• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN FIQIH PADA KURIKULUM (KTSP) DI MTsN KARANGGEDE KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 20142015 SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "IMPLEMENTASI PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN FIQIH PADA KURIKULUM (KTSP) DI MTsN KARANGGEDE KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 20142015 SKRIPSI"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM

PEMBELAJARAN FIQIH PADA KURIKULUM

(KTSP) DI MTsN KARANGGEDE

KABUPATEN BOYOLALI

TAHUN 2014/2015

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh :

MUH. MUNAWIR

12108009

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

(2)

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan, di bawah ini:

Nama : MUH.MUNAWIR

NIM : 12108009

Jurusan : FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

Program Studi : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri bukan jiplakan karya tulis orang lain. pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Karanggede, 30 Mei 2015 Yang Menyatakan,

(3)

Dra. Nur Hasanah, M.Pd

Yth Rektor Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Salatiga Di Salatiga

Assalamu'alaikum, Wr, Wb

Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini, kami kirimkan naskah skripsi saudara:

Nama : Muh Munawir

NIM : 12108009

Fakultas /Jurusan : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan / Pendidikan Agama Islam

Judul : IMPLEMENTASI PENDEKATAN KONTEKSTUAL

DALAM PEMBELAJARAN FIQIH PADA KURIKULUM (KTSP) Di MTsN KARANGGEDE KAB BOYOLALI TAHUN 2014/2015.

Dengan ini kami mohon skripsi Saudara tersebut di atas supaya segara dimunaqosahkan.

Wassalamu'alaikum, wr, wb

Salatiga, 16 Juni 2015

Pembimbing

(4)

MOTTO

Artinya:

(5)

PERSEMBAHAN

1. Ayah dan Ibu tercinta yang selalu memberikan motivasi dan senantiasa mendoakan dengan tulus

2. K.H Zumri yang selalu mendidik saya selama ini terima kasih atas ilmu yang diberikan.

3. Kakak dan adikku tercinta yang selalu mensupportku dalam penulis ini.

4. Bapak dosen mendidik saya selama ini terima kasih atas ilmu yang diberikan.

5. Teman- teman kelompok PPL di SMK tengaran.

6. Buat Teman-teman KKN dusun tingkir tengah.

(6)

KATA PENGATAR

Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah, serta inayah-Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa suatu halangan apapun.

Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi syarat dan tugas memperoleh Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) dalam Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

Dalam penyusun skripsi ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Rahmad Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga. 2. Ibu HJ.Siti Rukhayati, M.Ag. selaku Ketua Jurusan PAI.

3. Ibu Dra. Nur Hasanah, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing. 4. Bapak kepala MTsN karanggede beserta guru.

5. Semua Bapak dan Ibu dosen Pengampu dari Fakultas Tarbiyah IAIN Salatiga.

6. Segenap keluarga dan sahabat yang telah memberikan bantuan serta senantiasa membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya.

(7)

ABSTRAK

MUH.MUNAWIR,NIM 12108009 Implementasi Pendekatan Kontekstual Dalam Pembelajaran Fiqih Pada Kurikulum (KTSP) Di MTsN Karanggede Boyolali Tahun Pelajaran 2014/2015. IAIN Salatiga.

Kata Kunci : Pendekatan Kontekstual, Pembelajaran Fiqih Kurikulum KTSP. Tujuan Penelitian ini adalah untuk :1) Mengetahui pembelajaran fiqih di MTsN Karanggede boyolali.2.) Mengetahui Implementasi pendekatan kontekstual dalam pembelajaran fiqih di MTsN Karanggede Boyolali tahun 2014 /2015.

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) dengan menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif, yang dimaksudkan hanya dengan membuat deskripsi atau narasi dari suatu fenomena, tidak untuk mencari hubungan antara variabel, atau penguji hipotesis.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran Fiqih di MTsN Karanggede Boyolali dinilai baik. Guru melakukan pembelajaran Fiqih dengan tujuan mengarahkan siswa dalam memahami, mengenal, menghayati, dan mengamalkan hukum islam yang mengarahkan siswa supaya taat dan bertaqwa kepada Allah SWT melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan serta pengalaman siswa sehingga menjadi muslim yang selalu bertambah keimanannya kepada Allah SWT. Dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran fiqih tersebut, guru melakukan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual. Implementasi pendekatan kontekstual dalam pembelajaran fiqih di MTsN Karanggede Boyolali berjalan dengan baik. dari persiapan, pelaksanaan, evaluasi pembelajaran, yang sesuai dengan komponen dan karakteristik serta hal-hal lain yang terkait dengan Pendekatan kontekstual merupakan suatu pendekatan yang bertujuan untuk membantu guru mengaitkan materi yang telah diperoleh peserta didik kedalam dunia nyata. siswa dengan segala potensi yang dimiliki, memungkinkan untuk mengembangkannya sendiri sehingga menjadi pengetahuan yang bermakna, baik sebagai individu, anggota keluarga maupun anggota masyarakat.

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Daftar Populasi Penelitian ... 35

Tabel1.2 Waktu penelitian ... 37

Tabel 3.1 Data jumlah siswa MTsN Karanggede Tahun 2014/2015 ... 39

Tabel 3.2 Daftar Sarana Prasarana MTsN Karanggede Tahun 2014/2015 ... 40

Tabel 3.3 Keadaan Guru dan Pegawai PNS dan Non PNS MTsN Karanggede Tahun 2014/2015 ... 42

Tabel 3.4 Daftar Nama Responden ... 44

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I : Riwayat Hidup Lampiran II : Pembimbing Skripsi Lampiran III : Lembar konsultasi skripsi Lampiran IV : Surat Ijin Penelitian

Lampiran V : Surat Bukti Melaksanakan Penelitian

Lampiran VI : Struktur Organisasi MTsN Karanggede Tahun 2014/2015 Lampiran VII : Pedoman Wawancara

Lampiran VIII : Nilai SKK

(10)

DAFTAR ISI

JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... ii

NOTA PEMBIMBING ………... ... iii

1. Pengertian pendekatan kontekstual………... 18

2. Konsep Dasar strategi pembelajaran kontekstual…………... 21

3. Faktor-faktor yang dipertimbangkan pembelajaran kontekstual …. 22

4. Langkah-langkah pembelajaran kontekstual…….…………... 24

(11)

B. Pembelajaran Fiqih………... 29

1. Pengertian Fiqih ……….. ... 29

2. Obyek Ilmu Fiqih………. ... 32

3. Pengertian Mata Pelajaran Fiqih……….. ... 32

4. Tujuan dan Fungsi Pelajaran Fiqih……….. ... 34

5. Ruang Lingkup Fiqih ……….. ... 34

C. Pendekatan kontekstual dalam pembembelajaran fiqih …………... 35

BAB III PAPARAN DATA A. Gambaran Umum MTs N Karanggede Boyolali ………... 36

1. Sejarah Singkat dan Lokasi ………... 36

2. Identitas Sekolah ………... 38

3. Struktur Organisasi ………... 38

4. Keadaan Siswa ………... 39

5. Sarana Prasarana ………... 40

6. Daftar Guru dan Staff ………... 41

7. Daftar Responden ………... 44

B. Implementasi Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran fiqih Pada kurikulum KTP di MTsN Karanggede……….... 45

BAB IV PEMBAHASAN A. Konsep pendekatan kontekstual dalam pembelajaran fiqih Di Karangggede ………... 52

B. Implentasi pendekatan kontekstual dalam pembelajaran fiqih di MTsN Karanggede………... 54

(12)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ………... 67

B. Saran ………... 60

C. Penutup………... 68

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan memegang peran yang sangat penting dalam Kehidupan

suatu negara untuk menjamin kelangsungan hidup berbangsa

bernegara.karena bagaimanapun juga, merupakan sarana untuk mencetak sumber Daya manusia (SDM) yang berkualitas.Menurut (Suhartono, 2008:43) pendidikan adalah segala jenis pengalaman kehidupan yang mendorong timbulnya minat belajar untuk mengetahui dan kemudian bisa mengerjakan suatu hal yang telah diketahui itu.

Disebutkan juga dalam (undang-undang sistem pendidikan Nasional, 2005:3) Bab 1 pasal 1 Ayat 1 pendidikan adalah usaha sadar dan rencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

(14)

kebutuhan setiap individu terutama dalam ibadah dalam kehidupan sehari Pembelajaran fiqih merupakan hal yang mendasar yang harus diberikan kepada peserta didik tanpa terkecuali sebagai bekal kehidupan. Menurut (Daradjat, 2011:86) perwujudan pembelajaran fiqih kurikulum KTSP pada sekolah terangkum dalam mata pelajaran fiqih yang merupakan mata pelajaran yang dijadikan kurikulum wajib untuk dipelajari oleh seluruh peserta didik yang beragama lslam.

