• Tidak ada hasil yang ditemukan

TESTIMONIAL PADA BRAND IMAGE Studi Empiris atas Iklan Tje Fuk Face Care Cosmetic

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "TESTIMONIAL PADA BRAND IMAGE Studi Empiris atas Iklan Tje Fuk Face Care Cosmetic"

Copied!
215
0
0

Teks penuh

(1)

Studi Empiris atas Iklan Tje Fuk Face Care Cosmetic

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Manajemen

Disusun Oleh: Tiolida Pasaribu

062214137  

       

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

i

Studi Empiris atas Iklan Tje Fuk Face Care Cosmetic

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Manajemen

Disusun Oleh: Tiolida Pasaribu

062214137  

     

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

iv

Manusia dibentuk dari keyakinannya. Apa yang ia yakini,

itulah dia.

(Bhagavad Gita)

 

 

 

Istila h tida k a da wa ktu, ja ra ng se ka li me rup a ka n a la sa n

ya ng jujur, ka re na p a da da sa rnya kita se mua nya me miliki

wa ktu 24 ja m ya ng sa ma se tia p ha rinya . Ya ng p e rlu

diting ka tka n ia la h me mb a g i wa ktu de ng a n le b ih c e rma t.

(

Ge o rg e Do wning )

Skripsi ini kupersembahkan untuk:

Yesus Kristus penuntun jalanku

(6)

v

Yang bertanda tangan dibawah ini saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Tiolida Pasaribu

Nomor Mahasiswa : 062214137

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan pada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

ANALISIS PENGARUH RESPON AFEKTIF DAN KOGNITIF

TERHADAP TYPICAL PERSON ENDORSER DALAM IKLAN

TESTIMONIAL PADA BRAND IMAGE

Studi Empiris atas Iklan Tje Fuk Face Care Cosmetic

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam

bentuk pangkjalan data, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis yanpa meminta ijin dari saya maupun memberikan loyalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya tulis dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal 24 Juli 2010

(7)

vi

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yoyakarta, 25 Mei 2010

Penulis,

(8)

vii

TESTIMONIAL PADA BRAND IMAGE Studi Empiris atas Iklan Tje Fuk Face Care Cosmetic

Tiolida Pasaribu

Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2010

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara parsial : pengaruh respon afektif terhadap typical person endorser dalam iklan testimonial pada brand image (X1), pengaruh respon kognitif terhadap typical person endorser dalam iklan testimonial pada brand image (X2), pengaruh brand image pada brand attitude (X). Penelitian ini dilakukan pada bulan April – Mei 2010 di Yogyakarta.

Populasi penelitian ini adalah orang-orang yang tahu dan pernah mendengar atau melihat iklan Tje Fuk Face Care Cosmetic. Karena populasi tidak terbatas jumlahnya, maka diambil sampel penelitian sejumlah 100 orang responden, yang terdiri dari 50 responden laki-laki dan 50 responden perempuan. Teknik pengambilan sampel dengan accidental sampling. Data dikumpulkan dengan kuisioner. Metode pengujian instrumen yang digunakan adalah pengujian Validitas dan Reliabilitas. Teknik analisis data yang digunakan adalah uji regresi linier berganda dan uji regresi linier sederhana.

Hasil penelitian menunjukkan: secara parsial respon afektif terhadap

typical person endorser dalam iklan testimonial pada brand image berpengaruh positif terhadap brand image Tje Fuk Face Care Cosmetic baik responden laki-laki maupun perempuan, namun pengaruh yang lebih dominan adalah responden laki-laki, secara parsial respon kognitif terhadap typical person endorser dalam iklan testimonial pada brand image berpengaruh positif terhadap brand image Tje Fuk Face Care Cosmetic baik responden laki-laki maupun perempuan, namun pengaruh yang lebih dominan adalah responden perempuan, Secara bersama-sama respon afektif terhadap typical person endorser dalam iklan testimonial pada

brand image dan respon kognitif terhadap typical person endorser dalam iklan testimonial pada brand image berpengaruh positif terhadap brand image Tje Fuk

Face Care Cosmetic, diantara 2 variabel tersebut pengaruh yang paling besar adalah variabel respon afektif terhadap typical person endorser dalam iklan testimonial pada brand image responden laki-laki, brand image berpengaruh positif terhadap brand attitude Tje Fuk Face Care Cosmetic.

 

(9)

viii

An Empirical Study of Tje Fuk Face Care Cosmetic Advertisement

Tiolida Pasaribu

The Faculty of Economy Management Sanata Dharma University Yogyakarta

2010

This study aims at finding out the effect of: affective response towards typical person endorser in testimonial advertisement on brand image, cognitive response towards typical person endorser in testimonial advertisement on brand image, brand image on brand attitude. The study was conducted in April – May 2010 in Yogyakarta.

The population of the study was people who knows and has heard or seen Tje Fuk Face Care Cosmetic advertisement. Samples selected were 100 participants of 50 males and 50 females. Questionnaire was used as instrument to gather the data. The instruments were tested using validity and reliability tests. The data analysis techniques were subjected. Conveniently multiple regression and simple regression test.

(10)

ix

berkat dan karunia-Nya, sehingga penulisan skripsi yang berjudul “ANALISIS PENGARUH RESPON AFEKTIF DAN KOGNITIF TERHADAP TYPICAL PERSON ENDORSER DALAM IKLAN TESTIMONIAL PADA BRAND IMAGE : Studi empiris atas iklan Tje Fuk Face Care Cosmetic ” , dapat selesai dengan baik.

Penulisan skripsi ini ditujukan untuk memenuhi salah satu syarat

memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi Manajemen, Jurusan

Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan baik tanpa adanya dukungan

dan bantuan dari berbaga pihak. Pada kesempatan ini penulis hendak

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. Y.P.Supardiyono,M.Si.,Akt, selaku Dekan Fakultas Ekonomi.

2. Bapak V. Mardi Widyadmono, SE., M.B.A., selaku Kepala Program Studi

Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Ibu Ike Janita Dewi , SE., MBA, Ph.D, sebagai dosen Pembimbing I yang

telah memberikan tuntunan dan arahan kepada penulis. Terima kasih

banyak atas bimbingannya dan kepercayaannya selama ini, sehingga

menumbuhkan kepercayaan diri penulis.

4. Ibu Dra. Yuliana Rini Hardanti, M.Si, sebagai dosen Pembimbing II yang

(11)

x

G.,M. Si, seta segenap dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sanata

Dharma yang telah banyak memberikan pengarahan dan bimbingan dalam

menyelesaikan skripsi ini dan menuntut ilmu di Perguruan Tinggi ini.

6. Segenap staf dan karyawan sekretariat Fakultas Ekonomi (Mas Frans, Mas

Yuli, Bu Atun,dkk), terima kasih telah banyak memberikan bantuan dalam

pengurusan segala sesuatu tentang perkuliahan.

7. Bapak Aliaman Pasaribu dan Ibu Reslina Gultom, yang notabene adalah

kedua orang tuaku. Terima kasih atas cinta, doa, dukungan, pengharapan

dan semua hal yang tak tergantikan.

8. Kakak dan adikku yang selalu memberi dukungan. Terkhusus kakakku

Sarmida Pasaribu dan Joni Panambuan yang selalu memberi dukungan,

nasehat, perhatian dan segala-galanya untuk hidupku. Terima kasih telah

bersedia menjadi waliku selama ini, karena kalian cita-citaku dapat

tercapai.

9. Terima kasih untuk kekasihku Narendra Utama dan Keluarga Besar yang

selama ini setia dan sabar mendampingiku dalam susah dan senang.

10.Teman-teman terbaikku, Sonya (Mizlow), Ikhe, Eby, Nana, Anas, Arum,

dan semua anak-anak kos Swa.

11.Teman-teman mahasiswa FE Manajemen dari bermacam-macam angkatan

(12)

xi

atas kerjasama dan persaudaraan yang telah kalian berikan.

13.Bapak Yono beserta keluarga, dan para pegawai Lisa Ceramic, terima

kasih telah menjadi keluarga baruku, walaupun hanya 2 minggu.

14.Serta semua pihak yang telah membantu kelancaran penulisan skripsi ini,

yang yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih atas

bantuannya.

Penulis menyadari, bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kesalahan

dan kekurangannya, maka penulis memohon dengan segala kerendahan hati, agar

pembaca sudi memberi saran dan masukan-masukan.

Penulis berharap semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi perkembangan ilmu

pengetahuan pada umumnya, dan kemajuan kita pada khususnya.

