• Tidak ada hasil yang ditemukan

COOKIES DARI TEPUNG UBI JALAR MERAH DAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "COOKIES DARI TEPUNG UBI JALAR MERAH DAN"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

COOKIES DARI TEPUNG UBI JALAR MERAH DAN TEPUNG KACANG MERAH

Kesepakatan global yang dituangkan dalam Milenium Development Goals (MDGs)

menegaskan bahwa pada tahun 2015 setiap negara menurunkan kemiskinan dan kelaparan

separuh dari kondisi tahun 1990 dengan indikator menurunnya prevalensi gizi kurang pada

anak balita dan menurunnya jumlah penduduk dengan defisit energi. Untuk itu diperlukan suatu

produk yang dikembangkan dalam suatu bentuk makanan tambahan yang berasal dari pangan

lokal yang murah dan mudah didapat dan mempunyai kandungan gizi yang sangat diperlukan

oleh balita yang berasal dari ubi jalar merah dan kacang merah. Penelitian ini bertujuan untuk

menghasilkan produk cookies dari campuran ubi jalar merah dan kacang merah yang dapat

diterima dari sifat organoleptik, fisik dan kimianya.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan menggunakaan Rancangan

Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan 2 kali ulangan. Penelitian ini dimulai dari tahap

persiapan dengan memformulasikan bahan sesuai dengan perhitungan nilai gizi yang

memenuhi syarat untuk makanan anak baduta 400 kalori, 15 gram protein. Selanjutnya dibuat

cookies. Untuk mendapatkan cookies terbaik dilakukan uji daya terima dengan metode

Ranking (Winiati, 1998), data yang diperoleh dianalisa secara deskriptif Kemudian Cookies

dengan daya terima terbaik dilakukan analisa kadar air dengan metode oven

(Apriyantono 1989), kadar protein metode mikrokjehdal (Apriyantono 1985), dan kadar Lemak

dengan metode soxklet (Apriyantono et, al 1989). Juga dilakukan uji sifat fisik (densitas kamba)

dan Daya serap air dari cookies terbaik.

Hasil yang didapat Komposisi formula cookies yang dibuat memenuhi kriteria zat gizi

formula untuk anak balita yang ditetapkan oleh FAO/WHO 1994. Cookies yang terbaik adalah

cookies campuran ubi jalar merah 20 gram dan kacang merah 40 gram. Densitas kamba

10gr/16ml, Daya Serap air 4,08 %, kadar air 6.00, kadar protein 17,95 gram , lemak 12,75

gram. Uji sifat fisik, densitas kamba berada pada batas yang diinginkan. Saran perlu uji lanjut

(2)

gizi yang lebih akurat, perlu dilakukan secara uji kimia. Pengujian mikrobiologis juga diperlukan

untuk melihat keamanan dan daya tahan produk sebelum diujikan ke kelompok sasaran.

Kata Kunci : Makanan tambahan ,Ubi jalar merah, Kacang merah.

PENDAHULUAN

Dalam undang-undang nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan anak menyatakan

bahwa pemerintah wajib memenuhi hak-hak anak, yaitu tentang kelangsungan hidup,

pertumbuhan dan perkembangannnya serta perlindungan demi kepentingan terbaik anak.

Seluruh komponen bangsa, baik pemerintah, legislatif, swasta dan masyarakat bertanggung

jawab dalam pemenuhan hak-hak tersebut. Di bidang kesehatan, pemerintah wajib

menyediakan fasilitas dan menyelenggarakan upaya kesehatan yang komprehensif bagi anak.

Kesepakatan global yang dituangkan dalam Milenium Development Goals (MDGs)

menegaskan bahwa pada tahun 2015 setiap negara menurunkan kemiskinan dan kelaparan

separuh dari kondisi tahun 1990 dengan indikator menurunnya prevalensi gizi kurang pada

anak balita dan menurunnya jumlah penduduk dengan defisit energi.

