• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat kekerasan emosi yang dialami remaja putri oleh remaja putra dalam berpacaran - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Tingkat kekerasan emosi yang dialami remaja putri oleh remaja putra dalam berpacaran - USD Repository"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

i

TINGKAT KEKERASAN EMOSI

YANG DIALAMI REMAJA PUTRI OLEH REMAJA PUTRA DALAM BERPACARAN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh: Rika Permatasari Nim : 019114161

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

Where is A Will, There is A Way

Try To Be The Best

GOD Bless You

Skripsi ini kupersembahkan kepada :

TUHAN kami YESUS KRISTUS

Papi dan Mami tercinta

M’Bobby, M’Lya dan adekku Aulia

Dan

(5)

v

PERSEMBAHAN

TUHAN ITU BAIK; IA ADALAH TEMPAT

PENGUNGSIAN PADA WAKTU

KESUSAHAN

(NAHUM 1:7)

APA YANG TIDAK MUNGKIN BAGI

MANUSIA, MUNGKIN BAGI ALLAH

(6)
(7)

vii ABSTRAK

TINGKAT KEKERASAN EMOSI

YANG DIALAMI REMAJA PUTRI OLEH REMAJA PUTRA DALAM BERPACARAN

Rika Permatasari Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kekerasan emosi yang dialami oleh remaja putri dalam berpacaran. Subyek yang terlibat dalam penelitian ini berjumlah 75 remaja putri yang berstatus pendidikan pelajar SMU dan atau sederajat dan mahasiswa strata satu dan atau sederajat berusia antara 18 hingga 22 tahun yang sedang dalam masa pacaran. Adapun pengambilan data penelitian dilakukan dengan metode angket yang dikumpulkan menggunakan skala tingkat kekerasan emosi dalam berpacaran. Analisis data dilakukan dengan menggunakan tehnik korelasi product moment.

Penelitian dengan metode deskriptif kuantitatif ini menghasilkan data yang menunjukkan bahwa tingkat kekerasan emosi yang dialami remaja putri oleh remaja putra dalam berpacaran cenderung rendah yaitu sebesar 76%. Hal ini menunjukkan bahwa dalam berpacaran, tingkat kekerasan emosi yang terjadi pada remaja putri adalah rendah.

(8)

viii ABSTRACT

DEGREE OF EMOTIONAL ABUSE IN FEMALE YOUTH’S BY MALE YOUTH’S

DATING RELATIONSHIP

Rika Permatasari Faculty of Psychology Sanata Dharma University

Yogyakarta

This study was purposed to recognize the degree of emotional abuse prevalent among female youths in dating relationship. Subjects involved in this study numbered 75 female youths studying at high school student / or the equal level of edication and college student and / or the equal level of education ranging 18-22 years old and involving in dating relationship. The data collection was conducted through questionnaires of scaling the experience of emotional abuse during dating relationship. Data analysis was conducted using product moment correlation method.

This study was using quantitative-descriptive method resulting in the data showing that female youths in Yogyakarta experienced considered low emotional abuse by male youths which was 76%. This showed that the emotional abuse prevailed in female youth’s dating relationship was considered low.

(9)
(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kepada Tuhan yang selalu memberkati, memberikan kekuatan dan semangat baru sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan judul “TINGKAT KEKERASAN EMOSI YANG DIALAMI REMAJA PUTRI OLEH REMAJA PUTRA DALAM BERPACARAN”. Pada kesempatan ini penulis juga menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini tak akan bisa terwujud tanpa kehadiran dan dukungan orang-orang yang telah membantuku meraihnya. Maka pada kesempatan ini, ijinkanlah penulis menghaturkan terimakasih yang tak terhingga dengan segala ketulusan hati penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Bapak P. Eddy Suhartanto, S. Psi., M. si. selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

2. Ibu M.L. Anantasari, S. Psi, M.Si yang telah meluangkan banyak waktu, pikiran dan kesabarannya dalam membimbing saya. Terimakasih banyak Ibu 3. Bapak Drs. H. Wahyudi, M. Si. Selaku Dosen Penguji II

4. Ibu Sylvia Carolina Maria Yuniati Murtisari. S. Psi., M.Si. Selaku Dosen Penguji III

(11)

xi

serta Pak Gie yang selalu menebar senyumnya dan membantu demi kelancaran skripsi ini.

