus dan

langsung yaitu pengawasan.

2. Pendekatan Krisis

Merupakan pendekatan pemberian layanan bimbingan dan konseling

didasarkan pada adanya masalah yang dialami siswa. Pendekatan ini

dilakukan apabila ditemukan adanya suatu masalah yang krisis yang harus

segera ditanggulangi, dan guru bertindak membantu anak yang menghadapi

masalah tersebut untuk menyelesaikannya. Terkadang pendekatan krisis ini

merupakan tindak lanjut terhadap permasalah yang belum bisa terpecahkan

dengan menggunakan pendekatan preventif. Strategi yang digunakan dalam pendekatan ini adalah teknik-teknik yang secara “pasti” dapat mengatasi krisis tersebut.

Contoh : ada seorang siswa menangis karena tangannya berdarah

dilempar batu oleh teman sebayanya. Guru yang menggunakan pendekatan ini

akan meminta anak itu untuk membicarakan penyelesaian masalahnya dengan

teman yang telah melukainya. Bahkan harus guru segera memanggil anak

yang telah bersalah tersebut untuk menghadap dan membicarakan

penyelesaian masalah tersebut sampai tuntas.

Para penulis kontenporer telah membagi krisis menjadi 3 jenis yaitu :

a. Krisis yang tidak disengaja atau situasional

Krisis ini terjadi terutama saat ada ancaman yang datang secara tiba-tiba,

kejadian yang sangat mengganggu atau datangnya suatu musibah secara

tak terduga. Misalnya kematian orang yang kita cintai, diketahuinya

sesuatu penyakit yang sangat serius, pengalaman akan penganiayaan,

gangguan sosial seperti perang atau depresi ekonomi. Semua contoh

tersebut merupakan tekanan situasional yang dapat mempengaruhi baik

(26)

b. Krisis developmental

Krisis ini terjadi terjadi seiring dengan perkembangan moral seseorang

dalam kehidupannya. Ketika seseorang mulai bersekolah, masuk ke

perguruan tinggi, menyesuaikan dirinya dengan perkawinan dan perannya

sebagai orang tua, menghadapi kritikan, menghadapi pensiun atau

kesehatan yang menurun, menerima kematian sahabatnya, semuanya ini

adalah krisis yang menuntut pendekatan-pendekatan baru supaya orang

dapat menghadapi dan memecahkan masalah.

c. Krisis eksistensial

Krisis yang diakibatkan tumpang tindih kenyataan yang mengganggu,

terutamatentang diri kita sendiri.

3. Pendekatan Remedial.

Dalam pendekatan remedial, guru akan memfokuskan bantuannya kepada

upaya penyembuhan atau perbaikan terhadap kelemahan-kelemahan yang

ditampakkan anak. Tujuan bantuan dari pendekatan ini adalah untuk

menghindarkan terjadinya krisis yang mungkin dapat terjadi. Strategi yang

dapat digunakan untuk membantu anak, diantaranya seperti mengajarkan

kepada anak keterampilan belajar, keterampilan bersosial dan sejenisnya yang

belum dimiliki anak sebelumnya.

Guru yang menggunakan pendekatan remedial, akan mengambil tindakan

mengajarkan anak keterampilan berdamai sehingga anak dapat memiliki

keterampilan untuk mengatasi masalah-masalah hubungan antar pribadi.

Misalnya guru meminta anak yang telah melempar temannya dengan batu

untuk meminta maaf atas perbuatannya, dan berjanji untuk tidak

mengulanginya. Mereka diminta untuk bersalaman dan bermain kembali.

