• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH SOSIALISASI KELUARGA BERENCANA (KB) TERHADAP EFEKTIFITAS PROGRAM KB DI KECAMATAN SERANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGARUH SOSIALISASI KELUARGA BERENCANA (KB) TERHADAP EFEKTIFITAS PROGRAM KB DI KECAMATAN SERANG"

Copied!
170
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mata Kuliah untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada Program Studi Ilmu Administrasi Negara

Oleh :

VINA NIRMALA

NIM. 6661 072810

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

(2)
(3)
(4)

Skripsi ini ku persembahkan kepada :

kedua orang tuaku tercinta

kakaku tersayang dan

(5)

vi

Vina Nirmala. NIM. 072810. SKRIPSI. Pengaruh Sosialisasi Keluarga Berencana (KB) Terhadap Efektivitas Program KB di Kecamatan Serang.

Pelaksanaan keluarga berencana (KB) merupakan usaha langsung yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan mengatasi jumlah penduduk yang meningkat, namun pada kenyataannya masih banyak faktor yang menghambat dalam pencapaian program keluarga berencana. Tujuan penelitian ini adalah melakukan penelitian terhadap pengaruh sosialisasi KB terhadap efektifitas program KB di Kecamatan Serang dan mengetahui besarnya pengaruh sosialisasi KB terhadap efektifitas proram KB di Kecamatan Serang. Penelitian ini merupakan penelitian metode eksplanatif dengan pendekatan kuantitatif. Populasi yang diteliti adalah seluruh pasangan usia subur (PUS) di Kecamatan Serang, berjumlah 32.028 PUS dengan menggunakan teknik Cluster Random Sampling, dengn jumlah sampel 100 PUS. Variabel independen yang diukur adalah sosialisasi KB, sedangkan variabel dependen yang diukur adalah efektifitas program KB, kemudian diuji dengan menggunakan metode regresi linier sederhana. Dari hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai R Square sebesar 0,527 atau 52,7% yang artinya sosialisasi KB dapat mempengaruhi efektifitas program KB sebesar 52,7%. Dari perhitungan signifikansi, hasil perhitungan didapat bahwa hitung sebesar 10,444 dan tabel diperoleh 1,89, oleh karena t-hitung lebih besar dari t-tabel (10,444 > 1,98) maka Ho ditolak dan Ha diterima. Jadi kesimpulannya adalah terdapat pengaruh antara sosialisasi KB terhadap efektivitas program KB di Kecamatan Serang sebesar 52,7%. Saran peneliti adalah memperbanyak tenaga penyuluh KB dan perlu adanya pelatihan bagi petugas KB dalam penyampaian informasi agar memaksimalkan jalannya pelaksanaan program KB guna tercapainya tujuan pelaksanaan program KB.

(6)

vii

Vina Nirmala. NIM. 072810. SKRIPSI. The Influence Socialization of KB to The Effectiveness of Family Planning Programs In Sub-District of Serang.

The Implementation of Keluarga Berencana (KB) is a direct effort that aims to growing the welfare of society by surpassing the increasing of population. But in the reality, there are many factors that chaser of Keluarga Berencana Programs reached. The purpose of this research is to researching of KB socialization influence on the effectiveness of KB programs in Serang district. And to know the influence highest of KB socialization on the effectiveness of KB Programs in Serang district. The research is explanative research method with quantitative approach. The populations studied were all couple of childbearing age (EFA) in Serang district, totaling 32,028 EFA using the Cluster Random Sampling technique. With 100 EFA less number sample, independent variables measured were KB socialization, while the dependent variables being measured is KB programs effectiveness. And then it would be tested using simple linear regression method. From the results of calculations show that the value of R Square is 0.527 or 52.7%, which means that socialization can affect the effectiveness of program KB by 52.7%. The calculation of significance, the calculation results obtained that the t-count of 10.444 and 1.89 t-table is obtained, therefore t-count is greater than t-table (10.444> 1.98), then Ho is rejected and Ha accepted. So the conclusion is there is influence between the socialization of KB on the effectiveness of program KB in the district of Serang by 52.7%. Advice of researchers is to multiply the extension workers of KB and the need training for staff in the delivery of information in order to maximize the course of implementation of program KB in order to achieve the purpose of program KB.

(7)

viii

Puji dan syukur kepada Allah Bapa Yang Maha Kuasa, berkat kasih dan

karunia-nya penulis akhirnya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Pengaruh

Sosialisasi Keluarga Berencana (KB) Terhadap Efektivitas Program KB di

Kecamatan Serang.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dan

kelemahan dalam skripsi ini. Kekurangan dan kelemahan tersebut semata-mata

muncul karena keterbatasan wawasan penulis. Untuk itu penulis mengharapkan

segala kritik dan saran yang bersifat membangun guna menyempurnakan skripsi

ini. Selesainya skripsi ini tidak terlepas dari dukungan dari semua pihak, untuk itu

tepat kiranya pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd. Selaku Rektor Universitas Sultan ageng Tirtayasa.

2. Dr. Ahmad Sihabudin, M.Si Selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

3. Dr. Agus Sjafari, S.Sos., M.Si Selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

4. Rahmi Winangsih, Dra., M.Si Selaku Pembantu Dekan II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

(8)

ix

Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan ageng Tirtayasa.

8. Maulana Yusuf, S.IP., M.Si selaku Pembimbing Akademik yang selalu memberikan arahan dan masukan selama perkuliahan.

9. Dr. Asnawi Syarbini, S.IP., M.PA, Selaku Dosen Pembimbing I yang senantiasa membimbing dan memberikan saran kepada peneliti dalam setiap bimbingan yang telah dilakukan.

10.Arenawati, S. Sos. M.Si, Selaku Dosen Pembimbing II yang senantiasa membimbing dan memberikan saran kepada peneliti dalam setiap bimbingan yang telah dilakukan.

11. Seluruh Dosen dan Staf Jurusan administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan ageng Tirtayasa yang telah membekali penulis dengan ilmu pengetahuan selama perkuliahan.

12.Seluruh pegawai Dinas Badan Pemberdayaan Masyarakat Perempuan dan Keluarga Berencana (BPMPKB) Kota Serang yang mengizinkan penulis meminta waktu dan tenaganya dalam membantu peneliti mencapai tujuan penelitian.

13.Seluruh pegawai Kecamatan Serang yang mengizinkan penulis meminta waktu dan tenaganya dalam membantu peneliti mencapai tujuan penelitian.

14.Masyarakat Kecamatan Serang khususnya PUS yang senantiasa membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian.

(9)

x

diberikan serta ceramahan yang selalu diberikan pada penulis.

18.Teman-teman seperjuanganku Nie, Meta, Tia, Icha, Sendi, Yeni, Itin, Dace yang selalu mendukung dan doa yang selalu diberikan pada penulis, tetap semangat yah.

19.Seluruh teman-teman Administrasi Negara angkatan 2007 yang tidak bisa disebutkan satu-persatu.

Tidak lupa penulis memohon maaf atas semua kekurangan dan kesalahan

yang terdapat dalam skripsi ini. Penulis memohon kritik dan saran yang dapat

membawa skripsi ini menjadi lebih baik. Penulis berharap semoga skripsi ini

dapat dilanjutkan menjadi sebuah skripsi yang dapat bermanfaat dan berguna bagi

siapa saja yang membacanya dan penulis khususnya.

Serang, Oktober 2011

(10)

x

Halaman

PERSYARATAN ORISIONALITAS

LEMBAR PERSETUJUAN

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

ABSTRAK... v

KATA PENGANTAR... vii

DAFTAR ISI... x

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR GAMBAR... xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang... 1

1.2Identifikasi Masalah... 14

1.3Perumusan Masalah... 14

1.4Tujuan Penelitian... 15

1.5Manfaat Penelitian... 15

1.6Sistematika Penulisan... 16

BAB II DESKRIPSI TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Deskripsi Teori………. 18

2.1.1 Sosialisasi... 18

2.1.2 Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)…………... 20

2.1.3 Efektifitas... 32

(11)

xi

2.2 Kerangka Berfikir... 56

2.3 Hipotesis Penelitian... 61

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian... 62

3.2 Instrumen Penelitian... 63

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian... 67

3.4 Teknik Pengolahan dan Analisis Data... 70

3.4.1 Uji Validitas………... 71

3.4.2 Uji Realibilitas……… 75

3.5 Uji Koefisien Korelasi Prodact Moment……….. 77

3.6 Uji Signifikansi………. 78

3.7 Uji Koefisien Determinasi……….... 79

3.8 Uji Regresi Linier Sederhana………... 79

3.9 Lokasi dan Jadwal Penelitian... 81

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Objek Penelitian……… 82

4.1.1 Jumlah Kota Penduduk………... 84

4.1.2 Jumlah Kota Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur……… 87

4.1.3 Keadaan Penduduk……….. 88

4.1.4 Jumlah Penduduk Menurut Regristrasi Penduduk Kecamatan Serang………. 90

4.2 Deskripsi Data……… 91

4.2.1 Identitas Responden……… 91

(12)

xii

4.3.2 Uji Regresi Linier Sederhana………... 122

4.3.3 Uji Signifikansi……… 123

4.3.4 Analisis Determinasi……… 124

4.4 Interprestasi Hasil Penelitian………. 125

4.5 Pembahasan……… 127

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan……… 133

5.2 Saran……….. 134

DAFTAR PUSTAKA……… 136

(13)

iv

Tabel 1.1 Pendataan Peserta KB Aktif………... 7

Tabel 1.2 Perkembangan Jumlah Akseptor KB Tahun 2008-2009………... 8

Tabel 3.1 Skoring Item Instrumen………... 63

Tabel 3.2 Instrumen Penelitian………...………... 64

Tabel 3.3 Teknik Perhitungan Sampel……….……….. 69

Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel X (Uji Butir Pertanyaan X).... 73

Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Y (Uji Butir Pertanyaan Y).... 74

Tabel 3.6 Statistik Reliabilitas (Variabel X)……….. 77

Tabel 3.7 Statistik Reliabilitas (variabel Y)………... 77

Tabel 3.8 Waktu Penelitian………. 81

Tabel 4.1 Jumlah Total Penduduk Kecamatan Serang………….……….. 84

Tabel 4.2 Luas Wilayah Desa/Kelurahan di Kecamatan Serang………. 86

Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Kecamatan Serang Berdasarkan Kelompok Umur... 87

Tabel 4.4 Jumlah Penduduk Kecamatan serang Berdasarkan Mata Pencaharian... 89

Tabel 4.5 Jumlah Penduduk Menurut Regristrasi Penduduk Kec. Serang………. 91

Tabel 4.6 Tabel Skor hasil Pertanyaan No.1 (Variabel X)………. 98

Tabel 4.7 Tabel Skor hasil Pertanyaan No.2 (Variabel X)………. 99

Tabel 4.8 Tabel Skor hasil Pertanyaan No.3 (Variabel X)………. 101

Tabel 4.9 Tabel Skor hasil Pertanyaan No.4 (Variabel X)………. 102

(14)

v

Tabel 4.14 Tabel Skor hasil Pertanyaan No.9 (Variabel X)………. 108

Tabel 4.15 Tabel Skor hasil Pertanyaan No.10 (Variabel Y)……… 109

Tabel 4.16 Tabel Skor hasil Pertanyaan No.11 (Variabel Y)……… 110

Tabel 4.17 Tabel Skor hasil Pertanyaan No.12 (Variabel Y)……… 111

Tabel 4.18 Tabel Skor hasil Pertanyaan No.13 (Variabel Y)……… 112

Tabel 4.19 Tabel Skor hasil Pertanyaan No.14 (Variabel Y)……… 113

Tabel 4.20 Tabel Skor hasil Pertanyaan No.15 (Variabel Y)……… 114

Tabel 4.21 Tabel Skor hasil Pertanyaan No.16 (Variabel Y)……… 115

Tabel 4.22 Tabel Skor hasil Pertanyaan No.17 (Variabel Y)……… 116

Tabel 4.23 Tabel Skor hasil Pertanyaan No.18 (Variabel Y)……… 117

Tabel 4.24 Tabel Skor hasil Pertanyaan No.19 (Variabel Y)……… 118

Tabel 4.25 Tabel Skor hasil Pertanyaan No.20 (Variabel Y)……… 119

Tabel 4.26 Hasil Perhitungan Koefisien Korelasi………. 121

Tabel 4.27 Hasil Perhitungan Regresi Linier Sederhana……….. 122

Tabel 4.28 Hasil Perhitungan Uji Signifikansi………. 123

(15)

vi

Gambar 4.1 Jumlah Responden Per Kelurahan………... 92

Gambar 4.2 Jumlah Responden Berdasarkan Usia……….. 93

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kendala yang dihadapi oleh negara Indonesia dalam kaitannya dengan

pembangunan berkelanjutan hampir semuanya sama, yaitu pada umumnya

bersumber pada permasalahan kependudukan. Mulai dari masih tingginya

angka kematian bayi dan ibu melahirkan, rendahnya kesadaran masyarakat

tentang hak-hak reproduksi, serta masih cukup tingginya laju petumbuhan

penduduk yang tidak sebanding dengan daya dukung lingkungan. Semua

jenis program pembangunan tentunya diintegrasikan dan akan dibawa ke

dalam suatu tujuan pembangunan, yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan

dan kualitas hidup penduduk. Tanpa disadari betapa besar pengaruh faktor

kependudukan terhadap kesejahteraan rakyat.

Teori menurut Malthus1, “reproduksi manusia cenderung deret ukur.

Pasokan bahan pangan hanya tumbuh secara deret hitung. Akibatnya akan

terjadi kesenjangan dalam penyediaan bahan pangan dibandingkan jumlah

penduduk”. Malthus sudah tegas mempersoalkan tentang kekeringan, banjir,

bahaya kelaparan, wabah penyakit, yang disebut positive checks, terjadi

sebagai akibat ketidak-seimbangan pertambahan jumlah penduduk dan

lingkungan alam. Malthus yakin bahwa manusia akan tetap hidup

miskin/melarat dan berakhir dengan kematian, selama terjadi

1

(17)

seimbangan jumlah penduduk dengan daya dukung lingkungan, khususnya

ketidak-seimbangan jumlah penduduk dengan persediaan bahan makanan.

Maka dari itu penduduk merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan

dalam proses pembangunan dewasa ini. Dimana, jumlah penduduk yang besar

dengan komposisi dan distribusi yang lebih merata, dapat menjadi potensi

tetapi dapat pula menjadi beban dalam proses pembangunan apabila

berkualitas rendah. Karena itu, proses pengembangan yang dilakukan selain

diarahkan dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia, harus

pula mencangkup upaya untuk mengendalikan laju pertumbuhan serta

menyeimbangkan komposisi dan distribusi penduduk. Begitu pula di Banten,

jumlah penduduk Banten tahun 2009 sebanyak 9,78 juta jiwa2 merupakan penduduk yang sangat banyak bila dibandingkan dengan jumlah wilayah

daerah Banten. Setiap tahunnya meningkat dan sangat tinggi, populasi Banten

merupakan kelima terbesar di Indonesia, ini membuktikan bahwa begitu besar

jumlah penduduk di Banten ini. Dengan jumlah penduduk yang meningkat di

Banten haruslah berkomposisi lebih merata agar menghasilkan penduduk

yang berkualitas.

Jumlah penduduk semakin tahun semakin meningkat, menurut data

BPS Provinsi Banten, pada tahun 2000 awal berdirinya Banten menjadi

provinsi, Banten berjumlah 8,10 juta jiwa tapi pada tahun 2009 meningkat

menjadi 9,78 juta jiwa atau tumbuh rata-rata sebesar 2,12 persen per tahun.

Apabila dibandingkan dengan proyeksi penduduk Indonesia yang mencapai

2

(18)

231,37 juta orang maka penduduk Banten pada tahun 2009 sudah mencapai

4,20 persen dari total penduduk Indonesia, sehingga Banten menjadi provinsi

dengan populasi terbesar kelima di Indonesia. Pada tahun 2009, banten juga

termasuk empat besar provinsi yang terpadat penduduknya yaitu dengan

tingkat kepadatan mencapai 1.085 jiwa per km2 atau untuk setiap satu kilometer persegi wilayah Provinsi Banten dihuni oleh sekitar 1.085

penduduk.3

Persebaran penduduk di Banten secara spasial tidak merata, karena

masih terkonsentrasi di wilayah Kabupaten Tangerang, kota Tangerang, dan

kota Tangerang Selatan. Dengan luas wilayah kurang dari 14 persen dari

seluruh luas wilayah Provinsi Banten, ketiga wilayah tersebut pada tahun

2009 dihuni oleh sekitar 53,47 persen dari seluruh penduduk Banten.

Akibatnya, tingkat kepadatan penduduk antar wilayah di Banten menjadi

sangat tidak merata. Tercatat, kota Tangerang merupakan wilayah dengan

tingkat kepadatan tertinggi, mencapai 10.101 jiwa per km2. Sedangkan yang terendah adalah Kabupaten lebak yaitu dengan tingkat kepadatan penduduk

hanya 367 jiwa per km2. Berarti kota Tangerang hampir 28 kali lebih padat

bila dibandingkan dengan kabupaten Lebak.4

Jumlah penduduk yang terlalu besar akan menimbulkan padatnya

penduduk yang akan menimbulkan peningkatan kemiskinan; peningkatan

jumlah pengangguran karena keterbatasan lowongan pekerjaan; keterbatasan

tempat tinggal; dan akan menimbulkan kondisi alam misalnya banjir karena

3

BPS Provinsi Banten Tahun 2010

4

(19)

lahan hutan telah dijadikan pemukiman dan pabrik, serta kondisi alam seperti

isu tenggelamnya kota Jakarta karena begitu padatnya penduduk di jakarta.

