• Tidak ada hasil yang ditemukan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "V. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Objek Wisata Bahari Prioritas

Kabupaten Natuna memiliki banyak objek wisata alam dan wisata bahari yang menarik karena kondisi alamnya yang berbentuk kepulauan serta bentuk pantainya yang landai bahkan ada beberapa pantai yang yang memiliki batu batuan besar yang tersebar di pantai sehingga menambah keindahan panorama pantainya. Selain itu keindahan alam bawah laut berupa terumbu karang, ikan dengan jenis yang banyak serta habitat laut yang beragam menjadi daya tarik dan magnet bagi wisatawan berkunjung ke Natuna. Dalam penelitian ini, peneliti menganalisis persepsi responden terhadap delapan lokasi-lokasi wisata unggulan yang berhubungan dengan pariwisata bahari yang ada di Kabupaten Natuna berdasarkan Surat Keputusan Bupati Natuna Nomor 158 Tahun 2010 tentang Penetapan Objek Wisata Daerah.

Berdasarkan observasi peneliti, masih banyak objek wisata bahari potensial yang belum masuk dalam surat keputusan tersebut seperti Pulau Kemudi, Senubing, Pantai Batu Alif, Pantai Kukup, Selat Lampa, Pulau Selentang, Pulau Sahi, Pulau Setanau, Pantai Marus, Pulau Pasir, Pulau Panjang, Tanjung Sekatung, Pulau Bunga dan lainnya yang memiliki keindahan dan potensi dan daya tarik wisata bahari.

Objek wisata bahari daerah berdasarkan Surat Keputusan Bupati Natuna dapat dilihat pada Tabel 5.1 dan peta lokasi objek wisata bahari daerah Kabupaten Natuna dapat dilihat pada Gambar 5.1.

Tabel 5.1 Objek Wisata Bahari Daerah Kabupaten Natuna

No Nama Objek Lokasi

1 Pantai Teluk Selahang Kec. Bunguran Timur Laut 2 Pulau Senoa Kec. Bunguran Timur 3 Pantai Sengiap Kec. Bunguran Timur Laut 4 Pantai Teluk Buton Kec. Bunguran Utara 5 Pantai Sisi Kec. Serasan Timur 6 Pantai Batu Kasah Cemaga Kec. Bunguran Selatan 7 Pantai Teluk Depeh Kec. Bunguran Selatan 8 Pulau Kembang Kec. Bunguran Barat

(2)

Gambar 5.1 Peta Lokasi Objek Wisata Bahari Daerah Kabupaten Natuna Selain itu juga ada data dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Natuna tentang lokasi terumbu karang yang sesuai bagi pengembangan pariwisata bahari di Kabupaten Natuna yang akan menjadi pertimbangan peneliti dalam penentuan lokasi wisata bahari yang prioritas. Lokasi terumbu karang untuk pengembangan pariwisata bahari di Kabupaten Natuna dapat dilihat pada Tabel 5.2.

Tabel 5.2 Lokasi Terumbu Karang Untuk Pengembangan Pariwisata Bahari di Kabupaten Natuna

No Lokasi Koordinat Pencerahan Perairan (%) Tutupan Komunitas Karang (%) Jenis Life Form Jenis Ikan Karang Kecepatan Arus (cm/dr) Kedalaman Terumbu Karang (m) 1 Pulau Senoa N:04 000,32 E:1080 24,91 60 60 4 16 12 6 2 Selat Lampa N:03 039,70 E:108007,99 65 65 7 20 14 3 3 Teluk Buton N:04 0 13,61 E:108012,47 75 75 10 55 15 5 4 Pulau Sahi N:04 003,85 E:108017,81 60 55 6 15 16 6

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Natuna

Berikut adalah kondisi delapan objek wisata bahari prioritas yang akan dikembangkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Natuna.

(3)

1) Pantai Teluk Selahang

Pantai Teluk Selahang biasanya dikenal masyarakat dengan nama Pantai Tanjung merupakan pantai yang terdapat disebelah utara kota Ranai yang dapat dicapai dengan menggunakan kendaraan bermotor roda dua atau roda empat dengan waktu tempuh lebih kurang 20 menit. Pantai ini berada di wilayah Desa Tanjung Kecamatan Bunguran Timur Laut. Pantai ini cukup luas dengan pasir yang putih dan konturnya yang landai sehingga kegiatan berenang, berjemur, menikmati suasana sangat cocok dilakukan oleh pengunjung. Diujung pantai ini banyak terdapat batu batuan yang terhampar di pesisir pantai sehingga menambah daya tarik pantai ini. Sedangkan didepan pantai ini terdapat lokasi wisata Pulau Senoa dimana selat antara Pantai Teluk Selahang dan Pulau Senoa terdapat kawasan konservasi laut dan memiliki spot lokasi yang sangat bagus untuk atraksi snorkling dan diving. Hari minggu atau hari libur pantai ini cukup ramai dikunjungi oleh masyarakat sekitar untuk rekreasi, dan biasanya pada hari libur masyarakat yang tinggal di sekitar pantai memanfaatkan dengan membuka warung dan menjual makanan khas seperti lempar, kernas, ketabal serta minuman air kelapa dan lain-lain. Dilokasi ini belum tersedia sarana hotel/penginapan, sarana pendukung lainnya seperti penyewaan peralatan menyelam/olahraga air dan pemandu belum tersedia. Akses menuju kepantai ini bisa menggunakan bis umum regular dengan frekuensi perjalanan 3-4 kali sehari atau menggunakan jasa ojek. Kondisi jalan dan jembatan menuju lokasi ini cukup bagus dan infrastuktur pendukung lainnya seperti jaringan listrik, air bersih dan jaringan telepon seluler sudah tersedia. Kondisi Pantai Teluk Selahang dapat dilihat pada Gambar 5.2.

(4)

2) Pulau Senoa

Pulau Senoa berada di depan pulau Bunguran, pulau ini merupakan salah satu pulau terluar Indonesia yang ada di Kabupaten Natuna dengan luas pulau 27 Ha yang berlokasi di wilayah Desa Sepempang Kecamatan Bunguran Timur. Pulau ini memiliki pantai dan pemandangan Gunung Ranai dan Batu Sindu yang sangat indah. Pantainya memiliki pasir yang sangat putih, air yang jernih serta gua sarang burung Walet yang berada diujung pulau. Potensi lainnya yang dimiliki pulau ini adalah potensi terumbu karangnya yang menarik dengan ikan yang banyak dan bermacam jenis karena pulau ini termasuk dalam kawasan konservasi laut. Akses menuju ke pulau ini melalui jalur laut, dari kota ranai menggunakan kendaraan roda dua atau roda empat menuju ke pelabuhan Teluk Baruk Desa Sepempang dengan waktu tempuh 15 menit. Kemudian dilanjutkan dengan menggunakan pompong carteran milik nelayan dengan biaya sewa ± Rp 300.000 (pulang-pergi), transportasi regular menuju ke pulau ini belum tersedia. Sarana penunjang di Pulau Senoa seperti hotel/penginapan, toilet gazebo, dan rumah makan saat ini belum tersedia dan pulau ini merupakan pulau yang masih kosong, tidak berpenghuni tetapi pulau ini sering menjadi tempat rekreasi bagi masyarakat sekitar pada hari libur. Dermaga wisata di pulau ini sudah ada, jaringan listrik yang terdapat di pulau ini adalah pembangkit listrik hybrid tenaga surya dengan kapasitas 10kWP dan angin dengan kapasitas 4kW yang dibangun oleh pemerintah pusat. Data Dinas Kelautan dan Perikanan menunjukkan lokasi Pulau Senoa memiliki potensi terumbu karang yang sangat potensial untuk kegiatan atraksi wisata diving dan snorkling.

Gambar 5.3 Kondisi Pulau Senoa

(5)

Gambar 5.5 Pembangkit Listrik Hybrid Tenaga Surya dan Angin di Pulau Senoa

Gambar 5.6 Kondisi Pantai dan Pemandangan di Pulau Senoa

Gambar 5.7 Gua Sarang Burung Walet di Pulau Senoa 3) Pantai Sengiap

Pantai Sengiap berada di wilayah Kecamatan Bunguran Timur Laut, pantai ini cukup bagus karena berada di sebuah pulau yang bernama Pulau Kambing dan lokasinya terpisah oleh sungai dengan lebar sekitar 50 meter. Untuk menuju ke pantai ini harus melewati jembatan kayu yang dibangun oleh masyarakat setempat. Potensi pantai ini yaitu memiliki pasir putih yang panjang dan area pantai yang sangat luas. Pada musim tertentu gulungan gelombang di pantai ini sangat bagus dan cocok untuk olagraga surfing. Didepan pantai ini juga banyak terdapat terumbu karang yang bagus serta ikan yang banyak untuk atraksi wisata memancing dan menyelam. Akses menuju ke pantai ini belum bagus karena belum ada jalan aspal masih berupa jalan pasir yang dibangun oleh masyarakat setempat. Transportasi reguler menuju ke lokasi belum tersedia. Sarana lainnya seperti penginapan, toilet, lapangan parkir, tempat mandi/bilas belum tersedia. Kondisi Pantai Sengiap dapatdilihat pada Gambar 5.8.

(6)

Gambar 5.8 Kondisi Pantai Sengiap 4) Pantai Teluk Buton

Pantai teluk buton berada di ujung pulau bunguran dan masuk ke wilayah Kecamatan Bunguran Utara. Pantai ini cukup unik karena selain memiliki pantai dengan pasir yang putih, pantai nya juga memiliki batu batu karang yang terhampar di sepanjang pantai. Di depan pantai ini banyak terdapat terumbu karang dan ikan yang besar dan banyak sehingga masyarakat sekitar suka memancing di lokasi ini. Berdasarkan data potensi terumbu karang lokasi teluk buton merupakan lokasi yang memiliki potensi terbaik untuk kegiatan atraksi snorkling dan diving. Pemandangan dari jalan raya melihat ke pantai ini sangat eksotis, karena pantai ini berada di bawah jurang yang cukup tinggi. Akses ke pantai ini cukup baik karena sudah ada jalan raya yang lebar dan beraspal. Transportasi ke lokasi ini bisa menggunakan bis umum yang melewati pantai ini dengan frekuensi perjalan 3-4 kali sehari. Selain itu bisa menggunakan kendaraan roda dua atau roda empat carteran dengan waktu tempuh ± 2 jam. Sarana penunjang pariwisata seperti penginapan, rumah makan, sarana penyewaan peralatan olahraga di lokasi ini belum tersedia. Pantai Teluk Buton dapat dilihat pada Gambar 5.9.

