SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mata Kuliah untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada Program Studi Ilmu Administrasi Negara
Oleh :
VINA NIRMALA
NIM. 6661 072810
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
Skripsi ini ku persembahkan kepada :
kedua orang tuaku tercinta
kakaku tersayang dan
vi
Vina Nirmala. NIM. 072810. SKRIPSI. Pengaruh Sosialisasi Keluarga Berencana (KB) Terhadap Efektivitas Program KB di Kecamatan Serang.
Pelaksanaan keluarga berencana (KB) merupakan usaha langsung yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan mengatasi jumlah penduduk yang meningkat, namun pada kenyataannya masih banyak faktor yang menghambat dalam pencapaian program keluarga berencana. Tujuan penelitian ini adalah melakukan penelitian terhadap pengaruh sosialisasi KB terhadap efektifitas program KB di Kecamatan Serang dan mengetahui besarnya pengaruh sosialisasi KB terhadap efektifitas proram KB di Kecamatan Serang. Penelitian ini merupakan penelitian metode eksplanatif dengan pendekatan kuantitatif. Populasi yang diteliti adalah seluruh pasangan usia subur (PUS) di Kecamatan Serang, berjumlah 32.028 PUS dengan menggunakan teknik Cluster Random Sampling, dengn jumlah sampel 100 PUS. Variabel independen yang diukur adalah sosialisasi KB, sedangkan variabel dependen yang diukur adalah efektifitas program KB, kemudian diuji dengan menggunakan metode regresi linier sederhana. Dari hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai R Square sebesar 0,527 atau 52,7% yang artinya sosialisasi KB dapat mempengaruhi efektifitas program KB sebesar 52,7%. Dari perhitungan signifikansi, hasil perhitungan didapat bahwa hitung sebesar 10,444 dan tabel diperoleh 1,89, oleh karena t-hitung lebih besar dari t-tabel (10,444 > 1,98) maka Ho ditolak dan Ha diterima. Jadi kesimpulannya adalah terdapat pengaruh antara sosialisasi KB terhadap efektivitas program KB di Kecamatan Serang sebesar 52,7%. Saran peneliti adalah memperbanyak tenaga penyuluh KB dan perlu adanya pelatihan bagi petugas KB dalam penyampaian informasi agar memaksimalkan jalannya pelaksanaan program KB guna tercapainya tujuan pelaksanaan program KB.
vii
Vina Nirmala. NIM. 072810. SKRIPSI. The Influence Socialization of KB to The Effectiveness of Family Planning Programs In Sub-District of Serang.
The Implementation of Keluarga Berencana (KB) is a direct effort that aims to growing the welfare of society by surpassing the increasing of population. But in the reality, there are many factors that chaser of Keluarga Berencana Programs reached. The purpose of this research is to researching of KB socialization influence on the effectiveness of KB programs in Serang district. And to know the influence highest of KB socialization on the effectiveness of KB Programs in Serang district. The research is explanative research method with quantitative approach. The populations studied were all couple of childbearing age (EFA) in Serang district, totaling 32,028 EFA using the Cluster Random Sampling technique. With 100 EFA less number sample, independent variables measured were KB socialization, while the dependent variables being measured is KB programs effectiveness. And then it would be tested using simple linear regression method. From the results of calculations show that the value of R Square is 0.527 or 52.7%, which means that socialization can affect the effectiveness of program KB by 52.7%. The calculation of significance, the calculation results obtained that the t-count of 10.444 and 1.89 t-table is obtained, therefore t-count is greater than t-table (10.444> 1.98), then Ho is rejected and Ha accepted. So the conclusion is there is influence between the socialization of KB on the effectiveness of program KB in the district of Serang by 52.7%. Advice of researchers is to multiply the extension workers of KB and the need training for staff in the delivery of information in order to maximize the course of implementation of program KB in order to achieve the purpose of program KB.
viii
Puji dan syukur kepada Allah Bapa Yang Maha Kuasa, berkat kasih dan
karunia-nya penulis akhirnya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Pengaruh
Sosialisasi Keluarga Berencana (KB) Terhadap Efektivitas Program KB di
Kecamatan Serang.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dan
kelemahan dalam skripsi ini. Kekurangan dan kelemahan tersebut semata-mata
muncul karena keterbatasan wawasan penulis. Untuk itu penulis mengharapkan
segala kritik dan saran yang bersifat membangun guna menyempurnakan skripsi
ini. Selesainya skripsi ini tidak terlepas dari dukungan dari semua pihak, untuk itu
tepat kiranya pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd. Selaku Rektor Universitas Sultan ageng Tirtayasa.
2. Dr. Ahmad Sihabudin, M.Si Selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
3. Dr. Agus Sjafari, S.Sos., M.Si Selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
4. Rahmi Winangsih, Dra., M.Si Selaku Pembantu Dekan II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
ix
Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan ageng Tirtayasa.
8. Maulana Yusuf, S.IP., M.Si selaku Pembimbing Akademik yang selalu memberikan arahan dan masukan selama perkuliahan.
9. Dr. Asnawi Syarbini, S.IP., M.PA, Selaku Dosen Pembimbing I yang senantiasa membimbing dan memberikan saran kepada peneliti dalam setiap bimbingan yang telah dilakukan.
10.Arenawati, S. Sos. M.Si, Selaku Dosen Pembimbing II yang senantiasa membimbing dan memberikan saran kepada peneliti dalam setiap bimbingan yang telah dilakukan.
11. Seluruh Dosen dan Staf Jurusan administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan ageng Tirtayasa yang telah membekali penulis dengan ilmu pengetahuan selama perkuliahan.
12.Seluruh pegawai Dinas Badan Pemberdayaan Masyarakat Perempuan dan Keluarga Berencana (BPMPKB) Kota Serang yang mengizinkan penulis meminta waktu dan tenaganya dalam membantu peneliti mencapai tujuan penelitian.
13.Seluruh pegawai Kecamatan Serang yang mengizinkan penulis meminta waktu dan tenaganya dalam membantu peneliti mencapai tujuan penelitian.
14.Masyarakat Kecamatan Serang khususnya PUS yang senantiasa membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian.
x
diberikan serta ceramahan yang selalu diberikan pada penulis.
18.Teman-teman seperjuanganku Nie, Meta, Tia, Icha, Sendi, Yeni, Itin, Dace yang selalu mendukung dan doa yang selalu diberikan pada penulis, tetap semangat yah.
19.Seluruh teman-teman Administrasi Negara angkatan 2007 yang tidak bisa disebutkan satu-persatu.
Tidak lupa penulis memohon maaf atas semua kekurangan dan kesalahan
yang terdapat dalam skripsi ini. Penulis memohon kritik dan saran yang dapat
membawa skripsi ini menjadi lebih baik. Penulis berharap semoga skripsi ini
dapat dilanjutkan menjadi sebuah skripsi yang dapat bermanfaat dan berguna bagi
siapa saja yang membacanya dan penulis khususnya.
