• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Mind Mapping untuk meningkatkan prestasi belajar siswa di SMA Negeri 10 Yogyakarta tahun ajaran 2018/2019 - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Mind Mapping untuk meningkatkan prestasi belajar siswa di SMA Negeri 10 Yogyakarta tahun ajaran 2018/2019 - USD Repository"

Copied!
194
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MIND MAPPING

UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SEJARAH SISWA DI SMA NEGERI 10 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2018/2019

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Sejarah

Disusun Oleh: Yuditia Widiyono

141314042

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

ii

SKRIPSI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MIND MAPPING

UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SEJARAH SISWA DI SMA

NEGERI 10 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2018/2019

Oleh : Yuditia Widiyono Nim : 141314042

Telah disetujui oleh :

Dosen Pembimbing I

Tanggal, 20 Desember 2018

Drs. Y.R. Subakti, M. Pd.

Dosen Pembimbing II

Tanggal, 20 Desember 2018

(3)

iii

SKRIPSI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MIND MAPPING

UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SEJARAH SISWA DI SMA NEGERI 10 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2018/2019

Dipersiapkan dan ditulis oleh Yuditia Widiyono NIM : 141314042

Telah dipertahankan di depan panitia penguji

pada tanggal, 16 Januari 2019 dan dinyatakan memenuhi syarat Susunan Panitia Penguji

Nama lengkap Tanda tangan

Ketua : Ignatius Bondan Suratno, S.Pd, M.Si. …...

Sekretaris : Dra. Theresia Sumini, M.Pd. ...

Anggota : Drs. Yohanes Rasul Subakti, M.Pd. ...

Anggota : Dra. Theresia Sumini, M.Pd. ...………….

Anggota : Hendra Kurniawan, M.Pd. ...…………

Yogyakarta, 16 Januari 2019

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma

Dekan,

(4)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Dengan segenap rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, Skripsi ini saya persembahan kepada :

(5)

v

MOTO

“Aku Senantiasa memandang kepada Tuhan; karena Ia berdiri disebelah kananku, aku tidak goyah.

( Mazmur 16 : 8)

(6)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 16 Januari 2019 Penulis,

(7)

vii

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Yuditia Widiyono NIM `: 141314042

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MIND

MAPPING UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SEJARAH SISWA DI SMA NEGERI 10 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2018/2019 ”

Dengan demikian, saya memberikan hak kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma untuk menyimpan, untuk mengalihkan dalam bentuk media lain dan mempublikasikannya di internet untuk kepentingan akademis tanpa perlu ijin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini, saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal 16 Januari 2019

Yang menyatakan,

(8)

viii

ABSTRAK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MIND MAPPING

UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SEJARAH SISWA DI SMA NEGERI 10 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2018/2019

Yuditia Widiyono Universitas Sanata Dharma

2019

Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan peningkatan prestasi belajar sejarah siswa setelah menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Mind Mapping

Metode penelitian yang digunakan yaitu Penelitian Tindakan Kelas (PTK) model Kemmis dan Mc Taggart yang dilaksanakan dalam dua siklus dengan empat tahapan yang terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X IPS 2 SMA Negeri 10 Yogyakarta sebannyak 29 siswa. Objek penelitian ini adalah prestasi belajar sejarah siswa dan model pembelajaran kooperatif tipe Mind Mapping. Instrumen penelitian menggunakan lembar observasi, tes dan wawancara. Analisis data menggunakan deskriptif komparatif dengan persentase.

Hasil penelitian menunjukan bahwa terjadi peningkatan prestasi belajar siswa dapat dilihat dari nilai rata-rata keadaan awal 69,79 menjadi 74,21 pada siklus I. Pada siklus II terjadi peningkatan yang dilihat dari rata-rata siklus I 74,21 menjadi 82,21. Dilihat dari segi KKM pada kegiatan awal siswa yang mencapai KKM 14 siswa (48,28%), Siklus I mengalami peningkatan jumlah siswa yang mencapai KKM sebanyak 19 siswa (65,52%), pada Siklus II mengalami peningkatan jumlah siswa yang mencapai KKM sebanyak 24 siswa (82,76%).

(9)

ix ABSTRACT

THE IMPLEMENTATION OF A COOPERATIVE LEARNING MODEL USING MIND MAPPING TO IMPROVE THE STUDENTS’ HISTORY

LEARNING ACHIEVEMENT IN SMA NEGERI 10 YOGYAKARTA ACADEMIC YEAR 2018/2019

Yuditia Widiyono Sanata Dharma University

2019

The purpose of this research is to describe the improvement in the students’ achievement of learning history after the implementation of a cooperative learning model using Mind Mapping.

The research method used is Classroom Action Research (CAR) by Kemmis and McTaggart where two cycles are used in four steps which include planning, acting, observing and reflecting. The subject for this research are students from Social 2 Class 10 in SMA Negeri 10 Yogyakarta as many as 29 students. The object for this research is the students’ achievement in cooperative learning model type Mind Mapping. The instruments used are observation sheet, test and interview. The data is analyzed by comparative description using percentages.

The results showed that there wa an increase of learning achievement from the everage of initial state 69.79 becomes 74.71 in the first cycle. In the second cycle, there has been an improvement in the average score from 74.21 in the first cycle to 82.21. In terms of minimum score, at the beginning 14 students (48.28%) attain minimum score. In the first cycle, there has been an increase in which 19 students (65.52%) obtain minimum score. In the second cycle, there has been a greater improvement as 24 students (82.76%) attain minimum score.

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya skripsi yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe Mind Mapping Untuk Meningkatkan Prestasi Sejarah Belajar Siswa Di

SMA Negeri 10 Yogyakarta Tahun Ajaran 2018/2019” ini dapat terselesaikan dengan

baik. Bagi penulis, penyusunan skripsi ini telah memberikan banyak ilmu dan pengalaman yang sangat berguna dalam penyusunan karya ilmiah.

Penulis menyadari bahwa terselesaikanya skripsi ini tidak lepas dari bentuan

berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak

terima kasih kepada :

1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma

2. Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Sanata Dharma

3. Bapak Drs. A.K. Wiharyanto,M.M selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberi bimbingan dan arahan kepada penulis selama masa studi.

4. Bapak Drs. Y.R Subakti M.Pd selaku dosen pembimbing I yang telah membimbing dan memberi dukungan kepada penulis.

5. Ibu Dra. Theresia Sumini M.Pd dosen pembimbing II yang telah membimbing dan memberi dukungan kepada penulis.

6. Kepala Sekolah SMA Negeri 10 Yogyakarta yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

7. Ibu Ery selaku guru mata pelajaran Sejarah SMA Negeri 10 Yogyakarta yang telah memberikan izin dan waktu kepada penulis untuk melakukan penelitian.

8. Seluruh siswa kelas X IPS 2 SMA Negeri 10 Yogyakarta Tahun Ajaran 2018-2019 yang telah bekerjasama demi kelancaran penelitian.

9. Kedua orang tua, adik serta keluarga besar yang telah memberi dukungan, semangat dan doa kedapa penulis dalam pengerjaan skripsi.

10. Teman-teman Pendidikan Sejarah angkatan 2014

11. Dilla Aviola yang selalu memberi dukungan dan motivasi

(11)

xi

dari berbagai pihak demi menyempurnakan tugas akhir ini. Penulis berharap skripsi ini dapat berguna bagi semua pihak yang membaca.