Dalam pendekatan remidial, guru juga bisa melakukan pengajaran

remedial yang merupakan salah-satu tahap kegiatan utama dalam keseluruhan

kerangka pola layanan bimbingan belajar, serta merupakan rangkaian kegiatan

lanjutan logis dari usaha diagnostik kesulitan belajar mengajar. Menurut

(27)

1.Diagnostik kesulitan belajar-mengajar

2.Rekomendasi/referral

3.Penelaahan kembali kasus

4.Pilihan alternative tindakan

5.Layanan konsep

6.Pelaksanaan pengajaran remedial

7.Pengukuran kembali hasil belajar mengajar

8.Reevaluasi/Rediagnostik

9.Tugas tambahan

10.Hasil yang diharapkan

Pelaksanaannya remedial dapat secara :

1) Individual, apabila yang memiliki kesulitan terbatas

2) Kelompok apabila sejumlah siswa dalam bidang studi tertentu

mempunyai jenis/sifat kesalahan atau kesulitan bersama

3) Bila sebagian/seluruh kelas mengalami kesulitan sama, diadakan

pertemuan kelas biasa berikutnya:

Bahan dipresentasikan kembali

Diadakan latihan/penugasan/soal bentuknya sejenisnya

 Diadakan pengukuran kembali untuk mendeteksi hasil peningkatan

ke arah kriteria keberhasilan

4) Diadakan di luar jam pertemuan biasa

Diadakan jam pelajaran tambahan bila yang mengalami kesulitan

hanya sejumlah orang tertentu (waktu sore, waktu istirahat, dan

sebagainya). Diberikan pekerjaan rumah dan dikoreksi oleh guru

sendiri.

5) Diadakan kelas remedial (kelas khusus)

Bagi siswa yang mengalami kesulitan khusus dengan bimbingan

khusus. Diadakan pengulangan secara total kalau ternyata jauh di

bawah criteria keberhasilan minimal.

Metode yang digunakan dalam pengajaran perbaikan (remedial) yaitu

(28)

mulai dari tingkat identifikasi kasus sampai dengan tindak lanjut. Adapun

metode yang dapat digunakan yaitu tanya jawab, diskusi, tugas, kerja

kelompok dan pengajaran individual.

4. Pendekatan Perkembangan

Merupakan pendekatan pemberian layanan bimbingan dan konseling yang

menekankan pada identifikasi pengetahuan, ketrampilan, sikap, dan

pengalaman yang diperlukan siswa agar berhasil dalam kehidupan akademik,

karier, pribadi sosial.

Pendekatan perkembangan adalah pendekatan yang merupakan tindak

lanjut pendekatan preventif, pendekatan krisis dan pendekatan remedial.

Seorang guru dituntut untuk tetap mengawasi secara terus menerus terhadap

perkembangan siswanya. Meskipun seorang guru telah menjalankan

bimbingan terhadap siswa yang bermasalah ia tidak boleh lepas tangan

setelah itu, tetapi ia harus selalu memantau dan mengontrol perkembangan

siswa tersebut untuk meningkatkan kemampuannya seoptimal mungkin.

Pendekatan perkembangan merupakan pendekatan yang lebih mutakhir

dan proaktif, dibandingkan dengan ketiga pendekatan sebelumnya. Dalam

pendekatan perkembangan, kebutuhan akan layanan bimbingan di sekolah

dasar muncul dari karakteristik dan permasalahan perkembangan anak didik,

baik permasalahan yang berkenaan dengan perkembangan fisik motorik,

kognitif, sosial, emosi, maupun bahasa. Pendekatan perkembangan dalam

bimbingan lebih berorientasi pada pengembangan ekologi perkembangan anak

didik, dengan kata lain bagaimana menciptakan suatu lingkungan yang

kondusif agar anak didik dapat berkembang secara optimal.