Berbagai penelitian membuktikan lebih dari separuh kematian bayi dan balita

disebabkan oleh keadaan gizi yang jelek. Resiko meninggal dari anak yang bergizi buruk 13

kali lebih besar dibandingkan anak yang normal. Menurut WHO diperkirakan bahwa 54%

penyebab kematian bayi dan balita didasari oleh keadaan gizi anak yang jelek.

Menurut data yang dihimpun oleh Departemen Kesehatan didapatkan bahwa pada

tahun 2003 terdapat sekitar 5 juta balita mengalami kurang gizi (27.5%), 3,5 juta anak gizi

kurang (19,2%) dan 1.5 juta anak gizi buruk (8.3%) di Indonesia. Sementara itu, berdasarkan

kriteria WHO Propinsi Sumatera Barat pada tahun 2003 didapatkan bahwa data prevalensi Gizi

buruk dan gizi kurang tergolong tinggi yaitu sebesar 7.03% dan 18,39% (Depkes 2004).

Usia balita merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, sehingga kerap

diistilahkan sebagai periode emas sekaligus periode kritis. Periode emas dapat diwujudkan

apabila pada masa ini bayi dan anak memperoleh asupan gizi yang sesuai untuk tumbuh

kembang optimal. Sebaliknya apabila bayi dan anak pada masa ini tidak memperoleh makanan

sesuai kebutuhan gizinya, maka periode emas akan menjadi periode kritis yang akan

mengganggu tumbuh kembang bayi dan anak, baik pada saat ini ataupun masa selanjutnya.

Kriteria tertentu yang harus diperhatikan dalam mengembangkan makanan anak balita

yang diformulasikan adalah produk harus mempunyai nilai gizi yang dipersyaratkan dan aman

dikonsumsi. Memiliki nilai suplementasi yang baik, mengandung vitamin dan mineral dalam

(3)

keawetan yang tinggi dan mudah diproduksi, disimpan dan didistribusikan. Menggunakan

bahan baku lokal, dapat diterima oleh ibu dan anak dan tidak memerlukan ketrampilan dan

peralatan khusus dalam penyajian dan harganya relatif murah. Makanan ini harus dibentuk

sedemikian rupa sehingga bisa diterima oleh masyarakat (Zakaria, 1999).

Salah satu bahan pangan yang mempunyai kriteria sebagai bahan pangan yang murah

dan mudah diperoleh adalah Ubi jalar dan kacang merah. Ubi jalar (Ipomoea batatas) sebagai

salah satu kekayaan hayati Indonesia, khususnya di Sumatera Barat. Propinsi Sumatera Barat

merupakan salah satu daerah yang mempunyai potensi penghasil ubi jalar yang cukup tinggi

yaitu 55.482 ton (Statistik Ketahanan Pangan Sumbar, 2004).

Menurut Winarno (1981) dibandingkan dengan tanaman pangan lainnya ubi jalar memiliki

banyak keistimewaan. Ubi jalar ini termasuk salah satu tanaman yang paling tinggi daya

penyesuaiannya terhadap lingkungan yang buruk, seperti angin kencang, musim kering yang

panjang, serta terbukti peranannya dalam musim paceklik dan bencana alam.

Ubi jalar yang tersedia di pasaran lokal harganya relatif murah dan produksinya tidak

tergantung kepada musim tanam. Masa tanam hingga panen termasuk cepat, hanya berkisar

empat bulan. Ubi jalar, khususnya yang memiliki daging berwarna merah, kuning dan jingga

mengandung β-karotin yang cukup tinggi. Ubi jalar ini diupayakan sebagai sumber pangan kaya

energi dan β-karotin. Sumber pangan ini sangat dibutuhkan oleh rakyat Indonesia, terutama mereka yang kekurangan Vitamin A.

Kandungan kimia ubi jalar khususnya ubi jalar merah sebagian besar terdiri dari air dan

karbohidrat sebesar 68,5 % dan 27,9%. Dalam 100 gram ubi jalar merah mengandung protein

1,8 g, lemak 0,7 g, karbohidrat 27,9 g, kalsium 30 g, fosfor 49 mg, besi 0,7 mg, vitamin A 7700

SI, vitamin C 22 mg (Dir. Gizi Depkes RI 1972).