(7)

5) Pantai Sisi

Pantai Sisi terletak di Pulau Serasan Kecamatan Serasan Timur. Objek wisata ini memiliki pantai yang sangat panjang yaitu sekitar 8 kilometer. Pasir di pantai ini sangat halus dan putih dengan gelombang yang cukup besar pada musim-musim tertentu. Pantai Sisi pernah disebutkan sebagai salah satu dari 30 pantai terbaik di dunia versi “Island Magazine” edisi September 2006. Lokasi ini berbeda pulau dan terpisah oleh laut dengan kota Ranai yang berada di Pulau Bunguran. Untuk menuju ke lokasi ini dengan menggunakan kapal Pelni KM.Bukit Raya yang frekuensinya dua minggu sekali dengan waktu tempuh kurang lebih 12 jam dan menggunakan kapal perintis yang frekuensi nya setiap sepuluh hari sekali dengan waktu tempuh 16 jam. Lokasi objek wisata ini ini menjadi lokasi yang favorit bagi masyarakat sekitar untuk berekreasi. Fasilitas penunjang seperti hotel/penginapan, rumah makan, toilet belum tersedia. Kondisi Pantai Sisi dapat dilihat pada Gambar 5.10.

Gambar 5.10 Kondisi Pantai Sisi di Serasan 6) Pantai Batu Kasah Cemaga

Pantai Batu Kasah masuk dalam wilayah Kecamatan Bunguran Selatan, pantai ini memiliki karakteristik berpasir dan berbatu. Pantai sangat bagus dengan batu batuan nya yang besar yang ada di sekitar pantai dengan lautnya yang jernih dan tenang sehingga menjadi suatu atraksi wisata yang sangat menarik. Terumbu karang yang ada di pantai ini cukup bagus dengan potensi ikannya yang banyak, sehingga lokasi ini menjadi lokasi yang disukai oleh masyarakat untuk memancing. Untuk mencapai ke Pantai Batu Kasah dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan roda dua dan kendaraan roda empat dengan waktu tempuh dekitar 45 menit dari kota Ranai. Saat ini lokasi wisata ini belum dikembangkan, jalan menuju ke lokasi ini belum memadai karena masih berupa jalan pasir. Sarana penunjang pariwisata lainnya pun belum tersedia.

(8)

Gambar 5.11 Kondisi Pantai Batu Kasah Cemaga 7) Pantai Teluk Depeh

Pantai ini terletak di Kecamatan Bunguran Selatan, potensi yang dimiliki pantai ini adalah pantainya yang berpasir putih dan indah, memiliki lokasi untuk panjat tebing dan outbond walaupun kondisi eksisting infrastruktur pariwisata, fasilitas penunjang masih sangat minim, belum ada fasilitas umum seperti toilet, lapangan parkir dan lain sebagainya. Untuk menuju ke lokasi ini bisa menggunakan kendaraan roda dua atau kendaraan roda empat dengan waktu tempuh sekitar dua jam dari kota Ranai. Kondisi jalan masih berupa jalan tanah belum ada pengerasan atau aspal, selain itu belum ada angkutan umum yang menuju ke lokasi ini, sehingga harus menyewa motor atau mobil. Kondisi objek wisata Pantai Teluk Depeh dapat dilihat pada Gambar 5.12.

(9)

8) Pulau Kembang

Pulau kembang adalah sebuah pulau yang terpisah dengan pulau Bunguran dan kota Ranai, pulau ini masuk dalam wilayah Kecamatan Bunguran Barat. Potensi yang dimiliki pulau ini adalah terumbu karang yang sangat bagus yang berada di sekitar pulau sangat cocok untuk wisata menyelam dan memancing, pulau ini merupakan pulau yang masih kosong tidak berpenghuni, keindahan lainnya yang dimiliki pulau ini adalah banyak terdapat burung yang bagus dan tergolong jinak. Pantai yang ada dipulau ini adalah pantai pasir yang berbatu. Untuk menuju ke pulau ini belum ada transportasi reguler, pengunjung bisa mencarter pompong nelayan untuk menuju ke sini, sarana penunjang pariwisata lainnya seperti penginapan, toilet, kamar mandi/bilas belum tersedia.

Gambar 5.13 Pulau Kembang

Selanjutnya dari delapan lokasi wisata daerah prioritas Kabupaten Natuna, perlu dilakukan penentuan lokasi mana yang terlebih dahulu fokus untuk dikembangkan. Hal ini untuk mengatasi permasalahan pengembangan pariwisata bahari di Kabupaten Natuna, yaitu keterbatasan dana yang ada, penentuan lokasi prioritas bukan berarti lokasi yang tidak mendapat prioritas pertama tidak perlu dikembangkan tetapi difokuskan dulu ke lokasi pertama setelah berkembang dilanjutkan lagi ke lokasi yang prioritas kedua dan seterusnya. Indikator yang digunakan dalam menentukan lokasi objek wisata bahari prioritas adalah empat faktor yang berpengaruh terhadap aspek penawaran destinasi wisata yaitu atraksi, aksesibilitas, amenitas dan ancilliary.

5.1.1 Persepsi Responden Terhadap Atraksi Daya Tarik Wisata

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui pendapat responden terhadap faktor atraksi daya tarik wisata dari beberapa lokasi wisata yang ditentukan. Atraksi wisata merupakan sesuatu yang bisa dilihat/dinikmati (something to see), sesuatu yang bisa dilakukan (something to do) dan sesuatu yang bisa dibeli (something to buy) di suatu lokasi wisata. Dalam penelitian ini peneliti membagi indeks atraksi daya tarik wisata ini dalam 3 komponen yaitu keindahan dan keunikan, budaya masyarakat setempat dan kuliner khas.

(10)

1. Keindahan dan keunikan

Berupa pemandangan alam yang indah dan ketersediaan wisata bahari yang ada dan bisa dinikmati wisatawan yang ada di suatu lokasi wisata.

2. Budaya

Merupakan pola kehidupan dan tradisi, adat istiadat, kesenian tradisional, pakaian daerah, upacara dan kepercayaan yang memiliki daya tarik yang ada di lokasi wisata.

3. Kuliner lokal

Merupakan makanan lokal khas daerah yang bisa dibeli/dinikmati oleh wisatawan yang tersedia di lokasi wisata.

Penelitian ini mengukur persepsi individu, sehingga penulis menggunakan tingkat pengukuran ordinal dengan tiga tingkatan yaitu jika “Ada dan Baik” diberi nilai 2, jika “Ada tapi Tidak Baik” diberi nilai 1, jika “Tidak Ada” diberi nilai 0. Berikut ini persepsi responden terhadap atraksi wisata di delapan lokasi wisata yang sudah ditentukan.

Tabel 5.3 Indeks Persepsi Responden Terhadap Atraksi Daya Tarik Wisata No Lokasi Wisata

Atraksi Daya Tarik Wisata

Rata-rata Kindahan dan

Keunikan

Budaya

Setempat Kuliner Lokal

1 Pantai Teluk Selahang 2,00 0,89 1,67 1,52

2 Pulau Senoa 2,00 0,00 0,11 0,70

3 Pantai Sengiap 2,00 0,11 0,00 0,70

4 Pantai Teluk Buton 1,78 1,00 0,11 0,96

5 Pantai Sisi 1,67 0,89 0,67 1,07

6 Pantai Batu Kasah Cemaga 2,00 0,67 0,78 1,15

7 Pantai Teluk Depeh 1,89 0,78 0,11 0,93

8 Pulau Kembang 1,78 0,00 0,11 0,63

Sumber : Data Primer (diolah)

Tabel 5.3 menyatakan pendapat responden mengenai atraksi daya tarik wisata berupa keindahan dan keunikan, budaya setempat dan kuliner lokal di beberapa lokasi wisata. Dari tabel tersebut diketahui ternyata lokasi wisata yang memiliki nilai rata-rata yang tertinggi yaitu lokasi Pantai Teluk Selahang dengan nilai rata-rata 1,52. Hal ini berarti bahwa responden menyatakan bahwa atraksi daya tarik wisata untuk lokasi Pantai Teluk Selahang “ada dan baik”. Dari hasil survey yang dilakukan, lokasi Pantai Teluk Selahang memiliki pantai yang sangat bagus, berpasir putih dengan panjang hampir mencapai 2 km, di pantai ini sering diadakan kegiatan-kegiatan hiburan rakyat dan atraksi budaya oleh pemerintah daerah dan oleh masyarakat setempat seperti pagelaran permainan alu, tarian topeng, silat melayu dan hiburan lainnya, tidak jauh dari lokasi ini terdapat pembudidayaan penyu oleh masyarakat. Setiap hari minggu atau hari libur, masyarakat yang tinggal di sekitar pantai Teluk Selahang menjual makanan dan minuman khas seperti kernas, lempar, ketabal dan minuman air kelapa dan juga menyewakan ban untuk pelampung dan perahu karet dan menjual souvenir dari kerang, sehingga pada setiap hari minggu atau pun hari libur, masyarakat banyak yang berkunjung ke pantai ini.

(11)

Gambar 5.14 Keindahan Pantai Teluk Selahang

Gambar 5.15 Kondisi Pantai Berbatu di Pantai Teluk Selahang

Gambar 5.16 Kesenian Rakyat Permainan Alu di Pantai Teluk Selahang

Gambar 5.17 Makanan Khas Kenas dan Lempar Yang Dijual di Pantai Teluk Selahang

5.1.2 Persepsi Responden Terhadap Aksesibilitas

Salah satu faktor yang menentukan berhasilnya pengembangan pariwisata bahari adalah adanya aksesibilitas ke lokasi wisata, sehingga memungkinkan dan memudahkan wisatawan mengunjungi lokasi wisata tersebut. Selanjutnya adalah analisis persepsi responden terhadap aksesibilitas, analisis ini bertujuan untuk

(12)

mengetahui lokasi wisata yang paling baik aksesibilitasnya dari beberapa lokasi wisata yang telah ditentukan.

