• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM) DI KOTA TANGERANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM) DI KOTA TANGERANG"

Copied!
235
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada Konsentrasi Kebijakan Publik

Program Studi Ilmu Administrasi Negara

Oleh:

Pradytia Herlyansah NIM. 6661120495

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

(2)

ii

Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Pembimbing I Gandung Ismanto, MM. Pembimbing II Arenawati, M.Si.

Fokus penelitian ini adalah Implementasi Kebijakan Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Kota Tangerang. Masalah yang diidentifikasi oleh peneliti dalam penelitian ini adalah Belum adanya Lembaga Keuangan Mikro yang disediakan oleh Pemerintah Kota Tangerang dalam mengatasi permodalan, Pemberdayaan yang dilakukan oleh Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang belum berjalan dengan optimal, Sosialisasi yang dilakukan oleh Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang belum efektif karena masih banyak pelaku UMKM yang belum memiliki sertifikat halal, Fasilitas yang disediakan oleh Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang belum memadai. Penelitian ini menggunakan teori Van Meter dan Van Horn dalam Implementasi yaitu : Ukuran dan tujuan kebijakan, Sumber-sumber kebijakan, Karakterikstik Agen Pelaksana, Sikap/Kecenderungan Agen Pelaksana, Komunikasi Antar Organisasi, Lingkungan sosial ekonomi dan politik. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Implementasi Kebijakan Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Kota Tangerang sudah baik, namun masih perlu pembenahan dalam berbagai aspek. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, seperti: tidak adanya Lembaga Keuangan Mikro di Kota Tangerang, tidak adanya sentra oleh-oleh Kota Tangerang sebagai wadah promosi, kurangnya sumber daya manusia yang ada di Dinas Perindustrian Perdagangan dam Koperasi, belum adanya database UMKM di Kota Tangerang.

(3)

i

Sultan Ageng Tirtayasa University. First Advisor Gandung Ismanto, MM. Second Advisor Arenawati, M.Si.

The focus of this research is Implementation of Policy Empowerment of Micro, Small and Medium Enterprises (UMKM) in the city of Tangerang. Problems identified by the researchers in this study is the absence of Microfinance Institution provided by the Tangerang City Government in dealing with capital, coaching is conducted by the Department of Industry, Commerce and Cooperatives Tangerang City has not run optimally, socialization conducted by the Department of Industry, Commerce and Cooperatives City Tangerang was not effective because there are still many UMKM which do not have the halal certificate, amenities provided by the Department of Industry, Commerce and Cooperatives Kota Tangerang inadequate. This study uses the theory of Van Meter and Van Horn in implementation are: The size and purpose of the policy, resources policy, karakterikstik Implementing Agencies, attitude / tendency Implementing Agencies, Inter-Organizational Communication, socio-economic and political environment. This study used qualitative research methods. These results indicate that the Empowerment Policy Implementation of Micro, Small and Medium Enterprises (UMKM) in the city of Tangerang has been good, but still need improvement in many aspects. It is caused by several factors, such as: the absence of Microfinance Institutions in the city of Tangerang, the absence of centers souvenirs Tangerang City as a venue for the promotion, lack of human resources in the Department of Industry, Commerce dam Cooperative, the absence of a database of UMKM in Tangerang.

(4)
(5)
(6)
(7)

LA TAHZAN

(JANGAN BERSEDIH, ALLAH SELALU BERSAMA KITA)

(8)

vi

Alhamdulillah, segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberi rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Implementasi Kebijakan Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Kota

Tangerang”. Skripsi ini di susun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ilmu Sosial pada konsentrasi Kebijakan Publik, Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

Dalam penyusunan Skripsi ini penulis melibatkan banyak pihak yang senantiasa memberikan bantuan, baik berupa bimbingan, dukungan moral dan materil, maupun keterangan-keterangan yang sangat berguna hingga tersusunnya Skripsi ini. Oleh karena itu, dengan rasa hormat penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd., Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

2. Dr. Agus Sjafari, M.Si., Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

3. Rahmawati, S.Sos, M.Si., Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

(9)

vii

5. Kandung Sapto Nugroho, M.Si., Wakil Dekan III Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

6. Listyaningsih, S.Sos, M.Si., Ketua Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

7. Yeni Widyasuti, M.Si., Dosen Pembimbing Akademik yang telah membimbing selama perkuliahan.

8. Gandung Ismanto, MM., Dosen Pembimbing Skripsi I terus menyemangati dan membimbing peneliti dalam menyusun proposal skripsi ini.

9. Arenawati, M.Si., Dosen Pembimbing Skripsi II yang juga telah menyemangati dan membimbing peneliti dalam menyusun proposal skripsi ini.

10.Seluruh Dosen dan Staf Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. 11.Teman-teman seperjuangan seluruh Mahasiswa Ilmu Administrasi Negara

Reguler dan Non-Reguler Angkatan 2012, Khususnya teman-teman Administasi Negara Kelas C yang selama 3 tahun lebih telah banyak mengisi cerita dan kehidupan peneliti selama di bangku perkuliahan. 12.Serta pihak lain yang membantu mendukung penelitian ini yang tidak

(10)

viii

Peneliti berharap skripsi yang telah peneliti tulis ini dapat bermanfaat bagi seluru stakeholder, dosen, mahasiswa, maupun pihak lain yang membacanya. Akhir kata, peneliti ucapkan terimakasih.

Serang, 18 Oktober 2016

(11)

ix

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN ... iii

PERNYATAAN ORISINALITAS ... iv

LEMBAR PENGESAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 16

1.3. Batasan Masalah ... 17

1.4. Rumusan Masalah ... 17

1.5. Tujuan Penelitian ... 18

1.6. Manfaat Penelitian ... 19

1.7. Sistematika Penulisan ... 20

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ASUMSI DASAR PENELITIAN 2.1. Landasan Teori ... 23

(12)

x

2.1.2. Pengertian Kebijakan Publik ... 25

2.1.3. Tahap-tahap Kebijakan Publik ... 28

2.1.4. Implementasi Kebijakan Publik ... 29

2.1.5. Model-model Implementasi Kebijakan ... 33

2.1.5.1. Model Daniel Mazmanian dan Paul Sabatier ... 33

2.1.5.2. Model Implementasi Kebijakan George C. Edward III ... 34

2.1.5.3. Model Implementasi Kebijakan Merilee S. Grindle ... 35

2.1.5.4. Model Donald Van Metter dan Carl Van Horn ... 36

2.1.6. Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) ... 38

2.1.6.1. Konsep dan Definisi UMKM ... 38

2.1.6.2. Landasan Hukum UMKM ... 39

2.1.6.3. Kriteria UMKM ... 39

2.1.6.4. Kriteria Produk Unggulan UMKM ... 40

2.1.7. Renstra Disperindagkop 2014-2018 ... 41

2.2. Penelitian Terdahulu ... 48

2.3. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 49

2.4. Asumsi Dasar ... 52

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian ... 53

3.2. Ruang Lingkup Penelitian ... 54

3.3. Lokasi Penelitian ... 55

3.4. Fenomena yang Diamati ... 55

3.4.1. Definisi Konsep ... 55

(13)

xi

3.5. Instrumen Penelitian... 60

3.6. Informan Penelitian ... 61

3.7. Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data ... 62

3.7.1. Teknik Pengumpulan Data ... 62

3.7.2. Analisis Data ... 70

3.8. Lokasi dan Jadwal Penelitian ... 74

BAB IV PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Kota Tangerang ... 75

4.2. Gambaran Umum Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang ... ... 80

4.2.1. Visi-Misi Dinas Indagkop Tangerang ... 81

4.2.2. Tugas Fungsi dan Struktur Dinas Indagkop Tangerang ... 82

4.3. Deskripsi data ... 88

4.3.1. Deskripsi Informan Penelitian ... 88

4.3.1. Data Informan Penelitian ... 93

4.4. Deskripsi dan Data Temuan Lapangan ... 95

4.5. Implementasi Kebijakan Pembinaan UMKM di Kota Tangerang ... 96

4.5.1. Ukuran dan Tujuan Kebijakan ... 96

4.5.2. Sumber-sumber Kebijakan ... 109

4.5.2.1. Sumber Daya Manusia ... 109

4.5.2.2. Sumber Daya Anggaran ... 111

4.5.2.3. Sumber Daya Sarana dan Prasarana ... 112

(14)

xii

4.5.4. Sikap/Kecenderungan Agen Pelaksana ... 118

4.5.4.1. Inisiatif ... 118

4.5.4.2. Partisipatif ... 121

4.5.5. Komunikasi Antar Organisasi ... 125

4.5.6. Lingkungan Ekonomi, Sosial, dan Politik ... 129

4.6. Pembahasan ... 134

4.6.1. Ukuran dan Tujuan Kebijakan ... 135

4.6.2. Sumber-sumber Kebijakan ... 139

4.6.3. Karakteristik Agen Pelaksana ... 145

4.6.4. Sikap dan Kecenderungan Agen Pelaksana ... 145

4.6.5.1. Inisiatif ... 145

4.6.5.2. Partisipatif ... 146

4.6.5. Komunikasi Antar Organisasi ... 147

4.6.6. Lingkungan Ekonomi, Sosial, dan Politik ... 148

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 149

5.2 Saran ... 155 DAFTAR PUSTAKA ...

LAMPIRAN ...