Sasaran pokok dari pendekatan ini ialah agar siswa dapat mengatasi

kesulitan-kesulitan yang mungkin dialami selama proses belajar mengajar

berlangsung. Oleh karena itu, diperlukan peranan bimbingan dan penyuluhan

agar tujuan pengajaran yang telah dirumuskan berhasil. Penciptaan lingkungan

yang kondusif menjadi faktor utama dalam pendekatan perkembangan, karena

(29)

Pola umum dalam proses perkembangan siswa berlangsung dalam tata

urutan tertentu. Dalam teori psikologi, tata urutan itu dirumuskan sebagai

tugas-tugas perkembangan. Tugas perkembangan diartikan sebagai perangkat

perilaku yang harus dikuasai siswa dalam periode kehidupan tertentu, di mana

keberhasilan menguasai perangkat perilaku pada periode kehidupan tersebut

akan mendasari keberhasilan penguasaan perangkat perilaku dalam periode

berikutnya; sedangkan kegagalan menguasai perangkat perilaku dalam periode

kehidupan sebelumnya akan membawa siswa ke dalam kekecewaan,

penolakan masyarakat, dan kesulitan di dalam menguasai perangkat perilaku

pada periode kehidupannya berikutnya.

Contoh sederhananya adalah bahwa keterampilan membaca, menulis, dan

berhitung sudah harus dikuasai siswa pada kelas-kelas awal. Keberhasilan

siswa menguasai keterampilan dasar ini akan mempengaruhi keberhasilannya

dalam mempelajari mata-mata pelajaran kelas-kelas yang lebih tinggi.

Sedangkan kegagalan siswa dalam menguasai hal tersebut akan menimbulkan

kesulitan dalam mempelajari atau menguasai mata pelajaran di kelas-kelas

yang lebih tinggi. Bahkan lebih jauh dari itu, kegagalan tadi bisa membawa

munculnya perilaku bermasalah pada siswa.

Esensi strategi untuk membantu siswa mengembangkan dan menguasai

perilaku yang diharapkan tersebut terletak pada pengembangan lingkungan

belajar, yakni lingkungan yang memungkinkan murid memperoleh perilaku

baru yang lebih efektif. Dalam lingkungan belajar inilah dikembangkan

peluang, harapan, pemahaman, persepsi yang memungkinkan murid

memperkuat dan memenuhi kebutuhan dan motif dasar mereka, atau mungkin

mendorong murid untuk mengubah atau menyesuaikan kebutuhan dan motif

dasar kepada perilaku dan nilai-nilai yang berkembang di dalam lingkungan

belajar.

Di dalam konsep bimbingan perkembangan lingkungan belajar seperti

digambarkan di atas dirumuskan ke dalam konsep lingkungan perkembangan

manusia atau ekologi perkembangan manusia.

Dalam suatu lingkungan perkembangan akan mengandung unsur-unsur

(30)

a) Unsur peluang

Unsur ini berkaitan dengan topik yang disajikan yang memungkinkan siswa

mempelajari perilaku-perilaku baru. Di SD, keterpaduan topik seperti ini

lebih diutamakan mengingat pelaksanaan layanan bimbingan akan lebih

banyak terpadu dengan proses pembelajaran. Hal ini mengandung implikasi

bahwa tujuan dan topik-topik yang terkandung dalam kurikulum yang sudah

diorganisasikan harus maksimal dan dijabarkan ke dalam tujuan-tujuan

akademik dan tujuan pengembangan pribadi, sosial, karir, keterampilan

komunikasi, kemampuan pemecahan masalah, pemecahan konflik,

pengembangan konsep diri, dan aspek-aspek lainnya.

b) Unsur pendukung

Unsur ini berkaitan dengan proses pengembangan interaksi yang dapat

menumbuhkan kemampuan murid untuk mempelajari perilaku baru baik

secara kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Dalam bimbingan, dikenal

dengan strandar kompetensi kemandirian peserta didik baik secara

pengenalan, akomodatif serta tindakan. Dengan kata lain, unsur pendukung

ini berkaitan dengan upaya guru dalam pengembangan ; (1) relasi jaringan

kerja yang bisa menyentuh siswa dan memungkinkan siswa mengembangkan

kemampuannya, dan (2) keterlibatan seluruh siswa dalam proses interaksi.