Yoyakarta, Juni 2010

Penulis,

(13)

xii

Halaman Judul ... i

Halaman Persetujuan ... ii

Halaman Pengesahan ... iii

Halaman Motto dan Persembahan ... iv

Lembar Pernyataan Persetujuan Publikasi Karya Ilmiah ... v

Pernyataan Keaslianan Karya ... vi

Abstrak ... vii

Abstract ... vii

Kata Pengantar ... ix

Daftar Isi ... xiii

Daftar Tabel ... xvi

Daftar Gambar ... xix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Batasan Masalah ... 6

D. Tujuan Penelitian ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 7

(14)

xiii

B. Pengertian Periklanan ... 9

C. Tujuan Iklan ... 12

D. Fungsi Iklan ... 13

E. Struktur Sebuah Iklan ... 16

F. Iklan yang Efektif ... 17

G. Iklan Testimonial ... 17

H. Television’s Advertising ... 20

I. Iklan Testimonial di Televisi ... 22

J. Iklan Testimonial Tje Fuk Face Care Cosmetic ... 23

K. Pengertian Afektif (Perasaan ... 24

L. Pengertian Kognitif (Pikiran) ... 24

M Pengertian Brand Image ... 25

N. Pengertian Non Celebrity Endorser atau Typical Person Endorser ... 28

O. Typical Person Endorser Dalam Iklan Testimonial ... 32

P. Pengaruh Typical Person Endorser terhadap Brand Image .... 33

Q. Pengaruh Iklan Testimonial terhadap Brand Image ... 34

(15)

xiv

dalam Iklan Testimonial ... 37

U.Relasi antara Respon Kognitif , Typical Person Endorser dalam Iklan Testimonial, dan Brand Image ... 37

V. Pengertian Brand Attitude ... 38

W.Relasi antara Brand Image dan Brand Attitude ... 39

X. Kerangka Pemikiran ... 40

BAB III METODE PENELITIAN ... 42

A. Jenis Penelitian ... 42

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 42

C. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel ... 43

D. Jenis dan Sumber Data ... 44

E. Teknik Pengumpulan Data ... 44

F. Definisi dan Operasional Variabel ... 44

G. Skala Pengukuran ... 47

H. Metode Pengujian Instrumen ... 47

I. Teknik Analisis Data ... 49

BAB IV GAMBARAN UMUM ... 59

(16)

xv

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 66

A. Deskripsi Data Penelitian ... 66

B. Analisis Data ... 84

1. Analisis Regresi Linier Berganda………. 84

2. Analisis Regresi Linier Sederhana……….... 103

C. Pembahasan ... 112

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 117

A. Kesimpulan ... 117

B. Saran ... 118

DAFTAR PUSTAKA ... 121

LAMPIRAN

 

 

 

 

 

 

 

 

(17)

xvi

Halaman

Tabel II. 1 Keunggulan dan Kelemahan Media Tv, Radio dan Media cetak...20

Tabel V.1 Distribusi Jenis Kelamin responden...66

Tabel V.2 Hasil Pengujian Validitas Respon Afektif terhadap Typical

Person Endorser dalam Iklan Testimonial

Jenis Kelamin Laki-laki...68

Tabel V.3 Hasil Pengujian Validitas Respon Afektif terhadap Typical

Person Endorser dalam Iklan Testimonial

Jenis Kelamin Perempuan...69

Tabel V.4 Hasil Pengujian Validitas Respon Kognitif terhadap Typical

Person Endorser dalam Iklan Testimonial

Jenis Kelamin Laki-laki...69

Tabel V.5 Hasil Pengujian Validitas Respon Kognitif terhadap Typical

Person Endorser dalam Iklan Testimonial Jenis Kelamin

Perempuan...69

Tabel V.6 Hasil Pengujian Validitas Brand Image Jenis Kelamin

(18)

xvii

Tabel V.8 Hasil Pengujian Validitas Brand Attitude Jenis Kelamin

Laki-laki...70

Tabel V.9 Hasil Pengujian Validitas Brand Attitude Jenis Kelamin

Perempuan...71

Tabel V.10 Hasil Pengujian Reliabilitas Jenis Kelamin

Laki-laki...72

Tabel V.11 Hasil Pengujian Reliabilitas Jenis Kelamin Perempuan...72

Tabel V.12 Kategori Variabel Respon Afektif terhadap Typical Person

Endorser dalam Iklan Testimonial...73

Tabel V.13 Distribusi Jawaban Responden pada Variabel Brand Attitude

Jenis Kelamin Perempuan...74

Tabel V.14 Distribusi Jawaban Responden pada Variabel Respon Afektif

Terhadap Typical Person Endorser dalam Iklan Testimonial

Jenis Kelamin Perempuan...74

Tabel V.15 Kategori Variabel Respon Kognitif terhadap Typical Person

Endorser dalam Iklan Testimonial...76

(19)

xviii

Tabel V.17 Distribusi Jawaban Responden pada Variabel Respon Kognitif

Terhadap Typical Person Endorser dalam Iklan Testimonial

Jenis Kelamin Perempuan...77

Tabel V.18 Kategori Variabel Brand Image...79

Tabel V.19 Distribusi Jawaban Responden pada Variabel Brand Image Jenis Kelamin Laki-laki...80

Tabel V.20 Distribusi Jawaban Responden pada Variabel Brand Image Jenis kelamin Perempuan...80

Tabel V.21 Kategori Variabel Brand Attitude...82

Tabel V.22 Distribusi Jawaban Responden pada Variabel Brand Attitude Jenis Kelamin Laki-laki...83

Tabel V.23 Distribusi Jawaban Responden pada Variabel Brand Attitude Jenis Kelamin Perempuan...83

Tabel V.24 Nilai VIF Jenis Kelamin Laki-laki...88

Tabel V.25 Nilai VIF Jenis Kelamin Perempuan...88

Tabel V.26 Uji Simultan Jenis Kelamin Laki-laki...92

(20)

xix

Tabel V.30 Nilai Koefisien Regresi Jenis Kelamin Perempuan...95

Tabel V.31 Nilai Koefisien Regresi Gabungan...96

Tabel V.32 Mode Summary Jenis Kelamin Laki-laki...102

Tabel V.33 Mode Summary Jenis Kelamin Perempuan...102

Tabel V.34 Mode Summary Gabungan...102

Tabel V.35 Nilai VIF untuk Laki-laki...106

Tabel V.36 Nilai VIF untuk Perempuan...106

Tabel V.37 Nilai Koefisien Regresi untuk laki-laki...109

Tabel V.38 Nilai Koefisien Regresi untuk Perempuan...109

Tabel V.39 Nilai Koefisien Regresi untuk Gabungan ...109

Tabel V.40 Mode Summary Jenis Kelamin Laki-laki ...111

Tabel V.41 Mode Summary Jenis Kelamin Perempuan...111

Tabel V.42 Mode Summary Gabungan...111

(21)

xx

Gambar II. 2 Skema pemikiran...41

Gambar IV. 1 Logo Tje Fuk Face Care Cosmetic...63

Gambar IV.2 Whitening Day Cream & Night Cream Tje Fuk untuk Perempuan.……….64

Gambar IV.3 Whitening Cream Tje Fuk untuk Laki-laki...65

Gambar V.1 Kurva Normalitas Jenis Kelamin Laki-laki...86

Gambar V.2 Kurva Normalitas Jenis Kelamin Perempuan...86

Gambar V.3 Grafik Scatterplot Jenis Kelamin Laki-laki...89

Gambar V.4 Grafik Scatterplot Jenis Kelamin Perempuan...90

Gambar V.5 Kurva Normalitas Jenis Kelamin Laki-laki...104

Gambar V.6 Kurva Normalitas Jenis Kelamin Perempuan...105

Gambar V.7 Grafik Scatterplot Jenis Kelamin Perempuan...107

(22)

A. Latar Belakang Masalah

Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang semakin membaik mendorong

timbulnya persaingan di dalam dunia usaha. Hal ini dapat kita lihat dengan

semakin banyaknya jumlah perusahaan yang bermunculan. Di dalam kondisi

persaingan usaha yang semakin ketat ini, perusahaan dituntut untuk lebih

kreatif dalam menetapkan strategi yang tepat sehingga dapat menarik

perhatian konsumen dan mempengaruhi konsumen untuk mengkonsumsi

produk mereka.

Untuk itu perusahaan harus mampu mengkomunikasikan produk yang

ingin ditawarkan. Salah satu bauran pemasaran yang digunakan untuk

mengkomunikasikan produk tersebut adalah dengan melakukan promosi, dan

salah satu bauran promosi adalah melalui periklanan. Periklanan adalah segala

bentuk penyajian dan promosi ide, barang atau jasa secara non-personal oleh

suatu sponsor tertentu yang memerlukan pembayaran (Kotler : 2003).

Periklanan (Advertising) merupakan salah satu sarana bagi

perusahaan dalam mengkomunikasikan produknya, baik berupa barang

maupun jasa kepada konsumen, sehingga iklan berperan dalam menentukan

berhasil tidaknya sebuah produk dimata konsumen. Iklan menjadi media

komunikasi antara perusahaan dengan konsumen, dengan tujuan agar

(23)

sarana komunikasi yang efektif dengan target audiens yang besar (Belch &

Belch, 2004:16).

Menurut Bovee dan Arens (1989), ada beberapa teknik beriklan yang

disukai pemasar dan biro iklan, salah satunya adalah iklan versi testimonial

dimana pengakuan orang-orang yang telah berhasil menggunakan produk

tertentu, teknik ini dapat dilakukan oleh orang terkenal maupun orang biasa.

