• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Biji Pepaya (Carica papaya L.) Terhadap Profil Lipid pada Tikus Putih (Rattus novergicus) Dislipidemia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Biji Pepaya (Carica papaya L.) Terhadap Profil Lipid pada Tikus Putih (Rattus novergicus) Dislipidemia"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Uraian Tumbuhan

Uraian tumbuhan meliputi sejarah tumbuhan, sistematika tumbuhan, nama daerah, morfologi tumbuhan, kandungan biji pepaya, dan manfaat tumbuhan. 2.1.1 Sejarah Tumbuhan

Pepaya merupakan tanaman yang berasal dari Amerika Tengah, yaitu daerah sekitar Meksiko bagian selatan dan Nicaragua. Negara-negara penghasil pepaya antara lain Kosta Rika, Kuba, Republik Dominika, Meksiko, Puerte Riko, dan lain-lain. Brazil, India, dan Indonesia merupakan penghasil pepaya yang cukup besar, dengan produksi mencapai 200.000 ton per tahun (Warisno, 2003). 2.1.2 Sistematika Tumbuhan

Sistematika dari tumbuhan pepaya adalah sebagai berikut Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Cistales

Suku : Caricaceae Marga : Carica

Jenis : Carica papaya L. (Depkes RI, 2000). 2.1.3 Nama Daerah

(2)

(Minangkabau), gedang (Lampung). Jawa: Gedang (Sunda), kates (Jawa Tengah), kates (Madura). Bali: Gedang. Kalimantan: Kustela (Banjar), bua medung (Dayak Busang), buah dong (Dayak Kenya). Nusa Tenggara: Kates (Sasak), kampaya (Bima), kala jawa (Sumbawa), padu (Flores). Sulawesi: Papaya (Gorontalo), papaya (Buol), kaliki (Baree), papaya (Manado), unti jawa (Makassar), kaliki riaure (Bugis). Maluku: Papai (Buru), papaya (Halmahera), papae (Ambon), palaki (Seram), kapaya (Tidore), tapaya (Ternate). Irian: Ihwarwerah (Sarmi), siberiani (Windesi) (Depkes RI, 2000).

2.1.4 Morfologi Tumbuhan

(3)

2.1.5 Kandungan Biji Pepaya

Kandungan kimia biji pepaya antara lain benzil isotiosianat, benziltiourea,

β-sitosterol, minyak pepaya (papaya oil), caricin, dan enzim mirosin (Milind dan

Gurditta, 2011).

2.1.6 Manfaat Tumbuhan

Pemanfaatan tanaman pepaya cukup beragam. Daun pepaya muda, bunga, buah yang masih mentah dapat dibuat sebagai bahan berbagai ragam sayuran. Selain itu, buah pepaya, terutama yang masak mengkal, digunakan juga sebagai salah satu buah untuk rujak dan asinan. Disamping sebagai buah segar, buah pepaya dapat dibuat manisan, buah dalam sirup, saus, selai, dan sebagainya (Kalie, 1996).

Sari akar tanaman pepaya dapat digunakan sebagai obat penyakit kencing batu, penyakit saluran kencing, dan cacing kremi. Batang, daun dan buah pepaya muda mengandung getah berwarna putih. Getah ini mengandung suatu enzim pemecah protein atau enzim proteolitik yang disebut papain. Lalap daun pepaya muda yang dapat menambah nafsu makan diduga disebabkan oleh enzim ini. Sebagai enzim proteolitik, papain banyak digunakan dalam industri, diantaranya industri makanan dan minuman, farmasi, kosmetik, tekstil dan penyamak (Kalie, 1996).

(4)

antifertilitas, memiliki aktivitas nefroprotektor, serta sebagai antibakteri dan antifungi (Milind dan Gurditta, 2011).

2.2 Ekstraksi

Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair (Ditjen POM, 2000).