(15)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Kriteria UMKM Berdasarkan Undang-Undang No.20 Tahun 2008

tentang UMKM ... 3

Tabel 1.2 Data Perkembangan UMKM 2013 ... 4

Tabel 1.3 Jumlah UMKM tahun 2008 ... 8

Tabel 1.4 Data Jumlah UMKM Berdasarkan Kriteria Usaha Perkecamatan tahun 2015 ...12

Tabel 1.5 Program Kegiatan dan Indikasi Pendanaan ...14

Tabel 2.1 Kriteria UMKM Berdasarkan Undang-Undang No.20 Tahun 2008 Tentang UMKM ...40

Tabel 2.2 Indikator Sasaran dan Program Pembangunan Daerah Kota Tangerang di Disperindagkop bagi UMKM dan Koperasi 2014-2018...47

Tabel 3.1 Pedoman Wawancara Penelitian ... 59

Tabel 3.2 Informan Penelitian ... 62

Tabel 3.3 Jadwal Penelitian... 74

Tabel 4.1 Data PDRB Kota Tangerang ... 77

Tabel 4.2 Data Jumlah UMKM di Kota Tangerang ... 79

Tabel 4.3 Daftar Informan Penelitian... 94

Tabel 4.4 Jumlah UMKM yang telah difasilitasi sertifikat halal ... 139

Tabel 4.5 Data Jumlah UMKM di Kota Tangerang ... 141

Tabel 4.6 Program kegiatan dan Indikasi Pendanaan ... 142

(16)

xiv

Gambar 2.1 Sekuensi Implementasi Kebijakan ... 31

Gambar 2.2 Model Implementasi Kebijakan Daniel Mazmanian dan Paul Sabatier ... 34

Gambar 2.3 Model Implementasi Kebijakan George C. Edward II ... 35

Gambar 2.4 Model Implementasi Kebijakan Merilee S. Grindle ... 36

Gambar 2.5 Model Implementasi Kebijakan Van Metter dan Van Horn ... 37

Gambar 2.6 Kerangka Berfikir Penelitian ... 51

Gambar 3.1 Siklus Teknis Analisis data Menurut Miles dan Huberman ... 73

Gambar 4.1 Peta Kota Tangerang ... 76

Gambar 4.2 Struktur Organisasi Dinas Indagkop Tangerang ... 87

Gambar 4.3 Sentra oleh-oleh Tangerang ... 144

Daftar Lampiran

(17)

xv Lampiran 2 Surat Persetujuan Penelitian Lampiran 3 Pedoman Umum Wawancara Lampiran 4 Matirks Hasil Wawancara Lampiran 5 Member Check

Lampiran 6 Dokumentasi Penelitian Lampiran 7 Catatan Lapangan Lampiran 8 Catatan Bimbingan

(18)

1 1.1 Latar Belakang Masalah

Kemiskinan dan pengangguran merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan dari masalah yang ada di Indonesia. Sumber daya manusia yang masih minim sehingga sulit mendapatkan sumber penghasilan serta kebutuhan ekonomi yang mendesak menjadikan perekonomian masyarakat menjadi sangat lemah. Ini merupakan hal yang selalu menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah dari massa ke massa.

Setiap tahun anggaran selalu digelontorkan oleh pemerintah untuk membangun perekonomian masyarakat. Dalam merealisasikan tujuan pembangunan, maka segenap potensi alam harus digali, dikembangkan, dan dimanfaatkan sebaik-baiknya. Begitu pula dengan potensi manusianya yang harus ditingkatkan dari segi pengetahuan serta keterampilannya sehingga mampu menggali, mengembangkan dan memanfaatkan potensi alam secara maksimal dan pelaksanaan program pembangunan dapat terealisasi.

(19)

ketertiban dunia. Untuk mewujudkan tujuan tersebut dilaksanakan pembangunan nasional yaitu pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat seutuhnya.

Di Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 krisis ekonomi yang menimpa hingga kini masih dirasakan dampaknya, baik dampak yang bersifat negatif maupun positif. Dampak negatif krisis ekonomi itu antara lain berupa tingkat pertumbuhan perekonomian rendah, banyaknya perusahaan mengalami kebangkrutan, pengangguran membengkak serta jumlah penduduk miskin makin bertambah. Sedangkan dampak positifnya berupa mengingatkan dan menyadarkan pemerintah perlunya perubahan paradigma pembangunan yang selama ini menggunakan pendekatan-pendekatan berlandaskan ekonomi konglomerat untuk dikembalikan berdasarkan ekonomi kerakyatan dengan memberikan peran yang tinggi terhadap Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).

Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan ekonomi nasional. Pada saat krisis ekonomi yang terjadi tahun 1997, dimana banyak usaha berskala besar yang mengalami stagnasi bahkan berhenti aktifitasnya, sektor UMKM terbukti lebih tangguh dalam menghadapi krisis tersebut. Peranan UMKM, terutama sejak krisis ekonomi dapat dipandang sebagai katup pengaman dalam proses pemulihan ekonomi nasional, baik dalam mendorong laju pertumbuhan ekonomi nasional maupun penyerapan tenaga kerja.

(20)

badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau canbang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. Berikut peneliti lampirkan Kriterianya :

Tabel 1.1

Kriteria UMKM Berdasarkan Undang-Undang No.20 Tahun 2008

tentang UMKM

No. Uraian Kriteria

Asset Omzet

1 Usaha Mikro Maks 50 juta Maks 300 juta

2 Usaha Kecil >50 Juta – 500 juta >300 Juta – 2,5 Milyar

3 Usaha Menengah >500juta – 10 Milyar >2,5 Milyar – 50 Milyar

(21)

Kegiatan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu bidang usaha yang dapat berkembang dan konsisten dalam perekonomian nasional. UMKM menjadi wadah yang baik bagi penciptaan lapangan pekerjaan yang produktif. UMKM merupakan usaha yang bersifat padat karya, tidak membutuhkan persyaratan tertentu seperti tingkat pendidikan, keahlian (keterampilan) pekerja, dan penggunaan modal usaha relatif sedikit serta teknologi yang digunakan cenderung sederhana. UMKM masih memegang peranan penting dalam perbaikan perekonomian Indonesia, baik ditinjau dari segi jumlah usaha, segi penciptaan lapangan kerja, maupun dari segi pertumbuhan ekonomi nasional yang diukur dengan Produk Domestik Bruto.

Tabel 1.2

Data Perkembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) 2013

Sumber : Kementerian Koperasi dan UKM, 2013

NO INDIKATOR SATUAN JUMLAH PANGSA

(%) 1 Unit Usaha (A+B)

A. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)

A. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) 3 PDB atas Dasar Harga Berlaku

(A+B)

(22)

Data Dinas Koperasi dan UMKM tahun 2013 menunjukkan total nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia mencapai Rp. 9.014,9 triliun seperti terlihat pada tabel 1.1. UMKM memberikan kontribusi sebesar Rp. 5.440 triliun atau 60,34% dari total PDB Indonesia. Jumlah populasi UMKM Indonesia pada tahun 2013 mencapai 57,90 juta unit usaha atau 99,99% terhadap total unit usaha di Indonesia, sementara jumlah tenaga kerjanya mencapai 114,14 juta orang atau 96,9% terhadap seluruh tenaga kerja Indonesia. Data tersebut menunjukkan bahwa peranan UMKM dalam perekonomian Indonesia sangat penting dalam menyediakan lapangan pekerjaan dan menghasilkan output yang berguna bagi masyarakat.

