• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian - KARAKTER PENDIDIK DALAM NOVEL AKU MASENJA KARYA RUMASI PASARIBU - repository perpustakaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian - KARAKTER PENDIDIK DALAM NOVEL AKU MASENJA KARYA RUMASI PASARIBU - repository perpustakaan"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Bagian ini akan membahas hasil penelitian mengenai karakter pendidik yang terdapat dalam novel Aku Masenja karya Rumasi Pasaribu. Hasil pada penelitian ini berpedoman pada rumusan masalah dan tujuan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya yaitu menganalisis karakter pendidik yang terdapat dalam novel Aku Masenja karya Rumasi Pasaribu. Seperti yang telah dijelaskan bahwa karakter pendidik tercermin dalam diri tokoh utama di dalam novel yang meliputi sikap: adil, percaya dan menyayangi siswanya, sabar dan rela berkorban, berwibawa, bersikap baik terhadap teman sejawat, dan berpengetahuan luas. Karakter pendidik dalam novel Aku Masenja akan diuraikan sebagai berikut:

1. Adil

(2)

Tokoh utama dalam novel Aku Masenja karya Rumasi Pasaribu adalah tokoh yang memiliki sikap adil. Sikap adil yang dimiliki tokoh utama sebagai seorang pendidik dapat dibuktikan saat tokoh utama sebagai seorang wali kelas berusaha mencari kebenaran pada siswanya yang diduga mencuri. Bunga Malasari, salah satu anak didiknya di kelas VIII dituduh mencuri seragam dan uang sebesar lima belas ribu rupiah milik Farid, siswa kelas IX. Sebagai seorang guru, tokoh utama harus bersikap adil dan tetap membuktikan kebenaran tentang kasus pencurian tersebut. Tokoh utama tetap ingin mengetahui kebenaran tentang peristiwa itu, meskipun yang diduga melakukan tindakan pencurian adalah anak didik di kelasnya sendiri. Hal ini dapat dibuktikan melalui kutipan berikut:

Saat ini, aku sedang mencari sebuah kebenaran pada murid yang didugamencuri oleh kakak kelasnya (AM: 22).

Sementara itu, sikap adil juga dapat ditunjukkan saat tokoh utama menjadi wali kelas. Sebagai seorang wali kelas, ia begitu menyayangi dan ingin membela seluruh siswanya tanpa terkecuali. Ia tidak pernah membeda-bedakan antara siswa satu dengan yang lain. Baginya, seluruh siswa adalah sama-sama mempunyai hak untuk diberi kasih sayang. Tokoh utama bahkan menganggap bahwa seluruh siswanya sudah seperti anak kandungnya sendiri. Ia ingin selalu ada untuk seluruh siswanya. Hal ini dapat dilihat melalui kutipan berikut:

Ingin kubelai kepala mereka sebagai anakku sendiri, sehingga aku mendapat energi luar biasa untuk bertahan pada keputusanku, membela mereka–tanpa terkecuali (AM: 35).

(3)

menanyakan kejujuran kepada kedua siswanya yang bernama Bunga Malasari dan Farid tanpa memihak salah satu di antara mereka. Meskipun tokoh utama adalah wali kelas dari Bunga Malasari, tokoh utama tidak memihak pada Bunga. Ia tetap ingin menanyakan kejujuran dari Bunga dan Farid mengenai kasus pencurian yang terjadi di sekolah. Hal ini seperti dapat dilihat pada kutipan novel berikut:

Aku memintanya menunggu sebentar dan seorang siswa kuperintahkan memanggil Bunga Malasari di kelasnya. Aku akan mempertemukan mereka menanyakan kejujuran keduanya (AM: 64).

Pada kutipan di bawah ini menunjukkan sikap adil yang dimiliki tokoh utama sebagai seorang pendidik. Sikap adil yang ditunjukkan oleh tokoh utama yaitu sikap memahami bahwa seluruh siswa adalah saudara. Menyadari bahwa semua guru adalah orang tua. Memahami bahwa semua murid adalah anak-anak yang harus dididik, mereka semua merupakan satu keluarga. Oleh karena itu, tidak ada yang membeda-bedakan satu keluarga di lingkungan sekolah, kecuali tugas dan tanggung jawab masing-masing. Tugas guru adalah mendidik seluruh siswa tanpa bedakannya dan tugas siswa adalah menghormati semua guru juga tidak membeda-bedakan antara guru yang satu dengan yang lainnya:

Ah, aku mematut-matut diri. Ini adalah tugas untuk memberitahukan bahwa seluruh siswa satu sekolah adalah saudara. Semua guru adalah orang tua, dan semua siswa adalah anak. Orang-orang yang berkumpul di sekolah adalah bapak ibu serta anak-anaknya. Satu sekolah artinya satu keluarga. Satu keluarga yang maha besar (AM:175).

(4)

keadilan tetap harus ditegakkan. Semua anak perlu diperiksa tanpa membedakan siswa satu dengan yang lain. Hal tersebut tercermin dalam dua kutipan berikut ini:

Aku meminta seluruh anak berdiri dan maju ke depan kelas. Lima menit kemudian, aku menggeledah tas, laci meja, dan pakaian anak-anak.Mataku awas, mengamati tingkah anak bila ada yang mencurigakan (AM: 204). Semua tas ludes kusisir. Pakaian anak habis kuraba, sebab siapa tahu ia masih menyimpan uang beserta amplopnya. Laci-laci meja telah kuperiksa, dan yang kutemukan hanya sampah-sampah (AM:204).

Sikap adil sebagai seorang pendidik yang dimiliki oleh tokoh utama juga dapat dilihat seperti dalam kutipan berikut:

Aku mesti membenahinya, membenahi seluruh siswa di kelasku, sekaligus membenahi diriku (AM: 226).

Kutipan di atas menunjukkan sikap adilsebagai seorang pendidik yang tercermin saat tokoh utama menunjukkan sikap kasih sayang yang tulus kepada siswanya. Ia berusaha untuk mendidik dan membenahi seluruh siswanya tanpa terkecuali. Ia begitu menyayangi seluruh siswa-siswinya. Ia ingin membina sikap dan moral anak didiknya agar menjadi manusia yang lebih baik. Baginya, semua siswa berhak memperoleh kasih sayang yang sama.

2. Percaya dan Menyayangi Siswanya

(5)

Berikut ini adalah kutipan yang menunjukkan sikap tokoh utama sebagai seorang pendidik yang percaya dan menyayangi siswanya:

Namun aku mesti membela Bunga, anak perempuan di depanku.Selain karena aku wali kelasnya–kau tahu, seringkali menganggap muridnya seperti anak kandung sendiri–terlalu kejam rasanya menuduh seorang perempuan yang kukenal polos dan pendiam ini sebagai dalang kehilangan (AM: 18-19). Kutipan di atas menunjukkan bahwa tokoh utama percaya dan suka kepada siswanya yang bernama Bunga Malasari. Saat Bunga dituduh menjadi pelaku pencurian, tokoh utama membela Bunga dan tidak semudah itu percaya bahwa gadis polos itu adalah pelaku peristiwa pencurian. Ia telah menganggap Bunga Malasari dan siswa-siswi lain di kelasnya seperti anak kandung sendiri. Tokoh utama ingin mengetahui kebenaran tentang peristiwa pencurian tersebut. Sebab, ia terlampau kejam rasanya jika menuduh Bunga sebagai dalang kehilangan.

Sikap tokoh utama yang percaya dan menyayangi siswa juga dapat dilihat melalui kutipan novel berikut ini:

“Ibu adalah ibumu di sekolah. Sebagai ibu, tentu ibu akan menjaga dan membela anaknya. Jadi, kau tak usah takut,” kupegang bahunya. Ia menunduk(AM: 23).

(6)

Sikap percaya dan kasih sayang tokoh utama kepada siswanya ditunjukkan dengan keinginannya yang disampaikan kepada Bapak Sanusi yaitu akan mendidik Bunga Malasari dengan caranya sendiri. Ia yakin alasan Bunga mencuri adalah karena tekanan kemiskinan. Apabila Bunga dididik dengan cara yang baik, Bunga akan meninggalkan sifat buruknya. Ia sangat menyayangi siswa dan siswinya. Ia juga memiliki keyakinan bahwa mereka adalah anak-anak yang baik dan bersedia untuk dididik menjadi manusia yang lebih baik. Berikut adalah kutipan novelnya:

“Ah, izinkan saya mendidiknya, Pak sekali saja. Jika ia tetap mencuri, saya serahkan pada BK atau kepolisian” (AM: 33).

