• Tidak ada hasil yang ditemukan

APA DAN MENGAPA KUALITAS BUKTI AUDIT?

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "APA DAN MENGAPA KUALITAS BUKTI AUDIT?"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1

APA DAN MENGAPA KUALITAS BUKTI AUDIT? oleh

Daniel Pangaribuan

e-mail: dpangaribuan58@gmail.com

Widyaiswara STAN editor

Ali Tafriji Biswan e-mail: al_tafz@stan.ac.id

A b s t r a k

Dalam audit laporan keuangan tersebut, tugas utama auditor adalah memastikan terdapatnya bukti audit yang lengkap dan berkualitas. Jenis bukti audit dapat ditinjau dari segi objeknya yakni berwujud informasi dan laporan keuangan dan informasi lainnya (pendukung), segi cara memperolehnya, dan segi input-proses-output. Apapun jenis bukti yang didapat, auditor mengevaluasi bukti tersebut sebagai dasar dalam memberikan opini. Di samping memahami jenis bukti audit, auditor juga harus memahami dengan baik kualitas bukti audit. Kualitas bukti audit tersebut dipengaruhi oleh faktor relevansi dan reliabilitasnya. Pada akhirnya, untuk memperbaiki kualitas opini audit, pendekatan audit terkait bahan bukti harus mencerminkan pemahaman yang menyeluruh, seperti pemahaman pengendalian internal, pengujian pengendalian, pengujian transaksi, pengujian analisis, dan pengujian atas saldo akhir pada akun laporan keuangan.

Kata kunci: laporan keuangan, auditor, jenis bukti audit, kualitas bukti audit, relevan, reliabilitas.

O000O Pendahuluan

Pentingnya bukti dalam audit laporan keuangan dapat dilihat dari pengertian audit menurut Arens (2012) yakni: “... the accumulation and evaluation of evidence about information to determine and report on the degree of correspondence between the information and established criteria...” Definisi ini dengan jelas menyebutkan bahwa objek yang dipakai auditing dalam mengukur kewajaran laporan keuangan adalah bukti (lihat Peraga 1). Oleh karenanya, profesi auditor menetapkan standar audit lapangan (field work) dalam rangka mengumpulkan dan mengevaluasi bukti audit. Standar tersebut mencakup tiga standar yaitu standar perencanaan, standar evaluasi pengendalian intern, dan standar kecukupan dan kompetensi bukti yang harus dikumpulkan.

Peraga 1 Kata Kunci Pengertian Audit Bahan bukti (evidence) Kriteria yang dibangun

(2)

2

Permasalahan yang mengemuka terkait bukti audit adalah kualitas bukti. Kenyataan adanya bukti transaksi fiktif, bukti transaksi asli dengan nilai yang diperbesar (mark-up), dan bukti dokumen transaksi asli tetapi nilai barang atau jasa yang diterima lebih kecil dari yang seharusnya, menunjukkan betapa pentingnya kualitas bukti audit untuk mendukung opini audit. Secara mendasar, kualitas bukti audit terkait dengan relevansi serta reliabilitas bukti audit. Jenis Bukti Audit

Secara sederhana, bukti audit menunjukkan aneka informasi yang dimanfaatkan auditor dalam rangka memperoleh keyakinan yang memadai untuk memberikan pendapat tentang kewajaran laporan keuangan. Boynton dan Johnson (2012) mengelompokkan bukti audit ke dalam dua kelompok besar yakni catatan akuntansi dan informasi lainnya (lihat Peraga 2).

Peraga 2 Jenis Bukti Audit

Bukti dalam pencatatan akuntansi tersebut adalah bukti yang tersedia dalam sistem akuntansi dalam melaksanakan proses bisnis dari awal siklus bisnis dimulai sampai dengan diakhirinya siklus bisnis tersebut. Misalnya, pada siklus akuntansi penjualan dan penerimaan kas, bukti diselusuri mulai dari adanya dokumen pesanan penjualan sampai dengan dokumen penerimaan kas oleh perusahaan. Contoh lainnya adalah bukti permintaan penjualan dari pelanggan, pesanan penjualan, dan bukti pengiriman barang. Kompetensi bukti akuntansi sebagai bukti audit yang dapat meyakinkan auditor tergantung pada efektivitas pengendalian intern pada siklus tersebut. Bukti akuntansi ini pada umumnya digunakan oleh auditor pada tahap pengujian transaksi atas asersi manajemen. Misalnya, untuk membuktikan asersi keterjadian transaksi penjualan pada catatan akuntansi digunakan dokumen faktur penjualan.

Bukti audit yang termasuk informasi lainnya adalah bukti yang tidak dihasilkan dari sistem akuntansi. Informasi ini antara lain dihasilkan sendiri oleh auditor untuk membuktikan kewajaran atas saldo pada akun neraca. Misalnya, nilai persediaan di neraca ditelusuri dengan cara inventarisasi fisik persediaan.

