BAB IV PEMBAHASAN
4.5. Implementasi Kebijakan Pembinaan UMKM di Kota Tangerang
4.5.4. Sikap/Kecenderungan Agen Pelaksana
4.5.4.2. Partisipatif
Dalam pelaksanaannya, implementor harus mengetahui betul tentang esensi yang terkandung dalam suatu kebijakan dengan memahami isi kebijakannya sehingga para implementor dapat berpartisipasi sepenuhnya dalam menjalankan kebijakannya, sehingga pelaksanaan kebijakan bisa dipastikan berhasil dan tanpa mengalami kendala. Selain dari implementor, partisipasi juga harusnya datang dari warga sekitar yang membantu dalam pelaksanaannya. Seperti halnya dalam pembuatan kebijakan Pemberdayaan UMKM proses terjadinya kebijakan Pemberdayaan UMKM ini dimulai dari tahap kelurahan hingga kepada usulan dewan seperti yang disampaikan oleh I1-1 yaitu :
“Proses terjadinya suatu kegiatan dimulai dari musrenbang kelurahan,
musrenbang kecamatan dan musrenbang kota ditambah program dari
dinas sendiri dan usulan dewan”. (Wawancara: Senin, 18 Juli 2016, 10.44
WIB. Kantor Dinas Indagkop Pusat Pemerintahan Kota Tangerang, lantai 3).
Berdasarkan pendapat di atas dalam pembuatan kebijakan, kegiatan atau program Pemberdayaan UMKM ini tahap awal pembuatannya dimulai dari Musrenbang kelurahan, Musrenbang Kecamatan, Musrenbang Kota lalu ditambah dengan program dari Dinas Indagkop sendiri dan usulan dewan.
Hal serupa pun disampaikan oleh I2-1, beliau mengatakan :
“Yang pasti kita undang baik itu masyrakat, perguruan tinggi, kemnetrian,
ahli pakar kita undang. Dengan memperhatikan renstra dan rpjmd juga sesuai dengan janji pak walikota. Jadi setiap pendapat yang mereka
berikan, kita tampung dan kita harus memperhatikan rpjmnya”.
(Wawancara: Rabu 29 Juni, 10.07 WIB. Kantor Dinas Indagkop Pusat Pemerintahan Kota Tangerang, lantai 3).
Berdasarkan pendapat di atas dalam pembuatan Kebijakan terkait Pemberdayaan UMKM pihak Dinas Indagkop mengundang berbagai pihak dari masyarakat, perguruan tinggi, kementrian dan ahli pakar. Dengan memperhatikan renstra dan rpjmd Dinas Indagkop agar sesuai. Sehingga pendapat-pendapat dari berbagai pihak in ditampung dan harus memperhatikan RPJMnya.
Hal serupa pun disampaikan oleh I4-1,beliau mengatakan :
“Kita melibatkan beberapa unsur dari masyarakat dan lainnya,
perbedaan pendapat dalam pembuatan kebijakan pasti ada karena perbedaan tadi bisa sebagai masukan buat kita dengan mengakomodir semua kepentingan dengan mencari solusi yang terbaik bukan semua
kepentingan tetapi yang terbaik kita ambil”. (Wawancara: Selasa 28 Juni
2016, 09.40 WIB. Lapangan Pusat Pemerintahan Kota Tangerang Lantai 1).
Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa dalam pembuatan kebijakan Pemberdayaan UMKM Dinas Indagkop melibatkan unsur masyarakat dan yang lainnya. Walaupun perbedaan pendapat itu ada pihak Dinas Indagkop menilai itu sebagai masukan dan mencari solusi yang terbaik bukan berarti semua kepentingan tadi diambil tetapi dcarikan yang terbaik dari kepentingan-kepentingan tadi.
Pendapat di atas diperkuat dengan pernyataan dari I6-1 yang tergabung dalam Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI) Kota Tangerang, beliau mengatakan:
“Sejauh ini kita selalu diundang dalam pembuatan kebijakan. Dalam
pembuatan program pemerintah harus memperhatikan kedua belah pihak
dengan melihat dan mendengarkan kebutuhan para pelaku UMKM”.