Yogyakarta, 16 Januari 2019 Penulis,

(12)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Batasan Masalah ... 8

D. Rumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Masalah ... 8

F. Pemecahan Permasalahan ... 9

G. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II KAJIAN TEORI ... 11

A. Kajian Teori ... 11

1. Teori Kontruktivisme dalam Pembelajaran Sejarah... 11

2. Pembelajaran Kooperatif ... 14

3. Pengertian Belajar ... 16

4. Model Pembelajaran Mind Mapping ... 20

(13)

xiii

6. Pembelajaran Sejarah ... 27

7. Pengertian Prestasi ... 29

B. Materi Pembelajaran ... 31

C. Penelitian yang Relevan ... 31

D. Kerangka Berpikir ... 33

E. Hipotesis Tindakan... 35

BAB III METODE PENELITIAN ... 36

A. Jenis Penelitian... 36

B. Setting Penelitian ... 36

1. Tempat Penelitian ... 36

2. Waktu Penelitian ... 37

C. Subjek Penelitian... 37

D. Objek Penelitian ... 37

E. Difinisi Operasional Variabel Penelitian ... 37

F. Desain Penelitian... 39

G. Metode Pengumpulan Data ... 41

H. Instrumen Pengumpulan Data ... 42

1. Alat Pengumpulan Data ... 42

2. Validitas dan Realibilitas ... 43

I. Hasil Uji Coba Instrumen ... 45

J. Analisis Data ... 46

K. Prosedur Penelitian... 53

L. Indikator Keberhasilan ... 56

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 57

A. Hasil Penelitian ... 57

1. Kondisi Awal Pembelajaran Sejarah ... 57

2. Kondisi Awal Prestasi Belajar Sejarah ... 57

3. Siklus I ... 61

a. Perencanaan Tindakan ... 61

b. Pelaksanaan Tindakan ... 62

(14)

xiv

d. Refleksi... 75

4. Siklus II... ... 77

a. Perencanaan Tindakan ... 77

b. Pelaksanaan Tindakan ... 78

c. Observasi... 82

d. Refleksi ... 91

5. Komparasi Kegiatan Belajar dan Prestasi Belajar ... 92

B. Pembahasan ... 100

1. Kegiatan Belajar Siswa ... 100

2. Presentasi Belajar Siswa ... 102

3. Prestasi Belajar Siswa... 104

BAB V KESIMPULAN ... 108

A. Kesimpulan ... 108

B. Saran ... 109

DAFTAR PUSTAKA ... 110

(15)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Keterangan Penilaian Acuan PAP 1 ... 47

Tabel 2 Analisis Prestasi Belajar Sejarah Siswa ... 49

Tabel 3 Lembar Pengamatan kooperatif ... 50

Tabel 4 Kriteria Rentang Nilai Pengamatan Kooperatif ... 51

Tabel 5 Lembar Pengamatan Presentasi ... 51

Tabel 6 Keterangan Penilaian Acuan PAP 1 ... 52

Tabel 7 Indikator Keberhasilan Prestasi Belajar Sejarah ... 56

Tabel 8 Pengamatan On-Task ... 57

Tabel 9 Pengamatan Off-Task ... 57

Tabel 10 Data Pra Siklus Prestasi Belajar Sejarah ... 59

Tabel 11 Distribusi Frekuensi Pra Siklus Prestasi Belajar Sejarah ... 60

Tabel 12 Hasil Pengamatan Kooperatif Siswa Siklus I ... 67

Tabel 13 Kriteria Pengamatan Kooperatif Siswa Siklus I ... 68

Tabel 14 Kriteria Pengamatan Presentasi Siswa Siklus I ... 70

Tabel 15 Kriteria Pengamatan Presentasi Siswa Siklus I ... 71

Tabel 16 Data Prestasi Belajar Sejarah Siklus I ... 73

Tabel 17 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Sejarah Siswa pada Siklus I ... 74

Tabel 18 Hasil Pengamatan Kooperatif Siswa Siklus II ... 83

Tabel 19 Kriteria Pengamatan Kooperatif Siswa Siklus II ... 84

Tabel 20 Kriteria Pengamatan Presentasi Siswa Siklus II... 86

Tabel 21 Kriteria Pengamatan Presentasi Siswa Siklus II... 87

Tabel 22 Data Prestasi Belajar Sejarah Siklus II ... 89

Tabel 23 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Sejarah Siswa pada Siklus II... 90

Tabel 24 Komparasi Pengamatan Kooperatif Siswa pada Siklus I dan Siklus II ... 93

(16)

xvi

(17)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar I Kerangka Berfikir ... 34 Gambar II Desain Penelitian Tindakan Kelas Model Kemmis dan Mc

Taggart ... 40 Gambar III Grafik Distribusi Frekuensi Pra Siklus Prestasi Belajar

Sejarah ... 61 Gambar IV Grafik Pengamatan Kooperatif Siswa Siklus I ... 69 Gambar V Grafik Presentasi Keaktifan Siswa Siklus I ... 72 Gambar VI Grafik Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Sejarah Siklus I .. 75 Gambar VII Grafik Pengamatan Kooperatif Siswa Siklus II ... 85 Gambar VIII Grafik Presentasi Keaktifan Siswa Siklus II... 88 Gambar IX Grafik Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Sejarah Siklus II . 91 Gambar X Grafik Komparasi Pengamatan Kooperatif Siswa pada Siklus

I dan Siklus II ... 94 Gambar XI Grafik Komparasi Pengamatan Kooperatif Siswa pada Siklus

I dan Siklus II ... 95 Gambar XII Grafik Komparasi Pengamatan Kooperatif Siswa pada Pra

Siklus dan Siklus I ... 97 Gambar XIII Grafik Komparasi Pengamatan Kooperatif Siswa pada Siklus

(18)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lampiran Surat Izin Penelitian dari Universitas ... 104

Lampiran 2 Lampiran Surat Izin Penelitian dari KESBANGPOL ... 105

Lampiran 3 Lampiran Surat Izin Penelitian dari DISDIKPORA ... 106

Lampiran 4 Lampiran Surat Izin Penelitian dari SMA Negeri 10 Yogyakarta ... 107

Lampiran 5 Silabus ... 108

Lampiran 6 RPP Pertemuan ke 1 ... 127

Lampiran 7 RPP Pertemuan ke 2 ... 138

Lampiran 8 Kisi-kisi Soal ... 149

Lampiran 9 Lembar Soal Ulangan Harian ... 152

Lampiran 10 Hasil Penilaian Siklus I ... 158

Lampiran 11 Hasil Penilaian Siklus II ... 160

Lampiran 12 Data Validitas Instrumen PG ... 162

Lampiran 13 Uji Validitas ... 164

Lampiran 14 Uji Reliabilitas ... 167

Lampiran 15 Power point pembelajaran sumber sejarah ... 168

(19)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan salah satu cara bagi suatu bangsa untuk mencapai tujuan negara (welfare state). Pendidikan ditempuh oleh setiap orang tidak saja sebagai syarat untuk mendapatkan pekerjaan. Lebih dari itu, pendidikan ditempuh sebagai dasar bagi setiap orang sebagai upaya dalam mengangkat martabat manusia sebagai pribadi yang beradab. Pendidikan merupakan proses memanusiakan manusia dengan merubah pola pikir manusia agar menjadi lebih terbuka dengan wawasan yang didapatnya melalui ilmu yang dipelajarinya, anak-anak wajib menuntut ilmu disekolah. Sekolah memegang peranan penting dalam pendidika, sekolah pun mempunyai fungsi sebagai pusat pendidikan untuk pembentukan kepribadian anak. Sekolah sengaja disediakan atau dibangun khusus untuk tempat atau lembaga pendidikan kedua setelah keluarga dengan guru sebagai pengganti orang tua.1

Undang-undang SISDIKNAS No. 20 tahun 2003, menyebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi-potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

(20)

2

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.2 Sedangkan belajar sendiri dapat diartikan sebagai proses dimana setiap individu melakukan aktivitas yang menjadikan dirinya menjadi tahu, mengerti, memahami, dan bisa menciptakan sesuatu yang berkaitan dengan sesuatu yang dipelajarinya. Proses pembelajaran yang baik ialah pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student centre learning). Pembelajaran yang berpusat pada peserta didik tersebut mempunyai tujuan supaya peserta didik memperoleh kesempatan untuk membangun pengetahuannya sendiri sehingga mereka mendapatkan pengetahuan yang lebih luas dalam meningkatkan pengetahuannya. Pembelajaran yang berpusat pada peserta didik ini juga tidak berarti menghilangkan peran guru dalam kegiatan pembelajaran. Tujuan pengajaran sejarah di sekolah-sekolah menengah dalam rangka pembentukan karakter siswa, pembelajaran sejarah akan membangkitkan kesadaran empati (emphatic awarness) dikalangan siswa yakni sikap empati dan toleransi disertai kemampuan mental dan sosial untuk mengembangkan imajinasi dan sikap kreatif, inovatif, serta partisipasif.3

Prestasi belajar peserta didik yang tinggi merepresentasikan keberhasilan guru dalam menyampaikan materi kepada peserta didik dalam belajar mengajar. Apabila siswa memperhatikan dalam proses belajar mengajar, maka ia akan merasa bersemangat dan aktif dalam kelas, kemudian juga berpengaruh pada hasil akhirnya. Hal yang sama juga terjadi dalam

2 Undang-undang SISDIKNAS No. 20 tahun 2003.

(21)

3

pembelajaran, bila peserta didik faham terhadap materi pelajaran tersebut, maka akan berpengaruh pada prestasi belajarnya.4 Dalam kurikulum 2013, mata pelajaran sejarah tidak hanya diwajibkan bagi peserta didik di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) atau Madrasah Aliyah (MA) saja, melainkan juga diwajibkan bagi peserta didik di tingkat Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) atau Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK). Ketidak pahaman siswa akan pentingnya mata pelajaran sejarah membuat siswa enggan untuk mempelajari sejarah. Untuk itu, sangat penting bagi guru sebelum berbicara lebih jauh mengenai sejarah, siswa terlebih dahulu diberikan pemahaman betapa pentingnya mata pelajaran sejarah (historia magistra vitae). Ada beberapa komponen yang harus diperhatikan oleh guru dalam menyampaikan materi pelajaran. Komponen tersebut ialah pendekatan, model, dan metode yang digunakan guru dalam kegiatan pembelajaran. Setiap komponen tersebut saling mempengaruhi satu sama lain dalam menunjang proses pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran tersampaikan dengan baik. Pemahaman sejarah yang dilakukan di sekolah maupun di luar sekolah, merupakan dasar terbinanya identitas nasional yang merupakan salah satu modal utama dalam membangun bangsa kita masa kini maupun di masa yang akan dating.5 Untuk itu guru perlu mengembangkan suatu keterampilan sehingga siswa merasa senang untuk mengikuti pelajaran sejarah.