Fenomena yang terjadi dalam dunia periklanan saat ini adalah bentuk

iklan testimonial melalui media televisi cenderung banyak dilakukan untuk

mengkomunikasikan keunggulan, kualitas produk serta untuk mempengaruhi

konsumen. Format iklan testimonial memang berbeda dengan iklan yang lain.

Pada iklan testimonial, tidak menampilkan atau menonjolkan penampilan

yang gemerlap atau spektakuler lewat gambar dan permainan grafis, namun

lebih menonjolkan pada aspek verbal yang berupa pengakuan dari pengguna

produk. Rangkaian kata yang keluar dari mulut merekalah yang menjadi

kekuatan. Keberadaan iklan testimonial diharapkan mampu membuat pemirsa

lebih percaya dengan pengalaman yang diungkapkan sehingga penonton akan

mengikuti jejaknya untuk menggunakan produk tersebut.

Teknik lain yang digunakan pemasar untuk menarik perhatian

konsumen adalah dengan menggunakan bintang iklan yang mendukung

produk yang di iklankan. Shimp (2002), mengatakan bahwa pendukung iklan

atau yang dikenal sebagai bintang iklan yang mendukung produk yang

(24)

Sosok endorser dapat berasal dari kalangan selebriti dan non-celebrity

atau orang biasa. Perusahaan harus memilih endorser yang cocok untuk

menyampaikan pesan iklan yang diinginkan kepada sasaran konsumen.

Sehingga pesan tersebut sampai kepada konsumen yang dapat membentuk

opini, dan mereka akan meneruskan opini tersebut sesuai persepsi

masing-masing, dengan demikian diharapkan akan bertambahnya kesadaran terhadap

produk.

Penggunaan endoser dari kalangan selebriti yang oleh Shimp (2002),

disebut dengan celebrity endorser sudah sangat populer dan sudah biasa

dilakukan oleh perusahaan untuk memperkenalkan produk mereka.

Perusahaan menggunakan strategi ini, karena produk mereka akan langsung

dikenal oleh masyarakat luas. Karena masyarakat sudah mengenal terlebih

dahulu artis yang bersangkutan, kemudian produk yang ditawarkannya.

Sehingga memudahkan perusahaan mengenalkan produknya kepada

konsumen.

Akan tetapi beberapa perusahaan memilih untuk menggunakan

endoser non-celebrity yang disebut juga dengan typical person endorser

sebagai bintang iklan produknya. Shimp (2002), mengatakan bahwa typical

person endorser adalah memanfaatkan beberapa orang bukan selebritis untuk

menyampaikan pesan mengenai suatu produk. Konsep dari iklan yang

menggunakan endoser non-celebrity ini berbeda dengan iklan yang

menggunakan celebrity endorser. Konsep iklan yang menggunakan endoser

(25)

segmennya, selain itu biaya yang dikeluarkan lebih murah.

Penggunaan typical person endorser atau orang biasa sebagai

endorser dalam sebuah iklan dapat menarik perhatian audiens. Karena audiens

akan lebih percaya pada orang biasa daripada selebriti yang telah

menggunakan suatu produk. Orang biasa dalam sebuah iklan testimonial akan

mendapat kepercayaan dari audiens, karena bukti atau hasil yang dicapai

mereka dikatakan dalam sebuah pesan. Audiens merasa empati terhadap

typical person endorser atau orang biasa dalam iklan testimonial.

Di Indonesia, persaingan pasar produk perawatan kulit cukup marak.

Seiring dengan semakin pedulinya perempuan Indonesia akan kesehatan dan

kecantikan kulit mereka, pasar produk perawatan kulit setiap tahunnya

mengalami growth yang cukup bagus. Salah satu produk kosmetik luar negeri

yang diminati oleh masyarakat Indonesia adalah Tje Fuk. Tje Fuk adalah

sebuah perusahaan kosmetik yang berasal dari Cina dengan menggunakan

formula unggul dari Jepang yang disesuaikan untuk iklim tropis di

Indonesia .Tje Fuk merupakan salah satu merek perawatan kulit yang cukup

digemari di Indonesia.

Tje Fuk kosmetik menggebrak pangsa pasar kosmetik dengan cream

whitening nya yang tidak memakai bahan kimia berbahaya seperti mercury

dan hydroquinon. Produk Tje Fuk ditawarkan sebagai face care cosmetic yaitu

kosmetik perawatan wajah. Perawatan Tje Fuk kosmetik menekankan 3 unsur

yakni membersihkan, merawat, dan melindungi.

(26)

awal tahun 2006, produk Tje Fuk meluncurkan versi iklan testimonial di

media televisi. Dimana konsumen yang telah menggunakan produk pemutih

wajah ini, mengungkapkan pengalaman-pengalaman mereka selama

menggunakan produk Tje Fuk. Iklan Tje Fuk versi iklan testimonial tersebut

menggunakan non-celebrity endorser atau typical-person endorser.

Maksudnya adalah iklan Tje Fuk tidak menggunakan artis sebagai model iklan

melainkan orang biasa yang telah menggunakan produk Tje Fuk.

Ajeng (2007) melakukan penelitian tentang Analisis Perbandingan

Penggunaan Celebrity Endorser Dan Typical-Person Endorser Iklan Televisi

Dan Hubungannya Dengan Brand Image Produk. Hasilnya yaitu tidak terdapat

perbedaan yang signifikan antara Celebrity Endorser dan Typical-Person

Endorser terhadap brand image produk. Dan variabel iklan testimonial yang

biasanya digunakan pada iklan Typical-Person Endorser, tidak digunakan di

penelitian ini.

Maka dari itu, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian lebih

lanjut yaitu tentang ”ANALISIS PENGARUH RESPON AFEKTIF DAN

KOGNITIF TERHADAP TYPICAL PERSON ENDORSER DALAM IKLAN

TESTIMONIAL PADA BRAND IMAGE: Studi Empiris atas Iklan Tje Fuk

(27)

B. Rumusan Masalah

1. Apakah respon afektif terhadap typical person endorser dalam iklan testimonial berpengaruh pada brand image?

2. Apakah respon kognitif terhadap typical person endorser dalam iklan testimonial berpengaruh pada brand image?

3. Apakah brand image berpengaruh pada brand attitude? C. Batasan Masalah

Sikap memiliki beberapa komponen yaitu, kognitif, afektif, dan konatif.

Dalam penelitian ini komponen yang menjadi rumusan masalah adalah aspek

afektif dan kognitif. Ada banyak jenis iklan yang dapat mempengaruhi Brand

image. Namun, dalam penelitian ini iklan yang diteliti adalah iklan testimonial

di televisi yang menggunakan orang biasa sebagai bintang iklan (endorser).

Banyak dimensi yang ada dalam endorser, yang digunakan dalam penelitian

ini hanya dimensi trustworthiness. Karena dimensi ini yang paling cocok

digunakan untuk melakukan pendekatan terhadap penggunaan typical person

endorser dalam iklan testimonial di televisi.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengaruh respon afektif terhadap typical person endorser dalam iklan testimonial pada brand image.

2. Untuk mengetahui pengaruh respon kognitif terhadap typical person endorser dalam iklan testimonial pada brand image.

(28)

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat

memberikan kontribusi dan tambahan informasi yang berguna bagi

perusahaan di dalam penerapan program strategi pemasaran dengan

penggunaan typical person endorser dengan format iklan testimonial. Selain

itu untuk memberikan masukan kepada perusahaan berupa evaluasi yang

dilakukan terhadap penggunaan endorser dan format iklan testimonial apakah

sudah cukup efektif dalam mengkomunikasikan pesan kepada konsumen.

F. Sistematika Penulisan

Bab I Pendahuluan

Pada bab pendahuluan akan dijelaskan mengenai latar belakang

masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II Landasan Teori

Pada bab landasan teori akan dijelaskan mengenai teori-teori

yang berkaitan dengan permasalahan-permasalahan dalam

penulisan karya ilmiah.

Bab III Metode Penelitian

Pada bab metode penelitian akan dijelaskan mengenai jenis

penelitian, lokasi dan waktu penelitian, subjek dan objek

penelitian, data yang dibutuhkan, teknik pengumpulan data,

teknik pengukuran data, definisi operasional, populasi dan

(29)

teknik pegujian sampel, teknik pengujian instrumen, dan teknik

analisis data.

Bab IV Gambaran Perusahaan

Dalam bab ini berisi gambaran umum tentang perusahaan,

produk dan iklan Tje Fuk Face Care Cosmetic.

Bab V Analisis Data

Pada bab analisis data akan dijelaskan mengenai analisis data

dan pembahasannya.

Bab VI Kesimpulan dan Saran

Pada bab kesimpulan dan saran akan diuraikan mengenai

kesimpulan dari analisis data yang ada serta saran yang dapat

(30)

9 A. Pendahuluan

Pemasaran tidak dapat dilepaskan dari kegiatan periklanan. Sebaliknya,

menggeluti bidang periklanan juga akan sulit bila tidak mengetahui pemasaran.

Periklanan dan pemasaran merupakan dua hal yang sulit untuk dipisahkan.

Keduanya saling berkait antara satu dengan yang lain.