Penyebaran penduduk yang kurang seimbang juga dipersulit pemanfaatan

sumber daya alam dan sumber daya manusia bagi pembangunan. Di daerah

dengan kepadatan penduduk tinggi, timbul tekanan besar bagi tanah, dan air

serta sumber-sumber alam lainnya. Sementara sumber daya manusia di

daerah jarang penduduk masih belum termanfaatkan sepenuhnya. Jumlah

penduduk di suatu daerah sebenarnya merupakan aset dan potensi

pembangunan yang besar manakala penduduk tersebut berkualitas.

Sebaliknya dengan jumlah dan pertumbuhan penduduk yang pesat tetapi

dengan kualitas yang rendah akan menjadi beban besar bagi proses

pembangunan yang akan dilaksanakan.

Pembangunan kependudukan dan keluarga kecil berkualitas

merupakan langkah penting dalam mencapai pembangunan berkelanjutan

bagi sebuah provinsi, daerah maupun kabupaten. Pembangunan antara lain

dilaksanakan melalui pertumbuhan penduduk yakni melalui keluarga

berencana dan dengan cara pengembangan kualitas penduduk melalui

keluarga kecil yang berkualitas. Pertambahan penduduk yang cepat tidak

seimbang dengan peningkatan produksi yang akan mengakibatkan

ketegangan sosial dengan segala akibat yang luas. Untuk menekan itu semua

pemerintah mencanangkan adanya program KB (Keluarga Berencana) untuk

menghindari terjadinya ledakan penduduk yang luar biasa. Membuat

(20)

padat “2 anak cukup” dan untuk jumlah penduduk yang renggang “boleh

lebih dari 2”.

Program KB masih memiliki peran penting dalam upaya

meningkatkan laju pertumbuhan pembangunan dan ekonomi. Kekhawatiran

akan terjadinya ledakan penduduk mendorong pemerintah membuat sejumlah

kebijakan penting mengenai pengendalian pertumbuhan jumlah penduduk.

Oleh karena itu, penduduk yang besar tanpa disertai dengan kualitas memadai

justru menjadi beban pembangunan dan menyulitkan pemerintah dalam

meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan nasional. Sebagai

suatu kebutuhan, kontrasepsi terkait dengan kebutuhan fisik dan sosial. Bagi

kebutuhan fisik, kontrasepsi berperan dalam setiap fase reproduksi, yaitu

untuk menunda kehamilan, menjarangkan serta mencegah lehamilan.

Sementara sebagai kebutuhan sosial, kontrasepsi berkaitan dengan upaya

mewujudkan program pembangunan suatu negara.

Persepsi masyarakat tentang “banyak anak, banyak rezeki” masih

menjadi dominan di kalangan masyarakat pedesaan, yang membuat

masyarakat enggan untuk mengikuti program KB. Kurangnya pengetahuan

mengenai KB yang membuat masyarakat tidak mengetahui betapa pentingnya

program KB untuk kesehatan maupun pembangunan. Lain hal dengan

masyarakat perkotaan yang berpendidikan tinggi yang tahu mengenai

pentingnya program KB bagi kesehatan pada khususnya, dengan sendirinya

(21)

Begitu juga Kota Serang, kota Serang merupakan ibu kota dari Banten

yang berdiri sejak 10 tahun yang lalu, kota Serang juga merupakan daerah

yang masih berkembang yang memerlukan perhatian terutama dari segi

pembangunan. pembangunan berkelanjutan tidak luput dari pembangunan

kependudukan, dengan membangun kependudukan yang berkualitas dapat

mencerminkan keberhasilan suatu pembangunan. Laju pertumbuhan

penduduk di Kota Serang tidak merata, menurut data BPS laju

pertumbuhan penduduk di Kota Serang mencapai angka 2,6 persen. Jumlah

penduduk Kota Serang yang sebelumnya berjumlah sebanyak 435.791 jiwa

mengalami kenaikan sekitar 60.000 jiwa. Sehingga pada tahun 2010 jumlah

penduduk mencapai sebanyak 497.910 jiwa. Hal ini diketahui berdasarkan

hasil sensus penduduk yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada

Mei hingga Juni lalu di 6 kecamatan di Kota Serang. Hasil sensus penduduk

2010 menunjukkan ada kenaikan jumlah penduduk sekitar 60.000 jiwa

dibandingkan hasil sensus tahun 2000 yang mencapai 435.791 jiwa. Dalam

waktu tiga bulan, penduduk kota serang mengalami pertambahan penduduk

500-1000 orang, angka tersebut berasal dari urbanisasi dan angka kelahiran.

(22)

berencana (KB). Dari jumlah PUS 100.840 PUS, baru 68.508 yang sudah melakukan KB dengan tujuh pemakaian alat kontrasepsi. Masih adanya peserta PUS yang belum melakukan KB ada beberapa alasan yaitu ada yang ingin hamil, ingin memiliki anak secepatnya, ingin anaknya ditunda dan tidak ingin anak lagi. Berdasarkan data dari BPMPKB Kota Serang, jumlah yang sudah menjadi peserta KB aktif ada 66.508 PUS, dari jumlah PUS 100.840 jiwa. Adapun rincian pemakaian alat kontrasepsinya, IUD 4.753 orang, medis operasi wanita (MOW) 1.420 orang, medis operasi pria (MOP) 425 orang, implant 2.268 orang, kondom 910 orang, KB suntik 38.940 orang, dan pil 17.791 orang.5

Sumber : BPMPKB Kota Serang Tahun 2010

Tabel 1.2

Perkembangan Jumlah Akseptor KB Tahun 2008-2009

(23)

Pada tabel 1.1 terlihat bahwa target penggunaan KB lebih kecil dari

pada realisasinya, maka penggunaan KB di Kota Serang sudah mencapai pada

target yang telah ditentukan melainkan melebihi target yang telah di capai.

Namun pencapaian tersebut tidak merata ke seluruh kecamatan. Seperti di

Kecamatan Curug dan Kecamatan Cipocok Jaya, penggunaan KB tidak

mencapai pada targetnya berarti di Kecamatan Curug dan Kecamatan

Cipocok Jaya masih rendahnya pengetahuan tentang KB dan tidak

menginginkan untuk menggunakan KB. Di Kecamatan Taktakan, pada tahun

2008, penggunaan KB tidak mencapai pada targetnya tetapi pada tahun 2009,

penggunaan KB melebihi pada targetnya. Hal ini terjadi karena pengetahuan

tentang KB di daerah Taktakan sudah menyebar dan penjangkauan media

cetak pun sudah tersebar di daerah Taktakan. Namun di Kecamatan Serang

dan Kecamatan Kasemen penggunaan KB sudah melebihi dari pencapaian

target.

Upaya pemerintah mengurangi laju pertumbuhan penduduk tidak

berhenti sampai pada program KB saja, pemerintah mengadakan sosialisasi

penyuluhan KB untuk masyarakat agar masyarakat sadar akan pentingnya

program KB bagi kehidupan mereka. Peranan dan fungsi penyuluhan

Keluarga Berencana dewasa ini memerlukan berbagai penyesuaian selaras

dengan berbagai perubahan yang terjadi dalam perkembangan system

penyelenggaraan Program KB di Kabupaten dan Kota, perkembangan

(24)

Kondisi masyarakat yang agamis dapat mempengaruhi terhambatnya

proses sosialisasi KB. Apalagi sosialisasi KB yang tidak didasari tokoh

agama yang membuat mereka tidak mau mengikuti program KB. Menurut

pandangan para ustadz, KB bukan tidak diperbolehkan tetapi yang dibenarkan

adalah mencegah sementara kehamilan untuk mengatur jarak kelahiran itu

sendiri atau karena alasan medis berdasarkan penelitian para ahli berkaitan

dengan keselamatan nyawa manusia bila harus mengandung anak. Dalam

kasus tertentu, seorang wanita bila hamil bisa membahayakan nyawanya

sendiri atau nyawa anak yang dikandungnya, dengan demikian maka dharar6

itu harus ditolak.Metode pencegah kehamilan serta alat-alat yang digunakan

haruslah yang sejalan dengan syariat Islam.

Penyebaran berbagai informasi program KB yang selama ini

dilakukan langsung pada sasaran , perlu dibarengi dengan dukungan media

cetak maupun media elektronik dan tentunya saat ini untuk Radio dan

Televisi terdiri dari berbagai stasiun sehingga apa yang dilakukan saat ini

memang dirasakan tidak memadai . Pertemuan kelompok atau pertemuan

tatap muka selama ini dirasakan paling efektif, tetapi dengan dinamika

kehidupan masyarakat yang terus bergerak metoda ini jangkauannya sangat

terbatas, sehingga perlu dibarengi dengan peretemuan melalui kerja sama

dengan kelompok pengajian,kelompok arisan bahkan mungkin dengan Media

cetak.