Kutipan berikut juga menunjukkan sikap percaya dan kasih sayang seorang guru kepada siswanya. Tokoh utama menyayangi siswanya seperti anaknya sendiri. Ia percaya dan ingin selalu membela seluruh siswanya tanpa membedakan satu dengan yang lain. Tokoh utama menyayangi siswa-siswinya sepenuh hati. Baginya siswa adalah generasi yang harus dididik dengan cinta dan kasih sayang:

Ingin kubelai kepala mereka sebagai anakku sendiri, sehingga aku mendapat energi luar biasa untuk bertahan pada keputusanku, membela mereka–tanpa terkecuali (AM:35).

Sikap percaya dan kasih sayang tokoh utama sebagai seorang guru juga ditunjukkan dengan sikap tokoh utama yang ingin mengenal siswanya lebih dekat. Ia mencintai dan menyayangi siswanya dengan tulus. Ia menyadari bahwa sebelumnya ia masih menjaga jarak dengan siswanya. Namun, kali ini ia akan berusaha menjadi guru yang baik. Guru yang mengenal dan memahami bagaiamana siswanya. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut:

(7)

Tokoh utama adalah seorang guru yang percaya dan menyayangi siswanya. Hal ini dapat dilihat saat tokoh utama ingin membela siswanya di hadapan para guru. Tokoh utama yakin bahwa Bunga Malasari mencuri seragam dan uang kakak kelasnya hanya karena satu alasan, yaitu kemiskinan. Tokoh utama tidak bermaksud membela orang yang bersalah. Namun, hatinya terketuk setelah mengetahui alasan Bunga Malasari mencuri,yaitu karena rasa malu akibat baju seragam yang robek dan uang sebesar lima belas ribu rupiah yang digunakan untuk membeli beras. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut:

“Tapi, untuk kasus Bunga Malasari, izinkan saya membinanya. Perempuan yang mencuri karena miskin, ini hal luar biasa dalam hidup saya, Bu. Ini melanggar tradisi, kebiasaan. Apa yang dilakukan dengan pakaian yang dicurinya? Ia kenakan tanpa rasa jengah, malu, atau merasa aneh meski sesungguhnya itu pakaian bekas milik temannya. Dan pakaian lelaki pula! Ia bagai mendapat baju baru, sebab meminta ibunya mengganti baju lamanya tak punya uang. Apa yang dilakukan dengan uang lima belas ribu yang ia curi? Ia membeli beras. Apakah hati kita tidak terketuk mendengarnya?” (AM: 44-45).

Tokoh utama dalam novel Aku Masenja karya Rumasi Pasaribu adalah seorang pendidik yang percaya dan menyayangi siswanya. Terbukti, selaku wali kelas ia rela membela dan menyelamatkan Bunga Malasari saat rapat di hadapan dewan guru. Ia telah percaya ketika mendengar Bunga bercerita tentang alasannya mencuri seragam dan uang milik kakak kelasnya. Tokoh utama menyayangi Bunga Malasari. Sebagai seorang wali kelas, ia ingin membina Bunga Malasari dengan caranya sendiri. Hal ini dapat dibuktikan melalui dua kutipan berikut:

(8)

Gadis tanggung itu mengangguk. Wajahnya yang bulat tampak penuh begitu ia melebarkan bibirnya. Kutepuk bahunya, menunjukkan bahwa aku percaya padanya. Nanti akan kulihat perkembangannya, batinku. Setelah itu, kubiarkan gadis tanggung itu pamit dan berlalu meninggalkanku (AM: 70). Tokoh utama adalah seorang guru yang penyayang. Ia ingin mengubah siswanya menjadi manusia yang lebih baik dan bermoral. Bentuk kasih sayang yang diberikan tokoh utama sebagai seorang guru kepada siswanya adalah berupa perhatian. Ia tidak ingin siswanya kelak menjadi orang yang tidak bermoral. Sebagai seorang guru, ia yakin bahwa siswanya memiliki sikap baik dan harus selalu dibimbing. Hal ini seperti terlihat saat tokoh utama sedang berbicara kepada Bunga Malasari mengenai kasus pencurian yang melibatkannya dalam kutipan berikut:

“Kamu berjanji tidak akan mengulangi kejadian ini, Bunga?” tanyaku tiba -tiba, begitu aku teringat tabiatnya yang buruk. Sudah beberapa orang guru yang menyampaikan kebiasaan mencuri Bunga Malasari sejak SD. Dan aku mesti mengubahnya sesuai janjiku. Untuk itu aku harus memantaunya selalu (AM: 70)

(9)

Tapi permohonan izin yang Alfi Rozaz sampaikan pada wali kelasnya, adalah segenggam kepercayaan yang mereka serahkan ke tanganku. Dan entah tiba-tiba semangatku bangkit. Rindu pada pergerakan di organisasi–meski dulu tak sepenuhnya kugeluti sebab sebagian aktivis abai pada perkuliahan– membuatku ingin meletupkan semangat pergerakan pada anak-anak (AM: 153).

“Dan melihat keberanian mereka demonstrasi hari ini, saya justru salut, Bapak dan Ibu Guru. Mereka calon pemimpin luar biasa. Yang hebat dan pemberani. Jarang siswa SMP yang begini. Maka tidak semestinya kita mematikan semangat mereka untuk menyatakan kebenaran. Bila disalahkan sekarang, barangkali akan membuat mereka jadi penakut setelah dewasa nanti. Efeknya fatal” (AM: 160).

Sebagai seorang guru, tokoh utama adalah panutan bagi siswanya. Tokoh utama adalah tonggak bagi seluruh siswanya. Ia begitu menyayangi siswanya degan sepenuh hati. Ia ingin selalu mendampingi dan berada di depan, tengah, dan di belakang siswanya. Ia ingin selalu mendukung dan membela siswa semampunya. Hal ini seperti yang terdapat dalam kutipan novel berikut:

Aku tonggak bagi anak-anakku. Dan aku telah berjanji dalam hati sejak demonstrasi itu, aku akan berada di depan, di tengah, sekaligus di belakang mereka (AM:160).

Kutipan berikut ini terjadi saat siswa kelas VIII ingin melakukan demonstrasi memperjuangkan hak belajar. Para siswa ingin menyampaikan aspirasi di depan kepala sekolah karena guru IPA mereka yang bernama Ibu Trisna tidak pernah memberikan pelajaran di kelas. Sebagai seorang wali kelas yang menyayangi siswanya tokoh utama memberikan semangat dan dukungan. Ia mendukung hak belajar siswa yang harus ditegakkan. Guru yang melanggar aturan perlu diberi ketegasan. Hal ini terlihat dalam kutipan novel berikut:

(10)

Selain itu, semangat dan dukungan tokoh utama kepada siswanya ditunjukkan dalam kutipan novel berikut ini:

“Ibu bersama kalian. Ada juga guru yang lain, Bapak Sanusi misalnya. Kalian tidak sendiri” (AM: 163).

Kutipan di atas adalah bentuk kasih sayang seorang guru kepada siswanya. Sebagai seorang wali kelas tokoh utama selalu mendukung dan memberikan motivasi kepada siswanya. Ia meyakinkan siswanya bahwa mereka tidak sendirian. Siswa memiliki guru-guru yang akan siap membantu mereka. Siswa tidak boleh khawatir karena guru-guru di sekolah ini sangat menyayangi dan percaya kepada mereka.

Kutipan di bawah ini juga menunjukkan bahwa tokoh utama adalah sosok pendidik yang percaya dan sayang kepada siswanya. Tokoh utama mencoba bersabar dalam menghadapi tugasnya sebagai seorang guru. Salah satu yang menjadi sumber kekuatan baginya adalah rasa percaya dan perasaan cinta kepada siwa. Ia yakin bahwa siswa dapat menjadi semangat baginya dalam menyelesaikan segala permasalahan yang menimpanya di sekolah. Ia dapat maju dan bergerak bersama siswanya, seperti yang terlihat dalam kutipan novel berikut:

Dan entah, esok aku akan mencoba kata-katanya. Mengabaikan segala yang membuatku lelah. Mengabaikan jiwa-jiwa yang tetap berpikir buruk tentangku. Mengabaikan derita dan tentu melupakan kesedihan-kesedihan, juga ketegangan agar aku dapat menghimpun anak-anakku. Ya, aku masih memiliki anak-anak. Aku bisa fokus. Dan aku bisa bergerak bersama mereka (AM: 167).