Serang, Oktober 2011
x
Halaman
PERSYARATAN ORISIONALITAS
LEMBAR PERSETUJUAN
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
ABSTRAK... v
KATA PENGANTAR... vii
DAFTAR ISI... x
DAFTAR TABEL... xiii
DAFTAR GAMBAR... xv
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang... 1
1.2Identifikasi Masalah... 14
1.3Perumusan Masalah... 14
1.4Tujuan Penelitian... 15
1.5Manfaat Penelitian... 15
1.6Sistematika Penulisan... 16
BAB II DESKRIPSI TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Deskripsi Teori………. 18
2.1.1 Sosialisasi... 18
2.1.2 Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)…………... 20
2.1.3 Efektifitas... 32
xi
2.2 Kerangka Berfikir... 56
2.3 Hipotesis Penelitian... 61
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian... 62
3.2 Instrumen Penelitian... 63
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian... 67
3.4 Teknik Pengolahan dan Analisis Data... 70
3.4.1 Uji Validitas………... 71
3.4.2 Uji Realibilitas……… 75
3.5 Uji Koefisien Korelasi Prodact Moment……….. 77
3.6 Uji Signifikansi………. 78
3.7 Uji Koefisien Determinasi……….... 79
3.8 Uji Regresi Linier Sederhana………... 79
3.9 Lokasi dan Jadwal Penelitian... 81
BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Objek Penelitian……… 82
4.1.1 Jumlah Kota Penduduk………... 84
4.1.2 Jumlah Kota Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur……… 87
4.1.3 Keadaan Penduduk……….. 88
4.1.4 Jumlah Penduduk Menurut Regristrasi Penduduk Kecamatan Serang………. 90
4.2 Deskripsi Data……… 91
4.2.1 Identitas Responden……… 91
xii
4.3.2 Uji Regresi Linier Sederhana………... 122
4.3.3 Uji Signifikansi……… 123
4.3.4 Analisis Determinasi……… 124
4.4 Interprestasi Hasil Penelitian………. 125
4.5 Pembahasan……… 127
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan……… 133
5.2 Saran……….. 134
DAFTAR PUSTAKA……… 136
iv
Tabel 1.1 Pendataan Peserta KB Aktif………... 7
Tabel 1.2 Perkembangan Jumlah Akseptor KB Tahun 2008-2009………... 8
Tabel 3.1 Skoring Item Instrumen………... 63
Tabel 3.2 Instrumen Penelitian………...………... 64
Tabel 3.3 Teknik Perhitungan Sampel……….……….. 69
Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel X (Uji Butir Pertanyaan X).... 73
Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Y (Uji Butir Pertanyaan Y).... 74
Tabel 3.6 Statistik Reliabilitas (Variabel X)……….. 77
Tabel 3.7 Statistik Reliabilitas (variabel Y)………... 77
Tabel 3.8 Waktu Penelitian………. 81
Tabel 4.1 Jumlah Total Penduduk Kecamatan Serang………….……….. 84
Tabel 4.2 Luas Wilayah Desa/Kelurahan di Kecamatan Serang………. 86
Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Kecamatan Serang Berdasarkan Kelompok Umur... 87
Tabel 4.4 Jumlah Penduduk Kecamatan serang Berdasarkan Mata Pencaharian... 89
Tabel 4.5 Jumlah Penduduk Menurut Regristrasi Penduduk Kec. Serang………. 91
Tabel 4.6 Tabel Skor hasil Pertanyaan No.1 (Variabel X)………. 98
Tabel 4.7 Tabel Skor hasil Pertanyaan No.2 (Variabel X)………. 99
Tabel 4.8 Tabel Skor hasil Pertanyaan No.3 (Variabel X)………. 101
Tabel 4.9 Tabel Skor hasil Pertanyaan No.4 (Variabel X)………. 102
v
Tabel 4.14 Tabel Skor hasil Pertanyaan No.9 (Variabel X)………. 108
Tabel 4.15 Tabel Skor hasil Pertanyaan No.10 (Variabel Y)……… 109
Tabel 4.16 Tabel Skor hasil Pertanyaan No.11 (Variabel Y)……… 110
Tabel 4.17 Tabel Skor hasil Pertanyaan No.12 (Variabel Y)……… 111
Tabel 4.18 Tabel Skor hasil Pertanyaan No.13 (Variabel Y)……… 112
Tabel 4.19 Tabel Skor hasil Pertanyaan No.14 (Variabel Y)……… 113
Tabel 4.20 Tabel Skor hasil Pertanyaan No.15 (Variabel Y)……… 114
Tabel 4.21 Tabel Skor hasil Pertanyaan No.16 (Variabel Y)……… 115
Tabel 4.22 Tabel Skor hasil Pertanyaan No.17 (Variabel Y)……… 116
Tabel 4.23 Tabel Skor hasil Pertanyaan No.18 (Variabel Y)……… 117
Tabel 4.24 Tabel Skor hasil Pertanyaan No.19 (Variabel Y)……… 118
Tabel 4.25 Tabel Skor hasil Pertanyaan No.20 (Variabel Y)……… 119
Tabel 4.26 Hasil Perhitungan Koefisien Korelasi………. 121
Tabel 4.27 Hasil Perhitungan Regresi Linier Sederhana……….. 122
Tabel 4.28 Hasil Perhitungan Uji Signifikansi………. 123
vi
Gambar 4.1 Jumlah Responden Per Kelurahan………... 92
Gambar 4.2 Jumlah Responden Berdasarkan Usia……….. 93
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kendala yang dihadapi oleh negara Indonesia dalam kaitannya dengan
pembangunan berkelanjutan hampir semuanya sama, yaitu pada umumnya
bersumber pada permasalahan kependudukan. Mulai dari masih tingginya
angka kematian bayi dan ibu melahirkan, rendahnya kesadaran masyarakat
tentang hak-hak reproduksi, serta masih cukup tingginya laju petumbuhan
penduduk yang tidak sebanding dengan daya dukung lingkungan. Semua
jenis program pembangunan tentunya diintegrasikan dan akan dibawa ke
dalam suatu tujuan pembangunan, yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan
dan kualitas hidup penduduk. Tanpa disadari betapa besar pengaruh faktor
kependudukan terhadap kesejahteraan rakyat.
Teori menurut Malthus1, “reproduksi manusia cenderung deret ukur.
Pasokan bahan pangan hanya tumbuh secara deret hitung. Akibatnya akan
terjadi kesenjangan dalam penyediaan bahan pangan dibandingkan jumlah
penduduk”. Malthus sudah tegas mempersoalkan tentang kekeringan, banjir,
bahaya kelaparan, wabah penyakit, yang disebut positive checks, terjadi
sebagai akibat ketidak-seimbangan pertambahan jumlah penduduk dan
lingkungan alam. Malthus yakin bahwa manusia akan tetap hidup
miskin/melarat dan berakhir dengan kematian, selama terjadi
1
seimbangan jumlah penduduk dengan daya dukung lingkungan, khususnya
ketidak-seimbangan jumlah penduduk dengan persediaan bahan makanan.
Maka dari itu penduduk merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan
dalam proses pembangunan dewasa ini. Dimana, jumlah penduduk yang besar
dengan komposisi dan distribusi yang lebih merata, dapat menjadi potensi
tetapi dapat pula menjadi beban dalam proses pembangunan apabila
berkualitas rendah. Karena itu, proses pengembangan yang dilakukan selain
diarahkan dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia, harus
pula mencangkup upaya untuk mengendalikan laju pertumbuhan serta
menyeimbangkan komposisi dan distribusi penduduk. Begitu pula di Banten,
jumlah penduduk Banten tahun 2009 sebanyak 9,78 juta jiwa2 merupakan penduduk yang sangat banyak bila dibandingkan dengan jumlah wilayah
daerah Banten. Setiap tahunnya meningkat dan sangat tinggi, populasi Banten
merupakan kelima terbesar di Indonesia, ini membuktikan bahwa begitu besar
jumlah penduduk di Banten ini. Dengan jumlah penduduk yang meningkat di
Banten haruslah berkomposisi lebih merata agar menghasilkan penduduk
yang berkualitas.
Jumlah penduduk semakin tahun semakin meningkat, menurut data
BPS Provinsi Banten, pada tahun 2000 awal berdirinya Banten menjadi
provinsi, Banten berjumlah 8,10 juta jiwa tapi pada tahun 2009 meningkat
menjadi 9,78 juta jiwa atau tumbuh rata-rata sebesar 2,12 persen per tahun.
Apabila dibandingkan dengan proyeksi penduduk Indonesia yang mencapai
2
231,37 juta orang maka penduduk Banten pada tahun 2009 sudah mencapai
4,20 persen dari total penduduk Indonesia, sehingga Banten menjadi provinsi
dengan populasi terbesar kelima di Indonesia. Pada tahun 2009, banten juga
termasuk empat besar provinsi yang terpadat penduduknya yaitu dengan
tingkat kepadatan mencapai 1.085 jiwa per km2 atau untuk setiap satu kilometer persegi wilayah Provinsi Banten dihuni oleh sekitar 1.085
penduduk.3
Persebaran penduduk di Banten secara spasial tidak merata, karena
masih terkonsentrasi di wilayah Kabupaten Tangerang, kota Tangerang, dan
kota Tangerang Selatan. Dengan luas wilayah kurang dari 14 persen dari
seluruh luas wilayah Provinsi Banten, ketiga wilayah tersebut pada tahun
2009 dihuni oleh sekitar 53,47 persen dari seluruh penduduk Banten.
Akibatnya, tingkat kepadatan penduduk antar wilayah di Banten menjadi
sangat tidak merata. Tercatat, kota Tangerang merupakan wilayah dengan
tingkat kepadatan tertinggi, mencapai 10.101 jiwa per km2. Sedangkan yang terendah adalah Kabupaten lebak yaitu dengan tingkat kepadatan penduduk
hanya 367 jiwa per km2. Berarti kota Tangerang hampir 28 kali lebih padat
bila dibandingkan dengan kabupaten Lebak.4
Jumlah penduduk yang terlalu besar akan menimbulkan padatnya
penduduk yang akan menimbulkan peningkatan kemiskinan; peningkatan
jumlah pengangguran karena keterbatasan lowongan pekerjaan; keterbatasan
tempat tinggal; dan akan menimbulkan kondisi alam misalnya banjir karena
3
BPS Provinsi Banten Tahun 2010
4
lahan hutan telah dijadikan pemukiman dan pabrik, serta kondisi alam seperti
isu tenggelamnya kota Jakarta karena begitu padatnya penduduk di jakarta.