6Kata “Dharar” menurut bahasa adalah lawan dari bermanfaat, dengan kata lain tidak bermanfaat atau bahkan

(25)

Menurut ibu Eti sebagai pegawai bidang Keluarga Berencana di dinas

BPMPKB kota Serang, mengatakan bahwa “kondisi ini hampir dirasakan

oleh seluruh Petugas Penyuluh KB dimanapun berada bahkan mengalami

kesulitan dalam menjangkau sasaran pelayanan KB. Perlu dilakukan

modifikasi dan inovasi yang terus menerus dalam upaya penyebarluasan

informasi secara komprehensif baik melalui penyuluhan langsung dengan

memanfaatkan kader, Toga,Toma serta memanfaatkan media tradisional,

kerjasama dengan kelompok-kelompok masyarakat memanfaatkan media

cetak, radio dan semua media berjalan bersama terus menerus dan atau

menggunakan jaringan internet, facebook, Blog atau twiter, SMS dan

semuanya”. Pengembangan Media komprehensif ini perlu dijadikan sebagai

suatu sistem penyebarluasan program, bertujuan untuk mengembangkan

Media informasi program KB secara terpadu, terintegrasi, tepat guna dan

bermanfaat bagi penyuluh, kelembagaan penyuluhan serta stakeholder lain

yang membutuhkan karena ini sudah menjadi tantangan diera digital sekarang

ini . Lengkapi informasi dengan data dan fakta yang realistis faktual sesuai

dengan kondisi masyarakat setempat dan jangan sampai memberikan

informasi yang tidak jelas tentunya justru akan menjadi boomerang bagi

program KB itu sendiri. Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian adalah

bahwa penyuluhan KB ini hendaknya merupakan suatu bentuk rangkaian

komunikasi strategis yang dirancang secara sistematis dan dilaksanakan

dalam kurun waktu tertentu baik oleh individu ataupun kelompok dengan

(26)

Subur yang berumur >20 tahun hingga berumur 40 tahun yang mau

menggunakan kontrasepsi sesuai dengan pilihannya . Untuk itu perlu banyak

kerjasana dengan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)/Lembaga Swadaya

Organisasi Masyarakat (LSOM) adalah kumpulan orang-orang yang

terorganisir dan mempunyai tujuan yang hendak dicapai.

Kecamatan Serang merupakan pusat wilayah pembangunan bagian

pusat kota. Hal ini sesuai dengan potensi daerah dari karakteristik yang

dimiliki wilayah Kecamatan serang, dimana sebagian besar letak

geografisnya merupakan daerah dataran, maka pembangunan jangka

panjangnya dititikberatkan pada sektor pengembangan perumahan dan tata

kota yang harus dibenahi.

Menurut ibu Veni selaku petugas KB di Kecamatan Serang, sosialisasi

dilakukan minimal 1 bulan sekali namun sosialisasi dilakukan tergantung

pada daerah mana saja yang pencapaian peserta KB barunya masih rendah.

Metode sosialisasi yang diberikan petugas KB kepada masyarakat ialah

dengan cara mengunjungi kerumah-rumah warga dengan menggunakan

pendekatan psikologis yaitu dengan cara memberikan penjelasan dengan

bahasa yang sederhana dan mudah dipahami, menyesuaikan isi penyuluhan

dengan keadaan yang dimiliki masyarakat dan juga mempraktekan dengan

media alat peraga. Bukan saja dengan mengunjungi kerumah-rumah, namun

sosialisasi juga diberikan di kelurahan atau di posyandu.

Kendala yang dihadapi petugas KB dalam pelaksanaan sosialisasi KB

(27)

sosialisasi yang telah disediakan di kelurahan atau diposyandu. Hal tersebut

terlihat dari kurangnya rangsangan konsumsi dari pelaksana sosialisasi agar

masyarakat termotivasi untuk mengikuti kegiatan tersebut, masih

menganggapnya KB itu tabu, kepercayaan masyarakat banyak anak banyak

rejeki masih menjadi dominan pemikiran masyarakat dan juga kurangnya

kerja sama antara petugas KB dengan para tokoh agama setempat, karena

faktor dari tokoh agama dapat menjadi acuan masyarakat untuk mengikuti

kegiatan sosialisasi tersebut.

Berdasarkan hasil observasi awal dan wawancara dengan para

pegawai BPS, penulis menemukan masalah-masalah dalam keberhasilan

program KB. Pertama, kesadaran akan pentingnya kontrasepsi di Kecamatan

Serang saat ini masih rendah. Padahal, penggunaan kontrasepsi sangat

penting untuk mencegah terjadinya ledakan penduduk di Banten. Saat ini,

ledakan penduduk merupakan salah satu masalah global di seluruh dunia, di

samping isu tentang pemanasan global, perburukan ekonomi, krisis pangan

dan menurunnya derajat kesehatan penduduk. Sama halnya seperti di provinsi

Banten, sebagian masyarakatnya masih belum sadar akan pentingnya

kontrasepsi. Di Banten ini masih banyak sekali daerah-daerah yang belum

berkembang dengan pesat dan belum mengerti arti penting dari kontrasepsi.

Sebagian masyarakat perkotaan sudah sadar akan pemakaian kontrasepsi,

namun masyarakat pedesaan sepertinya belum sadar akan pemahaman KB

dan hal-hal yang akan terjadi nanti bila kita tidak memakai alat kontrasepsi

(28)

banyak rejeki” yang sering disebut oleh masyarakat pedesaan, ada yang

beranggapan bahwa pemakaian alat kontrasepsi bisa menyebabkan tubuh

menjadi gemuk dsb.

Kedua, Masih tingginya tingkat kelahiran penduduk di Kecamatan

Serang. Dapat di lihat dari banyaknya jumlah anak-anak, pada tahun 2009

sekitar dari usia 0-4 tahun dengan jumlah 15.101 jiwa dan pada tahun 2010

dari usia 0-4 tahun dengan jumlah 21.289, hal ini merupakan jumlah

terbanyak jika dibandingkan dengan kelompok umur yang lain perbandingan

setiap tahun nya pun meningkat dengan pesat. Tingkat kelahiran penduduk

setiap tahunnya pun terus bertambah karena banyak usia muda yang

melakukan pernikahan sehingga usia subur melahirkan meninggi. Penyebab

tingginya tingkat kelahiran penduduk di Kecamatan Serang karena

terbatasnya alat kontrasepsi yang ada sehingga pemakaian alat kontrasepsi

tidak efektif.

Ketiga, kurangnnya pengetahuan dan kesadaran pasangan usia subur

dan remaja tentang hak-hak reproduksi dan kesehatan reproduksi, karena

banyak pasangan muda yang tidak memakai alat kontrasepsi. Di lihat dari

banyaknya usia muda yang telah melakukan hub seksual diluar nikah tanpa

penggunaan alat kontrasepsi yang menyebabkan terjadinya hamil di luar

pernikahan atau hamil pada saat usia belum mencukupi. Dengan pengetahuan

akan hak-hak reproduksi dan kesehatan reproduksi akan mencegah terjadinya

peningkatkan angka kelahiran penduduk. Menurut wawancara dengan bu

(29)

memakai alat kontrasepsi yaitu takut akan efek samping yang muncul seperti

gemuk atau bercak-bercak di kulit.

Dan keempat, kurangnya tenaga penyuluh Kecamatan Serang.

Idealnya tenaga penyuluh untuk Kecamatan Serang sekitar 2 desa per 1

penyuluh, namun pada kenyataannya dari 12 kelurahan di Kecamatan Serang

ini hanya bertotal 3 orang penyuluh. Adapun rinciannya per kelurahan pada

Kel. Serang, Kel. Cipare, Kel. Sumurpecung dan Kel. Cimuncang terdiri dari

1 penyuluh. Pada Kel. Kota Baru, Kel. Lontar Baru, Kel.Kagungan dan Kel

Lopang terdiri dari 1 penyuluh. Serta pada Kel. Unyur, Kel. Kaligandu, Kel.

Trondol dan Kel. Sukawana terdiri dari 1 penyuluh.

Berdasarkan beberapa uraian permasalahan dengan indikasi

penyebabnya pada program Keluarga Berencana di Kecamatan Serang yang

telah penulis kemukakan tersebut di atas, penulis tertarik untuk mengetahui

lebih jauh tentang pengaruh sosialisasi pada program KB di Kecamatan

Serang yang dapat mempengaruhi efektifitas program KB. Karena Kec.

Serang merupakan pusat wilayah pembangunan bagian pusat kota dan Kec.

Serang merupakan jumlah penduduk yang paling besar seluruh Kec. Kota

Serang serta banyaknya anak-anak sekitar 24,72% dari seluruh jumlah

penduduk Kec. Serang. Maka dari itu untuk selanjutnya tulisan ini akan

penulis tuangkan dalam sebuah karya ilmiah dalam bentuk skripsi dengan

judul “Pengaruh Sosialisasi Keluarga Berencana (KB) Terhadap

(30)

1.2 Identifikasi Masalah

Pelaksanaan keluarga berencana merupakan usaha langsung yang

bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan membatasi

jumlah penduduk yang meningkat serta laju penduduk yang tidak merata akan

mengurangi tingkat kelahiran atau bertambahnya jumlah penduduk.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis menfokuskan pada beberapa

identifikasi masalah sebagai berikut :

1. Rendahnya kesadaran akan pentingnya alat kontrasepsi di Kecamatan Serang.

2. Kurangnya pengetahuan dan kesadaran pasangan usia subur tentang hak reproduksi dan kesehatan reproduksi .

3. Makin tingginya tingkat kelahiran penduduk Kecamatan Serang yang tentunya akan beriringan dengan meningkatnya laju pertumbuhan penduduk.