Komponen yang ditentukan dalam aksesibilitas ini ada tiga yaitu jalan ke lokasi, transportasi ke lokasi dan jarak tempuh ke lokasi. Tingkat pengukuran untuk jalan kelokasi dan transportasi ke lokasi dengan tiga tingkatan yaitu “Ada dan Baik” diberi nilai 2, “Ada tapi Tidak Baik” diberi nilai 1 dan “Tidak Ada” diberi nilai 0. Tingkat pengukuran untuk komponen jarah tempuh dengan tiga tingkatan yaitu “Tidak Lama” diberi nilai 2, “Lama” diberi nilai 1 dan “Sangat Lama” diberi nilai 0.

Berikut adalah indeks persepsi terhadap aksesibilitas dari delapan lokasi yang sudah ditentukan.

Tabel 5.4 Indeks Persepsi Responden Terhadap Aksesibilitas No Lokasi Wisata Aksesibilitas Rata-rata Jalan ke Lokasi Transportasi ke

Lokasi Jarak Tempuh

1 Pantai Teluk Selahang 2,00 1,33 2,00 1,78

2 Pulau Senoa 1,67 1,56 1,89 1,70

3 Pantai Sengiap 1,56 0,44 1,22 1,07

4 Pantai Teluk Buton 1,22 0,56 0,89 0,89

5 Pantai Sisi 1,00 0,00 0,22 0,41

6 Pantai Batu Kasah Cemaga 1,22 0,00 0,89 0,70

7 Pantai Teluk Depeh 1,00 0,00 1,00 0,67

8 Pulau Kembang 1,00 0,56 0,67 0,74

Sumber : Data Primer (diolah)

Tabel 5.4 menerangkan pendapat responden mengenai jalan ke lokasi, transportasi ke lokasi dan jarak tempuh. Dari tabel diketahui bahwa lokasi yang memiliki rata-rata aksesibilitas yang paling tinggi adalah Pantai Teluk Selahang dengan indeks sebesar 1,78. Hal ini berarti bahwa responden menyatakan aksesibilitas di pantai teluk selahang “ada dan baik”. Lokasi Pantai Teluk Selahang merupakan lokasi yang sangat dekat dengan ibukota yaitu Ranai, untuk mencapai ke lokasi ini apabila berada dari luar Kabupaten Natuna, bisa menggunakan pesawat komersial dari bandara Hang Nadim Batam ke Natuna dengan frekuensi setiap hari pulang pergi atau bisa juga menggunakan kapal Pelni KM. Bukit Raya dari pelabuhan Kijang Tanjung Pinang ke Pelabuhan Selat Lampa, kemudian selanjutnya bisa menggunakan kendaraan roda dua atau roda empat melalui jalan darat dengan jalan yang sudah cukup bagus dan beraspal dengan jarak tempuh dari bandara sekitar 30 menit dan bila dari pelabuhan Selat Lampa sekitar 2,5 jam. Dari kota Ranai untuk berkunjung ke lokasi ini bisa menggunakan bis umum yang biasa melewati lokasi ini 3-4 kali dalam sehari dan juga pengunjung bisa menggunakan kendaraan roda dua atau kendaraan roda empat carteran atau dengan mengunakan ojek.

(13)

Gambar 5.18 Fasilitas Transportasi Menuju Natuna 5.1.3 Persepsi Responden Terhadap Amenitas

Faktor lain yang berpengaruh terhadap pengembangan wisata bahari adalah faktor amenitas. Amenitas adalah fasilitas pendukung yang bisa memenuhi kebutuhan dan keinginan wisatawan di suatu lokasi wisata. Analisis persepsi responden terhadap faktor ini bertujuan untuk mengetahui pendapat responden tentang lokasi yang memiliki amenitas yang paling baik. Dalam penelitian ini peneliti membagi kedalam 5 fasilitas yaitu tersedianya hotel/penginapan, rumah makan, fasilitas kamar mandi/kamar bilas, fasilitas parkir kendaraan dan sarana ibadah.

Tingkat pengukuran yang digunakan ada tiga tingkatan yaitu “Ada dan Baik” diberi nilai 2, “Ada tapi Tidak Baik” diberi nilai 1, “Tidak Ada” diberi nilai 0. Indeks persepsi responden terhadap amenitas dapat di lihat pada Tabel 5.5.

Tabel 5.5 Indeks Persepsi Responden Terhadap Amenitas No Lokasi Wisata Amenitas Rata-rata Hotel/ penginapan Rumah Makan Kamar Mandi/Bilas Tempat Pakir Sarana Ibadah 1 Pantai Teluk Selahang 0,22 1,11 1,44 1,22 0,44 1,48 2 Pulau Senoa 0,11 0,00 0,78 0,11 0,11 0,37 3 Pantai Sengiap 0,00 0,00 0,00 0,11 0,00 0,04 4 Pantai Teluk Buton 0,00 0,00 0,00 0,00 0,11 0,04

5 Pantai Sisi 0,00 0,67 0,22 0,56 0,00 0,48

6 Pantai Batu Kasah

Cemaga 0,00 0,22 0,78 0,56 0,00 0,52

7 Pantai Teluk

Depeh 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

8 Pulau Kembang 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

Sumber : Data Primer (diolah)

Tabel 5.5 menunjukkan pendapat responden mengenai amenitas dari delapan lokasi wisata yang sudah ditentukan. Tabel 5.5 diatas menjelaskan bahwa responden menyatakan lokasi yang memiliki nilai rata-rata amenitas yang paling tinggi adalah Pantai Teluk Selahang dengan nilai rata-rata 1,48, angka ini berarti rata-rata semua responden menyatakan bahwa amenitas di lokasi Pantai Teluk Selahang “ada tapi tidak baik”. Hal ini dikarenakan pantai Teluk Selahang ini sudah tersedia rumah makan dan warung meskipun hanya buka pada hari-hari

(14)

tertentu saja seperti saat weekend (hari sabtu dan minggu) ataupun hari libur karena pada hari tersebut pengunjung sangat banyak. Sedangkan resort atau hotel/penginapan yang berada di lokasi ini belum tersedia, hotel/penginapan yang terdekat dari lokasi ini ada di Kota Ranai dengan jarak sekitar 10 km, fasilitas kamar mandi/bilas umum di lokasi ini masih terlihat kotor dan tidak terawat dengan baik, lokasi parkir sudah tersedia tetapi belum teratur dan belum terawat dengan baik. Kurangnya amenitas di Pantai Teluk Selahang ini akan menjadi menghambat bagi kenyamanan pengunjung dan juga kelancaran wisata bahari di Pantai Teluk Selahang.

5.1.4 Persepsi Responden Terhadap Ancilliary

Faktor yang lainnya yang berpengaruh terhadap pengembangan pariwisata bahari adalah faktor ancilliary. Ancilliary adalah ketersediaan organisasi yang mengelola lokasi wisata baik dari pemerintah, perusahaan maupun individu/perorangan. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui persepsi responden terhadap faktor ancilliary dari beberapa lokasi wisata yang sudah ditentukan.

Tingkat pengukuran yang digunakan ada tiga yaitu “Ada dan Baik” diberi nilai 2, “Ada tapi Tidak Baik” diberi nilai 1, dan “Tidak ada” diberi nilai 0. Berikut ini adalah persepsi responden terhadap faktor Ancilliary.

Tabel 5.6 Indeks Persepsi Responden Terhadap Ancilliary No Lokasi Wisata Ancilliary Rata-rata Perusahaan Kelompok Masyarakat Individu/ perorangan

1 Pantai Teluk Selahang 0,00 1,67 1,56 1,07

2 Pulau Senoa 0,00 1,44 1,11 0,85

3 Pantai Sengiap 0,00 0,22 1,00 0,41

4 Pantai Teluk Buton 0,00 0,33 0,56 0,30

5 Pantai Sisi 0,00 1,00 1,11 0,70

6 Pantai Batu Kasah Cemaga 0,00 1,11 1,00 0,70

7 Pantai Teluk Depeh 0,00 0,22 0,44 0,22

8 Pulau Kembang 0,00 0,22 0,78 0,33

Sumber : Data Primer (diolah)

Data yang ada pada Tabel 5.6, menerangkan pendapat responden mengenai faktor ancilliary. Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa responden menyatakan rata-rata ancillary yang paling besar ada di lokasi Pantai Teluk Selahang dengan nilai rata-rata adalah 1,07 artinya “ada tapi tidak baik”. Saat ini organisasi yang mengelola lokasi Pantai Teluk Selahang ini adalah Organisasi Masyarakat Pencinta Pantai Teluk Selahang yang dibentuk oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Natuna, belum ada perusahaan pariwisata yang khusus mengelola potensi wisata di pantai ini, selain itu individu/perorangan yang merupakan masyarakat yang tinggal di lokasi ini atau yang memiliki lahan juga mengelola lokasi masing-masing. Organisasi Masyarakat Pencinta Pantai Teluk Selahang dibentuk pada tahun 2011 dimana fungsi organisasi ini adalah mengelola, menjaga dan memanfaatkan fasilitas wisata baik yang dibangun oleh pemerintah daerah seperti fasilitas kamar mandi umum, parkir, bangunan gazibu dan tempat duduk di lokasi ini serta menjaga kebersihan pantai meskipun dalam pelaksanaannya belum

(15)

berjalan sebagaimana mestinya sebagai contoh masih banyak sampah yang berserakan di sekitar pantai dan kamar mandi yang tidak terawat sehingga hal ini akan menjadi kendala bagi pengembangan pariwisata bahari di lokasi ini.

