• Tidak ada hasil yang ditemukan

Formulasi Deterjen Berbahan Aktif Etil Ester Sulfonat dari Minyak Biji Ketapang (Terminalia cattapa) dengan Penambahan Enzim Papain

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Formulasi Deterjen Berbahan Aktif Etil Ester Sulfonat dari Minyak Biji Ketapang (Terminalia cattapa) dengan Penambahan Enzim Papain"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

DO NOT COPY

Formulasi Deterjen Berbahan Aktif Etil Ester Sulfonat dari Minyak Biji Ketapang (Terminalia cattapa) dengan Penambahan Enzim Papain

Moch. Chasani, Purwati, Senny Widyaningsih, Bina Larasati Program Studi Kimia MIPA, Fakultas Sains dan Teknik

Universitas Jenderal Soedirman ABSTRAK

Enzim papain merupakan salah satu enzim protease yang dapat dijadikan sebagai additive pada formulasi deterjen. Protease dalam deterjen secara spesifik membantu menghilangkan protein yang menodai pakaian. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh penambahan enzim papain terhadap karakteristik deterjen berbahan aktif etil ester sulfonat dari minyak biji ketapang (Terminalia cattapa). Karakteristik deterjen yang ditentukan meliputi: Bahan tidak larut dalam air, Stabilitas emulsi, dan Stabilitas busa. Hasil penelitian merupakan bahan tidak larut dalam air dari deterjen tanpa papain dan deterjen dengan konsentrasi papain 1, 3, 5, 7, dan 9% (b/b) berturut-turut sebesar 6; 6; 5; 4; 5, dan 4%. Stabilitas emulsi deterjen tanpa papain dan deterjen dengan konsentrasi papain 1, 3, 5, 7, dan 9% (b/b) berturut-turut adalah 93,05; 90,20; 90,70; 94,55; 94,60 dan 96,05% dan Stabilitas busa deterjen tanpa penambahan papain dan deterjen enzimatik dengan penambahan konsentrasi papain 1, 3, 5, 7, dan 9% (b/b) berturut-turut adalah 83,33; 70,00; 78,33; 78,59; 73,64, dan 77,50%. Penambahan enzim papain pada deterjen hasil formulasi menggunakan surfaktan etil ester sulfonat dari minyak biji ketapang berpengaruh terhadap karakteristik deterjen yang meliputi bahan tidak larut dalam air, stabilitas emulsi, dan stabilitas busa Kata kunci: Deterjen, Terminalia cattapa, papain.

ABSTRACT

Papain enzym is a type of protease enzym that can be utilised as an addive in the formulation of detergents. Protease in detergents may specifically assist the removal of stains on clothes. In this research, the effect of addition of papain enzym to the characteristics of ethyl esthersulphonate detergent prepared from Terminalia cattapa was investigated. It was found that the addition of papain enzym affected the detergent characteristics, such as solubility, emulsion stability, and foam stability.

(2)

DO NOT COPY

PENDAHULUAN

Minyak biji ketapang akhir-akhir ini sudah mulai banyak dikembangkan, seperti Ilmiyatin (2011) telah membuat deterjen dari minyak biji ketapang sebagai bahan baku surfaktan namun deterjen tersebut masih banyak me-ngandung di-salt yang akan meng-ganggu kinerja etil ester sulfonat (EES). Hal ini mendorong peneliti lain melakukan kajian lanjutan. Penelitian oleh Chasani, dkk (2012) telah berhasil mengurangi produksi di-salt dengan penambahan etanol dan telah berhasil memformulasi deterjen EES murni dan diperoleh data bahwa formulasi deterjen paling optimum diperoleh dengan kadar EES murni 20 %.