c) Unsur penghargaan

Esensi unsur ini terletak pada penilaian dan pemberian balikan yang dapat

memperkuat pembentukkan perilaku baru. Penilaian dan balikan ini perlu

dilakukan sepanjang proses bimbingan berlangsung; diagnosis dilakukan

untuk mengidentifikasikan kesulitan yang dihadapi siswa, dan perbaikan serta

penguatan (reinforcement), dilakukan untuk membentuk pola-pola baru yang

diutarakan pada unsur peluang diatas. Agar pengembangan lingkungan

belajar dan layanan bimbingan dapat diberikan secara sistematik perlu

dikembangkan atau dirumuskan program bimbingan.

Menurut Robert H. Mathewson (1962) membedakan tujuh pendekatan di

antaranya:

(31)

menentukan sendiri pilihan – pilhannya. Di sisi yang lain pelayanan

bimbingan ditafsirkan sebagai penentuan diagnosis oleh seorang ahli

disertai rekomendasi –rekomendasi kepada siswa dan para guru serta

orangtua.

2. Kumulatif versus pelayanan, yaitu satu sisi satu pelayanan bimbingan

dilihat sebagai program yang kontinyu dan bersambung-sambung. Disisi

yang lain hanya dianggap perlu pada saat tertentu.

3. Evalusi diri versus oleh orang lain, yaitu satu sisi satu pelayanan

bimbingan dirancang untuk membantu siswa menemukan diri dan evaluasi

diri atas prakarsa sendiri. Disisi yang lain banyak yang memberikan

tanggapan, pendapat, pandangan dan saran karena siswa dianggap

membutuhkan hal itu.

4. Kebutuhan Individu versus kebutuhan lingkungan, yaitu disisi satu

pelayanan bimbingan menekankan supaya kebutuhan masing-masing

siswa dipenuhi. Diujung yang lain difokuskan pada kebutuhan lingkungan

masyarakat atau lingkungan sekolah sendiri.

5. Penilaian subyektif versus penilaian obyektif yaitu disisi satu pelayanan

bimbingan diarahkan ke penghayatan dan penafsiran siswa sendiri

terhadap dirinya sendiri serta lingkungan hidupnya, disisi yang lain

menitik beratkan pengumpulan data siswa dari sumber diluar siswa

sendiri.

6. Komprehensif versus berfokus pada satu aspek atau satu bidang saja, yaitu

disatu sisi pelayanan bimbingan diprogramkan sedemikian rupa sehingga

semua tantangan dan permasalahan di berbagai bidang kehidupan siswa

tercakup di dalamnya. Disisi yang lain dipusatkan pada aspek-aspek

perkembangan atau bidang permasalahan tertentu.

7. Koordinatif versus spesialitsik, yaitu disatu sisi ditangani oleh sejumlah

tenaga melakukan kerjasama secara koordinatif dalam memberikan

bantuan dan berkedudukan sama dan harus bekerja sama erat dalam

mendiskripsi ciri-ciri suatu program bimbingan yang dilaksanakan pada

institusi pendidikan, disisi yang lain ditangani secara spesifik berdasarkan

(32)

C. Manfaat Pendekatan Bimbingan dan Konseling untuk Anak SD

1. Menjaga originalitas kepribadian anak

Kepribadian anak masih luwes, mudah dibentuk, sangat fleksibel, dan

belum mengalami peristiwa traumatik yang mengakar dalam hati

sanubarinya atau alam bawah sadarnya. Dengan demikian, tidak menutup

kemungkinan bahwa anak yang dijaga originalitas kepribadiannya akan

tumbuh secara alamiah menuju tahap-tahap perkembangan kepribadian

yang lebih baik. Semua ini dilakukan oleh anak yang bersangkutan dengan

tanpa beban dan tanpa tekanan mental dari pihak manapun, sehingga

nuansa kebebasan yang diperolehnya semakin mempercepat pertumbuhan

dan perkembangannya.