5.1.5 Persepsi Responden Terhadap Faktor Empat A

Empat A merupakan empat aspek atau faktor yang berpengaruh terhadap penawaran lokasi wisata yang meliputi atraksi daya tarik wisata, aksesibilitas, amenitas dan ancilliary. Untuk mengembangkan pariwisata, empat faktor ini harus dimiliki oleh suatu destinasi pariwisata. Tabel indeks persepsi responden didapat dari tabel-tabel analisis yang sebelumnya. Berikut adalah tabel indeks persepsi responden terhadap faktor empat A.

Tabel 5.7 Indeks Persepsi Responden Terhadap Faktor Empat A

No Lokasi Wisata Faktor 4 A Rata-Rata Rangking Atraksi Daya Tarik Wisata

Aksesi-bilitas Amenitas Ancilliary 1 Pantai Teluk

Selahang 1,52 1,78 1,48 1,07 1,46 I

2 Pulau Senoa 0,70 1,70 0,37 0,85 0,91 II

3 Pantai Sengiap 0,70 1,07 0,04 0,41 0,56 V

4 Pantai Teluk Buton 0,96 0,89 0,04 0,30 0,55 VI

5 Pantai Sisi 1,07 0,41 0,48 0,70 0,67 IV

6 Pantai Batu Kasah

Cemaga 1,15 0,70 0,52 0,70 0,77 III

7 Pantai Teluk Depeh 0,93 0,67 0,00 0,22 0,45 VII

8 Pulau Kembang 0,63 0,74 0,00 0,33 0,43 VIII

Sumber : Data Primer (diolah)

Data yang ada pada Tabel 5.7 diatas, menunjukkan pendapat responden terhadap faktor empat A yaitu faktor atraksi daya tarik wisata, faktor aksesibilitas, faktor amenitas dan faktor ancilliary. Berdasarkan data tersebut tersebut diatas nilai rata-rata pendapat responden terhadap faktor empat A yang paling tinggi adalah lokasi Pantai Teluk Selahang dengan nilai rata-rata 1,46 dan mendapat rangking ke-I, angka ini menunjukkan bahwa responden berpendapat lokasi Pantai Teluk Selahang memiliki faktor 4 A dengan tingkat “Ada tapi Tidak Baik” dan lokasi ini merupakan lokasi yang paling prioritas untuk dikembangkan.

Pantai Teluk Selahang memiliki pantai yang berpasir panjang hampir mencapai 2 km dengan bentuk pantai landai dan berbatu, memiliki panorama yang sangat indah dengan batu-batuan yang besar, di lokasi ini sering diadakan pagelaran budaya berupa permainan alu, tarian topeng dan silat melayu, pada hari-hari tertentu seperti hari-hari minggu ataupun hari-hari libur, lokasi ini paling banyak di kunjungi sehingga masyarakat yang tinggal di sini memanfaatkan dengan menjual makanan dan minuman khas seperti kernas, lempar, katabal dan minuman air kelapa.

Akses menuju ke Pantai Teluk Selahang, terlebih dahulu harus ke Natuna dengan menggunakan pesawat wings air berkapasitas 40 orang dengan frekuensi penerbangan setiap hari pulang pergi dan menggunakan pesawat Sky Aviation

(16)

berkapasitas 100 orang frekeuensi penerbangan dua kali seminggu pulang pergi dari Bandara Hang Nadim Batam, perjalanan pesawat kurang lebih 1,5 jam atau dapat juga menggunakan jalur pelayaran dengan kapal Pelni KM. Bukit Raya dari pelabuhan Kijang, Tanjung Pinang, perjalanan dengan kapal memakan waktu sekitar 30 jam. Setelah sampai di Kota Ranai Natuna wisatawan bisa langsung menuju lokasi wisata ini dengan memgunakan kendaraan roda dua atau roda empat dengan lama tempuh lebih kurang 30 menit. Kondisi jalan yang menghubungkan pantai ini dengan kota Ranai cukup baik karena merupakan jalan aspal, kondisi jembatan yang dilewati juga cukup baik sehingga akses dari kota Ranai ke pantai ini sangat lancar. Transportasi untuk menuju ke lokasi ini bisa menggunakan bis umum tetapi frekuensi nya tidak sering hanya 3-4 kali dalam sehari. Selain itu pengunjung dapat juga mencarter kendaraan roda dua/kendaraan roda empat atau menggunakan ojek untuk menuju ke lokasi ini. Disekitar pantai ada pemukiman penduduk dan juga ada beberapa rumah makan dan warung kecil yang menjual makanan dan minuman akan tetapi rumah makan atau warung itu dibuka pada hari tertentu seperti pada hari minggu atau hari libur saja karena pada hari-hari itu pengunjung banyak. Menurut data dari Dinas Pariwisata Kabupaten Natuna, jumlah pengunjung di Pantai Teluk Selahang paling banyak dibandingkan dengan lokasi wisata lainnya di Kabupaten Natuna, setiap hari minggu atau hari libur pengunjung yang berekreasi di pantai ini berjumlah 500 – 1500 orang, dan lebih banyak lagi bila ada hiburan rakyat dan atraksi kesenian tradisional dan budaya lokal yang dilaksanakan di lokasi ini.

Saat ini Pantai Teluk Selahang dikelola oleh sebuah organisasi yaitu Organisasi Masyarakat Pencinta Pantai Teluk Selahang yang dibentuk oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Natuna, anggota organisasi ini telah diberi pelatihan-pelatihan mengenai kepariwisataan, selain itu mereka di latih untuk membuat souvenir/kerajinan dari kerang, mereka bertugas untuk menjaga dan mengelola bangunan-bangunan yang di bangun oleh Pemerintah Daerah seperti kamar mandi umum, parkir, gazibu, tempat duduk dan menjaga kebersihan pantai meskipun dalam pelaksanaanya belum berjalan sebagaimana mestinya, ini bisa dilihat dengan banyak sampah di sekitar pantai dan kamar mandi/kamar bilas dan sarana parkir yang tidak terawat dan kotor.

Selanjutnya persepsi responden terhadap faktor empat A ini yang mendapat rangking ke-II adalah Pulau Senoa dengan nilai 0,91, artinya responden berpendapat bahwa lokasi Pulau Senoa merupakan prioritas yang kedua untuk dikembangkan dan lokasi Pulau Senoa memiliki faktor empat A dengan tingkat “Ada tapi Tidak Baik”. Pulau Senoa merupakan sebuah pulau yang berada di depan pulau Bunguran dan merupakan pulau terluar Indonesia. Pulau ini memiliki panorama alam yang sangat indah dengan pemandangan gunung ranai dan Batu Sindu, pantai di Pulau Senoa sangat alami dengan air yang jernih, berpasir putih, dan terdapat goa sarang walet di ujung pulau, potensi lain yang dimiliki pulau ini adalah terumbu karangnya yang indah dan menarik serta perairannya yang banyak terdapat ikan untuk atraksi memancing, diving dan snorkling.

Akses menuju ke Pulau Senoa dari kota Ranai dengan menggunakan kendaraan roda dua atau roda empat menuju pelabuhan Teluk Baruk Desa Sepempang dengan waktu tempuh sekitar 15 menit, kondisi jalan sudah cukup bagus karena sudah beraspal, kemudian dilanjutkan dengan menggunakan pompong carteran milik nelayan setempat dengan biaya sekitar Rp 300.000,-

(17)

(pulang-pergi) karena transportasi reguler ke Pulau Senoa belum ada. Sarana amenitas di Pulau Senoa seperti hotel/penginapan, kamar mandi/bilas serta rumah makan belum tersedia.

5.2 Faktor Internal dan Eksternal Yang Berpengaruh Terhadap Pengembangan Pariwisata Bahari di Kabupaten Natuna

Untuk mengetahui faktor-faktor strategi yang berpengaruh terhadap pengembangan pariwisata bahari di Kabupaten Natuna digunakan analisis faktor internal eksternal. Tahap awal analisis ini adalah mengidentifikasi terlebih dahulu indikator faktor internal yaitu kekuatan dan kelemahan dan indikator faktor eksternal yaitu peluang dan ancaman dalam pengembangan pariwisata bahari di Kabupaten Natuna. Faktor internal dan eksternal ditentukan oleh peneliti melalui studi pustaka, wawancara dengan pihak dinas/instansi yang terkait, anggota legislatif, pengusaha hotel/rumah makan, maskapai penerbangan, LSM pariwisata, wisatawan dan juga dengan pengalaman penulis sebagai bagian dari instansi pariwisata di Kabupaten Natuna.

5.2.1 Faktor Strategis Internal

Berdasarkan pengumpulan data primer dan sekunder, ditentukan beberapa faktor strategis internal pengembangan pariwisata bahari di Kabupaten Natuna. Faktor strategis internal tersebut terdiri atas faktor kekuatan dan faktor kelemahan dalam pengembangan pariwisata bahari di Kabupaten Natuna, faktor-faktor strategis internal tersebut adalah sebagai berikut :

A. Kekuatan (Strengths)

Setelah faktor-faktor strategi internal di identifikasi dan dimasukkan ke dalam suatu tabel IFAS (Internal Strategic Factor Analysis Summary) maka selanjutnya dirumuskan faktor-faktor strategis internal tersebut ke dalam kerangka strength and weakness yang sangat mempengaruhi pengembangan pariwisata bahari di Kabupaten Natuna. Faktor kekuatan harus dimanfaatkan seoptimal mungkin dalam pengembangan pariwisata bahari di Kabupaten Natuna. Faktor-faktor kekuatan tersebut terdiri dari :

1) Potensi Wisata Alam dan Wisata Bahari yang Menarik

Potensi wisata alam dan wisata bahari di Kabupaten Natuna sangat banyak dan sangat menarik dengan kondisi geografisnya yang berbentuk kepulauan dengan pantai yang landai sehingga sebagian besar pulau-pulau yang ada di Kabupaten Natuna memiliki pantai yang berpasir putih. Alam yang dimaksudkan disini adalah alam pantai, pesisir pantai, laut serta isinya seperti terumbu karang, ikan dan habitat lainnya. Potensi wisata alam dan wisata bahari di Kabupaten Natuna berupa panorama alam pantai yang indah, terumbu karang yang luas dan bagus dengan kejernihan dan arus yang cukup baik, panorama pantai yang berbatu dan unik, tersedianya budi daya penyu di beberapa lokasi dan dan goa sarang walet yang indah di Pulau Senoa. Dengan potensi yang dimiliki sehingga banyak atraksi wisata seperti menikmati panorama pantai, berjemur, berenang, diving, snorkeling, memancing, olahraga air dan atraksi wisata bahari lainnya yang bisa dikembangkan di Kabupaten Natuna.