Dalam kegiatan pemasaran modern, periklanan merupakan bagian dari

kegiatan promotion mix (bauran promosi). Dan promotion mix tersebut

merupakan bagian dari kegiatan marketing mix (bauran pemasaran). Dengan

kata lain, periklanan sebenarnya adalah bagian kecil dari kegiatan pemasaran

yang lebih luas.

Dalam ilmu komunikasi pemasaran, iklan merupakan investasi untuk

menjaga hubungan yang berkesinambungan antara perusahaan dan

konsumennya. Iklan tersebut bukan hanya sekedar membuat barang sebaik

mungkin lalu memasarkan produk mereka, akan tetapi perusahaan merupakan

pihak komunikator yang menyampaikan pesan kepada komunikannya melalui

barang dan jasa yang ditawarkannya. Dengan kata lain perusahaan juga perlu

melakukan komunikasi yang baik kepada calon konsumennya.

B. Pengertian Periklanan

(31)

Peter dan Olson (2000:195), mengatakan bahwa, periklanan

merupakan salah satu bentuk promosi yang paling dikenal, karena daya

jangkaunya yang luas. Iklan yang disenangi konsumen terlihat menciptakan

sikap merek yang positif dan keinginan untuk membeli yang lebih ketimbang

iklan yang tidak mereka sukai.

Kotler dan Armstrong (2001:153), mengatakan periklanan (advertising)

merupakan segala biaya yang harus dikeluarkan sponsor untuk melakukan

presentasi dan promosi non-pribadi dalam bentuk gagasan, barang, atau jasa.

Tujuan periklanan adalah tugas komunikasi tertentu yang harus dilakukan

dengan audiens sasaran tertentu selama periode waktu yang tertentu. Tujuan

periklanan dapat digolongkan menurut keperluan utamanya, apakah memberi

informasi, membujuk, atau mengingatkan.

Dengan demikian gambaran mengenai iklan adalah iklan merupakan

bentuk komunikasi yang dilakukan perusahaan kepada calon konsumennya.

Iklan merupakan pesan yang menawarkan produk yang ditujukan kepada

masyarakat luas lewat suatu media. Iklan yang disenangi konsumen terlihat

menciptakan sikap merek yang positif dan keinginan untuk membeli yang

lebih ketimbang iklan yang tidak mereka sukai.

Belch dan Belch (2004, 16) menyatakan:”Advertising can be use to

create brand image and symbolic appel for a company or brand, a very

important capability for companies selling product and service that are

difficult to differentiate it from other brand” . Artinya bahwa periklanan dapat

(32)

perusahaan, mempunyai arti penting bagi perusahaan dalam menjual produk

dan layanan yang sulit untuk dibedakan dengan merek lainnya. Berdasarkan

pendapat ini, diketahui bahwa advertising berguna untuk memperkuat posisi

sebuah merek yang tidak mempunyai diferensiasi tinggi diantara merek

lainnya. Melalui informasi yang dikemas dalam advertising maka pencitraan

sebuah merek bisa dilakukan.

Di samping itu Belch dan Belch (2004, 18), juga menyatakan:

“Another adventage of advertising is its ability to strike a responsive chord

with consumer when differentiation across other element of marketing mix is

difficult to achieve” . artinya bahwa keuntungan lain dari periklanan adalah

kemampuannya untuk menciptakan identitas pada konsumen ketika

pembedaan pada elemen marketing mix sulit untuk dicapai. Pendapat ini

menunjukkan bahwa advertising berguna untuk menciptakan respon positif

pada konsumen ketika bauran pemasaran yang dilakukan perusahaan sulit

untuk dicapai.

Salah satu teknik periklanan yaitu iklan testimonial juga mampu

mengambil simpatik konsumen. Iklan testimonial merupakan iklan yang

menayangkan kesaksian konsumen pengguna produk itu sendiri, dengan iklan

seperti ini diharapkan mampu marebut kepercayaan konsumen terhadap

produk yang diiklankan. Konsumen yang memberikan perhatian dan

kepercayaan terhadap kesaksian mereka, maka akan tercipta asosiasi yang

baik pada brand image produk tersebut. Artinya, Kesaksian pengalaman yang

(33)

image.

C. Tujuan Iklan

Tujuan dari iklan, yaitu:

1. Iklan informatif (Informatif Advertising), yaitu memberikan informasi

atau memberitahu pada masyarakat dengan tujuan sebagai berikut:

a) Memberitahu pasar mengenai produk baru

b) Mengusulkan kegunaan baru suatu produk

c) Memberitahu pasar mengenai perubahan harga

d) Menjelaskan bagaimana kerja suatu produk

e) Menjelaskan pelayanan yang tersedia

f) Mengoreksi kesalahan yang salah

g) Mengurangi kecemasan pribadi

h) Membangun citra perusahaan

2. Iklan persuasif (Persuasive Advertising), dilakukan dalam tahap

kompetitif dengan tujuan sebagai berikut:

a) Membentuk prefensi merek

b) Mendorong pengalihan ke merek yang dipersepsikan konsumen

c) Membujuk pembeli untuk membeli barang

d) Membujuk pembeli untuk menerima kunjungan penjualan

3. Iklan pengingat (Reminder Advertising), dilakukan pada produk yang

sudah matang (mature product) atau produk yang memasuki masa

(34)

a) Mengingatkan pembeli bahwa produk tersebut mungkin akan

dibutuhkan kemudian

b) Mengingatkan pembeli dimana dapat membeli

c) Menjaga pembeli agar tetap ingat terhadap produk tersebut

walaupun sedang tidak musim

d) Mempertahankan kesadaran puncak atas produk perusahaan

(Kotler : 2000)

D. Fungsi Iklan

Menurut Wells, Burnet, dan Mariarty (2003:15) fungsi periklanan

sebagai berikut:

1. Memberikan informasi mengenai produk dan merk produk tersebut.

Informasi yang diberikan tergantung pada kebutuhan dari target

audience (konsumen yang akan menerima pesan dari suatu produk).

Dengan memberikan informasi yang relevan dan mendetail akan

mempengaruhi konsumen dalam membuat keputusan pembelian.

2. Memberikan insentif untuk melakukan tindakan pembelian

Iklan menjadi alasan bagi konsumen untuk berpindah merk. Sehingga

dalam iklan yang patut ditekankan pada konsumen antara lain

kenyamanan, berkualitas tinggi, harga yang lebih murah, dan

jaminan-jaminan.

3. Memiliki fungsi pengingat dan penguatan bagi konsumen

Iklan harus dapat mengungatkan konsumen tentang nama merk sebuah

(35)

membantu konsumen dalam mengambil sebuah keputusan.

Semakin seringnya suatu produk beriklan maka produk tersebut

semakin diingat oleh konsumen. Seperti yang dilontarkan oleh Lee dan

Johnson (2004, 10): “Periklanan menjalankan sebuah fungsi ”persuasif”. Ia

mencoba membujuk para konsumen untuk membeli produk-produk tertentu

atau mengubah sikap mereka terhadap produk atau perusahaan tersebut”.

Menurut Shimp (2003:357) fungsi-fungsi iklan adalah sebagai berikut:

a) Memberikan informasi (Informing)

Iklan membuat konsumen sadar akan merek-merek baru,

mendidik mereka tenteng berbagai fiture dan manfaat merek serta

memfasilitasi penciptaan citra merek positif. Iklan merupakan bentuk

komunikasi yang berkemampuan menjangkau masayarakat luas

dengan biaya yang relatif rendah. Iklan akan memfasilitasi pengenalan

produk, meningkatkan jumlah permintaan produk, dan meningkatakan

kesadaran dibenak konsumen serta mengajarkan manfaat-manfaat baru

dari merek tertentu.

b) Membujuk (Persuing)

Iklan yang efektif akan mampu membujuk pelanggan untuk

mencoba produk yang diiklankan. Persuasi dalam hal ini adalah

mempengaruhi permintaan primer yaitu menciptakan permintaan

bagi keseluruhan kategori produk. Iklan yang dibuat harus mampu

(36)

untuk membeli produk tertentu, membujuk konsumen untuk

menerima produk yang diiklankan dan harus bisa membujuk

konsumen untuk membeli sekarang juga produk yang diiklankan.

c) Mengingatkan (Reminding)

Iklan dapat menjaga merek dari suatu produk/produk tertentu

agar tetap segar dalam ingatan konsumen. Ketika konsumen

membutuhkan suatu produk yang diiklankan maka konsumen akan

segera ingat dengan merek produk bersangkutan yang telah

diiklankan dimasa yang lalu. Dengan demikian konsumen akan

membeli produk yang dibutuhkan tersebut. Iklan ini dapat

mengingatkan konsumen terhadap merek yang sudah ada dan

pembelian terhadap merek yang mungkin tidak akan dipilih, serta

mampu mempengaruhi pengalihan merek (brand switching).

d) Memberikan nilai tambah (Adding value)

Iklan berfungsi memberikan nilai tambah bagi perusahaan akan

tiga hal yang mendasar yaitu: terjadinya inivasi, penyempurnaan

kualitas dan perubahan persepsi konsumen.

e) Membantu/mendampingi upaya-upaya lain dari perusahaan

(Assisting)

Iklan dari perusahaan dapat memberikan informasi

(37)

konsumen. Dalam hal ini iklan digunakan sebagai alat komunikasi

untuk promosi-promosi penjualan seperti kupon-kupon dan undian.