Penyebaran penduduk yang kurang seimbang juga dipersulit pemanfaatan
sumber daya alam dan sumber daya manusia bagi pembangunan. Di daerah
dengan kepadatan penduduk tinggi, timbul tekanan besar bagi tanah, dan air
serta sumber-sumber alam lainnya. Sementara sumber daya manusia di
daerah jarang penduduk masih belum termanfaatkan sepenuhnya. Jumlah
penduduk di suatu daerah sebenarnya merupakan aset dan potensi
pembangunan yang besar manakala penduduk tersebut berkualitas.
Sebaliknya dengan jumlah dan pertumbuhan penduduk yang pesat tetapi
dengan kualitas yang rendah akan menjadi beban besar bagi proses
pembangunan yang akan dilaksanakan.
Pembangunan kependudukan dan keluarga kecil berkualitas
merupakan langkah penting dalam mencapai pembangunan berkelanjutan
bagi sebuah provinsi, daerah maupun kabupaten. Pembangunan antara lain
dilaksanakan melalui pertumbuhan penduduk yakni melalui keluarga
berencana dan dengan cara pengembangan kualitas penduduk melalui
keluarga kecil yang berkualitas. Pertambahan penduduk yang cepat tidak
seimbang dengan peningkatan produksi yang akan mengakibatkan
ketegangan sosial dengan segala akibat yang luas. Untuk menekan itu semua
pemerintah mencanangkan adanya program KB (Keluarga Berencana) untuk
menghindari terjadinya ledakan penduduk yang luar biasa. Membuat
padat “2 anak cukup” dan untuk jumlah penduduk yang renggang “boleh
lebih dari 2”.
Program KB masih memiliki peran penting dalam upaya
meningkatkan laju pertumbuhan pembangunan dan ekonomi. Kekhawatiran
akan terjadinya ledakan penduduk mendorong pemerintah membuat sejumlah
kebijakan penting mengenai pengendalian pertumbuhan jumlah penduduk.
Oleh karena itu, penduduk yang besar tanpa disertai dengan kualitas memadai
justru menjadi beban pembangunan dan menyulitkan pemerintah dalam
meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan nasional. Sebagai
suatu kebutuhan, kontrasepsi terkait dengan kebutuhan fisik dan sosial. Bagi
kebutuhan fisik, kontrasepsi berperan dalam setiap fase reproduksi, yaitu
untuk menunda kehamilan, menjarangkan serta mencegah lehamilan.
Sementara sebagai kebutuhan sosial, kontrasepsi berkaitan dengan upaya
mewujudkan program pembangunan suatu negara.
Persepsi masyarakat tentang “banyak anak, banyak rezeki” masih
menjadi dominan di kalangan masyarakat pedesaan, yang membuat
masyarakat enggan untuk mengikuti program KB. Kurangnya pengetahuan
mengenai KB yang membuat masyarakat tidak mengetahui betapa pentingnya
program KB untuk kesehatan maupun pembangunan. Lain hal dengan
masyarakat perkotaan yang berpendidikan tinggi yang tahu mengenai
pentingnya program KB bagi kesehatan pada khususnya, dengan sendirinya
Begitu juga Kota Serang, kota Serang merupakan ibu kota dari Banten
yang berdiri sejak 10 tahun yang lalu, kota Serang juga merupakan daerah
yang masih berkembang yang memerlukan perhatian terutama dari segi
pembangunan. pembangunan berkelanjutan tidak luput dari pembangunan
kependudukan, dengan membangun kependudukan yang berkualitas dapat
mencerminkan keberhasilan suatu pembangunan. Laju pertumbuhan
penduduk di Kota Serang tidak merata, menurut data BPS laju
pertumbuhan penduduk di Kota Serang mencapai angka 2,6 persen. Jumlah
penduduk Kota Serang yang sebelumnya berjumlah sebanyak 435.791 jiwa
mengalami kenaikan sekitar 60.000 jiwa. Sehingga pada tahun 2010 jumlah
penduduk mencapai sebanyak 497.910 jiwa. Hal ini diketahui berdasarkan
hasil sensus penduduk yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada
Mei hingga Juni lalu di 6 kecamatan di Kota Serang. Hasil sensus penduduk
2010 menunjukkan ada kenaikan jumlah penduduk sekitar 60.000 jiwa
dibandingkan hasil sensus tahun 2000 yang mencapai 435.791 jiwa. Dalam
waktu tiga bulan, penduduk kota serang mengalami pertambahan penduduk
500-1000 orang, angka tersebut berasal dari urbanisasi dan angka kelahiran.
berencana (KB). Dari jumlah PUS 100.840 PUS, baru 68.508 yang sudah melakukan KB dengan tujuh pemakaian alat kontrasepsi. Masih adanya peserta PUS yang belum melakukan KB ada beberapa alasan yaitu ada yang ingin hamil, ingin memiliki anak secepatnya, ingin anaknya ditunda dan tidak ingin anak lagi. Berdasarkan data dari BPMPKB Kota Serang, jumlah yang sudah menjadi peserta KB aktif ada 66.508 PUS, dari jumlah PUS 100.840 jiwa. Adapun rincian pemakaian alat kontrasepsinya, IUD 4.753 orang, medis operasi wanita (MOW) 1.420 orang, medis operasi pria (MOP) 425 orang, implant 2.268 orang, kondom 910 orang, KB suntik 38.940 orang, dan pil 17.791 orang.5
Sumber : BPMPKB Kota Serang Tahun 2010
Tabel 1.2
Perkembangan Jumlah Akseptor KB Tahun 2008-2009
Pada tabel 1.1 terlihat bahwa target penggunaan KB lebih kecil dari
pada realisasinya, maka penggunaan KB di Kota Serang sudah mencapai pada
target yang telah ditentukan melainkan melebihi target yang telah di capai.
Namun pencapaian tersebut tidak merata ke seluruh kecamatan. Seperti di
Kecamatan Curug dan Kecamatan Cipocok Jaya, penggunaan KB tidak
mencapai pada targetnya berarti di Kecamatan Curug dan Kecamatan
Cipocok Jaya masih rendahnya pengetahuan tentang KB dan tidak
menginginkan untuk menggunakan KB. Di Kecamatan Taktakan, pada tahun
2008, penggunaan KB tidak mencapai pada targetnya tetapi pada tahun 2009,
penggunaan KB melebihi pada targetnya. Hal ini terjadi karena pengetahuan
tentang KB di daerah Taktakan sudah menyebar dan penjangkauan media
cetak pun sudah tersebar di daerah Taktakan. Namun di Kecamatan Serang
dan Kecamatan Kasemen penggunaan KB sudah melebihi dari pencapaian
target.
Upaya pemerintah mengurangi laju pertumbuhan penduduk tidak
berhenti sampai pada program KB saja, pemerintah mengadakan sosialisasi
penyuluhan KB untuk masyarakat agar masyarakat sadar akan pentingnya
program KB bagi kehidupan mereka. Peranan dan fungsi penyuluhan
Keluarga Berencana dewasa ini memerlukan berbagai penyesuaian selaras
dengan berbagai perubahan yang terjadi dalam perkembangan system
penyelenggaraan Program KB di Kabupaten dan Kota, perkembangan
Kondisi masyarakat yang agamis dapat mempengaruhi terhambatnya
proses sosialisasi KB. Apalagi sosialisasi KB yang tidak didasari tokoh
agama yang membuat mereka tidak mau mengikuti program KB. Menurut
pandangan para ustadz, KB bukan tidak diperbolehkan tetapi yang dibenarkan
adalah mencegah sementara kehamilan untuk mengatur jarak kelahiran itu
sendiri atau karena alasan medis berdasarkan penelitian para ahli berkaitan
dengan keselamatan nyawa manusia bila harus mengandung anak. Dalam
kasus tertentu, seorang wanita bila hamil bisa membahayakan nyawanya
sendiri atau nyawa anak yang dikandungnya, dengan demikian maka dharar6
itu harus ditolak.Metode pencegah kehamilan serta alat-alat yang digunakan
haruslah yang sejalan dengan syariat Islam.
Penyebaran berbagai informasi program KB yang selama ini
dilakukan langsung pada sasaran , perlu dibarengi dengan dukungan media
cetak maupun media elektronik dan tentunya saat ini untuk Radio dan
Televisi terdiri dari berbagai stasiun sehingga apa yang dilakukan saat ini
memang dirasakan tidak memadai . Pertemuan kelompok atau pertemuan
tatap muka selama ini dirasakan paling efektif, tetapi dengan dinamika
kehidupan masyarakat yang terus bergerak metoda ini jangkauannya sangat
terbatas, sehingga perlu dibarengi dengan peretemuan melalui kerja sama
dengan kelompok pengajian,kelompok arisan bahkan mungkin dengan Media
cetak.