4 Popi Sopianti, Manajemen Belajar Berbasis Kepuasan Peserta didik, Bogor : Ghalia Indonesia. 2014 hlm 44

(22)

4

Dalam sekolah khususnya di kelas, kegiatan belajar umumnya dilakukan oleh dua pelaku, yakni guru dan siswa. Dalam proses belajar tersebut, terjadilah suatu interaksi antara guru dan siswa. Untuk mencapai tujuan pembelajaran yang ingin disampaikan, tidak jarang guru menggunakan media sebagai perantara dalam menyampaikan materi pelajaran. Media pembelajaran tersebut tidak hanya memudahkan guru dalam menyampaikan materi pelajaran, namun juga mampu menarik siswa dalam menerima materi yang disampaikan oleh guru.

(23)

5

hal yang menarik untuk dipelajari.6 Dari hal-hal tersebut berkaitan dengan pembelajaran yang akan dilakukan oleh seorang individu.

Pembelajaran sejarah saat ini kurang diminati oleh siswa banyak yang menganggap pelajaran sejarah tidak bermanfaat karena kajianya masa lampau. Oleh karena itu pelajaran sejarah hanya dianggap pelengkap, ditambah lagi dengan kebijakan pemerintah yang menyempitkan gerak langkah pelajaran sejarah menyebabkan prestasi belajar siswa rendah. Sikap siswa cenderung apatis terhadap pelajaran sejarah diakibatkan banyak faktor baik intern maupun ekstern.7

Berdasarkan dari hal tersebut peneliti mewawancarai guru sejarah kelas X IPS 2 SMA Negeri 10 Yogyakarta menyatakan bahwa siswa masih kurang siap untuk memulai pembelajaran sejarah sehingga siswa tidak mampu mengikuti materi yang disampaikan oleh guru, banyak siswa yang kurang konsentrasi ketika diberikan arahan oleh guru ketika berdiskusi dengan teman lainya, ada juga siswa yang masih bermain handphone sendiri, siswa mengobrol dengan teman sebangku. Ketika siswa diberikan tugas untuk berdiskusi hanya beberapa siswa saja yang bekerja sedangkan siswa yang lain hanya pasif dalam berdiskusi dan mencari materi dari internet tidak dari buku materi sedangan materi banyak dari buku, dan ketika guru membuka sesi tanya jawab siswa pasif dan cenderung diam untuk bertanya, sehingga guru lah yang aktif dalam proses pembelajaran. Berdasarkan keadaan kondisi

(24)

6

tersebut berdampak pada proses kegiatan belajar mengajar dan juga berdampak pada prestasi siswa banyak yang mendapat nilai kurang baik atau tidak mencapai KKM.

Dari hasil wawancara yang dilakukan terhadap siswa kelas X IPS 2 SMA Negeri 10 Yogyakarta, penyebab prestasi mereka rendah adalah cara mengajar guru yang masih menggunakan model ceramah yang membuat siswa tidak mempunyai semangat untuk belajar sejarah, dalam penyampaian materi tidak menarik membuat siswa cepat bosan membuat keadaan didalam kelas tidak kondusif, sangat ramai karena siswa sibuk dengan teman sebangku, bermain handphone dan juga melakukan kegiatan-kegiatan yang membuat siswa merasa bosan didalam kelas. Hal tersebut terjadi karena kurangnya inovasi dari guru untuk mencoba model pembelajaran yang lain untuk menarik perhatian siswa supaya siswa mampu mengikuti pembelajaran dengan baik dan kondusif.

(25)

7

Dengan menggunakan model ini siswa diarahkan untuk aktif dalam pelajaran tidak hanya membaca namun siswa harus bisa menuangkan ide-ide, imajinasi dari kata-kata yang dibaca dari buku paket lalu dituangkan dalam kertas. Peta pikir dapat memvisualisasikan, menggeneralisasikan dan mengklarifikasikan sebuah temuan ide dan mampu berorganisasi, pemecahan masalah, pengambilan keputusan dan dalam menulis. Selain media yang menarik, tidak membosankan bagi peserta didik dalam belajar dan mencapai keberhasilan dalam kegiatan pembelajaran.

Berdasarkan tujuan dan manfaat yang didapat dari model pembelajaran kooperatif tipe Mind Mapping tersebut untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran sejarah di kelas X IPS 2 SMA Negeri 10 Yogyakarta menjadi subjek bagi penelitian yang berjudul “PENERAPAN

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MIND MAPPING

UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA DI SMA

NEGERI 10 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2018/2019”.

B. Identifikasi Permasalahan

Latar Belakang masalah yang penulis sampaikan dia atas, dapat diidentifikasi masalahnya sebagai berikut :

1. Metode ceramah yang membuat siswa bosan

(26)

8

4. Ketidaksadaran siswa akan pentingnya pelajaran sejarah 5. Siswa cenderung pasif di kelas

6. Prestasi belajar siswa rendah 7. Kelas ramai dan tidak kondusif

8. Pembelajaran masih bersifat guru sentris

C. Batasan Masalah

Dalam penelitian ini, peneliti membatasi permasalahan pada meningkatan prestasi belajar sejarah siswa kelas X SMA Negeri 10 Yogyakarta dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe Mind Mapping.

D. Rumusan Permasalahan

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah diatas, peneliti merumuskan masalah, sebagai berikut:

Apakah model pembelajaran Kooperatif tipe Mind Mapping dapat meningkatkan prestasi belajar sejarah siswa di kelas X SMA Negeri 10 Yogyakarta?

E. Tujuan Penelitian

(27)

9

Meningkatkan prestasi belajar siswa kelas X SMA Negeri 10 Yogyakarta dalam belajar sejarah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Mind Mapping.

F. Pemecahan Permasalahan

Permasalahan yang muncul dalam penelitian ini adalah rendahnya prestasi belajar siswa kelas X SMA Negeri 10 Yogyakarta pada mata pelajaran sejarah. Siswa masih belum paham akan materi yang diajarkan dan sulit memahami karena materinya yang cukup banyak dan cara penyampaian yang membosankan, hal ini menyebabkan prestasi belajar di kelas X ini rata – rata mengalami penurunan. Dalam pembelajaran siswa masih pasif dan enggan bertanya karena mereka bingung apa yang ingin mereka tanyakan. Pemecahan masalah yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini, yaitu dengan menggunakan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Mind Mapping. Diharapkan dengan menggunakan model pembelajaran ini siswa dapat belajar dengan mengasah kreatifitas dan imajinasi yang tinggi dan mendapat hasil yang maksimal dalam memahami materi pembelajaran.

G. Manfaat Penelitian

(28)

10 1. Bagi Penulis

Memberikan pengalaman langsung dan menambah pengetahuan tentang penelitian tindakan kelas dan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dengan menggunakan model-model pembelajaran yang inovatif dan kreatif, serta untuk bekal penulis menjadi calon guru, sehingga ketika menjadi guru dapat menjadi guru yang kreatif, inovatif, dan profesional.

2. Bagi Siswa

Sebagai cara belajar yang baru dalam proses meningkatkan keaktifan siswa dan prestasi belajar, sehingga siswa tidak merasa bosan dan dengan demikian pelajaran sejarah yang dulunya dianggap sulit dan membosankan kini menjadi mudah dan menyenangkan.