(11)

perkebunan kelapa sawit. Ia takut apabila ada siswanya yang turut menjadi korban kebakaran. Kasih sayang dan kepedulian tokoh utama dapat terlihat melalui kutipan novel di bawah ini:

Tiba-tiba pikiranku beralih pada muridku. Di sekolahku banyak anak-anak karyawan perkebunan itu. Adakah salah satu atau lebih yang menjadi korban kebakaran? (AM: 172).

Setelah berjuang membina Bunga Malasari dalam kasus pencurian, tokoh utama semakin percaya kepada salah satu anak didiknya itu. Tokoh utama percaya bahwa siswanya dapat dididik agar menjadi lebih baik. Bunga telah berhasil membuatnya yakin bahwa ia tidak salah telah membela Bunga di hadapan para guru. Ia suka dengan Bunga Malasari yang selalu datang lebih awal ke sekolah dibandingkan dengan teman-temannya, meskipun prestasinya tidak begitu menonjol. Ia menyayangi Bunga dan percaya bahwa Bunga dapat berubah menjadi lebih baik. Hal ini dapat dibuktikan melalui kutipan berikut:

Aku ke ruang kelas dan bertanya pada Bunga Malasari–yang tengah duduk di kursinya dengan wajah tenang. Ia membiarkan rambutnya yang basah terurai. Ini yang kusukai dari anakku ini. Ia selalu hadir pagi di sekolah, meski prestasinya tak terlampau menonjol. Sejak kejadian pencurian yang membuat keputusanku untuk membelanya menjadi kontroversi dan kecaman beberapa senior ia lebih terkendali. Ia hilangkan keraguan, kecemasan, dan gelisahku padanya setelah aku membulatkan tekad memaafkannya (AM: 174).

(12)

Aku menghela. Kelas ini atau kelas yang lain sama saja. Tetap kelas di sekolahku juga. Artinya, seluruhnya adalah anak-anakku juga. Siswa-siswaku semua. Maka duka ini, adalah duka seluruhnya. Meski ada wali kelasnya yang harus lebih peduli dibanding guru lain sepertiku (AM: 174-175).

Bentuk kepercayaan dan kasih sayang yang ditunjukkan oleh tokoh utama kepada siswanya juga terlihat melalui kutipan berikut:

Lelaki tanggung itu tampak gugup dan bingung. Matanya memerah. Beberapa butir air mata keluar dari sudut matanya yang kecil. Aku meraihnya. Memegang bahunya, untuk memberikan kekuatan pada ketua kelasku itu.Ia masih gemetar. Lelah. Dan wajahnya kusut (AM: 178).

Kutipan di atas terjadi saat tokoh utama ingin memberikan semangat kepada ketua kelas yang bernama Alfi Rozaz. Remaja itu merasa malu karena ternyata ayahnya terlibat dalam peristiwa pembakaran lahan perkebunan kelapa sawit. Sebagai seorang guru yang menyayangi siswanya, tokoh utama mencoba memberikan semangat dan nasehat kepada Alfi Rozaz agar siswanya tetap kuat menghadapi ujian hidup. Sebagai seorang wali kelas, ia menyayangi Alfi Rozaz seperti anak sendiri. Ia tidak ingin Alfi Rozaz terpuruk dengan masalah yang menimpanya.

Tokoh utama adalah seorang guru yang memiliki kepercayaan dan juga kasih sayang kepada seluruh siswanya di sekolah. Ia merasa haru sekaligus bangga kepada siswa sekolah perkebunan kelapa sawit itu. Kasih sayangnya kepada siswa begitu membekas di hatinya. Ia menjadi tempat bagi siswanya bercerita dan mengadu. Ia menjadi tempat bagi siswanya untuk melabuhkan harapan. Selain itu, ia juga menjadi ibu bagi siswanya di sekolah. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut:

Sebersit rasa haru hadir dalam hatiku, sebab telah menjadi tempat anakku mengadu. Ini adalah salah satu kebanggaan seorang guru. Menjadi ibu kedua setelah ibu kandungnya. Tempat berbagi cerita dan melabuhkan harap murid-muridnya (AM:178).

(13)

adalah ketua kelas di kelas VIII. Ia memiliki semangat dan keberanian yang tinggi. Ia berani menjadi ketua dalam peristiwa demonstrasi saat menuntut hak belajar. Namun, ia kehilangan semangat dan keberaniannya sejak ayahnya dipenjara karena terlibat dalam peristiwa pembakaran lahan. Sebagai seorang wali kelas yang telah lama mengenal Alfi, tokoh utama merasa khawatir dengan masa depan Alfi Rozaz. Hal ini seperti yang terdapat dalam kutipan :

Tapi sungguh, aku tetap merasakan cemas dan takut anak itu. Aku juga rasakan gelisahnya. Aku ngeri membayangkan keberanian mendemonstrasi guru itu dibabat habis melalui sikap-sikap, kata-kata, dan peristiwa yang meruntuhkan kepercayaan dirinya. Bisa jadi setelah itu tak tersisa sedikit saja akar keberanian agar ia dapat tumbuh suatu hari nanti, meski dalam waktu yang lama. Alangkah naas bila anak itu harus hidup dalam kepengecutan dan persembunyian selamanya. Aku tak rela, aku tak akan tega melihatnya (AM: 185).

Untuk memberikan dukungan kepada Alfi Rozaz, tokoh utama ingin mengunjungi anak itu secara pribadi. Sebagai seorang guru ia adalah sosok yang peduli dan menyayangi siswanya. ia ingin menjadi ibu dan sekaligus menjadi teman bagi siswanya. ia tidak ingin melihat Alfi Rozaz terpuruk karena masalah yang menimpanya. Ia menyayangi siswanya dan ingin mengembalikan semangat dan keberanian Alfi Rozaz. Hal ini tercermin dalam kutipan novel berikut:

Aku telah memutuskan untuk mengunjungi anak itu. Secara pribadi. Sebagai seorang ibu yang peduli. Sebagai seorang teman yang pernah ia jadikan tempat mengadu waktu itu (AM:186).

(14)

lahan perkebunan kelapa sawit. Alfi harus pindah sekolah karena malu ayahnya dipenjara. Sebagai seorang guru, tokoh utama ingin membimbing dan memberi semangat pada Alfi. Berikut adalah kutipannya:

Anak itu harus mengembalikan keberaniannya yang berserakan. Aku telah berjanji dalam hati untuk membimbingnya, sama seperti memimbing Bunga Malasari pada masa yang memalukan dulu (AM: 186).

Tokoh utama adalah seorang guru dan wali kelas yang begitu peduli dan juga menyayangi siswanya. Kutipan novel di bawah ini menunjukkan bentuk kasih sayang yang diberikan tokoh utama kepada siswanya yang bernama Alfi Rozaz. Bentuk kasih sayang yang diberikan tokoh utama berupa perasaan khawatir dengan keadaan Alfi setelah peristiwa kebakaran lahan yang melibatkan ayahnya. Ia takut apabila siswanya yang pemberani itu menjadi seorang yang penakut karena ayahnya kini telah terbukti menjadi salah satu pelaku pembakaran lahan dan akhirnya dipenjara. Sebagai guru yang penyayang, tokoh utama juga ingin turut bertanggung jawab atas masa depan siswanya. Ia tidak ingin siswanya mengalami trauma yang dalam sehingga kehilangan semangat dan keberanian. Padahal Alfi Rozaz adalah seorang ketua kelas yang pemberani. Ia berani mengajukan aspirasinya demi kebaikan. Hal ini terlihat dalam kutipan:

Tapi sunguh aku resah, sebab aku belum sempat meredakan gelisah anak itu. Dan kini ia telah meninggalkanku. Aku khawatir ia menjadi anak yang akan membawa mimpi buruk ini sampai dewasa nanti. Membuatnya menjadi pengecut, menjadi pecundang. Bagaimanapun, aku turut bertanggung jawab atas anak itu (AM: 189).

(15)

utama. Sebagai seorang wali kelas, ia telah merasa memilki orang kepercayaan dan begitu menyayangi Alfi Rozaz. Hal ini dapat dibuktikan melalui kutipan berikut:

Ah, ketua kelas kepercayaanku dulu, yang selalu menjadi tempat untuk meminta keterangan tentang kawan-kawannya sudah tak ada. Ia telah pindah sekolah ke Kabupaten, sementara wakilnya kini naik jabatan menjadi ketua kelas. Aku berdoa semoga mantan ketua kelas itu dibebaskan dari rasa takut akibat kejadian-kejadian yang telah menimpanya sejak demonstrasi waktu itu (AM: 213).