6Kata “Dharar” menurut bahasa adalah lawan dari bermanfaat, dengan kata lain tidak bermanfaat atau bahkan
Menurut ibu Eti sebagai pegawai bidang Keluarga Berencana di dinas
BPMPKB kota Serang, mengatakan bahwa “kondisi ini hampir dirasakan
oleh seluruh Petugas Penyuluh KB dimanapun berada bahkan mengalami
kesulitan dalam menjangkau sasaran pelayanan KB. Perlu dilakukan
modifikasi dan inovasi yang terus menerus dalam upaya penyebarluasan
informasi secara komprehensif baik melalui penyuluhan langsung dengan
memanfaatkan kader, Toga,Toma serta memanfaatkan media tradisional,
kerjasama dengan kelompok-kelompok masyarakat memanfaatkan media
cetak, radio dan semua media berjalan bersama terus menerus dan atau
menggunakan jaringan internet, facebook, Blog atau twiter, SMS dan
semuanya”. Pengembangan Media komprehensif ini perlu dijadikan sebagai
suatu sistem penyebarluasan program, bertujuan untuk mengembangkan
Media informasi program KB secara terpadu, terintegrasi, tepat guna dan
bermanfaat bagi penyuluh, kelembagaan penyuluhan serta stakeholder lain
yang membutuhkan karena ini sudah menjadi tantangan diera digital sekarang
ini . Lengkapi informasi dengan data dan fakta yang realistis faktual sesuai
dengan kondisi masyarakat setempat dan jangan sampai memberikan
informasi yang tidak jelas tentunya justru akan menjadi boomerang bagi
program KB itu sendiri. Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian adalah
bahwa penyuluhan KB ini hendaknya merupakan suatu bentuk rangkaian
komunikasi strategis yang dirancang secara sistematis dan dilaksanakan
dalam kurun waktu tertentu baik oleh individu ataupun kelompok dengan
Subur yang berumur >20 tahun hingga berumur 40 tahun yang mau
menggunakan kontrasepsi sesuai dengan pilihannya . Untuk itu perlu banyak
kerjasana dengan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)/Lembaga Swadaya
Organisasi Masyarakat (LSOM) adalah kumpulan orang-orang yang
terorganisir dan mempunyai tujuan yang hendak dicapai.
Kecamatan Serang merupakan pusat wilayah pembangunan bagian
pusat kota. Hal ini sesuai dengan potensi daerah dari karakteristik yang
dimiliki wilayah Kecamatan serang, dimana sebagian besar letak
geografisnya merupakan daerah dataran, maka pembangunan jangka
panjangnya dititikberatkan pada sektor pengembangan perumahan dan tata
kota yang harus dibenahi.
Menurut ibu Veni selaku petugas KB di Kecamatan Serang, sosialisasi
dilakukan minimal 1 bulan sekali namun sosialisasi dilakukan tergantung
pada daerah mana saja yang pencapaian peserta KB barunya masih rendah.
Metode sosialisasi yang diberikan petugas KB kepada masyarakat ialah
dengan cara mengunjungi kerumah-rumah warga dengan menggunakan
pendekatan psikologis yaitu dengan cara memberikan penjelasan dengan
bahasa yang sederhana dan mudah dipahami, menyesuaikan isi penyuluhan
dengan keadaan yang dimiliki masyarakat dan juga mempraktekan dengan
media alat peraga. Bukan saja dengan mengunjungi kerumah-rumah, namun
sosialisasi juga diberikan di kelurahan atau di posyandu.
Kendala yang dihadapi petugas KB dalam pelaksanaan sosialisasi KB
sosialisasi yang telah disediakan di kelurahan atau diposyandu. Hal tersebut
terlihat dari kurangnya rangsangan konsumsi dari pelaksana sosialisasi agar
masyarakat termotivasi untuk mengikuti kegiatan tersebut, masih
menganggapnya KB itu tabu, kepercayaan masyarakat banyak anak banyak
rejeki masih menjadi dominan pemikiran masyarakat dan juga kurangnya
kerja sama antara petugas KB dengan para tokoh agama setempat, karena
faktor dari tokoh agama dapat menjadi acuan masyarakat untuk mengikuti
kegiatan sosialisasi tersebut.
Berdasarkan hasil observasi awal dan wawancara dengan para
pegawai BPS, penulis menemukan masalah-masalah dalam keberhasilan
program KB. Pertama, kesadaran akan pentingnya kontrasepsi di Kecamatan
Serang saat ini masih rendah. Padahal, penggunaan kontrasepsi sangat
penting untuk mencegah terjadinya ledakan penduduk di Banten. Saat ini,
ledakan penduduk merupakan salah satu masalah global di seluruh dunia, di
samping isu tentang pemanasan global, perburukan ekonomi, krisis pangan
dan menurunnya derajat kesehatan penduduk. Sama halnya seperti di provinsi
Banten, sebagian masyarakatnya masih belum sadar akan pentingnya
kontrasepsi. Di Banten ini masih banyak sekali daerah-daerah yang belum
berkembang dengan pesat dan belum mengerti arti penting dari kontrasepsi.
Sebagian masyarakat perkotaan sudah sadar akan pemakaian kontrasepsi,
namun masyarakat pedesaan sepertinya belum sadar akan pemahaman KB
dan hal-hal yang akan terjadi nanti bila kita tidak memakai alat kontrasepsi
banyak rejeki” yang sering disebut oleh masyarakat pedesaan, ada yang
beranggapan bahwa pemakaian alat kontrasepsi bisa menyebabkan tubuh
menjadi gemuk dsb.
Kedua, Masih tingginya tingkat kelahiran penduduk di Kecamatan
Serang. Dapat di lihat dari banyaknya jumlah anak-anak, pada tahun 2009
sekitar dari usia 0-4 tahun dengan jumlah 15.101 jiwa dan pada tahun 2010
dari usia 0-4 tahun dengan jumlah 21.289, hal ini merupakan jumlah
terbanyak jika dibandingkan dengan kelompok umur yang lain perbandingan
setiap tahun nya pun meningkat dengan pesat. Tingkat kelahiran penduduk
setiap tahunnya pun terus bertambah karena banyak usia muda yang
melakukan pernikahan sehingga usia subur melahirkan meninggi. Penyebab
tingginya tingkat kelahiran penduduk di Kecamatan Serang karena
terbatasnya alat kontrasepsi yang ada sehingga pemakaian alat kontrasepsi
tidak efektif.
Ketiga, kurangnnya pengetahuan dan kesadaran pasangan usia subur
dan remaja tentang hak-hak reproduksi dan kesehatan reproduksi, karena
banyak pasangan muda yang tidak memakai alat kontrasepsi. Di lihat dari
banyaknya usia muda yang telah melakukan hub seksual diluar nikah tanpa
penggunaan alat kontrasepsi yang menyebabkan terjadinya hamil di luar
pernikahan atau hamil pada saat usia belum mencukupi. Dengan pengetahuan
akan hak-hak reproduksi dan kesehatan reproduksi akan mencegah terjadinya
peningkatkan angka kelahiran penduduk. Menurut wawancara dengan bu
memakai alat kontrasepsi yaitu takut akan efek samping yang muncul seperti
gemuk atau bercak-bercak di kulit.
Dan keempat, kurangnya tenaga penyuluh Kecamatan Serang.
Idealnya tenaga penyuluh untuk Kecamatan Serang sekitar 2 desa per 1
penyuluh, namun pada kenyataannya dari 12 kelurahan di Kecamatan Serang
ini hanya bertotal 3 orang penyuluh. Adapun rinciannya per kelurahan pada
Kel. Serang, Kel. Cipare, Kel. Sumurpecung dan Kel. Cimuncang terdiri dari
1 penyuluh. Pada Kel. Kota Baru, Kel. Lontar Baru, Kel.Kagungan dan Kel
Lopang terdiri dari 1 penyuluh. Serta pada Kel. Unyur, Kel. Kaligandu, Kel.
Trondol dan Kel. Sukawana terdiri dari 1 penyuluh.
Berdasarkan beberapa uraian permasalahan dengan indikasi
penyebabnya pada program Keluarga Berencana di Kecamatan Serang yang
telah penulis kemukakan tersebut di atas, penulis tertarik untuk mengetahui
lebih jauh tentang pengaruh sosialisasi pada program KB di Kecamatan
Serang yang dapat mempengaruhi efektifitas program KB. Karena Kec.
Serang merupakan pusat wilayah pembangunan bagian pusat kota dan Kec.
