• Tidak ada hasil yang ditemukan

META-ANALISIS PENGARUH COOPERATIVE LEARNING TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "META-ANALISIS PENGARUH COOPERATIVE LEARNING TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1

META-ANALISIS PENGARUH COOPERATIVE LEARNING

TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR

MATEMATIKA SISWA

Andi Yoga Prasetiyo, Edi Yusmin, Agung Hartoyo Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Untan

Email: andiyoga.mtk08@gmail.com

Abstrak: Meta-analisis ini bertujuan untuk merangkum hasil penelitian tentang

pengaruh cooperative learning dalam meningkatkan hasil belajar matematika siswa sehingga dapat diketahui: besar effect size (ES) rata-rata, tipe cooperative learning yang mempunyai effect size (ES) paling besar dan konsisten dan hubungan antar variabel terhadap peningkatan hasil belajar matematika. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan bentuk penelitian survei. Jumlah hasil penelitian yang dirangkum adalah 22 skripsi mahasiswa pendidikan matematika FKIP Untan. Hasil analisis data menghasilkan bahwa ̅̅̅̅ sebesar 0,900 (berkontribusi sebesar 31,59%). Tipe cooperative learning yang menghasilkan pengaruh paling besar dan konsisten adalah Think Pair Share ( ̅̅̅̅ = 0,898, berkontribusi sebesar 31,33%). Dari hubungan antar variabel diperoleh bahwa pengaruh cooperative learning dalam peningkatan hasil belajar matematika siswa yang terbaik adalah penerapannya pada pembelajaran geometri dengan berbantuan LKS dan penggunaan pendekatan struktural di sekolah menengah atas. Kata kunci:Meta-analisis, Cooperative learning, Hasil belajar matematika

Abstract: This meta-analysis aims to summarize the results of studies on the effects of cooperative learning in increasing students' mathematics learning outcomes that can be known: average of the effect size ( ̅̅̅̅), type of cooperative learning with the largest and most consistent effect size (ES) and relationships among the variables in increasing mathematics learning outcomes. The method of this research is descriptive research survey. The number of research results are summarized is 22 thesis of mathematics education students of FKIP Untan. The results of the data analysis yields that ̅̅̅̅ at 0.900 (contributed at 31.59%). Type of cooperative learning that generates the greatest and consistent influence is Think Pair Share ( ̅̅̅̅ = 0.898, contributed at 31.33%). Of the relationship between variables was obtained that the best influence of cooperative learning in increasing students' mathematics learning outcomes is its application to the study of geometry with the use of assisted LKS and structural approaches in high school Keywords : Meta-analysis, Cooperative learning, Mathematics learning outcomes

alah satu model pembelajaran yang dianjurkan oleh para ahli adalah

cooperative learning. Slavin dalam Sanjaya (2006) menyatakan bahwa (1) penggunaan cooperative learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa sekaligus dapat meningkatkan kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap

S

(2)

2 menerima kekurangan diri dan orang lain, serta dapat mmeningkatkan harga diri. (2) pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalam berpikir, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dengan keterampilan. Penelitian mengenai pengaruh cooperative learning pada pembelajaran matematika siswa telah banyak dilakukan dan hasilnya ternyata mengungkapkan bahwa cooperative learning mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Namun dari sekian banyak penelitian itu dilakukan dengan menerapkan tipe cooperative learning yang berbeda-beda.

Berdasarkan hasil pengamatan di UPT Perpustakaan Untan, ada 49 penelitian mengenai hal ini yang diterbitkan pada 2003 – 2011. Dari seluruh penelitian tersebut belum semua dibaca oleh calon peneliti lain. Padahal hasil penelitian merupakan salah satu sumber informasi bagi guru, orang tua, siswa, mahasiswa, peneliti dan berbagai pihak yang berkepentingan. Informasi yang tersedia antara lain: peningkatan kualitas hasil belajar, kualitas pembelajaran, bahan ajar, buku ajar, serta dapat membantu mereka untuk menentukan langkah atau tindakan yang diperlukan sesuai kebutuhan masing-masing.