Formulasi pada pembuatan deterjen tidak lepas dari penambahan bahan aditif untuk meningkatkan kualitas deterjen yang dihasilkan. Menurut Kumar (1998) sebanyak 29% dari pemasaran global enzim dikuasai oleh industri deterjen untuk digunakan sebagai bahan additif. Enzim papain merupakan salah satu enzim protease yang dapat dijadikan sebagai additif. Kamelia, dkk (2005) menyebutkan bahwa protease adalah enzim yang menguasai 60% pemasaran enzim di dunia yang banyak diaplikasikan dalam industri makanan, industri kulit, industri farmasi, dan industri deterjen. Penghilangan kotoran berprotein oleh deterjen nonenzimatik menimbulkan noda permanen yang disebabkan oksidasi dan denaturasi akibat pe-mutihan dan pengeringan (Hasan et al.,

2010). Protease dalam deterjen secara spesifik membantu menghilangkan protein yang menodai pakaian seperti noda darah dan telur.

Menurut Sumarlin et al. (2011) enzim papain termasuk sistein protease golongan endopeptidase dimana papain

dapat memecah protein pada tempat-tempat tertentu dalam molekul protein. Penelitian ini telah mengkaji karak-terisasi deterjen berbahan dasar Etil Ester Sulfonat (EES) minyak biji ketapang dengan penambahan enzim papain. Formulasi deterjen dengan pe-nambahan enzim papain diharapkan dapat mengangkat kotoran berprotein dan berlemak pada kain lebih sempurna. METODE PENELITIAN

Bahan penelitian

Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah EES murni dari minyak biji ketapang, etanol, xylena, Natrium karbonat (NaCO3), STPP (Sodium tripolyphosphate), SLS (Sodium Lauril Sulphate), CMC (Carboxymethyl celulose), akuades, Natrium sulfat (Na2SO4), Natrium Silikat (NaSiO3), Enzim papain, deterjen komersial A, deterjen komersial B, parfum.

Alat Penelitian

Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah alat-alat gelas, seperangkat alat refluk, seperangkat alat destilasi, pH meter, magnetic stirer, oven, termometer, kertas saring, alumunium foil.

Prosedur formulasi deterjen tanpa penambahan enzim papain

Formula deterjen yang digunakan diadopsi dari formula Tyas (2012) seperti terlihat pada Tabel 3.1 dengan kadar EES murni 20%. Formulasi de-terjen tanpa penambahan enzim digu-nakan sebagai kontrol dalam penelitian ini. Suhu pencampuran yang diguna-kan pada proses pembuatan deterjen adalah 60-70οC. Produk deterjen bubuk kemudian dikarakterisasi.

(3)

DO NOT COPY

Tabel 3.1. Formula detergen

Bahan Baku Formula % Massa (g) Surfaktan EES 20 20 STPP 15 15 Natrium karbonat 15 15 Natrium sulfat 15 15 Natrium silikat 7 7 SLS 6 6 CMC 3 3 Parfum 1 1 Air 15 15

Prosedur formulasi deterjen dengan penambahan enzim papain

Formulasi deterjen dengan variasi penambahan enzim papain dibuat dengan konsentrasi enzim papain yang ditambahkan sebesar 1, 3, 5, 7, dan 9% (b/b) ke dalam formulasi pada Tabel di atas. Suhu pencampuran yang digunakan pada proses pembu-atan deterjen adalah 60-70οC. Produk deterjen bubuk kemudian dikarakteri-sasi.

Karakterisasi Deterjen

Karakterisasi deterjen hasil formulasi meliputi:

Bahan tidak larut dalam air (SNI 06-4594-1998), stabilitas emulsi (ASTM 1436, 2000), dan stabilitas busa (Hui,1996)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pembuatan deterjen enzimatis dalam penelitian ini menggunakan variasi konsentrasi enzim papain yaitu 1, 3, 5, 7, dan 9%. Deterjen tanpa

penambahan enzim papain dibuat sebagai kontrol. Perbedaan penggunaan konsentrasi enzim papain dalam formulasi bertujuan untuk mengetahui tingkat konsentrasi enzim papain yang mampu menghasilkan karakteristik deterjen bubuk paling baik.