Pembelajaran fiqih kurikulum KTSP adalah usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar kelak setelah selesai pendidikan dapat memahami dan mengamalkan ajaran agama lslam serta menjadikanya sebagai pandangan hidup (way of life) (Daradjat, 2011:87).

(15)

keseluruhan tahapan pengelolaan pembelajaran adalah pendekatan yang dipilih (Masnur Muslich, 2007:40).

Interaksi yang baik dapat di gambarkan dengan suatu keadaan di mana guru dapat membuat peserta didik belajar dengan mudah dan terdorong oleh kemaunya sendiri untuk mempelajari apa yang ada dalam kurikulum sebagai kebutuhan mereka. karena itu, setiap pembelajaran terutama pembelajaran fiqih hendaknya berupa penjabaran nilai-nilai yang terkandung dalam kurikulum dan mengkorelasikannya dengan kenyataan yang ada di sekitar peserta didik (Ahmad Munjir Nasih, 2009:19).

Penulis dalam hal ini tertarik melakukan penelitian di MTsN Karanggede Boyolali. Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang telah menerapkan pendekatan kontekstual yaitu menggabungkan peserta didik pembelajaran fiqih kurikulum KTSP melalui pendekatan kontekstual pembelajaran fiqih kurikulum KTSP untuk mengotimalkan potensi yang dimiliki anak melalui pendidikan di sekolah.

Di sekolah ini mereka memperoleh haknya, dalam mendapatkan pengajaran dan pendidikan, pembelajaran fiqih kurikulum KTSP dari latar belakang diatas muncul ketertarikan penulis untuk melakukan penelitian

dengan mengangkat judul “IMPLEMENTASI PENDEKATAN

KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN FIQIH PADA

(16)

B. Fokus Penelitian

Ada beberapa fokus penelitian yang peneliti bahas yaitu :

1. Bagaimana implementasi pendekatan kontekstual dalam pembelajaran fiqih di sekolah MTsN Karanggede Boyolali?

2. Apa saja faktor pendukung dalam implementasi pendekatan kontekstual dalam pembelajaran fiqih di sekolah MTsN Karanggede Boyolali ?

3. Apa saja faktor penghambat dan solusi dalam implementasi pendekatan kontekstual dalam pembelajaran fiqih di sekolah MTsN Karanggede Boyolali ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasar fokus penelitian di atas, maka dapat diketahui bahwa tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana implementasi pendekatan kontekstual pembelajaran fiqih di sekolah MTsN Karanggede Boyolali.

2. Untuk mengetahui apa saja faktor pendukung implementasi pendekatan kontekstual dalam pembelajaran fiqih di sekolah MTsN Karanggede Boyolali.

(17)

4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan bisa memberikan informasi yang jelas tentang pelaksanaan pembelajaran fiqih pada anak sehingga memberikan manfaat.

1. Secara Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan bisa menambah wawasan khasanah keilmuan dalam ilmu pendidikan dan pembelajaran fiqih di jurusan Tarbiyah IAIN Salatiga.

b. Memberikan sumbangan ilmiah bagi kalangan akademis yang mengadakan penelitian berikutnya maupun mengadakan riset baru tentang pelaksanaan pembelajaran fiqih disekolah.

2. Secara Praktis

a. Penelitian ini diharapkan bisa memberikan informasi baru tentang pelaksanaan pendekatan kontekstual pembelajaran fiqih disekolah MTsN Karanggede Boyolali.

(18)

5. Definisi operasional

1. Implementasi pendekatan kontekstual

Implementasi merupakan kata asing yang telah dibahasa Indonesiakan yang beranonim dengan kata penerapan, begitupun dalam (KBBI, 2007:427) implementasi berarti pelaksanaan atau penerapan sedangkan pendekatan kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa,dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapanya dalam kehidupan mereka sehari-hari.

2. Pembelajaran fiqih kurikulum KTSP

Pembelajaran fiqih kurikulum KTSP adalah pengajaran pembelajaran merupakan aktualisasi kurikulum yang menuntut guru menciptakan dan menumbuhkan kegiatan peserta didik sesuai dengan rencana yang telah diprogramkan (Mulyasa, 2004:117).

D. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

(19)

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan jenis penelitian deskriptif. Menurut (Sukardi, 2004:157) penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya. penelitian ini juga sering disebut non eksperimen, karena pada penelitian ini peneliti tidak melakukan kontrol dan manipulasi variabel penelitian.oleh karena penelitian ini peneliti mendiskripsikan dan menginterpretasi implementasi pendekatan kontekstual pembelajaran fiqih di MTsN Karanggede Boyolali.

2. Kehadiran peneliti

Kehadiran peneliti yang dimaksud adalah bahwa peneliti sebagai pengamat dalam hal ini tidak sepenuhnya sebagai pameran serta tetapi masih melakukan fungsi pengamatan,sebagai anggota pura-pura,jadi tidak menjadi melebur dalam artinya sesungguhnya (Moleong, 2011:77). Peneliti ikut berperan serta menjadi pengamat dalam pembelajaran fiqih di MTsN Karanggede Boyolali dan mengikuti secara pasif kegiatan pembelajaran selama penelitian berlangsung.

3. Lokasi penelitian

(20)

a. Primer

Sumber data primer adalah sumber data yang diperoleh secara langsung (Arikunto, 2006:145). digunakan untuk mendapatkan data tentang implementasi pendekatan kontekstual dalam pembelajaran fiqih di sekolah MTsN Karanggede Boyolali.

Adapun untuk memperoleh data dengan melalui wawancara dengan para informan yang telah ditentukan meliputi sebagai hal yang berkaitan dengan persiapan dan pelaksanaan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran fiqih.Adapun sumber data dalam penelitian ini yaitu : Kepala sekolah, guru fiqih, siswa, (GPK) guru pendamping khusus/ penanggung jawab.

b. Sekunder

Sumber data sekunder adalah pendukung atau penunjang penelitian ini (Arikunto, 2006:145). sumbernya berupa dokumen, arsip, buku, karya ilmiah lainnya serta foto kegiatan belajar mengajar. 5. Metode pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang valid, maka dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa metode pengumpulan data, yaitu :

a. Observasi (pengamatan)

(21)

Observasi dilakukan berkaitan dengan masalah yang diteliti dengan mengadakan pengamatan, pencatatan dan mendengarkan secara cermat.

b. Wawancara (interview)

Wawancara adalah percakapan yang maksud tertentu. percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interview) yang

mengajukan pertayaan dan terwawancara (interview) yang

memberikan jawaban atas pertayaan itu (Moleong, 2011:186). c. Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis,gambar, maupun elektronik (Sukmadinata, 2008:220) Dokumen yang diperlukan dalam penelitian skripsi ini antara lain Rencana pendekatan kontekstual data siswa dalam pembelajaran fiqih, tenaga pendidikan dan kependidikan, data kepala sekolah data guru pembimbing dan data lain yang menunjang penelitian ini.

6. Analisis Data

(22)

pelaksanaan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran fiqih di sekolah MTsN Karanggede Boyolali. Ada tiga kegiatan dalam analisis data : 1. Reduksi data diperlukan karena banyaknya data dari masing-masing

infoman yang dianggap tidak relevan dengan fokus penelitian sehingga perlu dibuang atau di kurangi. Reduksi data di lakukan dengan memilih hal-hal pokok yang sesuai dengan fokus penelitian, maka akan memberikan gambaran yang lebih tajam (Sugiyono, 2011:247).

2. Penyajian data adalah deskripsi penemuan dari apa yang di peroleh di lapangan, yang paling sering di gunakan untuk menyajikan data untuk penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif (Sugiyono, 2011:249).

3. Verifikasi atau menarik kesimpulan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan sebuah kesimpulan yang dapat di uji kebenaranya berdasarkan penyajian data yang diperoleh dari informan yang menjadi objek penelitian di lapangan (Sugiyono, 2011:250). 7. Pengecekan Keabsahan Data

(23)

sumber, metode, peneliti, dan teori) pembahasan dengan sejawat melalui diskusi, melacak kesesuaian hasil dan pengecekan anggota.

Untuk memperoleh keabsahan data tersebut, maka teknik yang dilakukan :

8. Triangulasi

Triangulasi adalah pemeriksaan keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding data itu (Moleong , 2002:178) hal itu dapat dicapai dengan jalan membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara atau dapat juga dengan membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakan di sepanjang waktu.

