• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kreativitas - UPAYA MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS IV PADA MATERI KERAGAMAN SUKU BANGSA DAN BUDAYA MELALUI METODE TEBAK KATA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA KARTU DI SD NEGERI 3 PLIKEN - r

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kreativitas - UPAYA MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS IV PADA MATERI KERAGAMAN SUKU BANGSA DAN BUDAYA MELALUI METODE TEBAK KATA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA KARTU DI SD NEGERI 3 PLIKEN - r"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

23

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Kreativitas

a. Pengertian Kreativitas

Ghufron (2011:103-104) berpendapat bahwa kreativitas adalah prestasi yang istimewa dalam menciptakan sesuatu yang baru berdasarkan bahan, informasi, data atau elemen-elemen yang sudah ada sebelumnya menjadi hal-hal yang bermakna dan bermanfaat, menemukan cara-cara pemecahan masalah yang tidak dapat ditemukan oleh kebanyakan orang, ide-ide baru, dan melihat adanya berbagai kemungkinan. Sedangkan menurut Hurlock (2010:3-4), kreativitas umumnya dianggap sinonim dengan imajinasi dan fantasi dari karenanya merupakan bentuk permainan mental.

Menurut Jarolimek (1986:337), creative art is widely used in social studies instruction because many topic and activities inspire creative expression. Hal tersebut menjelaskan bahwa kreatif dapat digunakan dalam instruksi studi sosial, karena banyak topik dan aktivitas yang dapat menginspirasi ekspresi kreatif atau kreativitas.

(2)

masalah. Seperti halnya metode pembelajaran Tebak Kata yang akan diterapkan peneliti, metode tersebut merangsang kreativitas siswa dalam menemukan ide-ide berupa kosakata, supaya pasangannya mengerti apa yang dimaksud. Pembelajaran demikian dapat meningkatkan kreativitas siswa dalam ide-ide yang ditemukan, sehingga tidak menuntut adanya produk yang nyata. Jarolimek (1986:338) berpendapat bahwa: art work of this type is not evaluated in terms of the product produced but in terms of the satisfactions the experience it self gives the youngster.

Sebagaimana telah disebutkan di atas, bahwa kegiatan ini tidak dievaluasi dari segi produk yang dihasilkan, tetapi dalam hal kepuasan pengalaman sendiri yang diberikan siswa. Siswa yang bisa memecahkan suatu masalah berdasarkan ide-ide atau informasi yang diberikan pasangannya akan memiliki kepuasan tersendiri. Kepuasan tersebut dapat meningkatkan kreativitas siswa, sehingga akan mempengaruhi pula prestasi belajar siswa.

(3)

25

dari siswa itu sendiri. Hal tersebut sesuai dengan penggunaan metode pembelajaran Tebak Kata yang akan diterapkan oleh peneliti.

Metode Tebak Kata menuntut kreativitas siswa dalam menggali ide-ide baru dalam mencari kosakata, sehingga pasangannya dapat memecahkan suatu masalah, pemecahan masalah tersebut memerlukan kerjasama yang baik.

b. Ciri-Ciri Kepribadian Kreatif

Menurut Munandar (2009:71), ciri-ciri memiliki kepribadian yang kreatif, antara lain: (1) rasa ingin tahu yang mendalam, (2) sering mengajukan pertanyaan yang baik, (3) memberikan banyak gagasan atau usul terhadap suatu masalah, (4) bebas dalam menyatakan pendapat, (5) mempunyai rasa keindahan yang mendalam, (6) menonjol dalam salah satu bidang seni, (7) mampu melihat suatu masalah dari berbagai macam segi/sudut pandang, (8) mempunyai rasa humor yang luas, (9) mempunyai daya imajinasi, dan (10) orisinal dalam ungkapan gagasan dan dalam pemecahan masalah.

(4)

c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kreativitas

Ambalie dalam Ghufron (2011:123-124) mengemukakan beberapa faktor penting yang mempengaruhi kreativitas, diantaranya: (1) kemampuan kognitif, meliputi pendidikan formal dan informal. Faktor ini memengaruhi keterampilan sesuai dengan bidang dan masalah yang dihadapi individu yang bersangkutan; (2) disiplin, karakterisitik kepribadian yang berhubungan dengan disiplin diri, kesungguhan dalam menghadapi frustasi, dan kemandirian. Faktor-faktor ini akan memengaruhi individu dalam menghadapi masalah dan menemukan ide-ide yang kreatif untuk memecahkan masalah; (3) motivasi intrinsik sangat memengaruhi kreativitas seseorang, karena motivasi intrinsik dapat membangkitkan semangat individu untuk belajar sebanyak mungkin guna menambah pengetahuan dan keterampilan yang relevan dengan permasalahan yang sedang dihadapi. Dengan demikian, individu dapat mengemukakan ide secara lancar, dapat memecahkan masalah dengan luwes, mampu mencetuskan ide-ide yang orisinal, dan mampu mengelaborasi ide.