Bahan Tidak Larut Air

Pengukuran bahan tidak larut dalam air dilakukan untuk mengetahui kemampuan kelarutan deterjen bubuk dalam air dan kandungan benda asing yang terdapat dalam deterjen bubuk hasil formulasi. Berdasarkan Gambar 1, hasil uji bahan tidak larut dalam air untuk deterjen tanpa papain dan deterjen dengan konsentrasi papain 1, 3, 5, 7, dan 9% (b/b) secara berturut-turut sebesar 6, 6, 5, 4, 5, dan 4%. Deterjen komersial A dan B memiliki jumlah bahan tidak larut dalam air berturut-turut adalah 4% dan 2%. Menurut SNI jumlah bahan tidak larut dalam air untuk deterjen bubuk tidak boleh melebihi 1%. Berdasarkan data Gambar 1 menunjukkan semua deterjen enzimatik dan komersial tidak memenuhi nilai SNI.

Secara umum nilai bahan tidak larut dalam air turun seiring naiknnya konsentrasi papain yang ditambahkan. Menurut Aprillia (2013) enzim papain memiliki sifat mudah larut dalam air. Hal ini dapat meningkatkan kelarutan deterjen dalam air sehingga nilai bahan tidak larut dalam air deterjen enzimatik rata-rata semakin kecil seiring naiknnya konsentrasi papain yang ditambahkan.

(4)

DO NOT COPY

Gambar 1. Grafik bahan tidak larut air

deterjen enzimatik dan komersial

Stabilitas Emulsi

Pengujian stabilitas emulsi dila-kukan untuk menguji kemampuan sur-faktan sebagai salah satu bahan pe-nyusun deterjen bubuk dalam memper-tahankan emulsi air-xylene. Berdasar-kan hasil penelitian pengujian stabilitas emulsi deterjen hasil formulasi dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Grafik stabilitas emulsi deterjen enzimatik dan komersial

Berdasarkan Gambar 2 hasil uji stabilitas emulsi untuk deterjen tanpa papain dan deterjen dengan konsentrasi papain 1, 3, 5, 7, dan 9% (b/b) secara

berturut-turut adalah 93,05, 90,20, 90,70, 94,55, 94,60, dan 96,05%. Deterjen komersial A dan B memiliki nilai stabilitas emulsi sebesar 96,04%, dan 95,02%. Deterjen dengan kon-sentrasi papain 9% memiliki stabilitas emulsi paling tinggi.

Stabilitas Busa

Hasil pengukuran stabilitas busa deterjen tanpa penambahan papain dan deterjen enzimatik dengan penam-bahan konsentrasi papain 1, 3, 5, 7, dan 9% (b/b) secara berturut-turut adalah 83,33, 70,00, 78,33, 78,59, 73,64, dan 77,50%. Berdasarkan hasil penelitian pengukuran stabilitas busa dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Grafik stabilitas busa deterjen enzimatik dan komersial

Standar menurut SNI untuk larutan deterjen bubuk pada kon-sentrasi 10-20% (b/b) memiliki nilai stabilitas busa antara 60-80%. Gambar 4.4 menunjukkan bahwa deterjen enzimatik dengan penambahan papain 1, 3, 5, 7, dan 9% memenuhi standar SNI, sedangkan deterjen tanpa penam-bahan enzim dan deterjen komersial tidak memenuhi standar SNI.

0.0% 2.0% 4.0% 6.0% 8.0% Bahan tidak larut air papain 1% papain 3% papain 5% papain 7% papain 9% 87.00% 88.00% 89.00% 90.00% 91.00% 92.00% 93.00% 94.00% 95.00% 96.00% 97.00% Stabilitas emu lsi papain 1% papain 3% papain 5% papain 7% papain 9% 60.00% 65.00% 70.00% 75.00% 80.00% 85.00% St ab ilit as b u sa papain 1%papain 3% papain 5% papain 7% papain 9%

(5)

DO NOT COPY

KESIMPULAN

Penambahan enzim papain pada deterjen hasil formulasi menggunakan surfaktan etil ester sulfonat dari minyak biji ketapang berpengaruh terhadap karakteristik deterjen yang meliputi bahan tidak larut dalam air, stabilitas emulsi, dan stabilitas busa. DAFTAR PUSTAKA

Antania, M.D.,( 2012), Pemurnian dan Karakterisasi Surfaktan Etil Ester Sulfonat (EES) dari Minyak Biji Ketapang (Terminalia cattappa),

Skripsi, Fakultas Sains dan Teknik, MIPA UNSOED,

Purwokerto. (Tidak Dipublikasikan)

ASTM D 1436, (2000), Standard Test Methods for Surface and Interfacial Tension of Solutions of Surface-Active Agents, Annual Book of ASTM standards, Vol 15.04. Easton, MD, USA.