Iklan juga dapat meningkatkan hasil komunikasi pemasaran lainya.

Para konsumen dapat mengetahui kemasan-kemasan produk di toko

dan lebih mudah mengenali produk setelah melihat iklan produk

tersebut di media iklan seperti televisi.

E. Struktur Sebuah Iklan

Menurut Lane (2000: 253), ada 5 hal yang ditampilkan dalam iklan

yaitu:

1. Janji dan keuntungan (The Headline)

Merupakan hal pertama yang dibaca oleh konsumen, dan harus

membangun ketertarikan sehingga konsumen ingin tetap membaca dan

mencari tahu lebih dari produk yang dijual.

2. Penjabaran dari janji (The subheadline)

Merupakan penjabaran dari janji yang diungkapkan dalam

headline.

3. Penjelasan tambahan (Amplification)

Menegaskan atau memberi penekanan pada keistimewaan produk

atau jasa yang penting.

4. Bukti (Proof)

Bukti-bukti tersebut meliputi: segel atau persetujuan dari pihak

yang berwenang, adanya garansi atau jaminan, pemberian contoh atau

(38)

F. Iklan yang efektif

Menurut Wells, Burnet, dan Mariarty (2003:6), iklan yang efektif

adalah iklan yang mengandung 3 elemen yakni:

1. Strategy – bagaimana perusahaan merancang suatu pesan. Harus

mengetahui:

a) Tujuan periklanan

b) Pesan apa yang akan disampaikan

c) Target audience ,(konsumen kepadanya kita akan mengirim

pesan pemasaran)

d) Media apa yang akan digunakan, (tempat iklan akan

disampaikan)

e) Effect apa yang akan diperoleh

2. Creativity – Mempengaruhi konsumen dengan pendekatan verbal

(melalui kata-kata) atau dengan non-verbal (gambar, simbol, logo)

3. Execution- Iklan yang sudah jadi (warna, posisi, gambar, dan

tulisan merek yang sudah jelas

G. Iklan Testimonial 1. Pengertian testimonial

Ada beberapa definisi iklan testimonial menurut para ahli:

Menurut Lane (2000:267), testimonial dapat disampaikan oleh

individu yang terkenal (seperti selebriti) maupun yang tidak terkenal

(seperti konsumen).

(39)

tertarik dengan selebriti, tetapi bisa juga dilakukan wawancara dengan

konsumen dengan meminta pendapat mereka setelah membandingkan

penggunaan produk yang ditawarkan dengan produk yang bisa mereka

gunakan.

Lane (2000:257), mengatakan bahwa testimonial merupakan

kemampuan untuk menarik perhatian terhadap iklan dan menyajikan

sebuah sumber terpercaya yang membuat testimonial tersebut sebuah

usulan yang populer. Testimonial tersebut umumnya berasal dari

orang-orang yang dipandang oleh konsumen sebagai pihak yang

berkompeten untuk memberikan penilaian mengenai produk tertentu.

Well, Burnet, dan Moriarty (2003:48-49), mengatakan bahwa

Testimonial merupakan penggunaan spokeperson, pesan yang

disampaikan di dalam iklan akan membangkitkan kepercayaan

konsumen melalui opini, kepercayaan, atau pengalaman dari individu,

kelompok atau institusi.

Hartanto (2006:106), mengatakan bahwa iklan testimonial

yaitu menampilkan seseorang atau lebih, yang merupakan tokoh

selebritis atau tokoh masyarakat maupun konsumen yang ditampilkan

bersama produk yang bersangkutan. Mereka adalah pemakai langsung

sebuah produk, yang menyampaikan berita atau kesan-kesan baik

tentang produk yang bersangkutan.

Sehingga kita mengetahui bahwa iklan testimonial adalah jenis

(40)

konsumen atau pemakai langsung dari produk. Kemudian ia (yang

dianggap kompeten oleh penonton) akan memberikan komentar

mengenai pengalaman yang pernah dijalaninya selama memakai

produk, dalam bentuk berita atau kesan-kesan yang baik tentang

produk yang bersangkutan.

2. Tujuan Iklan Testimonial

Iklan testimonial ini seperti iklan lain pada umumnya, dimana

harus tetap memperhatikan low atau high involvement product, yakni

pada produk dengan keterlibatan rendah diperlukan kampanye yang

dilakukan berulang-ulang, seperti pada produk “Tje Fuk” , agar

konsumen lebih akrab dengan merek. Sedangkan produk dengan

keterlibatan tinggi, bukan pengulangan yang penting tetapi pada isi

pesan.

Martin, Bhimy, dan Agge (2002:468) mengatakan, iklan

testimonial ini dapat menumbuhkan keefektifan dalam menumbuhkan

persepsi positif dari konsumen yang telah menyaksikan iklan tersebut.

3. Manfaat Iklan Testimonial

Reinartz (1996:25) mengatakan, manfaat iklan adalah membuat

iklan testimonial yang sederhana dan fokus akan memberikan biaya

yang lebih rendah dan efektif daripada menggunakan iklan yang umum

dengan menggunakan para aktor yang dibayar atau dengan

(41)

H. Television’s Advertising

Televisi tidak hanya digunakan sebagai sarana transformasi informasi,

namun juga sebagai media komersial melalui aktivitas periklanan. Menurut

Belch & Belch (2004: 229): “As the future penetration of digital television

makes interactivity a reality, both advertisers and programmers will have to

adapt to significant changes in the role of audiences with the medium.”

Artinya bahwa melalui penetrasi pada televisi digital membuat televisi

menjadi interaktif, pengiklan dan programmer harus mengadaptasi perubahan

ini dalam kebijakannya kepada konsumen melalui media televisi ini. Pendapat

ini menunjukkan bahwa advertising melalui televisi lebih terkesan interaktif

untuk menginformasikan produk yang ditawarkan perusahaan. Audio visual

yang merupakan salah satu keunggulan televisi merupakan nilai tambah

sehingga iklan yang ditayangkan terkesan lebih real.

Belch & Belch (2004: 231) menyatakan: “The business of television,

and advertising is a major part that business, it to function as an audience

delivery system” Artinya bahwa bisnis melalui televisi dan periklanan adalah

bagian utama pada bisnis ini yang berfungsi sebagai pengantar informasi

kepada audiens. Dalam lingkungan bisnis yang semakin kompetitif , televisi

dianggap sebagai media yang efektif sebagai penghubung antara perusahaan

dan konsumen dalam usaha menginformasikan sebuah produk. Berdasarkan

pendapat ini bisa dipahami bahwa melalui pesan audio dan visual membuat

(42)

Menurut Lane dkk (2004 : 228, 258, 312), menyebutkan keunggulan

dan kelemahan periklanan dengan menggunakan media elektronik (televisi

dan audio) dan media cetak (Koran, majalah, dan lainnya), sebagaimana

disajikan tabel berikut:

Tabel II. 1 Keunggulan dan kelemahan Media Tv, Radio dan Media cetak

Keterangan Media

Keunggulan

Televisi Radio Media cetak

− Bersifat audio visual, sehingga iklan yang ditayangkan oleh televisi lebih atraktif

− Biaya lebih murah dibandingkan televisi

− Biaya murah

− Reproduksi iklan sangat cepat karena menggunakan peralatan

berteknologi tinggi

− Bisa dinikmati di berbagai

kesempatan, bekerja, dalam perjalanan, dan lainnya

− Informasi bisa didokumentasi

− Jangkauan luas sehingga semakin besar target audiens yang bisa dicapai dengan

menggunakan iklan televisi

− Lebih interaktif dibandingkan televisi

− Televisi dianggap sebagai hiburan yang merakyat sehingga melalui iklan televisi bisa mencapai target market dari berbagai kelas ekonomi − Biaya sangat mahal

sehingga durasi iklan di televisi rata-rata pendek.

− Iklan kurang atraktif karena tidak ada

visualisasi gambar

−Sirkulasi terbatas pada area

perkotaan (belum sampai pelosok) − Jam tayang televisi

yang rata-rata 24 jam sehari, sehingga memungkinkan iklan

− Informasi tidak bisa

(43)

Kelemahan

sulit diakses oleh pemirsa (target audiens) tanpa mengetahui kebiasaan

menyaksikan televisi oleh target audiens − Banyaknya stasiun

televisi sehingga pemirsa cenderung menghindari

tayangan ilan dengan mengganti saluran televisi. Terutama lagi dengan adanya remote control yang mempermudah pemirsa mengganti saluran televisi. Sumber : Lane et al (2008 : 228, 258, 312)

Meskipun terdapat kelemahan dari periklanan menggunakan media

televisi , namun media televisi tetap banyak diminati oleh pengiklan dengan

menyesuaikan karakteristik pemirsa yang menjadi target audiens (Lane et al,

2008 : 228, 258, 312).

