• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE BERCERITA DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA PADA ANAK USIA DINI (Studi Kasus di TK Pertiwi Mustika Jaya Bekasi) Sri Sukatmi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "METODE BERCERITA DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA PADA ANAK USIA DINI (Studi Kasus di TK Pertiwi Mustika Jaya Bekasi) Sri Sukatmi"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

METODE BERCERITA DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA PADA ANAK USIA DINI

(Studi Kasus di TK Pertiwi Mustika Jaya Bekasi) Sri Sukatmi

ABSTRAK; Tujuan penelitaian tindakan kelas ini adalah untuk mengetahui bagaimana metode bercerita yang dirancang dan diterapkan di lembaga pendidikan anak usia dini pada TK Pertiwi, Mustika Jaya, bekasi ini dapat mengembangkan kemampuan berbicara pada anak usia dini. Selanjutnya para guru-guru yang berkecimpung dalam pendidikan anak usia dini dapat mengembangkan metode tersebut sesuai dengan kondisi yang ada diwilayahnya. Berbagai permasalahan yang ditemukan dilapangan terkait dengan kemampuan anak dalam berbicara, sejauhmana kemampuan anak berbicara setelah dikembangkannya metode bercerita dan bagaimana penerapan metode bercerita pada anak usia dini dalam mengembangkan kemampuan berbicara pada anak usia dini. Penelitian ini dilaksanakan di TK-Pertiwi, Mustika Jaya, Bekasi yang dilaksanakan dalam 2 siklus. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan yang cukup signifikan dimana sebelum melakukan penelitian tindakan kelas sebesar 43% anak dapat berkomunikasi dengan baik, sebesar 34% dapat berkomunikasi cukup baik dan 23% kurang dapat berkomunikasi dengan baik namun setelah melaksanakan Siklus perbaikan pembelajaran peneliti menyimpulkan bahwa sebesar 73% dapat berkomunikasi dengan baik, sebesar 21% dapat berkomunikasi dengan cukup baik dan sebesar 6% kurang dapat berkumunikasi dengan baik. Hal ini menunjukkan bahwa hampir semua anak bisa mengikuti pembelajaran dengan baik dan aktif.

Kata Kunci : Metode Bercerita , Anak usia Dini , Kemampuan Berbicara.

PENDAHULUAN

Pendidikan anak usia dini memegang peran karena merupakan pendidikan awal sebagai dasar untuk menuju pada pendidikan yang lebih tinggi . Berdasarkan kenyataan dan pengamatan sebagai peneliti di TK Pertiwi , Bekasi saat ini menunjukkan bahwa pencapaian tujuan pengembangan kemampuan dasar berbahasa melalui bercerita masih belum memenuhi harapan. Hal ini dapat diindikasikan dengan kurangnya komunikasi yang dibangun oleh anak dalam kegiatan sehari-hari di lembaga pendidikan tersebut.

Ketidakmampuan anak dalam berbicara atau berkomunikasi sangat erat hubungannya dengan kemampuan berbahasa yang baik. Dengan ditemukannya masalah masih rendahnya minat anak dalam

berkomunikasi/berbicara dengan metode bercerita ini dikarenakan anak hanya cenderung diajar bercerita tanpa disertai pemahaman kita. Sehingga anak kurang memahami arti dari kata-kata yang ingin diucapkannya seperti Saat guru memberikan tugas, masih banyak anak yang tidak dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik, pada saat guru menjelaskan materi dan memberikan pertanyaan, anak didik tidak dapat menjawabnya dengan baik, selanjutnya saat meminta anak untuk bercerita dengan gambar yang dilihatnya anak didik juga tidak mampu menceritakannya ,juga pada saat guru meminta anak untuk bercerita setelah mendengarkan cerita dari guru, masih banyak yang belum mampu melakukannya.

(2)

Kemampuan bercerita bagi seorang anak sangat penting. Bercerita adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang secara lisan kepada orang lain dengan alat atau tanpa alat tentang apa yang harus disampaikan dalam bentuk pesan, informasi atau hanya sebuah dongeng untuk didengarkan dengan rasa menyenangkan. Seorang anak dapat memperhatikan dan menyampaikan cerita sederhana yang sesuai dengan karakter dan potensinya. Seorang anak mempunyai karakter dan potensi untuk menyerap segala hal lebih cepat sehingga lebih mudah membentuk dan mengarahkan dirinya. Hal ini sesuai dengan tujuan program kegiatan belajar taman kanak-kanak, (Depdiknas, PKB TK GBPKB, TK, 1996 : 1) yaitu untuk meletakkan dasar ke arah pengembangan sikap pengetahuan, ketrampilan dan daya cipta yang diperlukan oleh anak didik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan dan untuk pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya. Pendidikan taman kanak-kanak harus dapat berusaha semaksimal mungkin untuk dapat menciptakan situasi pembelajaran yang dapat mengembangkan seluruh potensi anak termasuk pengembangan berbahasa.