(5)

27

setiap orang dan bersifat internal, ada dalam diri individu sendiri, namun membutuhkan kondisi yang tepat untuk diekspresikan.

London (1975:159) berpendapat bahwa: So far, it sounds like motive and stimulus mean the same thing. They almost do, but not quite. A stimulus is anything that arouses you; a motive is any internal thing that arouses you, anything in your body. So all motives are stimuli, but external stimuli are not motives.

Sebagaimana telah disebutkan di atas, bahwa di dalam motivasi terdapat motif atau stimulus. Stimulus adalah segala sesuatu yang dapat membangkitkan atau memberikan dorongan dari dalam diri seseorang. Dengan adanya dorongan tersebut, dapat membangkitkan kreativitas siswa dalam memecahkan dan menemukan ide-ide baru. (4) lingkungan sosial, kreativitas juga dipengaruhi lingkungan sosial, yaitu tidak adanya tekanan-tekanan dari lingkungan sosial, seperti pengawasan, penilaian maupun pembatasan-pembatasan dari pihak luar.

(6)

d. Membangkitkan Kreativitas di Sekolah

Munandar (2009:109-112) berpendapat bahwa guru tidak dapat mengajarkan kreativitas, tetapi ia dapat memungkinkan kreativitas muncul, memupuknya, dan merangsang pertumbuhannya.

(1) Sikap Guru

Cara yang paling baik bagi guru untuk mengembangkan kreativitas siswa adalah dengan mendorong motivasi intrinsik. Motivasi intrinsik akan tumbuh, jika guru memungkinkan anak untuk bisa diberi otonomi sampai batas tertentu di kelas. beberapa peneliti menugaskan anak membaca teks ilmu pengetahuan sosial dengan tiga cara intruksi yang berbeda: a) tidak diarahkan (non-directed), b) tidak diawasi tetapi diarahkan (non-controlling but directed), dan c) diawasi plus diarahkan (controlling and directed) (2) Falsafah Mengajar

(7)

29

dengan guru; g) guru memang kompeten, tetapi tidak perlu sempurna; h) anak perlu merasa bebas untuk mendiskusikan masalah secara terbuka, baik dengan guru maupun teman sebaya; i) kerja sama selalu lebih daripada kompetisi; j) pengalaman belajar hendaknya dekat dengan pengalaman dari dunia nyata.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa sikap guru dan falsafah mengajar guru dapat membangkitkan dan mendorong kreativitas siswa di sekolah. Suasana kelas juga mempengaruhi kreativitas anak. Lingkungan yang nyaman dapat pula membangkitkan kreativitas anak, karena anak jauh dari tekanan dan ketegangan.

2. Prestasi Belajar

a. Pengertian Prestasi Belajar

Arifin (2009:12) berpendapat bahwa kata “prestasi” berasal

dari bahasa Belanda, yaitu prestatie. Kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi “prestasi” yang berarti “hasil usaha”. Istilah

“prestasi belajar” (achievement) berbeda dengan “hasil belajar”

(learning outcome). Prestasi belajar pada umumnya berkenaan dengan aspek pengetahuan, sedangkan hasil belajar meliputi aspek pembentukan watak peserta didik.

(8)

khususnya pembelajaran. Prestasi belajar merupakan suatu masalah yang bersifat perennial dalam sejarah kehidupan manusia, karena sepanjang rentang kehidupannya manusia selalu mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan masing-masing.

Hamdani (2011:138-139) mengemukakan bahwa prestasi belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak, dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau rapor setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar. Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tinggi rendahnya prestasi belajar siswa.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah tingkat pencapaian pengetahuan siswa dalam menerima dan mengolah informasi yang diberikan dalam jangka waktu tertentu dan dinyatakan dalam bentuk nilai atau rapor. Prestasi belajar menunjukkan motivasi intrinsik dan kreativitas serta tingkat pengetahuan siswa.

b. Fungsi prestasi belajar

(9)

31

sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai peserta didik; (2) prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu, (3) prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan. (4) prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan, (5) prestasi belajar dapat dijadikan indikator daya serap (kecerdasan) peserta didik. Dalam proses pembelajaran, peserta didik menjadi fokus utama yang harus diperhatikan, karena peserta didiklah yang diharapkan dapat menyerap seluruh materi pelajaran.