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) mempunyai peranan strategis dalam pembangunan ekonomi nasional. UMKM berperan dalam pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja. Selain itu, UMKM juga berperan dalam pendistribusian hasil-hasil pembangunan. Keberadaan sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah bukan hanya dianggap sebagai tempat penampungan sementara bagi para pekerja yang belum masuk ke sektor formal, tetapi juga sebagai motor pertumbuhan aktivitas ekonomi. Hal ini dikarenakan jumlah penyerapan tenaga kerjanya yang demikian besar. Mengingat pengalaman yang telah dihadapi oleh Indonesia selama krisis ekonomi, kiranya tidak berlebihan apabila pengembangan sektor swasta difokuskan pada UMKM.

(23)

dan Masyarakat secara menyeluruh, sinergis dan berkesinambungan. Untuk mewujudkan hal tersebut maka Pemerintah mengesahkan UU No 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah. Undang-undang ini disusun dengan maksud untuk memberdayakan Usaha Mikro Kecil dan Menengah.

Walaupun Usaha Mikro Kecil dan Menengah telah menunjukan peranannya dalam perekonomian nasional namun masih menghadapi berbagai hambatan dan kendala. Pada dasarnya hambatan dan kendala yang dihadapi para pelaku UMKM dalam meningkatkan kemampuan usaha sangat kompleks dan meliputi berbagai aspek yang mana satu dengan yang lainnya saling berkaitan antara lain : -kurangnya permodalan baik jumlah maupun sumbernya, - kurangnya kemampuan manajerial dan keterampilan beroperasi serta tidak adanya bentuk formil dari perusahaan, - lemahnya organisasi dan terbatasnya pemasaran. Disamping itu terdapat juga persaingan yang kurang sehat dan desakan ekonomi sehingga mengakibatkan ruang lingkup usaha menjadi terbatas. Beragamnya hambatan dan kendala yang dihadapi UMKM, tampaknya masalah permodalan masih merupakan salah satu faktor kritis bagi para UMKM, baik untuk pemenuhan kebutuhan modal kerja maupun modal investasi dalam pengembangan usaha.

(24)

Kota Tangerang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1993 tentang Pembentukan Kota Tangerang. Kota Tangerang memiliki letak strategis yaitu sebelah barat berbatasan langsung dengan Ibu Kota DKI Jakarta memiliki peran aktif untuk menopang kemajuan Negara. Bandara internasional Soekarno Hatta yang terletak di wilayah Kota Tangerang dengan berakses ke ruas jalan tol Jakarta-Merak dan tol Serpong-dalam Kota DKI Jakarta yang memberi akses kemudahan arusu lalu lintas manusia dan barang. Sesuai dengan Instruksi Presiden (Inpres) RI No. 13 Tahun 1976 Kota Tangerang ditetapkan menjadi daerah penyanggah DKI Jakarta, sejak saat itu Kota Tangerang tumbuh – kembang secara pesat dengan mengunggulkan perekonomian yang bertulang punggung perindustrian, perdagangan dan koperasi. Sebagai daerah penyanggah Ibu Kota Negara DKI Jakarta gerak maju perekonomian Kota Tangerang sangat berkolerasi dengan gerak maju perekonomian nasional.

Selain itu, sesuai dengan pernyataan Walikota Tangerang Bapak H. Arief Rachadiono Wismansyah yang mengatakan Tangerang tidak hanya menjadi pusat industri tetapi juga menjadi kota bisnis, perdagangan dan jasa. Hal ini memperlihatkan kesiapan Kota Tangerang untuk menghadapi persaingan global. Seiring dengan tumbuh kembangnya Kota Tangerang mendapatkan julukan garda terdepan perekonomian Provinsi Banten. Julukan ini berdasarkan hasil pendataan Pemerintah Kota Tangerang pada Oktober 2008 sebagai berikut :

(25)

Tabel 1.3

Jumlah Usaha Mikro Kecil dan Menengah Tahun 2008

No. Tingkatan Usaha Jenis Usaha Jumlah

1 Usaha Mikro Industri 2.005

2 Perdagangan 43.376

3 Jasa 56.755

4 Usaha Kecil Industri 1.581

5 Perdagangan 9.777

6 Jasa 14.030

7 Usaha Menengah Indsutri 78

8 Perdagangan 130

9 Jasa 11

(Sumber: Profil Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang 2009, Pengembangan Database Informasi Potensi Unggulan Kota Tangerang)

(26)

Salah satu potensi unggulan UMKM yang ada di Kota Tangerang adalah usaha dodol lapis tangerang dan usaha kerajinan sandal. Usaha dodol yang dibuat oleh ny.fang dan ny.lauw warga kelurahan karangsari kecamatan neglasari ini sudah terkenal hingga ke luar kota bahkan penjualannya sudah mencapai ke Medan, Palembang, Lampung, Tangerang selatan dsb. Dodol ini sangat terkenal puluhan tahun lalu sehingga saat ini sudah dijadikan sebagai oleh-oleh kuliner khas kita Tangerang. Berikutnya Kerajinan berupa tas, sepatu, ikat pinggang dan kantung HP terbuat dari kulit buaya, ular, biawak, sapid dan ikan pari yang didapatkan dari Kalimantan. Usaha kerajinan sandal oleh keluarga Ny. Tio Wan Nio, keluarga keturunan Cina yang bertempat tinggal di Neglasari setelah dilatih dan dibina Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi mendapatkan kepercayaan mengerjakan pembuatan sandal kamar untuk konsumsi tamu-tamu hotel berbintang di Jakarta, Bali, Surabaya dan Lampung.

(27)

Rumusan kebijakan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Tangerang sama sebangun dengan rumusan sektor industri, perdagangan dan koperasi skala nasional. Rumusan RPJPD Kota Tangerang 2010-2025 bidang Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi adalah (1) Memperkuat basis industri manufaktur sehingga menjadi industri kelas dunia (world class industry). (2) Memperkuat industri penggerak pertumbuhan ekonomi. (3)

Meningkatkan sumbangan Industri Kecil Menengah (IKM) terhadap PDB dibandingkan dengan sumbangan industri besar. (4) Menguatkan jaringan kerjasama / networking antara IKM dan industri besar.

Peneliti memfokuskan penelitian ini pada Implementasi Kebijakan Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Kota Tangerang. Karena masih banyak permasalahan yang dialami oleh para pelaku UMKM di Kota Tangerang sehingga Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi harus lebih berperan aktif dalam menghadapi masalah yang dialami oleh UMKM diKota Tangerang.

(28)

kewajiban bagi Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi untuk memberdayakan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) untuk keberlangsungan pelaku UMKM dalam menjalankan usahanya. Berikut ini adalah data jumlah UMKM berdasarkan Kriteria Usaha yang ada di Kota Tangerang :

Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan oleh peneliti dalam melihat permasalahan terkait UMKM di Kota Tangerang peneliti memfokuskan pada beberapa permasalahan yang didapatkan setelah melakukan observasi lapangan dan wawancara langsung dengan pihak terkait. Temuan lapangan menunjukan bahwa terdapat beberapa faktor yang menjadi masalah dalam Pemberdayaan UMKM di Kota Tangerang ini yaitu :

(29)

Tabel 1.4

Data Jumlah UMKM Berdasarkan Kriteria Usaha

Perkecamatan Di Kota Tangerang Tahun 2015

No. Kecamatan Mikro Kecil Menengah Jumlah

1 Batu Ceper 442 56 4 502

2 Benda 201 25 5 231

3 Cibodas 3.617 214 8 3.839

4 Ciledug 231 53 25 309

5 Cipondoh 175 221 32 428

6 Jatiuwung 876 257 38 1.171

7 Karang Tengah 243 73 7 323

8 Karawaci 516 30 7 553

9 Larangan 190 318 218 726

10 Neglasari 122 25 2 149

11 Periuk 452 50 45 547

12 Pinang 683 78 10 771

13 Tangerang 289 77 27 393

Total 8.037 1.477 428 9.942

(Sumber : Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang)

(30)
(31)

Tabel 1.5

Program Kegiatan dan Indikasi Pendanaan

Program Kegiatan Tahun 2014 Tahun 2015

Angg. (Rp) Angg. (Rp)

Rp. 220.000.000 Rp. 242.000.000 Kegiatan Pembangunan Pusat Layanan Usaha

Terpadu (PLUT)

Rp. 170.000.000 Rp. 187.000.000 Kegiatan Pemberdayaan, Pengawasan dan

Penghargaan Koperasi Berprestasi

Rp. 350.000.000 Rp. 358.000.000 Kegiatan Revitalisasi Koperasi Rp. 150.000.000 Rp. 165.000.000 Koordinasi Pelaksanaan Kebijakan dan Program

Pembangunan Koperasi (Kegiatan Penyebaran Model-Model Pola Pengembangan Koperasi)

Kegiatan Memfasilitasi Penin gkatan Kemitraan Usaha bagi Usaha Mikro Kecil dan Menengah

Rp. 187.000.000 Rp. 205.700.000 Kegiatan Penyelenggaraan Pelatihan

Kewirausahaan

Rp. 186.402.500 Rp. 205.700.000 Kegiatan Pelatihan Manajemen Pengelolaan

Koperasi

Rp. - Rp. 205.042.750

Program

Penciptaan

Sosialisasi Kebijakan Tentang Usaha Mikro Kecil Menengah (Sumber : Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang)

(32)

didapatkan. Namun dalam implementasinya masih ada beberapa masalah yang membuat kebijakan Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) ini masih belum bisa dikatakan optimal.