Kacang merah (Phaseolus vulgaris L) adalah makanan sehat bergizi. Kacang merah

mempunyai banyak keunggulan antara lain kandungan protein sangat tinggi, selain itu juga

mengandung karbohidrat, mineral dan vitamin B dan mengandung karoten yang merupakan

prekursor vitamin A.

Berdasarkan uraian di atas dan dilatarbelakangi oleh prevalensi gizi buruk yang masih

tinggi di Sumatera Barat serta krisis ekonomi yang terjadi di masyarakat belakangan ini, maka

diperlukan adanya suatu inovasi baru untuk penganekaragaman pangan pada makanan

tambahan anak balita. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan cookies dari campuran ubi

(4)

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat eksperimental eksploratif yang dilakukan secara bertahap muiai

dari persiapan bahan, formulasi, percobaan pengolahan, pengujian organoleptik dan pengujian

sifat fisik, serta uji daya terima produk ke kelompok sasaran.

Tempat Dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan selama 5 bulan dari bulan Agustus sampai dengan

Desember 2008 dan bertempat di Laboratorium Teknologi Pangan dan Laboratorium Kimia

Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Padang dan Laboratorium Kimia, Jurusan Teknologi Hasil

Pertanian Universitas Andalas Padang.

Bahan dan Alat

Bahan-bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah ubi jalar merah,

kacang merah, dan tepung terigu yang diperoleh dari Pasar Raya Padang. Disamping itu

dibutuhkan bahan-bahan lain seperti mentega, gula, telur ayam, dan garam. Peralatan yang

dibutuhkan meliputi peralatan persiapan seperti : peralatan dapur, alat-alat pengolahan seperti

oven, blender, ayakan. Sementara itu juga dibutuhkan alat-alat untuk uji organoleptik, analisa

kimia untuk uji kadar air, kadar abu, kadar protein dan kadar lemak.

Metode

Penelitian ini dilakukan secara bertahap mulai dari persiapan bahan, formulasi,

perlakuan, pengamatan (pengujian sensori, pengujian kimia) Secara ringkas alur penelitian

yang dilakukan dapat dilihat pada Gambar 1.

a. Formulasi Bahan.

Penyusunan bahan untuk formula cookies dilakukan untuk mendapatkan

komposisi yang secara perhitungan nilai gizi memenuhi syarat sebagai formula makanan

untuk anak baduta 400 kalori, 15 gr protein). Tiga macam formula dari berbagai komposisi

sumber pati dan protein disusun berdasarkan pada standar formula makanan tambahan

(5)

Tabel 1. Persyaratan Formula Makanan Tambahan (*)

Proses penelitian dilakukan dengan cara sebagai berikut (Gambar 2)

(6)

Gambar 1. : Bagan Alir Proses Penelitian

Percobaan Pengolahan

Sebelum dilakukan pembuatan cookies terlebih dahulu dibuat tepung ubi jalar dan

tepung kacang merah yang dapat dilihat pada Gambar 2. Tiga macam formula yang disusun

diolah dengan menggunakan teknologi yang ada, sehingga didapatkan tepung formula yang

homogen. apabila diperlukan, dilakukan penyesuaian komposisi bahan dengan tetap

memperhatikan persyaratan.

Uji sifat fisik dan

Analisa kimia

Cookies terpilih

Kac. merah

direndam 10 jam

direbus 10 menit

dikeringkan

Dicampurkan

Tepung Kacang Merah dikupas dan diparut kasar

dikeringkan

dihaluskan dan diayak

Tepung Ubi jalar Ubi jalar

(7)

Untuk membuat cookies dari tepung ubi jalar merah dan tepung kacang merah dapat dilihat

pada Gambar 3.