Sejak lahir hingga dewasa pikiran anak berkembang melalui jenjang berperiode sesuai dengan tingkatan kematangan anak secara keseluruhan dengan interaksi-interaksinya dengan lingkungannya. Bahasa anak juga berkembang sesuai dengan jenjang-jenjang itu. Hal ini dikemukakan oleh Piaget (Tampubolon, 1991). Jenjang yang sesuai dengan tahap perkembangan anak TK adalah Jenjang Sensorimotoris dan Jenjang praoperasional. Dengan demikian pengembangan kemampuan dasar berbahasa melalui bercerita dapat mengembangkan

beberapa aspek fisik maupun psikologis bagi anak Taman Kanak-kanak sesuai dengan tahapan perkembangannya.

Berdasarkan latar belakang tersebut di

atas, maka dapat dirumuskan pwermasalahan masalah “Metode bercerita dalam upaya

meningkatkan kemampuan berbicara pada anak usia dini di TK Pertiwi Mustika Jaya Bekasi”.

KAJIAN TEORITIK

A. Hakekat Anak Usia Dini

Hakekat tentang anak usia dini antara lain disampaikan oleh NAEYC (National Association for The Education of Young Children), yang mengatakan bahwa anak usia dini adalah anak yang berada pada rentang usia 0-8 tahun, yang tercakup dalam program pendidikan di taman penitipan anak, penitipan anak pada keluarga (family child care home), pendidikan prasekolah baik swasta maupun negeri, TK, dan SD. Sedangkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 1 ayat 14 menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Masa-masa pada rentangan usia dini merupakan masa emas dimana perkembangan fisik, motorik, intelektual, emosional, bahasa dan sosial berlangsung dengan sangat cepat. Dari lahir sampai kurang lebih dua tahun perkembangan anak sangat berkaitan dengan keadaan fisik dan kesehatannya. Disini kebutuhan akan perlindungan orang dewasa untuk memenuhi

(3)

kebutuhan fisik dan kesehatannya lebih besar dari pada masa-masa sesudahnya. Perkembangan kemampuannya terutama untuk perkembangan motoriknya sangat pesat. Untuk usia 3-5 tahun ditandai dengan usaha untuk mencapai kemandirian dan sosialisasi. Tahap-tahap ini sangat penting bagi kehidupan selanjutnya. Pada masa-masa awal kehidupannya yang dimulai kira-kira usia 3 tahun anak mulai mampu untuk menerima keterampilan dan pelajaran sebagai dasar-dasar pembentukan pengetahuan dan proses berpikir.

B. Hakekat Kemampuan Berbicara

Berbicara adalah merupakan suatu alat untuk mengekspresikan, menyatakan dan menyampaikan atau mengkomunikasikan pikiran, ide maupun perasaan. Jadi, berbicara bukan hanya sekedar pengucapan kata atau bunyi. Pada saat anak tumbuh dan berkembang maka akan terjadi peningkatan baik dalam kuantitas maupun kualitas produk bahasanya. Secara bertahap kemampuan anak meningkat, bermula dari mengekspresikan suaranya saja hingga mengekspresikannya dengan berkomunikasi. Komunikasi yang bermula dengan menggunakan gerakan dan isyarat untuk menunjukkan keinginannya secara bertahap berkembang menjadi komunikasi melalui ujaran yang tepat dan jelas. Dengan demikian, maka anak akhirnya dapat berbicara. Perkembangan berbicara anak berawal dari anak bergumam maupun membeo, sedangkan perkembangan menulis pada anak berawal dari kegiatan mencoret-coret sebagai hasil ekspresi mereka.