Fungsi prestasi belajar tidak hanya sebagai indikator keberhasilan dalam bidang studi tertentu, tetapi juga sebagai indikator kualitas institusi pendidikan. Disamping itu, prestasi belajar juga bermanfaat sebagai umpan balik bagi guru dalam melaksanakan proses pembelajaran, sehingga dapat menentukan apakah perlu melakukan diagnosis, penempatan atau bimbingan terhadap peserta didik.

(10)

sekolah atau institusi pendidikan. Prestasi dapat menjadi tolok ukur dan umpan balik bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran.

c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Menurut Ahmadi (2008:138), prestasi belajar yang dicapai seseorang merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang mempengaruhinya, baik dari dalam diri (faktor internal) maupun dari luar diri (faktor eksternal) individu.

Yang tergolong faktor internal adalah:

1. Faktor jasmaniah (fisiologi), baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh.

2. Faktor psikologis, baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh terdiri atas: a) Faktor intelektif, yang meliputi: faktor potensial, yaitu kecerdasan dan bakat, dan faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang telah dimiliki. b) Faktor non-intelektif, yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu, seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi, penyesuaian diri.

3. Faktor kematangan fisik maupun psikis.

(11)

33

4. Faktor lingkungan spiritual atau keagamaan.

Hamdani (2011:139-142) berpendapat bahwa pada dasarnya, faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu faktor dari dalam (intern) dan faktor dari luar (ekstern).

(1) Faktor intern

Faktor intern adalah faktor yang berasal dari siswa. Faktor ini antara lain sebagai berikut.

a) Kecerdasan (intelegensi), kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya.

b) Faktor jasmaniah atau faktor fisiologis, kondisi jasmaniah atau fisiologis pada umumnya sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar seseorang.

(12)

d) Minat memiliki pengaruh yang besar terhadap belajar atau kegiatan. Minat belajar yang telah dimiliki siswa merupakan salah satu faktor yang dapat memengaruhi hasil belajarnya. e) Bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang

untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Bakat mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar bidang-bidang studi tertentu.

f) Motivasi dalam belajar adalah faktor yang penting, karena hal tersebut merupakan keadaan yang mendorong keadaan siswa untuk melakukan belajar.

(2) Faktor ekstern

Menurut Slameto dalam Hamdani (2011:145), faktor ekstern yang dapat memengaruhi belajar adalah keadaan keluarga, keadaan sekolah, dan lingkungan masyarakat.

(13)

35

perkembangan pribadi anak, sebab dalam kehidupan sehari-hari anak lebih banyak bergaul dengan lingkungan tempat ia berada.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, meliputi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang datangnya dari dalam diri siswa, sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang mempengaruhi dari luar diri siswa.

3. Media Pembelajaran

a. Pengertian Media

(14)

Berdasarkan penjelasan para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat menyampaikan atau menyalurkan informasi yang disesuaikan dengan kebutuhan. Jadi, dalam pembelajaran media yang digunakan selalu berbeda, sesuai dengan materi dan metode yang digunakan. Media yang digunakan dapat berupa media visual, media audio, dan media audiovisual. Dalam hal ini, peneliti akan menggunakan media visual yang berupa media kartu untuk materi keragaman suku bangsa dan budaya pada kelas IV SD Negeri 3 Pliken.

b. Fungsi dan Manfaat Media

Levie & Lentz (1982) dalam Arsyad (2007:16-17) mengemukakan empat fungsi media pembelajaran, khususnya media visual, yaitu (a) fungsi atensi, (b) fungsi afektif, (c) fungsi kognitif, dan (d) fungsi kompensatoris.

Fungsi atensi, media visual merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran.

(15)

37

Fungsi kognitif, media visual terlihat dari temuan-temuan penelitian yang mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar.

Fungsi kompensatoris, media pembelajaran terlihat dari hasil penelitian bahwa media visual yang memberikan konteks untuk memahami teks membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya kembali.

Selain itu, ada kegunaan atau fungsi media dalam proses pembelajaran. Menurut Sadiman (2009:17-18), secara umum, media pendidikan mempunyai kegunaan-kegunaan sebagai berikut: (1) memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka), (2) mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera, (3) penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif anak didik, dan (4) masalah dapat diatasi dengan media pendidikan, yaitu dalam kemampuannya dalam: (a) memberikan perangsang yang sama; (b) mempersamakan pengalaman; (c) menimbulkan persepsi yang sama.