6. Ucapan terimakasihku yang tak terkira untuk M’Rong tersayang yang selalu mendukung dan memberikan semangat dengan candaanmu. Walaupun jayus dan kadang bikin sebel tapi ngangenin. Luv U

7. Sahabatku dari awal kuliah, Makasi ya Rani, Lastro, Tista & Keluarga, perhatian kalian sangat berharga bagiku. Semoga persahabatan kita tak lengkang oleh waktu

8. Thanks to Pren Ranz, Pren Ich, Pren Tik….berkat kalian smua bisa terwujud. 9. All The Best crew of KIREI Production, Elos, Hilda, LingS, Jack, Jenny,

Irene, jenk Mila, Willi, Obe, David. We are different, we are the best! 10. Saujana Community… M’Rini, Ester, Ria, Dita, Widya, Eva

11. Ibu kost yang sudah memberikan tenaganya untuk menyemangatiku.

12. Teman-teman seperjuangan: Lastro, Jellho, Mira, Silva, Tumbar eh Tumbur, Seto, dan teman-teman seangkatan yang tidak dapat disebutkan satu persatu. 13. Temen-temen dancer, Mona, dek Ika, Rendy, Ria, Lanny Thx for your support 14. Ayo M’Antox, SEMANGAT….SEMANGAT….skirpsinya hahahahaha 15. Tuk Keluarga besar Wonosari. Akhirnya terselesaikan!!!

16. Angkringan Pak Gandung, nasi sayurnya enak n murah meriah euy (promosi hahaha)

(12)

xii

19. Endi, selamat berkarya….jangan patah semangat!

20. Teman-teman pelatihan, Ika, Bu Murtini, Bu kacang telor, Bpk sate Thik Thok, Mas jamur, Mas Dim Sum, Pak Lukis, Bu Loundry, Bu Toko, Bpk Adam, Bpk Chemical. Selamat ber-usaha biar kaya raya hahahaha…..

21. Ditol, thx kompu-nya yao!

Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi setiap pembaca.

Yogyakarta, 29 oktober 2009

(13)

xiii

PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI... xiii

DAFTAR TABEL... xvi

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang penelitian ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Remaja Putri Berpacaran ... 8

1. Pengertian Berpacaran ... 8

2. Pengertian Remaja Putri... 8

3. Remaja Putri Berpacaran... 9

B. Kekerasan Emosi dalam Berpacaran... 10

1. Pengertian Kekerasan Emosi dalam Berpacaran... 10

2. Bentuk Kekerasan Emosi dalam berpacaran... 12

(14)

xiv

4. Dampak Kekerasan Emosi dalam Berpacaran ... 14

5. Beberapa Hal yang Menyebabkan Remaja Putri Tetap Mempertahankan Hubungan ... 16

C. Kekerasan Emosi yang Dialami Remaja Putri oleh Remaja Putra dalam Berpacaran………... 17

E. Metode Pengumpulan Data ... 23

F. Uji coba Alat Ukur ... 25

1. Uji Validitas dan Seleksi Aitem... 25

2. Uji Reliabilitas ... 27

G. Proses Penelitian ... 29

1. Tahap Persiapan ... 29

2. Tahap Pengumpulan Data ... 29

3. Tahap Analisis Data ... 30

H. Metode Analisis Data... 30

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Subyek Penelitian ... 31

1. Karakteristik Subyek berdasarkan Status... 31

2. Karakteristik Subyek berdasarkan Umur ... 32

3. Karakteristik Subyek berdasarkan Usia Berpacaran ... 32

4. Karakteristik Subyek berdasarkan Tempat Tinggal Pasangan.... 33

B. Deskripsi Data Penelitian... 34

1. Deskripsi Data Empirik dan Teoritik ... 34

2. Kategorisasi Tingkat Kekerasan Emosi dalam Berpacaran ... 36

(15)

xv BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 41

B. Keterbatasan Penelitian... 41

C. Saran-saran... 42

DAFTAR PUSTAKA ... 43

(16)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Tabel 1. Blue Print Skala Tingkat Kekerasan Emosi Remaja Putri

dalam Berpacaran... 24

Tabel 2. Hasil uji validitas Tingkat Kekerasan Emosi Remaja Putri dalam Berpacaran……… 27