Attwood, D., and A. T Florence, (1983), Surfactant System : Their Chemistry Pharmacology and Biology, Champan and Hall, New York.

Chasani, M. Senny, W, Purwati. (2012). Optimasi Kualitas dan Daya Kerja Produk

Deterjen Berbahan Dasar Minyak Biji Ketapang (Terminalia catappa) yang Ramah Lingkungan. Laporan Penelitian. UNSOED

Hasan, F., A.A. Shah, S. Javed, and A.

Hameed, Enzymes Used in

Detergents: Lipases, Faculty of Biological Science, Quaid-i-Azam University, Pakistan.

Sumarlin, L.O., S Nurbayti, dan F Syifa, (2011), Penghambatan Enzim Pemecah Protein (Papain) oleh Ekstrak Rokok, Minuman Beralkohol dan Kopi Secara In Vitro, Valensi Vol.2 (3), 449-458. Tyas, I.A., (2012), Pembuatan dan

karakterisasi Deterjen dengan Bahan Aktif Surfaktan Etil Ester Sulfonat (EES) Hasil Pemurnian dari Minyak Biji Ketapang (Terminalia Catappa), Skripsi, Fakultas Sains dan Teknik, MIPA UNSOED, Purwokerto. (Tidak Dipublikasikan).

Ilmiyatin, S., (2011), Pembuatan dan Karakterisasi Deterjen dengan Bahan Aktif Surfaktan Etil Ester Sulfonat (EES) dari Minyak Biji Ketapang (Terminalia Catappa),

Skripsi, Fakultas Sains dan Teknik, MIPA UNSOED,

Purwokerto. (Tidak Dipublikasikan)

Kumar CG, Malik RK, Tiwari MP, (1998). Novel enzyme-based detergents: An Indian perspective. Curr. Sci. 75: 1312-1318.

SNI, (1998), Metil Ester, Badan Standarisasi Nasional, Standar Nasiona Indonesia, 06-4594-1998.

Gambar

Tabel 3.1. Formula detergen   Bahan Baku  Formula   %  Massa  (g)  Surfaktan EES  20  20  STPP  15  15  Natrium karbonat  15  15  Natrium sulfat  15  15  Natrium silikat  7  7  SLS  6  6  CMC  3  3  Parfum  1  1  Air  15  15
Gambar 3. Grafik stabilitas busa deterjen  enzimatik dan komersial

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis dengan menggunakan Metode Biomonitoring berdasarkan Famili Biotik Indeks dan BISEL Biotik Indeks dan pengukuran parameter fisik dan kimia menunjukkan,

pemabahasan: 1) Seruan kepada segenap pemimpin-pemimpin Muhammadiyah, 2) Beberapa akhlaq yang harus dipakai oleh setiap mukmin, dan bagian ini terbagi lagi kedalam:

Penelitian ini bertujuan untuk mem- bandingkan kualitas sifat fi sik ransum komplit bentuk wafer yang dibuat pada berbagai komponen hijauan dengan lama penyimpanan yang

Abu merupakan bahan anorganik yang tidak dapat dibakar dari sumber bahan bakar yang tersisa setelah melalui pembakaran sempurna dan mengandung. fraksi mineral dari

Dalam hal ini penulis menggunakan dua metode perhitngan, yaitu Chi Square dan Skala Likerts, dimana hasil yang diperoleh dari kedua metode tersebut menyimpulkan bahwa konsumen

peranan pembelajaran sosiologi dalam mencegah kenakalan remaja (studi terhadap siswa sma negeri di kota bandung).. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Program Ekstensi Sarjana Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Sumatera Utara, Medan.. “ Penggunaan Meltodekstroin Hasil Hidrolisis Pati Pisang pada Formulasi Sediaan Orally

Rhizobacteri merupakan asosiasi bakteri yang bisa hidup pada perakaran tanah dan menghasilkan ZPT atau senyawa osmotoleran sehingga tahan terhadap cekaman kekeringan,