BAB IV PEMBAHASAN
4.5. Implementasi Kebijakan Pembinaan UMKM di Kota Tangerang
4.5.1. Ukuran dan Tujuan Kebijakan
Kinerja Implementasi kebijakan dapat diukur tingkat keberhasilanya jika ukuran dan tujuan dari kebijakan memang realistis dengan sosio kultur yang berada di level pelaksana kebijakan dan pengawas kebijakan. Ketika ukuran kebijakan atau tujuan kebijakan terlalu ideal (bahkan terlalu utopis) untuk dilaksanakan di level warga, maka agak sulit memang merealisasikan kebijakan publik hingga bisa dikatakan efektif atau berhasil.
Kota Tangerang terkenal dengan sebutan kota seribu industri karena banyaknya industri yang berdiri diwilayah tangerang. Yang membuat pertumbuhan ekonomi di Kota Tangerang melaju dengan pesat dengan kontribusiya sebesar 40-50% memiliki peranan dalam laju perekonomian. Tidak hanya industri-industri besar saja yang menjadikan perekonomian di Kota Tangerang ini menjadi pesat tetapi ada peran lain dibaliknya yaitu Usaha Mikro Kecil dan Menengah. Hal ini bisa dilihat dengan banyaknya jumlah Usaha Mikro Kecil dan menengah yang ada di Kota Tangerang terutama di sektor industri, perdagangan dan jasa. Tak lepas dari itu banyaknya pelaku UMKM di bidang Industri makanan di Kota Tangerang sehingga hal ini harus dilihat secara fisik kesehatan dan kebersihan didalamnya. Pemerintah Kota Tangerang khususnya Dinas Indagkop membuat sebuah perogram tentang sertifikat halal dan PIRT halal yang bekerja sama dengan MUI Banten dan Kota Tangerang, Dinas Kesehatan Kota Tangerang dan Dinas Perizinan Kota Tangerang dengan tujuan mengcheck
terjaminnnya suatu makanan dan komposisinya. Dengan disediakannya fasilitas untuk para pelaku UMKM yang menekuni di bidang makanan tetapi disisi lain masih terdapat beberapa kelemahan bagi para pelaku UMKM di Kota Tangerang yaitu Keterampilan dalam hal produk, pemasaran, manajemen dan pencatatan keuangan. Kemudian permodalan dan kurang dalam memasarkan produk dan pengemasan produk, sebagaimana I1-1 menyatakan pendapatnya sebagai berikut :
“sudah ada manfaatnya dengan melakukan penyuluhan dan sosialisasi
dengan kita bantu dengan PIRT halal karena tanpa PIRT halal mereka
tidak dapat menjual produknya dipasar modern”. (Wawancara: Senin, 18
Juli 2016, 10.44 WIB. Kantor Dinas Indagkop Pusat Pemerintahan Kota Tangerang, lantai 3).
Pendapat di atas dapat diketahui bahwa kegiatan yang dibuat oleh Pemerintah Kota Tangerang khususnya Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang sudah sesuai dengan manfaat karena dengan melihat berbagai kelemahan dan kebutuhan tadi seperti dalam hal keterampilan produk, kemasan dan manajemennya. Sehingga program seminar dan penyuluhan tadi ini menjadi hal yang dibutuhkan bagi pelaku UMKM di sektor industri makanan terutama dalam hal pemasaran produk karena harus membutuhkan PIRT halal agar produknya bisa dipasarkan.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh I3-1 yaitu sebagai berikut :
“yang pasti sudah sesuai manfaatnya kita fasilitasi dan kita bekerjasama
dengan dinas kesehatan,dinas perizinan dan MUI dengan memberikan
subsidi dana”. (Wawancara: Rabu 29 Juni 2016, 10.42 WIB. Kantor Dinas
Indagkop Pusat Pemerintahan Kota Tangerang, lantai 3).
Sebagaimana pendapat di atas dapat diketahui bahwa kegiatan sosialisasi pembuatan sertifikat halal dan PIRT halal ini sudah sesuai dengan manfaatnya.
Hal yang dilakukan pemerintah kota tangerang terutama Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi yaitu dengan memfasilitasi dan memberikan subsidi dana.
Hal yang serupa pun disampaikan oleh I4-1 yaitu sebagai berikut :
“Tugas kita hanya memfasilitasi terkait sertifikat halal dan PIRT dengan
mengadakan sosialiasi dan penyuluhan dalam rangka Pemberdayaan”.