(16)

siswa dalam proses pembelajaran. Media dapat menarik perhatian siswa, sehingga siswa dapat lebih aktif dan berani menyampaikan pendapat. Dengan media siswa lebih mudah dalam menerima dan mengingat materi pelajaran. Siswa lebih termotivasi dalam mengikuti pembelajaran, sehingga berpengaruh pada kreativitas dan prestasi siswa.

c. Macam-Macam Media

Media bukan hanya terdiri dari satu atau dua jenis, melainkan terdiri dari barbagai macam jenis. Menurut Djamarah (2010:124), media dilihat dari jenisnya dibagi menjadi 3, yaitu (1) media auditif adalah media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja, seperti radio, cassette recorder, piringan hitam, (2) media visual adalah media yang hanya mengandalkan indra penglihatan, (3) media audiovisual adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsure gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, karena meliputi kedua jenis media yang pertama dan kedua.

(17)

39

menggunakan media kartu yang pembuatannya mudah dan penggunaannya tidak sulit. Media tersebut termasuk media visual dan media yang sederhana, karena bahan dasarnya mudah diperoleh dan siapa saja bisa membuat.

4. Model Pembelajaran Kooperatif

a. Pengertian Kooperatif

Menurut Suprijono (2009:54-55), pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru.

Solihatin (2009:4) mengungkapkan bahwa, cooperative learning meangandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri.

(18)

lain. Model pembelajaran ini telah terbukti dapat digunakan dalam berbagai mata pelajaran dan berbagai usia.

Menurut Slavin (2005:4-5), ada banyak alasan yang membuat pembelajaran kooperatif memasuki jalur utama praktik pendidikan. Salah satunya adalah berdasarkan penelitian dasar yang mendukung penggunaan pembelajaran kooperatif untuk meningkatkan pencapaian prestasi para siswa, dan untuk berpikir, menyelesaikan masalah, dan mengintegrasikan serta mengaplikasikan kemampuan dan pengetahuan mereka, dan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan sarana yang sangat baik untuk mencapai hal-hal semacam itu.

Selain itu, Borich (2008:364) juga berpendapat bahwa: Cooperative learning is important in helping learners acquire from the curriculum the basic cooperative attitudes and values they need to think independently inside and outside your classroom.

Sebagaimana telah disebutkan di atas, bahwa pembelajaran kooperatif merupakan hal yang penting dalam membantu peserta didik memperoleh dari kurikulum sikap dan nilai-nilai dasar kooperatif yang mereka butuhkan untuk berpikir secara mandiri di dalam atau di luar kelas.

(19)

41

kooperatif membantu siswa memenuhi yang mereka butuhkan untuk berpikir secara mandiri, baik di dalam kelas maupun di luar kelas. b. Prosedur Pembelajaran Kooperatif

Menurut Suprijono (2009:65-66), sintak model pembelajaran kooperatif terdiri dari 6 (enam) fase.

Tabel 2.1

Prosedur Model Pembelajaran Kooperatif

FASE-FASE PERILAKU GURU

Fase 1: Present goals and set Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta didik.

Menjelaskan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan peserta didik siap belajar.

Mengorganisir peserta didik ke dalam tim-tim belajar.

Memberikan penjelasan kepada peserta didik tentang tata cara pembentukan tim belajar dan membantu kelompok melakukan transisi yang efisien.

Fase 4: Assist team work and study.

Membantu kerja tim dan belajar.

Membantu tim-tim belajar selama peserta didik mengerjakan tugasnya.

Fase 5: Test on the materials Mengevaluasi

Menguji pengetahuan peserta didik mengenai berbagai materi pembelajaran atau kelompok-mengakui usaha dan prestasi individu maupun kelompok.

(20)

Fase kedua, guru menyampaikan informasi, sebab informasi ini merupakan isi akademik. Fase ketiga, kekacauan bisa terjadi pada fase ini, oleh sebab itu transisi pembelajaran dari dan ke kelompok-kelompok belajar harus diorkestrasi dengan cermat. Pada fase ketiga ini, terpenting jangan sampai ada free-rider atau anggota yang hanya menggantungkan tugas kelompok kepada individu lainnya.

Fase keempat, guru perlu mendampingi tim-tim belajar, mengingatkan tugas-tugas yang dikerjakan peserta didik dan waktu yang dialokasikan. Pada fase ini bantuan yang diberikan guru dapat berupa petunjuk, pengarahan, atau meminta beberapa peserta didik mengulangi hal yang sudah ditunjukkannya.

Fase kelima, guru melakukan evaluasi dengan menggunakan strategi evaluasi yang konsisten dengan tujuan pembelajaran. Fase keenam, guru mempersiapkan struktur reward yang akan diberikan kepada peserta didik.