(Wawancara: Sabtu, 20 Agustus 2016 10.05 WIB. Kediaman Informan, Taman Royal 1).
Berdasarkan pendapat di atas dapat dketahui bahwa Dinas Indagkop memang mengundang dalam pembuatan kebijakan tetapi dalam pembuatan kebijakan ini pemerintah harus mendengarkan dan melihat kebutuhan para pelaku UMKM karena mereka yang merasakan langsung apa yang dibutuhkan dan kekurangan-kekurangan program yang dibuat oleh pemerintah. Dengan memperhatikan kedua belah pihak jadi tidak hanya menguntungkan satu pihak saja dan tidak hanya sekedar membuat kegiatan untuk laporan kepada pemerintah. Hal serupa disampaikan oleh I6-2 yang tergabung dalam Asosiasi Pelaku Usaha Ekonomi Kreatif (ASIFA) Kota Tangerang, beliau mengatakan :
“Kita memang diundang untuk hadir dalam pembuatan kebijakan, jadi
misalkan tahun lalu saya diundang untuk membahas program tahun selanjutnya. Yang saya ingin tegaskan kegiatan yang dibuat oleh
pemerintah dari tahun ke tahun sifatnya monoton hanya itu-itu saja”.
(Wawancara: Selasa, 23 Agustus 2016 11.45 WIB. Kediaman Informan, Perum 1 cimone permai).
Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa pelaku UMKM memang diundang untuk hadir dalam pembuatan kebijakan Pemberdayaan UMKM meskipun terdapat kekurangan seperti kegiatan yang monoton atau sama dengan tahun-tahun sebelumnya.
Berbeda halnya dengan pendapat yang disampaikan oleh I6-3 yang
tergabung dalam UKM Center Kota Tangerang, beliau mengatakan :
“Satu hal pemerintah jika memang konsen terhadap UMKM seharusnya
libatkan dalam penyusunan program banyak stakeholder yang konsen memikirkan hal itu sementara ini hanya yang dianggap anak asuh aja yang diundang, kami-kami tidak”. (Wawancara: Rabu, 24 Agustus 2016 09.39 WIB. Toko Lapis Beneng).
Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa dalam pembuatan kebijakan Pemberdayaan UMKM Dinas Indagkop hanya melibatkan anak asuhnya saja sedangkan yang lainnya tidak. Padahal banyak stakeholder yang konsen memikirkan hal penyusunan program Pemberdayaan UMKM.
Hal ini ditanggapi langsung oleh I1-1 selaku Kepala Dinas Indagkop, beliau mengatakan :
“Sebenenarnya bukan anak asuh atau pilih kasih tetapi kita mengundang
perwakilan dari para UMKM dan dalam pembuatan kebijakan ini kita undang semua elemen baik masyrakat, perguruan tinggi dll. Suara UMKM tetap kita tampung melalui perwakilan kalau kita undang semua kan ga mungkin ruangan dinas kan kecil sedangkan jumlah UMKM ribuan
kemungkinan kita rolling untuk tahun berikutnya”. (Wawancara : Rabu,
07 September 2016 09.07 WIB. Kantor Indagkop Pusat Pemerintahan Kota Tangerang, lantai 3).
Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa Dinas Indagkop mengundang semua perwakilan elemen masyarakat dan mereka yang yang belum di undang ini akan diberikan kesempatan untuk tahun berikutnya dalam mengikuti pembuatan kebijakan. Karena ruangan pemerintah yang tidak mampu menampung ribuan sehingga akan di rolling untuk tahun berikutnya.
Berdasarkan penyataan-pernyataan dan tanggapan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam pembuatan kebijakan Dinas Indagkop mengundang semua elemen masyarakat baik itu perguruan tinggi, masyarakat, dinas terkait, kementrian, ahli pakar dan lainnya. Masing-masing perwakilan dari mereka diundang untuk hadir meskipun tadi ada beberapa yang merasa belum diundang dalam pembuatan kebijakan tetapi Dinas Indagkop menegaskan tidak ada pilih kasih atau anak asuh dalam hal mengundang keterlibatan pembuatan kebijakan ini hanya saja ruangan yang terbatas sehingga mereka yang belum diundang akan dilibatkan untuk tahun berikutnya.