Saat ini sebagian besar peneliti merasa tidak mampu lagi mengikuti perkembangan yang sangat pesat laporan-laporan penelitian langsung kecuali pada cabang ilmu pengetahuan yang sangat sempit. Karena itu, mereka lebih menggantungkan diri pada berbagai rangkuman yang tersedia (Cooper dalam Sutrisno,dkk ;2007). Ada dua metode yang dikembangkan untuk membuat rangkuman penelitian, yaitu metode meta-analisis dan metode meta-etnografi. Metode meta-analisis merupakan bentuk dari rangkuman kuantitatif yang mengkaji hasil penelitian secara statistik. Sedangkan metode meta-etnografi merupakan bentuk dari rangkuman kualitatif. Metode meta-analisis dianggap lebih objektif (fokus pada data yang tersedia) sehingga hasilnya bisa lebih akurat dan kredibel (Sutrisno,dkk ;2007).

Meta-analisis menyatakan hasil-hasil penemuan kajian dengan effect size

(ES). Menurut Sutrisno, dkk (2007) metode ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan yang menyangkut masalah perbedaan antara kelompok percobaan dengan kelompok pembanding jika didasarkan hasil-hasil penelitian yang terus bertambah dari tahun ke tahun. Menurut Jamie (2004:2) tujuan dasar dari meta-analisis adalah untuk menyediakan suatu kesamaan metodologi pada suatu tinjauan literatur yang diperlukan dari suatu penelitian eksperimen.

Penelitian mengenai pengaruh cooperative learning pada peningkatan hasil belajar matematika siswa telah banyak dilakukan. Ada banyak tipe

cooperative learning yang digunakan dalam penelitian tersebut. Untuk itu perlu dilakukan meta-analisis untuk mendapatkan suatu kesatuan pemahaman atau konklusi umum dari hasil-hasil penelitian yang sejenis. Jadi meta-analisis ini, dilakukan untuk menarik kesimpulan mengenai pengaruh cooperative learning

dalam peningkatan hasil belajar matematika siswa.

METODE

Jenis penelitian pada penelitian ini adalah penelitian survei. Penelitian ini dilakukan dengan populasi kecil yaitu 49 skripsi mahasiswa pendidikan

(3)

3 matematika FKIP Untan tentang cooperative learning dari 2003 – 2011 . Sampel yang diambil adalah 22 skripsi mahasiswa tentang pengaruh cooperative learning

terhadap peningkatan hasil belajar matematika siswa. Data yang dipelajari diambil dari sampel digunakan untuk menemukan hubungan cooperative learning dan peningkatan hasil belajar siswa.

Prosedur dalam penelitian ini disesuaikan dengan langkah-langkah membuat meta-analisis yang disarankan oleh Glass dalam Sutrisno (2007). Adapun prosedur penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Tahap persiapan

a. Menetapkan domain berdasarkan,

 Variabel bebas :cooperative learning

 Variabel terikat: hasil belajar matematika siswa b. Menetapkan kriteria penelitian yang dirangkum

 Bentuk publikasi: skripsi mahasiswa pendidikan matematika FKIP Untan

 Tahun publikasi: 2003-2011

 Definisi operasi variabel terikat: hasil belajar adalah hasil tes yang diperoleh siswa, baik pretest maupun posttest yang dinyatakan dalam bentuk skor

2. Tahap pelaksanaan

a. Mencari dan mengumpulkan penelitian: pada 12 Juli 2012 – 27 Juli 2012 b. Mengekstrak penelitian mencakup

 Variabel peneliti: identitas peneliti skripsi berupa data tentang nama lengkap, Nomor Induk Mahasiswa, dan jenis kelamin peneliti

 Variabel sasaran: jenjang sekolah yang terdiri atas SMP dan SMA  Variabel metodologi: jenis penelitian yang digunakan, analisis

statistik yang digunakan, teknik sampling yang digunakan c. Menghitung effect size per penelitian

d. Menganalisis effect size: menghitung rata-rata (mean), simpangan deviasi, dan koefisien variasinya.

