• Tidak ada hasil yang ditemukan

bimbingan dan konseling untuk meningkatkan

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "bimbingan dan konseling untuk meningkatkan"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Pedoman dan Penyuluhan untuk Meningkatkan Kreativitas Anak Tunagrahita di SLB Negeri 1 Bantul”. Ujar Hasan Basri, S.Psi., M.Si., selaku ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling Islam (BKI) UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Tuan dan Nyonya. Dosen Prodi Bimbingan dan Konseling Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang telah memberikan ilmu, motivasi dan doa.

Seluruh staf administrasi Program Studi Bimbingan dan Konseling Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang telah memberikan jasa administrasi kepada penulis. NURMALITA ROKHIMATUN AZHAR Bimbingan dan Konseling Untuk Meningkatkan Kemandirian Anak Tunagrahita di SLB Negeri 1 Bantul. Tujuan dari penelitian ini adalah bimbingan dan metode bimbingan untuk meningkatkan kemandirian anak tunagrahita di SLB Negeri 1 Bantul.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode bimbingan dan konseling untuk meningkatkan kreativitas anak tunagrahita di SLB Negeri 1 Bantul Yogyakarta adalah metode bimbingan kelompok dan metode bimbingan individu.

Penegasan Judul

Kata kemerdekaan berasal dari kata dasar diri yang diberi awalan dan akhiran yang kemudian membentuk kata negara atau kata benda. Oleh karena itu, dalam penelitian ini yang dimaksud dengan kemandirian yang lebih besar adalah kemampuan untuk bangkit dan berdiri sendiri, yang berkaitan dengan proses perubahan perilaku sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Anak tunagrahita adalah anak yang memiliki kecerdasan di bawah rata-rata.6 Yang dimaksud dengan anak tunagrahita adalah anak yang mengalami keterbelakangan mental dengan menunjukkan fungsi kecerdasan di bawah rata-rata.

Wates Km.3 No.147, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta SLB Negeri 1 Bantul merupakan lembaga pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus dalam proses pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan dan tantangan hidup, termasuk anak retardasi mental. Berdasarkan pernyataan istilah-istilah tersebut, apa yang dimaksud penulis dalam judul “Panduan dan Kiat Meningkatkan Kemandirian Anak Tunagrahita di SLB Negeri 1 Bantul”.

Latar Belakang

Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang lahir dengan kebutuhan khusus yang berbeda dengan anak lain pada umumnya, sehingga memerlukan perhatian dan pelayanan khusus bagi mereka. SLB Negeri 1 Bantul merupakan lembaga pendidikan yang diperuntukkan bagi anak-anak berkebutuhan khusus, salah satunya. Anak tunagrahita pada umumnya hidup bergantung pada orang lain karena tidak dapat mengurus dirinya sendiri.

Untuk itu, salah satu tujuan utama SLB Negeri 1 Bantul adalah mendidik anak-anak berkebutuhan khusus ini agar dapat menjaga dirinya sendiri dan tidak bergantung pada bantuan orang lain. Permasalahan di SLB Negeri 1 Bantul adalah masih banyak anak tunagrahita yang ditinggal sendirian di rumah oleh orang tuanya karena orang tuanya merasa malu memiliki anak tunagrahita. Untuk melakukan hal tersebut tentunya tidak semudah membalikkan telapak tangan, namun diperlukan cara dan strategi yang tepat agar dapat mencapai tujuan dalam pendidikan mandiri anak tunagrahita.

Untuk itu penelitian ini akan memfokuskan pada bimbingan dan konseling untuk meningkatkan kemandirian anak tunagrahita di SLB Negeri 1 Bantul Yogyakarta.

Rumusan Masalah

Manfaat Penelitian

Kajian Pustaka

Fokus penelitian membahas tahapan-tahapan dalam bimbingan dan konseling yang dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling untuk meningkatkan kemandirian anak tunagrahita 12 Kemiripan penelitian ini dengan peneliti yang akan peneliti lakukan adalah sama-sama menggunakan metode deskriptif kualitatif dan objek penelitiannya adalah bimbingan dan konseling serta peningkatan kemandirian. Bedanya dalam penelitian ini membahas tentang bimbingan dan konseling dalam meningkatkan kemandirian belajar anak tunagrahita di SLB Negeri Pembina Yogyakarta, sedangkan yang akan peneliti lakukan adalah membahas tentang metode bimbingan dan konseling untuk meningkatkan kemandirian anak tunagrahita di SLB Negeri 1 Bantul. Bimbingan dan konseling dalam pengembangan bakat anak tunagrahita di SLB C Negeri 1 Yogyakarta. Fokus kajian adalah langkah-langkah bimbingan dan konseling dalam pengembangan bakat anak tunagrahita di SLB C Negeri 1 Yogyakarta.