Serang merupakan jumlah penduduk yang paling besar seluruh Kec. Kota
Serang serta banyaknya anak-anak sekitar 24,72% dari seluruh jumlah
penduduk Kec. Serang. Maka dari itu untuk selanjutnya tulisan ini akan
penulis tuangkan dalam sebuah karya ilmiah dalam bentuk skripsi dengan
judul “Pengaruh Sosialisasi Keluarga Berencana (KB) Terhadap
1.2 Identifikasi Masalah
Pelaksanaan keluarga berencana merupakan usaha langsung yang
bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan membatasi
jumlah penduduk yang meningkat serta laju penduduk yang tidak merata akan
mengurangi tingkat kelahiran atau bertambahnya jumlah penduduk.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis menfokuskan pada beberapa
identifikasi masalah sebagai berikut :
1. Rendahnya kesadaran akan pentingnya alat kontrasepsi di Kecamatan Serang.
2. Kurangnya pengetahuan dan kesadaran pasangan usia subur tentang hak reproduksi dan kesehatan reproduksi .
3. Makin tingginya tingkat kelahiran penduduk Kecamatan Serang yang tentunya akan beriringan dengan meningkatnya laju pertumbuhan penduduk.
4. Kurangnya tenaga penyuluh Kecamatan Serang.
1.3 Perumusan Masalah
Berangkat dari beberapa masalah yang terurai diatas maka penyusuna tugas akhir ini hanya memfokuskan pada masalah “Seberapa besar pengaruh sosialisasi KB terhadap efektifitas program KB di Kecamatan
Serang?”
1.4 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah sebagaimana teruraikan
sebelumnya tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah melakukan penelitian
Kecamatan Serang dan mengetahui besarnya pengaruh sosialisasi Kb
terhadap efektifitas program KB di Kecamatan Serang.
1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Secara Teoritis
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan
Ilmu administrasi dan pemecahan permasalahan administrasi
khususnya mengenai pengaruh sosialisasi KB terhadap efektivitas
program KB di Kecamatan Serang.
2. Untuk menambah wawasan penulis mengenai pengaruh sosialisasi
KBterhadap efektivitas program KB di Kecamatan Serang.
2.5.2 Secara Praktis
1. Dari hasil penelitian ini diharapkan memberikan sumbang saran
terhadap pengaruh sosialisasi KB terhadap efektivitas program KB
di Kecamatan Serang.
2. Untuk pembaca, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai
dasar atau referensi dalam melakukan penelitian sejenis atau
penelitian selanjutnya dibidang kependudukan dan pelayanan publik.
1.6 Sistematika Penulisan
BAB 1 PENDAHULUAN
Pada bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah mengapa peneliti
mengambil judul penelitian tersebut, lalu identifikasi masalah, perumusan
BAB 11 DESKRIPSI TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN
Pada bab ini, peneliti memaparkan teori-teori dari beberapa ahli yang relevan
terhadap masalah dan variabel penelitian. Setelah memaparkan teori, lalu
membuat kerangka berfikir yang menggambarkan alur pikiran peneliti
sebagai kelanjutan dari deskripsi teori, dan kemudian hipotesis penelitian
yang merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan yang diteiti.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi penelitian mencakup beberapa uraian penjelasan mengenai
metode penelitian, instrumen penelitian, pupulasi dan sampel penelitian,
teknik pengolahan dan analisis data dan lokasi dan jadwal penelitian tersebut
dilaksanakan.
BAB VI HASIL PENELITIAN
Pada bab ini, dipaparkan mengenai deskripsi objek penelitian mencakup
lokasi penelitian, struktur organisasi dan lain sebagainya yang berhubungan
dengan objek penelitian. Kemudian pada bab ini menjelaskan deskripsi dta
yang telah diolah dari data mentah dengan menggunakan teknik analisis data.
Lalu memaparkan mengenai pengujian hipotesis, interpretasi hasil penelitian,
kemudian pembahasan lenih lanjut terhadap hasil analisis data.
BAB V PENUTUP
Pada bab ini memuat penjelasan mengenai kesimpulan yang diungkapkan
secara singkat, jelas dan mudah dipahami, dan saran yang berisi rekomendasi
peneliti terhadap tindak lanjut dari sumbangan penelitian terhadap bidang
BAB II
DESKRIPSI TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1 Kajian Penelitian Terdahulu
Hasil penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian yang
peneliti teliti yaitu oleh Tumini. Tesis : Program Pascasarjana Universitas
Sebelas Maret Surakarta dengan judul PENGARUH PEMBERIAN
KONSELING TERHADAP PENGETAHUAN TENTANG KB DAN
KEMANTAPAN DALAM PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI PADA
CALON AKSEPTOR KB. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Mengetahui
pengaruh pemberian konseling terhadap pengetahuan dalam Pemilihan Alat
Kontrasepsi pada Calon Akseptor KB, (2) Mengetahui pengaruh pengetahuan
tentang KB terhadap kemantapan dalam Pemilihan Alat Kontrasepsi pada
Calon Akseptor KB dan (3) Mengetahui pengaruh pemberian konseling dan
pengetahuan tentang KB terhadap kemantapan dalam Pemilihan Alat
Kontrasepsi pada Calon Akseptor KB di Puskesmas Ngunut Kabupaten
Tulungagung. Penelitian ini merupakan penelitian observasional asosiatif
dengan pendekatan cross sectional. Populasi yang diteliti adalah seluruh
akseptor di Puskesmas Ngunut Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung,
berjumlah 6.315 orang dengan menggunakan teknik Purposive Sampling
Pemberian Konseling dan Pengetahuan tentang KB, sedangkan variabel
dependen yang diukur kemantapan akseptor dengan instrumen kuesioner,
kemudian diuji dengan menggunakan metode regressi linear berganda.
Melalui referensi penelitian tersebut, maka penulis ingin mencari
seberapa besar pengaruh sosialisasi KB terhadap efektifitas program KB.
Letak perbedaan dalam penelitian sebelumnya dengan penelitian penulis,
adalah penelitian sebelumnya lebih menekankan pada analisa hubungan
antara pemberian konseling terhadap pengetahuan KB dan kemantapan dalam
pemilihan alat kontrasepsi. Maka, melalui penelitian ini penulis akan meneliti
tentang pengaruh sosialisasi KB terhadap efektifitas program KB. Dalam
penelitian penulis ini akan lebih menekankan pada sosialisasi KB yang
mempengaruhi pada efektifitas program KB khususnya di Kecamatan Serang.
2.2 Deskripsi Teori
2.2.1 Sosialisasi
Sosialisasi merupakan aktifitas komunikasi yang bertujuan untuk
menciptakan perubahan pengetahuan, sikap mental dan perilaku
khalayak sasaran terhadap ide pembaruan yang ditawarkan. Sosialisasi
juga dapat diartikan sebagai salah satu proses belajar kebudayaan dari
anggota masyarakat dan hubungannya dengan sistem sosialnya.8
8
“Sosialisasi adalah penyebarluasan informasi (program, kebijakan, peraturan) dari satu pihak (pemilik program, kebijakan, peraturan) kepada pihak-pihak lain (aparat, masyarakat yang terkena program, dan masyarakat umum). Isi informasi yang disebarluaskan bermacam-macam tergantung pada tujuan program.”9
Dalam bukunya Onong, mengartikan sosialisasi adalah suatu
penyediaan sumber ilmu pengetahuan yang memungkinkan orang
bersikap dan bertindak sebagai anggota yang efektif, yang
menyebabkan ia sadar akan fungsi sosialnya sehingga ia dapat aktif
didalam masyarakat.10
Pada dasarnya, sosialisasi memberikan dua kontribusi
fundamental bagi kehidupan kita. Pertama, memberikan dasar atau
fondasi kepada individu bagi terciptanya partisipasi yang efektif dalam
masyarakat, dan kedua memungkinkan lestarinya suatu masyarakat,
karena tanpa sosialisasi akan hanya ada satu generasi saja sehingga
kelestarian masyarakat akan sangat terganggu.
-Fungsi sosialisasi adalah mengalihkan segala macam informasi
yang ada dalam masyarakat tersebut kepada anggota-anggota barunya
agar mereka dapat segera dapat berpartisipasi di dalamnya. Sedangkan
9
Pusat data dan informasi Departemen Kesehatan Indonsia, Glosarium Data dan Informasi Kesehatan, 2005
10
tujuan sosialisasi adalah untuk memahami interaksi orang lain lebih
baik lagi, dengan memperhatikan orang lain, diri sendiri dan posisi kita
di masyarakat maka kita dapat memahami bagaimana kita berpikir dan
bertindak.
Sosialisasi dapat dilakukan melalui tiga metode berikut ini: 1. Komunikasi tatap muka seperti pertemuan warga (musyawarah
dusun, musyawarah desa), kunjungan rumah, kunjungan ke tempat-tempat berkumpulnya warga, lokakarya dalam rangka CAP, rapat evaluasi.