Ketiga, Sosialisasi yang dilakukan oleh Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi masih belum efektif. Masih banyak Para pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Kota Tangerang yang belum memahami prosedur pembuatan ijin usaha yang berlaku di Kota Tangerang dan tidak mempunyai sertifikat halal resmi dari MUI. Banyak UMKM Kota Tangerang yang sudah memiliki produk dengan kualitas yang bagus namun masih banyak yang belum memiliki sertifikat halal dari MUI. Kendalanya karena biaya yang cukup mahal, juga waktu yang lama untuk mengurus prosedur sertifikat tersebut tidak hanya itu saja Dinas Indagkop belum memiliki database UMKM di Kota Tangerang. Biaya untuk membuat sertifikasi halal sekitar 2jt - 2,5 juta penerbitannya dilakukan oleh MUI Provinsi Banten. Kebanyakan UMKM tidak mampu membayar atau tidak punya waktu untuk mengurusnya. Tahun 2014 hanya 8 UMKM yang telah memiliki sertifikat halal dan Tahun 2015 ada 41 dan tahun ini sudah berjalan 40 UMKM.

(33)

minat pembeli baik lokal maupun pendatang. Promosi yang dilakukan oleh Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang hanya pada event tahunan seperti Tangerang Expo dan ulang tahun Kota Tangerang. Website Kota Tangerang pun tidak dimanfaatkan sebagai sarana promosi sehingga Sarana promosi masih menjadi masalah dalam Pemberdayaan UMKM di Kota Tangerang.

Kelima, Kurangnya perhatian pemerintah terhadap para pelaku UMKM, Visi yang dibuat oleh Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang yaitu dalam rangka Memberdayakan UMKM yang sehat mandiri dan berdaya saing ini tidak sesuai dengan kenyataan yang ada dilapangan karena nyatanya para pelaku UMKM ini terlalu mandiri tanpa adanya perhatian pemerintah dalam melakukan usahanya. Seperti halnya dalam memonitoring kegiatan UMKM ini masih kurang continue, pemerintah kurang memberikan dorongan kepada pelaku UMKM, dalam pembuatan kegiatan hanya sekedar membuat tanpa ada perhatian dan belum sesuai dengan manfaatnya. Dan data yang tidak up to date karena banyak data UMKM ini yang sudah tidak aktif lagi usahanya sehingga banyak data-data yang biar.

(34)

1.2 Identifikasi Masalah

Setelah melakukan penelitian langsung ke Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dan Dinas Perindsutrian Perdagangan dan Koperasi ditemukan masalah-masalah. Adapun yang menjadi identifikasi masalah yaitu :

1. Belum adanya Lembaga Keuangan Mikro (LKM) yang disediakan oleh Pemkot Tangerang dalam masalah permodalan dan kurang rutinnya pelatihan keuangan karena masih banyak pelaku UMKM yang belum bisa memanage keuangannya secara baik.

2. Pemberdayaan yang dilakukan oleh Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang belum berjalan dengan optimal.

3. Sosialisasi yang dilakukan oleh Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang belum efektif karena masih banyak Para Pelaku UMKM yang belum memiliki seritifikat halal dan Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang belum memiliki database UMKM di Kota Tangerang.

4. Fasilitas yang disediakan oleh Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang belum memadai terutama dalam sarana promosi. 5. Kurangnya perhatian pemenrintah dan kurangnya monitoring dalam hal

pemberdayaan UMKM di Kota Tangerang.

(35)

1.3 Batasan Masalah

Untuk Mempermudah penelitian, peneliti membatasi ruang lingkup permasalahan. Hal ini dikarenakan adanya fokus penelitian, maka akan memberikan batasan studi yang akan dilakukan, agar tidak terjebak dengan banyaknya data yang terdapat dilapangan. Maka fokus penelitian adalah Implementasi Kebijakan Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil Menengah

(UMKM) di Kota Tangerang.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang yang telah peneliti paparkan dan dengan

memperhatikan pada fokus penelitian yang telah disebutkan dalam batasan masalah, maka yang menjadi rumusan masalahnya adalah : Bagaimana Implementasi Kebijakan Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil Menengah

(UMKM) di Kota Tangerang ?

1.5 Tujuan Penelitian

1.5.1 Tujuan Operasional

(36)

1.5.2 Tujuan Fungsional

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan yaitu Pemerintah Kota Tangerang, Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang, pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang berada di wilayah Kota Tangerang dan Masyarakat Kota Tangerang.

1.5.3 Tujuan Individual

Untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Sosial

pada Konsentrasi Kebijakan Publik Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

1.6 Manfaat Penelitian

Tercapainya tujuan penelitian yang telah disebutkan di atas, maka hasil

penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan manfaat bagi :

1. Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang

(37)

2. Peneliti

Penelitian ini bermanfaat karena dapat digunakan sebagai bahan untuk memperluas wawasan dan pengetahuan tentang teori dan konsep yang diperoleh selama mengikuti program perkuliahan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa terutama yang berkaitan dengan mata kuliah.

3. Pelaku UMKM dan Masyarakat Kota Tangerang

Penelitian ini akan bermanfaat bagi para pelaku UMKM dan masyarakat Kota Tangerang untuk mempersiapkan diri menghadapi persaingan global sehingga mampu bersaing dengan baik agar tidak tertinggal dengan Negara lain.

1.7 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan merupakan garis besar penyusunan penelitian ini yang berujuan untuk memudahkan dalam memahami secara keseluruhan isi dari penyusunan penelitian ini. Adapun sistematika penulisan penelitian mengenai

“Implementasi Kebijakan Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah

(UMKM) Kota Tangerang”, tersusun atas sistematika sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

(38)

masalah untuk mendeteksi aspek permasalahan yang muncul dan berkaitan dari judul penelitian atau dengan masalah penelitian. Pembatasan dan perumusan masalah ditetapkan sebagai fokus dari penelitian yang akan dilakukan demi mencapai hasil penelitian yang diharapkan dalam tujuan penelitian. Dan selanjutnya, bab ini juga membahas mengenai manfaat penelitian, baik manfaat teoritis dan praktis yang berguna bagi peneliti, pembaca, dan instansi terkait. Serta sistematika penulisan yang digunakan untuk mempermudah pembaca mengetahui isi dari penelitian secara keseluruhan.

BAB II DESKRIPSI TEORI

Bab ini akan membahas mengenai teori-teori relevan yang digunakan untuk mengkaji permasalahan-permasalahan yang muncul dalam penelitian ini. Penelitian terdahulu dipaparkan sebagai bahan perbandingan antara penelitian yang dilakukan dengan penelitian sebelumnya, sehingga dapat diketahui kesamaan atau perbedaan dari masing-masing penelitian yang dilakukan. Selanjutnya, kerangka teori menggambarkan alur penelitian yang dikaji dengan teori yang relevan dalam penelitian, sehingga peneliti dapat merumuskan kesimpulan penelitian sementara.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

(39)

data. Informan penelitian menjelaskan orang-orang yang terkait dengan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian. Teknik pengolahan dan uji keabsahan data yang menjelaskan tentang teknik dan rasionalisasinya. Serta tentang jadwal yang memaparkan waktu penelitian ini dilakukan.

BAB IV HASIL PENELITIAN

Bab ini terdiri dari deskripsi obyek penelitian yang meliputi lokasi penelitian secara jelas. Kemudian terdapat deskripsi data dari hasil penelitian yang diolah dari data mentah dengan menggunakan teknik analisis data yang relevan sebagaimana dengan penggunaan teori dalam penelitian ini. Selanjutnya data yang sudah dianalisis, peneliti uji validitas dengan menggunakan teknik triangulasi untuk mendapatkan hasil penelitian yang diharapkan. Kemudian melakukan pembahasan lebih lanjut terhadap persoalan dan pada akhir pembahasan peneliti dapat mengemukakan berbagai keterbatasan pelaksanaan penelitian, terutama untuk penelitian eksperimen dan ketebatasan ini dapat dijadikan rekomendasi terhadap penelitian lebih lanjut dalam bidang yang menjadi obyek penelitian.