2. Intensnya hubungan orang tua (wali murid) dengan guru di SD

Umumnya, orang tua atau orang dewasa yang mengasuh anak didik

masih menjalani komunikasi intens dengan pihak sekolah jika anak yang

diasuhnya masih berada di lingkungan SD. Dalam hal ini, secara tidak

disengaja telah terjadi interaksi yang sangat intens antara anak didik, guru

dan orang tua. Kegiatan ini dapat dimanfaatkan untuk mengarahkan

tumbuh kembangnya anak sesuai dengan kaidah-kaidah ilmiah sehingga

anak didik akan terjauh dari gangguan mental dan perilaku bermasalah dan

mempercepat pertumbuhannya.

3 Persiapan mental memasuki Sekolah Menengah Pertama

Keberadaan bimbingan dan konseling sangat dibutuhkan, baik oleh

anak didik maupun orang tua murid. Pasalnya, anak didik sering kali

belum siap menempuh pendidikan pada jenjang diatasnya, meskipun

semua kompetensi telah dimiliki. Dalam hal ini, pendidik sekaligus

konselor bertugas untuk membekali anak didiknya dengan penguatan

(33)

BAB III

TEKNIK BIMBINGAN DI SEKOLAH DASAR

A. Teknik Bimbingan dan Konseling

Bimbingan secara umum sebagai suatu bantuan. Bimbingan adalah salah

satu bidang dan program dari pendidikan yang ditujukan untuk membantu

mengoptimalkan perkembangan siswa. Sedangkan konseling secara

etimologis adalah menerima atau memahami.

Bimbingan dan Konseling merupakan proses bantuan psikologis dan

kemanusiaan secara ilmiah dan professional yang diberikan oleh pembimbing

kepada yang dibimbing (peserta didik) agar ia dapat berkembang secara

optimal, yaitu mampu memahami diri, mengarahkan diri, dan

mengaktualisasikan diri, sesuai tahap perkembangan, sifat-sifat, potensi yang

dimiliki, dan latar belakang kehidupan serta lingkungannya sehingga tercapai

kebahagiaan dalam kehidupannya.

Sedangkan teknik adalah suatu cara (kepandaian, pengetahuan, dll) untuk

membuat atau melakukan sesuatu. Jadi Teknik Bimbingan dan Konseling

adalah suatu cara yang harus digunakan oleh seorang konselor atau

pembimbing dalam melaksanakan kegiatan Bimbingan dan Konseling.

B. Teknik-teknik Bimbingan Konseling

Menurut Ahmadi dan Supriyono (2004:119), “pelayanan bimbingan dan

konseling dapat ditempuh dengan menggunakan 2 teknik, yaitu teknik

individual dan teknik kelompok

1. Bimbingan Individual (individual counseling)

Konseling atau penyuluhan merupakan salah satu teknik pemberian

bantuan secara individual dan secara langsung berkomunikasi. Dalam

teknik ini pemberian bantuan dilakukan dengan hubungan yang bersifat

face to face relationship (hubungan empat mata), yang dilaksanakan

(34)

dipecahkan melalui teknik ini adalah masalah-masalah yang bersifat

pribadi.

Dalam konseling, hendaknya konselor bersikap penuh simpati dan

empati. Simpati artinya menunjukkan adanya sikap turut merasakan apa

yang sedang dirasakan oleh kasus (counselee). Dan empati artinya

berusaha menempatkan diri dalam situasi diri counselee dengan segala

masalah-masalah yang dihadapinya. Dengan sikap ini counselee akan

memberikan kepercayaan yang sepenuhnya kepada counselor. Dan ini

sangat membentu keberhasilan dalam konseling.

Pada umumnya, dikenal tiga teknik khusus dalam konseling yaitu:

a. Directive Counseling

Directive Counseling yaitu teknik konseling dimana yang

paling berperan ialah konselor, counselor berusaha mengarahkan

counselee sesuai dengan maslahnya. Konseling direktif, yang karena proses dan dinamika pengentasan masalahnya mirip “ penyembuhan penyakit”, pernah juga disebut “konseling klinis” (clinical counseling). Pendekatan ini dipelopori oleh E.G.