3. Bagi Guru

Dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti guru mendapatkan pengetahuan dari metode yang diterapkan oleh peneliti, adapun yang didapat oleh guru lebih inovatif dalam kegiatan pembelajaran.

4. Bagi Sekolah

(29)

11

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Teori Konstruktivisme dalam Pembelajaran Sejarah

Secara teori, belajar menurut konstruktivisme sebagai proses pembentukan atau yang terjadi akibat pengetahuan yang dialami oleh seseorang yang melakukan hal untuk perkembangan dirinya. Dalam aliran konstruktivisme pengetahuan dipahami sebagai suatu pembentukan yang terus menerus oleh seseorang yang setiap saat mengalami reorganisasi karena adanya pemahaman-pemahaman baru, belajar merupakan suatu proses pembentukan pengetahuan, ia harus aktif melakukan kegiatan, aktif berpikir, menyusun suatu konsep dan memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari, tetapi yang paling penting menentukan terwujudnya gejala belajar adalah niat belajar siswa, sementara peran guru dalam proses kontruktivisme pengetahuan siswa berjalan dengan lancar dan guru tidak menstransferkan pengetahuan yang dimilikinya, melainkan membantu siswa membentuk pengetahuannya sendiri dan dituntut untuk lebih memahami jalan pikiran atau cara pandang siswa dalam belajar.8 Dalam proses belajar harus ada perubahan, terutama perubahan konsep yang disebut asimilasi untuk perubahan tahap pertama dan akomodasi untuk tahap kedua. Dengan asimilasi, siswa dapat menggunakan konsep-konsep

(30)

12

yang mereka sudah miliki untuk berhadapan dengan fenomena baru. Sementara dengan akomodasi, siswa mengubah konsepnya yang sudah tidak cocok dengan fenomena baru yang muncul. Dengan demikian diharapkan proses pembelajaran bukan hanya sekedar transfer knowledge, tetapi sudah membangun konsep pemahaman dalam diri siswa.9 Proses konstruksi, menurut von Glasersfeld, diperlukan beberapa kemampuan sebagai berikut : 1. kemampuan mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman, 2. kemampuan membandingkan, mengambil keputusan justifikasi ) mengenai persamaan dan perbedaan, kemampuan untuk lebih menyukai pengalaman yang satu dari pada yang lain.10

Konstruktivisme memiliki ciri-ciri seperti yang dikemukakan oleh Driver11:

a. Orientasi, yaitu siswa diberi kesempatan untuk mengembangkan motivasi dalam belajar suatu topik dengan memberi kesempatan melalui observasi

b. Elisitasi, yaitu siswa mengungkapkan idenya dengan jalan berdiskusi, menulis, membuat poster dan lain-lain.

c. Restrukturisasi ide, yaitu klarifikasi ide dengan ide orang lain,membangun ide baru,mengevaluasi ide baru.

d. Penggunaan ide baru dalam berbagai situasi, yaitu ide atau pengetahuan yang telah terbentuk perlu diaplikasikan pada bermacam-macam situasi e. Review, yaitu dalam mengaplikasikan pengetahuan,gagasan yang ada

perlu direvisi dengan menambahkan atau mengubah.

9 https://www.usd.ac.id/lembaga/lppm/ f1l3/Jurnal%20Historia%20Vitae/vol24no1april2010/ PARADIGMA%20PEMBELAJARAN%20SEJARAH%20YR%20Subakti.pdf. Dikutip 11-9-2018 pukul 10.14 WIB

10 Paul suparno, Filsafat kontruktivisme dalam pendidikan, Yogyakarta : Penerbit Kanisius.1997 Hlm 20

(31)

13

Berdasarkan paham konstruktivisme, dalam kegiatan belajar guru hanya memberikan pengantar kepada siswa tidak memindahkan secara langsung. Hal tersebut dilakukan agar siswa mengetahui dan bisa mengkotruksi ide, pikiran, dari pengalaman yang dia dapat dari apa yang ada disekitarnya agar bisa mengembangkan dirinya sendiri. Kontruktivisme yang menekankan bahwa pengetahuan dibentuk oleh siswa yang sedang belajar, dan teori perubahan konsep, yang menjelaskan bahwa siswa mengalami perubahan konsep, yang menjelaskan bahwa siswa mengalami perubahan konsep terus menerus, sangat berperan dalam menjelaskan mengapa seorang siswa bisa salah mengerti dalam menangkap suatu konsep yang ia pelajari.12

Pembelajaran merupakan hasil yang didapat oleh siswa itu sendiri. Dalam pembelajaran, siswa merekonstruksi pengetahuan bagi dirinya. Bagi siswa, pengetahuan yang dimilikinya bersifat dinamis, berkembang dari sederhana menuju kompleks, dari yang mudah menuju yang sukar, dari ruang lingkup dirinya dan di sekitarnya menuju ruang lingkup yang lebih luas, dan dari bersifat kongkrit menuju abstrak. Terpenting dalam kontruktivisme adalah dalam proses belajar siswalah yang harus mendapatkan tekanan. Mereka yang harus aktif mengembangkan pengetahuan mereka, bukanya guru ataupun orang lain. 13

12 Suparno Paul, Filsafat kontruktivisme dalam pendidikan, Yogyakarta : Kanisius,2010 hlm. 53

(32)

14

2. Pembelajaran Model Kooperatif

Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam bentuk kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.14 Model pembelajaran kooperatif diyakini dapat memberi peluang peserta didik untuk terlibat dalam diskusi, berfikir kritis, berani dan mau mengambil tanggung jawab untuk pembelajaran mereka sendiri. Meskipun model pembelajaran kooperatif menguta0makan peran aktif peserta didik bukan berati pengajar tidak berpatisipasi, sebab dalam proses pembelajaran pengajar berperan sebagai perancang, fasilitator dan pembibing proses pembelajaran.15 Penerapan metode pembelajaran tidak hanya mempelajari materi ajar, melainkan siswa juga mempelajari ketrampilan-ketrampilan khusus yang disebut ketrampilan kooperatif .

Dalam pembelajaran ini akan terbentuk sebuah interaksi dan komunikasi yang meluas karena adanya komunikasi yang dilakukan oleh guru dengan siswa, siswa dengan siswa sehingga terjalin sebuah interaksi didalam kelompok. Pembelajaran kooperatif bersifat strategi pembelajaran karena melibatkan partisipasi siswa dalam kelompok kecil untuk saling berinteraksi, kooperatif dilakukan dengan cara berkelompok dan

14 Rusman,Belajar & Pembelajaran : Berorientasi standard proses pendidikan,Jakarta : Kencana,2017 hlm. 294

(33)

15

rangakaian kegiatan belajar dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah tentukan.

Pelaksanaan prinsip dasar pokok sistem pembelajaran kooperatif dengan benar akan memungkinkan guru mengelola kelas dengan efektif. Dalam pembelajaran kooperatif proses pembelajaran tidak harus belajar dari guru kepada siswa. Siswa dapat saling belajar bersama, pembelajaran rekan sebaya (peerteaching) lebih efektif daripada pembelajaran oleh guru. Anita Lie menjelaskan pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran gotong royong, yaitu sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja sama dengan siswa lain dalam tugas-tugas yang terstruktur, lebih jauh dikatakan pembelajaran kooperatif berjalan kalau sudah terbentuk suatu kelompok atau suatu tim yang didalamnya siswa bekerja secara terarah untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan.16

Penggunanaan model pembelajaran kooperatif dapat mendorong siswa aktif bertukar pikiran dengan sesamanya dalam memahami materi pembelajaran yang diberikan. Penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dan sekaligus menghargai pendapat orang lain dan pembelajaran kooperatif dapat memenuhi kebutuhan siswa

16 Isjoni, Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi Antar Peserta

(34)

16

akan berpikir kristis, memecahkan masalah, mengintegrasikan pengetahuan dengan pengalaman.17

Pembelajaran kooperatif memiliki unsur-unsur dalam pelaksanaanya:18

1. Siswa dalam kelompok haruslah beranggapan bahwa mereka sehidup sepenanggungan bersama.

2. Siswa memiliki tanggung jawab terhadap siswa lain dalam kelompoknya, seperti tanggung jawab terhadap diri mereka sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi.