BAB V PENUTUP

(40)

BAB II

KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ASUMSI

DASAR PENELITIAN

2.1 Landasan Teori

Landasan teori dalam suatu penelitian merupakan suatu hal yang penting. Landasan teori membantu peneliti dalam mengkaitkan yang menjadi masalah penelitian dengan teori yang berhubungan atau bersangkutan sebagai faktor pendukung dalam penelitian. Sehingga peneliti pun dapat mengembangkan dalam masalah penelitian yang ditemui. Seperti yang diungkapkan oleh Sugiyono (2012: 52), bahwa landasan teori perlu ditegakkan agar penelitian itu mempunyai dasar yang kokoh, dan bukan sekedar perbuatan coba-coba (trial and error).

Lain halnya dengan definisi yang dikemukakan oleh Marx dan Goodson (1976: 235) yang menyatakan bahwa teori ialah aturan yang menjelaskan proposisi atau seperangkat proposisi yang berkaitan dengan beberapa fenomena alamiah dan terdiri atas representasi simbolik dari (1) hubungan-hubungan yang dapat diamati di antara kejadian-kejadian (yang dapat diukur), (2) mekanisme atau struktur yang diduga mendasari hubungan demikian, dan (3) hubungan-hubungan yang disimpulkan serta manifestasi hubungan-hubungan empiris apapun secara langsung.

(41)

(2012), fungsi teori secara umum ialah menjelaskan (explanation), meramalkan (prediction), dan pengendali (control). Sedangkan Snelbecker (1974:28-31) menyatakan ada empat fungsi suatu teori, yaitu (1) mensistematiskan penemuan-penemuan penelitian, (2) menjadi pendorong untuk menyusun hipotesis dan dengan hipotesis membimbing peneliti mencari jawaban-jawaban, (3) membuat ramalan atas dasar penemuan, dan (4) menyajikan penjelasan dan dalam hal ini untuk menjawab pertanyaan mengapa.

Kunci kendali dalam memilih teori dalam penelitian adalah selain memahami konteks formal dan material sebuah teori, juga dituntut memahami teori itu baik pada konteks sejarah maupun konteks sosial, di mana teori itu dilahirkan.

2.1.1 Pengertian Kebijakan

Kebijakan (policy) adalah suatu kumpulan keputusan yang diambil oleh seorang pelaku atau kelompok politik dalam usaha memilih tujuan dan cara untuk mencapai tujuan itu. Pada prinsipnya, pihak yang membuat kebijakan-kebijakan itu mempunyai kekuasaan untuk melaksanakannya. Bagi para pemegang kekuasaan yang berwenang dalam membuat kebijakan-kebijakan, tentu perlu pertimbangan serta peninjauan secara seksama. Karena kebijakan-kebijakan yang dibuat memiliki dampak yang luas, tidak hanya oleh kelompok tertentu, namun masyarakat juga dapat merasakan dampak tersebut.

(42)

kebijakan didefinisikan sebagai rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, serta cara bertindak (tentang pemerintah, organisasi, dan sebagainya). Sementara itu, Perserikatan Bangsa-Bangsa memberikan definisinya secara lebih terperinci pada makna kebijakan,

“Kebijakan ialah pedoman untuk bertindak. Pedoman itu bisa saja amat sederhana atau kompleks, bersifat umum atau khusus, luas atau sempit, kabur atau jelas, longgar atau terperinci, bersifat kualitatif atau kuantitatif, publik atau privat. Kebijakan dalam maknanya seperti itu mungkin berupa suatu deklarasi mengenai suatu dasar pedoman bertindak, suatu arah tindakan tertentu, suatu program mengenai aktivitas-aktivitas tertentu, atau suatu rencana” (United Nation, 1975).

Dengan banyaknya definisi kebijakan yang telah diberikan para pakar ahli, memaknakan bahwa kebijakan memang melekat dalam kehidupan sehari-hari, karena seringkali dipergunakan dalam konteks tindakan-tindakan atau kegiatan-kegiatan. James Anderson sebagaimana dikutip oleh Solichin (2012: 8), menyatakan bahwa kebijakan ialah suatu langkah tindakan yang secara sengaja dilakukan oleh seorang aktor atau sejumlah aktor berkenaan dengan adanya masalah atau persoalan tertentu yang dihadapi.

2.1.2 Pengertian Kebijakan Publik

(43)

yang merupakan sekumpulan keputusan-keputusan yang ditetapkan, yang bertujuan dalam melindungi serta membatasi perilaku atau tindakan masyarakat sesuai dengan norma-norma yang berlaku di dalam masyarakat. Karena para pembuat kebijakan perlu mencari tahu dan meninjau terlebih dulu terkait isu-isu masalah apa yang terjadi di masyarakat. Masyarakat adalah sumber utama dalam penyusunan kebijakan publik. Kebijakan ini untuk keberhasilannya tidak hanya didasarkan atas prinsip-prinsip ekonomis, efisiensi dan administratif, akan tetapi juga harus didasarkan atas pertimbangan etika dan moral.

Frederick (1963: 79), mendefinisikan kebijakan publik sebagai serangkaian tindakan yang diusulkan seseorang, kelompok, atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu, dengan ancaman peluang yang ada. Kebijakan yang diusulkan tersebut ditujukan untuk memanfaatkan potensi sekaligus mengatasi hambatan yang ada dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Sedangkan menurut Harold Laswell dan Abraham Kaplan (1970: 71), kebijakan publik adalah suatu program yang diproyeksikan dengan tujuan-tujuan tertentu, nilai-nilai tertentu, dan praktik-praktik tertentu. Anderson (1978) sebagaimana dikutip Tachjan (2006: 16), mengemukakan bahwa, “Public policies are those policies developed

by governmental bodies and officials”. Maksudnya, kebijakan publik adalah

kebijakan-kebijakan yang dikembangkan oleh badan-badan dan pejabat-pejabat pemerintah. Adapun tujuan penting dari kebijakan tersebut dibuat pada umumnya dimaksudkan untuk:

(44)

2. Melancarkan perkembangan masyarakat dalam berbagai hal (negara sebagai perangsang, stimulator)

3. Menyesuaikan berbagai aktivitas (negara sebagai koordinator)

4. Memperuntukkan dan membagi berbagai materi (negara sebagi pembagi, alokator).

Udoji (dalam Solichin, 2012), seorang pakar dari Nigeria (1981), telah mendefinisikan kebijakan publik sebagai “an sanctioned course of action

addressed to a particular problem or group of related problems that affect society

at large” (suatu tindakan bersanksi yang mengarah pada suatu tujuan tertentu

yang saling berkaitan dan memengaruhi sebagian besar warga masyarakat).

Dari definisi-definisi di atas terkait kebijakan publik, dapat disimpulkan beberapa karakteristik dari konsep kebijakan publik. Pertama, pada umumnya kebijakan publik perhatiannya ditujukan pada tindakan yang mempunyai maksud atau tujuan tertentu daripada perilaku yang berubah atau acak. Kedua, kebijakan publik pada dasarnya mengandung bagian atau pola kegiatan yang dilakukan oleh pejabat pemerintah daripada keputusan yang terpisah-pisah.

Ketiga, kebijakan publik merupakan apa yang sesungguhnya dikerjakan

(45)

bersifat memerintah kemungkinan besar mempunyai sifat yang memaksa secara sah, yang mana hal ini tidak dimiliki oleh kebijakan-kebijakan organisasi swasta.

Sebagaimana yang dikatakan Inu Kencana (2010) dalam bukunya Pengantar Ilmu Pemerintahan, bahwa public policy dapat menciptakan situasi dan dapat pula diciptakan oleh situasi.