e. Menganalisis hubungan antar variabel

f. Membuat rangkuman dalam sebuah laporan ilmiah 3. Analisis data

a. Menganalisis effect size berdasarkan: variabel sasaran, variabel metodologi

b. Menganalisis effect size variabel moderator lain yang ditemukan seperti, tipe coopertive learning yang dipakai, media yang digunakan, jumlah pertemuan pengajaran dan materi yang diajarkan.

c. Menganalisis hubungan antar variabel

 materi dengan model cooperative learning

 jenjang sekolah dengan model cooperative learning

 alat bantu/media belajar dengan model cooperative learning .

(4)

4

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada penelitian ini jumlah total skrispi cooperative learning yang sesuai dengan tujuan penelitian adalah 22 judul skripsi. Adapun rinciannya adalah sebagai berikut:

Tabel 1

Kategori effect size skripsi

No Kode Skripsi ES Kategori

1 TS 2,53 Tinggi 2 BY 1,95 3 JS 1,83 4 AS 1,5 5 GT 1,33 6 SP 1,18 7 SK 1,16 8 ZU 0,946 Sedang 9 NA 0,93 10 DS 0,86 11 NI 0,79 12 MH 0,7 13 SM 0,697 14 VS 0,68 15 PS 0,62 16 RN 0,48 17 SN 0,44 18 RK 0,41 19 MA 0,27 Rendah 20 MS 0,26 21 KM 0,22 22 JK 0,022 ∑ 19,805 ̅̅̅̅ 0,9 DS 0,625

Dari hasil perhitungan harga effect size diperoleh ̅̅̅̅ sebesar 0,900 (DS = 0,625). Ini berarti bahwa penerapan cooperative leaning dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa sebesar 31,59%. Harga effect size yang dihasilkan terkategorikan sedang.

Tipe cooperative learning

Tipe cooperative learning yang telah digunakan dalam penelitian mahasiswa pendidikan matematika dalam meningkatkan hasil belajar adalah sebagai berikut.

(5)

5 Tabel 2

Effect size berdasarkan tipe cooperative learning

No. Tipe cooperative learning n skripsi ̅̅̅̅ DS KV

1 STAD 4 1,000 1,134 113,41 %

2 Think Pair Share 4 0,898 0,202 22,54 %

3 Think Pair Square 2 0,46 0,339 73,78 %

4 Jigsaw 2 1,12 1,004 89, 65 %

5 Teams games Tournament 1 0,62 - -

6 Make a match 1 0,44 - -

7 NHT 1 0,26 - -

8 Pembelajaran kooperatif dengan temuan

terbimbing 1 1,5 - -

9 giving question and getting answer 1 1,95 - -

10 pembelajaran kooperatif berbasis

kontekstual 1 1,33 - -

11 Teknik berkirim salam 1 0,48 - -

12 Pembelajaran kooperatif dengan

pendekatan tutor sebaya 1 0,93 - -

13 Teknik Index card match 1 0,86 - -

14 Kooperatif biasa 1 0,68 - -

Keterangan:

̅̅̅̅ = Effect size rata-rata

DS = deviasi standar KV = koefisien variasi

Tipe cooperative learning yang paling besar dan paling konsisten pengaruhnya adalah cooperative learning tipe Think Pair Share. Cooperative learning tipe Think Pair Share ini mampu meningkatkan hasil belajar matematika siswa sebesar 31,33%.

Ada beberapa hal yang dapat dijadikan alasan mengapa model cooperative learning tipe Think pair share mampu menghasilkan kontribusi yang besar pada peningkatan hasil belajar siswa, yaitu:

a. Model cooperative learning tipe Think pair share dilandasi oleh teori belajar konstruktivisme dan di dalamya terdapat tiga tahap yaitu thinking, pairing, dan sharing. Tipe ini memiliki prosedur yang secara eksplisit memberikan siswa lebih banyak waktu untuk berpikir, menjawab dan saling membantu satu sama lain. Keaktifan siswa dapat memberikan pengalaman belajar siswa untuk secara langsung menanamkan konsep yang ingin disampaikan oleh guru. Semakin banyak peserta didik yang dapat mencapai tingkat pemahaman konsep dan penguasaan materi, maka akan semakin tinggi keberhasilan dari proses belajar mengajar tersebut (Azizah, 2008: 7).