Perkembangan berbicara merupakan suatu proses yang menggunakan ekspresif dalam membentuk arti. Perkembangan

berbicara pada anak tidak terlepas dari kenyataan adanya perbedaan kecepatan dalam berbicara, kualitas dan kuantitas anak dalam menghasilkan bahasa. Anak yang satu dapat lebih cepat, lebih luwes, lebih rumit dalam mengungkapkan bahasanya, ataupun lebih lambat dari yang lain. Untuk anak usia dini khususnya usia 4-5 tahun dapat mengembangkan kosa kata secara mengagumkan, yang dalam hal ini dapat mempengaruhi berbicara anak; Sekalipun terdapat perbedaan kecepatan dalam berbahasa pada anak namun komponen-komponen dalam bahasa tidak berubah. Komponen tersebut terdiri dari fonologi, morfologi, sintaksis, semantik dan pragmatic Dyson (dalam Bromley, 1992) berpendapat bahwa perkembangan berbicara mem memberikan kontribusi yang besar terhadap perkembangan menulis pada anak. Anak memiliki kemampuan menulis dipengaruhi oleh kemampuan sebelumnya (dalam hal ini kemampuan berbicara) sehingga bisa dituangkan dalam bentuk tulisan.

Belajar berbicara dapat dilakukan anak dengan bantuan orang dewasa melalui percakapan. Dengan bercakap-cakap, anak akan menemukan pengalaman dan meningkatkan pengetahuannya dan mengembangkan bahasanya. Anak membutuhkan reinforcement (penguat, reward (hadiah), stimulasi dan model atau contoh yang baik dari orang dewasa agar kemampuannya berbahasa dapat berkembang secara optimal. Untuk anak yang memiliki hambatan bahasa juga dapat distimulasi untuk memahami bahasa yang sederhana. Dalam hal ini pendidik perlu lebih menekankan penggunaan penguat dibandingkan pengoreksian terhadap kata-kata yang mereka

(4)

ucapkan. Dalam dunia pendidikan, salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan berbicara anak usia 4-5 tahun dapat dilakukan dengan sebuah metode, yaitu metode bercerita.

C. Kemampuan Metode Bercerita

Bercerita adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang secara lisan kepada orang lain dengan alat atau tanpa alat tentang apa yang harus disampaikan dalam bentuk pesan, informasi atau hanya sebuah dongeng yang dikemas dalam bentuk cerita yang dapat didengarkan dengan rasa menyenangkan. Menikmati sebuah cerita mulai tumbuh pada seorang anak semenjak ia mengerti akan peristiwa yang terjadi di sekitarnya dan setelah memorinya mampu merekam beberapa kabar berita. Menurut Dr. Abdul Aziz dan Abdul Majid (2002 : 16) dalam bukunya “Mengajarkan anak lewat cerita” mengatakan “Sebagian dari cerita-cerita yang ada, meliputi beberapa unsur yang negatif. Hal ini dikarenakan pembawaan cerita tersebut tidak mengindahkan nilai estetika dan norma. Dalam kegiatan berbicara melalui metode bercerita, kita harus menciptakan suasana yang senang dan menggembirakan. Untuk melengkapi dan menunjang hal tersebut, maka media atau alat dalam metode bercerita kedudukannya adalah sangat penting.

Hal ini juga dikemukakan oleh Hj. Titi Surtiati dan Sri Rejeki, 1999:1 ”Media pendidikan dalam pengertian yang luas adalah semua benda, tindakan atau keadaan yang dengan sengaja diusahakan/diadakan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan Taman kanak-kanak dalam rangka mencapai tujuan. Sedangkan sarana adalah merupakan media pendidikan untuk mencapai tujuan yang

dimaksud. Salah satu dari sarana tersebut adalah alat peraga atau alat bermain.

METODOLOGI PENELITIAN

Pada penelitian tindakan kelas ini, konseptual perencanaan tindakan yang diajukan adalah penelitian tindakan model Kemmis dan Mc Taggart. Model ini merupakan pengembangan dari konsep dasar yang diperkenalkan oleh Kart Lewin yang terdiri dari 4 komponen yaitu :

1) Perencanaan (Planning); Rancangan tindakan merancang suatu upaya pemecahan masalah atau upaya perbaikan yang akan dilaksanakan pada saat proses pembelajaran di kelas.

2) Tindakan (Action); Pelaksanaan rancangan tindakan melakukan upaya perbaikan sebagai perwujudan tindakan yang telah direncanakan.

3) Pengamatan (Observation); Monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan tindakan mengamati proses pembelajaran dan mencatat hal-hal penting selama pembelajaran.

4) Refleksi (Reflecting); Analisis terhadap proses dari hasil tindakan dengan memanfaatkan hasil pengamatan, menganalisis yang telah terjadi ketika proses pembelajaran.