Pengamatan

Uji kimia

Pengamatan yang dilakukan meliputi kadar air, protein, lemak, Metode yang dipakai adalah

sebagai berikut :

Kadar Air

Kadar air ditentukan dengan metode oven (Apriyantono et al, 1989) yaitu dengan cara

menimbang dua gram contoh dan dikeringkan dalam oven pada suhu 105 0C, sampai diperoleh

berat tetap. Kadar air dihitung dari berat wadah dan contoh awal dikurangi dengan berat wadah

dan contoh setelah dikeringkan dibagi berat contoh awal.

Kadar protein

Penetapan kadar protein dilakukan dengan metode mikrokjeldahl (Apriyantono et al,

1989). Sebanyak 20 mg contoh didestruksi dengan H2SO4 dengan katalisator HgO dan Campuran tepung ubi jalar merah

dan tepung kacang merah

tepung terigu dan bahan tambahan lain.

adonan

dicetak dengan cetakan cookies

dibakar dalam oven 45 menit dengan suhu 100 0C

(8)

Na2SO4, sampai larutan menjadi jernih. Proses destilasi dilakuakn setelah cairan diencerkan

dengan penambahan aquades dan larutan NaOH-Na2SO3 40 %.

Kadar Lemak

Penetapan kadar lemak dengan metode Soxhlet (Apriyantono et al, 1989) sebanyak 5 gr

sample ditimbang dan dimasukkan ke dalam timbel kertas yang telah disediakan. Ekstraksi

dilakukan dengan menggunakan petroleum ether dalam alat soxlet selama enam jam. Minyak

atau lemak yang tertampung dalam labu lemak dikeringkan dalam oven sampai didapat berat

tetap dan kemudian ditimbang.

Uji Sifat Fisik

Densitas Kamba

Densitas kamba diukur dengan metode Prasanappa et.al. (1972) yaitu dengan cara

menimbang bahan sebanyak 10 gram, kemudian dimasukkan ke dalam gelas ukur 50 ml dan

dibaca volumenya. Densitas kamba dihitung sebagai perbandingan antara berat bahan dengan

volume yang terbaca pada gelas ukur dengan satuan gram per mili liter.

Daya Serap Air

Daya serap air ditentukan dengan metode Fardiaz (1987), yaitu dengan cara

menimbang satu gram bahan dan dicampur dengan 10 ml aquades pada suhu ruang.

Kemudian diaduk dengan menggunakan pengaduk magnit sampai larut dan didiamkan selama

30 menit. Campuran disentrifus, selanjutnya volume supernatan diukur. Dengan menggunakan

asumsi berat jenis air adalah satu gram per ml dapat ditentukan air yang diserap oleh tepung

sampel.

Uji Daya Terima

Untuk daya terima cookies yang paling disukai dilakukan dengan metoda uji Rangking

(Winiati, 1998).

Analisis Zat Gizi.

Analisis zat gizi dilakukan untuk melihat kandungan energi, protein, lemak, karbohidrat,

serat kasar, vitamin dan mineral yang terdapat dalam setiap formula. Hal ini dilakukan secara

proksimat dengan bantuan program Nutri Survey (Usman, 2003).

PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

Data uji organoleptik direkapitulasi dan ditampilkan dalam bentuk Tabel Distribusi

Frekuensi untuk menggambarkan jumlah dan persentase panelis berdasarkan ranking yang

(9)

Data uji sifat fisik untuk cookies terbaik dihitung berdasarkan metode yang sudah

digunakan sebelumnya dan dianalisa secara deskriptif. Demikian pula pada uji sifat kimia

setelah didapatkan nilai kemudian dianalisa secara deskriptif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Persiapan dan Formulasi Bahan Cookies

Proses formulasi melibatkan beberapa tahap dimulai dari pemilihan dan analisis komposisi

bahan makanan yang akan digunakan dalam formula cookies. Berdasarkan kandungan zat gizi

bahan baku, komposisi bahan untuk tiga macam formula dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Komposisi Bahan Baku Formula Cookies

Bahan Baku Formula Cookies (Gram )

A B C

terletak pada jumlah tepung ubi jalar dan tepung kacang merah. Jumlah bahan yang digunakan

lebih ditentukan oleh jumlah energi dan protein total yang dipersyaratkan (setiap 400 Kal

mengandung 15 gr protein) oleh CAC (WHO/FAO, 1994). Tepung ubi jalar dan tepung terigu

sebagai sumber karbohidrat (pati).Tepung kacang merah dan kuning telur digunakan sebagai

sumber protein. Mentega ditambahkan sebagai sumber lemak dan gula sebagai penambah

rasa.