12Dea Nurkomalasari, Disertasi Bimbingan dan Konseling dalam Meningkatkan Kemandirian Belajar Anak Tunagrahita di SLB Pembina Yogyakarta, (Yogyakarta: Lembaga Bimbingan dan Konseling Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Sunan Kalijaga, 2016). 13Nisa Bella Hida Nurfahma, Bimbingan dan Konseling dalam Pengembangan Bakat Anak Tunagrahita SLB C Negeri 1 Yogyakarta, disertasi, (Yogyakarta: Lembaga Bimbingan dan Konseling Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Sunan Kalijaga, 200). Bedanya pada penelitian ini membahas tentang bimbingan dan konseling dalam pengembangan bakat anak tunagrahita di SLB C Negeri 1 Yogyakarta, sedangkan yang akan peneliti lakukan adalah membahas tentang metode bimbingan dan konseling untuk meningkatkan kemandirian anak tunagrahita di SLB Negeri 1 Bantul.

Kerangka Teori

18 Dewa Ketut Sukardi dan Nia Kusmawati, Proses Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Jakarta: RinekaCipta), hal. Masalah yang didramatisasi adalah masalah. Metode ini diimplementasikan melalui kegiatan bermain peran.Dalam sosiodrama, siswa memainkan peran tertentu dalam situasi masalah sosial. Siswa memperoleh pemecah masalah dengan mengevaluasi peran dari situasi masalah yang mereka hadapi.Dari penampilan peran tersebut, diskusi berlangsung tentang cara-cara pemecahan masalah yang dihadapi siswa sebagai anggota kelompok atau sekelompok siswa. e) Psikodrama.

Bedanya, masalah yang didramatisasi Dalam sosiodrama, masalah yang didramatisasi adalah masalah sosial, sedangkan masalah yang didramatisasi dalam psikodrama adalah masalah psikologis yang dialami siswa. Murid yang memiliki masalah kesehatan mental dapat memainkan peran tertentu sesuai dengan apa yang dialami. Kemandirian anak tunagrahita dalam penelitian ini adalah anak tunagrahita yang membutuhkan bantuan untuk menghadapi masalah sehari-hari yang meliputi sensorimotor, interaksi sosial dan keterampilan. .. 28 Kemdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, hal 898. Karena diketahui anak tunagrahita mengalami hambatan dalam kecerdasan, maka tujuan kemandirian tentunya harus dirumuskan sesuai dengan potensi yang dimiliki, agar Dapat dikatakan bahwa kemandirian anak tunagrahita adalah kesesuaian antara kemampuan yang sebenarnya dengan potensi yang dimiliki.

Sehingga pencapaian kemandirian anak tunagrahita tidak dapat diartikan sama dengan pencapaian kemandirian anak normal pada umumnya. Hal ini dimaksudkan agar baik tujuan desain, materi, metode, alat maupun media pembelajaran dalam pelaksanaannya disesuaikan dengan kemampuan anak tunagrahita, sehingga dapat mencapai hasil yang optimal dan pada akhirnya akan timbul rasa percaya diri. Model bahan ajar tematik yang sentral adalah materi dan keterampilan perawatan diri, karena kedua hal tersebut sangat diperlukan bagi anak tunagrahita, yang diharapkan dapat membimbing anak tunagrahita menuju kemandirian.

37 Sutjihati Somantri, Psikologi Anak Luar Biasa, hal. 103. . retardasi mental, retardasi mental dan sebagainya 38 Pengertian lain retardasi mental adalah anak yang mengalami gangguan perkembangan, daya pikir dan seluruh kepribadiannya, sehingga tidak mampu hidup bermasyarakat dengan kekuatan sendiri sekalipun. . meskipun mereka hidup dengan cara yang sederhana. 39. Berdasarkan tingkat kecerdasan yang diukur dengan menggunakan tes Stanford dan skala Wescheler (WISC), Aqila Smart mengklasifikasikan anak tunagrahita ke dalam empat kelompok, yaitu: 41.. 1) Kategori Ringan (Moron dan Debil). Bahkan jika dilatih dan dibimbing dengan baik, anak-anak tunagrahita ringan dapat bekerja di pabrik dengan sedikit pengawasan.

41Aqila Smart, Anak Difabel Bukan Hari Kiamat: Metode Pembelajaran dan Terapi Anak Berkebutuhan Khusus, (Yogyakarta: Katahati, 2010), p.50. Anak tunagrahita diasosiasikan dengan tingkat kelainan dan kecacatan yang berbeda-beda sehingga setiap variasi memiliki ciri khusus. Setelah mencari beberapa referensi, penulis tidak menemukan metode bimbingan dan konseling untuk diperbaiki. kemerdekaan.

Menurut peneliti, konseling direktif dapat digunakan karena konseling direktif akan membantu anak yang lebih besar memahami nasihat guru dan memotivasi mereka untuk menjadi lebih baik dan mandiri bagi anak tunagrahita.