(21)

43

mendapat bimbingan dan arahan, (5) pada akhir pembelajaran, guru melakukan kegiatan evaluasi, dan (6) kelompok yang menyelesaikan tugasnya dengan baik akan berpengaruh pada prestasi siswa.

c. Unsur-Unsur Model Pembelajaran Kooperatif

Menurut Lie (2008:35), untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur model pembelajaran kooperatif harus diterapkan.

(1) Saling Ketergantungan Positif

Keberhasilan suatu karya sangat bergantung pada usaha setiap anggotanya. Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapai tujuan mereka.

(2) Tanggung Jawab Perseorangan

Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model pembelajaran Cooperative Learning, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. (3) Tatap Muka

(22)

(4) Komunikasi Antaranggota

Keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif memiliki unsur-unsur yang mendukung tercapainya keberhasilan dalam pembelajaran. Dalam pemerolehan prestasi atau hasil yang maksimal ditentukan dari kreativitas dan usaha siswa sendiri. Siswa akan memperoleh hasil yang baik, apabila didukung dengan usaha yang baik pula.

Siswa harus memiliki rasa tanggung jawab terhadap apa yang dikerjakan, dan berusaha agar menjadi yang terbaik. Maka dari itu, guru harus mempersiapkan penyusunan tugas yang diberikan siswa, agar siswa bertanggung jawab terhadap tugasnya.

(23)

45

pembelajaran kooperatif dapat membantu siswa dalam melakukan komunikasi dan bersosialisasi.

d. Tujuan Pembelajaran Kooperatif Learning

Isjoni (2011:21) berpendapat bahwa tujuan utama dalam penerapan model belajar mengajar cooperative learning adalah agar peserta didik dapat belajar secara berkelompok bersama teman-temannya dengan cara saling menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan pendapat mereka secara berkelompok.

Model pembelajaran ini memungkinkan siswa untuk mengembangkan pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan secara penuh dalam suasana belajar yang terbuka dan demokratis.

Johnson dalam Isjoni (2011:23-24) berpendapat bahwa cooperative learning juga menghasilkan peningkatan kemampuan akademik, meningkatkan kemampuan berpikir kritis, membentuk hubungan persahabatan, menimba berbagai informasi, belajar menggunakan sopan santun, meningkatkan motivasi siswa, memperbaiki sikap terhadap sekolah dan belajar mengurangi tingkah laku yang kurang baik, serta membantu siswa dalam menghargai pokok pikiran orang lain.

(24)

menyenangkan dan siswa menjadi lebih aktif, (2) melatih kerja sama antar anggota, sehingga dapat mempererat tali persahabatan, (3) menumbuhkan sikap saling menghargai pendapat orang lain, (4) dengan suasana yang menyenangkan membuat siswa lebih mudah dalam menyerap materi, (5) melatih cara berfikir kritis, sehingga dapat meningkatkan nilai akademis, dan (6) meningkatkan toleransi siswa terhadap keanekaragaman.

e. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif

Jarolimek & Parker dalam Isjoni (2011: 24-25) mengatakan keunggulan yang diperoleh dalam pembelajaran ini adalah: (1) saling ketergantungan yang positif, (2) adanya pengakuan dalam merespon perbedaan individu, (3) siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas, (4) suasana kelas yang rileks dan menyenangkan, (5) terjalinnya hubungan yang hangat dan bersahabat antara siswa dengan guru, dan (6) memiliki banyak kesempatan untuk meng-ekspresikan pengalaman emosi yang menyenangkan.

(25)

kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada kecenderungan topik permasalahan yang sedang dibahas meluas sehingga banyak yang tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

Keunggulan pembelajaran kooperatif menurut Slavin (2005:5), pembelajaran kooperatif berjalan dengan baik dan dapat diaplikasikan untuk semua jenis kelas, termasuk kelas-kelas yang khusus untuk anak-anak berbakat, kelas pendidikan khusus, dan bahkan untuk kelas dengan tingkat kecerdasan “rata-rata”, dan khususnya sangat

diperlukan dalam kelas heterogen dengan berbagai tingkat kemampuan. Pembelajaran kooperatif dapat membantu membuat perbedaan menjadi bahan pembelajaran dan bukannya menjadi masalah. Pembelajaran kooperatif memiliki kelebihan yang sangat besar untuk mengembangkan hubungan antara siswa dari latar belakang etnik yang berbeda dan antara siswa-siswa pendidikan khusus terbelakang secara akademik dengan teman sekelas mereka, ini jelas melengkapi alasan pentingnya untuk menggunakan pembelajaran kooperatif dalam kelas-kelas yang berbeda.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif memiliki keunggulan dan kelemahan yang dapat menjadi bahan pertimbangan.