Pada model Kemmis dan Mc. Taggart, komponen acting (tindakan) dengan observation (pengamatan) dijadikan sebagai satu kesatuan. Disatukannya kedua komponen tersebut disebabkan oleh adanya kenyataan bahwa antara implementasi acting dan observation merupakan 2 kegiatan yang tidak terpisahkan. Maksudnya kedua kegiatan tersebut haruslah dilakukan dalam satu waktu, begitu berlangsungnya suatu tindakan maka observasinya juga harus dilaksanakan.

(5)

Gambar 1: Alur penelitian PTK Rancangan tindakan pada siklus I dibuat agar tercapainya suatu hasil yang ingin dicapai sesuai harapan yaitu “Upaya meningkatkan kemampuan berbicara pada anak usia 4-5 tahun melalui metode bercerita di TK Al- Ikhsan. Penelitian tindakan kelas melalui proses berdaur yang terdiri dari 4 tahap yaitu : Perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi, seperti pada gambar tersebut di atas.

A. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Pelaksanaan Siklus I

Kegiatan pengembangan perbaikan Pertemuan Pertama.

Kegiatan anak yang lebih banyak melakukan sesuatu ditambah dengan kegiatan mendengar dan mengungkapkan sesuatu. Dalam SKH ini anak mendengarkan dan menceritakan kembali isi cerita. Langkah-langkah perbaikan pembelajaran pertemuan pertama:

1) Guru menjelaskan kegiatan bercerita apa yang akan dilakukannya hari ini.

2) Guru menjelaskan peraturan kegiatan bercerita

3) Guru memberikan contoh cerita tentang alat transportasi

4) Guru mengajak anak untuk konsentrasi Guru meminta anak untuk mendengarkan

cerita yang akan segera dimulai serta menciptakan bentuk kereta api dari lidi 5) Guru meminta pada anak untuk maju ke

kelas, mengulang ceritanya tentang macam-macam kendaraan / Alat Transportasi

Kegiatan pengembangan perbaikan Pertemuan kedua

1) Menceritakan pengalaman/kejadian secara sederhana tentang kendaraan.

2) Mewarnai bentuk gambar pesawat. 3) Menyebut urutan bilangan dari 1 - 10.

4) Menceritakan isi buku cerita “Kapal Laut” walaupun tulisan tidak sama dengan apa yang diungkapkannya.

5) Menganyam daun pisang membentuk pesawat.

6) Memasangkan lambang bilangan dengan gambar macam-macam kendaraan.

Langkah-langkah perbaikan pembelajaran pertemuan kedua

1) Guru menyiapkan media terlebih dahulu. 2) Guru menjelaskan tentang media yang

akan digunakan.

3) Guru memberikan contoh cara bercerita. 4) Guru meminta pada anak siapa yang mau

bercerita terlebih dahulu.

5) Mengurutkan dan menceritakan isi gambar seri tentang “Perawatan dan pemeliharaan mobil

6) Menggambar mobil sederhana serta mengelompokkan benda menurut jenis kendaraan

Pembahasan Hasil Perbaikan Siklus 1 Dari hasil pengamatan/observasi penelitian berbagai kemampuan anak yang berbeda-beda, ada anak yang begitu antusias

Perencanaan

Refleksi Pelaksanaan

(6)

dan semangat, bahkan ada juga yang masih malu-malu dan belum mampu melaksanakan, bukan berarti anak itu tidak bisa tapi anak yang seperti itu masih perlu motivasi dan bimbingan lagi agar lebih percaya diri dan berani. pada pertemuan pertama, dalam kemampuan berbicara mendengarkan dan menceritakan kembali isi cerita “macam-macam kendaraan” masih perlu dibantu, dengan media gambar yang menarik. Anak masih harus diberi penguatan dalam menceritakan isi buku cerita “Kapal Laut” walaupun tulisan tidak sama dengan yang diungkapkannya. Selanjutnya anak sudah mulai menyenangi kegiatan berbicara melalui mengurutkan dan menceritakan isi gambar seri namun tidak terjadi pada semua anak sehingga masih ada yang belum mau maju untuk menceritakan pengalamannya .