Tugas seorang guru adalah megajar dan mendidik siswanya dengan penuh kasih sayang. Tokoh utama adalah seorang guru yang menyayangi siswanya dengan tulus. Ia ingin selalu menjaga dan menyayangi seluruh siswanya. Baginya siswa adalah penyemangat. Semua siswa harus diberi perlindungan dan kasih sayang. Hal ini terlihat seperti dalam kutipan novel berikut:

Aku bagai ayam pesakitan di sekolah. Lagi-lagi mataku berkabut. Namun kata-kata Kak Gadis, bahwa ketika satu gundukan tanah di tamanmu terserang penyakit, maka kau harus memelihara tanaman di gundukan tanah yang lain. Dan tanaman yang lain itu adalah anak-anak, siswa-siswaku (AM: 214).

Sebagai seorang guru, tokoh utama sudah menyadari akan tugasnya. Ia begitu menyayangi siswanya. Ia ingin menjaga hati para siswanya dari perbuatan yang tidak bermoral. Siswanya yang masih remaja harus memperoleh didikan yang baik sebab hati mereka masih murni. Hati mereka tidak boleh ternoda dengan perbuatan kotor. Hal ini seperti yang terdapat dalam kutipan berikut:

Aku diajarkan-Nya tentang menjaga „hati-hati‟ manusia yang masih remaja, masih murni, dan belum terlampau penuh dengan kotoran. Hati yang masih diisi sedikit tulisan, dan siap menerima tulisan dari tangan orang-orang di sekitarnya (AM: 224).

(16)

tugasnya mendidik moral siswa. Bentuk kepedulian dan perhatian yang diberikan oleh tokoh utama kepada siswanya menunjukkan bahwa ia sangat menyayangi siswanya. Hal ini dapat dilihat melalui kutipan novel berikut:

Aku mesti membenahinya, membenahi seluruh siswa di kelasku, sekaligus membenahi diriku (AM: 226)

Kasih sayang tokoh utama kepada siswa dan sekolah juga terlihat saat tokoh utama harus pindah tugas mengajar ke sekolah lain, seperti yang terlihat dalam kutipan novel berikut ini:

Ya, aku kembali mendapat pelajaran bahwa sesuatu–seseorang ataukah kenangan–akan bertambah-tambah dicintai ketika kita merasa kehilangan. Setiap kepergian selalu meninggalkan kesedihan dan duka (AM: 229).

Kutipan novel di atas menunjukkan bentuk kasih sayang tokoh utama saat ia merasakan kesedihan dan duka yang teramat mendalam dihatinya. Ia harus meninggalkan sekolah di daerah perkebunan yang telah meninggalkan begitu banyak kenangan dalam hidupnya. Ia sudah menyayangi dan merasa nyaman dengan sekolah dan siswa di tempat tugasnya itu. Tokoh utama kembali mendapatkan pelajaran bahwa sesuatu akan lebih dicintai ketika telah pergi. Tokoh utama sangat menyayangi dan mencintai siswa, guru, dan sekolah itu.

3. Sabar dan Rela Berkorban

Seorang pendidik harus mempunyai sikap sabar dan rela berkorban dalam menjalankan tugas dan perannya. Sifat ini dimiliki oleh tokoh utama dalam novel Aku Masenja karya Rumasi Pasaribu. Berikut adalah kutipan yang menunjukkan bahwa tokoh utama memiliki sikap sabar dan rela berkorban:

(17)

mengapa. Aku membawa sepeda motor semasa kuliah dulu untuk menuju simpang jalan sekolah, lalu menitipkannya pada sebuah rumah kepala desa di sana. Lalu aku akan menunggu angkutan desa berbentuk mobil kompong menuju sekolah yang jaraknya sekitar lima kilo (AM:28).

Kutipan di atas menunjukkan sikap sabar dan rela berkorban yang dilakukan oleh tokoh utama. Bentuk pengorbanan yang dilakukan oleh tokoh utama sebagai seorang guru adalah rela tinggal jauh dari sekolah dengan perjalanan berkilo-kilo meter menuju sekolah. ia harus mengontrak di rumah warga. Ia juga harus bersabar dan rela hidup jauh dari keluarga dan orang tuanya demi menjalankan tugasnya. Meskipun penuh dengan perjuangan, namun tokoh utama tetap ikhlas dalam menjalankan tugasnya untuk mengajar dan mendidik siswanya di sekolah.

Ketegasan dan keberanian tokoh utama sebagai guru muda juga menunjukkan kerelaan berkorban sebagai seorang guru. Ia sabar dan rela ketika dihujat dan dijauhi oleh rekan kerjanya sesama guru hanya karena ingin membela anak didiknya yang bernama Bunga Malasari. Bunga memang terbukti bersalah telah melakukan tindakan pencurian di sekolah. Namun setelah mendengar pengakuan Bunga Malasaei dan cerita yang disampaikan oleh Bapak Sanusi, sebagai seorang wali kelas tokoh utama mempunyai keyakinan bahwa siswanya mencuri karena terdesak oleh kemiskinan. Tokoh utama rela mengorbankan perasaannya demi membela siswanya di hadapan guru-guru yang tidak sependapat dengannya. Tokoh utama tidak pernah bermaksud untuk membela siswa yang terbukti bersalah, namun ia yakin bahwa ia dapat mengubah sikap Bunga Malasari melalui cara dan didikannya. Hal ini seperti yang terlihat dalam kutipan berikut:

(18)

yang mengedepankan perasaan. Namun keputusanku untuk tetap mempertahankan Bunga Malasari dan membinanya, adalah logika yang kudapatkan dari bergelut dengan ilmu dan matematika (AM:33).

Tokoh utama menganggap bahwa tugas seorang guru selain mengajar adalah berdakwah. Dan dalam berdakwah ia harus tetap sabar dalam berjuang. Ia rela meskipun dirinya harus mengorbankan perasaannya sendiri. Tokoh utama berani untuk membela Bunga Malasari. Ia rela menanggung malu di hadapan dewan guru apabila ia gagal mendidik siswanya yang terbukti melakukan tindakan pencurian di sekolah. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut:

Kali ini darahku mendidih hingga hampir-hampir aku menghardiknya dengan kasar. Tapi mengingat janji pada diriku sendiri, janji pada seluruh dewan guru, juga rasa malu yang mesti kutanggung bila ternyata aku gagal–setelah aku mati-matian membelanya–aku melunakkan suaraku. Sekali ini! Tak ada salahnya kucoba lagi! Dan bukankah berdakwah memang harus ada yang dikorbankan? Kali ini, aku berkorban perasaan, barangkali! (AM:55-56).

Sikap sabar dan rela berkorban yang ditunjukkan oleh tokoh utama dalam novel Aku Masenja karya Rumasi Pasaribu juga dapat dilihat melalui kutipan berikut: Aku harus kuat. Segalanya akan kuhadapi meski seorang diri. Aku akan menemukan jalan untuk keluar dari situasi ini. Ketegangan-ketegangan ini, pasti akan berakhir. Aku menguatkan hatiku yang sudah tak berbentuk lagi (AM: 114).

Kutipan tersebut menunjukkan bahwa tokoh utama memiliki sikap sabar dan rela berkorban. Tokoh utama rela dan senantiasa mencoba sabar dan kuat dalam menghadapi permasalahan yang menimpa dirinya di sekolah. Kesabaran dan pengorbanan tokoh utama sebagai seorang pendidik dapat dibuktikan dengan perjuangannya meskipun seorang diri, ia tetap berjuang untuk menguatkan hati.

(19)

dianggap sebagai guru muda yang terlalu berani menangani kasus siswa dengan caranya sendiri. Ia dianggap sebagai guru yang egois. Namun, tokoh utama tetap merasa tenang meskipun sebenarnya ada banyak hal yang membuat hatinya merasakan ketegangan. Tokoh utama tetap berpikir positif, sabar, dan rela berkorban demi siswanya. Hal tersebut tercermin dalam kutipan berikut:

Aku tetap tenang. Aku tonggak bagi anak-anakku. Dan aku telah berjanji dalam hati sejak demonstrasi itu, aku akan berada di depan, di tengah, sekaligus di belakang mereka. Terkadang kegelisahan dan benturan-benturan berulang membuat seseorang menjadi terbiasa dan tak gubris. Aku telah kenyang dengan ketegangan (AM: 160).