2.1.3 Tahap-tahap Kebijakan Publik

Tahap-tahap pembuatan kebijakan publik menurut Dunn (2000 : 24), ialah sebagai berikut.

a. Penyusunan Agenda (Agenda Setting)

Para pejabat yang dipilih dan diangkat menempatkan masalah pada agenda publik. Banyak masalah tidak disentuh sama sekali, sementara lainnya ditunda untuk waktu lama.

b. Formulasi Kebijakan

Para pejabat merumuskan alternatif kebijakan untuk mengatasi masalah. Alternatif kebijakan melihat perlunya membuat perintah eksekutif, keputusan peradilan, dan tindakan legislatif.

c. Adopsi/Legitimasi Kebijakan

(46)

d. Implementasi Kebijakan

Kebijakan yang telah diambil, dilaksanakan oleh unit-unit administrasi yang memobilisasi sumber daya finansial dan manusia.

e. Penilaian/Evaluasi Kebijakan

Unit-unit pemeriksaan dan akuntansi dalam pemerintahan menentukan apakah badan-badan eksekutif, legislatif, dan peradilan memenuhi persyaratan undang-undang dalam pembuatan kebijakan dan pencapaian tujuan.

2.1.4 Implementasi Kebijakan Publik

Adanya kebijakan publik yang dibuat oleh aktor kebijakan, tentu bukan semata-mata hanya menjadi “kumpulan lembaran kertas”. Namun juga perlu adanya “tindakan nyata” dalam kebijakan-kebijakan tersebut. Implementasi

kebijakan merupakan salah satu tahapan penting dalam siklus kebijakan publik. Dengan implementasi atau penerapan, serangkaian keputusan yang disusun berdasarkan analisis pada apa yang diharapkan untuk menuju keadaan yang lebih baik, dalam proses pelaksanaan mencapai tujuan tersebut. Menjelaskan makna implementasi dengan mengatakan bahwa:

(47)

Sementara Meter dan Horn (1975), mendefiniskan implementasi kebijakan, sebagai tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu atau pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijakan.

Dapat disimpulkan bahwa implementasi merupakan suatu proses yang dinamis, dimana pelaksana kebijakan melakukan suatu aktivitas atau kegiatan, sehingga pada akhirnya akan mendapatkan suatu hasil yang sesuai dengan tujuan atau sasaran kebijakan itu sendiri. Dalam proses kebijakan publik, implementasi kebijakan merupakan tahapan yang bersifat praktis dan dibedakan dari formulasi kebijakan yang dapat dipandang sebagai tahapan yang bersifat teoritis.

Pada praktiknya, implementasi kebijakan publik tidak selalu sejalan dengan apa yang sudah direncanakan dalam tahap formulasi kebijakan, atau antara visi dengan realitas. Keadaan demikian oleh Hogwood dan Gunn (1986) disebut unsuccessful implementation (implementasi yang tidak berhasil). Kegagalan

(48)

Implementasi kebijakan pada prinsipnya adalah cara agar sebuah kebijakan dapat mencapai tujuannya, tidak lebih dan tidak kurang digunakan untuk mengimplementasikan suatu kebijakan publik. Untuk mengimplementasikan kebijakan publik, ada dua pilihan langkah yang ada, yaitu langsung mengimplementasikan dalam bentuk program atau melalui formulasi kebijakan derivate atau turunan dari kebijakan publik tersebut. Secara umum dapat digambarkan sebagai berikut.

Gambar 2.1

Sekuensi Implementasi Kebijakan

(Sumber: Riant Nugroho. 2009. Public Policy)

KEBIJAKAN PUBLIK

Kebijakan Publik Penjelas

Program

Proyek

Kegiatan

Pemanfaat

(49)

Terdapat dua model pendekatan implementasi kebijakan dalam sejarah perkembangan studi implementasi kebijakan, yaitu pendekatan top-down dan bottom-up. Dalam bahasa Lester dan Stewart (2000: 108) istilah top-down

dinamakan dengan “the command and control approach” (pendekatan kontrol dan komando) dan istilah bottom-up dinamakan “the market approach” (pendekatan pasar).

1. Pendekatan top-down

Pendekatan ini mengasumsikan bahwa kita dapat memandang proses kebijakan sebagai suatu rangkaian perintah dimana para pemimpin politik mengartikulasikan suatu preferensi kebijakan yang jelas yang akan dilaksanakan dengan cara semakin spesifik seiring dengan perjalanan kebijakan tersebut melalui mesin administratif yang melayaninya.

Pendekatan ini menekankan pada sampai sejauh mana keberhasilan mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dan pada aktivitas-aktivitas dari mesin implementasi yang diberi mandat secara legal yang menawarkan indikasi-indikasi jelas mengenai apa yang harus dipahami oleh pelaksana dan mengenai apa tujuan yang ingin dicapai.

2. Pendekatan bottom-up

(50)

Keunggulan terpenting dari pendekatan „bottom-up‟ adalah

mengarahkan perhatian pada hubungan-hubungan formal dan informal yang membentuk jaringan kebijakan yang terlibat dalam pembuatan dan pelaksanaan kebijakan.

2.1.5 Model-model Implementasi Kebijakan

2.1.5.1 Model Daniel Mazmanian dan Paul Sabatier

Model dari kedua pakar kebijakan ini dikenal dengan istilah A Framework for Policy Implementation Analysis. Mazmanian dan Sabatier (1983) berpendapat

bahwa peran penting dari implementasi kebijakan publik adalah kemampuannya dalam mengidentifikasikan variabel-variabel yang mempengaruhi tercapainya tujuan-tujuan formal pada keseluruhan proses implementasi. Keduanya mengklasifikasikan proses implementasi kebijakan ke dalam tiga variabel.

(51)

Gambar 2.2

Model Implementasi Kebijakan Daniel Mazmanian dan Paul Sabatier

2.1.5.2 Model Implementasi Kebijakan George C. Edward III

Edward III (1980) (dalam Riant Nugroho, 2009), menegaskan bahwa masalah utama administrasi publik adalah lack of attention to implementation (kurangnya perhatian pada implementasi). Model yang ia namakan dengan Direct and Indirect Impact on Implementation, menyarankan untuk memerhatikan empat

(52)

Gambar 2.3

Model Implementasi Kebijakan George C. Edward III

(Sumber: Agustino, Leo. 2008. Dasar-Dasar Kebijakan Publik)

2.1.5.3Model Implementasi Kebijakan Merilee S. Grindle

Pendekatan Grindle (1980) dikenal dengan Implementation as A Political and Administrative Process. Kerangka pemikiran dari model ini berdasarkan

jawaban atas dua pertanyaan pokok, khususnya di negara berkembang, bahwa keberhasilan implementasi ditentukan oleh derajat implementability dari kebijakan tersebut, yaitu: Content dan Context.

1) Content of Policy (Isi Kebijakan), mencakup hal-hal sebagai berikut: a. Interest affected (Kepentingan-kepentingan yang mempengaruhi) b. Type of benefits (Tipe manfaat)

c. Extent of change envision (Derajat perubahan yang ingin dicapai) d. Site of decision making (Letak pengambilan keputusan)

e. Program implementer (Pelaksana program)

f. Resources commited (Sumber-sumber daya yang digunakan) KOMUNIKASI

IMPLEMENTASI

STRUKTUR BIROKRASI

SUMBER DAYA

(53)

2) Context of Policy(Konteks Implelementasi), terdiri dari poin-poin sebagai berikut:

a. Power, interest, and strategy of actor involved (Kekuasaan,kepentingan-kepentingan, dan strategi dari aktor yang terlibat)

b. Institution and regime characteristic (Karakteristik lembaga dan rezim yang berkuasa)

c. Compliance and responsiveness (Tingkat kepatuhan dan adanya respon dari pelaksana)

Gambar 2.4

Model Implementasi Kebijakan Merilee S. Grindle

a

(Sumber: Tachjan. 2006. Implementasi Kebijakan Publik)

2.1.5.4Model Donald Van Metter dan Carl Van Horn

Pendekatan top-down yang pada bahasan sebelumnya telah dijelaskan, membuat dua pakar kebijakan untuk mengembangkan pendekatan tersebut, yakni Metter dan Horn (1975). Model yang disebut dengan A Model of The Policy Implementation, merupakan sebuah abstraksi atau performansi suatu implementasi

(54)

implementasi kebijakan publik yang tinggi yang berlangsung dalam hubungan berbagai variabel.