Hasil dari ekstraksi disebut dengan ekstrak yaitu sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian sehingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (Ditjen POM a

Berdasarkan sifatnya ekstrak dibagi menjadi:

, 1995).

a. Ekstrak encer (extractum tenue)

Ekstrak encer merupakan sediaan yang memiliki konsisten madu, dapat dituang, tetapi pada saat ini sudah tidak dipakai lagi (Voight, 1995).

b. Ekstrak kental (extractum spisscum)

Ekstrak kental merupakan sediaan yang liat dalam keadaan dingin dan tidak dapat dituang serta kandungan airnya berjumlah sampai 30% (Voight, 1995).

c. Ekstrak kering (extractum siccum)

(5)

d. Ekstrak cair (extractum fluidum)

Ekstrak cair merupakan cairan yang mengandung simplisia nabati dalam etanol sebagai bahan pelarut dan pengawet (Ditjen POM a

Ekstraksi dengan menggunakan pelarut terdiri dari 2 cara, yaitu: , 1995).

1. Cara dingin

Ekstraksi menggunakan pelarut dengan cara dingin terdiri dari: a. Maserasi

Maserasi dapat dilakukan dengan cara mencampurkan simplisia yang telah dipotong-potong atau diserbuksarikan dengan cairan penyari dalam suatu bejana dan ditutup rapat. Simpan ditempat terlindung dari cahaya langsung selama 5 hari sambil sering dikocok. Kemudian disaring, diperas dan ampasnya dicuci dengan cairan penyari. Hasil ekstraksi disimpan ditempat sejuk selama beberapa hari, lalu cairannya dituang dan disaring (Voight, 1995).

b. Perkolasi

Perkolasi yang berarti penetesan yang dilakukan dalam wadah silindris atau kerucut (perkolator). Perkolasi dapat dilakukan dengan cara mengalirkan cairan penyari secara lambat ke dalam serbuk simplisia yang telah dibasahi. Kemudian tunggu sampai larutan ekstrak mulai menetes, lalu jalan keluar ditutup dan baru dibuka kembali jika cairan penyari berada 1-2 cm diatas simplisia (Voight, 1995).

2. Cara panas

(6)

a. Refluks

Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik (kondensor) (Ditjen POM, 2000).

b. Sokletasi

Bahan yang diekstraksi berada dalam kantung ekstraksi didalam sebuah alat soklet yang bekerja kontinu, yang diletakkan diantara labu suling dan suatu pendinginan aliran balik (kondensor) dan dihubungkan melalui pipet (sippon). Labu yang berisi bahan pelarut akan terkondensasi dan menetes ke atas bahan yang terekstraksi dan menarik keluar bahan yang diekstraksi. Kemudian hasil ekstraksi akan ditampung didalam labu (Voight, 1995).

c. Digesti

Digesti merupakan proses ekstraksi simplisia dengan cara merendam serbuk simplisia dengan pelarut pada suhu 40-50 °C sambil dilakukan dalam selang waktu tertentu. Selanjutnya cairan disaring bila perlu diuapkan untuk memperoleh ekstrak kental (Voight, 1995).

d. Infus

Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air (bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur terukur (96-98o

e. Dekokta

C) selama waktu tertentu (15-20 menit) (Voight, 1995).

(7)

2.3 Propiltiourasil

Menurut Moffat, et al., (2005), sifat fisiko kimia propiltiourasil adalah sebagai berikut.

Rumus struktur :

Gambar 2.1 Struktur Propiltiourasil

Nama kimia : 2,3-Dihydro–6–propyl–2–thioxo–4(1H) pyrimidinone Rumus kimia : C7H10N2

Berat molekul : 170,2 OS

Pemerian : Serbuk kristal putih, agak krem, atau tak berwarna, tidak berbau, rasa pahit.

Kelarutan : Larut dalam air (1:900), dalam etanol (1:60), dan dalam aseton (1:60); sedikit larut dalam klorofom dan eter; larut dalam larutan alkali hidroksida

Titik lebur : 219-221ºC.

(8)

(Suharti, dkk., 2007). Pengaruh hormon tiroid pada metabolisme lipid dapat dilihat pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2 Efek Hormon Tiroid pada Metabolisme Lipid (Rizos, et al., 2011)

Propiltiourasil menghambat 3-hidroksi-3-metilglutaril koenzim A (HMG-CoA) reduktase

Propiltiourasil dapat mempengaruhi metabolisme HDL melalui penurunan aktivitas cholesteryl ester transfer protein (CETP), yang menukar kolesterol ester

, yang merupakan tahap pertama pada biosintesis kolesterol.