4. Kurangnya tenaga penyuluh Kecamatan Serang.

1.3 Perumusan Masalah

Berangkat dari beberapa masalah yang terurai diatas maka penyusuna tugas akhir ini hanya memfokuskan pada masalah “Seberapa besar pengaruh sosialisasi KB terhadap efektifitas program KB di Kecamatan

Serang?”

1.4 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah sebagaimana teruraikan

sebelumnya tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah melakukan penelitian

(31)

Kecamatan Serang dan mengetahui besarnya pengaruh sosialisasi Kb

terhadap efektifitas program KB di Kecamatan Serang.

1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Secara Teoritis

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan

Ilmu administrasi dan pemecahan permasalahan administrasi

khususnya mengenai pengaruh sosialisasi KB terhadap efektivitas

program KB di Kecamatan Serang.

2. Untuk menambah wawasan penulis mengenai pengaruh sosialisasi

KBterhadap efektivitas program KB di Kecamatan Serang.

2.5.2 Secara Praktis

1. Dari hasil penelitian ini diharapkan memberikan sumbang saran

terhadap pengaruh sosialisasi KB terhadap efektivitas program KB

di Kecamatan Serang.

2. Untuk pembaca, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai

dasar atau referensi dalam melakukan penelitian sejenis atau

penelitian selanjutnya dibidang kependudukan dan pelayanan publik.

1.6 Sistematika Penulisan

BAB 1 PENDAHULUAN

Pada bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah mengapa peneliti

mengambil judul penelitian tersebut, lalu identifikasi masalah, perumusan

(32)

BAB 11 DESKRIPSI TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Pada bab ini, peneliti memaparkan teori-teori dari beberapa ahli yang relevan

terhadap masalah dan variabel penelitian. Setelah memaparkan teori, lalu

membuat kerangka berfikir yang menggambarkan alur pikiran peneliti

sebagai kelanjutan dari deskripsi teori, dan kemudian hipotesis penelitian

yang merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan yang diteiti.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi penelitian mencakup beberapa uraian penjelasan mengenai

metode penelitian, instrumen penelitian, pupulasi dan sampel penelitian,

teknik pengolahan dan analisis data dan lokasi dan jadwal penelitian tersebut

dilaksanakan.

BAB VI HASIL PENELITIAN

Pada bab ini, dipaparkan mengenai deskripsi objek penelitian mencakup

lokasi penelitian, struktur organisasi dan lain sebagainya yang berhubungan

dengan objek penelitian. Kemudian pada bab ini menjelaskan deskripsi dta

yang telah diolah dari data mentah dengan menggunakan teknik analisis data.

Lalu memaparkan mengenai pengujian hipotesis, interpretasi hasil penelitian,

kemudian pembahasan lenih lanjut terhadap hasil analisis data.

BAB V PENUTUP

Pada bab ini memuat penjelasan mengenai kesimpulan yang diungkapkan

secara singkat, jelas dan mudah dipahami, dan saran yang berisi rekomendasi

peneliti terhadap tindak lanjut dari sumbangan penelitian terhadap bidang

(33)

BAB II

DESKRIPSI TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Kajian Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian yang

peneliti teliti yaitu oleh Tumini. Tesis : Program Pascasarjana Universitas

Sebelas Maret Surakarta dengan judul PENGARUH PEMBERIAN

KONSELING TERHADAP PENGETAHUAN TENTANG KB DAN

KEMANTAPAN DALAM PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI PADA

CALON AKSEPTOR KB. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Mengetahui

pengaruh pemberian konseling terhadap pengetahuan dalam Pemilihan Alat

Kontrasepsi pada Calon Akseptor KB, (2) Mengetahui pengaruh pengetahuan

tentang KB terhadap kemantapan dalam Pemilihan Alat Kontrasepsi pada

Calon Akseptor KB dan (3) Mengetahui pengaruh pemberian konseling dan

pengetahuan tentang KB terhadap kemantapan dalam Pemilihan Alat

Kontrasepsi pada Calon Akseptor KB di Puskesmas Ngunut Kabupaten

Tulungagung. Penelitian ini merupakan penelitian observasional asosiatif

dengan pendekatan cross sectional. Populasi yang diteliti adalah seluruh

akseptor di Puskesmas Ngunut Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung,

berjumlah 6.315 orang dengan menggunakan teknik Purposive Sampling

(34)

Pemberian Konseling dan Pengetahuan tentang KB, sedangkan variabel

dependen yang diukur kemantapan akseptor dengan instrumen kuesioner,

kemudian diuji dengan menggunakan metode regressi linear berganda.

Melalui referensi penelitian tersebut, maka penulis ingin mencari

seberapa besar pengaruh sosialisasi KB terhadap efektifitas program KB.

Letak perbedaan dalam penelitian sebelumnya dengan penelitian penulis,

adalah penelitian sebelumnya lebih menekankan pada analisa hubungan

antara pemberian konseling terhadap pengetahuan KB dan kemantapan dalam

pemilihan alat kontrasepsi. Maka, melalui penelitian ini penulis akan meneliti

tentang pengaruh sosialisasi KB terhadap efektifitas program KB. Dalam

penelitian penulis ini akan lebih menekankan pada sosialisasi KB yang

mempengaruhi pada efektifitas program KB khususnya di Kecamatan Serang.

2.2 Deskripsi Teori

2.2.1 Sosialisasi

Sosialisasi merupakan aktifitas komunikasi yang bertujuan untuk

menciptakan perubahan pengetahuan, sikap mental dan perilaku

khalayak sasaran terhadap ide pembaruan yang ditawarkan. Sosialisasi

juga dapat diartikan sebagai salah satu proses belajar kebudayaan dari

anggota masyarakat dan hubungannya dengan sistem sosialnya.8

8

(35)

“Sosialisasi adalah penyebarluasan informasi (program, kebijakan, peraturan) dari satu pihak (pemilik program, kebijakan, peraturan) kepada pihak-pihak lain (aparat, masyarakat yang terkena program, dan masyarakat umum). Isi informasi yang disebarluaskan bermacam-macam tergantung pada tujuan program.”9

Dalam bukunya Onong, mengartikan sosialisasi adalah suatu

penyediaan sumber ilmu pengetahuan yang memungkinkan orang

bersikap dan bertindak sebagai anggota yang efektif, yang

menyebabkan ia sadar akan fungsi sosialnya sehingga ia dapat aktif

didalam masyarakat.10

Pada dasarnya, sosialisasi memberikan dua kontribusi

fundamental bagi kehidupan kita. Pertama, memberikan dasar atau

fondasi kepada individu bagi terciptanya partisipasi yang efektif dalam

masyarakat, dan kedua memungkinkan lestarinya suatu masyarakat,

karena tanpa sosialisasi akan hanya ada satu generasi saja sehingga

kelestarian masyarakat akan sangat terganggu.

-Fungsi sosialisasi adalah mengalihkan segala macam informasi

yang ada dalam masyarakat tersebut kepada anggota-anggota barunya

agar mereka dapat segera dapat berpartisipasi di dalamnya. Sedangkan

9

Pusat data dan informasi Departemen Kesehatan Indonsia, Glosarium Data dan Informasi Kesehatan, 2005

10

(36)

tujuan sosialisasi adalah untuk memahami interaksi orang lain lebih

baik lagi, dengan memperhatikan orang lain, diri sendiri dan posisi kita

di masyarakat maka kita dapat memahami bagaimana kita berpikir dan

bertindak.

Sosialisasi dapat dilakukan melalui tiga metode berikut ini: 1. Komunikasi tatap muka seperti pertemuan warga (musyawarah

dusun, musyawarah desa), kunjungan rumah, kunjungan ke tempat-tempat berkumpulnya warga, lokakarya dalam rangka CAP, rapat evaluasi.

2. Komunikasi Massa seperti penyebarluasan leaflet, pamflet, poster, komik, newsletter, dan pemutaran film.

3. Pelatihan Pelaku seperti pelatihan untuk Panitia Perencana, Juru Ukur, Pengawas Konstruksi, dan Tukang.11

2.2.2 Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)

Dalam dinas yang bersangkutan yaitu BPMPKB, sosialisasi

dikenal dengan Komunikasi, Informasi dan edukasi (KIE). Jika

sosialisasi dikaitkan dengan Komunikasi, Informasi dan edukasi (KIE)

yaitu di dalam sosialisasi terdapat unsur Komunikasi, informasi dan

edukasi. Dimana komunikasi adalah suatu proses pengoperasian

rangsangan (stimulus) dalam bentuk lambang atau simbol bahasa atau

gerak (non-verbal), untuk mempengaruhi perilaku orang lain. Stimulus

atau rangsangan dapat berupa suara/bunyi atau bahasa lisan maupun

gerakan, tindakan atau symbol-simbol yang dapat dimengerti oleh pihak

11

(37)

lain, dan pihak lain tersebut merespon atau bereaksi sesuai dengan

maksud pihak yang memberi stimulus. Menurut DEPKES RI tahun

1984 komunikasi bisa diartikan Penyampaian pesan secara langsung

ataupun tidak langsung melalui saluran komunikasi kepada penerima

pesan, untuk mendapatkan suatu efek .