(26)

sehingga suasana kelas menjadi nyaman, (4) terciptanya suasana kelas yang menyenangkan, sehingga suasana menjadi lebih hidup dengan keaktifan siswa, (5) antara guru dengan siswa dapat lebih bersahabat, dan (6) semua siswa sama, tidak ada perbedaan prestasi akademik siswa.

Kelemahan pembelajaran kooperatif, antara lain: (1) memakan banyak waktu, tenaga dan pikiran, dalam mempersiapkan pembelajaran, (2) memerlukan biaya, fasilitas, sarana dan prasarana, dan alat yang memadai, (3) meluasnya pembahasan topik pada setiap kelompok, sehingga menyimpang dari target, dan (4) diskusi hanya didominasi oleh satu orang, sehingga yang lain menjadi pasif.

5. Metode Pembelajaran Tebak Kata

Faithurrohman (2007:55) berpendapat bahwa metode secara harfiah berarti „cara‟. Dalam pemakaian yang umum, metode diartikan

sebagai suatu cara atau prosedur yang dipakai untuk mencapai tujuan tertentu. Kata “mengajar” sendiri berarti memberi pelajaran. Jadi, metode

(27)

komponen-49

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa metode adalah salah satu cara menyampaikan informasi kepada siswa, sehingga siswa dapat aktif dalam mengikuti pembelajaran. Untuk menciptakan suasana yang aktif dan menyenangkan, peneliti menggunakan metode Tebak Kata dalam pembelajaran, terutama pada materi keragaman suku bangsa dan budaya kelas IV SD Negeri 3 Pliken.

Menurut Suprijono (2009:131) Langkah-langkah metode pembelajaran Tebak Kata adalah sebagai berikut:

a) Guru menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai atau materi ±45 menit.

b) Guru menyuruh siswa berdiri berpasangan di depan kelas.

c) Seorang siswa diberi kartu yang berukuran 10 x 10 cm yang nanti dibacakan pada pasangannya. Seorang siswa yang lainnya diberi kartu yang berukuran 5 x 2 cm yang isinya tidak boleh dibaca (dilipat) kemudian ditempelkan di dahi atau diselipkan di telinga.

d) Sementara siswa membawa kartu 10 x 10 cm membacakan kata-kata yang tertulis di dalamnya sementara pasangannya menebak apa yang dimaksud dalam kartu 10 x 10 cm. Jawaban tepat bila sesuai dengan isi kartu yang ditempelkan di dahi atau telinga.

(28)

f) Dan seterusnya sampai semua pasangan maju ke depan.

Metode tebak kata tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh Borich (2008:364) bahwa: . . . . we exchange our information and knowledge with that of others, who have acquired different information and knowledge in different ways. This exchange shapes our views and perspectives.

Sebagaimana telah disebutkan di atas, bahwa kita saling bertukar informasi dan pengetahuan dengan orang lain, yang telah memperoleh informasi yang berbeda dan pengetahuan, dengan cara yang berbeda. Pertukaran ini membentuk pandangan dan perspektif.

Menurut Jarolimek (1986:342), . . . . to focus attention on a central idea, to help children organize ideas, to extend vocabulary. Dengan demikian, kreativitas juga memerlukan keterampilan untuk memusatkan perhatian pada ide sentral, untuk membantu anak mengatur ide-ide dan untuk memperluas kosakata. Kosakata tersebut digunakan sebagai kisi-kisi dalam pemecahan masalah dalam metode pembelajarn Tebak Kata.

(29)

kreativitas dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa. Metode Tebak Kata dapat diterapkan pada pelajaran IPS, karena selain anak menjadi tertarik untuk belajar juga memudahkan dalam menanamkan konsep dalam ingatan siswa.

Borich (2008:366) berpendapat bahwa: . . . . the interaction usually is one on one, with verbal messages directed to individuals one at a time and adjusted to their zones of maximum response opportunity.

Sebagaimana telah disebutkan di atas, bahwa interaksi biasanya satu lawan satu, dengan pesan verbal yang ditujukan kepada perorangan satu per satu dalam suatu waktu dan disesuaikan dengan zona mereka memperoleh kesempatan untuk merespon secara maksimum.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa interaksi yang dilakukan perorangan atau satu lawan satu dapat lebih mudah memperoleh informasi secara verbal. Informasi tersebut akan direspon, sehingga dapat memecahkan suatu masalah. Hal tersebut sangat diperlukan dalam pembelajaran yang menggunakan metode Tebak Kata, karena diperlukan kreativitas dalam mencari kosakata. Menurut peneliti, metode Tebak Kata memiliki keunggulan dan kelemahan sebagai berikut.