Berbagai permasalahan yang terjadi terkait dengan tugasnya sebagai seorang pendidik telah membuat tokoh utama belajar menerima segalanya. Ia yakin bahwa semua hal dapatdilalui. Tokoh utama memiliki kesabaran dan kerelaan dalam berjuang untuk menjalankan perannya. Tokoh utama adalah sosok guru teladan yang sabar dan rela berkorban dan terus berusaha untuk menjadi seorang guru yang berkarakter. Kesabaran dan kerelaan tokoh utama terlihat meskipun ia adalah guru muda. Hal tersebut tercermin dalam kutipan berikut:

Dan akhir-akhir ini, pemahamanku tentang kehidupan serta kehampaan yang kurasakan membuatku mulai menyederhanakan jiwaku. Aku telah belajar menerima segalanya sebagai siklus yang harus kulewati, sebagaimana ketegangan-ketegangan yang bermula di tahun ini–setelah aku menjadi guru, seorang yang mestinya memiliki sikap dan keteladanan lebih dibandingkan profesi lain–yang satu persatu kulalui. Semakin lama, aku yakin bahwa aku akan semakin terbiasa dengan kondisi apa pun (AM: 183).

(20)

merasa terbiasa dengan ketegangan dan kegelisahan. Ia yakin bahwa semua permasalahan yang terjadi kepada dirinya merupakan cara Tuhan untuk membuatnya lebih bijak dan dewasa. Kesabaran dan kerelaan hati tokoh utama tergambar seperti yang terdapat dalam kutipan berikut:

Tapi sudahlah! Seperti yang telah kukatakan, aku telah terbiasa dengan ketegangan dan gelisah. Tak akan lagi kubiarkan ia merobek-robek kesadaranku, jiwaku, dan hidupku. Sebab segalanya adalah cara-Nya untuk membuatku semakin bijak dan dewasa (AM: 185).

Sikap sabar dan rela berkorban dimiliki oleh tokoh utama sebagai seorang pendidik. Menurut pemikiran tokoh utama, kesabaran dan kegigihan harus dimiliki oleh siapa pun, baik itu laki-laki maupun perempuan. Tidak ada pembeda bagi keduanya, sebab semua orang harus memiliki sifat sabar dan gigih. Laki-laki dan perempuan tidak boleh gentar dalam mengarungi kehidupan. Keduanya harus memiliki jiwa pengorbanan yang sama untuk memperjuangkan kebaikan. Hal ini seperti yang terlihat dalam kutipan novel di bawah ini:

Lelaki tak boleh gentar, meski perempuan juga mestinya tak boleh gentar dalam mengarungi hidup. Sebab kesabaran dan kegigihan dalam menjalani hidup tak pernah dibedakan antara lelaki dan perempuan (AM: 186).

(21)

Tapi sungguh, aku tak memusuhi mereka. Kau mestinya lebih paham, bahwa pertemuan dengan berbagai manusia adalah proses mendewasakan hidup. Tetap bersuka cita dengan apa yang ditampakkan orang lain adalah tanda kearifan.Ditambah lagi, sekolah adalah rumah kedua setelah rumahku sendiri. Jadi aku mesti merasa nyaman dengan situasi apa pun. Dan aku akan terus belajar, meski satu waktu nanti, diam-diam beberapa di antaranya bergerilya menghantamku (AM: 195)

.

Sikap sabar dan rela berkorban yang dimiliki oleh tokoh utama sebagai seorang guru juga dapat dilihat melalui kutipan berikut:

Aku mesti mengambil sikap, secepatnya. Dan kecemasan-kecemasan yang mudah datang menghampiriku sejak aku merasakan ketegangan di sekolah beberapa waktu ini harus kuminimalisir, sebab aku harus terbiasa dengan berbagai keadaan. Aku telah memilih, dan aku harus bertanggung jawab atas keputusanku (AM: 203).

Kutipan di atas menunjukkan sikap sabar dan rela berkorban sebagai seorang guru yang tercermin dalam diri tokoh utama. Sebagai seorang yang sabar, ia memiliki kesabaran dalam mengurangi kecemasan-kecemasan yang menimpa dirinya. Ia berani mengambil sikap dan bertanggung jawab terhadap keputusan yang telah ia pilih meskipun hal itu membuat hatinya gelisah. Banyak pengorbanan yang dilakukan oleh tokoh utama, salah satunya adalah berkorban perasaan menahan ketegangan, kecemasan, dan kegelisahan. Demi melaksanakan tugas sebagai seorang guru, ia rela mengorbankan apa pun termasuk mengorbankan perasaan dan kebahagiaannya sendiri. Misalnya, ia rela dijauhi oleh temannya sesama guru yang tidak memiliki pendapat yang sama dengan dirinya.

4. Berwibawa

(22)

terlaksana dengan baik. Dengan adanya kewibawaan dalam diri seorang pendidik akan menjadikan siswanya menjadi terbiasa untuk bersikap disiplin dan tertib. Berikut kutipan yang menunjukkan kewibawaan seorang pendidik pada tokoh utama dalam novel Aku Masenja karya Rumasi Pasaribu:

Kutanyakan lebih lanjut alasan ia mencuri pakaian Farid. Kudapatkan jawabannya. Dengan susah payah ia menceritakan segalanya. Mataku berkaca tanpa mampu kucegah. Hanya saja, aku berkeras untuk tak terbawa emosi dan tetap terlihat anggun di hadapannya. Namun tetap saja, mendengar ceritanya aku meraung dalam hati (AM: 24).

Mataku berembun. Namun rasa malu bila tampak lemah dengan menangis membuatku menahan-nahan perasaan sedihku. Aku harus kuat (AM: 84). Kedua kutipan di atas menunjukkan kewibawaan tokoh utama sebagai seorang pendidik.Kewibawaan tokoh utama ditunjukkan dengan bersikap tenang dan tidak terlihat lemah di hadapan siswanya yang bernama Bunga Malasari. Meskipun sebenarnya hatinya merasakan kesedihan setelah mendengar alasan Bunga mencuri pakaian Farid, yaitu karena gadis itu malu kepada teman-temannya sebab pakaiannya telah sobek dan Ibunya tak mampu membelikan seragam baru untuknya. Tokoh utama tetap menjaga kewibawaan di hadapan siswanya itu dengan berusaha untuk tidak meneteskan air mata di hadapan Bunga Malasari. Ia tetap berusaha untuk kuat agar tidak terlihat lemah di hadapan siswa.

(23)

Hari ini aku harus menjadi Rona Masenja yang keras dan tegas.Sengaja kuhitamkan garis di bawah mataku–yang kata ibu kecil dan sayu–dengan eye liner untuk menunjukkan kesan tegas dan sedikit sangar! (AM: 66).

Bukti bahwa seseorang memiliki kewibawaan adalah sikap segan dan patuh orang lain terhadap dirinya. Tokoh utama adalah seorang guru yang berwibawa. Kewibawaan tokoh utama sebagai seorang pendidik juga dapat dilihat melalui sikap dan kesantunan siswa terhadap dirinya. Dengan siswa yang bersikap sopan serta menghargai dirinya sebagai seorang guru dapat menjadi petunjuk bahwa tokoh utama adalah sosok guru yang disegani dan juga memiliki kewibawaan di hadapan siswanya. Hal tersebut tergambar saat para siswa menyalami tokoh utama dengan takzim sebagai rasa hormat yang mereka tunjukkan kepada tokoh utama. Hal ini terdapat dalam kutipan-kutipan berikut:

Begitu tiba di depanku, ia mengulurkan tangan kanannya dan mencium tanganku dengan takzim (AM: 69).

Memasuki pekarangan sekolah, beberapa anak yang berpapasan denganku menyambut tanganku dan menciumnya dengan takzim. Kuhadiahi mereka satu senyum, sehingga segalanya menjadi lebih indah, hangat, dan bersahabat (AM: 146).

“Bunga, adakah rumah temanmu yang menjadi korban kebakaran di perumahan perkebunan?” tanyaku begitu ia bergegas mencium tanganku dengan takzim(AM: 174).

“Ibu,” panggilnya cepat dan khawatir. Ia mengambil tanganku dan

menciumnya (AM: 177).

Perlahan-lahan kulangkahkan kaki menuju kelasku. Begitu melihatku, sontak anak-anak menghampiri dan menyalami dengan takzim, lalu kembali pada aktivitas mereka (AM: 212).