3. Siswa harus memiliki pandangan tujuan yang sama.

4. Siswa harus membagi tugas dan berbagi tanggung jawab sama besarnya diantara anggota kelompok.

5. Siswa akan diberikan suatu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap seluruh anggota kelompok.

6. Siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan bekerja sama selama belajar.

7. Siswa akan diminta mempertanggung jawabkan secara individu materi yang akan ditangani dalam kelompok kooperatif.

3. Belajar

Dalam Kamus besar Bahasa Indonesia secara umum menyatakan bahwa belajar memiliki arti “Berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu”. Dari denifinisi tersebut belajar adalah kegiatan yang dilakukan

seseorang untuk memperoleh kepandaian atau ilmu. Menurut Bell-Gradler, belajar adalah proses yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan

17 Daryanto dan Mulyo Rahardjo, Model pembelajaran inovatif, Yogyakarta : Penerbit Gava Media , 2012 hlm. 228-229

(35)

17

aneka ragam kemampuan (competencies), keterampilan (skill), dan sikap (attitude) yang diperoleh secara bertahap dan berkelanjutan.19

Terjadinya suatu proses belajar dapat dipandang dari sisi kognitif yaitu terjadi karena adanya saling terhubungannya variabel-variabel hipotesis yang menyangkut kekuatan, asosiasi hubungan dan kebiasaan atau cenderung pada perilaku. Proses belajar terjadi apabila individu hadapkan dengan suatu situasi dimana individu tersebut tidak dapat beradaptasi dengan cara yang biasa dilakukan apabila individu harus mengatasi rintangan yang akan menghambat segala kegiatan yang akan dilakukan. Proses penyesuain diri mengatasi rintangan terjadi secara tidak sadar, tidak perlu untuk berfikir banyak terhadap apa yang akan dilakukan. Belajar merupakan suatu proses interaksi dan perilaku yang kompleks. Unsur utama dalam belajar adalah individu sebagai peserta belajar, kebutuhan sebagai sumber pendorong, situasi belajar yang memberikan kemungkinan terjadinya kegiatan berlajar. Dengan manifestasi belajar atau perbuatan belajar dinyatakan dalam bentuk perubahan tingkah laku. Dari proses belajar menghasilkan perubahan dalam bentuk tingkah laku menghasilkan aspek-aspek dari kemampuan pribadi, aspek-aspek yang dihasilkan yaitu informasi ferbal, nilai/aturan

19 Karwono,Heni Murlasih, Belajar dan Pembelajaran :Serta Pemanfaatan Sumber

(36)

18

tingkat tinggi, nilai, konsep kongkrit, konsep terdifinisi dan ketrampilan motorik.20

Tujuan Belajar

Dalam upaya kurikuler dalam menempuh pendidikan disuatu lembaga pendidikan dalam proses individu mempunyai tujuan yang akan dicapai, individu menempuh pendidikan memiliki latar belakang untuk diubah dari latar belakang tersebut memunculkan rasa untuk lebih baik didalam dirinya untuk mengubah di masa depanya dari hal tersebut timbul tujuan yang akan dicapai. Dalam mencapai tujuan dalam belajar individu perlu melakukan beberapa proses yaitu meniru, memahami, mengamati, merasakan, mengkaji, melakukan dan meyakini akan segala sesuatu kebenaran sehingga semuanya memberikan kemudahan dalam mencapai segala yang dicita-citakan manusia. Banyak cara atau aktivitas belajar untuk medapatkan pengetahuan yaitu dengan mendengarkan, membaca, menulis, melihat.

Tujuan belajar terbagi atas 3 jenis : 21 1). Untuk mendapatkan ilmu pengetahuan

Hal ini ditandai dengan kemampuan berfikir. Pemilikan pengetahuan dan kemampuan berfikir sebagai tidak dapat dipisahkan. Dengan kata lain, tidak dapat mengembangkan kemampuan berfikir tanpa bahan pengetahuan, sebaliknya kemampuan berfikir dapat akan

20Ibid.,hlm 16

(37)

19

memperkaya pengetahuan. Tujuan inilah yang memiliki kecenderungan lebih besar perkembanganya didalam kegiatan belajar.

Adapun jenis interaksi atau cara yang digunakan untuk kepentingan umum dengan model presentasi,pemberian tugas membaca . Dengan cara ini siswa akan menambah pengengetahuannya dan sekaligus mencari sendiri untuk mengembangkan cara pikir dalam rangka memperkaya pengetahuanya. 2) Penanaman konsep dan keterampilan

Penanaman konsep atau merumuskan konsep juga memerlkan suatu ketrampilan, jadi soal ketrampilan yang bersifat jasmani dan rohani. Ketrampilan jasmaniah adalah ketrampilan-ketrampilan yang dapat dilihat, diamati, sehingga akan menitik beratkan pada ketrampilan gerak/penampilan dari anggota tubuh seseorang yang sedang belajar. Sedangkan ketrampilan rohani lebih rumit, karena tidak selalu berurusan dengan masalah-masalah ketrampilan yang dapat dilihat bagaimana ujung pangkalnya, tetapi lebih abstrak menyangkut persoalan-persoalan penghayatan dan ketrampilan berfikir serta kreativitas untuk menyelesaikan dan merumuskan suatu masalah atau konsep.

(38)

20

menurut kaidah-kaidah tertentu dan bukan semata-mata hanya menghafal atau meniru.

3) Pembentukan sikap

Pembentukan sikap mental dan perilaku siswa, tidak akan terlepas dari soal penanaman nilai. Oleh karena itu guru tidak sebagai pengajar yang tugasnya hanya mentransfer ilmu tetapi betul-betul sebagai pendidik yang akan memindahkan nilai-nilai itu kepada siswanya melalui pemberian contoh yang baik. Dengan dilandasi nilai-nilai siswa akan tumbuh kesadaran dan kemauanya, untuk mempraktikan segala sesuatu yang telah dipelajarinya.

4. Model Pembelajaran Mind Mapping

a). Pengertian

Kata Mind Mapping berasal dari bahasa inggris, Mind yang berarti otak dan Mapp yang berarti memetakan, Mind Mapping adalah suatu teknis grafis yang memungkinkan kita untuk mengeksplorasi seluruh kemampuan otak kita untuk keperluan berpikir dan belajar.22 Menurut sang pengembang Tony Buzan adalah suatu teknik mencatat yang menonjolkan sisi kreativitas sehingga efektif dalam memetakan pikiran. Peta pikiran menggunakan pengingat-pengingat visual dan sensorik ini dalam suatu pola dari ide-ide yang berkiatan seperti peta bergaris yang digunakan untuk jalan yang digunakan untuk belajar,

(39)

21

mengorganisasikan, merencanakan. Peta yang dibuat tertuang dari ide-ide yang asli sehingga baik penulis dan pembacanya paham isi dari peta.

Mind Mapping dapat dikembangkan otak dengan mencatat sebuah informasi dan diproses, otak mencatat informasi yang diberikan lalu otak mengambil berbagai tanda mulai dari gambar, bunyi, pikiran sampai perasaan. Selanjutnya otak memunculkan imajinasi dan gambaran yang berupa garis, bentuk dan warna. Garis pada Mind Mapping menggambarkan pola gagasan bercabang pada garis yang saling berkesinambung sehingga menegaskan ide-ide yang tertuang dari informasi yang di dapat. Metode Mind Mapping dibuat untuk memaksimalkan kinerja otak kanan dan otak kiri dengan memanfaatkan kreatifitas, efektifitas otak dalam memetakan sebuah informasi. Rute garis yang dibuat untuk memudahkan dalam belajar karena setiap materi saling berkaitan dari materi sebelumnya, sehingga memudahkan dalam belajar. Perkembangan pendidikan memaksa perkembangan juga dalam mengetahui informasi salah satunya dengan Mind Mapping siswa perlu lebih mengandalkan otak karena perlunya mengingat informasi ketimbang mencacat.

(40)

22

Swadarma menyatakan bahwa terdapat tujuh karakteristik pokok dari Mind Mapping. Karakteristik tersebut meliputi:

a. Kertas, menggunakan kertas putih polos berorientasi landscape. b. Warna, menggunakan spidol warna-warni dengan jumlah warna

sekitar 2-7 warna, sehingga di setiap cabang berbeda warna. c. Garis, menggunakan garis lengkung yang bentuknya mengecil dari

pangkal.

d. Huruf, pada cabang utama yang dimulai dari central image menggunakan huruf kapital, sedangkan pada cabang menggunakan huruf kecil. Posisi antara garis dan huruf sama panjang.

e. Keyword, menggunakan kata kunci yang dapat mewakili pesan yang ingin disampaikan.

f. Key Image, menggunakan kata bergambar yang memudahkan untuk mengingat.

g. Struktur, tema besar di tempatkan di tengah kertas kemudian beri garis memencar ke segala arah untuk sub tema dan keterangan lainnya.23

b). Cara membuat Mind Mapping

Pertama siapkan kertas polos ukuran minimal A4, tentukan topik yang yang akan dibahas lalu diatur dengan kertas horisontal dan berada di tengah-tengah halaman, diusahakan dalam membuat Mind Mapping menggunakan gambar, simbol atau kode. Dengan bersinerginya otak kanan dan otak kiri mampu menerjemahkan simbol atau kode, gambar mampu menangkap dan menguasai materi pelajaran. Sebelum menggambar garis tentukan kata kunci agar garis dapat terhubung dengan topik lainya, setiap garis menunjuk satu kata. Garis-garis cabang saling berhubungan sampai pusat kata, kreatifitas

(41)

23

di tuangkan dengan membuat garis yang berfariasi agar tidak membosan.