Kadar Zat Gizi

Perhitungan zat gizi untuk masing-masing formula dilakukan secara proximat

berdasarkan komposisi zat gizi bahan baku yang tercantum dalam Daftar Komposisi Bahan

Makanan (DKBM) yang digunakan dalam Software Nutri Survey. Berdasarkan perhitungan

yang dilakukan, komposisi zat gzi untuk tiga komposisi formula cookies yang telah disusun

dapat dilihat pada Tabel 3.

(10)

memenuhi kriteria zat gizi formula untuk anak balita yang ditetapkan CAC. Untuk kandungan

energi, ketiga macam formula mengandung energi diatas 400 Kal. Hal ini sengaja disusun

mengantisipasi kehilangan atau kerusakan zat gizi yang menghasilkan energi (karbohidrat,

protein dan lemak) selama proses pengolahan, sehingga dengan kehilangan tersebut,

kandungan energi akhir formula yang dihasilkan tetap sekitar 400 Kkal atau masih dalam

Hal yang sama juga diberlakukan ketika menghitung kadar protein dan lemak akhir.

Penambahan jumlah sekitar 10-15% dilakukan untuk mengantisipasi kehilangan selama

proses pengolahan.

Sementara itu kandungan zat gizi mikro dan serat dalam formula juga dicantumkan

untuk melihat apakah formula akhir yang dihasilkan masih memerlukan proses fortifikasi

vitamin dan mineral sesuai dengan kebutuhan zat gizi anak balita.

COOKIES TERPILIH DARI SEGI CITARASA (WARNA, TEKSTUR, AROMA DAN RASA)

(11)

pembuatan cookies sesuai perhitungan analisa zat gizi dengan komposisi bahan 400 kalori

dan 15 gram protein dalam 100 gram berat kering seperti terlihat pada Tabel 2. Pembuatan

cookies ini dimaksudkan untuk menambah variasi bentuk makanan tambahan yang menarik

untuk anak-anak, mudah dikemas dengan bentuk dan cita rasa yang dapat diterima, dalam

proses pembuatannya tepung ubi jalar dan tepung kacang merah yang telah dicapur

ditambahkan dengan bahan-bahan seperti tepung terigu, kuning telur, margarin dan tepung

gula dengan sedikit vanili. Penambahan bahan-bahan tersebut juga bertujuan untuk

membantu dalam pencampuran untuk mencapai kepadatan adonan sesuai dengan yang

diperlukan agar cookies tetap berbentuk baik bila ditaruh di atas loyang, tanpa

mengabaikan segi citarasanya (organoleptik).

Hasil pengolahan data uji organoleptik (uji ranking) menunjukkan cookies yang

terbaik dari segi cita rasa (warna, aroma, tekstur dan rasa). Pada Tabel 4 dapat dilihat

jumlah dan persentasi panelis yang menyatakan urutan ranking cookies, Masing-masing

perlakuan diurutkan mulai dari formula yang dianggap paling baik sampai pada formula

dengan citarasa paling rendah.

Tabel 4. Jumlah Panelis Berdasarkan Ranking yang diberikan untuk 3 Macam Cookies.