”Menurut Effendy (1998), komunikasi adalah pertukaran pikiran atau keterangan dalam rangka menciptakan rasa saling mengerti dan saling percaya, demi terwujudnya hubungan yang baik antara seseorang dengan orang lain. Komunikasi adalah pertukaran fakta, gagasan, opini atau emosi antara dua orang atau lebih.” Komunikasi kesehatan adalah usaha yang sistematis untuk

mempengaruhi secara positif perilaku kesehatan masyarakat , dengan

menggunakan berbagai prinsip dan metode komunikasi, baik

menggunakan komunikasi antar pribadi maupun komunikasi massa

(Notoatmodjo, 2003).

Informasi adalah keterangan, gagasan, maupun

kenyataan-kenyataan yang perlu diketahui oleh masyarakat (BKKBN, 1993).

Sedangkan menurut DEPKES, 1990 Informasi adalah pesan yang

disampaikan.

Komunikasi juga diartikan sebagai proses pertukaran informasi

atau proses pemberian arti sesuatu. Sedangkan menurut Jane, komunikasi

adalah proses yang sedang berlangsung, seri dinamis dari kegiatan yang

berkaita dengan pemindahan arti dari pengirim pesan ke penerima pesan.

Edukasi adalah proses yang dilakukan oleh seseorang untuk

(38)

yang kemudian melahirkan tindakan dan prilaku. Edukasi sebenarnya tidak

jauh berbeda dari belajar yang dikembangkan oleh aliran behaviorisme

dalam psikologi. Hanya istilah ini sering dimaknai dan diinterpretasikan

berbeda dari learning yang bermakna belajar. Istilah ini seringkali

digunakan dalam pendekatan pendidikan yang tentu maknanya lebih dari

sekedar belajar.

Pendidikan adalah proses perubahan perilaku kearah yang positif

(DEPKES RI, 1990). Menurut Effendy (1998), pendidikan kesehatan

merupakan salah satu kompetensi yang dituntut dari tenaga kesehatan,

karena merupakan salah satu peranan yang harus dilaksanakan dalam

setiap memberikan pelayanan kesehatan, baik itu terhadap individu,

keluarga, kelompok ataupun masyarakat.

KIE adalah kegiatan percakapan tatap muka dua arah antara klien

dengan petugas yang bertujuan memberikan bantuan mengenai berbagai

hal yang ada kaitannya dengan kesehatan, sehingga akhirnya klien mampu

mengambil keputusan sendiri mengenai apa yang terbaik bagi dirinya

(Sheilla, 2006).12

KIE adalah proses pemberian informasi obyektif dan lengkap,

dilakukan secara sistematik dengan paduan ketrampilan komunikasi

interpersonal, teknik bimbingan dan penguasaan pengetahuan klinik

bertujuan untuk membantu seseorang mengenali kondisinya saat ini,

12

(39)

masalah yang sedang dihadapi dan menentukan jalan keluar/ upaya untuk

mengatasi masalah tersebut (Saifuddin, 2001).13

Tujuan dilaksanakannya program KIE, yaitu untuk mendorong

terjadinya proses perubahan perilaku kearah yang positif, peningkatan

pengetahuan, sikap dan praktik masyarakat (klien) secara wajar sehingga

masyarakat melaksanakannya secara mantap sebagai perilaku yang sehat

dan bertanggung jawab.14

Menurut Effendy (1998), faktor – faktor yang mempengaruhi KIE

secara garis besar terbagi menjadi dua bagian, yaitu :15

1. Faktor Penunjang

Faktor yang dapat menunjang kelancaran proses KIE antara lain adalah pengetahuan dan keterampilan dari komunikator/pelaksana (tenaga kesehatan. Jika seorang komunikator atau memiliki pengetahuan dan keterampilan yang cukup dalam proses KIE, tentunya akan membawa hasil yang lebih baik.

2. Faktor Penghambat

a.Komunikator tidak menguasai isi pesan yang disampaikan, kurang pengalaman, pengetahuan dan keterampilan serta penampilan kurang meyakinkan.

b.Pesan yang disampaikan kurang jelas karena suara terlalu kecil atau terlalu cepat sehingga sulit ditangkap oleh penerima, atau menyampaikannya terlalu menggunakan bahasa asing yang tidak dimengerti.

c.Media yang digunakan tidak sesuai dngan topik permasalahan yang disampaikan.

d.Pengetahuan komunikan terlalu rendah sehingga sulit mencerna pesan ya disampaikan.

(40)

Prinsip yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan KIE adalah :16 a. Memperlakukan klien dengan sopan, baik dan ramah.

b. Memahami, menghargai dan menerima keadaan ibu (status

pendidikan, sosial ekonomi dan emosi ) sebagaimana adanya.

c. Memberikan penjelasan dengan bahasa yang sederhana dan mudah

dipahami.

d. Menggunakan alat peraga yang menarik dan mengambil contoh dari

kehidupan sehari – hari.

e. Menyesuaikan isi penyuluhan dengan keadaan dan risiko yang

dimiliki ibu.

Agar terjadi komunikasi yang efektif antara si pemberi pesan

dengan si penerima pesan diperlukan beberapa unsur/komponen dalam

penyampaian pesan atau informasi. Dalam bukunya Arni, Komponen dasar

komunikasi dijadikan sebagai komponen komunikasi , informasi dan

edukasi (KIE), yaitu :17 1. Pengirim pesan (sender)

Pengirim pesan adalah orang yang mempunyai inisiatif

menyampaikan pesan kepada orang lain dalam bentuk verbal maupun

non-verbal. Pengirim pesan akan menyampaikan stimulus berupa

ide-ide ke dalam bentuk yang dapat diterima oleh orang lain secara tepat.

16

Ibid

17

(41)

2. Pesan (message).

Pesan merupakan informasi yang dikomunikasikan kepada orang lain.

Informasi adalah hasil dari proses intelektual seseorang. Sedangkan

proses intelektual adalah mengolah / memproses stimulus, yang

masuk kedalam diri individu melalui panca indra, kemudian

diteruskan ke otak / pusat syaraf untuk diolah / diproses dengan

pengetahuan, pengalaman, selera, dan iman yang dimiliki seseorang.

Setelah mengalami pemrosesan, stimulus itu dapat dimengerti sebagai

informasi. Dan informasi ini bisa diingat di otak, bila

dikomunikasikan kepada individu atau khalayak, maka akan berubah

menjadi pesan. Dengan demikian semua pesan yang disampaikan

adalah suatu informasi.

3. Saluran (channel) atau media

Saluran komunikasi adalah sarana untuk menangkap lambang yang

kemudian diterjemahkan dalam bentuk persepsi yang memberi makna

terhadap suatu stimulus atau rangsangan.

4. Penerima pesan (receiver)

Komunikan adalah pihak lain yang diajak berkomunikasi, yang

merupakan sasaran dalam kegiatan komunikasi atau orang yang

(42)

sekelompok orang, komunitas, organisasi atau masyarakat yang

menjadi sasaran komunikasi.

5. Umpan balik (feedback).

Umpan balik merupakan hasil atau akibat yang berbalik-guna bagi

rangsangan atau dorongan untuk bertindak lebih lanjut atau

merupakan tanggapan langsung dari pengamatan sebagai hasil dari

kelakuan individu terhadap individu lain.

Untuk mensukseskan Program Nasional Keluarga Berencana, maka

dengan KIE kita berusaha menanamkan norma keluarga kecil yang

bahagia dan sejahtera kepada masyarakat secara luas. Norma ini harus

secara bertahap diterima sebagai konsep yang melembaga dan kemudian

secara mantap membudaya dalam masyarakat kita. Konsep keluarga kecil

yang bahagia dan sejahtera ini mempunyai bermacam interpretasi dan

pengertian. Demikian pula dengan sendirinya usaha untuk

memperkenalkan dan membudayakannya dalam masyarakat. Konsep

tersebut kita terjemahkan dari pengertian dan usaha pembangunan untuk

menciptakan masyarakat Indonesia yang bahagia lahir dan batin.

Dalam usaha meningkatkan peranan masyarakat untuk Keluarga

Berencana, maka kegiatan menanamkan pengertian konsep keluarga kecil

yang bahagia dan sejahtera tersebut mengharuskan sumber keterangan

(43)

mempunyai konsepsi yang sama; sehingga mereka dapat pula ikut

bergerak dalam tiga kerangka sebagai berikut:18

1. Ikut berusaha memperluas jangkauan pencapaian sasaran Keluarga

Berencana dengan jalan menjadi penyambung dan penyebar yang baik

dari keterangan-keterangan yang diterima tentang keluarga kecil

dimaksud, sehingga akhirnya proses perluasan jangkauan dapat

berlangsung secara sendirinya dalam masyarakat, dan timbullah

kemudian suatu mekanisme sosial budaya dalam masyarakat.