Agak berbeda dengan Boynton, Arens (2006) mengidentifikasi tipe bukti yakni physical examination, confirmation, documentation, analytical procedures, inquires of the client, recalculation, reperformace, dan observation. Dengan pengelompokan jenis bukti ini, Arens lebih menekankan pada prosedur mengumpulkan bukti, sedangkan Boynton dan Johnson menekankan pada objek dari bukti itu sendiri.

(3)

3

Bukti audit tersebut dapat juga diklasifikasikan sebagai bukti input/masukan, bukti proses, dan bukti output/keluaran. Bukti masukan adalah bukti/dokumen sumber yang akan diproses menjadi laporan keuangan, seperti faktur, dokumen transaksi lainnya termasuk catatan pengendalian intern. Bukti proses adalah bukti hasil dari proses pencatatan, seperti jurnal, buku pembantu, dan buku besar. Bukti keluaran adalah bukti yang berhubungan dengan laporan keuangan.

Perlu dipahami bahwa auditor memberikan pendapat terhadap kewajaran laporan keuangan sebagai keluaran dan bukan memberikan pendapat terhadap masukan dan proses (meskipun penting bagi audtior menilai pengendalian internal). Tampaknya, bukti keluaran lebih penting daripada bukti masukan dan bukti proses. Namun demikian, pendekatan yang dilakukan auditor adalah pendekatan sistem dengan terlebih dahulu melakukan pengujian terhadap masukan dan proses dan dilanjutkan dengan pengujian keluaran. Dengan pendekatan ini, audit dapat dilakukan lebih efektif dan efisien yakni mencakup pemahaman pengendalian internal, pengujian pengendalian, pengujian transaksi, pengujian analisis, dan pengujian atas saldo akhir pada akun laporan keuangan.

Kualitas Bukti Audit

Standar audit ketiga dalam standar audit lapangan menyebutkan bahwa bukti yang cukup dan kompeten harus dikumpulkan oleh auditor agar menumbuhkan keyakinan untuk memberikan pendapat. Arens (2010) menyatakan:”The two determinants of the persuasiveness of evidence are

appropriateness and sufficiency…” Bukti meyakinkan harus memenuhi unsur kualitas

(appropriateness) dan kuantitas (sufficiency), sedangkan kualitas bukti audit harus memenuhi relevansi dan reliabilitas. Ini senada dengan AU Section 26 “Audit Evidence” yang menyebutkan bahwa: "The auditor must obtain sufficient appropriate audit evidence by performing audit procedures to afford a reasonable basis for an opinion regarding the financial statements under audit." Kriteria bukti audit dapat ditunjukkan pada Peraga 3.

Peraga 3 Kriteria Bukti Audit yang Meyakinkan

Kriteria Bukti Audit: Relevansi

Relevansi atau kesesuaian bukti audit artinya adalah bahwa bukti audit yang dikumpulkan relevan dengan yang akan dibuktikan yaitu kewajaran laporan keuangan. Suatu laporan keuangan dikatakan wajar apabila memenuhi syarat yaitu elemen laporan keuangan sudah disusun lengkap, laporan keuangan didukung oleh bukti yang lengkap, dan laporan keuangan disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang diterima umum.

bukti yang

meyakinkan

berkualitas

relevansi

reliabilitas

kecukupan

kuantitas

(4)

4

Kewajaran laporan keuangan tersebut dinyatakan oleh manajemen dalam bentuk asersi manajemen tentang laporan keuangan. Asersi manajemen meliputi lima aspek existence or occurance, completeness, rights and obligations, valuation or allocation, presentation and disclosure (Boynton dan Johnson (2006)). Auditor akan menentukan tujuan audit dari asersi manajemen tersebut, yakni tujuan audit transaksi, tujuan audit saldo akhir, dan tujuan audit pengungkapan. Bukti audit yang relevan terkait dengan ketiga kategori tujuan audit tersebut. Bukti faktur penjualan bisa sesuai untuk pembuktian keterjadian (occurrance), tetapi tidak sesuai untuk pembuktian kelengkapan (completeness). Sebaliknya bukti jurnal sesuai untuk pembuktian kelengkapan, tetapi tidak sesuai untuk pembuktian keterjadian. Masing-masing bukti juga memiliki tingkat kesesuaian yang berbeda untuk setiap tujuan audit yang akan dibuktikan. Dengan memahami tujuan audit dan sifat masing-masing bukti dapat disusun kesesuaian jenis bukti dengan tujuan audit (lihat Peraga 4).