Jenis Cookies Urutan Rangking (%) Jumlah Panelis

1 2 3

A 12 (46.2) 9 (34.6) 5 (19.2) 26 (100)

B 4 (15.4) 11 (42.3) 11 (42.3) 26 (100)

C 10 (38.5) 6 (23.1) 10 (38.5) 26 (100)

Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa pada cookies A dengan bahan dasar tepung ubi

jalar dan tepung kacang merah terpilih sebagai cookies yang paling disukai, dengan jumlah

panelis yang menyatakan sebagai ranking 1 sejumlah 12 orang (46.2%) dari total panelis.

Cookies A (campuran ubi jalar merah 20 gram : kacang merah 40 gram) memiliki warna

kuning kecoklatan, yang merupakan refleksi dari perpaduan warna tepung ubi jalar, dan

tepung kacang merah dan tepung terigu dengan komposisi seperti pada Tabel 1. Semakin

banyak tepung ubi jalar yang digunakan, warna cookies cenderung semakin kuning

kecoklatan. Tekstur A relatif halus dengan penampakan mengkilat. Dari segi rasa dan

aroma, cookies A sedikit terasa manis dengan rasa gurih protein kacang merah yang

dominan dipadu dengan aroma wangi dari vanili.

Untuk cookies C dengan bahan dasar tepung ubi jalar merah, dan tepung kacang

(12)

Cookies campuran tepung ubi jalar merah dan tepung kacang merah secara umum memiliki

warna kuning kecoklatan yang lebih gelap dibanding dengan cookies A. Warna akan

semakin gelap pada cookies dengan tepung ubi jalar yang lebih banyak. Tekstur formula ini

lebih halus namun sedikit agak keras, karena sifat tepung ubi jalar yang agak kering. Rasa

gurih protein kacang merah juga lebih dominan pada cookies dengan komposisi tepung

kacang merah yang lebih banyak. Bentuk fisik dari cookies Pada perlakuan A, B dan C

dapat dilihat pada Gambar 4.

UJI SIFAT FISIK

Analisa sifat fisik untuk makanan balita penting untuk dilakukan, mengingat

anak-anak masih dalam taraf belajar mengkonsumsi makanan dalam tahap

perkembangannnya. Sifat fisik yang dianalisa adalah densitas kamba, dan daya serap air

cookies. Karakter fisik cookies terpilih yang meliputi densitas kamba dan daya serap air

dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Cookies Terpilih dari Segi Sifat Fisik

(13)

Sifat Fisik Cookies

Densitas kamba(g/ml) 10/16

Daya serap air (%) 4,08

Densitas Kamba

Densitas kamba merupakan karakteristik yang penting untuk melihat tingkat

kepadatan zat gizi dan energi yang terkandung dalam cookies. Tepung yang mempunyai

densitas kamba yang tinggi menunjukkan tepung tersebut memiliki densitas energi yang

lebih tinggi. Sebaliknya cookies dengan densitas kamba yang lebih rendah (voluminous)

akan mengakibatkan anak lebih cepat merasa kenyang.

Dari hasil pengukuran densitas kamba diketahui bahwa Cookies A memiliki densitas

kamba 0.667 (10 gr/16ml) .

Kekambaan produk formula sebetulnya dapat diatur dengan teknologi pembuatan

formula yang lebih moderen menggunakan drum dyer. Dengan menggunakan teknologi ini,

kekambaan produk akhir dapat diatur melalui proses gelatinisasi, pemanasan, pengeringan

dan penggilingan. Proses gelatinisasi mengakibatkan partikel pati mengalami

penggembungan secara maksimal dan akan pecah pada proses pemanasan dan

pengeringan, sehingga proses penggilingan produk akhir akan menghasilkan partikel yang

lebih kecil dan lebih seragam (Gusnedi, 2000).

Daya Serap Air.

Daya serap air cookies A adalah 4.08 %. Daya serap air dapat menggambarkan

kesempurnaan proses pengolahan suatu bahan. Semakin rendah daya serap air maka

semakin sempurna proses pemasakan yang dilakukan, dan proses rekonstitusi produk akan

lebih sempurna yang dicirikan oleh konsistensi lunak, halus dan bebas dari gumpalan serta

mudah disendok.