(18)

2) Ketersediaan Lahan Untuk Pengembangan Pariwisata Bahari

Ketersediaan dan daya dukung lahan untuk pengembangan pariwisata bahari sangat prospektif dan sangat menunjang pengembangan sektor ini. Masih banyak lahan kosong milik masyarakat yang bersedia untuk di jadikan lahan pengembangan kawasan wisata bahari di Kabupaten Natuna. Masyarakat juga sangat mendukung pengembangan wisata bahari di wilayah nya karena sadar akan keuntungan dan manfaat yang bisa mereka peroleh selain membuka peluang pekerjaan juga akan memberikan manfaat ekonomi bagi mereka.

3) Masyarakat Yang Ramah

Masyarakat Natuna yang merupakan masyarakat melayu sangat menjunjung tinggi adat istiadat dan budaya islam. Banyak tradisi masyarakat, atraksi budaya masyarakat, kesenian tradisionalnya yang dipengaruhi oleh budaya islam seperti acara penyambutan tepung tawar, silat melayu, gendang melayu, kompang dan qasidah. Masyarakat melayu mempunyai sikap keterbukaan dan menerima siapa saja sebagai saudara, asalkan antara mereka dapat saling bekerja sama, saling menghargai dan saling menghormati. Menurut masyarakat melayu ada pepatah “Adat melayu bersendikan syara’, dan syara’ bersedikan kitabullah”. Keterbukaan dan keramahtamahan masyarakat dapat menjadi kekuatan dalam pengembangan pariwisata bahari di Kabupaten Natuna.

4) Ketersediaan kawasan konservasi laut untuk pariwisata

Kawasan konservasi sangat penting keberadaannya dalam pengembangan pariwisata bahari di Kabupaten Natuna. Kawasan konservasi ini bertujuan untuk melindungi habitat dan populasi ikan seperti perlindungan dan rehabilitasi terumbu karang sehingga kelestarian sumber daya alam hayati laut bisa terwujud sehingga akan mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dengan tersedianya kawasan konservasi laut ini akan mendukung pengembangan pariwisata bahari di Kabupaten Natuna.

Kawasan konservasi laut di Kabupaten Natuna terdapat tiga kawasan yaitu Kawasan I dengan luas 57.574 ha meliputi kawasan Pulau Tiga – Sedanau dan laut disekitarnya di prioritaskan untuk mendukung kegiatan perikanan berkelanjutan, Kawasan II dengan luas 52.415 ha meliputi Kawasan Bunguran Utara dan laut disekitarnya di prioritaskan untuk suaka perikanan, dan Kawasan III dengan luas 35.990 ha meliputi Kawasan Pesisir Timur Bunguran dan laut disekitarnya diprioritaskan untuk mendukung kegiatan pariwisata bahari. Peta kawasan konservasi laut dapat dilihat pada Gambar 5.19.

(19)

Gambar 5.19 Peta Kawasan Konservasi Laut Kabupaten Natuna 5) Dukungan pendanaan oleh pemerintah daerah

Kabupaten Natuna sebagai daerah yang memiliki sumber daya alam minyak dan gas mendapat pembagian dana bagi hasil dari pemerintah pusat yang cukup besar sehingga memperbesar peluang untuk mengembangkan pariwisata bahari di Kabupaten Natuna. Nilai Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Natuna dibandingkan dengan jumlah penduduk Natuna dapat dilihat pada table 5.8.

Tabel 5.8 Nilai Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Dibandingkan Dengan Jumlah Penduduk Kabupaten Natuna

Tahun Nilai APBD

(Rupiah) Jumlah Penduduk (Jiwa) 2010 Rp 0,95 Trilyun 69.003 2011 Rp 1,15 Trilyun 72.950 2012 Rp 1,73 Trilyun 76.606 B. Kelemahan (Weaknesses)

Faktor kelemahan merupakan faktor internal yang dapat menghambat dalam pengembangan pariwisata bahari di Kabupaten Natuna. Faktor kelemahan ini harus dicermati secara baik, karena akan menghambat perkembangan pariwisata bahari di Kabupaten Natuna. Faktor kelemahan pengembangan pariwisata bahari di Kabupaten Natuna adalah sebagai berikut :

(20)

1) Akses dan transportasi sangat terbatas

Aksesibilitas dalam hal ini adalah tingkat kemudahan untuk menjangkau suatu destinasi pariwisata. Aksesibilitas sangat penting dalam mengembangkan pariwisata di Kabupaten Natuna, objek-objek wisata khususnya wisata bahari di Kabupaten Natuna tersebar dan juga berada di pulau-pulau seperti di Pulau Serasan, Pulau Laut, Pulau Tiga, Pulau Midai, Pulau Sedanau dan Pulau Subi. Untuk mencapai ke objek wisata ini menggunakan alat angkut transportasi laut, sehingga sarana dan prasarana transportasi laut sangat diperlukan dalam pengembangan pariwisata bahari di Kabupaten Natuna.

Sarana dan prasarana transportasi yang ada di Kabupaten Natuna saat ini adalah 1 (satu) pelabuhan udara milik TNI AU, satu terminal antar kecamatan yang berada di Kota Ranai dengan klasifikasi terminal tipe C, pelabuhan Selat Lampa, pelabuhan Penagi, pelabuhan Binjai dan beberapa pelabuhan lainnya yang tersebar di kecamatan.

Pelayanan transportasi regional melalui angkutan udara pesawat wings air dengan jadwal sekali sehari pulang pergi dan pesawat Sky Aviation dengan jadwal dua kali seminggu dengan rute Batam – Natuna pulang pergi, angkutan laut Kapal Motor (KM) Bukit Raya setiap dua minggu sekali dengan rute perjalanan Jakarta – Muntok - Tanjung Pinang – Letung – Tarempa – Selat Lampa – Midai – Serasan – Pontianak – Surabaya dan angkutan Kapal Motor Terigas dan Gunung Bintan setiap 10 hari sekali. Sedangkan untuk transportasi antar kecamatan di Kabupaten Natuna dengan alat transportasi Kapal Cepat (Speed Boat) dengan jadwal dua kali sehari tujuan Binjai - Sedanau - Kelarik dan Kapal Pompong dengan sistem carteran sedangkan untuk transportasi antar kecamatan dalam satu pulau bunguran yaitu transportasi bis umum dengan frekuensi 3-4 kali sehari, kendaraan roda dua dan kendaraan roda empat carteran serta menggunakan ojek.

2) Sarana dan prasarana pendukung pariwisata terbatas

Sarana dan prasarana pendukung pariwisata adalah semua fasilitas baik itu fasilitas dasar/utama maupun fasilitas pendukung yang memberikan kemudahan dan pelayanan kepada wisatawan. Prasarana pariwisata ini adalah prasarana transportasi seperti pelabuhan udara dan jalan raya menuju ke lokasi pariwisata dan sedangkan sarana pariwisata berupa hotel/penginapan, rumah makan, resort, biro perjalanan wisata, toko souvenir dan pusat kerajinan, kamar mandi/bilas umum dan sarana penyewaan alat snorkeling/diving.

Saat ini sarana hotel/penginapan yang ada di Kabupaten Natuna berjumlah 10 buah yang berada di Kecamatan Bunguran Timur dan empat buah yang berada di Kecamatan Bunguran Barat yang semuanya masih tergolong klasifikasi melati. Resort dan sarana penyewaan alat snorkeling/diving belum tersedia. Sedangkan travel atau biro perjalanan berjumlah 13 buah yang berada di Kota Ranai Kecamatan Bunguran Timur yang hanya melayani pembelian tiket pesawat dan kapal PELNI saja, belum menjual paket wisata ke lokasi lokasi wisata yang ada di Kabupaten Natuna.

(21)

3) Kualitas SDM dan Kelembagaan Pengelola Objek Wisata Belum Profesional

Berdasarkan hasil survey di lapangan terhadap sumber daya manusia yang berada di lingkungan objek wisata Kabupaten Natuna dan juga pada kelembagaan atau instansi teknis pariwisata dapat dikatakan bahwa sumber daya manusia yang memiliki keahlian yang memadai dalam pengelolaan pariwisata bahari di Kabupaten Natuna masih kurang untuk menangani seluruh potensi yang ada. Hampir semua objek wisata yang ada di Kabupaten Natuna belum dikelola dengan manajemen profesional. Tingkat pendidikan, pelatihan, manajemen maupun kemampuan berbahasa asing merupakan faktor yang sangat penting dalam pengembangan pariwisata bahari di Kabupaten Natuna. Untuk itu kelemahan ini harus dicermati dan di minimalisir karena akan menjadi penghambat dalam pengembangan pariwisata bahari di Kabupaten Natuna.

4) Koordinasi lintas sektor dan regional belum maksimal

Koordinasi lintas sektor dan regional dalam pembangunan pariwisata bahari mutlak perlu di lakukan agar pembangunan lebih terpadu dan sinergi. Pembangunan pariwisata sangat berpengaruh terhadap pembangunan di sektor lain seperti Instansi PU, perhubungan, kelautan dan perikanan dan bappeda sehingga akan menghasilkan suatu produk pariwisata bahari yang berkualitas dan memiliki daya saing. Stigma yang muncul di masyarakat bahwa pembangunan pariwisata bahari hanya dibebankan kepada Dinas Pariwisata saja, yang tentu saja tidak benar sepenuhnya. Perlu adanya suatu komitmen bersama dalam meningkatkan kesamaan persepsi, pola pikir dan tindakan yang berorientasi pada keberhasilan pengembangan pariwisata bahari di Natuna. Walaupun ada beberapa komunikasi non formal antar instansi terkait tapi secara formal belum dibentuk forum komunikasi pengembangan pariwisata bahari di Kabupaten Natuna sehingga membuat pengembangan pariwisata bahari di Kabupaten Natuna menjadi lambat berkembang.