(24)

Pasaribu adalah seorang pendidik yang berwibawa bukan hanya bagi siswanya. Kewibawaan tokoh utama juga dapat dilihat dari sikap masyarakat yang menghormati dirinya sebagai seorang guru. Hal ini terjadi saat tokoh utama berkunjung ke rumah Alfi Rozaz dan bertemu dengan Ibu Alfi. Awalnya, sikap Ibu Alfi kepada begitu dingin, ketus, dan kasar kepadanya. Namun, setelah mengetahui bahwa tokoh utama adalah guru dari siswanya, Ibu Alfi Rozaz berubah menjadi bersikap lebih hormat kepada tokoh utama. Hal ini menunjukkan bahwa tokoh utama adalah seorang guru yang memiliki sikap berwibawa. Kewibawaan yang dimiliki tokoh utama tidak hanya terlihat dengan sikap siswa yang patuh dan menghormati gurunya, namun juga sikap masyarakat terhadap dirinya. Seperti yang terlihat dalam kutipan novel berikut ini:

Seorang perempuan muda keluar menemuiku. Wajahnya keras dan matanya bagai bara yang diam-diam dapat memercikkan kilatan api. Perawakannya besar tinggi dan tampak kokoh, sebab kerap ke kebun memantu suaminya membersihkan ilalang dan mengurus tanaman yang jumlahnya puluhan hektare. Ia sedikit ketus, kasar, dan tak bersahabat sebab ia mengira aku adalah wartawan atau pihak perkebunan yang ingin mencari berita, mencerca, atau mengumpat suaminya. Tapi begitu menyadari bahwa aku adalah guru anaknya, segala kekasaran dan kekerasan raib bersama desah angin, dan wajahnya yang kaku melunak, berganti menjadi gelisah dan takut yang tampak kentara (AM: 187).

5. Bersikap Baik terhadap Teman Sejawat

(25)

yang menunjukkan bahwa tokoh utama dalam novel Aku Masenja karya Rumasi Pasaribu adalah seorang guru yang menghormati guru lain:

Kali ini aku agak kesal. Namun berbicara kasar hanya akan membuat kami renggang.Hubunganku dengannya sejak kasus Bunga Malasari agak berjarak. Tapi bagaimanapun, aku tetap menghargainya sebagai guru senior (AM: 81-82).

Kutipan di atas menunjukkan bahwa tokoh utama tetap bersikap baik terhadap guru lain, bahkan kepada guru yang tidak menyukainya, yaitu Mam Nina. Hubungannya dengan Mam Nina merenggang sejak kasus penyelesaian kasus pencurian yang dilakukan oleh Bunga Malasari. Mam Nina menganggap bahwa tokoh utama tidak bisa menyelesaikan permasalahan siswa dengan baik. Namun, tokoh utama tetap menghargai Mam Nina sebagai guru senior. Ia berusaha untuk tidak berbicara kasar kepada guru seniornya tersebut.

Di sekolah, tokoh utama memiliki satu kawan guru yang ia anggap seperti orang tuanya sendiri, yaitu Bapak Sanusi. Bapak Sanusi adalah guru bahasa Indonesia yang menjadi seniornya di sekolah. Sikap tokoh utama kepada bapak Sanusi juga menunjukkan bahwa ia adalah seorang guru yang bersikap baik terhadap guru lain. Selain menganggap Bapak Sanusi layaknya ayahnya sendiri, ia juga menjadikan Bapak Sanusi sebagai panutan dalam menjalankan perannya sebagai seorang guru. Tokoh utama menghormati Bapak Sanusi sebagaimana ia menghormati orang tuanya sendiri. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut:

(26)

Sikap baik yang ditunjukkan oleh tokoh utama kepada guru lain juga terlihat saat tokoh utama meminta izin kepada kepala sekolah dan guru-guru lain terutama Mam Nina dan Ibu Yanusa sebelum mengikuti prajabatan. Banyak permasalahan yang terjadi pada tokoh utama sebagai guru yang masih terhitung baru di sekolah tempatnya mengajar. Tokoh utama dianggap terlalu berani dan membela Bunga dalam kasus pencurian yang dilakukan oleh Bunga Malasari. Ia juga dianggap tidak mampu mengatasi kasus tindakan tidak terpuji yang dilakukan siswa-siswinya yang bernama Iwan dan Tiara Alamanda. Meskipun dianggap demikian, tokoh utama mencoba untuk tetap bersikap baik kepada kepala sekolah, Mam Nina, dan Ibu Yanusa, yaitu dengan meminta izin sebelum mengikuti kegiatan prajabatan selama empat belas hari. Tokoh utama tetap menghormati dan bersikap baik terhadap guru-guru lain. Hal tersebut sebagaimana tercermin dalam kutipan novel berikut ini:

(27)

Aku melakukan hal yang sama begitu menjumpai guru-guru, kawan-kawanku mengabdi–yang kadang-kadang marah, malu, kecewa, sedih bila mengingat kejadian beberapa minggu lalu saat aku tengah sendiri dan mengeja diriku, mengejawantahi kata-kata Indar Astuti. Senyum yang wajar, begitu kata kak Gadis, dan senyum yang ikhlas menurutku. Kuharap ini mampu memberi efek luar biasa atas kesenjangan antarkami. Setelahnya kubagikan oleh-oleh di atas meja-meja mereka, menggunakan piring-piring keramik sekolah yang tersususun di rak sudut ruang guru (AM: 146-147).

Berusaha untuk bersikap baik kepada orang lain meskipun dibenci adalah sikap yang dimiliki oleh tokoh utama dalam novel Aku Masenja karya Rumasi Pasaribu. Sebagai seorang guru, tokoh utama selalu bersikap baik terhadap teman sejawatnya di sekolah. Sepulang prajabatan, tokoh utama berusaha untuk berlaku seimbang dan wajar kepada guru-guru lain di sekolah. Meskipun ada beberapa guru yang tidak menyukai cara tokoh utama dalam menyelesaikan permasalahan siswa. Tokoh utama tetap bersikap baik terhadap teman sejawatnya. Hal ini seperti yang terlihat dalam kutipan berikut ini:

Aku berusaha untuk berlaku seimbang dan wajar, pada guru-guru di sekolah sejak kedatanganku waktu itu (AM: 147).

Sikap baik tokoh utama terhadap teman sejawatnya juga ditunjukkan melalui kutipan di bawah ini:

Adu domba dan hasut membuat Ibu Trisna–guru yang masih muda, guru yang lebih dulu tiga tahun lebih cepat diangkat menjadi pegawai dibanding diriku– menjadi buas dan sangar. Ia mengumpat, marah pada anak-anakku, dan bersumpah tak akan masuk ke kelas itu lagi. Wajahnya kusut. Ia menatapku dengan tajam, seakan hendak menerkam dan mencabik-cabik kulit serta dagingku untuk dilahap, bagai macan bertemu kambing hutan dalam keadaan lapar. Aku tetap tenang dan menganggap kemarahannya sebagai kewajaran. Aku tahu apa yang ia rasa. Takut, cemas, gelisah, marah, tak percaya, merasa asing, dan tak berarti, sama seperti perasaanku yang dihantui demonstrasi menuntut pelanggaran HAM sebulan lalu (AM: 161).

(28)

tidak pernah membenci satu pun guru di sekolah, terutama Ibu Trisna. Ibu Trisna membenci tokoh utama karena menganggap bahwa tokoh utama adalah penyebab siswa mendemonstrasi dirinya di hadapan kepala sekolah. Padahal, siswa kelas VIII sendiri yang berinisiatif melakukan kegiatan demonstrasi karena Ibu Trisna jarang mengajar di kelas mereka. Meskipun dibenci, tokoh utama tetap menghormati Ibu Trisna sebagai rekan kerjanya di sekolah.

Seorang guru harus menjaga nama baik dan kehormatan teman sejawatnya. Guru tidak boleh saling menjelekkan. Guru harus bertindak bijaksana apabila ada siswa yang mengajukan kekurangan atau keburukan seorang guru kepada guru lain. Kutipan berikut ini menunjukkan sikap baik tokoh utama kepada guru-guru lain, yaitu dengan membela dan tetap menjaga nama baik guru lain di hadapan siswanya. Tokoh utama menjelaskan kepada siswanya bahwa guru di sekolahnya adalah seorang yang baik dan berpendidikan:

Setiap perubahan, memang mesti diikuti pergolakan. Dan seperti yang pernah Ibu sampaikan, kalian harus mampu melewatinya. Kalian tidak usah khawatir. Semua guru di sini adalah orang-orang berpendidikan. Ehm, maksudnya, sebagai orang yang digugu dan ditiru, mereka tidak akan seekstrim itu.Maksud Ibu, mereka tidak akan sampai memukul,marah terus-menerus, atau mengeluarkan kalian. Ini hak kalian. Tidak ada kesalahan dalam memperjuangkan hak. Ibu akan membela kalian. Bila ada guru yang mengancam, kalian beritahu Ibu. Tapi, itu tidak mungkin, sebab semua guru di sini baik-baik (AM: 163).