Setiap garis cabang yang terhubung dibuat semakin tipis ketika menjauh dari gambar utama untuk menandakan tingkat sebuah kata dari masing-masing garis, dan garis yang tersebar kesegala arah akan mengarah kepada satu titik pusat yaitu topik utama. Harus selalu menggunakan huruf cetak supaya lebih jelas dengan besar huruf yang semakin mengecil untuk cabang yang semakin jauh dari pusat, Penggunaan warna yang berfariasi pada setiap garis akan menegaskan arah garis.

c). Langkah- langkah Mind Mapping

1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.

2. Guru mengemukakan konsep / permasalahan yang akan ditanggapi.

3. Bentuk kelompok yang anggotanya 2-3 orang.

4. Tiap kelompok menginventariskan / mencatat alternatif jawaban hasil diskusi.

5. Tiap kelompok (atau diacak kelompok tertentu) membaca hasil diskusinya dan guru mencatat dipapan tulis dan guru mencatat dipapan tulis dan mengelompokan sesuai kebutuhan guru.

6. Peserta didik membuat peta pikiran atau diagram berdasarkan alternatif jawaban yang telah didiskusikan.

7. Beberapa peserta didik diberi kesempatan untuk menjelaskan ide pemetaan konsep berpikirnya.

8. Peserta didik diminta membuat kesimpulan dan guru memberi perbandingan sesuai konsep yang disediakan. 24

(42)

24

d). Manfaat Mind Mapping

1) Merangsang bekerjanya otak kiridan kanan secara sinergis

Dengan mengamati, mencari informasi, kreatifitas untuk membuat Mind Mapping mampu merangsang bekerjanya otak. Otak kanan dan otak kiri menerjemahkan informasi yang di tangkap, Otak kana yang bersifat emosi, imajinasi, kreatifitas dan seni sedangkan otak kiri yang bersifat rasional, verbal dan numerik saling bersinergi untuk mencerna informasi.

2) Mengembangkan sebuah ide

Ketika kelompok dibentuk siswa saling bertukar ide untuk mencapai ide yang disepakati oleh semua anggota kelompok, siswa diberikan sebuah materi lalu harus menentukan ide untuk menjadi ide pokok yang akan dibahas maka perlunya mengembangkan sebuah ide yang menarik agar menghasilkan sesuatu yang menarik.

3) Meningkatkan kreativitas dan aktivitas siswa

Dalam pembelajaran siswa terbiasa dengan menggunakan Mind Mapping tentu akan membuat siswa akan merasa senang karena selain mengandalkan kreativitas tetapi juga keaktivan siswa sehingga senang ketika mengikuti pembelajaran.

4) Meningkatkan daya ingat

(43)

25

gambar dan garis yang saling terhubung dengan mampu meningkatkan daya ingat siswa.

5) Informasi mudah dipahami

Catatan yang dibuat mudah dipahami oleh orang lain apalagi oleh penulis, Mind Mapping harus menentukan hubungan apa pun yang terdapat antar komponen Mind Mapping tersebut. Hal tersebut menjadikan mereka lebih mudah memahami dan menyerap informasi dengan mudah.

e). Kelemahan dan kelebihan Mind Mapping25

Kelebihan :

1) Cara yang cepat

2) Teknik yang didapat untuk mengorganisasikan ide-ide yang muncul dalam pemikiran.

3) Proses menggambarkan diagram bisa memunculkan ide-ide yang lain.

4) Diagram yang sudah terbentuk bisa menjadi panduan untuk menulis

Kelemahan :

1) Hanya siswa yang aktif terlibat 2) Tidak seluruh siswa belajar

3) Jumlah detail informasi tidak dapat dimasukan.

5. Pendekatan Saintifik

Pembelajaran dengan dengan pembelajaran saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkontruksi konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah),

(44)

26

merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan adata dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang”ditemukan”.26

Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada siswa dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak tergantung oleh informasi yang diberikan oleh guru. Oleh karena itu kondisi pembelajaran yag diharapkan tercipta diarahkan untuk mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber melalui observasi dan bukan hanya diberi tau. Pendekatan saintifik dalam pembelajaran melibatkan keterampilan proses, seperti mengamati, mengklasifikasikan, mengukur meramalkan, menjelaskan dan menyimpulkan. Dalam melaksanakan proses tersebut, bantuan guru diperlukan akan tetapi, bantuan guru tersebut harus semakin berkurang dengan samakin bertambah dewasanya siswa atau semakin tingginya kelas siswa.27

Pembelajaran dengan metode saintifik memiliki karakteristik sebagai berikut :

26 Daryanto, Pendekatan pembelajaran saintifik kurikulum 2013,Yogyakarta : Penerbit Gava Mendia,2014 hlm 51

27 Hosnan, Pendekatan saintifik dan kontekstual dalam pembelajaran abad 21 : Kunci sukses

(45)

27 1). Berpusat pada siswa.

2). Melibatkan ketrampilan proses sains dalam mengonstrusi konsep, hukum atau prinsip

3). Melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan intelek, khususnya ketrampilan berfikir tigkat tinggi siswa

4). Dapat mengembangkan karakteristik siswa

Langkah-langkah pendekatan ilmiah (Scientific appoach) dalam proses pembelajaran meliputi menggali informasi melalui 1) Pengamatan,2) Bertanya,3) Percobaan, 4) Mengolah data atau informasi, 5) Menganalisis, 6) Menalar ,7) Menyimpulkan, 8) Mencipta. Proses pembelajaran harus menerapkan nilai-nilai atau sifat-Sifat ilmiah dan menghindari nilai-nilai atau difat-sifat non ilmiah.

6. Pembelajaran Sejarah

Menurut Prof, Dr, Hermanu Joebagio pembelajaran sejarah adalah proses internalisasi nilai-nilai peristiwa masa lalu, berupa asal-usul, silsilah, pengalaman kolektif, dan keteladanan perilaku sejarah. Pembelajaran dirancang untuk membentuk pribadi yang arif dan bijaksana, karena itu pembelajaran sejarah menuntut desain yang menghasilkan kualitas output yang meliputi pemahaman peristiwa sejarah bangsa, meneladani kearifan, dan sikap bijak perilaku sejarah.28 Meneladani kearifan dan sikap bijak akan diperoleh melalui kegiatan pendalaman peristiwa sejarah, termasuk didalamnya proses relasi-relasi sosial budaya, sosial-ekonomi dan sosial politik antar pelaku dan kelompok masyarakat.

(46)

28

Pendalaman tersebut akan mendorong peserta didik memahami perilaku saling menghormati, bersaudara, kesamaan sosial, melindungi, bersikap adil dan mendorong masyarakat untuk berpendidikan.

Pembelajaran sejarah merupakan perpaduan antara aktivitas belajar dan mengajar yang di dalamnya mempelajari tentang peristiwa masa lampau yang erat kaitannya dengan masa kini. Dapat disimpulkan jika mata pelajaran sejarah merupakan bidang studi yang terkait dengan fakta-fakta dalam ilmu sejarah namun tetap memperhatikan tujuan pendidikan pada umumnya.