Tabel 3. Hasil Analisa Reliabilitas Alat Ukur... 28

Tabel 4. Komposisi Subyek Berdasarkan Status ... 31

Tabel 5. Komposisi Subyek Berdasarkan Umur ... 32

Tabel 6. Komposisi Subyek Berdasarkan Lama Usia Berpacaran... 33

Tabel 7. Komposisi Subyek Berdasarkan Tempat Tinggal Pasangan ... 33

Tabel 8. Deskripsi Data Empirik dan Data Hipotetik ... 35

(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Berbagai kasus tindak kekerasan semakin banyak muncul dan banyak diperbincangkan di media-media masa, seperti surat kabar, radio, televisi bahkan diberbagai seminar dan diskusi. Kekerasan tidak hanya terjadi dalam hubungan antara orang tua dengan anaknya, guru dengan muridnya. Kekerasan bukanlah hal yang asing lagi bagi kita dan pada kenyataannya tindak kekerasan adalah suatu tindakan yang mulai dianggap biasa, karena hal ini dapat terjadi ditengah lingkungan kita sehari-hari bahkan pada masa berpacaran. Masa berpacaran adalah suatu masa yang digunakan oleh remaja sebagai media seleksi untuk mencari pasangan sebelum menikah, sebagai tempat untuk berbagi, meningkatkan motivasi belajar, dan membuktikan diri cukup menarik (Yuni. N, 2005)

(18)

perubahan-perubahan sosial dan merupakan masa yang digunakan untuk menjalin sebuah relasi dengan lawan jenisnya, meluangkan lebih banyak waktu dengan teman sebaya dan pacaran bagi remaja seharusnya merupakan suatu bentuk lingkungan untuk belajar tentang relasi yang akrab (Santrock, 1995).

Salah satu tugas perkembangan yang harus dipenuhi remaja adalah menjalin hubungan yang lebih matang dengan lawan jenis. Dua individu yang saling tertarik pada umumnya akan melanjutkan hubungan mereka dengan status yang populer disebut pacaran (Yuliandri. R, 2009). Beberapa alasan yang menyebabkan remaja akhirnya memutuskan untuk berpacaran antara lain pacaran sebagai tempat untuk berbagi perasaan, belajar bergaul dengan lawan jenis, atau tempat untuk menginginkan perhatian yang lebih. Melalui berpacaran, remaja bisa mengasah kemampuan bersosialisasi. Hubungan kasih sayang juga semakin terjaga saat saling memberi saran dan bukan menyalahkan. Kemampuan bernegosiasi untuk menyelesaikan konflik dengan pasangan bermanfaat untuk mempertahankan sebuah hubungan. Melalui pacaran remaja dapat belajar untuk menolerir perbedaan pendapat. Dalam usahanya untuk mempertahankan sebuah hubungan, remaja putri yang berpacaran mengalami berbagai konflik yang dapat menimbulkan tindak kekerasan baik yang disadari maupun tidak disadari oleh pelaku (Dinastuti, 2008).

(19)

dan lain-lain. Kekerasan dalam hal ekonomi ketika seseorang mulai merasa dieksploitasi secara materi, diatur akses keuangan dan barang-barang. Pasangan telah melakukan tindak kekerasan seksual apabila pasangan mulai meraba-raba atau mulai memaksa untuk melakukan hubungan seksual (Dinastuti dalam Cosmopolitan, 2005)

Dari berbagai tindak kekerasan seperti kekerasan fisik, ekonomi dan seksual, kekerasan non-fisik yang sering disebut sebagai kekerasan emosi, merupakan tindakan yang paling sering dijumpai dalam hubungan berpacaran namun biasanya orang yang mengalami tindak kekerasan tersebut cenderung tidak menyadari bahwa mereka telah mengalami suatu tindak kekerasan. Dimana kekerasan emosi adalah suatu keadaan emosi yang sengaja dibuat untuk mengendalikan pasangannya, dengan mempergunakan kata-kata untuk menjatuhkan perasaan pasangannya sehingga membuatnya merasa tidak berharga, merasa bersalah, muncul perasaan tertekan, tidak bebas dan tidak nyaman (Kompas, 2008).