Selain itu, propiltiourasil menghambat aktivitas sterol regulatory element-binding

protein-2 (SREBP-2) yang meregulasi ekspresi gen reseptor LDL, sehingga

(9)

dari HDL2 ke VLDL yang akhirnya akan dibawa menuju hati. Sebagai tambahan, propiltiourasil juga menghambat aktivitas lipoprotein lipase (LPL), yang mengkatabolisme lipoprotein kaya trigliserida, dan hepatic lipase (HL), yang menghidrolisis HDL2 menjadi HDL3 dan berkontribusi dalam mengkonversi IDL menjadi LDL (Rizos, et al., 2011).

2.4 Simvastatin

Menurut Moffat, et al., (2005), sifat fisiko kimia simvastatin adalah sebagai berikut.

Rumus struktur :

Gambar 2.3 Struktur Simvastatin

Nama kimia : 2,2-Dimethylbutanoic acid (1S,3R,7S,8S,8aR) 1,2,3,7,8,8a hexahydro–3,7–dimethyl–8-[2-[(2R,4R)-tetrahydro–4–hydroxy– 6–oxo–2H-pyran–2–yl]ethyl]-1–naphthalenyl ester

Rumus kimia : C25H38O Berat molekul :

5

418,6

(10)

Kelarutan : Tidak larut dalam air, n-heksan, dan asam klorida; larut dalam kloroform, dimetil sulfoksida, metanol, etanol, polietilen glikol, NaOH, dan propilen glikol.

Simvastatin merupakan golongan obat inhibitor 3-hidroksi-3-metilglutaril koenzim A (HMG-CoA) reduktase, yang mengkatalisis biosintesis kolesterol pada tahap awal (Goodman dan Gilman, 2010). Inhibisi proses ini menyebabkan kadar kolesterol menurun dengan cepat sekitar 15-40%. Simvastatin memiliki efek yang baik terhadap profil lipid secara keseluruhan. Simvastatin menurunkan kadar LDL yang berkaitan dengan resiko kardiovaskuler (Williams, 2005). Selain itu, simvastatin juga dapat menurunkan kadar trigliserida sebesar 10–30%, LDL sebesar 30-60% dan meningkatan HDL sebesar 2-15% (Anderson, et al., 2002).

2.5 Telur Puyuh

Telur puyuh terdiri atas putih telur (albumen) 47,4%; kuning telur (yolk) 31,9%; cangkang dan selaput tipis 20,7%. Kandungan protein telur puyuh sekitar 13,1%, sedangkan kandungan lemaknya 11,1%. Kadar kolesterol kuning telur puyuh sebesar 2139,17 mg/100 g, sedangkan kandungan kolesterol kuning telur ayam ras hanya 1274,5 mg/100 g. Perbedaan susunan protein dan lemak telur puyuh dibandingkan dengan telur ternak unggas lain disajikan pada Tabel 2.1. Tabel 2.1 Kandungan protein dan lemak pada beberapa telur ternak unggas

Jenis unggas Protein (%) Lemak (%) Karbohidrat (%) Abu (%)

Ayam ras 12,7 11,3 0,9 1,0

Itik 13,3 14,5 0,7 1,1

Angsa 13,9 13,3 1,5 1,1

Merpati 13,8 12,0 0,8 0,9

Kalkun 13,1 11,8 1,7 0,8

Burung puyuh 13,1 11,1 1,6 1,1

(11)

2.6 Profil Lipid

Profil lipid merupakan pengukuran kadar lemak (lipid) dalam darah, yang pada umumnya diperiksa setelah subyek berpuasa 10-12 jam (tidak makan atau minum, kecuali air putih) (Anonim, 2012). Profil lipid terdiri dari:

1. Kolesterol Total. Merupakan jumlah total kandungan kolesterol dalam darah.

Kolesterol dibutuhkan tubuh untuk mempertahankan kesehatan sel-sel tetapi level yang terlalu tinggi akan meningkatkan risiko sakit jantung. Idealnya total kolesterol harus < 200 mg/dl (< 5,2 mmol/l). Faktor genetik juga berperan sebagai penentu kadar kolesterol, selain dari makanan yang dimakan.