(6)

6 b. Dari 4 penelitian yang menerapkan tipe ini diperoleh: (1) tiga penelitian menggunakan LKS dan sisanya menggunakan alat peraga. LKS dapat menjadi alat bantu belajar yang baik karena terdapat tahap-tahap yang dapat menuntun siswa dalam menyelesaikan tugas belajar mereka. (2) dua diantaranya mengajarkan materi geometri (lingkaran dan pythagoras), sisanya mengajarkan materi aritmatika (perbandingan), dan materi fungsi (grafik fungsi kuadrat). Materi lingkaran, pythagoras, dan grafik fungsi kuadrat adalah materi yang mudah untuk divisualisasikan ke arah yang lebih konkrit seperti dengan gambar atau alat peraga sehingga hal ini memudahkan siswa untuk memahaminya. (3) Terdapat 1 penelitian yang memunculkan daya matematis yaitu penerapan tipe think pair share disertai picture and picture. Daya matematis yang timbul dari penelitian ini adalah adanya penalaran, koneksi, dan representasi.

Tipe cooperative learning yang ada kemudian dikelompokkan menjadi empat pendekatan cooperative learning menurut Trianto (2007: 49) yaitu STAD,

JIGSAW, Investigasi Kelompok, dan pendekatan struktural. Tabel 3

Effect size berdasarkan jenis pendekatan cooperative learning

No. Pendekatan n skripsi ̅̅̅̅ DS KV

1 STAD 4 1,005 1,134 113,41 %

2 Jigsaw 2 1,12 1,004 89,65 %

3 Investigasi Kelompok 2 1,06 0,622 58,70 % 4 Pendekatan Struktural 14 0,817 0,452 55,40 %

Berdasarkan pengelompokkan tipe cooperative learning diperoleh bahwa pendekatan struktural lebih menunjukan pengaruh yang cukup besar ( ̅̅̅̅= 0,817) dan konsisten (DS = 0,425, KV= 55,40 %; n = 14) dibandingkan dengan pedekatan lainnya. Berdasarkan hasil analisis data ada beberapa hal yang membuat pendekatan struktural mampu meningkatkan hasil belajar matematika antara lain yaitu:

a. Pendekatan struktural menghendaki siswa saling membantu dalam kelompok kecil dan lebih mempunyai ciri penghargaan kelompok daripada penghargaan individual. Pendekatan struktural merupakan pendekatan yang melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut sehingga meningkatkan perolehan akademik dan keterampilan sosial (Azizah, 2008 : 6).

b. Terdapat 6 penelitian yang dapat menimbulkan daya matematis yaitu, koneksi (tipe make a matcth, index card macth dan think pair share disertai picture

(7)

7

and picture), dan representasi (kooperatif berbantuan powerpoint, wingeom

dan NHT berbantuan VCD).

Adapun yang termasuk tipe cooperative learning dengan pendekatan struktural dalam penelitian ini adalah: think pair share, think pair square, teknik make a macth, giving question and getting answer, numbered head together, teknik berkirim salam dan soal, index card macth, kooeratif biasa dan kooperatif disertai pendekatan kontekstual.

Hubungan Antar Variable.