(20)

bahwa terdapat 72% dari korban yang melaporkan adanya kekerasan emosi, khususnya tindakan mengejek dan mentertawakan pasangannya. PKBI Yogyakarta mendapati dari bulan Januari hingga Juni tahun 2001 terdapat 47 kasus kekerasan dalam pacaran. 57 % kekerasan emosi, 20 % kekerasan seksual, 15 % kekerasan fisik dan 8 % lainnya kekerasan ekonomi (Kompas, 20 Juli 2002 dalam http://www.bkkbn.go.id). Pada tahun 2005 dari total 20.391 korban kekerasan, 16.615 adalah kasus kekerasan dalam keluarga dan relasi personal dan 653 adalah kekerasan dalam pacaran (Komnas Perempuan, 2002).

Banyak hal atau faktor yang mempengaruhi munculnya tindak kekerasan emosi antara lain adalah adanya latar belakang seperti kebiasaan dalam keluarga yang berhubungan dengan pola asuh orang tua dimana kekerasan sudah menjadi suatu perilaku yang dipelajari secara sosial.

(21)

2006) yang menyatakan bahwa anak-anak yang biasa hidup dalam kekerasan akan belajar bahwa kekerasan adalah cara penyelesaian masalah yang wajar dan diperbolehkan, bahkan mungkin harus dilakukan. Anak laki-laki dapat berkembang menjadi laki-laki dewasa yang juga menganiaya istri dan anaknya, dan anak perempuan dapat menjadi perempuan dewasa yang kembali terjebak menjadi korban kekerasan.

Berkowitz (1995) mengemukakan bahwa korban kekerasan memiliki kecenderungan pendiam dan kurang memiliki unsur kekuasaan dalam arti jabatan, baik dalam lingkungan keluarga, tempat kerja dan sebagainya. Kekerasan apapun bentuknya adalah sesuatu hal yang akan mengakar dan akan terjadi berulang (Ridwan, 2006).

Dampak kekerasan emosi yang dialami remaja putri apabila remaja putri mempunyai rasa percaya diri yang rendah, remaja putri yang sering diejek akan merasa segala hinaan terhadap dirinya benar. Akibatnya remaja putri menjadi minder, merasa tidak berharga dan suka menyendiri. Depresi, berkurangnya motivasi, kebingungan, kesulitan konsentrasi atau membuat keputusan, rendahnya kepercayaan diri sendiri dan menghancurkan diri sendiri (Engel dalam Dinastuti, 2008).

(22)

dalam waktu yang cukup lama dan remaja putri mulai terbiasa dengan hal itu, maka timbul keyakinan dalam diri untuk mulai mempercayai kata-kata pasangan tersebut, yang kemudian berefek pada self estem yaitu munculnya rasa besalah pada diri sendiri, malu dan sebagainya.

Berdasarkan pemikiran diatas, maka peneliti ingin mengetahui lebih lanjut dalam hal ini tentang seberapa besar gambaran tingkat kekerasan emosi yang dialami remaja putri dalam hubungan berpacaran?

B. Rumusan Masalah Penelitian

Dari uraian pada latar belakang masalah tersebut diatas, maka peneliti ingin mengetahui seberapa jauh tingkat pengalaman kekerasan emosi yang dialami remaja putri oleh remaja putra dalam berpacaran.

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kekerasan emosi yang dialami remaja putri oleh remaja putra dalam berpacaran.

D. Manfaat Penelitian

(23)

2. Manfaat secara praktis:

a. Bagi Remaja pada umumnya, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi pengetahuan kepada remaja akan gambaran tentang tindak kekerasan emosi dengan demikian dapat menjadi bahan introspeksi dalam hubungan berpacaran.

(24)

8 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Remaja Putri Berpacaran 1. Pengertian Berpacaran

Pacaran menurut Reiss (Dual & Miller, 1985) adalah hubungan yang terjalin antara pria dan wanita yang diwarnai dengan keintiman dimana keduanya terlibat dalam peraaan cinta dan saling mengakui pasangan ditandai dengan keintiman, perasaan cinta serta saling mengakui pasangan sebagai pacar yang meliputi rasa saling memiliki satu sama lain, saling mendengarkan satu sama lain, bebas berpendapat dan bebas untuk melakukan apapun yang masing-masing inginkan. Hubungan tersebut meliputi hubungan yang mengarah ke perkawinan maupun tidak.