(30)

siswa dalam mengingat informasi atau mempermudah penanaman konsep.

Kelemahan metode Tebak Kata, antara lain: (1) memakan banyak waktu, (2) apabila siswa sering menjawab salah, maka tidak semua siswa dapat maju, karena waktu yang terbatas, (3) siswa sulit mengarahkan kata kunci, ketika pasangannya belum menjawab benar.

6. Ilmu Pengetahuan Sosial

a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

(31)

53

Menurut Zimbardo (1980:81), “in the social learning view, behavior, personal factors, and environmental factors all operate as interlocking determinants of each other”.

Sebagaimana telah disebutkan di atas, bahwa dalam pandangan pembelajaran sosial, perilaku, faktor personal, dan faktor lingkungan semua beroperasi sebagai penentu satu sama lain. Dalam ilmu sosial terdapat perilaku atau sikap dalam bermasyarakat, sehingga dapat berhubungan dengan individu lain.

Berdasarkan pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa IPS merupakan mata pelajaran yang terintegrasi dengan berbagai ilmu sosial dan di dalamnya terdapat hubungan antara manusia dengan masyarakat atau lingkungan tempat anak didik tumbuh dan berkembang serta berbagai permasalahan yang harus dihadapi anak didik.

Menurut Savage (1996:10), “argues that definition of social studies states an important emphasis on content from academic disciplines. Thought some content in social studies programs is drawn from many fields, programs today continue to place particularly heavy emphases on information drawn from history and such social science discipline as geography, political science, economics, sociology, anthropology, psychologry, archaeology, and law”.

(32)

b. Tujuan IPS

Solihatin (2009:15) berpendapat bahwa pada dasarnya tujuan dari pendidikan IPS adalah untuk mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan dan lingkungannya, serta berbagai bekal bagi siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Sedangkan menurut Sapriya (2009:12), IPS ditingkat sekolah pada dasarnya bertujuan untuk mempersiapkan para peserta didik sebagai warga Negara yang menguasai pengetahuan (knowledge), keterampilan (skills), sikap dan nilai (attitudes and values) yang dapat digunakan sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah pribadi atau masalah sosial serta kemampuan mengambil keputusan dan berpartisipasi dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan agar menjadi warga Negara yang baik.

(33)

55

c. Dimensi Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Sapriya (2011: 47) berpendapat bahwa program pendidikan IPS yang komprehensif adalah program yang mencakup empat dimensi yaitu:

1. Dimensi Pengetahuan (Knowledge)

Secara konseptual, pengetahuan (Knowledge) hendaknya mencakup: (1) fakta, (2) konsep, dan (3) generalisasi yang dipahami oleh siswa. Fakta adalah data yang spesifik tentang peristiwa, objek, orang dan hal-hal yang terjadi (perisriwa).

Konsep merupakan kata-kata atau frase yang mengelompok, berkategori, dan memberi arti terhadap kelompok fakta yang berkaitan. Konsep merujuk pada suatu hal atau unsur kolektif yang diberi label. Konsep akan selalu direvisi disesuaikan dengan tingkat pemahaman siswa.

Generalisasi merupakan suatu ungkapan atau pernyataan dari dua atau lebih konsep yang saling terkait. Generalisasi memiliki tingkat kompleksitas isi, disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa. Informasi baru dapat membantu para siswa mengubah dan memperbaiki generalisasi yang telah dirumuskan terdahulu.

2. Dimensi Ketrampilan (Skills)

(34)

mengolah dan menerapkan informasi merupakan ketrampilan yang sangat penting untuk mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang mampu berpartisipasi secara cerdas dalam masyarakat demokratis. Semua ketrampilan dalam pembelajaran IPS ini sangat diperlukan dan akan memberikan kontribusi dalam proses inkuiri sebagai proses pendekatan utama dalam pembelajaran IPS.

3. Dimensi Nilai dan Sikap (Values and attitudes)

Nilai merupakan sesuatu yang berharga, yang dimaksud disini adalah seperangkat keyakinan atau prinsip perilaku yang telah mempribadi dalam diri seseorang atau kelompok masyarakat tertentu yang terungkap ketika berpikir atau bertindak.

4. Dimensi Tindakan (Action)

Tindakan sosial merupakan dimensi IPS yang penting karena tindakan dapat memungkinkan siswa menjadi peserta didik yang aktif.