Pembelajaran sejarah yang baik tidak terbatas pada pengetahuan faktual saja, siswa juga ditutut untuk dapat memahami perkembangan persitiwa sejarah secara imajinatif dan analitis. Mempelajari sejarah berarti mehidupkan nilai-nilai kebangsaan dan dengan menghidupkan kembali sejarah berarti membentuk karakter bangsa, pembelajaran menjadi jantung pendidikan, dan keberhasilan pembelajaran sangat menentukan kualitas pendidikan, proses pembelajaran yang dilakuakan akan menentukan apakah pesesrta didik memperoleh nilai dan makna dari rangkaian proses pendidikan yang dialami.29

Pembelajaran sejarah yang baik akan membentuk pemahaman sejarah. Pemahaman sejarah merupakan kecenderungan berfikir yang merefleksikan nilai-nilai positif dari peristiwa sejarah dalam melihat

29 Heri Susanto,Seputar pembelajaran sejarah: isu, gagasan dan strategi

(47)

29

memberikan respon terhadap berbagai masalah kehidupan, pemahaman sejarah memberi petunjuk kepada kita untuk melihat serangkaian peristiwa masa lalu sebagai sistem tindakan masa lalu sesuai dengn jiwa jamannya, akan tetapi memilih sekumpulan nilai edukatif terhadap kehidupan sekarang adan yang akan datang.30

7. Prestasi

Prestasi belajar siswa adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran. Setiap proses belajar selalu menghasilkan hasil belajar, Proses belajar yang membawa perubahan tingkah laku pada siswa di sekolah dilakukan dengan sengaja dan terencana, hal ini ditunjukkan dengan adanya kurikulum yang sudah ditetapkan oleh dinas pendidikan. Prestasi yang dituntut dari siswa adalah suatu prestasi yang bersifat spesifik atau satu kategori hasil karena prestasi belajar berbeda-beda sifatnya, tergantung dari bidang yang didalamnya siswa menunjukan prestasi, misalnya dalam bidang pengtahuan atau pemahaman (bidang kognitif).31

Masalah yang dihadapi adalah sampai di tingkat mana prestasi (hasil belajar) yang telah dicapai. Jika dalam jangka waktu tertentu seseorang telah menyelesaikan proses belajarnya, maka orang tersebut dapat dikatakan berhasil. Prestasi adalah kecakapan atau hasil konkrit yang dapat dicapai pada saat atau periode tertentu. Prestasi belajar

30ibid. hlm 36

(48)

30

dapat diartikan sebagai hasil yang dicapai dalam proses pembelajaran yang diperoleh dari tes ataupun dari nilai yang diberikan guru. Hasil dari prestasi belajar yang diperoleh dari proses perubahan tingkah laku, latihan, atau pengalaman dari interaksi dengan lingkungan.

Ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian hasil belajar atau prestasi belajar digolongkan menjadi 2 bagian yaitu faktor ekternal dan internal.

Faktor internal dalam prestasi belajar : 32

a. Faktor fisiologis adalah faktor yang berhubungan dengan kesehatan dan pancaindera.

b. Faktor psikologis adalah faktor yang berhubungan erat dengan minat, kecerdasan, bakat, motivasi dan kemampuan kognitif.

Tidak hanya faktor dari diri siswa saja yang mempengaruhi prestasi, ada faktor-faktor dari luar yang mempengaruhi prestasi belajar seorang siswa. Beberapa faktor-faktor dari luar yang mempengaruhi pestasi 33:

a. Faktor lingkungan keluarga, pada lingkungan keluarga faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar pada lingkungan keluarga antara lain hubungan yang baik antar orang tua dan anak serta pendidikan kedua orang tua.

32 Noer Rohmah, Psikologi Pendidikan, Yogyakarta : Penerbit Teras, 2012, hlm 196

(49)

31

b. Faktor lingkungan sekolah, pada lingkungan sekolah faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar di lngkungan sekolah yaitu : sarana dan prasarana, kompetensi guru. Teman-teman dikelas, serta metode belajar.

c. Faktor lingkungan masyarakat, pada lingkungan masyarakat, tetangga, dan teman sepermainan.

Fungsi dan kegunaan dari prestasi belajar sangatlah penting yaitu:

1. Sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai siswa.

2. Sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu.

3. Bahan informasi dalam inovasi pendidikan, maksudnya sebagai pendorong bagi siswa dalam meningkatkan IPTEK dan berperan sebagai umpan balik dalam meningkatkan mutu pendidikan.

4. Indikator intern dan ekstern dari situasi institusi pendidikan.

B. Materi Pembelajaran

Materi pembelajaran diambil dari KD ( Kompetensi dasar ), yaitu : KD. 3. 6 Mengevaluasi kelebihan dan kekurangan berbagai bentuk / jenis sumber belajar sejarah (artefak, fosil, tekstual, nontekstual, keberadaan, visual, audiovisual, tradisi lisan).

KD. 4.6 Menyajikan hasil evaluasi kelebihan dan kekurangan berbagai bentuk/jenis sumber sejarah (artefak, fosil, tekstual, nontekstual, kebendaan, visual, audiovisual, tradisi lisan) dalam bentuk tulisan dan/atau media lain.

C. Penelitian yang Relevan

(50)

32

apabila penelitian sudah pernah dilakukan dengan mengahasilkan penelitian yang baik. Penelitian yang dilakukan oleh Retno Cahyaningytas mahasiswa Universitas Sanata Dharma dengan judul Peningkatan Minat dan Prestasi Belajar IPS Menggunakan Teknik Mind Mapping Pada Siswa Kelas III B SD Jetis Bantul Tahun Pelajaran 2014/2015.34 Dari Penelitian tersebut dinyatakan bahwa prestasi belajar siswa dapat ditingkatkan melalui model Mind Mapping, kondisi awal sebelum menggunakan model Mind Mapping, jumlah rata-rata nilai siswa sebesar 75,16 dengan presentase pencapaian KKM yaitu 53%, setelah dilakukan tindakan pada siklus 1 meningkat menjadi 64,70%, pada siklus 2 meningkat menjadi 87,73 dengan presentase pencapaian KKM 100%.

Penelitian yang lain yaitu dilakukan oleh Jatrina mahasiswa Universitas Sanata Dharma dengan judul Peningkatan Motivasi dan Prestasi Belajar Sejarah Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Mind Mapping di Kelas X IPS 1 SMA Negeri 1 Ngaglik.35 Dari Penelitian tersebut dinyatakan bahwa prestasi belajar siswa dapat ditingkatkan melalui model Mind Mapping, kondisi awal sebelum menggunakan model Mind Mapping, jumlah rata-rata nilai siswa sebesar 74,34, meningkat 3,51% pada siklus 1 menjadi 77,85 dan Pada siklus 2 meningkat 7,45% menjadi 85,30. Dari segi

34 Retno Cahyaningtyas,Peningkatan Minat dan Prestasi Belajar IPS Menggunakan Teknik

Mind Mapping Pada kelas III B Sd Jetis Bantul Tahun Pelajaran 2014/2015, Yogyakarta : Universitas Sanata Dharma. 2015

35 Jatrina, Peningkatan Motivasi dan Prestasi Belajar Sejarah Siswa Melalui Model

(51)

33

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Pada awal siswa yang mecapai KKM sebesar 56,2%. Pada siklus 1 meningkat menjadi 75% dan pada siklus 2 mengalami peningkatan 93,75%.

Dari kedua penelitian yang sudah dilakukan dan relevan karena dari kedua penelitian tersebut menggunakan variabel yang sama yaitu sama-sama menggunakan model pembelajaran Mind Mapping. Peneliti dapat menyimpulkan berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan diatas bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Mind Mapping dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

D. Kerangka Berpikir

(52)

34

situasi belajar mengajar. Menggunakan Mind Mapping merupakan cara keatif bagi siswa bekerja sama dalam kelompok untuk menghasilkan ide-ide kreatif dari apa yang dibacanya lalu digambar untuk membentuk sebuah peta konsep. Model pembelajaran Mind Mapping menuntut siswa aktif dan kreatif dalam mengikuti proses pembelajaran maka materi yang disampaikan akan diterima dengan baik oleh siswa, siswa diharapkan siap dalam mengikuti pembelajaran dan bekerja sama dengan teman satu kelompok, siswa dapat menerima pendapat orang lain agar bisa mengembangkan kepribadian diri siswa, dengan menggunakan model kooperatif tipe Mind Mapping dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

Berdasarkan uraian kerangka berfikir diatas, maka dapat digambarkan skema kerangka berfikir sebagai berikut :

Gambar I : Kerangka Berfikir

Pelaksanaan tindakan pembelajaran Kooperatif tipe Mind

Mapping

Peningkatan prestasi belajar siswa Prestasi

Belajar Siswa Rendah

Proses Pembelajaran : 1. Siswa aktif dan kreatif

dalam proses pembelajaran 2. Siswa siap mengikuti

pelajaran

3. Siswa bekerja sama dengan teman kelompok

(53)

35

E. Hipotesis Tindakan

(54)

36

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ( PTK) merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan secara bersama.36 Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa. PTK bertujuan untuk memperbaiki berbagai persoalan nyata dan praktis dalam meningkatkan mutu pembelajaran dikelas yang dialami langsung dalam interaksi antara guru dengan siswa yang sedang belajar.37 Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dan memperbaiki proses pembelajaran sejarah siswa kelas X IPS 2 SMA Negeri 10 Yogyakarta.