2. Komunikasi Massa seperti penyebarluasan leaflet, pamflet, poster, komik, newsletter, dan pemutaran film.
3. Pelatihan Pelaku seperti pelatihan untuk Panitia Perencana, Juru Ukur, Pengawas Konstruksi, dan Tukang.11
2.2.2 Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)
Dalam dinas yang bersangkutan yaitu BPMPKB, sosialisasi
dikenal dengan Komunikasi, Informasi dan edukasi (KIE). Jika
sosialisasi dikaitkan dengan Komunikasi, Informasi dan edukasi (KIE)
yaitu di dalam sosialisasi terdapat unsur Komunikasi, informasi dan
edukasi. Dimana komunikasi adalah suatu proses pengoperasian
rangsangan (stimulus) dalam bentuk lambang atau simbol bahasa atau
gerak (non-verbal), untuk mempengaruhi perilaku orang lain. Stimulus
atau rangsangan dapat berupa suara/bunyi atau bahasa lisan maupun
gerakan, tindakan atau symbol-simbol yang dapat dimengerti oleh pihak
11
lain, dan pihak lain tersebut merespon atau bereaksi sesuai dengan
maksud pihak yang memberi stimulus. Menurut DEPKES RI tahun
1984 komunikasi bisa diartikan Penyampaian pesan secara langsung
ataupun tidak langsung melalui saluran komunikasi kepada penerima
pesan, untuk mendapatkan suatu efek .
”Menurut Effendy (1998), komunikasi adalah pertukaran pikiran atau keterangan dalam rangka menciptakan rasa saling mengerti dan saling percaya, demi terwujudnya hubungan yang baik antara seseorang dengan orang lain. Komunikasi adalah pertukaran fakta, gagasan, opini atau emosi antara dua orang atau lebih.” Komunikasi kesehatan adalah usaha yang sistematis untuk
mempengaruhi secara positif perilaku kesehatan masyarakat , dengan
menggunakan berbagai prinsip dan metode komunikasi, baik
menggunakan komunikasi antar pribadi maupun komunikasi massa
(Notoatmodjo, 2003).
Informasi adalah keterangan, gagasan, maupun
kenyataan-kenyataan yang perlu diketahui oleh masyarakat (BKKBN, 1993).
Sedangkan menurut DEPKES, 1990 Informasi adalah pesan yang
disampaikan.
Komunikasi juga diartikan sebagai proses pertukaran informasi
atau proses pemberian arti sesuatu. Sedangkan menurut Jane, komunikasi
adalah proses yang sedang berlangsung, seri dinamis dari kegiatan yang
berkaita dengan pemindahan arti dari pengirim pesan ke penerima pesan.
Edukasi adalah proses yang dilakukan oleh seseorang untuk
yang kemudian melahirkan tindakan dan prilaku. Edukasi sebenarnya tidak
jauh berbeda dari belajar yang dikembangkan oleh aliran behaviorisme
dalam psikologi. Hanya istilah ini sering dimaknai dan diinterpretasikan
berbeda dari learning yang bermakna belajar. Istilah ini seringkali
digunakan dalam pendekatan pendidikan yang tentu maknanya lebih dari
sekedar belajar.
Pendidikan adalah proses perubahan perilaku kearah yang positif
(DEPKES RI, 1990). Menurut Effendy (1998), pendidikan kesehatan
merupakan salah satu kompetensi yang dituntut dari tenaga kesehatan,
karena merupakan salah satu peranan yang harus dilaksanakan dalam
setiap memberikan pelayanan kesehatan, baik itu terhadap individu,
keluarga, kelompok ataupun masyarakat.
KIE adalah kegiatan percakapan tatap muka dua arah antara klien
dengan petugas yang bertujuan memberikan bantuan mengenai berbagai
hal yang ada kaitannya dengan kesehatan, sehingga akhirnya klien mampu
mengambil keputusan sendiri mengenai apa yang terbaik bagi dirinya
(Sheilla, 2006).12
KIE adalah proses pemberian informasi obyektif dan lengkap,
dilakukan secara sistematik dengan paduan ketrampilan komunikasi
interpersonal, teknik bimbingan dan penguasaan pengetahuan klinik
bertujuan untuk membantu seseorang mengenali kondisinya saat ini,
12
masalah yang sedang dihadapi dan menentukan jalan keluar/ upaya untuk
mengatasi masalah tersebut (Saifuddin, 2001).13
Tujuan dilaksanakannya program KIE, yaitu untuk mendorong
terjadinya proses perubahan perilaku kearah yang positif, peningkatan
pengetahuan, sikap dan praktik masyarakat (klien) secara wajar sehingga
masyarakat melaksanakannya secara mantap sebagai perilaku yang sehat
dan bertanggung jawab.14
Menurut Effendy (1998), faktor – faktor yang mempengaruhi KIE
secara garis besar terbagi menjadi dua bagian, yaitu :15
1. Faktor Penunjang
Faktor yang dapat menunjang kelancaran proses KIE antara lain adalah pengetahuan dan keterampilan dari komunikator/pelaksana (tenaga kesehatan. Jika seorang komunikator atau memiliki pengetahuan dan keterampilan yang cukup dalam proses KIE, tentunya akan membawa hasil yang lebih baik.
2. Faktor Penghambat
a.Komunikator tidak menguasai isi pesan yang disampaikan, kurang pengalaman, pengetahuan dan keterampilan serta penampilan kurang meyakinkan.
b.Pesan yang disampaikan kurang jelas karena suara terlalu kecil atau terlalu cepat sehingga sulit ditangkap oleh penerima, atau menyampaikannya terlalu menggunakan bahasa asing yang tidak dimengerti.
c.Media yang digunakan tidak sesuai dngan topik permasalahan yang disampaikan.
d.Pengetahuan komunikan terlalu rendah sehingga sulit mencerna pesan ya disampaikan.
Prinsip yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan KIE adalah :16 a. Memperlakukan klien dengan sopan, baik dan ramah.
b. Memahami, menghargai dan menerima keadaan ibu (status
pendidikan, sosial ekonomi dan emosi ) sebagaimana adanya.
c. Memberikan penjelasan dengan bahasa yang sederhana dan mudah
dipahami.
d. Menggunakan alat peraga yang menarik dan mengambil contoh dari
kehidupan sehari – hari.
e. Menyesuaikan isi penyuluhan dengan keadaan dan risiko yang
dimiliki ibu.
Agar terjadi komunikasi yang efektif antara si pemberi pesan
dengan si penerima pesan diperlukan beberapa unsur/komponen dalam
penyampaian pesan atau informasi. Dalam bukunya Arni, Komponen dasar
komunikasi dijadikan sebagai komponen komunikasi , informasi dan
edukasi (KIE), yaitu :17 1. Pengirim pesan (sender)
Pengirim pesan adalah orang yang mempunyai inisiatif
menyampaikan pesan kepada orang lain dalam bentuk verbal maupun
non-verbal. Pengirim pesan akan menyampaikan stimulus berupa
ide-ide ke dalam bentuk yang dapat diterima oleh orang lain secara tepat.
16
Ibid
17
2. Pesan (message).
Pesan merupakan informasi yang dikomunikasikan kepada orang lain.
Informasi adalah hasil dari proses intelektual seseorang. Sedangkan
proses intelektual adalah mengolah / memproses stimulus, yang
masuk kedalam diri individu melalui panca indra, kemudian
diteruskan ke otak / pusat syaraf untuk diolah / diproses dengan
pengetahuan, pengalaman, selera, dan iman yang dimiliki seseorang.
Setelah mengalami pemrosesan, stimulus itu dapat dimengerti sebagai
informasi. Dan informasi ini bisa diingat di otak, bila
dikomunikasikan kepada individu atau khalayak, maka akan berubah
menjadi pesan. Dengan demikian semua pesan yang disampaikan
adalah suatu informasi.
3. Saluran (channel) atau media
Saluran komunikasi adalah sarana untuk menangkap lambang yang
kemudian diterjemahkan dalam bentuk persepsi yang memberi makna
terhadap suatu stimulus atau rangsangan.
4. Penerima pesan (receiver)
Komunikan adalah pihak lain yang diajak berkomunikasi, yang
merupakan sasaran dalam kegiatan komunikasi atau orang yang
sekelompok orang, komunitas, organisasi atau masyarakat yang
menjadi sasaran komunikasi.
5. Umpan balik (feedback).
Umpan balik merupakan hasil atau akibat yang berbalik-guna bagi
rangsangan atau dorongan untuk bertindak lebih lanjut atau
merupakan tanggapan langsung dari pengamatan sebagai hasil dari
kelakuan individu terhadap individu lain.