2. Low density lipoprotein (LDL). Banyaknya LDL dalam darah menyebabkan

akumulasi endapan lemak (plak) dalam arteri (proses aterosklerosis), sehingga aliran darah menyempit. Plak ini kadang-kadang bisa pecah dan menimbulkan masalah besar untuk jantung dan pembuluh darah. LDL ini adalah target utama dari berbagai obat penurun kolesterol. Target yang ingin dicapai:

• < 70 mg/dl untuk individu yang sudah memiliki penyakit kardiovaskular

atau pasien yang berisiko sangat tinggi untuk terkena (misalnya: sindrom metabolik)

• 100 mg/dl untuk pasien yang beresiko tinggi (misalnya: pasien dengan

beberapa faktor resiko sekaligus)

• < 130 mg/dl untuk individu yang berisiko rendah terkena PJK

3. High density lipoprotein (HDL). Disebut juga kolesterol “baik” karena

(12)

memiliki level yang lebih tinggi daripada pria. Olahraga dapat membantu meningkatkan kadar HDL.

4. Trigliserida. Level trigliserida yang tinggi biasanya pada pasien yang gemuk

atau pasien diabetes. Makanan tinggi karbohidrat (gula sederhana) atau alkohol dapat menaikkan trigliserida secara bermakna. Idealnya level trigliserida harus < 150 mg/dl (1,7 mmol/L). American Heart Association (AHA) merekomendasikan bahwa level trigliserida untuk kesehatan jantung “optimal” adalah 100 mg/dl (1,1 mmol/l) (Anonim, 2012).

2.7 Lipid Plasma

Lipid plasma terdiri dari trigliserida (16%), fosfolipid (30%), kolesterol (14%), dan ester kolesteril (36%), serta sedikit asam lemak rantai-panjang tak-teresterifikasi (asam lemak bebas, FFA) (14%) (Murray, dkk., 2006). Lipid plasma tersebut diangkut dari sirkulasi kedalam hati dan otot dalam bentuk lipoprotein.

2.7.1 Lipoprotein

(13)

Gambar 2.4 Struktur Lipoprotein (Randox Laboratories, 2007)

Setiap lipoprotein berbeda dalam ukuran, densitas, komposisi lemak dan komposisi apolipoprotein. Karakteristik lipoprotein plasma dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Karakteristik Lipoprotein Plasma

Kelas

Kilomikron < 0,94 75-1200

Trigliserida dan

LDL 1,019-1,063 18-25 Kolesterol ester

Produk

Sumber: Brunton, dkk. (2010).

(14)

intermediate-density lipoprotein (IDL), low density lipoprotein (LDL), dan high

density lipoprotein (HDL) (Suyatna, 2007).

1. Kilomikron

Lipoprotein dengan berat molekul terbesar ini lebih dari 80% komponennya terdiri dari trigliserida dan kurang dari 5% kolesterol ester. Kilomikron membawa trigliserida dari makanan ke jaringan lemak dan otot rangka, juga membawa kolesterol makanan ke hati. Trigliserida dari kilomikron akan mengalami hidrolisis oleh lipoprotein lipase (LPL), sehingga diameter lipoprotein ini mengecil.

2. Lipoprotein Densitas Sangat Rendah (VLDL, very low density lipoprotein) Lipoprotein ini terdiri dari 60% trigliserida (endogen) dan 10-15% kolesterol. VLDL disekresi oleh hati untuk mengangkut trigliserida ke jaringan perifer. Trigliserida VLDL dihidrolisis oleh lipoprotein lipase menghasilkan asam lemak bebas untuk disimpan dalam jaringan adiposa dan bahan oksidasi di jantung dan otot skelet. Sebagian VLDL remnant akan diubah menjadi LDL, sehingga dapat terjadi peningkatan kadar LDL serum mengikuti penurunan hipertrigliserida.