9. Menggunakan Bahan Referensi

Penggunaan bahan Referensi sangat membantu memudahkan peneliti dalam pengecekan keabsahan data, karena dari Referensi yang ada sebagai pendukung dari observasi penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Menurut Eister dalam (Moleong, 2002:181) kecukupan referensi sebagai alat untuk menampung dan menyesuaikan dengan teknik untuk keperluan evaluasi.

a. Teknik Member Check

(24)

dikonfirmasikan pada informan apakah maksud informan itu sudah sesuai dengan apa yang ditulis atau belum. intinya dalam member check, infoman dan peneliti mengadakan review terhadap data yang diperoleh dalam penelitian baik isi maupun bahasanya.

10.Tahap-tahap penelitian

Dalam penelitian kualitatif ada beberapa tahap yang perlu di lakukan yaitu:

a. Tahap pra Lapangan (menyusun rencana penelitian dan memilih lapangan, mengurus perizinan, menjajaki dan menilai keadaan lapangan, memilih dan memanfaatkan informasi, menyiapkan kelengkapan penelitian, memperhatikan etika penelitian).

b. Tahap pekerjaan Lapangan (memahami latar penelitian dan persiapan diri, memansuki lapangan, berperan aktif sambil mengumpulkan data).

c. Tahap Analisis Data (menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari interview, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain sehingga dapat dengan mudah dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Tahap ini dilakukan peneliti sesuai dengan cara yang telah ditentukan).

(25)

E. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah didalam mempelajari dan memahami pokok bahasan skripsi maka dalam menyusun skripsi ini penulisan membagi menjadi lima

bab. Adapun sistimatikanya adalah sebagai berikut :

Bagian awal yang meliputi : sampul, logo, judul, persetujuan pembimbing, lembar pengesahan, peryataan keaslian tulisan, motto, persembahan, kata pengantar, absrak, daftar isi, daftar tabel, dan daftar lampiran. Bagian inti memuat :

Bab I : Pendahuluan

Dalam bab ini penulis mengemukakan: latar belakang masalah, Fokus Penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, Definisi Operasional, metode penelitian, sistematika penulisan.

Bab II : Kajian Pustaka

Dalam observasi atau penelitian ini, dikemukan kajian pustaka yang meliputi :

(26)

B. Pembelajaran fiqih terdiri dari pengertian fiqih, obyek ilmu fiqih, pengertian mata pelajaran fiqih, tujuan dan fungsi pelajaran fiqih, ruang lingkup fiqih

Bab III : Paparan Data dan Temuan Penelitian

Dalam bab ini mengurai tentang gambaran umum MTsN Karanggede Boyolali yang meliputi :

A. Gambaran umum MTsN Karanggede Boyolali visi dan misi tujuan MTsN Karanggede Boyolali profil sekolah.

B. Paparan data dan temuan penelitian

C. Implementasi pendekatan kontekstual dalam pembelajaran fiqih kurikulum KTSP di sekolah MTsN Karanggede Boyolali yang terdiri dari : penyusun rencana pendekatan kontekstual dalam pembelajaran fiqih kurikulum KTSP pelaksanaan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran fiqih kurikulum KTSP evaluasi pelaksanaan pendekatan

kontekstual dalam pembelajaran fiqih kurikulum

(27)

Bab IV : Pembahasan

Pada bab ini akan mengurai tentang implementasi pendekatan kontekstual dalam pembelajaran fiqih kurikulum KTSP di sekolah MTsN Karanggede Boyolali yang terdiri dari: penyusun rencana pendekatan kontekstual dalam pembelajaran fiqih kurikulum KTSP, pelaksanaan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran fiqih kurikum KTSP, Evaluasi pelaksanaan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran fiqih kurikulum KTSP. Faktor pendukung dalam implementasi pendekatan kontekstual dalam pembelajaran fiqih kurikulum KTSP di sekolah MTsN Karanggede Boyolali. Faktor penghambat dan solusi dalam impelementasi pendekatan kontekstual dalam pembelajaran fiqih kurikulum KTSP di sekolah MTsN Karanggede Boyolali.

Bab V : Penutup

(28)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pendekatan kontekstual

1. Pengertianpendekatankontekstual

Menurut Sanjaya yang dikutip Sa‟ud (2008 : 162) Pembelajaran

Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah suatu

pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses

keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkan dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkanya dalam kehidupan mereka.

Menurut Suprijono Agus (2009 : 80) pembelajaran kontekstual merupakan prosedur penelitian yang bertujuan membantu peserta didik memahami makna bahan pelajaran yang mereka pelajari dengan cara menghubungkanya dengan konteks kehidupan mereka sendiri

dalam lingkungan sosial dan budaya masyarakat. Menurut Sardirman (2007 : 222) pendekatan kontekstual (Contextual

(29)

Menurut Nanang Hanafiyah (2009 : 67) Contextual Teaching and Learning merupakan suatu proses pembelajaran holistik untuk membelajarkan peserta didik dalam memahami bahan ajar secara bermakna (meaning full) yang dikaitkan dengen konteks kehidupan nyata, baik berkaitan dengan lingkungan pribadi, agama, sosial, ekonomi maupun kultural.

Dari berbagai devinisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching Learning) merupakan konsep pembelajaran yang membantu guru atau pengajar mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.

2. Konsep Dasar Strategi Pembelajaran kontekstual

(30)

Pertama, CTL menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi, artinya proses belajar diorentasikan pada proses pengalaman secara langsung. Proses belajar dalam konteks CTL tidak mengharapkan agar siswa hanya menerima pelajaran, akan tetapi proses mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran.

Kedua CTL mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan bermakna secara fungsional, akan tetapi materi dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sehingga tidak mudah dilupakan.

(31)

juga psikomotor. Belajar melalui CTL diharapkan siswa dapat menemukan sendiri materi yang dipelajari.

Sehubungan dengan hal itu, terdapat lima karakteristik penting dalam proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan CTL.(Wina Sanjaya,2006: 256).

1. Dalam CTL pembelajaran merupakan proses pengaktifan

pengetahuan yang sudah ada (activing knowledge) artinya apa yang dipelajari tidak terlepas dari pengetahuan yang sudah dipelajari, dengan demikian pengetahuan yang akan diperoleh siswa adalah pengetahuan yang utuh yang memiliki keterkaitan satu sama lain.

2. Pembelajaran kontekstual adalah belajar dalam rangka

memperoleh dan menambah pengetahuan baru, yang diperoleh dengan cara deduktif, artinya pembelajaran dimulai dengan cara mempelajari secara keseluruhan, kemudian memperhatikan detailnya.

(32)

diaplikasikan dalam kehidupan siswa, sehingga tampak perubahan perilaku siswa.

5. Melakukan refleksi terhadap strategi pengembangan

pengetahuan. hal ini dilakukan sebagai umpan balik untuk proses perbaikan dan penyempurnaan strategi.

3. Faktor–Faktor yang dipertimbangkan dalam pembelajaran

kontekstual

Menurut Nanang Nanafiyah (2009 : 72-73) Ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam metode Contextual Teaching and Learning adalah:

a. Merencanakan pembelajaran sesuai dengan perkembangan mental (Developmentally Appropiate) peserta didik.

b. Membentuk kelompok belajar yang saling bergantungan

(Interdependent learning group).

c. Mempertimbangkan keberagaman peserta didik (Diversity of students).

d. Menyediakan lingkungan yang mendukung pembelajaran mandiri (Self regulated learning) dengan cara tiga karakteristik umumnya,yaitu kesadaran berpikir,penggunaan strategi, dan motivasi berkelanjutan.

(33)

f. Menggunakan teknik bertanya (Qustioning) dalam rangka meningkatkan peserta didik dalam pemecahan masalah dan keterampilan berpikir tingkat tinggi.

g. Mengembangkan pemikiran bahwa peserta didik akan belajar lebih bermakna jika diberi kesempatan untuk belajar menemukan,dan menkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru (Contructivism).

h. Memfasilitasi kegiatan penemuan (Iqury) supaya peserta didik memperoleh pengetahuan dan keterampilan melalui penemuannya sendiri.

i. Mengembangkan rasa ingin tahu (Curiusity) di kalangan peserta didik melalui pengajuan pertanyaan (Questioning).

j. Menciptakan masyarakat belajar (Learning community) dengan membangun kerjasama di antara peserta didik.

k. Memodelkan (Modeling) sesuatu agar peserta didik dapat beridentifikasi dan berimitasi dalam rangka memperoleh pengetahuan dan keterampilan baru.

l. Mengarahkan peserta didik untuk merefleksikan tentang apa yang sudah dipelajari.

(34)

4. Langkah-Langkah Pembelajarankontekstual

Menurut Sa‟ud (2008 :173-174) Tahapan model pembelajaran kontekstual meliputi empat Tahapan,yaitu: invitasi, eksplorasi, penjelasan dan solusi, dan pengambilan tindakan.