I. Iklan Testimonial di Televisi

Pattis (1993:7) , mengatakan bahwa televisi komersial memiliki 2

segmen dasar, yaitu: video (bentuk visual) serta audio (kata-kata, musik atau

suara-suara lainnya). Proses kreasi dimulai dengan video karena televisi secara

umum lebih baik dalam menunjukkan daripada menceritakan, bagaimanapun juga

dampak dari kata-kata dan suara juga disadari. Salah satu teknik visual yang

disajikan dalam periklanan melalui televisi adalah testimonial. Testimonial

merupakan salah satu kriteria dalam periklanan. Iklan testimonial artinya iklan

(44)

hendaknya harus disertai para saksi yang berkompeten, dan benar-benar

merefleksikan pilihan yang jujur dan sebenarnya..

Berdasarkan definisi iklan testimonial diatas, suatu iklan testimonial harus

memiliki kriteria sebagai berikut:

1. Menyebutkan tanda penghargaan yang diperoleh suatu produk

2. Disertai para saksi yang berkompeten

3. Merefleksikan pilihan yang jujur

J. Iklan Testimonial Tje Fuk Face Care Cosmetic

Iklan testimonial Tje Fuk merupakan iklan testimonial karena memenuhi

kriteria yang harus dimiliki iklan testimonial yaitu:

1. Tanda Penghargaan

Tanda penghargaan dari iklan ini berupa komentar atau pendapat yang

positif dari beberapa orang yang mencoba tantangan dari Tje Fuk, yaitu

dengan menggunakan Tje Fuk kulit wajah anda menjadi mulus dan jika

tidak terbukti, maka uang anda akan dikembalikan.

2. Para saksi Berkompeten

Para saksi dari iklan ini adalah pelaku tantangan itu sendiri dan

orang-orang disekitar lokasi yang ikut menonton dilakukannya tantangan tersebut.

Para saksi ini dapat dikatakan berkompeten karena mereka menyaksikan

dan melakukan sendiri tantangan yang diberikan untuk membuktikan

kualitas Tje Fuk.

3. Pilihan yang Jujur

(45)

pilihan yang jujur karena komentar mereka berasal dari pembuktian yang

mereka lakukan sendiri.

K. Pengertian Afektif (Perasaan)

Komponen afektif merupakan perasaan atau emosi kita terhadap obyek

tertentu. Biasanya diungkapkan dalam bentuk rasa suka atau rasa tidak suka.

Umumnya keyakinan konsumen akan suatu produk melekat erat dengan

perasaanya (Ferrinadewi, 2008:97).

Dengan kata lain, perasaan suka atau tidak suka ini banyak ditentukan oleh

keyakinan konsumen, namun belum tentu setiap konsumen yang memiliki

keyakinan yang sama akan menunjukkan emosi yang sama. Hal ini disebabkan

karena masing-masing latar belakang yang berbeda.

Perasaan yang merupakan hasil evaluasi dari atribut produk ini dapat juga

mempengaruhi kayakinan konsumen bahkan bisa merubah keyakinannya

(Ferrinadewi, 2008:97).

L. Pengertian Kognitif (Pikiran)

Sikap merupakan respon yang konsisten baik itu positif maupun negatif

terhadap suatu objek sebagai hasil dari proses belajar (Schiffman dan Kanuk,

dalam Ferrinadewi, 2008). Dalam ungkapan yang lebih sederhana , sikap adalah

bagaimana kita berfikir, merasa dan bertindak terhadap objek tertentu dalam

lingkungan misalkan terhadap iklan produk tertentu atau bahkan terhadap jasa.

Kognitif merupakan salah satu komponen sikap yang terdiri dari

keyakinan dan pengetahuan konsumen tentang produk. Keyakinan dan

(46)

yang lain. Semakin positif keyakinan konsumen terhadap produk maka semakin

positif pula sikap konsumen terhadap produk (Ferrinadewi, 2008:96).

M.Pengertian Brand Image

Brand image adalah segala sesuatu yang ada di benak seseorang, yang

secara total meliputi keseluruhan dari informasi yang mereka terima mengenai

merek produk tersebut baik itu dari pengalaman, percakapan orang-orang (worth

of mouth), iklan (advertising), kemasan (packaging), pelayanan (service), dan lain

sebagainya. Informasi-informasi tersebut kemudian diolah dan dimodifikasi

berdasarkan pendapat atau persepsi selektif , kepercayaan-kepercayaan yang

dianut, norma-norma sosial, dan lain-lain (Randall : 2001).

Brand image terdiri dari 2 komponen yaitu brand association atau asosiasi

merek dan favorability, strength & uniqueness of brand association atau sikap

positif, kekuatan dan keunikan merek (Dobni & Zinkhan, dalam Ferrinadewi,

2008). Brand association (asosiasi merek) adalah segala hal yang berkaitan

dengan ingatan mengenai merek (Aeker : 1996). Berbagai asosiasi yang diingat

seseorang dapat dirangkai sehingga membentuk citra tentang merek atau brand

image di dalam benak seseorang (Rangkuti : 2004).

Sebuah citra merek yang positif diciptakan melalui program komunikasi

pemasaran misalnya iklan yang menghubungkan strong, favorability, dan unique

association pada memori atau ingatan (Keller: 2003). Elemen-elemen brand

image dalam keterkaitannya dengan asosiasi merek (Rusell & Lane : 1995)

sebagai berikut:

(47)

Favorability brand associations diciptakan dengan meyakinkan

khalayak sasaran bahwa merek memiliki manfaat yang relevan dan

memuaskan kebutuhan dan keinginan sehingga mampu membentuk brand

attitude positif mereka.

2. Strength of brand associations

Strength of association bergantung pada cara informasi mengenai

merek masuk dalam ingatan khalayak sasaran dan mempertahankannya

sebagai bagian dari citra merek produk yang diiklankan (Rusell dan Lane :

1995).

3. Uniqueness of brand association

Unique brand acossiations adalah tingkat keunikan merek yang memiliki

manfaat bersifat kompetitif dan terus menerus sehingga dapat

menyebabkan khalayak sasaran tertarik untuk menggunakannya (Rusell

dan Lane : 1995).

Sikap positif (favorability) dan keunikan asosiasi merek terdiri dari 3 hal

dalam benak konsumen yaitu adanya keinginan, kemudian keyakinan bahwa

merek tertentu dapat memenuhi keinginannya dan yang terpenting adalah

keyakinan konsumen bahwa merek tersebut memiliki perbedaan yang signifikan

dibandingkan merek lainnya (Ferrinadewi : 2008).

Citra merek didefinisikan oleh Keller (2003), sebagai persepsi atau kesan

tentang suatu merek yang direfleksikan oleh sekumpulan asosiasi yang

menghubungkan seseorang dengan merek dalam ingatannya. Kapferer (2001)

(48)

atau asosiasi yang dihasilkan oleh merek.

Definisi Brand image menurut Kotler dan Keller (2006:268), adalah ”

Perceptions and beliefs held by consumer. As reflected in the associations held in

consumer memory”. Dolak (2004), menggunakan definisi Brand image sebagai

berikut “Brand image is defined as consumer’s perception as reflected by the

association they hold in their minds when they think of your brand”. Wells,

Burnett, dan Moriarty (2000:163), mengatakan definisi Brand image adalah ” A

brand image is a mental image that reflects the way consumers perceive the brand,

including all the identification elements, the product personality, and the emotions

and associations evoked in the mind consumers”. Aaker (1996:69), yaitu“Brand

image is how customers and others perceive the brand”

Berdasarkan konsep tersebut, maka studi ini menyimpulkan bahwa: (i)

brand image merupakan pemahaman konsumen mengenai merek secara

keseluruhan, kepercayaan konsumen terhadap merek dan bagaimana pandangan

konsumen tentang merek. (ii) Brand image tidak semata ditentukan oleh

bagaimana pemberian nama yang baik kepada sebuah produk, tetapi juga

dibutuhkan bagaimana cara memperkenalkan produk tersebut agar dapat menjadi

sebuah memori bagi konsumen dalam membentuk suatu persepsi akan sebuah

produk. (iii) Brand image sangat berpatokan pada pemahaman, kepercayaan, dan

pandangan atau persepsi konsumen terhadap suatu merek. (iv) Brand image dapat

dianggap jenis asosiasi yang muncul di benak konsumen ketika mengingat sebuah

merek tertentu. Asosiasi tersebut secara sederhana dapat muncul dalam bentuk

(49)

yang positif akan membuat konsumen menyukai suatu produk dengan merek yang

bersangkutan di kemudian hari, sedangkan bagi produsen brand image yang baik

akan menghambat kegiatan pemasaran pesaing. (vi) Brand image merupakan

faktor yang penting yang dapat membuat konsumen mengeluarkan keputusan

untuk mengkonsumsi bahkan sampai kepada tahap loyalitas di dalam

menggunakan suatu merek produk tertentu, karena brand image mempengaruhi

hubungan emosional antara konsumen dengan suatu merek, sehingga merek yang

penawarannya sesuai dengan kebutuhan akan terpilih untuk dikonsumsi.