(35)

57

(3) dimensi nilai dan sikap, nilai merupakan keyakinan dalam sekelompok masyarakat, sebagai hasil dari pergaulan antar individu, sehingga yang menentukan sikap seseorang, (4) dimensi tindakan, dari berbagai informasi yang diketahui, siswa dapat melakukan tindakan yang dapat menjadikan siswa menjadi aktif. d. Materi Keragaman Suku Bangsa dan Budaya

Materi yang dijadikan objek penelitian adalah materi keragaman suku bangsa dan budaya yang ada di Indonesia, pada kelas IV SD Negeri 3 Pliken. Materi tersebut terdapat pada Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar kelas IV semester gasal.

Standar Kompetensi :

1. Memahami sejarah, kenampakan alam, dan keragaman suku bangsa di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi.

Kompetensi Dasar :

1.4. Menghargai keragaman suku bangsa dan budaya setempat (kab/kota, provinsi).

(36)

sehari-membandingkan bentuk-bentuk keragaman suku bangsa dan budaya antara satu daerah dengan daerah lain, (2) menyebutkan contoh-contoh bentuk keragaman suku bangsa dan budaya yag ada di Indonesia.

Pertemuan pertama siklus II menggunakan indikator, (1) mengidentifikasi adat/kebiasaan di masyarakat, (2) menyebutkan contoh dan perubahan adat/kebiasaan masyarakat. Pertemuan kedua siklus II menggunakan indikator, (1) menyebutkan contoh cara menghargai keragaman yang ada di masyarakat, (2) menyebutkan cara melestarikan budaya daerah.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian dengan judul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca

(37)

59

C. Kerangka Berpikir

Dalam proses pembelajaran terdapat tujuan yang akan dicapai, sehingga perlu dilakukan upaya agar tujuan tersebut dapat tercapai. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan menumbuhkan motivasi siswa, karena motivasi memiliki peranan yang penting dalam kreativitas dan pencapaian prestasi siswa. Dengan motivasi yang tinggi, maka kreativitas siswa akan tumbuh dan berkembang, sehingga prestasi siswa akan meningkat, dan sebaliknya siswa yang kreativitasnya rendah akan malas belajar, sehingga prestasi yang dicapai akan rendah. Kreativitas tersebut dapat ditumbuhkan dengan berbagai cara, salah satunya adalah penggunaan media.

(38)

D. Hipotesis Tindakan

Dengan menggunakan metode pembelajaran Tebak Kata dan media kartu dapat meningkatkan kreativitas dan prestasi belajar IPS pada materi keragaman suku bangsa dan budaya di kelas IV SD Negeri 3 Pliken. Penggunaan metode dan media tersebut dapat membuat pembelajaran menjadi menyenangkan, karena dapat menghidupkan suasana dan siswa menjadi aktif dan kreatif. Pembelajaran yang demikian dapat meningkatkan gairah belajar siswa, sehingga siswa semangat dalam mengikuti pembelajaran. Dengan demikian, kreativitas dan prestasi belajar siswa akan meningkat.

Gambar

Gambar atau lambang visual dapat menggugah emosi dan sikap siswa,
gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik,
Tabel 2.1 Prosedur Model Pembelajaran Kooperatif
Gambar 2.2 Kerangka Berfikir

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemahaman anak prasekolah mengenai identitas gender dan peran gender. Penelitian ini berusaha untuk menggambarkan pemahaman anak

Seringnya masyarakat, pelajar atau mahasiswa mendatangi perpustakaan, berarti ia telah dapat memanfaatkan perpustakaan sebagai pusat sumber informasi, dan ia juga telah menyadari

Namun, anak tunarungu memiliki kemampuan yang ada didalam diri mereka, untuk bisa mengembangkan bakat/keterampilan mereka salah satunya dengan motivasi berprestasi, namun

PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN DAN MASA KERJA PADA HUBUNGAN ANTARA PRESTASI KERJA DAN KOMPENSASI Studi Kasus : Karyawan Bagian Tata Usaha Kantor PG.. Gondang

Dari hasil uji fungsi diketahui bahwa alat uji transduser TS-3 trigger dan TS-3 switch telah berfungsi dengan baik, sesuai dengan yang diharapkan.. Kata kunci : Pembuatan,

 HP adalah alat komunikasi yang dapat digunakan.. untuk berkomunikasi dengan banyak orang. Manfaat HP adalah untuk berkomunikasi kepada lebih dari satu orang dan untuk

Perangkat lunak aplikasi multimedia adalah program-program yang dibuat oleh personal atau pabrik komputer untuk user yang dipakai atau beroperasi dalam bidang-bidang multimedia

Bahwa pada tahun anggaran 2008 tersebut, Sekretariat Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan antara lain menerima 202 berkas Proposal Kegiatan yang diajukan oleh sejumlah