(Wawancara: Selasa 28 Juni 2016, 09.40 WIB. Lapangan Pusat Pemerintahan Kota Tangerang Lantai 1).
Pendapat di atas dapat diketahui bahwa Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang hanya memfasilitasi saja terkait sertifikat halal seperti halnya mengadakan sosialisasi PIRT dan membantu para UMKM yang tadinya memiliki sertifikat menjadi memiliki sertfikat halal dengan tujuan meningkatkan daya saing pasar. Dan selebihnya itu tugas dinas kesehatan dan MUI sehingga Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi hanya memfasilitasi saja dalam rangka Pemberdayaan.
Hal yang sama pun diungkapkan oleh I5-1 sebagai berikut :
“Pembuatan gratis tetapi untuk perpanjangan kita beri subsidi dana
sebesar 50%”. (Wawancara: Rabu 29 Juni 2016, 09:30 WIB. Kantor
Dinas Indagkop Pusat Pemerintahan Kota Tangerang Lantai 3).
Sebagaimana pendapat di atas dapat diketahui bahwa Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang telah memberikan secara gratis dalam rangka pembuatan sertifikat halal dan PIRT halal tetapi untuk perpanjangan akan diberikan subsidi dana sebesar 50% dari harga yang ditetapkan dari MUI. Dengan harga 2.5 juta dari 5 juta yang ditetapkan oleh MUI dengan masa aktif 2 tahun.
Dari kesimpulan yang ada di atas dapat diketahui bahwa Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang sudah menyediakan fasilitas bagi para pelaku UMKM dalam penyedian sertifikat halal dan PIRT halal. Peneliti mencoba menguatkan pendapat di atas dengan mewawancarai para pelaku UMKM yang tergabung ke dalam asosiasi-asosiasi UMKM yang ada di Kota Tangerang diantaranya Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI) Kota Tangerang, Asosiasi Pelaku Usaha Ekonomi Kreatif (ASIFA) Kota Tangerang dan UKM Center Kota Tangerang. Berbagai pendapat dilontarkan oleh para pelaku UMKM terkait Kegiatan yang dibuat oleh Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi seperti halnya dalam pembuatan sertifikat halal ini. Dan ternyata para pelaku UMKM di Kota Tangerang mendapatkan fasilitas yang disediakan oleh Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi berupa bantuan gratis, sebagaimana yang disampaikan oleh I6-1 sebagai berikut :
“Memang disediakan fasilitas dari Dinas Indagkop yang bekerja sama
dengan MUI namun berhubung saat itu saya sedang dikejar waktu
sehingga saya tidak sempat merasakan fasilitas yang disediakan”.
(Wawancara: Sabtu, 20 Agustus 2016 10.05 WIB. Kediaman Informan, Taman Royal 1).
Pendapat di atas dapat ketahui bahwa pelaku UMKM memang diberikan fasilitas dalam pembuatan halal ini namun karena pada saat waktu yang sama pelaku UMKM diharuskan menunggu kuota sehingga pelaku UMKM ini harus mengikuti bantuan dari provinsi karena dikejar waktu untuk membuat sertifikat halal agar produknya bisa dipasarkan. Sehingga pelaku UMKM ini belum menikmati lantaran hal tersebut. Dengan mengikuti bantuan yang ada di Provinsi dengan lokasi di cilegon karena kebijakan setiap daerah berbeda pelaku UMKM
ini dikenakan biaya administrasi. Dan masa aktif untuk sertifikat halal 2 tahun lalu untuk PIRT 5 tahun.
Hal yang sama pun diungkapkan oleh I6-2 pelaku UMKM yang tergabung ke dalam Asosiasi Pelaku Usaha Ekonomi Kreatif (ASIFA) Kota Tangerang sebagai berikut :
“Kebetulan dapat fasilitas dari Dinas Indagkop lalu dicheck bahan baku
oleh MUI setelah sebulan keluar sertifikat MUI, setelah itu ikut penyuluhan dari dinas kesehatan setelah terima surat dari dinas kesehatan langsung didaftarkan ke dinas Perizinan untuk PIRT kurang lebih 2 minggu. Pembuatan memang gratis hanya ada biaya administrasi
di dinas kesehatan”. (Wawancara: Selasa, 23 Agustus 2016 11.45 WIB.
Kediaman Informan, Perum 1 cimone permai).