(1) Jenjang sekolah dengan model cooperative learning yang digunakan

Tabel 4

Effect size berdasarkan jenjang sekolah

No. Jenjang sekolah n skripsi ̅̅̅̅ DS KV

1 SMP 13 0,889 0,636 71,60%

2 SMA 9 0,916 0,646 70,51%

Berdasarkan harga effect size yang dihasilkan penerapan cooperative learning di SMP mampu meningkatkan hasil belajar matematika siswa sebesar 31,06 % dan untuk di SMA sebesar 31,86 %. Di SMA lebih efektif merupakan hal yang logis sebab, sesuai dengan tingkat kematangannya (utamanya dalam pengalaman dan usia), seseorang akan menjadi lebih mandiri dalam banyak hal, termasuk di dalam belajar secara berkelompok sehingga ia mampu bertindak sesuai perannya di kelompok tersebut. Cooperative learning merupakan model pembelajaran yang akan baik diterapkan pada siswa yang paham dengan tipe kerjasama yang dibutuhkan. Pemahaman ini muncul pada siswa yang telah memiliki pemikiran yang matang. Di tingkat sekolah menengah pertama, dalam pembelajaran kelompok siswa cenderung membebankan tugas pada salah satu siswa yang dianggap lebih pintar dari anggota kelompok yang lain.

Tabel 5

Effect size berdasarkan pendekatan cooperative learning dan jenjang sekolah

No. Pendekatan SMP SMA

̅̅̅̅ DS KV ̅̅̅̅ DS KV 1 STAD 1,244 1,255 100,9 % 0,27 - - 2 Jigsaw - - - 1,12 1,004 89,65% 3 Investigasi Kelompok 1,06 0,622 58,70% - - - 4 Pendekatan Struktural 0,713 0,302 42,43% 0,956 0,603 63,13%

(8)

8 Berdasarkan Tabel 5, cooperative learning yang paling besar dan konsisten pengaruhnya di SMA dan SMP adalah cooperative learning dengan pendekatan structural. sehingga dapat disimpulkan bahwa cooperative learning

dengan pendekatan struktural menghasilkan pengaruh yang lebih besar pada peningkatan hasil belajar matematika di SMA walaupun lebih konsisten pengaruhnya di SMP.

(2) Alat bantu/media belajar dengan model cooperative learning yang

digunakan

Tabel 6

Effect size berdasarkan alat bantu/media belajar

No. Media n skripsi ̅̅̅̅ DS KV

1 LKS 11 0,982 0,747 76,11 %

2 Alat peraga 3 0,817 0,386 47,36 %

3 Berbantuan computer 2 0,795 0,756 95,17 %

4 Tanpa alat bantu/media 6 0,827 0.565 68,36 %

Berdasarkan Tabel 6 diperoleh bahwa secara rata-rata LKS merupakan alat bantu/media belajar yang menghasilkan pengaruh pada peningkatan hasil belajar matematika siswa paling besar. Ini berarti bahwa LKS mampu memberikan kontribusi pada peningkatan hasil belajar matematika sebesar 33,65%.

Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah lembaran-lembaran yang berisi tugas yang harus dikerjakan oleh siswa. Lembaran ini berisi petunjuk, tuntunan pertanyaan dan pengertian agar siswa dapat mempeluas serta memperdalam pemahamannya terhadap materi yang dipelajari. LKS yang digunakan dalam penelitian yang dirangkum sudah dilengkapi dengan materi secara singkat, tujuan pembelajaran, tuntunan pertanyaan dan pengertian yang dapat memperdalam pemahaman siswa, petunjuk mengerjakan pertanyan-pertanyaan serta sejumlah pertanyaan yang harus dijawab siswa. Ada juga LKS yang dilengkapi gambar-gambar yang memperjelas materi, terutama pada materi geometri. Hal inilah yang membuat LKS dapat dijadikan alat bantu yang baik dalam pembelajaran yang menggunakan cooperative learning.

Tabel 7

Effect size berdasarkan pendekatan cooperative learning danalat bantu No

.