N. Pengertian Non Celebrity Endorser atau Typical Person Endorser

Menurut Kotler dan Keller, (2006 : 506), penggunaan nara sumber

(source) sebagai figur penarik perhatian dalam iklan merupakan salah satu cara

kreatif untuk menyampaikan pesan. Pesan yang disampaikan oleh nara sumber

yang menarik akan lebih mudah dan menarik perhatian konsumen. Shimp (2003:

460) membagi endorser ke dalam dua tipe, yaitu celebrity endorser dan

typical-person endorser.

Pemasar memilih menggunakan typical-person endorser di dalam

mendukung iklan memiliki alasan yaitu: Typical-person endorser biasanya

digunakan sebagai bentuk promosi testimonial untuk meraih kepercayaan

konsumen. Typical-person endorser dapat lebih diakrabi oleh konsumen karena

mereka merasa memiliki kesamaan konsep diri yang aktual (actual-self concept),

nilai-nilai yang dianut, kepribadian, gaya hidup (life styles), karakter demografis,

dan sebagainya.

(50)

baik antara endorser dengan produk yang diiklankan sehingga timbul sikap positif

dalam diri konsumen, sehingga iklan dapat menciptakan citra yang baik pula di

mata konsumen. Iklan merupakan elemen yang penting dan saling berpengaruh

dalam menanamkan brand image kepada konsumen, seiring dengan ciri fisik dan

kualitas produk yang mengikuti suatu brand tertentu (Temporal & Lee, 2001:39).

Endorser mempunyai peran yang sangat penting terhadap brand image.

Pemilihan endorser yang tepat akan menciptakan asosiasi positif terhadap brand

image. Karena kemampuan konsumen yang dapat mempengaruhi asosiasi yang

baik konsumen terhadap suatu produk yang ditawarkan. Sehingga produk tersebut

melekat dibenak konsumen. Dengan demikian endorser yang digunakan dalam

sebuah iklan akan berpengaruh positif pada brand image. Dengan kata lain jika

keberadaan endorser dalam suatu iklan produk tertentu mempunyai asosiasi yang

baik di benak konsumen, maka akan berpengaruh positif terhadap brand image

produk itu sendiri. Maka brand image yang terbentuk juga positif di benak

konsumen.

Pemasang iklan harus sangat hati-hati dalam melakukan pemilihan

endorser. Belch dan Belch (2001 : 172), mengatakan bahwa masing-masing faktor

memiliki mekanisme yang berbeda di dalam mempengaruhi sikap dan perilaku

konsumen, yaitu :

1. Source credibility, menggambarkan persepsi konsumen terhadap keahlian,

pengetahuan. dan pengalaman yang relevan yang dimiliki endorser

mengenai merek produk yang diiklankan serta kepercayaan konsumen

(51)

objektif. Kredibilitas memiliki dua sifat penting, yaitu: (a). Expertise,

merupakan pengetahuan, keahlian dan pengalaman yang dimiliki endorser

berkaitan dengan produk yang diiklankan. (b). Trustworthiness, mengacu

kepada kejujuran, integritas, dapat dipercayainya seorang sumber.

2. Source attractiveness, endorser dengan tampilan fisik yang baik dan/atau

karakter non-fisik yang menarik dapat menunjang iklan dan dapat

menimbulkan minat audiens untuk menyimak iklan. Daya tarik endorser

mencakup: (a). Similarity, merupakan persepsi khalayak berkenaan dengan

kesamaan yang dimiliki dengan endorser, kemiripan ini dapat berupa

karakteristik demografis, gaya hidup, kepribadian, masalah yang dihadapi

sebagaimana yang ditampilkan pada iklan, dan sebagainya. (b).

Familiarity, adalah pengenalan terhadap nara sumber melalui exposure.

sebagai contoh, penggunaan celebrity endorser dinilai berdasarkan tingkat

keseringan tampil di publik, sedangkan penggunaan typical-person

endorser dinilai berdasarkan keakraban dengan sosok yang ditampilkan

karena sering dijumpai di kehidupan sehari-hari. (c). Likability, adalah

kesukaan audiens terhadap nara sumber karena penampilan fisik yang

menarik, perilaku yang baik, atau karakter personal lainnya.

3. Source power, adalah karisma yang dipancarkan oleh narasumber

sehingga dapat mempengaruhi pemikiran, sikap, atau tingkah laku

konsumen karena pernyataan atau pesan endorser tersebut.

Menurut Tjiptono (2004:303), pengukuran source celebrity scale

(52)

(keyakinan), dan expertise (keahlian).

Dalam penelitian ini dimensi yang digunakan hanya dimensi

trustworthiness. Karena dimensi ini yang paling cocok digunakan untuk

melakukan pendekatan terhadap penggunaan typical person endorser dalam iklan

testimonial.

Tjiptono (2004:303) mengatakan, pengukuran trustworthines (keyakinan)

ini adalah sebagai berikut:

1. Dependable – undependable (dapat diandalkan – tidak dapat

diandalkan)

2. Honest – dishonest (jujur – tidak jujur)

3. Reliable – unreliable (dapat dipercaya – tidak dapat dipercaya)

4. Sincere – insincere (tulus – tidak tulus)

5. Trustworthy – untrustworthy (meyakinkan – tidak meyakinkan)

Alasan penulis menggunakan teori ini adalah karena penulis ingin

mengetahui sejauh mana peran seorang typical person endorser sebagai endorser

dalam meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap produk yang nantinya akan

dapat meningkatkan kepercayaan terhadap brand image.

Menurut Shimp (2003), kepercayaan terhadap endorser (trusworthiness)

adalah variabel yang mengacu pada keyakinan konsumen secara objektif, jujur

dan integritas yang dapat dipercayainya dari endorser. Sementara keahlian dan

kepercayaan tidak saling berhubungan timbal balik, seringkali seorang pendukung

tertentu dianggap dapat sangat dipercaya padahal bukan orang yang ahli dalam

(53)

kepada persepsi masyarakat akan motivasi dukungannya. Bila masyarakat percaya

bahwa seorang pendukung dimotivasi murni oleh kepentingan diri, ia akan kurang

persuasif daripada orang yang oleh masyarakat dianggap tidak ingin mencapai

apa-apa dengan mendukung produk atau sepenuhnya objektif. Pada umumnya

para endorser dalam hal ini typical-person endorser harus ditetapkan bahwa

mereka tidak memanipulasi masyarakat dan mereka dapat menempatkan diri

mereka sebagai dapat dipercaya.

Adapun sebagai indikatornya adalah sebagai berikut:

1. Honest yaitu di dalam mengiklankan atau memperkenalkan suatu produk

kepada konsumen hendaknya typical-person endorser sebagai model iklan

bersikap jujur dan objektif.

2. Sincere yaitu di dalam mengiklankan suatu produk typical-person

endorser sebagai model iklan hendaknya melakukan dengan ketulusan hati

tanpa adanya paksaan dari pihak manapun.

O. Typical Person Endorser Dalam Iklan Testimonial

Iklan testimonial merupakan iklan yang sangat sederhana karena iklan

tersebut hanya bertujuan untuk memberikan kepercayaan kepada konsumen.

Dimana dalam iklan tersebut hanya menceritakan pengalaman konsumen setelah

menggunakan produk.

Typical person endorser atau non selebriti merupakan mereka yang

menyampaikan pesan. Dimana di dalam sebuah iklan seorang disebut endorser

(54)

iklan testimonial seringkali dipilih dengan alasan mendapat respon langsung dari

masyarakat.

Menurut Mohamad (http://gateway.proquest.com/1997.pg.17), di dalam

iklan testimonial, endorser yaitu typical person endorser merupakan orang yang

dapat dipercaya dan nyata, benar-benar menggunakan produknya. Semakin alami

iklan tersebut akan mampu memberikan kredibilitas yang nyata kepada konsumen.

Endorser disini sebagai wakil dari kepribadian produk, misalnya seperti apakah

orang yang akan menggunakan produk anda.

Oleh karena itu, penggunaan typical person endorser atau orang biasa

sebagai endorser dalam iklan testimonial sangatlah cocok. Konsumen akan lebih

mempercayai iklan tersebut karena disamping testimonial merupakan pengalaman

nyata yang dialami konsumen, yang menyampaikan pesan tersebut adalah orang

biasa. Jadi, Konsumen merasa bahwa yang dialami endorser sama dengan yang

mereka rasakan. Konsumen akan lebih empati dengan iklan testimonial yang

menggunakan typical person endorser atau orang biasa dalam iklan testimonial.

P. Pengaruh Typical Person Endorser terhadap Brand image

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Ajeng (2007), memperoleh

kesimpulan bahwa penggunaan typical-person endorser efektif karena responden

merespon positif terhadap iklan tersebut.

Penggunaan typical person endorser pada produk tertentu dapat

dipandang kredibel oleh calon konsumen. Endorser yang dianggap kredibel oleh

pemirsa akan mempengaruhi brand image produk tersebut. Audiens yang percaya

(55)

Dengan demikian endorser yang digunakan dalam sebuah iklan berpengaruh

positif pada brand image.

Dengan kata lain keberadaan endorser dalam iklan produk Tje Fuk

mempunyai kredibilitas yang baik di benak konsumen, maka akan berpengaruh

positif terhadap brand image produk Tje Fuk. Maka brand image yang terbentuk

juga positif di benak konsumen.