5) Kurangnya Kerjasama Antara Pemerintah, Swasta dan Masyarakat Untuk mengembangkan pariwisata bahari sangat perlu adanya kerjasama antara pemerintah, swasta dan masyarakat. Pemerintah harus bisa mengajak pihak swasta dalam pembangunan sarana dan prasarana penunjang pariwisata dan melibatkan masyarakat untuk secara bersama memajukan pariwisata bahari terutama dalam hal menjaga keberlanjutan kawasan wisata bahari yang dikembangkan dan menjaga keamanan, ketertiban dan kenyamanan wisatawan sehingga wisatawan akan betah dan meningkat secara kualitas dan kuantitas. 5.2.2 Faktor Strategis Eksternal

Berdasarkan pengumpulan data primer dan data sekunder, diperoleh beberapa faktor strategis eksternal yang mempengaruhi keberhasilan pengembangan pariwisata bahari di Kabupaten Natuna. Faktor strategis tersebut terdiri atas faktor peluang dan factor ancaman. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut :

(22)

A. Peluang (Opportunities)

Setelah faktor-faktor strategi eksternal di identifikasi dan dimasukkan ke dalam suatu tabel EFAS (External Strategic Factor Analysis Summary) maka selanjutnya dirumuskan faktor-faktor strategis eksternal tersebut ke dalam kerangka Opportunities and threats yang sangat mempengaruhi pengembangan pariwisata bahari di Kabupaten Natuna. Faktor kekuatan harus dimanfaatkan sebaik-baiknya dalam pengembangan pariwisata bahari di Kabupaten Natuna. Faktor-faktor peluang tersebut terdiri dari :

1) Kebijakan Pemerintah Yang Mendorong Pariwisata Daerah

Semenjak berlakunya Undang-undang Nomor 22 dan 25 Tahun 1999 kemudian diubah dengan Undang-undang Nomor 32 dan 33 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, memberi keuntungan bagi daerah dan membuka peluang yang seluas-luasnya bagi daerah untuk membuat kebijakan dalam pengembangan daerah sesuai dengan potensi dan karakteristik daerahnya masing-masing, termasuk dalam hal ini adalah kebijakan strategis untuk pengembangan pariwisata bahari di Kabupaten Natuna. Selain itu adanya kebijakan pemerintah pusat yang mendorong pembangunan daerah terluar dan pengelolaan pulau-pulau dan daerah pesisir sehingga merupakan peluang bagi Kabupaten Natuna untuk mengembangkan pariwisata baharinya.

2) Kondisi Perekonomian Indonesia Cukup Baik

Saat ini pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa dikatakan relatif stabil dan cukup baik, dimana pemerintah terus meningkatkan pertumbuhan ekonomi sampai di atas 6% dan menekan defisit anggaran di bawah 2,5%. Pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam beberapa tahun terakhir tumbuh tinggi dibandingkan dengan negara tetangga. Sehingga dengan kondisi ekonomi global yang belum kondusif seperti sekarang ini akan mendorong investor untuk menanamkan modalnya ke Indonesia. Selain itu pertumbuhan kelas menengah di Indonesia cukup signifikan dalam 10 tahun terakhir kelas menengah telah tumbuh mejadi dua kali lipat, sehingga dengan pertumbuhan kelas menengah ini akan meningkatkan permintaan terhadap sektor pariwisata dan akan memberikan peluang yang lebih besar bagi pengembangan pariwisata bahari di Kabupaten Natuna.

3) Teknologi Informasi

Dalam dunia kepariwisataan informasi dapat diartikan sebagai data dan informasi yang dikomunikasikan kepada calon wisatawan yang akan berkunjung yang disampaikan dalam bentuk bermacam-macam media informasi. Pada akhir abad ke-21 ini telah disadari sepenuhnya bahwa yang sangat menentukan keunggulan dalam potensi dan atraksi wisata serta hasil budaya masyarakat adalah kemampuan dalam memanfaatkan teknologi informasi (Yoeti, 1989)

Dengan teknologi informasi ini akan dapat diperoleh informasi tentang potensi kepariwisataan dimanapun dan dibelahan dunia manapun dalam waktu yang relatif singkat sehingga hal tersebut sangat memudahkan dan tentunya menjadi peluang yang dapat dimanfaatkan oleh pelaku kepariwisataan.

(23)

Revolusi teknologi informasi dan internet menjadi dunia informasi semakin transparan dan semakin tidak terbatas dalam hal ruang dan waktu. Hal ini bisa dilihat sebagai suatu demand dan peluang bagi kepariwisataan. Dengan pemanfaatan teknologi informasi ini akan memudahkan informasi bagi wisatawan tentang objek-objek wisata, sarana prasarana pendukungnya, informasi tentang rute, jarak, biaya dan moda transportasi yang tersedia yang dapat digunakan untuk mencapai suatu lokasi tujuan wisata.

4) Kondisi Keamanan yang Terjamin

Faktor keamanan adalah sejauh mana wisatawan mendapat jaminan keamanan dari suatu lokasi wisata yang di kunjunginya. Kondisi keamanan yang stabil dan imej masyarakat Natuna yang ramah bersahabat dan memiliki sifat kekeluargaan merupakan peluang yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan pariwisata bahari di Kabupaten Natuna.

5) Kondisi Perkembangan Industri Migas yang Cukup Baik

Kabupaten Natuna memiliki ketersediaan cadangan minyak bumi yang sangat besar yaitu diperkirakan mencapai 14.386.470 barel, sedangkan gas bumi 112.356.680 barel. Kondisi ini secara langsung maupun tidak langsung merupakan salah satu suatu prospek bagi perkembangan kegiatan pariwisata di Kabupaten Natuna. Selain akan banyak industri industri migas yang tumbuh dan berkembang di kawasan ini, juga akan membuka peluang dan menjadi pendorong bagi industri pariwisata untuk berkembang.

B. Ancaman (Threats)

Selain faktor peluang, faktor ancaman juga merupakan bagian dari faktor strategis eksternal yang dapat menghambat dan mengganggu pengembangan pariwisata bahari di Kabupaten Natuna yang harus mendapat perhatian serius bagi pemerintah agar kegiatan pengembangan pariwisata bahari mencapai tujuan yang diinginkan. Faktor-faktor ancaman tersebut diuraikan sebagai berikut :

1) Akses Menuju Kabupaten Natuna Masih Sulit

Faktor aksesibilitas sangat penting perannya dalam pengembangan pariwisata bahari di Kabupaten Natuna. Unsur ini dapat dikatakan sangat besar pengaruhnya terhadap pembuatan keputusan oleh wisatawan untuk mengunjungi suatu daerah tujuan wisata atau tidak. Dengan semakin baiknya akses menuju ke lokasi wisata, wisatawan dapat melakukan perjalanan dengan waktu yang lebih singkat dan lebih nyaman sehingga jangkauannya pun akan lebih banyak. Saat ini ada tiga maskapai penerbangan yang beroperasi ke Natuna yaitu Wings Air yang beroperasi setiap hari dengan rute Natuna – Batam pulang pergi dan memiliki kapasitas 40 seat, kemudian ada Sky Aviation frekuensi penerbangan dua kali seminggu dengan rute Natuna – Batam pulang pergi dan memiliki kapasitas 100 seat, dan Sriwijaya Air frekuensi penerbangan dua kali seminggu dengan rute Natuna – Pontianak pulang pergi dan memiliki kapasitas 100 seat. Selain itu ada moda transportasi laut Kapal Motor (KM) Bukit Raya yang menuju ke Natuna dengan jadwal

(24)

dua kali seminggu dan KM Terigas serta KM Gunung Bintan dengan frekuensi pelayaran setiap 10 hari sekali. Berdasarkan survey penulis di lapangan dan wawancara dengan beberapa narasumber, aksesibilitas ke Natuna masih sulit selain terbatasnya penerbangan ke Natuna juga sulitnya memperoleh tiket karena kapasitas penumpangnya terbatas, untuk mendapatkan tiket pesawat penumpang harus memesan jauh-jauh hari sebelumnya karena sering kehabisan tiket. Faktor aksesibilitas yang terbatas ini akan menjadi ancaman yang cukup signifikan dalam pengembangan pariwisata bahari di Kabupaten Natuna.

2) Biaya Perjalanan ke Natuna Relatif Mahal

Biaya perjalanan menuju ke lokasi wisata merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi permintaan pariwisata. Harga-harga barang dan jasa pada suatu daerah tujuan wisata mempengaruhi minat wisatawan untuk mengunjungi objek wisata tersebut. Jika harga-harga barang dan jasa disuatu tempat tujuan itu mahal maka permintaan pariwisata secara relatif akan berkurang. Sebaliknya jika harga-harga barang dan jasa di tempat wisata itu murah, kemungkinan dapat menjadi pendorong wisatawan untuk berkunjung dan membeli produk wisata yang di tawarkan.

Dari hasil wawancara dengan beberapa wisatawan dan masyarakat di Kabupaten Natuna, mereka mengatakan bahwa harga tiket pesawat menuju ke Kabupaten Natuna masih tergolong mahal, dengan perjalanan pesawat selama 1,5 jam dari Batam harga tiket berkisar antara 1 juta sampai 1,3 juta, bila dibandingkan dengan biaya perjalanan dari Jakarta menuju Bali dengan durasi perjalanan pesawat yang sama harga tiket pesawat hanya sekitar 500 – 600 ribu. Harga-harga makanan dan barang-barang keperluan sehari-hari tergolong lebih mahal sekitar 10-30 persen dibandingkan dengan daerah lain di sekitarnya seperti di Batam dan Tanjungpinang. Hal ini akan menjadi faktor ancaman harus di perhatikan oleh para perencana pengembangan pariwisata bahari di Kabupaten Natuna.