(29)

dapat dilihat dengan sapaan. Tokoh utama menyapa Bapak Sanusi yang merupakan guru yang lebih tua daripada dirinya:

Kuucap salam, lalu kuletakkan tas di atas meja kerjaku.Selanjutnya kuhampiri Bapak Sanusi dan kusapa ia (AM: 173).

Sikap baik tokoh utama kepada guru lain juga ditunjukkan ketika tokoh utama secara pribadi telah meminta maaf kepada Ibu Trisna atas kejadian yang telah menimpa mereka. Tokoh utama telah meminta maaf kepada Ibu Trisna dan mencoba menjelaskan bahwa ia tidak pernah ikut campur dalam kasus demonstrasi yang dilakukan oleh siswa kelas VIII. Tokoh utama justru menjaga nama baik Ibu Trisna. Tokoh utama tidak pernah memperkeruh suasana dengan menjelekkan Ibu Trisna di hadapan siwa. Ia juga tidak ingin menjatuhkan guru lain di hadapan siswanya. Hal ini seperti terdapat dalam kutipan novel berikut:

Tiba-tiba Ibu Trisna sudah masuk ke ruang guru. Aku masih melihat kilatan api di matanya, sejak peristiwa demonstrasi itu hingga saat ini. Secara pribadi aku telah meminta maaf, sebab sebagai rekan kerja tentu aku tak ingin menjatuhkannya di mata anak-anak (AM: 207).

6. Berpengetahuan Luas

Darmadi (2010: 54), berpendapat bahwa guru harus berwawasan luas. Seorang guru dituntut agar mampu berpikir secara alternatif, berpandangan ke depan, dan berwawasan luas agar diperoleh ketenangan dan aktivitas belajar mengajar berlangsung dengan tertib, aman, menyenangkan, dan harmonis.

(30)

dalam menyelesaikan permasalahan yang menimpa dirinya sebagaimana ia terbiasa berlogika dengan ilmu matematika. Hal ini seperti terdapat dalam kutipan berikut:

Namun keputusanku untuk tetap mempertahankan Bunga Malasaridan membinanya, adalah logika yang kudapatkan dari bergelut dengan ilmu dan matematika (AM:33).

Tokoh utama memiliki pengetahuan luas. Banyak ilmu yang telah dimilikinya selama kuliah. Teori yang didapatkannya selama kuliah di Fakultas Keguruan telah matang dalam mengantarkannya menjadi seorang guru. Ia telah menimba banyak ilmu dari dosen-dosen yang hebat. Sebagai seorang guru, ia yakin bahwa ia telah memiliki teori yang matang untuk mendidik siswanya. Hal ini terlihat dalam kutipan novel berikut:

Rasanya baru kemarin aku kuliah keguruan, menggali berbagaiteori, serta menimba beragam ilmu dengan dosen-dosen hebat yang kumiliki. Aku telah belajar tentang disiplin dan ketegasan dari Ibu Nurjanah, belajar keanggunan dan kelembutan pada Ibu Yayah, juga belajar cerdas dan kritis pada Bapak Harsyad. Kurasa sebagai guru, teoriku telah matang (AM: 20).

Tokoh utama adalah seorang guru yang berprestasi. Banyak penghargaan yang telah ia raih dari masa sekolah sampai ia bekerja. Di masa sekolah, ia selalu bersekolah di sekolah favorit, menjadi mahasiwa lulusan terbaik, dan diangkat menjadi pegawai negeri di tengah maraknya isu KKN. Tokoh utama lulus tes pegawai secara murni dengan menggunakan kemampuannya sendiri. Prestasi-prestasi yang diperoleh oleh tokoh utama dapat dijadikan petunjuk bahwa ia adalah seorang guru yang memiliki pengetahuan luas. Hal ini terdapat dalam beberapa kutipan-kutipan novel berikut ini:

(31)

lulus tes pegawai negeri. Dapatkah kau bayangkan, di tengah isu KKN pada pengangkatan pegawai di republik ini, sangat mustahil rasanya aku lulus murni, ternyata aku berhasil lulus tanpa korupsi, kolusi, juga nepotisme? Takdir telah berjalan seperti yang telah ditetapkan-Nya (AM:25).

Aku takkan pernah lupa ketika menggenggam surat kabar yang berisi nama-nama peserta yang lulus tes pegawai di Kabupaten Bengkulu Utara, namaku tertera di sana (AM: 25-26).

Aku menjadi pegawai pemerintah, menjadi seorang guru–sesuai dengan latar belakang pendidikanku–di pedalaman satu-satunya kabupaten yang menerima guru bidang studi Matematika (AM: 26).

Selain kutipan-kutipan di atas, yang menggambarkan bahwa tokoh utama adalah seorang guru yang memiliki pengetahuan luas dapat dilihat dari pernyataan teman semasa prajabatannya, yaitu Indar Astuti. Indar Astuti kagum terhadap prestasi yang dimiliki oleh tokoh utama. Wanita ini berkata bahwa tokoh utama adalah lulusan terbaik. Selain itu, ia juga merupakan peserta prajabatan termuda. Usia tokoh utama tergolong masih muda untuk mengikuti kegiatan prajabatan. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan novel berikut:

“Saya dengar kamu lulusan terbaik di kampus. Dan prajabatan kali ini kamu adalah peserta termuda,” entah kenapa, Ibu Indar Astuti mengatakan hal itu ketika kami berada di kamar kelelahan sepulang dari apel malam. Ia mengganti batiknya dengan pakaian tidur. Sementara aku baru saja selesai salat isya dan melepas mukena (AM: 121).

(32)

Kau tahu, setiap kita telah mendapatkan satu ilmu baru, maka Tuhan akan segera menguji kemampuan kita. Tuhan ingin kita segera mempraktikkan apa yang kita dapatkan. Ia ingin tahu apakah kita telah matang dan bersiap dengan materi hidup berikutnya (AM: 138).

Masa prajabatan biasanya digunakan oleh muda-mudi untuk berkenalan dengan teman lawan jenis. Kegiatan prajabatan menjadi salah satu cara yang dilakukan untuk sarana perjodohan. Berikut adalah kutipan yang menunjukkan bahwa tokoh utama lebih mengutamakan untuk mendapatkan ilmu daripada mencari pasangan di tempat prajabatan. Ia merasa mendapat banyak ilmu yang telah ia dapatkan semasa prajabatan, namun bukan mengenai pasangan. Hal ini menunjukkan bahwa tokoh utama adalah seorang pendidik yang memiliki pengetahuan yang luas:

Dan tentang pacar yang hampir kerap ditanyakan pada setiap peserta lajang, aku hanya mampu menggeleng, lalu menancapkan kuat-kuat di dalam hati, bahwa aku telah membawa lebih dari itu dari tempat prajabatan ini. Ilmu. Ya, ilmu! (AM: 141).

Bagi seseorang yang memiliki pengetahuan luas, pengalaman juga dapat dijadikan sebagai pembelajaran. Di tempat prajabatan, tokoh utama mengenal ilmu tentang bagaimana menjadi seorang guru yang baik. Guru yang baik yaitu ia yang melayani siswanya dengan sepenuh hati. Di tempat prajabatan, tokoh utama mendapat ilmu baru. Ilmu mengenai bagaimana seharusnya sikap seorang guru dalam melayani siswanya. Hal ini dapat dibuktikan melalui kutipan berikut:

Kuberitahu padamu, aku mengenal ilmu tentang pelayanan prima dari tempat itu (AM: 142).

(33)

yang diperoleh dari pengalaman tersebut. Semakin banyak pengalaman yang diperoleh, maka akan membuat seseorang terus belajar untuk menjadi lebih baik. Berikut adalah kutipan novel yang membuktikan hal tersebut:

Dan lagi-lagi, aku telah diajarkan bahwa ilmu pun bisa didapat dari pengalaman (AM: 151).