Pelaksanaan Siklus 2

Kegiatan pengembangan perbaikan Pertemuan pertama

1) Mendengarkan dan menceritakan kembali isi cerita “Petani

2) Merobek kertas secara bebas membentuk peralatan petani

3) Memasangkan benda sesuai dengan pasangan-nya

4) Mengurutkan dan menceritakan isi gambar seni “Cara Petani menanam jagung

5) Menggambar orang lengkap dan sederhana “Pak Tani ,Menceritakan gambar yang dibuatnya sendiri 6) Menceritakan pengalaman/ kejadian

secara sederhana

Langkah-langkah perbaikan Pertemuan pertama

1) Guru menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan hari ini khususnya dalam mengembangkan kemampuan berbicara pada anak dengan metode bercerita. 2) Guru menyiapkan dan menjelaskan media

apa yang akan digunakan untuk keperluan bercerita.

3) Guru memberikan contoh untuk kegiatan yang diberikan.

4) Guru menyiapkan tempat untuk kegiatan dengan membentuk kelompok lingkaran sehingga guru bisa melihat semua anak didiknya begitu pula sebaliknya.

5) Guru meminta anak untuk mendengarkan dan menyimak cerita yang akan disampaikannya.

6) Guru meminta anak untuk menceritakan kembali cerita yang sudah didengarnya. 7) Guru mengajak anak untuk mengevaluasi

kegiatan hari ini.

Kegiatan pengembangan perbaikan Pertemuan Kedua

1) Mencoba dan menceritakan apa yang terjadi jika biji-bijian dan umbi-umbian dimasukkan ke dalam air

2) Meniru melipat topi Pak tani ,Menyusun kepingan puzzle

3) Menceritakan isi buku cerita “Petani” walaupun tidak sama tulisan dengan yang diungkapkan

4) Mengekspresikan diri secara bebas sesuai irama musik “lihat kebunku”. 5) Menceritakan gambar pak tani yang

dibuatnya sendiri.

6) Menunjukkan kumpulan hasil petani yang sama jumlahnya, yang tidak sama, lebih banyak dan lebih sedikit

(7)

Langkah-langkah perbaikan Pertemuan Kedua

1) Guru menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan hari ini, khususnya dalam mengembangkan kemampuan berbicara melalui metode bercerita.

2) Guru menyediakan dan menjelaskan media apa yang akan digunakan.

3) Guru memberikan contoh untuk kegiatan yang diberikan pada anak didik.

4) Guru membuat kelompok dengan lingkaran besar.

5) Guru meminta kepada anak untuk duduk tertib dan mendengarkan teman yang berkenaan untuk bercerita.

6) Bagi anak didik yang mampu berbicara dengan bercerita dipersilahkan dulu untuk memilih buku cerita “Petani” yang disukainya.

7) Guru mengajak anak untuk mengulang kegiatan dengan mengevaluasi kegiatan hari ini.

Pembahasan Hasil Perbaikan Siklus 2 Dari hasil pengamatan penelitian, dalam kegiatan siklus II sebagian anak sudah berhasil dan antusias dalam melaksanakan kegiatan yang diberikan, adapun anak yang masih belum bisa atau belum berhasil masih harus diberikan motivasi dan bimbingan agar lebih baik lagi hasil yang diperolehnya, dan juga memerlukan perhatian baik dari guru atau dari orang tuanya. Sebagian anak sudah mampu mendengarkan dan menceritakan kembali isi cerita “Petani”. Anak sudah mulai percaya diri tanpa harus dibujuk untuk berpartisipasi dalam kegiatan walaupun masih ada anak yang ragu-ragu dan malu untuk menceritakan gambar yang dibuatnya sendiri. Namun pada pertemuan kedia di siklus 2 anak sudah mulai terbiasa dengan kegiatan

menceritakan pengalaman secara sederhana. Anak sudah dapat mengikuti kegiatan “Berbicara melalui metode bercerita dengan baik walaupun masih ditemukan anak yang belum berani maju untuk bercerita dengan tema yang diberikan guru.

B. Perbandingan Hasil Kegiatan

pembelajaran siklus 1 dan Siklus 2 Dari hasil Siklus I, peneliti menyimpulkan bahwa anak didik yang mampu bercerita dengan baik sebanyak 43% , dan yang cukup mampu bercerita sebesar 34%, dan anak yang kurang mampu bercerita dengahn baik sebesar 23%.

Dari hasil Siklus II, peneliti menyimpulkan bahwa anak didik yang mampu bercerita dengan baik sebanyak 73% dan yang cukup mampu bercerita sebesar 21%, dan anak yang kurang mampu bercerita sebesar 6%. Hal ini menunjukkan bahwa semua anak mengikuti pembelajaran dengan baik dan aktif.