Untuk mensukseskan Program Nasional Keluarga Berencana, maka
dengan KIE kita berusaha menanamkan norma keluarga kecil yang
bahagia dan sejahtera kepada masyarakat secara luas. Norma ini harus
secara bertahap diterima sebagai konsep yang melembaga dan kemudian
secara mantap membudaya dalam masyarakat kita. Konsep keluarga kecil
yang bahagia dan sejahtera ini mempunyai bermacam interpretasi dan
pengertian. Demikian pula dengan sendirinya usaha untuk
memperkenalkan dan membudayakannya dalam masyarakat. Konsep
tersebut kita terjemahkan dari pengertian dan usaha pembangunan untuk
menciptakan masyarakat Indonesia yang bahagia lahir dan batin.
Dalam usaha meningkatkan peranan masyarakat untuk Keluarga
Berencana, maka kegiatan menanamkan pengertian konsep keluarga kecil
yang bahagia dan sejahtera tersebut mengharuskan sumber keterangan
mempunyai konsepsi yang sama; sehingga mereka dapat pula ikut
bergerak dalam tiga kerangka sebagai berikut:18
1. Ikut berusaha memperluas jangkauan pencapaian sasaran Keluarga
Berencana dengan jalan menjadi penyambung dan penyebar yang baik
dari keterangan-keterangan yang diterima tentang keluarga kecil
dimaksud, sehingga akhirnya proses perluasan jangkauan dapat
berlangsung secara sendirinya dalam masyarakat, dan timbullah
kemudian suatu mekanisme sosial budaya dalam masyarakat.
2. Kemantapan konsep dan penerimaan norma keluarga kecil yang
bahagia, maka si-penerima harus mampu pula untuk ikut serta
melakukan pembinaan kelestarian penerimaan norma keluarga kecil
yang bahagia tersebut. Hal ini mempunyai implikasi partisipasi yang
bertanggung jawab terhadap pemeliharaan penerimaan cara-cara
kontrasepsi dan peralihannya kepada alat kontrasepsi yang mempunyai
daya guna dan hasil guna yang lebih tinggi (lebih efektif).
3. Kemantapan penerimaan keIuarga kecil harus mendasari suatu sikap
insan pembangunan Indonesia yang paripurna sehingga konsep atau
norma keluarga kecil tersebut melembaga dan membudaya dalam
masyarakat. Ini berarti pula bahwa penerimaan keluarga kecil yang
bahagia harus mampu menggerakkan si-penerima untuk mencari dan
melengkapi penopang-penopang yang diperlukannya, sehingga bahagia
18
dan sejahtera makin diisi dan dipenuhi oleh masyarakat atau individu
sendiri atau digerakkan pengisiannya oleh mereka sendiri.
Oleh karena kerangka konsep norma keluarga kecil yang bahagia
tersebut mempunyai implikasi keterangan dan penopang banyak muka,
maka kemungkinan selektifitasnya dalam penerimaan harus mendapatkan
perhatian yang seksama. Selektifitas keterangan yang diterima sebagai
bahan pembentukan konsep tersebut banyak dipengaruhi oleh pengalaman
masa lampau, situasi dan kondisi, sehingga pendekatan sasaran yang luwes
harus mampu untuk mempermudah dan meningkatkan perhatian
interpretasi dan persepsi atas pesan-pesan pembentukan kerangka yang
dimaksud oleh penerima. Apabila hal ini dapat terjadi, maka konsepsi
tersebut harus dapat dikembangkan menjadi milik bersama dari sumber
keterangan serta si-penerima, yaitu masyarakat Indonesia pada umumnya.
Pembentukan konsep norma keluarga kecil yang bahagia dan
sejahtera tersebut memerlukan suatu pengisian informasi yang rapi dan
jelas. Jenis dan banyaknya arus informasi tersebut dengan sendirinya
tergantung pada tingkat keterangan atau pengetahuan yang telah dimiliki
oleh sasaran serta situasi dan kondisi yang mempengaruhinya. Secara
ringkas komunikasi yang mendukung atau ikut membentuk kerangka
norma keluarga kecil yang bahagia tersebut dapat dibagi dalam tiga jenis
besar sebagai berikut:19
19
1. Keterangan tentang lingkungan yang secara gamblang dan tepat harus
dapat menggambarkan tata-lingkungan dari konsepsi keluarga kecil
yang hendaknya dapat segera dimiliki bersama oleh sumber dan
penerima konsep tersebut. Keterangan-keterangan semacam ini dapat
dijelaskan, baik lingkungan lama, baru maupun kemungkinan tata
lingkungan tersebut dikemudian hari. Gambaran dan proyeksi
masyarakat penerima norma keluarga kecil harus dapat diterangkan
secara jelas dan mempunyai kesamaan atau kemungkinan kesamaan
dengan lingkungan sasaran komunikasi. Atau dengan kata lain,
si-penerima pesan harus diberi kesan untuk dapat melihat dirinya pada
tata-lingkungan yang dimaksud. Disinilah pentingnya usaha-usaha
untuk memberikan dukungan masyarakat yang menguntungkan
(favourable publicopinion atau public support).
2. Keterangan tentang hubungan (what, why, when, where dan how)
yang lebih menjelaskan lagi hubungan antara berbagai sub-sistem yang
ikut menopang konsep yang kita harapkan untuk diterima atau dimiliki
bersama tersebut. Hal-hal semacam ini dapat diberikan berupa
penjelasan-penjelasan teknis yang diberikan secara bertahap dan
bersifat edukatif, sehingga pembentukan konsep tersebut dapat
setepat-tepatnya dan disertai dengan suatu penghayatan yang mendalam dari
komponen-komponen penopang norma keluarga kecil tersebut. Sesuai
dengan usaha peningkatan peranan masyarakat, maka keterangan teknis
merangsang tumbuhnya hubungan-hubungan lain yang memungkinkan
makin kokohnya pelembagaan dan pembudayaan norma keluarga kecil
dalam masyarakat kita. Pengertian tentang "keluarga kecil yang bahagia
dan sejahtera sebagai suatu cita-cita" tersebut dengan sendirinya harus
jelas, sehingga kemungkinan isu tentang hukuman bagi keluarga yang
sudah terlanjur besar, pembunuhan kandungan, serta hal-hal lain yang
semacam dapat kehilangan tempat pijaknya dengan sendirinya. Pada
tingkat Program Keluarga Berencana dewasa ini perlu kita akui bahwa
keterangan tentang hubungan semacam ini tidak cukup, sehingga sering
membuat calon peserta Keluarga Berencana maupun peserta Keluarga
Berencana kehilangan pedoman dan cepat termakan rumor dan
meruntuhkan kesertaannya dalam Program Keluarga Berencana.
3. Keterangan tentang tata-nilai (value) yang lebih memberikan gambaran
yang mendalam tentang motivasi yang membarengi suatu penerimaan
atau pembudayaan penerimaan norma tersebut. Keterangan ini lebih
banyak memberikan landasan falsafah dan nilai-nilai ideal penerimaan
norma keluarga kecil tersebut. Ketiga jenis keterangan tersebut di atas
diperlukan secara keseluruhan, dan lebih-lebih akan berhasil bila
disampaikan berbarengan dalam proses komunikasi timbal-balik yang
didukung oleh norma dan atau sistem sosial-budaya yang berlaku dalam
masyarakat kita. Dukungan lain yang diperlukan adalah sistem
pelayanan kontrasepsi atau sarana lainnya yang diperlukan, baik dalam
keamanannya, serta keluwesannya dalam arti luas. Apabila
faktor-faktor tersebut, yaitu sistem komunikasi yang baik, sistem pelayanan
Keluarga Berencana yang luwes dan kondisi sosial-budaya masyarakat
secara keseluruhan mendukung20 diterimanya norma keluarga kecil
yang bahagia, niscaya proses pembudayaan ide Keluarga Berencana
dalam masyarakat kita tidak akan mengalami banyak kesulitan.
Sebaliknya apabila ketiga jenis keterangan tersebut tidak cukup
diberikan, maka komponen pendukungnya akan berkurang dan setiap
usaha perluasan jangkauan akan mempunyai kemungkinan untuk
menghadapi hambatan sosial-psikologis berupa rumor dan
ketidakmatangan yang merepotkan.
untuk pembentukan konsep keluarga kecil yang bahagia dapat kita
lakukan melalui berbagai kombinasi cara penyampaian pesan sebagai
berikut:
a. Informatif, dimana keterangan tentang konsep Keluarga Berencana
yang dimiliki oleh sesuatu sumber diberikan sebanyak-banyaknya dan
setepat-tepatnya untuk kemudian dimiliki bersama oleh penerima atau
calon peserta/peserta Keluarga Berencana. Untuk sistem pendekatan ini
perhatian perlu dipertajam akan adanya kemungkinan
pengurangan/penambahan keterangan yang dapat menyesatkan dan
bahkan mungkin membentuk konsep yang lain sama sekali.