Tahapan invitasi, siswa didorong agar mengemukakan pengetahuan awalnya tentang konsep yang dibahas, bila guru perlu memancing dengan memberikan pertanyaan problematik tentang fenomena kehidupan sehari-hari melaui kaitan konsep-konsep yang dibahas tadi dengan pendapat yang mereka miliki. siswa diberi

kesempatan untuk mengkomunikasikan mengikuti sertakan

pemahamannya tentang konsep tersebut.

Tahapan eksplorasi, siswa diberi kesempatan untuk menyelidiki dan menemukan konsep melalui pengumpulan, pengorganisasian penginterpretasian data dalam sebuah kegiatan yang telah dirancang guru, secara berkelompok siswa melakukan kegiatan berdiskusi tentang masalah yang ia bahas. Secara keseluruhan, tahap ini akan memenuhi rasa keingitahuan siswa tentang fenomena kehidupan lingkungan sekelilingnya.

(35)

Tahapan pengambilan tindakan, siswa dapat membuat keputusan menggunakan pengetahuan dan keterampilan, berbagai informasi dan gagasan, mengajukan pertanyaan lanjutan, mengajukan saran baik secara individu maupun kelompok yang berhubungan dengan pemecahan masalah.

5. Komponen-komponen pembelajaran Kontekstual

Pembelajaran kontekstual mempunyai tujuh komponen utama pembelajaran, di antara yakni sebagai berikut.

1) Kontruktivisme (Contructivism)

Kontruktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur koqnitif siswa berdasarkan pengalaman. Menurut kontruktivisme, pengetahuan itu memang berasal dari luar, akan tetapi dikonstruksi oleh dan dari dalam seseorang. Oleh sebab itu pengetahuan terbentuk oleh dua faktor penting, yaitu objek yang menjadi bahan pengamatan dan kemampuan subjek untuk menginterpretasi objek tersebut kedua faktor itu sama pentingnya. Dengan demikian pengetahuan itu tidak bersifat statis tetapi bersifat dinamis, tergantung individu yang melihat dan mengkonstruksinya.

(36)

a) Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activating konwlege)

b) Pemerolehan pengetahuan baru (acquiring knowledge) dengan cara mempelajari secara keseluruhan dulu, kemudian memperhatikanya detailnya

c) Secara keseluruhan dulu, kemudian memperhatikan

detailnya.

d) Pemahaman pengetahuan (understanding knwledge) yaitu dengan cara menyusun konsep sementara (hipotesis) melakukan sharing kepada orang lain agar dapat tanggapan (validasi) dan atas dasar tanggapan itu, dan konsep direvisi dan dikembangkan.

e) Mempraktekan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying knowledge).

f) Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengembangan pengetahuan tersebut.

2) Bertanya (Questioning )

(37)

memancing agar siswa dapat menemukan sendiri. karena itu peran bertanya sangat penting, sebab melalui pertanyaan-pertanyaan guru dapat membimbing dan mengarahkan siswa untuk menemukan setiap materi yang dipelajarinya.

Bertanya (questioning) adalah suatu strategi yang digunakan secara aktif oleh siswa untuk menganalisis dan mengeksplorasi

gagasan-gagasan. Bertanya merupakan strategi utama

pembelajaran yang berbasis kontekstual. Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai keterampilan berfikir siswa. Hal ini merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis inkuiri, yaitu menggali informasi, menginformasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan pada aspek yang belum diketahuinya.

Dalam suatu pembelajaran yang produktif kegiatan bertanya akan sangat berguna:

a. Menggali informasi tentang kemampuan siswa dalam penguasaan materi pelajaran

(38)

3) Menemukan (lnquiry)

Menemukan atau inkuiri artinya proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistimatis. Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta tetapi hasil dari menemukan sendiri.

Pengetahuan bukanlah sejumlah fakta hasil dari mengingat, akan tetapi hasil dari proses menemukan sendiri. dengan

demikian dalam proses perencanaan, guru bukanlah

mempersiapkan sejumlah materi yang harus dihafal, akan tetapi merancang pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat menemukan sendiri materi yang harus dipahami.Belajar pada dasarnya merupakan proses mental seseorang yang tidak terjadi secara mekanis. Melalui proses mental itulah diharapkan siswa berkembang secara utuh baik intelektual, mental, emosional, maupun pribadinya.

(39)

karya lainnya (4) mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, guru atau audience lainya. 4) Masyarakat belajar (Learning Community)

Vygotsky (dalam Wina Sanjaya, 2006: 267) seorang psikolog Rusia menyatakan bahwa pengetahuan dan pemahaman anak ditopang banyak oleh komunikasi dengan orang lain. sesuatu permasalahan tidak mungkin dapat dipecahkan sendirian, tetapi membutuhkan bantuan orang lain. Kerja sama saling memberi dan menerima sangat dibutuhkan untuk memecahkan suatu persoalan. Konsep masyarakat belajar (learning

community) dalam model pembelajaran kontekstual

menyarankan agar hasil pembelajaran juga diperoleh melalui kerja sama dengan orang lain. Kerja sama itu dapat dilakukan dalam berbagai bentuk baik dalam kelompok belajar secara formal maupun dalam lingkungan yang terjadi terjadi alamiah. Hasil belajar dapat diperoleh dari hasil sharing dengan orang lain, teman, antar kelompok yang sudah tahu memberitahu pada yang belum tahu, yang pernah memiliki pengetahuan membagi pengalamanya pada orang lain. inilah hakikat dari masyarakat belajar. masyarakat yang saling membagi.

(40)

yang dapat ditiru oleh setiap siswa. Misalnya guru memberikan contoh bagaimana cara mengoperasikan sebuah alat, atau bagaimana cara melafalkan sebuah kalimat asing dan sebagainya. Pemodelan pada dasarnya membasakan gagasan yang dipikirkan, mendemonstrasikan bagaimana guru menginginkan para siswa untuk belajar, dan melakukan apa yang guru inginkan agar siswa

melakukan.Pemodelan dapat terbentuk demonstrasi,

pembelajaran contoh tentang konsep atau aktivitas belajar. 6) Refleksi (Reflection)

(41)

7) Penilaian sebenarnya (Assessment)

Proses pembelajaran konvensional yang sering dilakukan guru pada saat ini, biasanya ditekankan kepada perkembangan aspek intelektual, sehingga alat evaluasi yang digunakan terbatas pada penggunaan tes. dengan tes dapat diketahui seberapa jauh siswa telah menguasai materi pelajaran. dalam model pembelajaran kontekstual, keberhasilan pembelajaran tidak hanya ditentukan oleh perkembangan kemampuan intelektual saja, akan tetapi perkembangan seluruh aspek.oleh sebab itu, penilaian keberhasilan tidak hanya ditentukan oleh aspek hasil belajar seperti hasil tes, akan tetapi juga proses belajar melalui penilaian nyata atau penilaian sebenarnya.

B. Pembelajaran Fiqih 1. Pengertian Fiqih

Fiqih menurut bahasa artinya tahu atau pemahaman sedangkan menurut istilah Fiqih adalah pemahaman tentang hukum syara‟yang

berkaitan dengan perbuatan orang-orang mukallaf (baik yang bersifat hukum taklif maupun hukum wadl‟i) yang diambil /digali dari dalil

(42)

Fiqih menurut fuqaha (ahli fiqih) adalah mengetahui hukum-hukum syara‟ yang menjadi sifat bagi perbuatan para hamba (mukallaf) yaitu:

wajib, sunnah, haram, makruh, dan mubah (Ash.Shiddieqy,1999:16).

2. ObyekIlmuFiqih

Obyek pembahasan dalam ilmu fiqih adalah perbuatan mukallaf bila dilihat dari sudud ilmu syara‟ Perbuatan itu dikelompokan

menjadi 3 kelompok besar yaitu : ibadah, Muamalah, dan Uqubah. Bagian Ibadah mencakup segala perbuatan yang berkaitan dengan urusan akhirat, yaitu : shalat, zakat, puasa, haji, dan jihad. Bagian Muamalah mencakup hal-hal yang berhubungan dengan harta, yaitu :jual beli, hukum benda, harta peninggalan, sewa-menyewa, pinjam-meminjam. Sedangkan bagian Uqubah mencakup segala hal persoalan yang menyangkut tindak pidana, seperti : Qishah /pidana setimpal, pencurian, zina, pembunuhan, perampokan, pemberontakan.