Williamson dan J.G. Darley yang berasumsi dasar bahwa klien

tidak mampu mengatasi sendiri masalah yang dihadapinya. Karena

itu kilen membutuhkan bantuan dari orang yaitu konselor.

Dengan demikian, inisiatif dan peranan utama pemecahan

masalah lebih banyak dilakukan oleh konselor. Klien bersifat

menerima perlakuan dan keputusan yang dibuat oleh konselor.

Dalam konseling direktif diperlukan data yang lengkap tentang

klien untuk dipergunakan dalam usaha diagnosis.

Adapun dalam penerapan proses konseling, Konseling direktif ini

berlangsung menurut langkah-langkah umum sebagai berikut:

1) Analisis data tentang klien

2) Pensintesisan data untuk mengenali kekuatan-kekuatan dan

kelemahan-kelemahan klien

(35)

4) Prognosis atau prediksi tentang perkembangan masalah

selanjutnya

5) Pemecahan masalah

6) Tindak lanjut dan peninjauan hasil-hasil konseling

b. Non-direktif counseling,

Non-directive counseling, teknik ini kebalikandari teknik di

atas, yaitu semuanya berpusat pada counselee. Dengan prosedur ini,

pelayanan bimbingan difokuskan pada anak yang bermasalah atau

disebut juga clien centered counseling. Adanya pelayanan

bimbingan bukan pelayanan yang mengambil inisiatif, tetapi klien

sendiri yang mengambil prakarsa, yang menentukan sendiri apakah

dia membutuhkan pertolongan dari pihak lain.

Ciri-ciri teknik konseling ini yaitu:

 Ditujukan pada klien yang sanggup memecahkan masalahnya

agar tercapai kepribadian klien terpadu

 Sasaran konseling adalah aspek emosi dan perasaan, bukan segi

intelektualnya

 Titik tolak konseling adalah keadaan individu termasuk kondisi sosial-psikologis masa kini dan bukan pengalaman masa lalu  Proses konseling bertujuan untuk menyesuaikan antara

ideal-self dengan actual-ideal-self

 Peranan yang aktif dalam konseling dipegang oleh klien, sedangkan konselor adalah pasif-reflektif, artinya tidak

semata-mata diam dan pasif akan tetapi berusaha membantu agar klien

aktif memecahkan masalahnya.

Adapun penerapannya dalam proses konseling sebagai berikut:

1. Klien datang pada konselor atas kemauan sendiri. Apabila klien

datang atas suruhan orang lain, maka konselor harus mampu

menciptakan situasi yang sangat bebas dan permisif

2. Situasi konseling sejak awal harus menjadi tanggung jawab

(36)

3. Konselor memberanikan klien agar ia mampu mengemukakan

perasaannya. Konselor harus bersikap ramah, bersahabat, dan

menerima klien sebagaimana adanya.

4. Konselor menerima perasaan klien serta memahaminya

5. Konselor berusaha agar klien dapat memahami dan menerima

keadaan dirinya

6. Klien menentukan pilihan sikap dan tindakan yang akan diambil

(perencanaan)

7. Klien merealisasikan pilihannya itu

c. Eclective Counseling

Eclective Counseling yaitu campuran dari kedua teknik di

atas yaitu directive counseling dan non-direvtive

counseling.Dengan teknik ini, pelayanan tidak dipusatkan pada

pembimbing atau klien, tetapi masalah yang dihadapi itulah yang

harus ditangani secara luwes, sehingga tentang apa yang

dipergunakan setiap waktu dapat diubah kalau memang diperlukan.

2. Bimbingan kelompok (group guidance)

Teknik ini dipergunakan dalam membantu murid atau sekelompok

murid memecahkan masalah-masalah dengan melalui kegiatan kelompok.