20
b. Edukatif, dimana sesuatu perubahan tingkah-laku diharapkan dapat
terjadi apabila sipenerima dapat diajak untuk berfikir, merasa dan
bertindak menurut tingkah-laku berkeluarga kecil dan pada tingkah laku
tersebut diberikan penghargaan dan sekaligus kita tanggalkan
penghargaan dari mereka yang tetap ingin berkeluarga besar setelah
suatu batas toleransi tertentu diberikan.
c. Persuasif, dimana secara persuasif motivatif ditanamkan kepercayaan
dan nilai-nilai keluarga kecil yang bahagia serta ditunjukkan cara-cara
bagaimana kepercayaan dan nilai tersebut dapat diujudkan dalam
tata-nilai masyarakat Indonesia yang Pancasilais.
d. Wawan-muka, yang sekaligus dapat menerangkan ketiga pendekatan
tersebut diatas asalkan pemeran sumber dapat mengerti posisinya,
mengetahui situasi dan kondisi lingkungan, mengetahui tata-nilai yang
dianut oleh penerima, serta mendapatkan dukungan kredibilitas pada
dirinya dan validitas dari masyarakat pada "seorang individu". Usaha
kita untuk meningkatkan peranan masyarakat dalam pelaksanaan
Program Nasional Keluarga Berencana mengharuskan segala cara
pendekatan yang ada dipergunakan secara bersama dan terpadu agar
kelompok-kelompok atau perorangan dalam masyarakat dapat
berfungsi melakukan tugas pemberian keterangan yang lengkap, tepat
dan terpercaya untuk pelembagaan dan pembudayaan norma keluarga
2.2.3 Efektifitas
Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti terjadinya suatu
efek atau akibat yang dikehendaki dalam sesuatu perbuatan (Westra,
1989:149). Efetif dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti dapat
membawa hasil, berhasil guna. Sedangkan menurut Handoko21
efektivitas adalah kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat atau
peralatan yang tepat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
“Efektivitas adalah suatu keadaan yang mengandung pengertian
mengenai terjadinya sesuatu efek atau akibat yang dikehendaki. Kalau seseorang melakukan suatu perbuatan dengan maksud tertentu yang memang dikehendaki, maka orang itu dikatakan efektif kalau menimbulkan akibat sebagaimana yang
dikehendakinya”22
Orientasi dalan penelitian tentang efektivitas sebagian besar dan
sedikit banyak pada akhirnya bertumpu pada pencapaian tujuan.
Georgopualos dan Tenenbaum23 berpendapat bahwa konsep
efektivitas kadang-kadang disebut sebagai keberhasilan yang biasanya
digunakan untuk menunjukkan pencapaian tujuan.
Menurut Steers24 efektivitas adalah “seberapa jauh organisasi
berhasil mencapai tujuan yang layak dicapai”. Efektivitas harus dinilai
atas tujuan yang bisa dilaksanakan dan bukan atas konsep tujuan yang
21
Handoko, Manajemen Edisi kedua. Yogyakarta, Badan Penerbit Fakultas Ekonomi, 1998, hal.7
22
Wesra, Ensiklopedi Administrasi, Jakarta, CV Haji Masagung , 1989, hal:. 47
23
Steers, Efektivitas Organisasi. Pindah Bahasa Magdalena Jamin, Jakarta, Erlangga, 1986, hal.20
24
maksimum. Sementara itu menurut The Liang Gie25 berpendapat
bahwa efektivitas adalah:
“ suatu keadaan yang terjadi sebagai akibat yang dikehendaki
kalau seseorang melakukan sesuatu perbuatan dengan maksud tertentu dan memang dikehendakinya, maka orang itu dikatakan efektif bila menimbulkan akibat atau mempunyai maksud
sebagaimana yang dikehendakinya”.
Efektifitas menurut Argris26 yaitu ”keseimbangan atau
pendekatan secara optimal pada pencapaian tujuan, kemampua dan
pemanfaatan tenaga manusia”. Menurut Sarma27 mengungkapkan
kriteria atau ukuran efektivitas organisasi yang menyangkut faktor
internal organisasi dan faktor eksternal organisasi, meliputi antara lain:
1. Produktifitas organisasi atau output.
2. Efektifitas organisasi dalam bentuk keberhasilannya menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan di dalam dan diluar organisasi 3. Tidak adanya ketegangan di dalam organisasi atau
hambatan-hambatan konflik diantara bagian-bagian organisasi.
Chester I. Barnard28, mendefinisikan efektifitas sebagai
pencapaian sasaran yang telah disepakati atas usaha bersama. Tingkat
pencapaian sasaran itu menunjukkan tingkat efektivitas. Selanjutnya
Gibson29 menjelaskan efektivitas adalah pencapaian yang telah
disepakati atau usaha bersama. Adapun indikator efektivitas adalah:
25
Ibid. Hal. 167
26
Tangkilisan, Manajemen Publik, Jakarta, PT Gramedia Pustaka, 2005, Hal. 13
27
Ibid. Hal. 140
28
Gibson, Cevich dan Donnely, Organisasi dan Manajemen:Prilaku, struktur dan Proses, Jakarta, Erlangga,1994, hal. 27
29
1. Produksi (Production)
Menggambarkan kemampuan organisasi untuk memproduksi jumlah dan mutu out put yang sesuai dengan permintaan lingkungan, ukuran ini berhubungan secara langsung dengan out put yang dikonsumsi oleh pelanggan organisasi.
2. Efisiensi (Efficiency)
Sebagai angka perbandingan (rasio) antara out put dan in put, perbandingan antara keuntungan dan biaya atau dengan out put atau dengan waktu merupakan bentuk umum dari ukuran ini.
3. Kepuasan (statisfaction)
Kepuasan dan semangat kerja adalah istilah yang serupa, yang menunjukkan sampai seberapa jauh organisasi atau alat mematuhi kebutuhan para karyawan/masyarakat.
4. Adaptasi (Adaptiveness)
Sampai seberapa jauh organisas dapat menanggaapi perubahan
intern dan ekstern. Kriteria ini dihubungkan dengan kemampuan
manajemen untuk menduga adaya perubahan dalam lingkungan maupun dalam organisasi itu sendiri.
5. Perkembangan (Development)
Usaha pengembangan yang biasa adalah program pelatihan atau sosialisasi bagi tenaga manajemen/masyarakat dan non-mmanajemen, tetapi sekarang ini pengembangan organisasi telah bertambah banyak macamnya dan meliputi sejumlah pendekatan psikologi dan sosiologi.
Menurut Pandji Anoraga30 efektivitas berhubungan dengan pencapaian tujuan yang lebih dikaitkan dengan hasil kerja.
Secara umum konsep efektifitas digunakan untuk melihat
derajat pencapaian tujuan atau keberhasilan organisasi dalam mencapai
tujuannya. Efektivitas organisasi adalah merupakan tingkat sejauhmana
suatu organisasi yang merupakan sistem sosial dengan segala sumber
daya dan sarana tertentu yang tersedia dalam memenuhi
tujuan-tujuannya tanpa pemborosan dan menghindari tegangan yang tidak
perlu diantara anggota-anggotanya31
30
Winardi, Pengantar Ilmu Manajemen, Jakarta, CV Haji Masagung, 1986, hal. 178
31
Menurut Nogi Tangkilisan, efektivitas menyangkut 2 aspek
yang diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Tujuan
2. Pelaksanaan fungsi (cara untuk mencapai tujuan tersebut). 32
Pendapat para ahli di atas dapat dijelaskan, bahwa efektivitas
merupakan usaha pencapaian sasaran yang dikehendaki (sesuai dengan
harapan) yang ditujukan kepada orang banyak dan dapat dirasakan oleh
kelompok sasaran yaitu masyarakat. Hal ini sejalan dengan pendapat
James L. Gibson yang dikutip oleh Agung Kurniawan dalam bukunya
Transformasi Pelayanan Publik mengatakan mengenai ukuran
efektivitas, sebagai berikut:
1. Kejelasan tujuan yang hendak dicapai. 2. Kejelasan strategi pencapaian tujuan. 3. Proses analisis dan perumusan kebijakan. 4. Perencanaan yang matang.
5. Penyusunan program yang tepat. 6. Tersedianya sarana dan prasarana.
7. Sistem pengawasan dan pengendalian yang bersifat mendidik.33 Membahas masalah ukuran efektivitas memang sangat
bervariasi tergantung dari sudut terpenuhinya beberapa kriteria akhir.
Menurut pendapat Cambell yang dikutip oleh Richard M. Steers dalam
bukunya Efektivitas Organisasi menyebutkan beberapa ukuran daripada
efektivitas, yaitu:
1. Kualitas artinya kualitas yang dihasilkan oleh organisasi; 2. Produktivitas artinya kuantitas dari jasa yang dihasilkan;
3. Kesiagaan yaitu penilaian menyeluruh sehubungan dengan kemungkinan dalam hal penyelesaian suatu tugas khusus dengan
32
Ibid, hal. 141
33