Obyek pembahasan fiqih secara cermat dapat diperinci lagi ke dalam delapan bagian Menurut (Ash Shiddieqy,1999 : 24-27).

a. Sekumpulan hukum-hukum yang dinamai ibadah

b. Sekumpulan hukum yang berhubungan dengan kekeluargaan, perorangan dan mawaris (Al Ahwalusy Syakhshiyahh).

c. Sekumpulan hukum mengenai muamalah madaniyah (hukum

(43)

d. Sekumpulan hukum mengenai benda dan ekonomi (muamalah maliyah).

e. Sekumpulan hukum mengenai Uqubah.

f. Sekumpulan hukum yang disebut hukum-hukum peradilan dan pengadilan.

g. Sekumpulan hukum tata negara (Ahkam Dusturiyah). h. Sekumpulan hukum Internasional (Ahkam Dauliyah).

3. PengertianMata pelajaranFiqih

Pelajaran fiqih dalam kurikulum Madrasah Tsanawiyah adalah salah satu bagian dari mata pelajaran pendidikan agama Islam yang diarahkan untuk menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati,dan mengamalkan hukum Islam yang kemudian dijadikan dasar pandangan hidup (way of life) Melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, penggunaan pengalaman dan pembiasaan.(Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam,2004:48)

4. Tujuan dan Fungsi Pelajaran Fiqih

Tujuan dan fungsi pelajaran fiqih di Madrasah disesuaikan dengan kurikulum Madrasah, yaitu :

(44)

1. Mengetahui dan memahami pokok-pokok Islam secara terperinci dan menyeluruh, baik berupa dalil naqli maupun dalil aqli pengetahuan dan pemahaman tersebut diharapkan menjadi pedoman hidup dalam kehidupan. Pribadi dan sosial (Direktorat Jenderal Kelembagaan Islam, 2004 :48).

2. Melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam dengan benar.

b. Fungsi Fiqih

Mata pelajaran Fiqih di Madrasah Tsanawiyah berfungsi untuk : 1. Menanamkan nilai-nilai dan kesadaran peserta didik kepada

Allah SWT.

2. Membiasakan pengalaman terhadap hukum Islam pada peserta didik dengan ikhlas dan perilaku sesuai dengan peraturan yang berlaku di Madrasah dan masyarakat.

3. Meneguhkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT.

4. Memperbaiki kesalahan-kesalahan, kelemahan-kelemahan peserta didik dalam melaksanakan ibadah dan muamalah dalam kehidupan sehari-hari.

(45)

5. Ruang Lingkup Fiqih

Ruang lingkup fiqih di Madrasah Tsanawiyah meliputi keserasian, keselarasan, dan keseimbangan (Direktorat jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2004 : 49-50) antara lain:

a. Hubungan manusia degan Allah

b. Hubungan manusia dengan sesama manusia

c. Hubungan manusia dengan alam dan lingkungan

Adapun ruang lingkup bahan pelajaran Fiqih di Madrasah Tsanawiyah berfokus pada aspek fiqih ibadah dan muamalah.

a. Fiqih Ibadah meliputi

1. Melakukan Thoharoh / bersuci 2. Melakukan shalat wajib 3. Melakukan adzan dan Iqamah 4. Melakukan Shalat jum‟at

5. Melakukan macam-macam Shalat sunah

6. Melakukan puasa

7. Melakukan zakat

8. Melakukan shodaqoh dan infak

(46)

b. Fiqih Muamalah meliputi

1. Memahami ketentuan jual beli

2. Memahami ketentuan pinjam-meminjam

3. Memahami ketentuan upah 4. Memahami ketentuan riba

5. Memahami ketentuan barang titipan dan barang temuan

C. Pendekatan kontekstual dalam pembelajaran fiqih

Istilah Pendekatan memiliki strategi maupun metode akan tetapi tiga komponen saling berkaitan. dalam dunia pendidikan strategi dapat diartikan sebagai perencana yang berisi tentang rangkain kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan kemudian metode adalah untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan agar tujuan yang disusun tercapai secara optimal Wina Sanjaya, 2009:126.

Dalam pembelajaran fiqih yang sesuai dengan standar isi Madrasah Tsanawiyah terdapat beberapa pendekatan berkaitan dengan cakupan materi pada setiap aspek dalam suasana pembelajaran meliput:

1. Keimanan yang mendorong peserta didik mengembangkan

pemahaman dan keyakinan tentang adanya Allah sebagai sumber kehidupan

(47)

3. Pembiasaan melaksanakan pembelajaran dengan membiasakan melakukan tata cara ibadah, bermasyarakat dan bernegara yang sesuai dengan materi pelajaran fiqih yang dicontohkan oleh para ulama 4. Rasional usaha meningkatakan proses dan hasil pembelajaran fiqih

dengan pendekatan yang memfungsikan rasiao peserta didik, sehingga isi dan nilai-nilai yang ditanamkan mudah dipahami dengan baik 5. Emosional upaya menggugah perasaan peserta didik dalam menghayati

pelaksanaan ibadah sehingga lebih terkesan dalam jiwa peserta didik 6. Fungsional menyajikan materi Fiqih yang memberikan manfaat bagi

peserta didik dalam kehidupan sehari-hari dalam arti luas

7. Keteladanan pendidikan yang menempatkan dan memerankan guru serta komponen madrasah lain sebagai teladan, sebagai cerminan dari individu yang mengamalkan materi fiqih.

Sekiranya pembelajaran Fiqih dengan menggunakan pendekatan kontekstual sangat penting untuk meningkatkan pemahaman mereka dalam memahami hukum Islam, sehingga peserta didik tidak membayangkan materi yang diajarkan akan tetapi materi yang diajarkan tersebut benar-benar terjadi linkungan kehidupan sehari-hari mereka.

(48)

1. Metode ceramah

Metode ceramah yaitu disamping menerangkan materi, guru dapat menyelipkan kisah-kisah yang bersumber dari Al-qur‟an dan hadis misalnya materi shalat berjamaah, shalat bagi orang sakit. Metode ini sebenarnya tidak dapat ditinggalkan dalam setiap penyampaian materi, yang dikolaborasikan dengan metode lain.

2. Metode tanya jawab

Metode tanya jawab yaitu penyampaian pesan pengajaran dengan cara mengajukan pertanyaan dan siswa memberikan jawaban, atau sebaliknya siswa diberikan kesempatan bertanya dan guru memberikan jawaban.

3. Metode diskusi

Metode diskusi yaitu suatu cara mempelajari materi pelajaran dengan memperdebatkan masalah yang timbul dan saling mengadu argumentasi. hal ini akan membuat siswa aktif dalam pembelajaran dan berfikir kritis dalam menuangkan ide-ide ketika ada suatu permasalahan dalam metode diskusi ini guru tetap mendampingi secara penuh dalam pembelajaran.

(49)

BAB III PAPARAN DATA

A. Gambaran Umum MTs N Karanggede Boyolali 1. Sejarah singkat dan lokasi

Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) Karanggede pada mulanya merupakan Madrasah swasta yang berada dibawah naungan dan pengawasan Kementrian Agama (Kemenag).

Secara kronologis pada tahun 1961/1962 para tokoh dan ulama (NU) sekecamatan karanggede berusaha bekerja sama bahu membahu merintis untuk membangun dan mendirikan sebuah sekolah lanjutan tingkat pertama yang bercirikan Islam, atau yang dikenal dengan Madrasah Tsanawiyah (MTsN). Hal ini mengingat pada waktu itu belum ada satupun sekolah lanjutan tingkat pertama di kecamatan Karanggede kabupaten Boyolali Jawa Tengah. Di samping itu tujuan dari didirikannya Madrasah Tsanawiyah ini adalah untuk mencetak kader-kader insane yang cerdas, terampil dan terdidik untuk melanjutkan perjuangan Islam oleh tokoh atau ulama pendahulu di Kecamatan Karanggede.

(50)

Pada tahun 1963 Madrasah Tsanawiyah secara resmi telah berdiri dan ditetapkan pada tanggal 1 Agustus 1963, dengan nama Madrasah Tsanawiyah Nahdlatul Ulama (MTs NU).

Sedangkan beberapa tokoh perintis yang memprakarsai berdirinya MTs NU ini adalah :

a. K.H. Zainal Mahakim (sesepuh) b. K.H. Munawir (kepala)

c. Bapak H.S Pathoni d. K.H. Khusaini e. K.H. Munajab

f. Bapak Abdul Mutholib g. Bapak H. Djamari h. Bapak Sastro Murjono i. Dan lain-lain

Sementara itu lokasi lembaga pendidikan formal (MTs NU) ini semula di Karanggede, dengan alamat Trayon Desa Kebonan kecamatan Karanggede kabupaten Boyolali Jawa Tengah.

(51)

Untuk lebih jelasnya MTsN ini terletak di dusun Gumukrejo kelurahan Klumpit kecamatan Karanggede kabupaten Boyolali Jawa Tengah berada di atas tanah ±4000M. Sebelah utara berbatasan dengan SDN Klumpit yang termasuk wilayah dusun tempel, sebelah Timur berbatasan dengan jalan raya klumpit karanggede, sebelah selatan adalah berbatasan dengan perkampungan penduduk Gumukrejo sebelah barat berbatasan dengan kebun, perkampungan penduduk dusun Gumukrejo.