2. Pengertian Remaja Putri

Remaja berasal dari bahasa latin Adolescereyang berarti tumbuh dan

Adolescene yang berarti individu yang berada dalam masa kearah kedewasaan dengan adanya proses kematangan mental, emosi, sosial dan fisik.

(25)

keluarga (Santrock, 1995). Pengaruh kelompok dan teman sebaya serta tuntutan konformitas berperan sebagai fungí perkembangan yang dapat meningkatkan kemandirian dan identitas pada remaja.

Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa yang terjadi pada usia 18 hingga 22 tahun yang merupakan masa remaja akhir ditandai dengan adanya perubahan-perubahan secara fisik maupun psikologis. Remaja putri mengalami suatu bentuk perubahan fisik yang jelas terlihat adalah pertumbuhan tubuh (badan semakin panjang dan tinggi, pertumbuhan payudara, tumbuhnya bulu pada daerah kemaluan dan bulu ketiak) selanjutnya mulai berfungsinya alat-alat reproduksi dan hormon-hormon yang berpengaruh pada seksualitas seperti hormon pertumbuhan, hormon estrogen dan progesteron yang memproduksi sel-sel telur pada wanita ditandai dengan haid. Dengan adanya perubahan fisik pada remaja putri tersebut, secara psikologis remaja putri akan mengembangkan citra individual mengenai gambaran tubuh mereka seperti tampil lebih feminin, remaja putri mulai memperhatikan dandanan untuk tampil lebih menarik dan mengembangkan sisi emosionalnya (Sarwono, 2008).

3. Remaja Putri Berpacaran

(26)

putri akan sangat termotivasi untuk berhasil melalui perkembangan identitas pribadi dan keintiman dengan manusia lain. (Yuliandini. R, 2009)

Remaja putri cenderung lebih tertarik dalam pejajakan keintiman dan kepribadian daripada laki-laki. Pada skenario berkencan (dating scripts)

pada laki-laki lebih bersifat proaktif dan perempuan bersifat reaktif. Skenario perempuan lebih berfokus pada bidang pribadi seperti memperhatikan penampilan dan menikmati masa berpacaran. Sedangkan pada laki-laki lebih kepada meminta dan merencanakan, mengendalikan bidang umum, memprakarsai interaksi seksual seperti melakukan kontak fisik, merayu dan mencium (Rose & Frieze dalam Santrock, 1995). Perbedaan-perbedaan gender tersebut memberi kaum perempuan lingkup yang lebih sempit dan dianggap sebagai makhluk yang lemah, penurut dan pasif yang membuka kesempatan untuk timbulnya kekerasan dalam berpacaran (Fauzi. A, Lucianawaty. M, Hanifah. L, Bernadette. N, 2008)

B. Kekerasan Emosi dalam Berpacaran

1. Pengertian Kekerasan Emosi dalam Berpacaran

(27)

namun orang yang terlibat didalamnya seringkali tidak menyadarinya. Korban seringkali bahkan yakin merekalah yang bersalah sehingga hubungan interpersonal yang mereka jalin tidak berjalan dengan baik. Karena itu mereka tidak menganggap diri mereka korban. Sedangkan Engel (dalam Dinastuti, 2002) menegaskan bahwa pelaku kekerasan emosi seringkali tidak bermaksud dan tidak menyadari akan tingkah lakunya yang menyakiti pasangannya. Tingkah laku mereka biasanya merupakan hasil belajar dari pengalaman masa lalu, baik karena pola asuh tertentu dari orang tua ataupun sebelumnya pernah menjadi korban tindak kekerasan.