Analisis Kimia

Uji Kimia yang dilakukan terdiri dari analisa kadar air, kadar protein dan kadar lemak.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 6.

(14)

No Sifat Kimia Cookies

1 Kadar air (%) 6.09

2. Kadar protein (%) 17.95 3 Kadar lemak (%) 12.75

Kadar air cookies terpilih sebagai hasil proses pemanggangan dengan oven mempunyai

kadar air 6.09%. Nilai kadar air ini sudah sesuai dari persyaratan yang dikeluarkan oleh PAG

(1972) dalam Damanik, R (2000) yang memberikan selang nilai kadar air sebesar 5 -10%.

Nilai energi yang terkandung dalam cookies terpilih adalah 414,6. Dari nilai energi yang

didapatkan pada cookies terpilih, 17.32% energi yang berasal dari protein, dari lemak 27,68%

dan sekitar 54.94 % dari karbohidrat.

Dibandingkan dengan persyaratan yang sudah ada, kandungan energi, protein dan lemak

pada cookies terpilih sudah memenuhi persyaratan CAC (1994), dimana 100 gram formula

kering minimal mengandung 400 kalori, 15 gram protein dan lemak dalam kisaran 10-25 %

atau dengan kata lain, sekitar 17% dari nilai energi yang dikandung oleh formula berasal

dari protein, 22.5 – 56 % dari lemak dan sisanya dari karbohidrat.

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN

Penyusunan Formula bahan untuk cookies untuk anak balita berpedoman pada

persyaratan yang dikeluarkan oleh Codex Alimentarius Commision (CAC). ketiga macam

formula cookies secara perhitungan memenuhi kriteria zat gizi formula untuk anak balita

yang ditetapkan CAC. Untuk kandungan energi, ketiga macam formula mengandung energi

diatas 400 Kal. Tepung ubi jalar dan tepung terigu sebagi sumber karbohidrat (pati).Tepung

kacang merah dan kuning telur digunakan sebagai sumber protein. Mentega ditambahkan

sebagai sumber lemak dan gula sebagai penambah rasa. Pembuatan Cookies secara

sederhana dengan menggunakan peralatan rumah tangga.

Analisis proximat untuk menghitung kandungan energi dan zat gizi menunjukkan

bahwa nilai energi dan protein formula bahan cookies sedikit lebih tinggi dari yang

dipersyaratkan. Hal ini disengaja untuk mengantisipasi zat gizi yang hilang selama proses

pengolahan.

Uji organoleptik pada cookies didapatkan bahwa cookies A dengan bahan dasar

tepung ubi jalar dan tepung kacang merah terpilih sebagai cookies yang paling disukai,

(15)

panelis. Secara umum cookies A ( campuran ubi jalar merah 20 gram : kacang merah 40

gram) memiliki warna kuning kecoklatan, yang merupakan refleksi dari perpaduan warna

tepung ubi jalar, dan tepung kacang merah dan tepung terigu. Semakin banyak tepung ubi

jalar yang digunakan, warna cookies cenderung semakin kuning kecoklatan. Tekstur yang

dihasilkan relatif halus dengan penampakan mengkilat. Dari segi rasa dan aroma, cookies

A sedikit terasa manis dengan rasa gurih protein kacang merah yang dominan dipadu

dengan aroma wangi dari vanili.

Uji Sifat fisik, yang meliputi densitas kamba dan daya serap air untuk cookies terpilih

berada pada batas yang dinginkan. Densitas kamba adalah sebesar 0.667 (10 gr/16ml),

sedangkan daya serap air adalah 4,08 %.

Pada uji sifat kimia cookies terpilih diperoleh kandungan air adalah sebesar 6.09%,

kadar protein sebesar 17.95gram dan kadar lemak adalah 12.75gram.

SARAN

Penelitian ini baru merupakan penelitian tahap awal. Sebaiknya juga dilakukan

analisis kandungan vitamin dan mineral dalam formula secara lengkap, sehingga dapat

dilakukan fortifikasi terhadap vitamin dan mineral yang masih kurang.