2. Kemantapan konsep dan penerimaan norma keluarga kecil yang

bahagia, maka si-penerima harus mampu pula untuk ikut serta

melakukan pembinaan kelestarian penerimaan norma keluarga kecil

yang bahagia tersebut. Hal ini mempunyai implikasi partisipasi yang

bertanggung jawab terhadap pemeliharaan penerimaan cara-cara

kontrasepsi dan peralihannya kepada alat kontrasepsi yang mempunyai

daya guna dan hasil guna yang lebih tinggi (lebih efektif).

3. Kemantapan penerimaan keIuarga kecil harus mendasari suatu sikap

insan pembangunan Indonesia yang paripurna sehingga konsep atau

norma keluarga kecil tersebut melembaga dan membudaya dalam

masyarakat. Ini berarti pula bahwa penerimaan keluarga kecil yang

bahagia harus mampu menggerakkan si-penerima untuk mencari dan

melengkapi penopang-penopang yang diperlukannya, sehingga bahagia

18

(44)

dan sejahtera makin diisi dan dipenuhi oleh masyarakat atau individu

sendiri atau digerakkan pengisiannya oleh mereka sendiri.

Oleh karena kerangka konsep norma keluarga kecil yang bahagia

tersebut mempunyai implikasi keterangan dan penopang banyak muka,

maka kemungkinan selektifitasnya dalam penerimaan harus mendapatkan

perhatian yang seksama. Selektifitas keterangan yang diterima sebagai

bahan pembentukan konsep tersebut banyak dipengaruhi oleh pengalaman

masa lampau, situasi dan kondisi, sehingga pendekatan sasaran yang luwes

harus mampu untuk mempermudah dan meningkatkan perhatian

interpretasi dan persepsi atas pesan-pesan pembentukan kerangka yang

dimaksud oleh penerima. Apabila hal ini dapat terjadi, maka konsepsi

tersebut harus dapat dikembangkan menjadi milik bersama dari sumber

keterangan serta si-penerima, yaitu masyarakat Indonesia pada umumnya.

Pembentukan konsep norma keluarga kecil yang bahagia dan

sejahtera tersebut memerlukan suatu pengisian informasi yang rapi dan

jelas. Jenis dan banyaknya arus informasi tersebut dengan sendirinya

tergantung pada tingkat keterangan atau pengetahuan yang telah dimiliki

oleh sasaran serta situasi dan kondisi yang mempengaruhinya. Secara

ringkas komunikasi yang mendukung atau ikut membentuk kerangka

norma keluarga kecil yang bahagia tersebut dapat dibagi dalam tiga jenis

besar sebagai berikut:19

19

(45)

1. Keterangan tentang lingkungan yang secara gamblang dan tepat harus

dapat menggambarkan tata-lingkungan dari konsepsi keluarga kecil

yang hendaknya dapat segera dimiliki bersama oleh sumber dan

penerima konsep tersebut. Keterangan-keterangan semacam ini dapat

dijelaskan, baik lingkungan lama, baru maupun kemungkinan tata

lingkungan tersebut dikemudian hari. Gambaran dan proyeksi

masyarakat penerima norma keluarga kecil harus dapat diterangkan

secara jelas dan mempunyai kesamaan atau kemungkinan kesamaan

dengan lingkungan sasaran komunikasi. Atau dengan kata lain,

si-penerima pesan harus diberi kesan untuk dapat melihat dirinya pada

tata-lingkungan yang dimaksud. Disinilah pentingnya usaha-usaha

untuk memberikan dukungan masyarakat yang menguntungkan

(favourable publicopinion atau public support).

2. Keterangan tentang hubungan (what, why, when, where dan how)

yang lebih menjelaskan lagi hubungan antara berbagai sub-sistem yang

ikut menopang konsep yang kita harapkan untuk diterima atau dimiliki

bersama tersebut. Hal-hal semacam ini dapat diberikan berupa

penjelasan-penjelasan teknis yang diberikan secara bertahap dan

bersifat edukatif, sehingga pembentukan konsep tersebut dapat

setepat-tepatnya dan disertai dengan suatu penghayatan yang mendalam dari

komponen-komponen penopang norma keluarga kecil tersebut. Sesuai

dengan usaha peningkatan peranan masyarakat, maka keterangan teknis

(46)

merangsang tumbuhnya hubungan-hubungan lain yang memungkinkan

makin kokohnya pelembagaan dan pembudayaan norma keluarga kecil

dalam masyarakat kita. Pengertian tentang "keluarga kecil yang bahagia

dan sejahtera sebagai suatu cita-cita" tersebut dengan sendirinya harus

jelas, sehingga kemungkinan isu tentang hukuman bagi keluarga yang

sudah terlanjur besar, pembunuhan kandungan, serta hal-hal lain yang

semacam dapat kehilangan tempat pijaknya dengan sendirinya. Pada

tingkat Program Keluarga Berencana dewasa ini perlu kita akui bahwa

keterangan tentang hubungan semacam ini tidak cukup, sehingga sering

membuat calon peserta Keluarga Berencana maupun peserta Keluarga

Berencana kehilangan pedoman dan cepat termakan rumor dan

meruntuhkan kesertaannya dalam Program Keluarga Berencana.

3. Keterangan tentang tata-nilai (value) yang lebih memberikan gambaran

yang mendalam tentang motivasi yang membarengi suatu penerimaan

atau pembudayaan penerimaan norma tersebut. Keterangan ini lebih

banyak memberikan landasan falsafah dan nilai-nilai ideal penerimaan

norma keluarga kecil tersebut. Ketiga jenis keterangan tersebut di atas

diperlukan secara keseluruhan, dan lebih-lebih akan berhasil bila

disampaikan berbarengan dalam proses komunikasi timbal-balik yang

didukung oleh norma dan atau sistem sosial-budaya yang berlaku dalam

masyarakat kita. Dukungan lain yang diperlukan adalah sistem

pelayanan kontrasepsi atau sarana lainnya yang diperlukan, baik dalam

(47)

keamanannya, serta keluwesannya dalam arti luas. Apabila

faktor-faktor tersebut, yaitu sistem komunikasi yang baik, sistem pelayanan

Keluarga Berencana yang luwes dan kondisi sosial-budaya masyarakat

secara keseluruhan mendukung20 diterimanya norma keluarga kecil

yang bahagia, niscaya proses pembudayaan ide Keluarga Berencana

dalam masyarakat kita tidak akan mengalami banyak kesulitan.

Sebaliknya apabila ketiga jenis keterangan tersebut tidak cukup

diberikan, maka komponen pendukungnya akan berkurang dan setiap

usaha perluasan jangkauan akan mempunyai kemungkinan untuk

menghadapi hambatan sosial-psikologis berupa rumor dan

ketidakmatangan yang merepotkan.

untuk pembentukan konsep keluarga kecil yang bahagia dapat kita

lakukan melalui berbagai kombinasi cara penyampaian pesan sebagai

berikut:

a. Informatif, dimana keterangan tentang konsep Keluarga Berencana

yang dimiliki oleh sesuatu sumber diberikan sebanyak-banyaknya dan

setepat-tepatnya untuk kemudian dimiliki bersama oleh penerima atau

calon peserta/peserta Keluarga Berencana. Untuk sistem pendekatan ini

perhatian perlu dipertajam akan adanya kemungkinan

pengurangan/penambahan keterangan yang dapat menyesatkan dan

bahkan mungkin membentuk konsep yang lain sama sekali.

20

(48)

b. Edukatif, dimana sesuatu perubahan tingkah-laku diharapkan dapat

terjadi apabila sipenerima dapat diajak untuk berfikir, merasa dan

bertindak menurut tingkah-laku berkeluarga kecil dan pada tingkah laku

tersebut diberikan penghargaan dan sekaligus kita tanggalkan

penghargaan dari mereka yang tetap ingin berkeluarga besar setelah

suatu batas toleransi tertentu diberikan.

c. Persuasif, dimana secara persuasif motivatif ditanamkan kepercayaan

dan nilai-nilai keluarga kecil yang bahagia serta ditunjukkan cara-cara

bagaimana kepercayaan dan nilai tersebut dapat diujudkan dalam

tata-nilai masyarakat Indonesia yang Pancasilais.

d. Wawan-muka, yang sekaligus dapat menerangkan ketiga pendekatan

tersebut diatas asalkan pemeran sumber dapat mengerti posisinya,

mengetahui situasi dan kondisi lingkungan, mengetahui tata-nilai yang

dianut oleh penerima, serta mendapatkan dukungan kredibilitas pada

dirinya dan validitas dari masyarakat pada "seorang individu". Usaha

kita untuk meningkatkan peranan masyarakat dalam pelaksanaan

Program Nasional Keluarga Berencana mengharuskan segala cara

pendekatan yang ada dipergunakan secara bersama dan terpadu agar

kelompok-kelompok atau perorangan dalam masyarakat dapat

berfungsi melakukan tugas pemberian keterangan yang lengkap, tepat

dan terpercaya untuk pelembagaan dan pembudayaan norma keluarga

(49)

2.2.3 Efektifitas

Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti terjadinya suatu

efek atau akibat yang dikehendaki dalam sesuatu perbuatan (Westra,

1989:149). Efetif dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti dapat

membawa hasil, berhasil guna. Sedangkan menurut Handoko21

efektivitas adalah kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat atau

peralatan yang tepat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

“Efektivitas adalah suatu keadaan yang mengandung pengertian

mengenai terjadinya sesuatu efek atau akibat yang dikehendaki. Kalau seseorang melakukan suatu perbuatan dengan maksud tertentu yang memang dikehendaki, maka orang itu dikatakan efektif kalau menimbulkan akibat sebagaimana yang

dikehendakinya”22

Orientasi dalan penelitian tentang efektivitas sebagian besar dan

sedikit banyak pada akhirnya bertumpu pada pencapaian tujuan.