Masalah yang dihadapi mungkin bersifat kelompok, yaitu yang dirasakan

bersama oleh kelompok atau bersifat individual yaitu dirasakan oleh

individu sebagai anggota kelompok. Dengan demikian penyelenggaraan

bimbingan kelompok mungkin dimaksudkan untuk mengatasi masalah

bersama atau membantu seorang individu yang menghadapi masalah

dengan menempatkanya dalam suatu kehidupan kelompok. Berapa bentuk

khusus teknik bimbingan kelompok yaitu:

a. Home room program

Suatu program kegiatan yang dilakukan dengan tujuan agar guru

(37)

dalam bentuk pertemuan antara guru dengan murid diluar jam-jam

pelajaran untuk membicarakan beberapa hal yang dinggap perlu.

b. Karyawisata

Karyawisata atau fieltrip disamping berfungsi sebagai kegiatan

rekreasi atau metode mengajar, dapat pula berfungsi sebagai salah

satu teknik dalam bimbingan kelompok. Dengan karyawisata

murid mendapat kesempatan meninjau objek-objek yang menarik

dan mereka mendapat informasi yang lebih baik dari objek itu.

c. Diskusi kelompok

Diskusi kelompok merupakan suatu cara dimana murid-murid akan

mendapat kesempatan untuk memecahkan masalah bersama-sama.

Setiap murid mendapat kesempatan untuk menyumbangkan pikiran

masing-masing dalanm memecahkan suatu masalah.

Dalam diskusi itu dapat tertanam pula rasa tanggung jawab

dan harga diri. Masalah-masalah yang mungkin dapat didiskusikan

antara lain:

1) Pembagian kerja dalam suatu kegiatan kelompok

2) Perencanaan suatu kegiatan

3) Masalah-masalah pekerjaan

4) Masalah belajar

5) Masalah penggunaan waktu senggang

6) Dan masalah-masalah lain seperti persahabatan, masalah

keluarga dsb.

d. Kegiatan kelompok

Kegiatan kelompok dapat merupakan teknik yang baik dalam

bimbingan, karena kelompok memberikan kesempatan kepada

individu untuk berpartisipasi dengan sebaik-baiknya. Banyak

kegiatan tertentu yang lebih berhasil jika dilakukan dalam

kelompok. Untuk mengembangkan bakat-bakat dan menyalurkan

dorongan-dorongan dapat dilakukan melalui kegiatan kelompok.

Dalam kegiatan ini setiap anak mendapatkan kesempatan untuk

Referensi

Dokumen terkait

Dari berbagai uraian bab I sampai dengan bab IV dapat ditarik kesimpulan bahwa : anak-anak SD Negeri Pasir Kadusirung Cikeusal Serang pada umumnya memiliki

Sebagaimana diketahui bahwa mengatasi anak yang berkesulitan belajar dan penyandang disabilitas tidak dapat dilakukan satu pihak saja, tetapi perlu kerjasama dengan pihak lain

Oleh karena itu, diperlukan seorang konselor untuk mengatasi per- ma salahan yang dihadapi anak, baik akademik maupun non -akademik, dengan memberikan layanan agar anak

b). Informasi tentang hak dan kewajiban siswa SD karena anak masih amat tergantung pada orang tua, maka hak dan kewajiban ini pada umumnya dilimpahkan pada

27 Dedy Kustawan, Bimbingan dan Konseling Bagi Anak Berkebutuhan Khusus, hlm.. dengan menerapkan layanan bimbingan dan konseling untuk membantu anak berkebutuhan

Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta Tahun 2014. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bimbingan belajar untuk siswa berkesulitan belajar membaca di SD

Bimbingan dan Konseling Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang ahli kepada seseorang atau kepada seseorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak,

Anak Berkebutuhan Khusus Anak berkebutuhan khusus adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukkan pada ketidakmampuan mental,