Adapun variabel-variabel yang mempengaruhi selama proses implementasi kebijakan publik, diantaranya:

1. Standar atau ukuran dan tujuan kebijakan 2. Sumber-Sumber Kebijakan

3. Komunikasi antarorganisasi dan aktivitas pelaksana 4. Karakteristik agen pelaksana

5. Sikap atau kecenderungan (disposition) para pelaksana 6. Lingkungan ekonomi, sosial, dan politik

Gambar 2.5

Model Implementasi Kebijakan Van Metter dan Van Horn

(55)

2.1.6 Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)

2.1.6.1 Konsep dan Definisi UMKM

Di indonesia definisi UMKM diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 Tentang UMKM. Dalam BAB I (ketentuan umum), Pasal 1 dari UU tersebut.

a. Usaha Mikro adalah Usaha produktif milik orang perorangan dan atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang.

b. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.

c. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dkuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung d. denga Usaha Kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau

(56)

2.1.6.2 Landasan Hukum UMKM

1. UU No. 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil

2. Undang-undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

3. PP No. 44 Tahun 1997 tentang Kemitraan

4. PP No. 32 Tahun 1998 tentang Pemberdayaan dan Pengembangan Usaha Kecil

5. Inpres No. 10 Tahun 1999 tentang Pemberdayaan Usaha Menengah

6. Keppres No. 127 Tahun 2001 tentang Bidang/Jenis Usaha Yang Dicadangkan Untuk Usaha Kecil dan Bidang/Jenis Usaha Yang Terbuka Untuk Usaha Menengah atau Besar Dengan Syarat Kemitraan

7. Keppres No. 56 Tahun 2002 tentang Restrukturisasi Kredit Usaha Kecil dan Menengah

8. Permenneg BUMN Per-05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan 9. Permenneg BUMN Per-05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan Badan

Usaha Milik Negara

2.1.6.3 Kriteria UMKM

(57)

tempat usaha atau hasil penjualan tahunan. Dengan kritera seperti yang terdapat pada table dibawah ini :

Tabel 2.1

Kriteria UMKM Berdasarkan Undang-Undang No.20 Tahun 2008

tentang UMKM

No. Uraian Kriteria

Asset Omzet

1 Usaha Mikro Maks 50 juta Maks 300 juta

2 Usaha Kecil >50 Juta – 500 juta >300 Juta – 2,5 Milyar

3 Usaha Menengah >500juta – 10 Milyar >2,5 Milyar – 50 Milyar

Selain menggunakan nilai moneter sebagai kriteria, sejumlah lembaga pemerintahan seperti Kementrian Perindustrian dan Badan Pusat Statistik (BPS), selama ini juga menggunakan jumlah pekerja sebagai ukuran untuk membedakan skala usaha antar Usaha Mikro, Usaha Kecil, Usaha Menengah dan Usaha Besar. Misalnya, menurut Badan Pusat Statistik (BPS), UMI (Industri Manufaktur Industri Rumah Tangga) adalah unit usaha dengan jumlah pekerja tetap hingga 4 orang; UK antara 5 hingga 9 pekerja; dan UM dari 20 sampai dengan 99 orang. Perusahaan-perusahaan dengan jumlah pekerja diatas 99 orang masuk dalam kategori UB. (DR. Tulus T.H Tambunan, 2009;16).

2.1.6.4 Kriteria Produk Unggulan

(58)

(1) menggunakan bahan baku lokal,

(2) sesuai dengan potensi dan kondisi daerah, (3) memiliki pasar yang luas,

(4) mampu menyerap tenaga kerja yang cukup banyak, (5) merupakan sumber pendapatan masyarakat,

(6) volume produksi yang cukup besar dan kontinyu, (7) merupakan ciri khas daerah,

(8) memiliki daya saing relatif tinggi dan

(9) dapat memacu perkembangan komoditas yang lain.

2.1.7 Rencana Strategis Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi

Kota Tangerang Tahun 2014-2018

2.1.7.1 Tujuan dan Sasaran

2.1.7.1.1 Tujuan

Untuk mendukung misi dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Kota Tangerang tahun 2014-2018 khususnya untuk misi Kota Tangerang “Meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah, penyerapan tenaga kerja, dan daya beli masyarakat dengan menetapkan sinergitas antar sektor perekonomian daerah”

maka pelayanan Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang untuk mendukung misi Kota Tangerang terdapat 7 (tujuh) tujuan/misi pelayanan Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang yaitu :

1) Terwujudnya pemantapan dan pengembangan sistem manajemen keuangan administrasi keuangan dan asset daerah secara transparan dan akuntabel;

(59)

3) Terwujudnya pemantapan dan pengembangan pemenuhan peralatan dan perlengkapan keadministrasian perkantoran;

4) Terwujudnya pemantapan dan pengembangan terhadap pemenuhan kebutuhan saran dan prasarana perkantoran pemerintahan daerah yang layak dan memadai;

5) Pemantapan dan pengembangan keberdayaan sektor UMKM dan koperasi sebagai pendukung kegiatan ekonomi daerah berbasis sumberdaya lokal; 6) Terwujudnya pemantapan dan pengembangan sistem dan jaringan

perdagangan daerah dan peningkatan perlindungan konsumen;

7) Terwujudnya pemantapan dan pengembangan sistem dan jaringan perindustrian daerah dan peningkatan kapasitas industri kecil dan menengah.

2.1.7.1.2 Sasaran

Sasaran dari pelayanan Dinas Perindsutrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang untuk Rencana Strategi tahun 2014-2018 adalah sebagai berikut :

1) Tersedianya berbagai jenis pelaporan capaian kinerja pelaksanaan kegiatan dan keuangan SKPD;

2) Tersedianya aparatur SKPD yang mampu mematuhi dan melaksanakan peraturan kepemerintahan daerah yang berlaku;

(60)

4) Tersedianya pemenuhan dan pengembangan kebutuhan sarana prasarana perkantoran pemerintahan daerah yang layak dan memadai;

5) Terwujudnya pemantapan dan pengembangan keberdayaan sektor UMKM dan koperasi sebagai pendukung kegiatan ekonomi daerah berbasis sumberdaya lokal;

6) Terwujudnya pemantapan dan pengembangan sistem dan jaringan perdagangan daerah dan peningkatan perlindungan konsumen;

7) Terwujudnya pemantapan dan pengembangan sistem dan jaringan perindustrian daerah dan peningkatan kapasitas industri kecil dan menengah.

2.1.7.2 Kebijakan

2.1.7.2.1 Kebijakan

Kebijakan pada dasarnya merupakan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh yang berwewenang untuk dijadikan pedoman, pegangan atau petunjuk dalam pengembangan ataupun pelaksanaan program/kegiatan guna tercapainya kelancaran dan keterpaduan dalam perwujudan sasaran, tujuan serta visi dan misi instansi pemerintah. Kebijakan yang ditetapkan dalam periode 2014-2018 adalah sebagai berikut :

1) Membangun sistem/tata cara pelaporan kinerja dan keuangan SKPD yang terpadu;

(61)

3) Meningkatkan kemampuan/kompetensi aparatur SKPD dalam pengelolaan pelaporan kinerja dan keuangan SKPD;

4) Pengembangan kinerja koperasi dan UMKM; 5) Pemberdayaan pelaku koperasi dan UMKM;

6) Pemantauan ketersediaan harga Sembilan bahan pokok; 7) Pengembangan potensi perdagangan;

8) Pemberdayaan pelaku perdagangan;

9) Pengembangan potensi indsutri, pemberdayaan pelaku industri dan pengembangan industri kompetitif dan ramah lingkungan;

10)Mensosialisasikan peraturan pemerintah daerah secara intensif dan menyeluruh;

11)Menyediakan sarana-prasarana pendukung kedisiplinan yang lengkap dan memadai;

12) Menyusun dan mensosialisasikan standar pelayanan pemenuhan sarana-prasarana dan keadministrasian perkantoran (peralatan dan perlengkapan kerja/kantor);

13) Menyediakan pelayanan pemenuhan sarana-prasrana dan keadministrasian perkantoran (peralatan dan perlengkapan kerja/kantor); 14) Menyusun dan mensosialisasikan standar pemenuhan dan pengembangan

(62)

15) Menyediakan pelayanan pemenuhan dan pengembangan kebutuhan sarana dan prasarana perkantoran pemerintahan daerah yang layak dan memadai sesuai dengan standar yang disepakati.

2.1.7.3 Program dan Kegiatan

Program adalah kumpulan kegiatan yang sistematis dan terpadu yang dipelaksanaan guna mencapai sasaran tertentu. Kegiatan adalah tindakan nyata dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan kebijakan dan program yang telah ditetapkan dengan memanfaatkan sumber daya yang ada untuk mencapai sasaran dan tujuan tertentu. Program dan kegiatan UMKM yang ditetapkan sebagai pelaksana kebijakan organisasi Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang sesuai dengan misinya sebagai berikut :

2.1.7.3.1 Program Pengembangan Sistem Pendukung Usaha Bagi Usaha

Mikro Kecil dan Menengah

Kegiatan :

1) Kegiatan penyelenggaraan promosi produk UMKM melalui pameran. 2) Kegiatan Pembangunan Pusat Layanan Usaha Terpadu (PLUT). 3) Kegiatan Sosialisasi Program KUR.