Georgopualos dan Tenenbaum23 berpendapat bahwa konsep

efektivitas kadang-kadang disebut sebagai keberhasilan yang biasanya

digunakan untuk menunjukkan pencapaian tujuan.

Menurut Steers24 efektivitas adalah “seberapa jauh organisasi

berhasil mencapai tujuan yang layak dicapai”. Efektivitas harus dinilai

atas tujuan yang bisa dilaksanakan dan bukan atas konsep tujuan yang

21

Handoko, Manajemen Edisi kedua. Yogyakarta, Badan Penerbit Fakultas Ekonomi, 1998, hal.7

22

Wesra, Ensiklopedi Administrasi, Jakarta, CV Haji Masagung , 1989, hal:. 47

23

Steers, Efektivitas Organisasi. Pindah Bahasa Magdalena Jamin, Jakarta, Erlangga, 1986, hal.20

24

(50)

maksimum. Sementara itu menurut The Liang Gie25 berpendapat

bahwa efektivitas adalah:

“ suatu keadaan yang terjadi sebagai akibat yang dikehendaki

kalau seseorang melakukan sesuatu perbuatan dengan maksud tertentu dan memang dikehendakinya, maka orang itu dikatakan efektif bila menimbulkan akibat atau mempunyai maksud

sebagaimana yang dikehendakinya”.

Efektifitas menurut Argris26 yaitu ”keseimbangan atau

pendekatan secara optimal pada pencapaian tujuan, kemampua dan

pemanfaatan tenaga manusia”. Menurut Sarma27 mengungkapkan

kriteria atau ukuran efektivitas organisasi yang menyangkut faktor

internal organisasi dan faktor eksternal organisasi, meliputi antara lain:

1. Produktifitas organisasi atau output.

2. Efektifitas organisasi dalam bentuk keberhasilannya menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan di dalam dan diluar organisasi 3. Tidak adanya ketegangan di dalam organisasi atau

hambatan-hambatan konflik diantara bagian-bagian organisasi.

Chester I. Barnard28, mendefinisikan efektifitas sebagai

pencapaian sasaran yang telah disepakati atas usaha bersama. Tingkat

pencapaian sasaran itu menunjukkan tingkat efektivitas. Selanjutnya

Gibson29 menjelaskan efektivitas adalah pencapaian yang telah

disepakati atau usaha bersama. Adapun indikator efektivitas adalah:

25

Ibid. Hal. 167

26

Tangkilisan, Manajemen Publik, Jakarta, PT Gramedia Pustaka, 2005, Hal. 13

27

Ibid. Hal. 140

28

Gibson, Cevich dan Donnely, Organisasi dan Manajemen:Prilaku, struktur dan Proses, Jakarta, Erlangga,1994, hal. 27

29

(51)

1. Produksi (Production)

Menggambarkan kemampuan organisasi untuk memproduksi jumlah dan mutu out put yang sesuai dengan permintaan lingkungan, ukuran ini berhubungan secara langsung dengan out put yang dikonsumsi oleh pelanggan organisasi.

2. Efisiensi (Efficiency)

Sebagai angka perbandingan (rasio) antara out put dan in put, perbandingan antara keuntungan dan biaya atau dengan out put atau dengan waktu merupakan bentuk umum dari ukuran ini.

3. Kepuasan (statisfaction)

Kepuasan dan semangat kerja adalah istilah yang serupa, yang menunjukkan sampai seberapa jauh organisasi atau alat mematuhi kebutuhan para karyawan/masyarakat.

4. Adaptasi (Adaptiveness)

Sampai seberapa jauh organisas dapat menanggaapi perubahan

intern dan ekstern. Kriteria ini dihubungkan dengan kemampuan

manajemen untuk menduga adaya perubahan dalam lingkungan maupun dalam organisasi itu sendiri.

5. Perkembangan (Development)

Usaha pengembangan yang biasa adalah program pelatihan atau sosialisasi bagi tenaga manajemen/masyarakat dan non-mmanajemen, tetapi sekarang ini pengembangan organisasi telah bertambah banyak macamnya dan meliputi sejumlah pendekatan psikologi dan sosiologi.

Menurut Pandji Anoraga30 efektivitas berhubungan dengan pencapaian tujuan yang lebih dikaitkan dengan hasil kerja.

Secara umum konsep efektifitas digunakan untuk melihat

derajat pencapaian tujuan atau keberhasilan organisasi dalam mencapai

tujuannya. Efektivitas organisasi adalah merupakan tingkat sejauhmana

suatu organisasi yang merupakan sistem sosial dengan segala sumber

daya dan sarana tertentu yang tersedia dalam memenuhi

tujuan-tujuannya tanpa pemborosan dan menghindari tegangan yang tidak

perlu diantara anggota-anggotanya31

30

Winardi, Pengantar Ilmu Manajemen, Jakarta, CV Haji Masagung, 1986, hal. 178

31

(52)

Menurut Nogi Tangkilisan, efektivitas menyangkut 2 aspek

yang diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Tujuan

2. Pelaksanaan fungsi (cara untuk mencapai tujuan tersebut). 32

Pendapat para ahli di atas dapat dijelaskan, bahwa efektivitas

merupakan usaha pencapaian sasaran yang dikehendaki (sesuai dengan

harapan) yang ditujukan kepada orang banyak dan dapat dirasakan oleh

kelompok sasaran yaitu masyarakat. Hal ini sejalan dengan pendapat

James L. Gibson yang dikutip oleh Agung Kurniawan dalam bukunya

Transformasi Pelayanan Publik mengatakan mengenai ukuran

efektivitas, sebagai berikut:

1. Kejelasan tujuan yang hendak dicapai. 2. Kejelasan strategi pencapaian tujuan. 3. Proses analisis dan perumusan kebijakan. 4. Perencanaan yang matang.

5. Penyusunan program yang tepat. 6. Tersedianya sarana dan prasarana.

7. Sistem pengawasan dan pengendalian yang bersifat mendidik.33 Membahas masalah ukuran efektivitas memang sangat

bervariasi tergantung dari sudut terpenuhinya beberapa kriteria akhir.

Menurut pendapat Cambell yang dikutip oleh Richard M. Steers dalam

bukunya Efektivitas Organisasi menyebutkan beberapa ukuran daripada

efektivitas, yaitu:

1. Kualitas artinya kualitas yang dihasilkan oleh organisasi; 2. Produktivitas artinya kuantitas dari jasa yang dihasilkan;

3. Kesiagaan yaitu penilaian menyeluruh sehubungan dengan kemungkinan dalam hal penyelesaian suatu tugas khusus dengan

32

Ibid, hal. 141

33

Gambar

Tabel 1.2 Perkembangan Jumlah Akseptor KB Tahun 2008-2009
Gambar 2.1 Kerangka Berfikir
Tabel 3.2 Instrumen Penelitian
Tabel 3.3 Teknik Perhitungan Sampel
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui adakah kualitas pelayanan program KB antara peserta Keluarga berencana (KB) Hormonal (implant), Keluarga berencana (KB) AKDR , dan

Sumber : data olahan penulis 2019 Dari tabel V.10 diatas dijelaskan mengenai hasil Evaluasi Pelaksanaan Evaluasi Pelaksanaan Program Keluarga Berencana Pada Dinas Pengendalian

18Apakah menurut Anda program Keluarga Berencana KB tclah suk.ses dalam meningkatkan kcsctaraan gender dl Kelurahan [,ontar 11aru' };- Pak Am in : Tidak tahu .- lbu Mimi :

Pengaruh Dukungan Sosial terhadap Partisipasi Sub Pembantu Petugas Keluarga Berencana Desa (Sub PPKBD) dalam Program KB (Studi pada Kecamatan Ajung Kabupaten

Berdasarkan hasil perhitungan APER menunjukkan bahwa pengklasifikasian keikutsertaan keluarga dalam program Keluarga Berencana (KB) di kota Semarang menggunakan metode MARS

Penyuluh KB/Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) sebagai pengelola program KB nasional di tingkat desa/kelurahan dituntut untuk dapat mengembangkan potensi

Judul : Hubungan pengetahuan pasangan usia subur (PUS) tentang Keluarga Berencana (KB) dengan keikutsertaan PUS dalam KB di Kecamatan Sei Kanan Kabupaten

Peran petugas KB memiliki pengaruh tidak langsung terhadap kesejahteraan keluarga miskin di Kabupatn Bangka dan Kabupaten Bangka Selatan, atau dengan kata lain efektivitas