Tokoh utama tidak pernah menyia-nyiakan kesempatan untuk terus belajar. Masa prajabatan telah menambah wawasan keilmuan tokoh utama sebagai seorang pendidik. Banyak ilmu yang telah ia dapatkan di sana. Imu mengenai bagaimana seorang guru seharusnya melaksanakan tugasnya. Ilmu yang telah ia dapat di masa prajabatan itu akan terus diingat dan diaplikasikannya sebagai seorang guru. Hal ini dapat tercermin melalui kutipan berikut:

Aku mengingat-ingat ilmu yang kudapatkan di masa prajabatan yang baru saja kutinggalkan (AM: 153).

Sebagai seorang guru, tokoh utama memiliki pengetahuan yang luas. Hal ini dapat dibuktikan melalui kutipan novel berikut ini:

Aku mulai jatuh cinta, ketika Kak Gadis mengajarkan tentang rasa syukur saat aku lulus tes menjadi seorang guru, lebih dari setahun yang lalu. Aku mulai jatuh cinta, ketika aku menyadari bahwa aku adalah satu dari orang yang beruntung itu,saat orang-orang berebut menginginkan posisiku (AM:229).

(34)

B. Pembahasan

Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Proses di dalam pendidikan membutuhkan pelatihan, sebab manusia perlu menjalani proses agar menjadi manusia yang lebih baik. Salah satu faktor yang penting dalam pendidikan adalah hadirnya seorang yang dapat dijadikan panutan dan acuan dalam proses pendidikan yaitu berupa seorang pendidik. Sosok pendidik bisa lahir dalam diri semua orang, misalnya seorang ibu yang mendidik anaknya bisa disebut sebagai pendidik. Seorang pelatih di akademi militer dapat pula disebut sebagai pendidik. Begitu pun dengan seorang guru. Guru adalah sosok pendidik yang sangat familiar dan tidak asing di telinga kita.

Guru adalah tenaga pendidik yang tugas utamanya mengajar dan mendidik siswanya agar menjadi manusia dewasa yang berilmu dan bermoral. Tugas guru dalam pembelajaran tidak terbatas hanya pada penyampaian materi pelajaran, tetapi lebih dari itu guru harus senantiasa mengawasi perilaku siswanya. Dalam rangka mengubah siswa menjadi lebih baik, seorang guru harus menjadi pembimbing dan pendidik. Seorang guru dijadikan teladan, pengawas, dan pengendali atas perilaku siswanya. Jadi, sebagai pribadi, pendidik, pengajar, dan pembimbing, seorang guru dituntut untukmemiliki kematangan atau kedewasaan pribadi.

(35)

teladan bagi siswa dan masyarakat di sekitarnya. Oleh sebab itu, karakter dan jati diri seorang pendidik harus tertanam dalam diri seorang guru agar dapat dijadikan sebagai panutan yang baik bagi siswa dan juga masyarakat.

Proses pendidikan dapat diperoleh dari berbagai macam cara, salah satunya adalah melalui karya sastra. Seperti yang telah kita ketahui bahwa karya sastra dapat dijadikan sebagai sarana untuk mendidik moral manusia. Novel Aku Masenja karya Rumasi pasaribu adalah sebuah novel yang mengangkat tema mengenai pendidikan. Dalam novel ini diceritakan tokoh utama bernama Rona Masenja yang berprofesi sebagai seorang guru. Tokoh utama dalam novel ini adalah seorang guru muda yang ditugaskan mengajar di daerah perkebunan kelapa sawit di Padang Jaya – Bengkulu Utara. Meskipun tergolong sebagai guru baru, Masenja adalah guru yang memiliki karakter yang baik sebagai seorang pendidik yang dapat dijadikan teladan bagi masyarakat yang berprofesi sebagai guru maupun non guru.

(36)

Seorang guru juga harus memiliki sikap percaya dan menyayangi siswanya. Tugas guru adalah membentuk kemauan dan kata hati anak ke arah yang baik, untuk itu guru harus percaya kepada siswanya. Hanya pendidik yang percaya dan menyayangi siswanya yang dapat mendidik siwanya dengan hasil baik. Tokoh utama dalam novel Aku Masenja karya Rumasi Pasaribu adalah seorang guru yang selalu memiliki pandangan bahwa siswanya adalah manusia yang memilki sikap yang baik. Ia juga begitu menyayangi seluruh siswanya dengan sepenuh hati. Melalui kepercayaan yang dimiliki oleh tokoh utama kepada siswanya, ia memiliki keyakinan dan semangat yang tinggi dalam mendidik siswa dengan penuh kasih sayang.

Guru yang baik juga harus memiliki sikap sabar dan rela berkorban. Dalam menjalani profesi sebagai seorang pendidik, guru dituntut untuk memiliki kesabaran dalam memahami siswanya yang memiliki berbagai macam karakter. Tokoh Masenja adalah seorang guru yang penyabar dan juga senantiasa rela berkorban dalam menjalani profesinya sebagai seorang pendidik. Ia senantiasa menjalani profesinya dengan hati yang tulus dan ikhlas. Berbagai permasalahan harus dihadapi oleh tokoh utama, banyak ujian dan cobaan yang harus ia lewati. Namun, kesabaran dan kerelaan hatinya untuk berkorban dapat mengantarkannya untuk lebih memahami dan mengerti perannya sebagai seorang pendidik.

Selain sifat dan sikap di atas, tokoh utama juga memiliki sikap dan sifat yang baik sebagai seorang pendidik, yaitu memiliki kewibawaan. Seorang guru juga harus memiliki kewibawaan dalam dirinya. Kewibawaan adalah sikap dan penampilan yang dapat menimbulkan rasa segan dan hormat. Dengan adanya kewibawaan, seorang guru akan disegani dan dipatuhi oleh siswanya. Guru yang berwibawa tidak hanya disegani oleh siswanya, namun juga dihormati oleh masyarakat di sekitarnya.

(37)

adalah seorang guru yang selalu menghormati rekan sejawatnya. Ia selalu menjaga nama baik dan kehormatan guru lain. Bahkan ia selalu bertindak bijaksana apabila ada siswa yang mengadukan kekurangan dan keburukan seorang guru kepadanya. Ia tidak pernah menjelekkan guru lain di hadapan siswanya. Selain itu, ia juga selalu menghormati guru lain sebagai seniornya. Meskipun ada beberapa guru yang tidak suka dengannya, namun tokoh utama tetap bersikap baik terhadap mereka.

Sebagai seorang pendidik, tokoh utama memiliki prestasi dan wawasan yang luas. Sebab, selain mempunyai pengetahuan yang dalam tentang mata pelajaran yang sudah menjadi tugasnya, akan lebih baik jika guru juga mengetahui tentang segala suatu hal yang penting yang berhubungan dengan tugasnya di dalam masyarakat. Guru merupakan orang yang dianggap pandai dan menjadi tempat bertanya bagi masyarakat. Guru haruslah seorang yang mempunyai perhatian intelektual yang luas. Ia harus selalu menambah wawasan dan pengetahuannya, sebab kecerdasannya harus beriringan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat.

Referensi

Dokumen terkait

Halaman Tabel 2.1 Instrumen untuk Mengukur Perilaku Tugas Pemimpin 41 Tabel 2.2 Instrumen untuk Mengukur Perilaku Hubungan Pemimpin 42 Tabel 2.3 Kontinum Tingkat

Sistem juga dilengkapi dengan gangguan dari luar (disturbance) yaitu berupa empat buah lampu dan satu kipas yang dapat dinyalakan atau dimatikan sewaktu-waktu melalui saklar, sistem

Bidang pekerjaan ini cukup diminati oleh siswa kelas III IPS, boleh jadi karena siswa memiliki kemampuan untuk bekerja dalam bidang ini, pekerjaan ini sesuai dengan jurusan

perpustakaan umum dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara. lain

(1996: 3) mengemukakan bahwa manfaat melakukan peregangan yaitu: (1) dapat meningkatkan kebugaran fisik, (2) dapat mengoptimalkan daya tangkap, latihan dan

Data primer, yaitu data yang diperoleh dari hasil penelitian ini, melalui observasi lapangan, kuesioner di lapangan, yang berhubungan langsung dengan dampak Tempat

Dengan keluarnya Surat Edaran Dirjen Bimas Islam Nomor: DJ.II/542 tahun 2013 membuat gerak langkah kursus Pra Nikah semakin jelas, ditambah dengan Surat Edaran

Untuk memenuhi kebutuhan bahan baku dengan kuantitas pemesanan yang optimal maka dengan metode Economic Order Quanitity (EOQ) dapat dilakukan 40 kali pemesanan bahan