Pendekata n

LKS Alat Peraga Komputer Tanpa alat bantu

̅̅̅̅ DS KV ̅̅̅̅ DS KV ̅̅̅̅ DS KV ̅̅̅̅ DS KV 1 STAD 0,94 1,38 146,91 % 1,18 - - - - - - - - 2 Jigsaw 1,83 - - 0,41 - - - - - - - - 3 Investigasi Kelompok 1,5 - -- - - - - - - 0,62 - - 4 Pendekatan Struktural 0,77 0,32 41,6 % 0,43 0,05 11,51 % 0,79 0,75 95,1 7 % 0,77 0,83 100,1 %

(9)

9 Dari pengelompokkan alat bantu/media berdasarkan pendekatan

cooperative learning yang digunakan hanya dapat disimpulkan bahwa cooperative learning menggunakan pendekatan struktural berbantuan LKS lebih baik digunakan dalam pembelajaran matematika. Hal ini dikarenakan cooperative learning dengan pendekatan struktural berbantuan LKS menghasilkan harga effect size yang lebih tinggi dan konsisten.

(3) Materi dengan model cooperative learning yang digunakan

Tabel 8

Effect size berdasarkan materi yang diajarkan

No. Pokok bahasan n skripsi ̅̅̅̅ DS KV

1 Aritmatika & Aljabar 12 0,916 0,782 85,34 %

2 Fungsi 2 0,553 0,202 36,66 %

3 Geometri 8 0,962 0,407 42,31 %

Berdasarkan Tabel 8 dapat diketahui bahwa penerapan cooperative learning yang menghasilkan harga effect size paling besar dan konsisten adalah yang diterapkan pada saat mengajarkan materi pada pokok bahasan geometri.Ini berarti bahwa penerapan cooperative learning mampu meningkatkan hasil belajar matematika siswa pada pokok bahasan geometri sebesar 33,15 %.

Materi geometri memiliki sifat visual yang membuatnya lebih mudah dibawa ke arah yang lebih konkrit dibandingkan dengan materi lain seperti aljabar dan fungsi. Oleh karena siswa akan lebih mudah memahami hal-hal yang konkrit dibandingkan yang abstrak, maka siswa akan lebih mudah memahami geometri apalagi jika dalam pembelajaran disertai alat peraga atau media visual yang baik. Dari 8 penelitian yang mengajarkan materi geometri, 4 diantaranya menggunakan bantuan yaitu alat peraga, media VCD, dan komputer. Selain itu dalam pembelajaran juga ada 2 penelitian yang berbasis kontekstual dan satu penelitian menggunakan LKS yang disertai gambar-gambar untuk memperjelas materi.

Tabel 9

Effect size berdasarkan pendekatan cooperative learning dan materi

No .

Pendekata n

Geometri Aritmatika & aljabar Fungsi

̅̅̅̅ DS KV ̅̅̅̅ DS KV ̅̅̅̅ DS KV 1 STAD 1,18 - - 0,941 1,382 146,91 % - - - 2 Jigsaw - - - 1,83 - - 0,41 - - 3 Investigasi Kelompok 1,06 0,62 58,70 % - - - - - - 4 Pendekatan Struktural 0,88 0,67 46,64 0,793 0,528 66,59 % 0,697 - -

(10)

10 Berdasarkan Tabel 9, diperoleh bahwa (1) cooperative learning dengan pendekatan struktural menghasilkan pengaruh yang paling baik pada pokok bahasan geometri. (2) Cooperative learning dengan pendekatan struktural menunjukan pengaruh yang lebih baik pada peningkatan hasil belajar dibanding STAD pada pokok bahasan aritmatka dan aljabar. (3) pendekatan struktural menghasilkan pengaruh yang lebih baik pada peningkatan hasil belajar dalam pokok bahasan fungsi.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Berdasarkan hasil meta-analisis yang telah dilakukan maka dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut (1) effect size rata-rata pengaruh penerapan

cooperative learning pada peningkatan hasil belajar matematika siswa adalah sebesar 0,900 (Sd = 0,611). Itu berarti bahwa penerapan cooperative learning

memberikan kontribusi sebesar 31,59 % dalam meningkatkan hasil belajar matematika siswa. (2) Tipe cooperative learning yang paling baik pengaruhnya adalah cooperative learning tipe Think Pair Share dengan ̅̅̅̅ = 0,898 (Sd = 0,202). Hasil pada kurva normal diketahui bahwa penerapan coopeartive learning

tipe Think Pair Share mampu memberikan kontribusi sebesar 31,33 % pada peningkatan hasil belajar siswa. (3) Berdasarkan hubungan antar variabel yang diperoleh, pengaruh cooperative learning dalam peningkatan hasil belajar matematika siswa yang paling baik adalah apabila diterapkan di tingkat sekolah menengah atas pada pokok bahasan geometri dengan bantuan LKS dan menggunakan pendekatan struktural.