Pendapat di atas dapat diketahui bahwa pelaku UMKM ini mendapatkan fasilitas untuk halal ini dimulai dari MUI sampai ke dinas perizinan. Dengan tahap awal pengcheckan bahan baku dari MUI Provinsi setelah semuanya selesai keluar sertifikat halal kurang lebih 1bulan dari tanggal pengcheckan. Lalu untuk PIRT pelaku UMKM ini mengikuti penyuluhan sertifikat pangan dari dinas kesehatan setelah sudah surat diterima dari dinas kesehatan langsung mendaftar ke dinas perizinan untuk PIRT dan orang dari dinas perizinan ini melakukan survey ke tempat usaha tersebut,kemudian keluar sertifikat PIRT disertai nomor kurang lebih 2minggu dari hari survey. Dalam pembuatan sertifikat halal ini dilakukan secara gratis namun ada biaya administrasi di dinas kesehatan untuk sertifikasi pangan sebesar 239ribu.
Dari dua pendapat yang ada di atas dapat diketahui bahwa Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang memang menyediakan fasilitas halal kepada para pelaku UMKM di Kota Tangerang.
Namun berbeda halnya yang disampaikan oleh I6-3 pelaku UMKM yang tergabung ke dalam UKM Center Kota Tangerang dan Gray Pangan Lokal Banten bahwasannya Dinas Indagkop belum mampu mengakomodir secara keseluruhan Para pelaku UMKM yang ada di Kota Tangerang dalam kegiatan sertifikasi halal ini, sebagaimana berikut :
“Hanya bagian dari seminar saja tetapi belum mampu mengakomodir
secara keseluruhan sehingga belum semuanya terfasilitasi dikarenakan pemerintah belum memiliki database tentang jumlah UMKM yang sudah memiliki halal dan yang belum memiliki halal”. (Wawancara: Rabu, 24 Agustus 2016 09.39 WIB. Toko Lapis Beneng).
Dapat diketahui bahwasannya Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi ini belum mampu memfasilitasi seluruh UMKM yang ada di Kota Tangerang hal ini disebabkan karena Dinas Indagkop belum memiliki database terkait jumlah pelaku UMKM yag sudah memiliki halal dan yang belum memiliki halal agar nantinya bisa diketahui.
Hal tersebut ditanggapi oleh I1-1 sebagai berikut :
“Memang kita belum memilik database jumlah UMKM dikarenakan
jumlah SDM di Dinas Indagkop dari sisi kuantitas bisa dikatakan kurang dengan luas wilayah kota tangerang yang terdiri dari 13 Kecamatan dan 104 kelurahan sehingga kita belum bisa membina kelapangan secara
keseluruhan”. (Wawancara : Rabu, 07 September 2016 09.07 WIB.
Sebagaimana pendapat di atas dapat diketahu bahwasannya pemerintah belum memiliki database jumlah UMKM yang memiliki sertifikat halal dan yang belum memiliki sertifikat halal dikarenakan Sumber Daya Manusia yang berada di Dinas Indagkop dari segi kuantitas masih kurang sehingga masih belum bisa membina ke lapangan secara keseluruhan dengan luas wilayah 13 Kecamatan dan 104 kelurahan. Namun dalam kebutuhannya memang sudah sesuai dengan kebutuhan yang ada meski belum semua dapat menikmati fasilitas tersebut.
Berdasarkan pendapat yang ada di atas dapat disimpulkan pengadaan fasilitas terkait sosialisasi sertifikat halal ini belum maksimal karena Dinas Indagkop belum bisa mengakomodir secara keseluruhan terkait fasilitas halal ini. Masih banyak pelaku UMKM yang belum terfasilitasi hal ini bisa dilihat dari data yang peneliti dapat dari salah satu pegawai Dinas Indagkop kota tangerang bahwasannya jumlah UMKM yang telah memiiliki sertifikat halal di kota tangerang pada tahun 2014 sebanyak 8, tahun 2015 sebanyak 41 dan tahun ini sampai saat ini baru 40 yang memiliki serrtifkat halal. Dapat dilihat bahwasannya dari sekian banyak jumlah pelaku UMKM dibidang sektor makanan hanya beberapa saja yang sudah memiliki sertifikat halal sehingga pemerintah harus bisa membuat suatu keputusan agar seluruh UMKM yang ada di Kota Tangerang bisa menikmati fasilitas yang disediakan oleh Dinas Indagkop.