B. Setting Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) ini dilaksanakan di SMA Negeri 10 Yogyakarta pada kelas X IPS 2. Dilaksanakan pada semester gasal tahun ajaran 2018/2019.

36 Tukiran Tanireja,Irma Pujiati,Nyata, Penelitian Tindakan Kelas : Untuk Pengembanagan

Profesi Guru Praktik, Praktis, dan Mudah, Alfabeta,2010, hlm. 15-16

(55)

37

2. Waktu Pelaksanaan

Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan selama 2 ( Dua) bulan, dari bulan September 2018 sampai dengan bulan Oktober 2018. Pelaksanaan penelitian ini dimulai dari mengurus suart izin penelitian, pembuatan instrumen, Observasi pada bulan September 2018. Kemudian pada bulan Oktober 2018 dilakukan pengumpulan data dari Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II. Data-data yang diperolah dari penelitian kemudian dilakukan analisis, pembahasan, setelah analisis dan pembahasan selesai peneliti mulai menyusun laporan hasil penelitian tindakan kelas.

C. Subjek Penelitian

Subjek dari penelitian ini siswa kelas X IPS 2 SMA Negeri 10 Yogyakarta yang berjumlah 29 orang.

D. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah prestasi belajar sejarah siswa dan model pembelajaran kooperatif tipe Mind Mapping.

E. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Variabel-variabel yang diteliti dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan terikat, yaitu :

(56)

38

Adapun definisi operasional dari variabel-variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Belajar

Belajar merupakan suatu proses interaksi antara berbagai unsur yang berkaitan. Unsur utama dalam belajar adalah individu sebagai peserta belajar, kebutuhan sebagai sumber pendorong, situasi belajar yang memberikan kemungkinan terjadinya kegiatan belajar. Dari proses belajar menghasilkan perubahan dalam bentuk tingkah laku menghasilkan aspek-aspek dari kemampuan pribadi, aspek-aspek-aspek-aspek yang dihasilkan yaitu informasi ferbal, nilai/aturan tingkat tinggi, nilai, konsep kongkrit, konsep terdifinisi dan ketrampilan motorik. Banyak cara atau aktivitas belajar untuk medapatkan pengetahuan yaitu dengan mendengarkan, membaca, menulis, melihat.

2. Prestasi belajar

Prestasi belajar dapat diartikan sebagai hasil yang dicapai dalam proses pembelajaran yang diperoleh dari tes ataupun dari nilai yang diberikan guru. Dalam penelitian ini prestasi belajar siswa ditunjukkan dengan hasil nilai ulangan siswa atau skor ( kognitif) yang diperoleh setelah mengikuti pembelajaran dalam KD. 3. 6 Mengevaluasi kelebihan dan kekurangan berbagai bentuk / jenis sumber belajar sejarah ( artefak, fosil, tekstual, nontekstual, keberadaan, visual, audiovisual, tradisi lisan ).

(57)

39

kebendaan, visual, audiovisual, tradisi lisan) dalam bentuk tulisan dan/atau media lain

3. Pembelajaran kooperatif

Pembelajaran kooperatif bersifat strategis karena melibatkan partipasi siswa dalam kelompok kecil untuk berinteraksi, dengan cara berkelompok dan rangkaian kegiatan belajar dilakukan oleh siswa dalam kelompok tersebut untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Dalam penelitian ini aspek kooperatif ditandai dengan kerjasama, mengambil giliran, menghargai pendapat teman, penyampaian materi, memecahkan masalah, kejelasan materi yang disampaikan.

4. Model Pembelajaran Mind Mapping

Mind Mapping adalah suatu teknis grafis yang memungkinkan untuk mengeksplorasi seluruh kemampuan otak untuk keperluan berpikir dan belajar. Model pembelajaran Mind Mapping dalam penelitian yang dimaksud kemampuan siswa untuk memetakan peta pikiran menggunakan pengingat-pengingat visual dan sensorik dalam suatu pola dari ide-idenya dalam bentuk peta konsep atau Mind Mapping. Dengan membuat Mind Mapping dapat memberikan informasi dalam bentuk ringkasan materi kepada anggota kelompok dan kelompok lain.

F. Desain Penelitian

(58)

40

penelitian Kemmis dan Mc Taggart terdiri dari beberapa tahap yaitu Perencanaan ( Plan ), Tindakan ( act ) , Pengamatan ( Observasi ) dan Refleksi ( Reflect ). Berikut adalah gambar desain penelitian Kemmis dan Mc Taggart:38

38 Suharsimi Arikunto dkk, Penelitian Tindakan Kelas (Edisi Revisi), Jakarta : Bumi Aksara,2015, hlm 42

Gambar II : Desain Penelitian Tindakan Kelas Model Kemmis dan Mc Taggart

Siklus ke- I Pelaksanaan

Pengamatan Refleksi

Pelaksanaan Siklus ke- II

Perencanaan

Refleksi

Pengamatan

(59)

41

G. Metode Pengumpulan Data

1. Observasi

Observasi merupakan teknik mengumpulkan data dengan alat observasi tentang kejadian atau pola yang sedang berlangsung dengan cara mengamati atau meneliti. Observasi sebagai alat pemantau kegiatan guru dan untuk memantau aktifitas siswa didalam kelas. Observasi yang dilakukan kepada guru untuk mengetahui kesiapan guru dalam mempersiapkan materi, mengkodisikan keadaan kelas dan mempersiapkan perangkat pembelajaran, sedangkan observasi siswa untuk mengetahui kesiapan siswa, keaktifan siswa, kegiatan siswa selama kegiatan belajar mengajar berlangsung.

2. Tes

Tes untuk mengukur kemampuan siswa dalam aspek kognitif, atau tingkat pengusasaan materi pembelajaran. Tes dilakukan setelah materi selesai untuk mengevaluasi tingkat keberhasilan siswa selama mengikuti proses belajar mengajar, tes dilakukan setelah berlangsung selama 2 siklus yaitu siklus 1 dan siklus ke 2.

3. Wawancara

(60)

42

H. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data adalah untuk mengumpulkan data dengan alat bantu yang dipilih dan digunakan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan mudah memperoleh data. Berikut merupakan instrumen pengumpulan data :

1. Alat pengumpulan data

a. Lembar Observasi

Observasi dilakukan langsung di dalam kelas ketika pembelajaran sedang berlangsung, data hasil observasi dilakukan dengan dengan analisis kuantitatif dan kualitatif supaya mengetahui keaktifan siswa dikelas. Alat untuk melaukan observasi menggunakan Lembar Off-task dan On-task.

b. Tes

Tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran Mind Mapping, alat tes untuk mengetahui hasil pembelajaran berupa pilihan ganda.

c. Wawacara

Gambar

Tabel 27 Komparasi Prestasi Belajar Sejarah Siswa Siklus I dan Siklus .....
gambar dan garis yang saling terhubung dengan mampu
Gambar I : Kerangka Berfikir
Gambar II : Desain Penelitian Tindakan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk penyelenggaraan kegiatan tersebut diatas, Pemerintah Kabupaten Tanah Laut memerlukan Event Organizer (EO) sebagai pelaksananyaa. Maka dengan ini kami

2013 pada Badan Perpustakaan Arsip dan Dokumentasi Kabupaten Musi Banyuasin, kami Pejabat Pengadaan pada Badan Perpustakaan Arsip dan Dokumentasi Kabupaten Musi Banyuasin, dengan

 Siswa menentukan konsep laju perubahan nilai fungsi dan gambaran geometrisnya  Dengan menggunakan konsep limit siswa merumuskan pengertian turunan fungsi  Siswa menghitung

Berkebolehan melakukan pelbagai pergerakan bukan lokomotor dengan lakuan yang betul mengikut irama.. 2.2.3 Membezakan

Fungsi Toho Dore dalam social masyarakat memiliki banyak fungsi yang pertama yaitu membangun kekerabatan antara keluarga, apabila ada dalam satu keluarga yang

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan efektifitas penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan permainan TTS pada kelas

Dalam penentuan payload dan desain kapal ini maka akan memperhatikan kondisi alur pelayaran dan kedalaman pelabuhan di daerah APBS, dari data dilapangan dan dari

Faktor tersebut adalah penyiapan lahan yang tidak terkendali dengan cara membakar, termasuk juga karena kebiasaan masyarakat dalam membuka lahan, kebakaran yang tidak disengaja,