Q. Pengaruh Iklan Testimonial terhadap Brand Image

Pada dasarnya, iklan sebagai sarana berpromosi mempunyai tujuan akhir

yang sangat diharapkan, yakni menciptakan brand image bagi produknya. Iklan

testimonial merupakan salah satu tenik iklan visualisasi yang sekarang ini marak

digunakan. Iklan testimonial adalah jenis iklan yang menampilkan seorang atau

lebih yang merupakan konsumen atau pemakai langsung dari produk tersebut.

Menurut Well, Burnet, dan Moriarty (2003:48-49), pesan yang

disampaikan di dalam iklan akan membangkitkan kepercayaan konsumen melalui

opini, kepercayaan, atau pengalaman dari individu, kelompok, atau institusi.

Testimonial bermakna kesaksian, pembuktian melalui pengalaman

langsung. Dan itu berarti apapun yang disebutkan dalam kesaksian itu adalah

sebuah kenyataan yang pernah dialami seseorang. Ini sangat penting, karena

publik atau audiens mengakui kredibilitas seseorang bukan dari pengakuannya

tetapi apa yang ditunjukkannya.

Testimonial merupakan kemampuan untuk menarik perhatian terhadap

iklan dan menyajikan sebuah sumber terpercaya yang membuat testimoni tersebut

(56)

orang-orang yang dipandang oleh konsumen sebagai pihak yang berkompeten untuk

memberikan penilaian mengenai produk tertentu (Lane, 2000:257).

Audiens yang mengakui kredibilitas seseorang dalam iklan tersebut akan

mempengaruhi sikap mereka terhadap merek. Audiens yang menyukai iklan

tersebut mempunyai sikap positif terhadap merek produk itu. Bukti diterimanya

produk Tje Fuk dengan baik oleh pasar adalah produk Tje Fuk memperoleh

Indonesia Best Brand 2007-SWA no. 16/XXIII/26 July-08 Agt 2007 dan Top

Brand pada tahun 2009. Ini menandakan bahwa konsumen mempunyai sikap

positif terhadap merek Tje Fuk.

R. Relasi antara Respon Afektif dan Typical Person Endorser dalam Iklan Testimonial

Respon afektif merupakan perasaan atau emosi seseorang terhadap obyek

tertentu. Penggunaan typical person endorser dalam iklan testimonial dapat

membangkitkan emosi audiens. Iklan tersebut yang bercerita tentang pengalaman

mereka setelah menggunakan produk, dapat menimbulkan empati audiens. Pesan

yang disampaikan akan lebih mudah dimengerti oleh audiens karena mereka

merasa memiliki kesamaan (senasib) dengan typical person endorser tersebut.

Sehingga audiens merasa bahwa apa yang dialami typical person endorser dalam

iklan tersebut dirasakan juga oleh audiens. Sehingga audiens empati melihat

typical person endorser dalam iklan testimonial tersebut. Ketika audiens empati

terhadap typical person endorser dalam iklan testimonial, respon mereka positif

terhadap iklan tersebut.

(57)

Testimonial, dan Brand image.

Iklan testimonial merupakan kesaksian pengalaman seseorang yang telah

menggunakan produk tertentu. Kesaksian tersebut merupakan pembuktian atas

produk yang digunakan. Pesan yang disampaikan dalam iklan tersebut akan

membangkitkan kepercayaan audiens terhadap produk tersebut.

Audiens yang melihat iklan testimonial mempunyai persepsi yang

berbeda-beda terhadap produk yang ditawarkan. Audiens yang percaya terhadap

kesaksian tersebut mempunyai persepsi positif terhadap brand image yang positif

pula. Sedangkan typical-person endoser (orang biasa) merupakan pendukung

iklan.

Penggunaan typical-person endoser dalam sebuah iklan akan lebih

diakrabi konsumen karena mereka merasa memiliki kesamaan kepribadian, gaya

hidup, karakter demografis, dan lain sebagainya. Audiens yang merasa memiliki

kesamaan terhadap typical-person endoser (orang biasa) cenderung mempercayai

pesan yang disampaikan oleh typical-person endoser.

Sehingga terbentuk asosiasi yang baik antara typical-person endoser dan

produk yang diiklankan. Dan timbul sikap yang positif dari audiens yang akan

menciptakan citra baik pula terhadap produk tersebut. Jadi typical-person

endoser dapat memberikan pengaruh positif terhadap Brand image.

Melihat adanya pengaruh positif respon afektif terhadap typical person

endorser dalam iklan testimonial pada brand image Tje Fuk, Dengan demikian

peneliti merumuskan hipotesis penelitian (jawaban sementara terhadap rumusan

(58)

Hipotesis 1:

Respon afektif terhadap Typical Person Endorser dalam iklan testimonial berpengaruh positif pada Brand image Tje Fuk Face Care Cosmetic.

T. Relasi antara Respon Kognitif dan Typical Person Endorser dalam Iklan Testimonial

Respon kognitif merupakan keyakinan dan pengetahuan konsumen tentang

objek tertentu. Penggunaan Typical Person Endorser di televisi sebagai

pendukung iklan testimonial dapat meyakinkan audiens atau penonton. Karena

iklan tersebut menceritakan pengalaman mereka setelah menggunakan produk

mendapatkan hasil yang memuaskan. Kesaksian tersebut dapat memberikan

kepercayaan kepada audiens yang melihat dan mendengar iklan tersebut. Selain

itu, pesan yang disampaikan mengandung bukti-bukti nyata yang dialami oleh

Typical Person Endorser. Audiens akan percaya akan kejujuran Typical Person

Endorser dan tidak meragukan kebenaran dalam iklan tersebut.

U. Relasi antara Respon Kognitif , Typical Person Endorser dalam Iklan Testimonial, dan Brand image

Kognitif merupakan keyakinan dan pengetahuan konsumen akan suatu

objek. Penggunaan typical person endorser dalam iklan testimonial dapat

meyakinkan audiens. Karena yang menyampaikan pesan adalah orang biasa atau

konsumen dari produk itu sendiri. Sehingga audiens yang melihat percaya dengan

apa yang disampaikan pengguna produk tersebut.

(59)

dalam iklan testimonial juga mampu menarik kepercayaan audiens terhadap

produk. Maka, respon kognitif audiens terhadap typical person endorser dalam

iklan testimonial positif . Dengan kata lain, respon positif dari audiens muncul

karena mereka percaya terhadap pesan yang disampaikan typical person endorser

dalam iklan testimonial.

Karena respon kognitif terhadap typical person endorser dalam iklan

testimonial positif, maka akan mempengaruhi pandangan audiens terhadap brand

image produk tersebut. Dengan demikian, assosiasi audiens terhadap brand image

juga positif. Berdasarkan hal tersebut maka dirumuskan sebuah hipotesis sebagai

berikut:

Hipotesis 2:

Respon kognitif terhadap Typical Person Endorser dalam iklan testimonial berpengaruh positif pada Brand image Tje Fuk Face Care Cosmetic

V. Pengertian Brand Attitude

Brand attitude merupakan evaluasi konsumen secara menyeluruh terhadap

merek dan membentuk dasar yang digunakan konsumen dalam keputusan dan

perilakunya. Objek yang dievaluasi oleh konsumen adalah pada persepsi

konsumen akan kemampuan merek untuk memenuhi kebutuhan konsumen

(Rossiter & Percy, dalam Ferrinadewi, 2008). Evaluas

Gambar

Tabel  II. 1 Keunggulan dan kelemahan Media Tv, Radio dan Media cetak
Gambar II.2
Gambar IV. 1
Gambar IV.2
+7

Referensi

Dokumen terkait

Modal social yang terbangun pada interaksi petani dalam wadah kelompok tani merupakan modal yang terus mengalami perubahan.Dengan demikian kedinamisan petani sayur

Ada pun ayat 34 surat An- Nisa di atas yang dijadikan dasar ketidakbolehan perempuan menjadi pemimpin tidaklah tepat untuk diterapkan dalam semua bidang kepemimpinan

pengujian metode Hidden Naïve Bayes (HNB) adalah sebanyak 668 data di mana jumlah kelas tested positive nya sebanyak 268 data. dan jumlah kelas tested

Hal ini dikarenakan, di Tahun 2016 seharusnya sudah terbentuk Peraturan Daerah mengenai LP2B, namun faktanya hingga saat ini belum mampu direalisasikan dan masih

Untuk melindungi kemuliaan dan pentingnya profesi advokat maka undang-undang memberikan hak imunitas, agar advokat dapat bebas dalam melakukan pembelaan dan tugas-tugas

Masing- masing zat antimikroba tersebut mempunyai mekanisme yang berbeda namun memiliki fungsi yang relatif sama yaitu dapat menghambat pertumbuhan bakteri atau

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan struktur novel yang meliputi tokoh penokohan, alur, dan latar, sekaligus juga mendeskripsikan kekerasan terhadap anak dalam novel

Hasil penelitian ini tidak hanya menyajikan data awal prevalensi karies dan kelainan jaringan peri- odontal pada kelompok pengguna heroin yang menjalani terapi rumatan metadon