Modal merupakan faktor utama dalam memulai usaha sehingga peneliti mencoba mencari jawaban terkait fasilitas apa saja yang sudah disediakan oleh
Dinas Indagkop Kota Tangerang dalam hal permodalan, sebagaimana yang diungkapan oleh I1-1 yaitu :
“Langkah pertama Sosialisasi kedua Fasilitasi ke perbankan dan LPDB
karena memang kita belum memilik LKM. Untuk pelatihan pengolaan kita buat pelatihannya”. (Wawancara: Senin, 18 Juli 2016, 10.44 WIB. Kantor Dinas Indagkop Pusat Pemerintahan Kota Tangerang, lantai 3).
Pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa langkah yang dibuat oleh Dinas Indagkop Kota Tangerang dalam hakl permodalan adalah sosialiasi dan fasilitasi untuk akses menuju perbankan dan lembaga keuangan lain yaitu LPDB dari kementrian koperasi dan lemabaga keuangan lain. Lembaga keuangan mikro di kota tangerang memang belum tersedia. Kemudian untuk pelatihan seperti pengelolaan keuangan Dinas Indagkop membuat pelatihan tentang pencatatan untuk syarat permohonan ke bank dan Dinas Indagkop bekerjasama dengan BPN bagi UMKM yang memang mempunyai lahan/tanah dengan dibantu sertifikasi tanahnya untuk jaminan ke bank.
Hal serupa pun disampaikan oleh I2-1, sebagaimana dibawah ini:
“Lembaga Keuangan Mikro memang belum ada di Kota tangerang tetapi
kita sudah menyediakan fasilitas permodalan yagn bekerjasama dengan pihak perbankan maupun nob bank. Dan kita berikan juga pelaitahn bimtek tentang pengelolaan keuangan”. (Wawancara: Rabu 29 Juni, 10.07 WIB. Kantor Dinas Indagkop Pusat Pemerintahan Kota Tangerang, lantai 3).
Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa Lembaga Keuangan Mikro memang belum tersedia di Kota Tangerang. Pemerintah juga bekerjasama dengan pihak perbankan seperti hanya BRI&BNI dan pihak non bank seperti halnya pegadaian. Dan pemerintah juga melakukan sebuah pelatihan tentang
pengelolaan keuangan seperti manajemen pengelolaan keuangan karena pelatihan seperti pencatatan dan pembukuan merupakan salah satu syarat agar mereka bisa mengajukan pinjaman modal ke bank sehingga Dinas Indagkop mengarahkan mereka untuk bisa membuat pengelolaan keuangannya secara baik.
Hal senada pun disampaikan oleh I4-1 yaitu :
“Sejauh ini kita memiliki kemitraan dengan BRI dan pegadaian. Tetapi
untuk Lembaga Keuangan Mikro memang belum ada. Untuk pelatihan kita adakan seperti misalnya dari segi Perencanaan, Kordinasi dalam rangka
meningkatkan mutu keuangan dan pembukuannya”. (Wawancara: Selasa
28 Juni 2016, 09.40 WIB. Lapangan Pusat Pemerintahan Kota Tangerang Lantai 1).
Berdasarkan pendapat di atas bisa lihat bahwa Lembaga Keuangan Mikro memang belum ada dan pemerintah sudah memilik kemitraan dengan BRI dan Pegadaian dalam hal permodalan. Lalu untuk pelatihan dalam hal keuangan pun di adakan dalam rangka meningkatkan mutu keuangan dan pembukuannya.
Dinas Indagkop melakukan sosialisasi bantuan permodalan untuk para pelaku yang bekerja sama dengan berbagai macam lembaga permodalan. Dan dinas indagkop melalui LPDB memberikan pinjaman modal sebesar 210 juta kepada para pelaku UMKM yang membutuhkan modal tidak hanya itu saja para pelaku UMKM harus memiliki IUMK agar bisa memudahkan mereka dalam mengajukan pinjaman ke lembaga permodalan, sebagaimana yang disampaikan oleh I5-1 yaitu :
“kita lakukan sosialisasi bantuan permodalan dengan narasumber dari
kementrian koperasi dan UKM. Kita juga bekersama dengan BRI &BNI dan pegadaian. Namun untuk Lembaga Keuangan Mikro belum tersedia di Kota Tangerang. Dan kitaberikan pinjaman sebesar 210 jt untuk mereka
yang mebutuhkan modal”. (Wawancara: Rabu 29 Juni 2016, 09:30 WIB. Kantor Dinas Indagkop Pusat Pemerintahan Kota Tangerang Lantai 3). Dari pendapat di atas dapat diketahui bahwa Lembaga Keuangan Mikro memang belum ada di Kota Tangerang pemerintah hanya mnyediakan fasilitas dari pihak perbankan dan non perbankan lalu dengan Lembaga permodalan seperti LPDB.