2. Identitas sekolah

 Nama : MTs Negeri Karanggede

 Nomor Statistik : 121133090012

 Status Akademik : B

 Alamat : Dusun Gumukrejoi, Desa Klupit

Kecamatan Karanggede

 NPWP Madrasah : 00.258.374.8-527.000

 Nomor telepon : 081329567673

 Kepala sekolah : H. Suwardi, M.Pd. I

 Kepemilikan Tanah

1) Status Tanah : Pemerintah

2) Luas Tanah : 3945 m²

(52)

3. Struktur Organisasi

Organisasi sekolah merupakan wadah kesatuan kerja dan tanggung jawab sebagai pelaksanaan administrasi yang masing-masing komponen berusaha menerapkan fungsinya berdasarkan garis struktur yang membawahinya.

Sruktur organisasi akan berhasil dengan baik apabila komponen-komponen yang terlibat didalamnya memiliki suatu struktur tugas yang tegas serta terpadu dalam rangka merealisir sebagai progam yang telah dirancang.

Adapun struktur organisasi MTs Negeri Karanggede adalah terlampir.

4. Keadaan siswa

Kemajuan sekolah tidak diukur dari segi fasilitas gedung yang mewah, akan tetapi didukung oleh kuantitas dan kualitas siswa, karena mereka adalah subjek pendidikan

(53)

TABEL 3.1

Data Jumlah Siswa MTsN Karanggede Tahun Ajaran 2014/2015

No Kelas

Jenis kelamin

Jumlah

L P

1 VII 56 57 113

2 VIII 60 55 115

3 IX 65 43 108

Jumlah 194 150 334

Sumber : MTs N Karanggede

5. Sarana dan Prasarana

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar perlu di tunjang oleh adanya sarana dan prasarana yang memadai, karena dengan terpenuhinya sarana prasarana yang dibutuhkan, maka proses belajar akan bisa dilaksanakan secara maksimal.

(54)

TABEL 3.2

Daftar Sarana Prasarana MTs Negeri Karanggede

Tahun 2014/2015

No Jenis Prasarana Jumlah ruang Kondisi

1 Kelas 11 Baik

Sumber : MTs N Karanggede

6. Daftar Guru dan Staff

(55)

TABEL 3.3

Keadaan Guru dan Pegawai PNS dan Non PNS MTs Negeri Karanggede

Tahun 2014/2015

a. Kepala, Guru (PNS)

No Nama Mengajar Mapel

1 H. Suwardi, M.Pd.I Fiqih

2 Suramto, S.Pd, M.Pd Matematika

3 Darmono, M.Pd Bhs. Inggris

4 Yanuar Ismunanto, S.Pd Bhs. Inggris

5 Maryono, S.Pd IPA Fis

11 Nur Yasin, S.Ag Qur‟an Hadits

(56)

4 Dwi Agus Prasetyo , S.Pd Bahasa Jawa

5 Eny Kurniawati , SS Sastra Arab

6 Andri Wahyaningrum BK

c. Pegawai /TU (PNS)

No Nama Tugas Yang Diberikan

1 Sunaryo , S.Sos KTU

2 Sumardi Staf TU

d. Pegawai /TU (Non PNS)

No Nama Tugas Yang Diberikan

1 Agung Windiarto Karyawan

2 Ihwan Rahmadi Keamanan

3 Munajat Kebersihan

4 Sigit Waharsono,

S.Kom

Karyawan

5 Ngadenan Penjaga

7. Daftar Responden

(57)
(58)

B. Implementasi Pendekatan kontekstual Dalam Pembelajaran Fiqih

Pada Kurikulum KTSP di MTsN Karanggede

Kurikulum mata pelajaran fiqih di MTsN Madrasah Tsanawiyah memuat lingkup pembahasan pelajaran fiqih ibadah yang berisi pokok-pokok ibadah mahdloh secara terperinci dan menyeluruh. Pengetahuan dan pemahaman tersebut diharapkan menjadi pedoman hidup siswa dalam kehidupan pribadi dan sosial. dalam hal ini siswa diharapkan mampu melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam secara benar. dalam pengalamannya, diharapkan dapat menumbuhkan ketaatan menjalankan syariat Islam, disiplin dan memiliki tanggung jawab sosial yang tinggi.

(59)

Berkaitan dengan proses pembelajaran pada mata pelajaran fiqih di MTsN Karanggede, salah satu menggunakan pendekatan kontekstual. pendekatan kontekstual berorientasi pada pengalaman nyata. Siswa dibimbing untuk mendapatkan pengalaman sendiri selama proses pembelajaran. pengalaman ini bisa dicapai dengan memanfaatkan semua sarana yang ada sebagai sumber belajar. Sebagai contoh pemanfaatan belajar dalam pembelajaran Fiqih adalah menggunakan masjid sebagai praktek latihan shalat, menggunakan alat peraga tentang tata cara ibadah shalat yang lainnya.

(60)

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Konsep Pendekatan Kontekstual Dalam Pembelajaran Fiqih disekolah

MTsN Karanggede

1. Pendekatan kontekstual.

Pendekatan kontekstual dalam pembelajaran fiqih berawal sejak MTsN karanggede Berkaitan dengan program sekolah dan untuk menindak lanjuti dari ajuran Departemen agama agar melaksanakan pembelajaran fiqih khususnya pada kelas VIII pada tahap awal perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran fiqih belum dapat berjalan dengan baik, namun dari tahun ketahun akhirnya perencaan dan pelaksanaan pembelajaran fiqih dengan pendekatan kontekstual di MTsN dapat berjalan dengan baik, dan pihak guru MTsN mulai memahami dan melatih dalam merencanakan dan melaksanakan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran fiqih tersebut. Sehingga pada tahun pendekatan kontekstual dalam pembelajaran fiqih di MTsN dapat terlaksana dengan efektif dan dapat menjadikan pembelajaran yang lebih bermakna bagi peserta didik meskipun masih mengalami hambatan dalam pelaksanaannya.

(61)

pendekatan kontekstual yang di kemas meliputi tiga yang harus dipahami.

B. Implementasi Pendekatan Kontekstual Dalam Pembelajaran Fiqih di MTsN Karanggede

1. Tujuan pendekatan kontekstual

Tujuan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran fiqih adalah: a. Menggiring fitrah anak menjadi penanya ulang dan melatih pola

pikir ilmiah yang kemudian muncul karakter anak yang memiliki rasa ingin tahu rasa menyelidiki yang tinggi.

b. Membentuk sikap anak lebih baik, membentuk anak yang

mempunyai imanjinasi kreatif.

c. Agar anak dapat menemukan pengetahuan sendiri dengan

bimbingan guru dan berani berbicara di depan umum.

d. Anak dapat mencari solusi masalah yang ditemuinya,serta untuk membentuk anak menjadi agen perubahan untuk generasi mendatang.

(62)

Tujuan pendekatan kontekstual juga memenuhi kriteria kompetensi lulusan sekolah (Yoewono, 2008:166) yaitu mampu berpikir logis, kritis, dan kreatif, serta berkomunikasi melalui beberapa media.

Jadi bisa disimpulkan tujuan dari pendekatan kontekstual dalam pembelajaran adalah memberikan cara bagi siswa untuk membangun kecakapan-kecakapan intelektual (kecakapan berpikir) terkait dengan proses berpikir reflektif yang kemudian muncul karakter anak yang memiliki rasa ingin tahu, rasa menyelidik yang tinggi, menggiring fitrah anak menjadi penanya ulang, berani mengukapkan pendapat dan membentuk sikap anak yang lebih baik, serta membentuk imanjinasi kreatif anak, serta agar anak dapat mencari solusi masalah yang ditemuinya, serta untuk membentuk anak menjadi agen perubahan untuk generasi mendatang.

2. Materi pelajaran

Materi yang menggunakan pendekatan kontekstual adalah materi fiqih materi yang banyak memakai media visual dan materi praktek.

(63)

3. Media pembelajaran

Media pembelajaran yang digunakan dalam implementasi pendekatan kontekstual adalah media cetak (flash card) media papan (papan tulis) media elektronik (notebook ) dan LCD.

Dalam Implemetasi pendekatan kontekstual dibutuhkan media yang tepat sebagai sarana agar siswa lebih cepat memahami materi, Guru kewajiban memberikan kemudahan belajar melalui penciptaan iklim yang kondusif dengan menggunakan fasilitasnya, media, dan materi pembelajaran yang bervariasi (Mulyasa, 2003:234).