3) Persaingan dengan Daerah Lain di Sekitanya

Persaingan pariwisata merupakan salah satu faktor yang harus dipertimbangkan dalam pengembangan pariwisata bahari di Natuna. Pintu masuk bagi wisatawan mancanegara di Kepulauan Riau tidak ada melalui Kabupaten Natuna tapi melalui Batam, Tanjungpinang, Tanjung Uban dan Tanjung Balai Karimun. Apalagi ada beberapa daerah di kawasan regional yang juga mengembangkan jenis wisata yang sama dengan Kabupaten Natuna. Hal ini menjadi ancaman bagi pengembangan pariwisata bahari di Kabupaten Natuna.

4) Cuaca Musim Utara dengan Gelombang dan Angin yang Sangat Kencang Kondisi geografis Kabupaten Natuna yang berada di lokasi laut yang luas dan arah utaranya yang terbuka sehingga cuaca sangat di pengaruhi oleh perubahan arah angin. Berdasarkan periode angin musim pada bulan Oktober – Desember bertiup angin utara sehingga akan menimbulkan angin yang

(25)

sangat kencang diiringi dengan hujan lebat dan gelombang yang sangat tinggi bahkan mencapai 4 - 6 meter. Pada periode ini transportasi laut yang menggunakan kapal-kapal kecil tidak berani beroperasi, dan kapal-kapal kayu pengangkut sembako tidak berani beroperasi sehingga kadang-kadang menyebabkan hilangnya beberapa kebutuhan pokok masyarakat dan harga kebutuhan menjadi tinggi. Selain itu pada periode musim utara ini beberapa aktifitas pariwisata bahari seperti berenang, olahraga air, diving dan snorkling tidak bisa dilakukan di lokasi-lokasi tertentu. Hal ini menjadi faktor penghambat dalam pengembangan pariwisata bahari di Kabupaten Natuna.

5) Masih Banyak Masyarakat yang Mencari Ikan dengan Peralatan yang Tidak Ramah Lingkungan

Dalam pengembangan pariwisata bahari aspek kontinuitas dan sustainable sangat penting agar sektor pariwisata bisa berkembang dan bertahan lama. Lingkungan hidup menjadi aset dan nilai yang keberadaannya harus dipikirkan untuk jangka panjang sehingga pengembangannya menjadi keuntungan yang positif bagi lingkungan dan masyarakat di sekitarnya. Berdasarkan pengumpulan data primer didapatkan bahwa masih banyaknya masyarakat Natuna yang sebagian besar sebagai nelayan yang menggunakan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan seperti penggunaan bom ikan, potasium bahkan penggunaan pukat harimau yang bisa menyebabkan kematian organisme hewan hewan karang dan kerusakan secara fisik terumbu karang sehingga dalam jangka waktu tertentu terumbu karang akan rusak/mati dan ikan akan akan hilang. Hal ini menjadi suatu ancaman bagi pengembangan pariwisata bahari di Kabupaten Natuna.

5.3 Matriks IFE – EFE

Untuk melakukan analisis terhadap faktor-faktor strategis yang mempengaruhi perkembangan pariwisata bahari di Kabupaten Natuna digunakan matriks Internal Factor Evaluation (IFE) untuk faktor internal dan matriks External Factor Evaluation (EFE) untuk faktor eksternal. Tujuan menggunakan matriks IFE dan matriks EFE ini untuk mengetahui seberapa besar pengaruh faktor-faktor strategis internal dan eksternal terhadap keberhasilan pengembangan pariwisata bahari di Kabupaten Natuna.

5.3.1 Hasil Evaluasi Faktor Internal

Faktor-faktor strategis internal yang mempengaruhi perkembangan pariwisata bahari di Kabupaten Natuna setelah diperoleh dari pengumpulan data kuisioner sembilan orang responden untuk penelitian bobot dan rating maka diperoleh hasil perhitungannya pada Tabel 5.9.

Pengembangan pariwisata bahari di Kabupaten Natuna ditentukan oleh faktor internal dengan tingkat kepentingan relatif satu faktor dengan faktor lainnya ditentukan oleh besarnya bobot faktor tersebut. Pada Tabel 5.9 dapat dilihat bahwa faktor internal yang dinilai paling penting terhadap keberhasilan pengembangan pariwisata bahari di Kabupaten Natuna adalah potensi wisata alam dan wisata bahari yang menarik dengan nilai sebesar 0,65. Faktor ini mempunyai

(26)

peringkat sebesar 4 yang berarti faktor tersebut merupakan kekuatan utama dibandingkan dengan faktor lain yang dimiliki bagi pengembangan pariwisata bahari di Kabupaten Natuna.

Selain mengidentifikasi kekuatan internal, matriks IFE juga menunjukkan berbagai kelemahan dalam pengembangan pariwisata bahari di Kabupaten Natuna. Faktor internal yang memiliki nilai kelemahan terbesar adalah sarana dan prasarana pendukung pariwisata terbatas yang memiliki nilai sebesar 0.062. Hal ini menunjukkan bahwa dalam pengembangan pariwisata bahari Kabupaten Natuna harus mempersiapkan sarana dan prasarana pendukung pariwisata yang lebih lengkap sehingga akan memberi kemudahan dan kenyamanan bagi wisatawan berkunjung ke Kabupaten Natuna.

Tabel 5.9 Matriks Hasil Perhitungan Internal Factor Evaluation (IFE)

No Faktor Strategis Internal Bobot Rating Bobot x

Rating KEKUATAN :

1 Potensi wisata alam dan wisata bahari yang menarik 0,16 4 0,65

2 Tersedianya lahan untuk pengembangan pariwisata bahari 0,14 3 0,42

3 Masyarakat yang ramah 0,15 4 0,61

4 Tersedianya kawasan konservasi laut untuk pariwisata 0,14 3 0,42

5 Dukungan pendanaan oleh pemerintah daerah 0,13 3 0,39

JUMLAH 0,72 2,48

KELEMAHAN :

6 Akses dan transportasi sangat terbatas 0,06 2 0,12

7 Sarana dan prasarana pendukung pariwisata terbatas 0,06 2 0,13

8 Kualitas SDM dan kelembagaan pengelola objek wisata

belum professional 0,05 1 0,05

9 Koordinasi lintas sektoral dan regional belum maksimal 0,05 1 0,05

10 Kurangnya kerjasama antara pemerintah, swasta dan

masyarakat 0,05 1 0,05

JUMLAH 0,28 0,40

TOTAL 1,00 2,88

Sumber : Data primer diolah

5.3.2 Hasil Evaluasi Faktor Eksternal

Berdasarkan hasil identifikasi faktor strategis eksternal yang mempengaruhi pengembangan pariwisata bahari di Kabupaten Natuna yang terdiri dari peluang dan ancaman, kemudian dilanjutkan dengan evaluasi faktor eksternal menggunakan matriks EFE (Eksternal Factor Evaluation) diperoleh hasil seperti pada Tabel 5.10. Bobot yang diperoleh menentukan tingkat kepentingan relatif satu faktor eksternal terhadap faktor eksternal lainnya yang berpengaruh pada pengembangan pariwisata bahari di Kabupaten Natuna.

Berdasarkan Tabel 5.10 terlihat bahwa faktor-faktor kunci eksternal yang memberikan peluang terbesar dalam pengembangan pariwisata bahari di Kabupaten Natuna adalah adanya kebijakan pemerintah yang mendorong pariwisata daerah peluang ini diharapkan bisa mendorong kemajuan pengembangan pariwisata bahari di Kabupaten Natuna. Nilai skor terbesar yang

(27)

dimiliki faktor kunci eksternal ini yaitu sebesar 0,61 dengan bobot 0,15 dan rating sebesar 4.

Faktor eksternal yang memberikan ancaman terbesar bagi pengembangan pariwisata bahari di Kabupaten Natuna adalah akses ke Kabupaten Natuna masih sulit yang ditunjukkan dengan bobot 0,08 dan rating 2 sehingga skornya menjadi 0.16. Hal ini menunjukkan bahwa dalam pengembangan pariwisata bahari di Kabupaten Natuna harus mengatasi ancaman terbesar yaitu meningkatkan aksesibilitas sehingga jika aksesibilitas mudah, maka akan meningkatkan jumlah wisatawan yang berkunjung ke Natuna.

Tabel 5.10 Matriks Hasil Perhitungan External Factor Evaluation (EFE)

No Faktor Strategis Eksternal Bobot Rating Bobot x

Rating PELUANG :

1 Kebijakan pemerintah yang mendorong pariwisata daerah 0,15 4 0,61

2 Kondisi perekonomian Indonesia cukup baik 0,15 3 0,44

3 Teknologi informasi 0,13 3 0,40

4 Kondisi keamanan yang terjamin 0,12 3 0,37

5 Kondisi perkembangan industri Migas yang cukup baik 0,12 3 0,36

JUMLAH 0,67 2,17

ANCAMAN :

6 Akses ke Kabupaten Natuna masih sulit 0,08 2 0,16

7 Biaya perjalanan ke Natuna mahal 0,07 2 0,13

8 Persaingan dengan daerah lain disekitarnya 0,06 1 0,06

9 Cuaca musim utara dengan gelombang dan angin yang

sangat kencang 0,06 1 0,06

10 Masih banyak masyarakat yang mencari ikan dengan

peralatan yang tidak ramah lingkungan 0,06 1 0,06

JUMLAH 0,33 0,47

TOTAL 1,00 2,64

Sumber : Data primer diolah

5.4 Matriks Internal Eksternal (IE)

Matriks Internal Eksternal (IE) berguna untuk mengetahui grand strategy pengembangan pariwisata bahari di Kabupaten Natuna. Strategi utama yang bisa di peroleh dari Analisis Matriks IE ini ada 3 yaitu strategi pertumbuhan yang berada pada sel 1, 2, 5, 7 dan 8, strategi stabilitas yang berada pada sel 4 dan strategi penciutan yang berada pada sel 3, 6 dan 9.