Metode Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah permasalahan yang menjadi titik pusat perhatian dalam penelitian.51 Tujuan penelitian ini adalah metode bimbingan dan konseling untuk meningkatkan kemandirian anak tunagrahita di SLB Negeri 1 Bantul. Data yang diperoleh dari observasi ini mengenai pelaksanaan bimbingan dan konseling untuk meningkatkan kemandirian anak tunagrahita di SBL Negeri 1 Bantul yang dilakukan oleh wali kelas dan siswa dengan mengadakan metode bimbingan kelompok dengan program wali kelas dan kegiatan kelompok, kemudian bimbingan individu. (konseling individu) dengan menggunakan nasihat bimbingan. Berkenaan dengan data yang diperoleh penulis dari hasil wawancara dengan Ibu Ika Purbani S.pd, mengenai pandangan tentang kemampuan siswa dalam meningkatkan kemandirian sebelum pelaksanaan bimbingan dan konseling, kemudian terkait dengan pelaksanaan bimbingan dan konseling.

Selain itu, penulis juga melakukan wawancara dengan siswa (Yosep, Siti, Abdul) untuk mendapatkan data terkait pelaksanaan bimbingan dan konseling. Data yang diperoleh dari pendokumentasian ini merupakan catatan penting pelaksanaan bimbingan dan konseling. Data yang diperoleh dari observasi, wawancara dan dokumentasi meliputi gambaran umum SLB Negeri 1 Bantul, kegiatan bimbingan dan konseling serta metode bimbingan dan konseling.

Dalam proses reduksi data ini, data yang paling penting dipilih dan disesuaikan dengan fokus penelitian, yang berkaitan dengan metode bimbingan dan konseling. Setelah data yang diperoleh direduksi, data tersebut dipilah-pilah untuk disajikan dalam metode bimbingan dan nasehat yang ada sehingga menjadi satu kelompok dalam kategori masing-masing metode. Berdasarkan uraian pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa metode bimbingan dan konseling untuk meningkatkan kreativitas anak tunagrahita di SLB Negeri 1 Bantul adalah metode bimbingan langsung, metode bimbingan tidak langsung dan metode bimbingan langsung.

Kepada wali kelas, semoga kedepannya dapat menerapkan metode bimbingan dan konseling untuk meningkatkan kreativitas sesuai dengan harapan agar siswa dapat meningkatkan kreativitasnya lebih baik lagi. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengetahui dan menjabarkan lebih dalam terkait metode bimbingan dan konseling untuk meningkatkan kreativitas anak tunagrahita. Janan, Amam Miftahul., Pembinaan Kemandirian Anak Yatim Piatu Yayasan Pembela Darurrohman Karangduwur, Kebumen, Skripsi, Yogyakarta: Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam, Fakultas Ilmu Hukum dan Komunikasi, UIN Sunan Kalijaga, 2015.

Nurfahma, Nisa Bella Hida, Bimbingan dan konseling dalam pengembangan bakat pada anak tunagrahita SLB C Negeri 1 Yogyakarta, tesis, Yogyakarta: Lembaga Bimbingan dan Konseling Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Sunan Kalijaga, 2016, Nurkomalari . Dea., Bimbingan dan Konseling Internal Meningkatkan Kemandirian Belajar Anak Tunagrahita di SLB Negeri Pembina Yogyakarta, tesis, Yogyakarta: Lembaga Bimbingan dan Konseling Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Sunan Kalijaga. Rosadi, Abas., Peran Guru dalam Meningkatkan Kreativitas Anak di TK Terpadu Budi Mulia Dua Yogyakarta, Skripsi, Yogyakarta: Lembaga Bimbingan dan Konseling Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi.

Metode apa yang digunakan guru kelas dalam bimbingan dan konseling untuk meningkatkan kreativitas.

Gambaran Umum SLB Negeri 1 Bantul

Gambaran Umum Bimbingan dan Konseling SLB Negeri 1 Bantul

Metode Bimbingan Individual (konseling individual)

Kesimpulan

Saran

Kata Penutup

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Bimbingan dan konseling islam adalah suatu usaha pemberian bantuan kepada individu yang mengalami kesulitan rohaniah baik mental dan spiritual agar

• Bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh seseorang, laki-laki atau perempuan, yang memiliki kepribdian yang memadai dan terlatih dengan baik kepada

Surya (1975/23), mengatakan bahwa perbedaan bimbingan dan konseling yaitu: Bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis kepada individu

Bimbingan dan konseling Islami adalah proses pemberian bantuan kepada individu agar menyadari kembali eksistensinya sebagai makhluk Allah yang

Abstrak: Konseling individu merupakan proses pemberian bantuan secara profesional melalui hubungan khusus secara pribadi oleh seorang ahli (konselor) kepada individu

Dari uraian di atas peneliti menyimpulkan bahwa Bimbingan dan Konseling Islam adalah segala bentuk usaha pemberian bantuan kepada orang lain, baik secara individu maupun

Pengertian lain mengenai Bimbingan dan Konseling Islam adalah usaha pemberian bantuan kepada seseorang yang mengalami kesulitan, baik lahiriah maupun batiniah,

Menurut Prayetno dalam metode layanan bimbingan dan konseling adalah suatu proses berian bantuan yang dilakukan oleh para Ahli, baik kepada seseorang atau beberapa