3. Lipoprotein Densitas Sedang (IDL, intermediate density lipoprotein)

(15)

4. Lipoprotein Densitas Rendah (LDL, low density lipoprotein)

LDL merupakan lipoprotein pengangkut kolesterol terbesar pada manusia (70% total). Partikel LDL mengandung trigliserida sebanyak 10% dan kolesterol 50%. Jalur utama katabolisme LDL berlangsung lewat receptor-mediated

endocytosis di hati dan sel lain. Ester kolesterol dari inti LDL dihidrolisis

menghasilkan kolesterol bebas untuk sintesis sel membran dan hormon steroid. Selain lewat proses endositosis, sel juga mendapat kolesterol dari sintesis de novo lewat enzim HMG Co-A reduktase. Produksi enzim ini dan reseptor LDL diatur lewat transkripsi genetik berdasarkan tinggi rendahnya kadar kolesterol dalam sel (Suyatna, 2007).

5. Lipoprotein densitas tinggi (HDL, high density lipoprotein)

HDL merupakan molekul lipoprotein paling kecil dengan diameter 5-12 nm. HDL dibagi menjadi HDL2 (densitas 1,063-1,125 g/ml) dan HDL3

2.7.2 Apolipoprotein

(1,125-1,21 g/ml). HDL mengandung 50% protein, 30% fosfolipid, dan 20% kolesterol. HDL terikat pada Apo AI, AII, C, dan Apo E. HDL berperan sebagai lipoprotein protektif yang menurunkan resiko penyakit jantung koroner (Goodman dan Gilman, 2010).

(16)

Tabel 2.3 Jenis-Jenis Apolipoprotein

Apoprotein Lipoprotein Sumber Fungsi Metabolik Apo AI HDL,

Kilomikron

Hati, Usus Kofaktor LCAT; protein struktural pada HDL; ligan reseptor HDL

Apo AII HDL, Kilomikron

Hati Protein struktural pada HDL; ligan reseptor HDL

Apo AIV HDL, Kilomikron

Usus Memfasilitasi transfer

apolipoprotein lain antara HDL dan kilomikron

Apo B100 VLDL, IDL, LDL

Hati Protein struktural dari VLDL, IDL, LDL; ligan reseptor LDL Apo B48 Kilomikron Usus Protein struktural pada kilomikron Apo CI Kilomikron,

VLDL, HDL

Hati Kofaktor LCAT; memodulasi pengikatan reseptor remnant

Apo CII Kilomikron, VLDL, HDL

Hati Aktifator LPL (Lipoprotein

Lipase)

Apo CIII Kilomikron, VLDL, HDL

Hati Menghambat LPL (Lipoprotein

Lipase); memodulasi pengikatan

reseptor remnant Apo E2-E4 Kilomikron,

VLDL, HDL

Hati, otak, kulit,

gonad, limpa

Ligan untuk reseptor LDL dan reseptor yang mengikat remnant; transpor balik kolesterol (HDL dengan ApoE)

Sumber: Suyono, S. (1996).

Yang berperan dalam aterosklerosis adalah Apo AI pada HDL yang bersifat anti aterogenik dan Apo B pada LDL yang bersifat aterogenik (Suyono, 1996).

2.7.3 Kolesterol

(17)

tubuh, termasuk kortikosteroid, hormon seks, asam empedu, dan vitamin D (Murray, dkk., 2006).

Sekitar 1 gram kolesterol disintesis per hari pada orang dewasa. Organ yang paling besar berkontribusi dalam sintesis kolesterol yaitu hati (50%), usus halus (15%), kulit, korteks adrenal, kelenjar kelamin, dan lain-lain. Enzim yang berpengaruh pada sintesis kolesterol ditemukan dalam sitosol dan fraksi mikrosomal dalam sel (Satyanarayana, 2005).

Gambar 2.5 Jalur Biosintesis Kolesterol (Liscum, 2002). Biosintesis kolesterol dapat dibagi menjadi 5 tahap sebagai berikut. 1. Sintesis mevalonat dari asetil-KoA

(18)

3. Kondensasi enam unit isoprenoid untuk membentuk skualen 4. Siklisasi skualen menghasilkan steroid induk, lanosterol 5. Pembentukan kolesterol dari lanosterol (Murray, dkk., 2006).