Peraga 4 Kesesuaian Jenis Bukti dengan Tujuan Audit

Jenis bukti Tujuan audit Detail tie-in Keter jadian Keleng

kapan Akurasi Klasifikasi Pisah Batas Nilai Realisasi Hak dan Kewajiban Pemeriksaan fisik x x x x Konfirmasi x x x x x Dokumentasi x x x x x x Observasi x Wawancara x x x x x Analitis x x x x x Rekalkulasi x x x x

Dalam penerapan audit, satu tujuan dapat menggunakan jenis bukti yang berbeda. Jenis bukti yang berbeda ini memiliki kualitas yang berbeda pula. Misalnya, untuk tujuan keterjadian piutang usaha, bukti audit yang memiliki kualitas paling tinggi adalah konfirmasi. Bukti audit lainnya yang sesuai, namun memiliki kualitas yang lebih rendah adalah dokumentasi. Kesesuaian jenis bukti audit dengan jenis pengujian dapat ditunjukkan pada Peraga 5.

Peraga 5 Kesesuaian Jenis Bukti dengan Jenis Pengujian

Jenis bukti Jenis Pengujian Pemahaman Pengendalian Intern Pengujian Pengendalian Intern Pengujian Transaksi Pengujian Analitis Pengujian Saldo Pemeriksaan fisik x Konfirmasi x Dokumentasi x x x x x Observasi x x Wawancara x x Analitis x Rekalkulasi x x

(5)

5 Kriteria Bukti Audit: Reliabilitas

Reliabilitas bukti audit meningkatkan tingkat keyakinan auditor dalam menilai kewajaran laporan keuangan. Reliabilitas dipengaruhi oleh enam faktor yaitu independensi penyedia data, efektivitas pengendalian intern, data yang langsung diperoleh auditor, kualifikasi penyedia data, tingkat objektivitas, dan saat pembuktian (lihat Peraga 6).

Peraga 6 Faktor yang Mempengaruhi Reliabilitas

 Independensi penyedia data adalah penyedia data tidak bisa dipengaruhi oleh pihak manajemen. Bukti yang berasal dari luar perusahaan, seperti faktur pembelian, lebih tinggi reliabilitasnya karena menyangkut dua entitas yang memiliki kepentingan yang berbeda terhadap dokumen tersebut. Kesalahan dalam dokumen yang menguntungkan satu pihak akan merugikan pihak lainnya, oleh karenanya dokumen itu direviu mereka. Berbeda halnya dengan dokumen internal, oleh sepihak, atau tidak melibatkan dua pihak yang independen. Contohnya faktur penjualan. Manajemen dapat saja memperbesar nilai penjualan dalam faktur tersebut. Dalam hal ini, manajemen tidak independen dalam membuat dokumen tersebut.

 Informasi yang berasal dari internal perusahaan memiliki tingkat reliabilitas yang berbeda. Informasi/bukti internal yang dihasilkan dari sistem yang memiliki pengendalian intern kuat memiliki tingkat reliabilitas yang relatif lebih tinggi daripada yang pengendalian internnya lemah. Implikasinya, efektivitas pengendalian intern akan menjaga reliabilitas data internal karena sudah melalui prosedur yang teruji.

 Data yang langsung diperoleh auditor melalui pengujian fisik, observasi, rekalkulasi, dan inspeksi memiliki tingkat reliabilitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan bukti yang diperoleh dari pihak lain.

Rel iab ili tas independensi penyedia data efektivitas pengendalian intern

data yang langsung diperoleh auditor kualifikasi penyedia data

tingkat objektivitas

(6)

6

Data yang diperoleh langsung dari sumbernya disebut sebagai data primer. Data yang diperoleh secara tidak langsung, seperti laporan, merupakan data sekunder yang mungkin saja disajikan secara bias.  Data yang diperoleh dari pihak yang memiliki kualifikasi yang tinggi, seperti data profesi dokter, arsitek,

dan bank lebih dapat dipercaya. Alasan yang melatarbelakanginya adalah bahwa pihak berkualifikasi tinggi memiliki akurasi informasi yang lebih baik dan dapat diterima oleh pihak lain. Para profesional ini biasanya tergabung pada organisasi profesi yang memiliki standar kerja, etika kerja, dan tanggung jawab kepada publik.

 Reliabilitas data juga dipengaruhi oleh tingkat objektivitas, seperti hasil konfirmasi, pemeriksaan fisik, dan saldo bank dari rekening koran. Beda halnya dengan data subjektif, misalnya hasil wawancara, yang dapat memiliki makna berbeda.

 Saat pembuktian (timing) juga mempengaruhi tingkat reliabilitas data. Data untuk membuktikan saldo dalam neraca akan lebih tinggi reliabilitasnya bila diperoleh mendekati tanggal neraca. Contoh, pelaksanaan audit persediaan di neraca per 31 Desember dilakukan mendekati tanggal 31 Desember akan memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi.