Dan pendapat-pendapat di atas diperkuat oleh para pelaku UMKM di Kota Tangerang, dalam peminjaman modal di kota tangerang mudah untuk dicari karena banyak penawaran-penawaran yang diberikan dari pihak pemerintah dan swasta seperti BUMN, angkasa pura, jasa marga dsb. Masing-masing BUMN tersebut memiliki modal untuk membantu para UMKM. Seperti yang disampaikan oleh I6-1 yaitu :
“Modal saya rasa banyak karena banyak sekali penawaran dari pihak
angkasa pura, jasa marga dll. Masing2 dari mereka memiliki modal untuk membantu para UMKM. Dan biasanya kita di bina lalu di orbitkan produk-produk kita oleh mereka. Untuk pelatihan pernah namun
akhir-akhir ini sudah jarang dilakukan”. (Wawancara: Sabtu, 20 Agustus 2016
10.05 WIB. Kediaman Informan, Taman Royal 1).
Berdasarkan pendapat di atas dapat dketahui bahwa Fasilitas permodalan di Kota Tangerang ini bisa dibilang memadai. Dan banyak dari mereka yang diberikan penawaran-penawaran untuk peminjaman modal oleh lembaga-lembaga tertentu. Dan biasanya mereka tergabung ke dalam binaan tersebut lalu dibina setelah itu di orbitkan produk mereka melaui bazar. Namun untuk pelatihan keuangan di kota tangerang masih jarang dilakukan.
“Awalnya modal pribadi tetapi beberapa tahun kemudian saya ikut PKBL binaan angkasa pura dan mengikuti binaan BRI. Untuk kegiatan pengelolaan keuangan rasa jarang dan itu dibutuhkan sekali untuk para
pelaku UMKM”. (Wawancara: Selasa, 23 Agustus 2016 11.45 WIB.
Kediaman Informan, Perum 1 cimone permai).
Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa informan I6-2 mengikuti binaan dari angkasa pura dan BRI dari pihak perbankan dengan memfasilitasi kebutuhan permodalan. Namun untuk pelatihan pengelolaa di Kota Tangerang masih jarang dilakukan.
Hal senada pun disampaikan oleh I6-3 sebagai berikut :
“Hanya Pemberdayaan dan seminar tentang permodalan yang disediakan
oleh Indagkop namun diluar itu memang sudah banayak binaan-binaan dalam hal permodalan dari berbagai pihak. Untuk pengelolaan keuangan saya kira masih standar-standar saja kerena industri mikro belum pada
modal belum pada sumberdaya”. (Wawancara: Rabu, 24 Agustus 2016
09.39 WIB. Toko Lapis Beneng).
Berdasarkan pendapat di atas langkah yang dibuat oleh pemerintah dalam hal permodalan hanya sebatas seminar dan Pemberdayaan untuk pengelolaan keuangan memang standar karena masih industri mikro yang belum padat modal dan sumberdaya dalam artian transaksi yang dilakukan masih standar-standar saja.
Hal ini pun ditanggapi oleh I3-1 selaku Kepala Bidang UKM dan Koperasi sebagaimana berikut :
“Untuk modal rata-rata pelaku UMKM masih menggunakan modal
sendiri tidak memanfaatkan modal dari luar dikarenakan pembukuan yang tidak bank-able sehingga kurang mendapatkan kepercayaan dari bank”.
(Wawancara: Rabu 07 September 2016 10.24 WIB. Kantor Indagkop Pusat Pemerintahan Kota Tangerang, lantai 3).
Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa penyebab UMKM belum bisa menggunakan modal dari pihak perbankan adalah karena sistem pembukuannya yang masih belum rapih dan belum baik. Sehingga belum mendapat kepercayaan dari pihak perbankan dalam mengajukan pinjaman modal. Sehingga Dinas Indagkop berusaha semaksimal mungkin untuk membuat kegiatan tentang pembukuan dan pencatatan yang nantinya akan di adakan di setiap kelurahan dan program ini sudah dijalankan sedikit demi sedikiti oleh Dinas Indagkop dan sejauh ini Dinas Indagkop sudah membuat kebijakan tentang IUMK dengan tujuan mempermudah para pelaku UMKM mengajukan permodalan ke lembaga permodalan. Dan nantinya pendaftaran IUMK ini lewat kelurahan setempat di wilayah kota tangerang.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa fasilitas permodalan yang disediakan oleh Dinas Indagkop Kota Tangerang masih kurang memadai karena belum ada Lembaga Keuangan Mikro di Kota Tangerang. Karena para pelaku UMKM di Kota Tangerang ini masih banyak yang belum baik dalam mengelola pembukuannya dan masih standar sehingga belum meendapatkan kepercayaan dari pihak perbankan. Sehingga perlu adanya Lembaga Keuangan Mikro bagi para pelaku UMKM yang belum bisa membuat keuangannya secara baik. Namun disisi lain banyak penawaran-penawaran modal dari berbagai pihak sehingga para pelaku UMKM lebih memilih untuk meminjam modal ke pihak lain dibandingkan yang disediakn oleh Dinas Indagkop dan ikut serta dalam binaan mereka yaitu PKBL (Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Bina Lingkungan). Komitmen ini merupakan
wujud dari tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility) yang dilakukan oleh berbagai pihak seperti angkasa pura, jasa marga dll. Dan sampai saat ini Dinas Indagkop Kota Tangerang sudah membuat sebuah program atau kebijakan tentang IUMK (Izin Usaha Mikro Kecil) dengan tujuan mempermudah para UMKM untuk mengajukan modal pihak perbankan dan saat ini sudah dijalankan di setiap kelurahan.
Pencapaian kinerja organisasi akan dapat diukur dengan baik apabila terdapat satuan pengukuran yang memadai. Untuk itu tentunya diperlukan suatu kegiatan yang dapat menunjang organisasi dalam mengukur kinerjanya. Berbagai macam kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah kota tangerang khususnya Dinas Indagkop dalam rangka memberdayakan UMKM yang ada di Kota Tangerang. Lalu bagaimana sifat dari kegiatan yang diadakan oleh Dinas Indagkop. Sifat ini pula yang menjadi penunjang pencapaian suatu kinerja organisasi dalam melakukan sebuah kegiatan atau program, di Kota Tangerang kegiatan yang dibuat hampir seluruhnya bersifat sosialisasi dan penyuluhan sudah jarang kegiatan yang bersifat seminar. Sebagaimana yang disampaikan oleh I1-1 yaitu :
“ada sosialisasi ada pelatihan kalau seminar udah jarang. Kita ajak
mereka pameran diluar daerah dan di dalam daerah bagi ukm yang
produknya bagus dan produksinya continue”. (Wawancara: Senin, 18 Juli
2016, 10.44 WIB. Kantor Dinas Indagkop Pusat Pemerintahan Kota Tangerang, lantai 3).
Pendapat I1-1 diperkuat oleh pendapat I3-1 yang menyatakan pendapatnya sebagai berikut :
“dari kegiatan yang ada seperti pelatihan, sosialisasi, bimtek, kemitraan
dan workshop”. (Wawancara: Rabu 29 Juni 2016, 10.42 WIB. Kantor
Dinas Indagkop Pusat Pemerintahan Kota Tangerang, lantai 3).
Sebagaimana pendapat di atas dapat diketahui bahwa sifat kegiatan yang dilakukan oleh Dinas Indagkop Kota Tangerang adalah pelatihan, sosialisasi, bimtek, kemitraan dan workshop. Masih terdapat beberapa program yang sifatnya seminar namun tidak sering dilakukan.
Senada dengan yang diungkapkan di atas I6-1 menyatakan pendapatnya sebagai berikut :
“sifatnya pelatihan lalu ada juga penyuluhan untuk seminar memang
sejauh ini sudah jarang dilakukan walaupun terkadang masih ada beberapa kegiatan yang bersifat seminar. Saya rasa kegiatan seminar itu kurang efektif karena selain buang waktu itu juga membuang-buang anggaran jadi seharusnya kegiatan yang dibuat lebih ke pelatihan atau penyuluhan agar setelah kita ke luar dari ruangan itu kita sudah tahu
apa yang harus kita lakukan”. (Wawancara: Sabtu, 20 Agustus 2016
10.05 WIB. Kediaman Informan, Taman Royal 1).
Sebagaimana pendapat di atas dapat diketahui bahwa dalam hal kegiatan yang dibuat oleh Dinas Indagkop sejauh ini sudah mengalami perkembangan yang awalnya bersifat seminar sudah berubah menjadi pelatihan, penyuluhan, bimtek, sosialisasi yang bernilai sesuai dengan kebutuhan dan manfaat untuk para pelaku UMKM di Kota Tangerang meskipun masih terdapat program yang sifatnya seminar.
4.5.2 Sumber – sumber kebijakan