Sebagai produk tipikal metabolisme hewan, kolesterol terdapat dalam makanan yang berasal dari hewan, misalnya kuning telur, daging, hati, dan otak. Lipoprotein berdensitas rendah (LDL) plasma adalah kendaran yang membawa kolesterol dan ester kolesteril ke banyak jaringan. Kolesterol bebas dikeluarkan dari jaringan oleh lipoprotein berdensitas tinggi (HDL) plasma dan diangkut ke hati, tempat senyawa ini dieliminasi dari tubuh tanpa diubah atau setelah diubah menjadi asam empedu dalam proses yang dikenal sebagai transpor kolesterol terbalik (Murray, dkk., 2006).

2.7.4 Trigliserida

Didalam tubuh, sebagian besar lemak berupa trigliserida. Dari sudut ilmu kimia, trigliserida terdiri dari tiga asam lemak yang tergabung menjadi molekul

glycerol. Substansi ini sama sekali berbeda dengan kolesterol. Seperti halnya

kolesterol, trigliserida merupakan komponen yang normal dari darah, yang berasal dari makanan atau dihasilkan oleh tubuh. Sebagian besar lemak yang dimakan berbentuk trigliserida. Sejumlah faktor dapat mempengaruhi kadar trigliserida dalam darah seperti kegemukan, makan lemak, makan gula biasa (glukosa) dan minuman alkohol (Soeharto, 2004).

2.8 Metabolisme Lipoprotein

(19)

trigliserida, sedang jalur reverse cholesterol transport khusus mengenai metabolisme kolesterol-HDL (Adam, 2009).

2.8.1 Jalur Metabolisme Eksogen

Makanan berlemak yang kita makan terdiri atas trigliserida dan kolesterol. Selain kolesterol yang berasal dari makanan, dalam usus juga terdapat kolesterol dari hati yang diekskresi bersama empedu ke usus halus. Baik lemak di usus halus yang berasal dari makanan maupun yang berasal dari hati disebut lemak eksogen. Trigliserida dan kolesterol dalam usus halus akan diserap kedalam enterosit mukosa usus halus. Trigliserida akan diserap sebagai asam lemak bebas sedang kolesterol sebagai kolesterol. Di dalam usus halus, asam lemak bebas akan diubah kembali menjadi trigliserida, sedang kolesterol akan mengalami esterifikasi menjadi kolesterol ester dan keduanya bersama dengan fosfolipid dan apolipoprotein akan membentuk lipoprotein yang dikenal dengan kilomikron.

(20)

2.8.2 Jalur Metabolisme Endogen

Trigliserida dan kolesterol yang disintesis di hati dan disekresi ke dalam sirkulasi sebagai lipoprotein VLDL. Apolipoprotein yang terkandung dalam VLDL adalah Apo B-100. Dalam sirkulasi, trigliserida di VLDL akan mengalami hidrolisis oleh enzim lipoprotein lipase (LPL), dan VLDL berubah menjadi IDL yang juga akan mengalami hidrolisis dan berubah menjadi LDL. Sebagian dari VLDL, IDL, dan LDL akan mengangkut kolesterol ester kembali ke hati. LDL adalah lipoprotein yang paling banyak mengandung kolesterol. Sebagian dari kolesterol di LDL akan dibawa ke hati dan jaringan steroidogenik lainnya seperti kelenjar adrenal, testis, dan ovarium yang mempunyai reseptor untuk kolesterol-LDL. Sebagian lagi dari kolesterol-LDL akan mengalami oksidasi dan ditangkap oleh reseptor scavenger-A (SR-A) di makrofag dan akan menjadi sel busa (foam

cell). Makin banyak kadar kolesterol-LDL dalam plasma maka makin banyak

yang akan mengalami oksidasi dan ditangkap oleh sel makrofag. 2.8.3 Jalur Reverse Cholesterol Transport

(21)

transporter yang disebut adenosine triphosphate-binding cassette transporter-1 atau disingkat ABC-1.