Jenis bukti dikaitkan dengan kriteria reliabilitas dapat diikhtisarkan sebagai berikut (Peraga 7). Peraga 7 Tingkat Reliabilitas Bukti Berdasarkan Jenis Bukti Audit

Jenis bukti Kriteria Reliabilitas Independensi Penyedia Bukti Efektivitas Pengendalian Intern Diperoleh Langsung Auditor Kualifikasi

Penyedia Data Objektivitas

Pemeriksaan fisik Tinggi Variasi Tinggi Tinggi Tinggi

Konfirmasi Tinggi N/A Rendah Tinggi Tinggi

Dokumentasi Variasi Variasi Rendah Variasi Tinggi

Analitis Tinggi/rendah Variasi Rendah Tinggi Rendah

Wawancara rendah N/A Rendah Variasi Variasi

Rekalkulasi Tinggi Variasi Tinggi Tinggi Tinggi

Pelaksanaan kembali Tinggi variasi Tinggi Tinggi Tinggi

Observasi tinggi Variasi Tinggi Tinggi Sedang

Sumber:

Arens, Alvin A., Randal J. Elder, dan Mark S. Beasley. 2012. Auditing and Assurance Services: An integrated approach. Fourteenth Edition. England: Pearson Education Limited. Hal. 205.

Akhir

Pemahaman auditor atas kualitas berbagai bukti audit sangat penting dalam meningkatkan efektivitas dan efisiensi audit. Dengan pemahaman ini auditor dapat memilih jenis bukti yang meyakinkan dirinya dapat mengambil simpulan agar opininya tepat. Terdapat dua faktor yang mempengaruhi kualitas bukti audit yaitu relevansi dan reliabilitas. Relevansi dapat dihubungkan dengan tujuan audit dan jenis pengujian, sedangkan reliabilitas bukti audit ditunjukkan oleh independensi penyedia data, efektivitas pengendalian intern, data yang

(7)

7

langsung diperoleh auditor, kualifikasi penyedia data, tingkat objektivitas, dan saat pembuktian yang tepat. Sudah sewajarnya, auditor memperoleh bukti kuat untuk meyakinkan dirinya memberikan opini yang tepat. Hal ini senada International Standard on Auditing 500 Audit Evidence

bahwa “The auditor shall design and perform audit procedures that are appropriate in the circumstances for the purpose of obtaining sufficient appropriate audit evidence.” Dalam rangka meyakinkan dirinya akan bukti audit yang memadai ia harus mendesain dan melaksanakan rangkaian prosedur audit yang sesuai. Dengan dukungan bukti audit yang berkualitas dan memadai itulah opini menjadi lebih “bersinar”.

Bahan Bacaan

1) Arens, Alvin A., Randal J. Elder, dan Mark S. Beasley. 2012. Auditing and Assurance Services: An integrated approach. Edisi ke-14. England: Pearson Education Limited.

2) Boynton, William C. & Johnson Raymond. 2006. Modern Auditing. Edisi ke-8. United States of America: John Wiley & Sons, Inc.

3) Audit Evidence. http://www.aicpa.org/Research/Standards/AuditAttest/DownloadableDocuments/AU-00326 (diambil September 2014).

4) Audit Evidence. http://www.ifac.org/sites/default/files/downloads/a022-2010-iaasb-handbook-isa-500 (diambil September 2014).

5) Elder, J. Randal, Mark S. Beasley, Alvin A. Arens. 2010. Auditing and Assurance Services: An integrated approach. Edisi ke-13. New Jersey: Pearson Education Limited.

Referensi

Dokumen terkait

Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial adalah untuk bersosialisasi. Orang yang yang pernah berkomunikasi dengan oranglain bisa dipastikan tidak. mampu bersosialisasi di

Jika harga strike lebih tinggi dari harga saham maka nilai opsi jual merupakan selisih dari harga strike dengan harga saham, sehingga opsi jual dapat dibedakan menjadi tiga

interaktif yang telah dikembangkan berdasarkan penilaian ahli dan praktisi telah dinyatakan valid, dengan profil sebagai berikut, Multimedia pembelajaran

anorganik Pembawa organik Dasar salep pembawa Larutan Bolus Kalsium karbonat Magnesium oksida Natrium hidrogen karbonat Talk Fruktosa Glukosa Laktosa Sakarosa Sorbitol

Ibnu Katsir menjelaskan bahwa Allah menciptakan manusia dalam bentuk makhluk yang paling sempurna dari segi bentuk dan rupanya. setiap manusia yang dilahirkan di bumi adalah

Aspek-aspek yang dinilai serta taburan markah untuk menentukan tahap kecemerlangan akademik dalam bidang- bidang di atas (perkara 3.1) adalah seperti di Muka surat 11 - 16

[r]

Pergerakan tenaga kerja dari desa ke kota yang terjadi karena faktor tarikan (pull factor) yang lebih dominan, akan berdampak positif karena menambah kesempatan kerja.