Untuk menentukan strategi, diperoleh dari hasil perhitungan matrik IFE dan EFE, dimana total nilai matrik IFE sejumlah 2,88 ini menunjukkan besarnya pengaruh internal bagi pengembangan pariwisata bahari di Kabupaten Natuna, sedangkan hasil perhitungan matrik EFE total nilainya sejumlah 2,69 ini juga menunjukkan besarnya pengaruh eksternal bagi pengembangan pariwisata bahari di Kabupaten Natuna. Nilai matriks IFE lebih besar dari nilai matriks EFE artinya faktor internal lebih besar pengaruhnya dibandingkan faktor eksternal dalam

(28)

pengembangan pariwisata di Kabupaten Natuna. Dari penggabungan dua matrik IFE dan EFE diperoleh matriks IE (internal-eksternal) sebagaimana Gambar 5.20.

Berdasarkan total nilai IFE dan EFE maka pengembangan pariwisata bahari di Kabupaten berada pada kuadran atau sel V, berarti pengembangan pariwisata bahari di Kabupaten Natuna berada pada posisi pertumbuhan, artinya pengembangan pariwisata bahari di Kabupaten Natuna baik dalam hal meningkatkan jumlah wisatawan secara kuantitas dan kualitas dengan cara meningkatkan produk-produk pariwisata seperti pembenahan lokasi wisata, meningkatkan prasarana sarana pendukung pariwisata, kemudahan aksesibilitas, melaksanakan event atau atraksi atraksi bahari dan budaya lokal, serta promosi untuk peningkatan pangsa pasar.

Kemudian berdasarkan hasil identifikasi, perhitungan dan analisis terhadap faktor-faktor yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman melalui analisis internal dan eksternal dengan matriks IFE dan EFE tersebut di atas, maka dapat disusun atau dibuat analisis dengan menggunakan metode SWOT.

Total Skor Evaluasi Faktor Internal

4.0 Kuat 3.0 Rata-rata 2.0 Lemah 1.0

I II III

Tinggi

3.0 Pertumbuhan Pertumbuhan Penciutan

Total Skor IV V VI

Evaluasi Faktor Eksternal

Sedang

2.0 Stabilitas Pertumbuhan Penciutan (2,64 ; 2,88)

VII VIII IX

Rendah Pertumbuhan Pertumbuhan Penciutan

1.0

Gambar 5.20 Matrik Internal - Eksternal (IE) 5.5 Matriks SWOT

Formulasi alternatif strategi pengembangan pariwisata bahari di Kabupaten Natuna di peroleh dengan pendekatan analisis SWOT. Analisis SWOT merupakan langkah selanjutnya setelah dilakukan analisis IFE dan EFE, yakni dengan mencocokkan faktor-faktor internal berupa kekuatan dan kelemahan dengan faktor-faktor eksternal berupa peluang dan ancaman untuk mendapat alternatif strategi S-O, strategi W-O, strategi S-T dan strategi W-T dalam pengembangan pariwisata bahari di Kabupaten Natuna. Matriks SWOT tersebut digambarkan pada Tabel 5.11.

(29)

Tabel 5.11 Matriks SWOT Pengembangan Pariwisata Bahari di Kabupaten Natuna

Kekuatan (S) Kelemahan (W)

Faktor Internal 1 Potensi wisata alam dan wisata

bahari yang menarik 1 2

Akses dan transportasi sangat terbatas

Sarana dan prasarana

2 Tersedianya lahan untuk

pengembangan pariwisata

bahari 3

pendukung pariwisata terbatas Kualitas SDM dan

3

4

Masyarakat yang ramah

Tersedianya kawasan konservasi laut untuk pariwisata

4

kelembagaan pengelola objek wisata belum professional Koordinasi lintas sektoral

5 Dukungan pendanaan oleh

pemerintah daerah

dan regional belum maksimal

Faktor Eksternal

5 Kurangnya kerjasama antara

pemerintah, swasta dan masyarakat

Peluang (O) Strategi S-O Strategi W-O

1

2 3 4 5

Kebijakan pemerintah yang

mendorong pariwisata

daerah

Kondisi perekonomian Indonesia cukup baik

Teknologi informasi

Kondisi keamanan yang terjamin Kondisi perkembangan industri

Migas yang cukup baik 1

2

Mengembangkan wisata bahari di lahan dan kawasan

konservasi laut yang

tersedia (S1, S2, S3, S4, O1)

Mengefektifkan anggaran dan

kebijakan untuk

membangun pariwisata

bahari yang berbasis

masyarakat (community

base development)

(S3, S5, O4, O5)

1

2

Memperlancar aksesibilitas dan

membangun prasarana sarana pariwisata ( W1, W2, O2, O3) Meningkatkan kualitas SDM pengelola pariwisata khususnya pariwisata bahari (W3, W4, W5, 04)

Ancaman (T) Strategi S-T Strategi W-T

1 2 3 4

5

Akses ke Kabupaten Natuna masih sulit

Biaya perjalanan ke Natuna Mahal

Persaingan dengan daerah lain disekitarnya

Cuaca musim utara dengan

gelombang dan angin yang sangat kencang

Masih banyak masyarakat yang

mencari ikan dengan

peralatan yang tidak ramah lingkungan

1 Mengembangkan kerjasama

dengan daerah disekitar yang sudah berkembang

untuk membuka jalur

wisata ke Natuna (S1, S5, T1, T2, T3)

1 Mengembangkan kerjasama

pemerintah, swasta dan

masyarakat untuk

kesinambungan pariwisata bahari

(30)

Berdasarkan hasil analisis SWOT, diperoleh 6 (enam) alternatif strategi yang dapat digunakan dalam pengembangan pariwisata bahari di Kabupaten Natuna.

5.5.1 Strategi S-O (Strengths - Opportunities)

Strategi S-O merupakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang dalam pengembangan pariwisata bahari di Kabupaten Natuna. Strategi tersebut menghasilkan dua alternatif strategi yaitu :

1. Mengembangkan wisata bahari di lahan dan kawasan konservasi laut yang tersedia

Pengembangan pariwisata bahari di Kabupaten Natuna harus memanfaatkan potensi wisata alam dan wisata bahari yang tersedia dan memanfaatkan lahan dan kawasan konservasi yang ada. Faktor kekuatan utama dari pengembangan pariwisata bahari ini adalah adanya potensi wisata alam dan wisata bahari yang menarik kemudian lahan dan kawasan konservasi laut telah tersedia sehingga dengan memanfaatkan kekuatan yang ada dan didorong dengan peluang kebijakan pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah yang memprioritaskan pariwisata bagi daerah kepulauan dengan pulau-pulau kecil dan daerah pesisir seperti Kabupaten Natuna.

2. Mengefektifkan anggaran dan kebijakan untuk membangun pariwisata bahari yang berbasis pada masyarakat (community base development)

Pendanaan yang ada bagi pengembangan pariwisata bahari di Kabupaten Natuna harus dimanfaatkan seefektif mungkin agar pendanaan dan anggaran untuk pengembangan pariwisata ini lebih tepat sasaran, memiliki multiflier effect yang besar untuk meningkatkan ekonomi masyarakat. Kebijakan pembangunan pariwisata di Kabupaten Natuna harus berbasis masyarakat dengan menitikberatkan pada peran aktif masyarakat dalam hal ini komunitas, dengan menerapkan prinsip local ownership (pengelolaan dan kepemilikan oleh masyarakat setempat) sehingga pola ini akan memberi nilai ekonomi dan edukasi bagi masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan mereka.

5.5.2 Strategi S-T (Strengths – Threats)

Strategi S-T adalah strategi yang menggunakan kekuatan untuk menghindari ancaman yang ada dalam pengembangan pariwisata bahari di Kabupaten Natuna. Kombinasi kekuatan dan ancaman itu menghasilkan alternatif strategi “Meningkatkan kerjasama dengan daerah sekitar yang sudah berkembang untuk membuka jalur wisata ke Natuna”.

5.5.3 Strategi W-O (Weaknesses – Opportunities)

Strategi W-O adalah strategi yang mengatasi kelemahan dengan memanfaatkan peluang yang ada dalam pengembangan pariwisata bahari di Kabupaten Natuna. Strategi tersebut menghasilkan dua alternatif strategi yaitu :

Gambar

Gambar 5.1  Peta Lokasi Objek Wisata Bahari Daerah Kabupaten Natuna  Selain  itu  juga  ada  data  dari  Dinas  Kelautan  dan  Perikanan  Kabupaten  Natuna tentang lokasi terumbu karang yang sesuai bagi pengembangan pariwisata  bahari  di  Kabupaten  Natun
Gambar 5.3 Kondisi Pulau Senoa
Gambar 5.9 Kondisi Pantai Teluk Buton
Gambar 5.12 Kondisi Pantai Teluk Depeh
+7

Referensi

Dokumen terkait

Desa Tanjung Pasir memiliki pantai wisata dengan luas sebesar 10 ha yang menawarkan wisata panorama alam dengan ombak yang tenang, dan ada pasir pantai yang putih,

Berdasarkan hasil pengamatan sumberdaya alam di Pantai Nyalo, pantai ini memiliki potensi wisata yang dapat dikembangkan untuk menarik wisatawan.Panorama bukit-bukit

Pantai Pall merupakan salah satu tempat wisata yang terkenal di daerah Sulawesi Utara dengan memiliki potensi- potensi alam yang indah dan menarik pengunjung untuk menikmatinya.

Maka dapat di simpulkan bahwa Obyek Wisata Pantai Balat jika dikembangkan dengan baik ternyata memiliki potensi sebagai obyek wisata alam pantai yang sangat menarik

Nilai persentase tutupan komunitas karang yang masuk dalam kategori cukup sesuai (kategori S2; >50-75%) untuk kegiatan wisata bahari adalah pada stasiun 2 (perairan

Potensi ini meliputi panjang garis pantai sepanjang 41 km yang terletak pada jalur Pantai Utara Jawa (pantura), sehingga Kabupaten Kendal menjadi penopang daerah Provinsi Jawa

Wisata bahari adalah kegiatan wisata yang memanfaatkan potensi alam bahari sebagai daya tarik wisata maupun wadah kegiatan wisata baik yang dilakukan diatas permukaan

Potensi pengembangan wisata bahari di Kota Makassar, sangat terbuka luas untuk dikelola menjadi industri wisata bahari yang memperhatikan keberlanjutan