Untuk melihat daya terima ke kelompok sasaran, perlu dilakukan pengujian lebih

lanjut. Pengujian mikrobiologis juga diperlukan untuk melihat keamanan dan daya tahan

produk sebelum diujikan ke kelompok sasaran.

UCAPAN TERIMA KASIH

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Poltekkkes Kemenkes

Padang yang telah memberikan bantuan dana melalui program RISBINAKES (riset Binaan

Tenaga Kesehatan) sehingga penelitian ini bisa terlaksana.

DAFTAR PUSTAKA

AOAC, 1984. Official of Analisis of the Association of Official Analytical Chemist, 14 th ed. AOAC, INC. Arlington, Virginia.

Apriyantono, Rossy, Uken S Soetrisno dan Mien K Malllnud. 1996. Beberapa Pilihan Makanan Formula Lanjutan dalam Penelitian Gizi dan Makanan, Puslitbang Gizi. Bogor.

(16)

Depkes RI. 2004. Rencana Aksi Nasional Pencegahan dan Penanggulangan Gizi Buruk Tahun 2005-2009. Jakarta.

Gusnedi, 2000, Formula Makanan Tambahan dengan Dadih Susu Sapi dan Tempe sebagai Pangan Tradisional Sumber Protein. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

LIPI. 1998. Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI, Kesimpulan dan Saran kebijakan, Jakarta.

Rahayu W. P. 1998. Penuntun Praktikum Penilaian Organoleptik. Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi, FATETA, IPB, Bogor.

Zakaria, F.R. 1999. Produksi MP-ASI sebagai Terobosan untuk Menanggulangi Masalah Kurang Gizi, Prociding Seminar Nasional Teknologi Pangan, Jakarta.

Rizal D, dkk. 2000. Pengaruh Subsitusi Tepung Kacang Merah Terhadap Sifat Fisik, Kimia dan Organoleptik ”Cookies” Untuk Makanan Pendamping ASI. Didalam Media Gizi dan keluarga tahun XXIV No. 1. ISSN 0216-9363. Jurusan GMSK IPB Bogor.

Almatsier. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. h. 279 -305.

Gambar

Tabel 1. Persyaratan Formula Makanan Tambahan (*)
Gambar 2.  Bagan Pembuatan  Tepung  Ubi jalar dan Tepung Kacang merah
Gambar 3.  Bagan pembuatan  Cookies
Gambar 4.  Tiga Jenis Cookies dari tepung Ubi Jalar dan Tepung Kacang Merah

Referensi

Dokumen terkait

Penunjang Administrasi dan Operasional Rutin Kantor / Kedinasan Pengadaan Monitor Komputer PC danPrinter JB: Modal JP: Barang 2 unit Rp. Penunjang Administrasi dan Operasional

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 96/M- DAG/PER/12/2014 tentang Pendelegasian Wewenang di Bidang Perdagangan dalam Rangka Pelayanan Terpadu Satu Pintu kepada Kepala

Demikian berita acara penjelasan pekerjaan (aanwijzing) pengadaan penyedia barang/jasa konstruksi pembangunan selasar dan pagar Pada Badan Kepegawaian Negara Kantor

■ Dalam jaringan, tidak semua alamat bisa digunakan sebagai alamat host, setidaknya ada 2 alamat yg tidak bisa digunakan yaitu alamat pertama yang menjadi alamat jaringan dan

Lagu dolanan Gundhul Pacul mengandung makna budaya yaitu jika orang yang mempunyai kehormatan, kedudukan, dan kemuliaan karena mempunyai penghasilan yang luar biasa, maka

Dalam kegiatan belajar mengajar terdapat (RPP) yang digunakan untuk merancang proses pebelajaran. Dari Kurikulum 2013 PJOK pada kelas VIII, terdapat pembelajaran

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya aktivitas antibakteri pada α-guaiene (kemurnian 37,5%) dengan konsentrasi tertentu terhadap bakteri Eschericia coli