Adapun dari hasil Siklus I dan Siklus II, maka peneliti menyimpulkan bahwa hasil pembelajaran pada Siklus II lebih baik dibandingkan dengan Siklus I. hal ini dapat dilihat pada table berikut ini.

Tabel 1. Tingkat Keberhasilan siklus I dan Siklus II

PENUTUP A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan

Siklus Nilai Cukup () Kurang (O) Siklus I 43% 34% 23% Siklus II 73% 21% 6%

(8)

berbicara pada usia 4 – 5 tahun melalui metode bercerita di kelompok TK A Pertiwi , Mustika jaya , Bekasi Peneliti mengambil kesimpulan bahwa anak harus diperkenalkan pada metode bercerita agar meningkatkan kemampuan berbicara sehingga dapat mengkontribusikan sebagai berikut :

a. Membantu masalah hambatan berbicara agar menjadi manusia yang lebih percaya diri.

b. Memberikan kemudahan pada anak-anak yang pemalu agar berani tampil di depan kelas.

c. Memberikan pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan anak usia dini akan menjadikan anak belajar tanpa beban.

d. Dengan metode bercerita, maka anak usia 4 – 5 tahun, kelompok A yang belum mempunyai kemampuan berbicara, kini dapat mencapai hasil yang maksimal.

e. Membantu kemampuan bahasa anak sehingga mempunyai kosa kata yang banyak.

B. Saran

Berdasarkan pembahasan dalam pelaksanaan perbaikan pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) maka diberikan saran sebagai :

1. Untuk meningkatkan kemampuan kinerjanya dan bisa terus mengikuti perkembangan zaman khususnya alam hal pendidikan anak usia dini, maka guru TK sebaiknya bisa lebih meningkatkan diri dalam hal

kreatif, inovatif, dan menyenangkan.

2. Sebaiknya, seorang guru menjadi fasilitator dan selalu memotivasi atau memberikan kekuatan kepada anak agar anak tertarik dan aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran kemampuan berbicara melalui metode bercerita.

3. Bagi guru dan orang tua hendaknya selalu menjalin komunikasi dan memberikan stimulus pada anak agar mencapai keberhasilan belajar secara maksimal dan sesuai harapan.

(9)

DAFTAR PUSTAKA

Bowler, P. Linke, P. (1996), Your child from one toten , Victoria Impac Printing Pty. Ld. Bromley, K.D. (1992), Language Arts : Exploring Connections , Boston : Allyn and Bacon. Hurlock, E.B. (1995), Perkembangan anak , Jakarta : Erlangga

Papalia, D. et. Al. (1990), A child’s World infancy through adolescence , USA : Mc Graw Hill. Vygotsky, L. (1986), Thought and Language, London : The MIT Press.

Depdiknas. (2000), Garis-garis Besar Program Kegiatan Belajar TK, hal. 5. Tampubolon (1991), hal. 9.

Moeslihatoen (1999), Metode Pengajaran di TK, hal. 91, Jakarta : Rineka Cipta.

Daftar Riwayat Hidup Penulis :

Gambar

Tabel 1. Tingkat Keberhasilan siklus I  dan Siklus II

Referensi

Dokumen terkait

program pelatihan kecakapan hidup berbasis wirausaha sebagai tindak lanjut dari program yang dilaksanakan. Maka dari itu proses pelatihan hanya tuntutan penyelesaian

Hal ini terjadi karena pada kemiringan yang lebih curam pertumbuhan pelepah sawit kurang optimum, sehingga lolosan intensitas cahaya semakin besar.. Ilustrasi dan

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dari hubungan antara komunitas gastropoda dan alga epilitik di Pantai Krakal, Kabupaten Gunung

Non-native accents (ME, JE, and IE) receive much more negative attitudes; (2) Even though the native accents receive positive attitudes more than non-native accents, more than

Hasil penelitian ini mendukung penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Ana (2005) dan I Gusti (2010) yang menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan

Umumnya rumah susun yang dimiliki oleh orang asing adalah rumah. susun yang tergolong sebagai rumah susun mewah / condominium

dikuasai oleh orang asing yaitu hak pakai dan hak milik atas satuan rumah susun. sedangkan Warga Negara Indonesia dapat menguasai seluruh jenis hak

 jalan lingkungan di sekitar rumah 2 meter dengan Kondisi tergolong rusak, karena sebagian jalan menggunakan perkerasan tanah atau makadam, namun begitu