Saran

Berikut sejumlah saran disampaikan kepada para pembaca. (1) Bagi para peneliti yang ingin melakukan penelitian tentang meta-analisis, diharapkan melakukan penelusuran sumber dalam jumlah yang besar sehingga hasil penelitian yang diperoleh lebih signifikan dan lengkap (2) Bagi para peneliti yang akan melakukan penelitian tentang efektivitas pembelajaran kooperatif perlu menganalisis kembali lebih dalam kesesuaian suatu tipe cooperative learning

terhadap materi dan media/alat bantu yang digunakan. (3) Efektivitas cooperative learning sangat diperlukan dalam meningkatkan hasil belajar siswa sehingga para guru atau calon guru dapat meggunakan hasil penelitian ini dalam pembelajaran matematika.

DAFTAR RUJUKAN

Azizah, Nur. 2008. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share Untuk Aktivitas Siswa Dan Hasil Belajar Matematika Anak Tunarungu. JURNAL PENDIDIKAN LUAR BIASA, APRIL 2008, VOLUME

(11)

11 4,NOMOR 1. (online). (http://plb.jurnal.unesa.ac.id/bank/jurnal/Model _Pembelajaran_Kooperatif_Tipe_Think_Pair_Share_Untuk_Aktivitas_Si swa_Dan_Hasil_Belajar_Matematika_Anak_Tunarungu.pdf, diakses pada 17 februari 2013)

DeCoster, Jamie. 2004. Meta-Analysis Note. Department of Psychology University of Alabama, USA September 19, 2004. (online). (http://www.stat-help.com/meta.pdf, diakses pada 28 Maret 2012)

Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Prenada Media Grup

Sutrisno, Leo.,Kresnadi, Hery,. Kartono. 2007. Pengembangan Pembelajaran IPA SD. Pontianak: LPJJ PGSD

Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorentasi Konstruktivistik.

Referensi

Dokumen terkait

Yang dapat diartikan bahwa segala sesuatu yang dilakukan dalam akuntansi forensik bersifat dukungan untuk kegiatan litigasi.Bologna dan Lindquist tidak menyentuh istilah valuation

(d) menyenangkan, imajinasi dan kreativitas kita tidak terbatas. Hal itu menjadikan pembuatan dan peninjauan ulang catatan lebih menyenangkan.. Keterampilan menulis menjadi salah

[r]

Segala puji dan syukur saya haturkan kehadirat allah SWT tuhan yang maha esa yang telah memberikan saya rahmat kesehatan, hidayah dan karunia- Nya sehinggga

Pendapat yang lebih luas dikemukakan oleh Desler, yaitu penilaian prestasi kerja didefinisikan sebagai prosedur apa saja yang mencakup ; penetapan standar prestasi kerja ,

Sehubungan dengan telah berakhirnya masa sanggah terhadap Pengumuman Pemenang Seleksi Sederhana Nomor : 602.1/08/POKJA-PK.III/LEBANG/VIII/2016, tanggal 16 Agustus 2016 untuk paket

Sarifah (2015:26) menyimpulkan bahwa tujuan prakerin adalah untuk meningkatkan kualitas, keterampilan, kompetensi, dan profesionalisme yang dilaksanakan pihak sekolah dan

Hukum pidana merupakan suatu bagian kaidah-kaidah atau norma-norma dari keseluruhan hukum yang berlaku pada suatu masyarakat dalam suatu sistem negara yang mengadakan dasar-dasar