Jadi bisa disimpulkan media pembelajaran yang menggunakan dalam implementasi pendekatan kontekstual telah sesuai dengan kebutuhan siswa sehingga menciptakan kemudahan belajar siswa. media yang digunakan adalah media cetak (flash card), media papan (papan tulis), media elektronik (notebook)dan LCD yang menampilkan film atau gambar, benda-benda di sekitar sekolah seperti barang bekas, artline,dan field trip.

4. Alat peraga

(64)

Alat peraga yang digunakan di MTsN terbentuk konkret, bukan abstrak. Hal ini sesuai dengan karakteristik pembelajaran pada anak kelas sederajat menurut Yoewono (2008:166) bahwa pembelajaran konkret lebih sesuai diberikan pada kelas VIII sekolah MTsN.

Jadi bisa disimpulkan alat peraga yang digunakan di MTsN terbentuk konkret, antara lain laporan buku yang berisikan materi pelajaran, benda di sekitar sekolah seperti barang bekas yang masih bisa di daur ulang, video, mat, flash card (potongan kartu) film, dan gambar. 5. Sumber belajar

Sumber belajar di MTsN Karanggede adalah guru, kepala sekolah, masyarakat,dan orang yang ahli dalam bidang tertentu atau master, internet, buku, worksheet, aktivitas siswa, film dan lingkungan sekitar.

Suatu hal yang perlu diperhatikan oleh guru dan siswa dalam kegiatan pembelajaran fiqih adalah proses mental perlu diarahkan kepada penggunaan sumber belajar secara relevan dengan bidang studi

yang membahas, terpilih, mutakhir, serta ketepatan dalam

menggunakannya(sardirman, 1989:111).

(65)

bahwa karakteristik pembelajaran di sekolah MTsN adalah kelas VIII sekolah MTsN berorientasi pada pembelajaran fakta, lebih bersifat konkret atau kejadian-kejadian yang ada di sekitar lingkungan siswa.

Jadi bisa disimpulkan sumber belajar yang digunakan di MTsN bersifat konkret atau kejadian-kejadian yang ada lingkungan siswa, meliputi masyarakat, dan orang ahli dalam bidang tertentu atau master, internet, buku, worksheet, aktivitas siswa, film dan lingkungan sekitar. 6. Kegiatan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran fiqih di MTsN

Karanggede

Kegiatan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran fiqih di MTsN Karanggede meliputi 7 langkah yaitu:

a. Guru menyiapkan materi atau media yang bisa menjadi stimulasi. b. Guru memaparkan permasalah melalui cerita, film, gambar, dan

sebagainya.

c. Guru memberikan open minded question kepada anak, kemudian anak memberi beragam jawaban.

d. Guru memberi tugas kepada anak.

e. Anak merumuskan jawaban dari tugas tersebut dengan cara berpikir sendiri, melihat di buku, dan bertanya kepada guru.

(66)

7. Metode pendekatan kontekstual dalam pembelajaran fiqih

Metode lain yang digunakan adalah demokrasi, diskusi menyenangkan, presentasi, kerja kelompok, ceramah, eksperimen, tanya jawab, observasi dengan field trip.

Menurut Mulyasa (2003:236) keberhasilan metode ini sangat didukung oleh metode pembelajaran yang lain yang digunakan secara bervariasi seperti ceramah, tanya jawab, diskusi pemberian tugas, pengamatan lapangan, wawancara,dan belajar sendiri.

Jadi bisa disimpulkan metode ini yang dapat mengiringi metode pendekatan kontekstual adalah tanya jawab, diskusi pemberian tugas, pengamatan lapangan atau observasi, kerja kelompok, wawancara presentasi, ceramah, dan eksperimen.

8. Evaluasi pembelajaran di MTsN Karanggede

Evaluasi pembelajaran di MTsN karanggede dilakukan dengan: a. Setiap akhir proses pembelajaran dengan tanya jawab b. Ujian tertulis setiap satu bulan sekali tema

c. Selain tes dari kemendikbud,sekolah juga mengadakan tes tersendiri yang hasil berbentuk naratif atau penjelasan tentang prestasi siswa.

Hal ini sejalan pendapat Mulyasa (2003:237) bahwa evaluasi

pembelajaran harus mencakup tiga aspek.yaitu kemampuan,

(67)

Jadi dapat disimpulkan bahwa evaluasi pembelajaran fiqih di MTsN telah mencakup 3 aspek, yaitu kemampuan dengan Ujian tertulis, dan UKK. Sedangkan keterampilan dan sikap dilaksanakan tanya jawab, dan tes mandiri dari sekolah yang hasilnya berbentuk naratif atau penjelasan tentang prestasi perkembangan belajar siswa.

9. Peran Guru di MTsN Karanggede

Peran guru dalam implementasi pendekatan kontekstual dalam pembelajaran fiqih di MTsN Karanggede adalah:

a. Sebagai pendamping siswa dalam belajar, guru dan siswa masih sama belajar.

b. Fasilitator yang mefasiliasi siswa dalam belajar dan memberikan ruang belajar yang lebih kepada siswa.

c. Motivator yang selalu membangkitkan semangat siswa dalam belajar,penanya,dan pembimbing.

Di MTsN Karanggede guru dipanggil dengan sebutan kakak agar memiliki kedekatan secara psikologis kepada siswa lebih terjalin.

Hal ini sesuai pendapat menurut Gulo (dalam jauhar, 2011:84) guru akan memiliki beberapa peran dalam menerapkan metode pendekatan kontekstual yaitu:

(68)

c. penanya untuk menyadarkan siswa dari kekeliruan yang mereka berbuat dan memberi keyakinan pada diri sendiri.

d. Administrator yang bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan di dalam kelas.

e. Pengarahan yang memimpin arus kegiatan berpikir siswa pada tujuan yang diharapkan.

f. Manajer yang mengelola sumber belajar, waktu dan organisasi kelas.

g. Rewarder yang memberi penghargaan pada prestasi yang dicapai dalam rangka peningkatan semangat heuristik pada siswa.

Jadi dapat disimpulkan peran guru di MTsN karanggede adalah:

a. Motivator yang memberi rangsangan supaya siswa aktif dan gairah berpikir.

b. Fasilitator yang menunjukan jalan keluar jika ada hambatan dalam proses berpikir siswa.

c. Sebagai pendamping siswa dalam belajar, Guru dan siswa masih sama-sama belajar.

d. Penanya untuk menyadarkan siswa dari kekeliruan yang mereka perbuat dan memberi kenyakinan pada diri sendiri.

10. Peran siswa di MTsN Karanggede

(69)

fasilitator siswa terlibat aktif dalam pembelajaran. siswa kelas atas sebagai patner fasilitator, sedangkan kelas bawah sebagai bagi sesama dan adik-adiknya.

Hal ini senada dengan peran siswa dalam komponen metode pendekatan kontekstual keterlibatan aktif siswa merupakan suatu keharusan sedangkan peran guru adalah sebagai fasilitator. siswa bukan secara pasif menuliskan jawaban pertanyaan pada kolom isian atau menjawab soal-soal pada akhir bab sebuah buku, melaikan dituntut terlibat dalam menciptakan sebuah produk yang menunjukkan pemahaman siswa terhadap konsep yang dipelajari atau dalam melakukan sebuah investigasi.

Jadi bisa disimpulkan peran siswa dalam pembelajaran fiqih mempunyai keterlibatan aktif untuk terlihat dalam menciptakan produk atas pemahaman siswa terhadap konsep dengan bimbingan dari fasilitator.

C. Hasil Penggunaan Pendekatan kontekstual Dalam Pembelajaran Fiqih di MTsN Karanggede

1. Prestasi Akdemik siswa di MTsN Karanggede

(70)

rata.sesuai target karena jawaban soal lebih fleksibel, anak bisa menyimpulkan masalah,anak dapat membuat hipotesa dan menarik jawaban dari persoalan yang ada, kemudian diterapakan dalam kehidupan sehingga sikap anak terbangun sejak dini.

Jadi dapat disimpulkan Prestasi akademik siswa bagus, terlihat dari nilai-nilai siswa yang telah melebihi KKM yang telah ditentukan. 2. Suasana pembelajaran pendekatan kontekstual di MTsN Karanggede

Suasana pembelajaran yang mengunakan pendekatan

kontekstual di MTsN Karanggede antara lain anak belajar dalam suasana nyaman. anak leluasa aktif bergerak, bermain dan bersosialisasi dalam nuansa alami, belajar tanpa terasa, dan tanpa perasaan terpaksa. dengan kondisi sekolah yang sejuk suasana pembelajaran berlangsung akrab dan kekeluargaan antara guru dan siswa. anak tidak merasa malas di kelas selalu berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. pembelajaran fiqih memacu rasa keingintahuan siswa untuk bertanya dan siswa yang lain menanggapinya dengan bimbingan guru, serta menjawab pertanyaan dari guru.