Setelah mengambil kolesterol bebas dari sel makrofag, kolesterol bebas akan diesterifikasi menjadi kolesterol ester oleh enzim lechitin cholesterol

acyltransferase (LCAT). Selanjutnya sebagian kolesterol ester yang dibawa oleh

HDL akan mengambil dua jalur. Jalur pertama yaitu ke hati dan ditangkap oleh

scavenger receptor class B type 1 dikenal dengan SR-B1. Jalur kedua adalah

kolesterol ester dalam HDL akan dipertukarkan dengan trigliserida dari VLDL, dan IDL dengan bantuan cholesterol ester transfer protein (CETP). Dengan demikian, fungsi HDL sebagai “penyerap” kolesterol dari makrofag mempunyai dua jalur yaitu langsung ke hati dan jalur tidak langsung melalui VLDL dan IDL untuk membawa kolesterol kembali ke hati (Adam, 2009).

2.9 Dislipidemia 2.9.1 Definisi

Dislipidemia merupakan abnormalitas pada profil lipid dalam darah, yaitu kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan maupun penurunan satu atau lebih fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid yang paling utama adalah kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol LDL (Low Density Lipoprotein), atau trigliserida, dan penurunan kadar kolesterol HDL (High Density Lipoprotein) (Dipiro, et al., 2007; Cipla, 2005).

2.9.2 Klasifikasi Dislipidemia

(22)

1. Dislipidemia Primer, yaitu kelainan penyakit genetik dan bawaan yang dapat

menyebabkan kelainan kadar lipid dalam darah.

2. Dislipidemia Sekunder, yaitu disebabkan oleh suatu keadaan seperti

hiperkolesterolemia yang diakibatkan oleh hipotiroidisme, nefrotik syndroma, kehamilan, anoreksia nervosa, dan penyakit hati obstruktif. Hipertrigliserida disebabkan oleh diabetes melitus, konsumsi alkohol, gagal ginjal kronik, miokard infark, dan kehamilan. Selain itu, dislipidemia juga dapat disebabkan oleh hipotiroidisme, nefrotik sindroma, gagal ginjal akut, penyakit hati, dan akromegali.

2.9.3 Kadar Lipid Serum Normal

Klasifikasi kolesterol, kolesterol LDL, kolesterol HDL, dan trigliserida menurut NCEP ATP III (National Cholesterol Education Program Adult

Treatment Panel III) 2001 terdapat pada Tabel 2.4.

Tabel 2.4 Kadar Lipid Serum Normal

Kolesterol total

< 200 Optimal

200-239 Diinginkan

≥ 240 Tinggi

Kolesterol LDL

< 100 Optimal

100-129 Mendekati optimal

130-159 Diinginkan

160-189 Tinggi

≥ 190 Sangat tinggi

Kolesterol HDL

≥ 500 Sangat tinggi

Gambar

Gambar 2.2 Efek Hormon Tiroid pada Metabolisme Lipid (Rizos, et al., 2011)
Gambar 2.3 Struktur Simvastatin
Tabel 2.1 Kandungan protein dan lemak pada beberapa telur ternak unggas
Gambar 2.4 Struktur Lipoprotein (Randox Laboratories, 2007)
+3

Referensi

Dokumen terkait

Karena itu, salah satu prinsip dalam pengangkutan ikan adalah bagaimana menciptakan suasana dalam alat pengangkutan agar ikan bisa bernapas dengan baik, sehingga

pencucian (washing/screening), pemutihan (bleaching), serta pembentukan lembaran pulp dengan mesin (pulp machine). Proses pemutihan pulp atau disebut juga proses

Moratorium Tenaga Kerja yang berlaku untuk sektor informal terhadap

Pejabat Pengadaan Barang / Jasa Bidang Sumber Daya Air Dinas Pekerjaan Umum dan ESDM Kabupaten

Berdasarkan hasil pada siklus II maka dapat disimpulkan dalam setiap kegiatan yang dilakukan di tiap-tiap siklusnya menunjukkan hasil yang baik, dimana perilaku bolos

Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau

Sedangkan prinsip-prinsip latihan plyometrics meliputi beban berlebih (overload), beban berlebih progresif (overload progressive), juga prinsip spesifikasi. Daya ledak banyak

Dengan demikian, Perseroan dan JACCS masing-masing akan memiliki 84,86% dan 15,14% dari keseluruhan modal yang disetorkan dan ditempatkan dalam saham Mitra Pinasthika Mustika