2.1.7.3.2 Program Pengembangan Kewirausahaan dan Keunggulan

(63)

Kegiatan :

1) Kegiatan memfasilitasi peningkatan kemitraan usaha bagi usaha mikro kecil dan menengah.

2) Kegiatan penyelenggaraan pelatihan kewirausahaan. 3) Kegiatan pelatihan manajemen pengelolaan koperasi.

2.1.7.3.3 Program Penciptaan Iklim Usaha yang Kondusif

Kegiatan :

1) Sosialisasi kebijakan tentang usaha mikro kecil menengah. 2) Perencanaan koordinasi dan pengembangan UMKM. 3) Fasilitas pengembangan UMKM.

(64)

Tabel 2.2

Indikator Sasaran dan Indikator Program Pembangunan Daerah Kota

Tangerang di Disperindagkop bagi UMKM dan Koperasi Tahun 2014-2018

SASARAN (MISI)

Terwujudnya pemantapan dan pengembangan kebudayaan sektor UMKM dan koperasi sebagai pendukung kegiatan ekonomi daerah berbasis sumberdaya lokal

1. Tingkat UMKM aktif

Disperindagkop 2. Tingkat koperasi aktif

3. Tingkat pertumbuhan UMKM aktif

4. Tingkat pertumbuhan aktif

Urusan Wajib

Urusan koperasi dan usaha kecil menengah

Program pengembangan sistem pendukung usaha bagi usaha mikro kecil menengah

Presentase UMKM yang telah mengikuti pameran promosi produk

Program kewirausahaan dan keunggulan kompetitif bagi usaha mikro kecil menegah

Tingkat penyelenggaraan fasilitas kerjasama kemitraan usaha mikro kecil menengah dan koperasi (UMKMK)

Program peningkatan kualitas kelembagaan koperasi

Presentase koperasi sehat dengan pengelolaan keuangan yang sehat

Program penciptaan iklim usaha yang kondusif bagi usaha mikro kecil menengah

Presentase UMKM yang dibina/dilatih terhadap total jumlah UMKM

(65)

2.2 Penelitian Terdahulu

Dalam hal ini, peneliti mengambil dua penelitian sebelumnya, sebagai perbandingan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu pertama berdasarkan penelitian terdahulu pada skripsi Universitas Indonesia yang dilakukan oleh Ade Syafitri mahasiswa Departemen Ilmu Kesejahteraan Fakultas Ilmu sosial dan ilmu politik yang berjudul “Pelaksanaan Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dalam Program Kemitraan Sebagai Wujud

Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY)

studi kasus mitra binaan PT. Telkom Indonesia, TBK Divisi Area II

Jakarta-Banten”, dengan metode penelitian kualitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa

pelaksanaan Pemberdayaan usaha mikro kecil dan menengah dalam bentuk kemitraan yang dibentuk oleh PT.Telkom Indonesia berjalan dengan baik sesuai dengannya tujuannya yaitu memberdayakan UMKM dari jumlah UMKM yang berkembang dari tahun ke tahun menunjukan bahwasanya PT.Telkom Indonesia memiliki kinerja yang baik. Namun dalam berjalannya kegiatan Pemberdayaan masih memiliki berbagai macam hambatan yang dialami PT.Telkom Indonesia sebagai pelaksana, hambatannya yaitu masih minimnya tingkat kehadiran mitra binaan saat kegiatan berlangsung. Hal ini disebabkan karena kesibukan mereka dalam menjalankan usaha. Padahal kegiatan tersebut dapat pula membantu mereka dalam mengembangkan usahanya.

(66)

mahasiswa Program studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang berjudul “Implementasi Kebijakan dalam Pemberdayaan Usaha Kecil Menengah (UKM) di Kelurahan Kampung Bugis oleh Pemerintah Kota

Tanjung Pinang”, dengan metode penelitian kualitatif. Hasil penelitian

menunjukan bahwa implementasi usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di kelurahan kampung bugis belum sesuai dan tidak berjalan dengan baik seperti apa yang diharapkan. Karena kinerja aparatur yang masih kurang optimal dalam melayani para pelaku UMKM.

Dalam penelitian ini peneliti membahas mengenai Implementasi Kebijakan Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah Kota Tangerang dengan menggunakan metode penelitian kualitatif yang dalam hal ini membahas tentang bagaimana Implementasi Kebijakan Pembedayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah Kota Tangerang.

2.3 Kerangka Pemikiran Penelitian

(67)

yang dilakukan oleh Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang belum tepat sasaran karena masih banyak Para Pelaku UMKM yang belum memiliki perijinan usaha dan seritifikat halal. Keempat, Fasilitas yang disediakan oleh Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang belum memadai terutama pada sarana Promosi dan Informasi. Kelima, Kurangnya perhatian pemerintah dan kurang monitoring dalam hal pemberdayaan.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan model teori implementasi yang dipaparkan oleh Van Meter Van Horn. Dalam pendekatan yang dikemukakan oleh Van Meter Van Horn terdapat enam variabel yang menentukan keberhasilan implementasi suatu kebijakan yaitu :

1. Standar atau Ukuran tujuan kebijakan 2. Sumberdaya

3. Komunikasi antarorganisasi dan aktivitas pelaksana 4. Karakteristik agen pelaksana

5. Sikap atau kecendrungan para pelaksana 6. Lingkungan sosial, ekonomi dan politik.

(68)

Gambar 2.6

Kerangka Berfikir Penelitian

Implementasi Kebijakan Pemberdyaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Kota Tangerang

Sumber: Peneliti, 2016

Menurut Van Metter & Van Horn, ada 6 variabel yang mempengaruhi proses implementasi, yaitu:

1. Standar/ukuran tujuan kebijakan 2. Sumber-sumber kebijakan

3. Komunikasi antarorganisasi dan aktivitas pelaksana 4. Karakteristik agen pelaksana

5. Sikap/kecenderungan para pelaksana 6. Lingkungan ekonomi, sosial & politik

Implementasi Kebijakan Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah Kota Tangerang Berjalan Optimal

Masalah

1. Belum adanya Lembaga Keuangan Mikro (LKM) yang disediakan oleh Pemkot Tangerang dalam masalah permodalan dan kurang rutinnya pelatihan keuangan.

2. Pemberdayaan yang dilakukan oleh Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang belum berjalan dengan optimal.

3. Sosialisasi yang dilakukan oleh Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang belum efektif karena masih banyak Para Pelaku UMKM yang belum memiliki seritifikat halal dan Dinas Indagkop bleummemiliki database UMKM Kota Tangerang.

4. Fasilitas yang disediakan oleh Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang belum memadai terutama dalam sarana promosi.

(69)

2.4 Asumsi Dasar

Gambar

Tabel 1.2
Tabel 1.3
Tabel di atas merupakan indikasi pendanaan untuk kegiatan di UMKM
Gambar 2.1 Sekuensi Implementasi Kebijakan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sukron, dalam penelitiannya yang berjudul strategi lembaga keuangan mikro syariah dalam mengembangkan dan meningkatkan pembiayaan usaha kecil dan menengah menyimpulkan bahwa

Untuk memenuhi kebutuhan kelompok Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) produktif, lembaga pengelola wakaf uang dapat melakukan pemberdayaan dengan mem- berikan bantuan modal

Adapun hasil yang peneliti peroleh adalah pengelolaan manajemen keuangan pada Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Batik Satrio Manah belum memenuhi standart

Untuk memenuhi kebutuhan kelompok Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) produktif, lembaga pengelola wakaf uang dapat melakukan pemberdayaan dengan mem- berikan bantuan modal

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberdayaan yang dilakukan oleh Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kabupaten Jombang dalam mengatasi permasalahan UKM

Peningkatan kapasitas kelembagaan dan kualitas layanan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) dan koperasi simpan pinjam/usaha simpan pinjam (KSP/USP) antara lain melalui pemberian

Upaya untuk mengatasi hambatan-hambatan yang dihadapi dalam Strategi Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil Dan Menengah Di Lingkungan Ranca Petir Keluraha Ciamis Kabupaten Ciamis Oleh Dinas

PERANAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH UMKM MELALUI PERKUATAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO SYARIAH LKMS Haidar Putra Agya 176120600032 Prodi Perbankan Syariah Universitas Muhammadiyah