(71)

3. Tanggapan orang tua tentang pendekatan kontekstual dalam pembelajaran fiqih di MTsN Karanggede.

Tanggapan orang tua mengenai pembelajaran fiqih di MTsN Karanggede bagus, alasannya pembiasaan ibadah diajarkan sejak dini. Pendekatan kontekstual juga dapat membentuk anak lebi berani anak mempunyai kelebihan dibanding anak dari sekolah lain, anak lebih mandiri, rasa keingintahu lebih besar dibanding anak lain,anak lebih berani berbicara di depan umum anak juga berani mengungkapkan pendapat dan bertanya tentang apa yang ingin diketahui. hal ini karena pembelajarannya langsung ke pratek, tidak harus membaca dan menghafalkan materi dari buku.anak dikasih bahan materi pelajaran kemudian anak diberi kesempatan untuk mengembangkan materi.

Jadi dapat disimpulkan tanggapan orang tua mengenai pendekatan kontekstual adalah positif, alasanya dapat membentuk anak lebih mandiri, membentuk anak lebih berani. Pembelajaranya langsung ke praktek bukan menghafal materi pelajaran.

4. Tanggapan siswa tentang pendekatan kontekstual dalam pembelajaran fiqih di MTsN Karanggede

(72)

adalah senang , karena disini punya banyak teman, dan sekolahnya luas. pelaksanaan pembelajaran bermacam-macam, dan siswa bertanya kadang menonton film bersama para guru tentang materi pelajaran. Kalau masih belum paham materi pelajaran dapat bertanya kepada guru. Jadi dapat disimpulkan tanggapan siswa mengenai pendekatan kontekstual dalam pembelajaran fiqih di MTsN Karanggede adalah positif, alasannya pembelajaran berlangsung menyenangkan, karena siswa tidak terasa sedang melakukan kegiatan pembelajaran. siswa diberi kesempatan untuk bertanya apapun kepada guru. Pembelajaran berlangsung di dalam kelas dan lebih sering di luar kelas, semua kebutuhan siswa disediakan oleh pihak sekolah.

D. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Implementasi pendekatan Kontekstual Dalam pembelajaran Fiqih di MTsN Karanggede

1. Faktor pendukung

Faktor pendukung implementasi pendekatan kontekstual

a. Sumber daya manusia yaitu guru yang profesional. guru disini menjadi faktor pendukung utama dalam menerapkan pendekatan

kontekstual dalam proses pembelajaran.guru sangat

mementingkan kebutuhan anak dalam memperoleh pendidikan tidak semata-mata transfer pengetahuan.

(73)

c. orang tua murid sebagai pendukung dalam semangat belajar.

2. Faktor penghambat

Faktor-faktor penghambat implementasi pendekatan kontekstual a. orang tua murid ada yang menjadikan penghambat karena ada

yang belum mempercayai mengenai pendekatan kontekstual Menurut anak bermain saja. Kalau dirumah banyak bertanya menyebabkan orang tua sulit menjawab pertanyaan mereka. b. Fasilitas yang belum lengkap menjadi penghambat dalam

menerapakan pendekatan kontekstual.

c. Media alat peraga, dan sumber belajar kurang mencukupi kebutuhan siswa.

Cara mengatasi faktor-faktor yang menghambat dalam implementasi pendekatan konteksktual dalam pembelajaran fiqih di MTsN Karanggede dengan mengadakan kegiatan parent gathering yang dilakukan minimal 2 bulan sekali. Dalam kegiatan ini orang tua diberikan informasi mengenai peserta didik dalam menentukan kebijakan sekolah. Kegiatan ini menjadi penghubung antara orang tua murid dan guru-guru MTsN Karanggede dan menjadi tempat sherring bagi orang tua yang mempunyai kritik dan saran. Para guru

menampung semua kritikan dan saran yang membangun,

(74)

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan data serta analisis yang telah dikemukan pada bab sebelum maka dapat di ambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Konsep pendekatan kontekstual dalam pembelajaran fiqih di MTsN Karanggede adalah metode yang mempersiapakan siswa pada situasi untuk melakukan ekperimen sendiri secara luas agar melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu dan mengasah kemanpuan bertanya karena pada dasarnya fitrah anak inquirer yaitu penanya ulang yang memiliki rasa ingin tahu yang besar, melalui proses aktif bertanya aktif menyelesaikan masalah, berpikir kritis dan kreatif di MTsN Karanggede lebih mengembangkan konsep rasa keingintahuan siswa sehingga siswa lebih aktif bertanya.

2. Implementasi pendekatan kontekstual dalam pembelajaran Fiqih di MTsN Karanggede

a. Tujuan implementasi pendekatan kontekstual dalam

(75)

mengungkapkan pendapat dan membentuk sikap anak lebik baik, membentuk imajinasi kreatif anak, agar anak dapat mencari solusi masalah yang ditemuinya, serta untuk membentuk anak menjadi agen perubahan untuk generasi mendatang.

b. Materi yang menggunakan pendekatan kontekstual adalah materi fiqih, karena pendekatan kontekstual mengutamakan proses penemuan dalam kegiatan pembelajaran untuk memperoleh pengetahuan,materi fiqih yang banyak memakai media visual dan praktek.

c. Media pembelajaran yang digunakan dalam implementasi pendekatan kontekstual di MTsN Karanggede telah disesuaikan dengan kebutuhan siswa sehinga menciptakan kemudahan belajar siswa.

d. Alat peraga yang digunakan di MTsN Karanggede benda konkret, antara lain laporan buku yang berisikan materi pelajaran, benda disekitar sekolah seperti barang bekas yang masih bisa di daur ulang, video, mat, flash card(potongan kartu), film, gambar.

(76)

f. Kegiatan pembelajaran pendekatan kontekstual di MTsN Karanggede meliputi 7 langkah yaitu:

1. Guru menyiapkan materi atau media yang bisa menjadi stimulasi

2. Guru memaparkan permasalahan melalui cerita, film, gambar.

3. Guru memberi open minded question kepada anak, kemudian anak memberikan beragam jawaban.

4. Guru memberi tugas kepada anak

5. Anak merumuskan jawaban dari tugas tersebut dengan cara berpikir sendiri, melihat di buku, bertanya kepada guru. 6. Guru menjelaskan materi yang masih belum dipahami siswa. 7. Terakhir guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan

pelajaran.

g. Metode lain yang dapat mengiringi pendekatan kontekstual di MTsN Karanggede adalah metode tanya jawab, diskusi, pemberian tugas, pengamat lapangan atau observasi, kerja kelompok wawancara, presentasi, ceramah, eksperimen.

h. Evaluasi pendekatan kontekstual di MTsN Karanggede telah mencakup 3 aspek yaitu kemampuan dengan worksheet, ujian

tertulis, dan UKK.sedangkan keterampilan dan sikap

Gambar

TABEL 3.1
TABEL 3.2 Daftar Sarana Prasarana
TABEL 3.3 Keadaan Guru dan Pegawai PNS dan Non PNS
Tabel 3.4

Referensi

Dokumen terkait

Yang menjadi fokus dalam adegan ini adalah 2 orang kulit putih yang sedang berinteraksi, tampak seorang pria yang lebih muda mengenakan pakaian rapi lengkap

Pada hari pertama, mahasiswa diberikan paparan mengenai profil perusahaan, fasilitas, aturan, dan agenda yang akan dilakukan selama kegiatan kerja praktik berlangsung

Sedangkan kadar lemak biskuit jika dibandingkan dengan syarat mutu biskuit berdasarkan SNI 01-2973-1992 (BSN, 1992) dimana kadar lemak minimal yang terdapat pada

Perancangan tata letak tersebut dilakukan menggunakan algoritma Corelap dan metode Graph-Based Construction, dari kedua metode tersebut didapatkan dua rancangan tata

Timothy Findley dalam karyanya yang berjudul Not Wanted on the Voyage membicarakan tentang ke-lain-an (otherness) yang radikal dan hibriditas. Pengarang Kanada ini

Segala Puji dan Syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa selalu memberikan rahmat-Nya dan karunia-Nya kepada saya sehingga saya mampu menyelesaikan penulisan

yaitu : gunting, pinset, skal- pel dan korentang serta kain kasa yang telah disterilisasi dengan autoklaf ƒ Blood broth ƒ Nutrient broth ƒ NaCl ƒ Kapas “swab” ƒ

Diketahui pula bahwa sekretori IgA sangat berperan dalam mempertahankan integritas mukosa saluran pernafasan (Colman, 1992). Dari uraian di atas, perjalanan klinis penyakit ISPA