(28)

2. Bentuk-bentuk Perilaku Kekerasan Emosi dalam Berpacaran

Kekerasan emosi yang dialami remaja putri dalam berpacaran merupakan segala bentuk tindakan yang memiliki unsur paksaan, tekanan dan pelecehan yang dilakukan oleh pasangannya dalam berpacaran untuk menyerang konsep diri pasangannya dengan tujuan menyakiti pasangannya secara psikologis (Engel dalam Dinastuti, 2008). Berikut adalah penggolongan bentuk-bentuk kekerasan emosi:

a) Serangan verbal: menggunakan kata-kata kasar, mengejek, menyalahkan terus-menerus

b) Menuntut untuk bersikap tunduk dan patuh sebagai bentuk usaha untuk mengontrol pasangan

c) Merendahkan harga diri pasangan dengan mempermalukan pasangan didepan umum

d) Berusaha untuk menyembunyikan perasaan dengan tidak berterus terang terhadap apa yang sedang dirasakan.

(29)

3. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Timbulnya Kekerasan Emosi dalam Berpacaran

Faktor – faktor yang dapat mendorong timbulnya kekerasan adalah sebagai berikut:

a. Pengalaman kekerasan dimasa kecil yang dilakukan oleh anggota keluarga, teman maupun pola atau kebiasaan keluarga yang menggunakan kekerasan sebagai daya penyelesaian masalah yang dinilai efektif(Social learning theory). Teori ini mengatakan bahwa penggunaan kekerasan merupakan respon yang telah dipelajari dari keluarga sendiri (Berkowitz, 1995). b. Ketidakmampuan remaja untuk berkata dan bertindak secara

asertif yaitu menolak diperlakukan keras dan kasar karena adanya ketakutan akan ditinggal oleh pasangan (Goeritno. H, dkk, 2006).

c. Kecenderungan remaja untuk menilai rendah kemampuan diri sehingga kepercayaan dan kebanggaan diri pun menjadi rendah menyebabkan ketergantungan yang berlebihan terhadap pasangannya (Goeritno. H, dkk, 2006). Ketergantungan ini yang membuat posisi perempuan menjadi lemah dan akhirnya mudah jatuh sebagai korban kekerasan ( Mendatau. A, 2008) d. Superioritas kaum laki-laki menjadikan kaum wanita selalu

(30)

munculnya berbagai perasaan negatif seperti inferior, tergantung, pasrah, tidak kreatif, kurang inisiatif dan perasaan takut.

e. Mitos-mitos seputar remaja berpacaran yang mengatakan bahwa kekerasan adalah bentuk cinta dan kekerasan dianggap sebagai hal yang normal (Gryl, Stith & Bird, 1991 dalam Dinastuti 2008)

4. Dampak Kekerasan Emosi dalam Berpacaran

Kekerasan emosi yang diterima dapat memberikan dampak negatif terhadap pasangan itu sendiri maupun orang lain. Dampak utama dari tindak kekerasan emosi terhadap korbannya dapat berupa :

a) Depresi yang akan menimbulkan perasaan sedih dan berdampak pada patahnya semangat sehingga aktifitas menurun dan pesimisme untuk menghadapi masa yang akan datang (Cosmopolitan, 2005).

(31)

c) Mereka juga seringkali merasa bahwa merekalah yang bersalah, sehingga tidak sampai berpikir bahwa mereka adalah korban dari suatu tindak kekerasan emosi. Namun tanpa disadari kekerasan dalam berpacaran seperti sebuah pola yang akan terus berulang karena telah menjadi sebuah kebiasaan dan bagian dari kepribadian pasangan dan merupakan cara pasangan untuk menghadapi konflik atau masalah (Ridwan, 2006)

Remaja putri yang menjadi korban kekerasan selama berpacaran akan mengalami luka hati yang lebih dalam dan butuh waktu lama dalam penyembuhan dibandingkan dengan luka fisik. Luka hati tersebut akan membawa dampak psikologis bagi kehidupannya dimasa mendatang (Watson dalam Sarwono,1995).

(32)

5. Beberapa Hal yang menyebabkan Remaja Putri tetap Mempertahankan Hubungan

Sebuah hubungan berpacaran dikatakan sehat apabila kita dan pacar mampu membuat keputusan bersama, mampu mendiskusikan perbedaan pendapat, saling mendengarkan, saling menghargai, mau berkompromi, merasa nyaman jika melakukan kegiatan sendirian tanpa pacar dan tidak ada yang berusaha untuk mengontrol sebuah hubungan (Natasia & Trinzi, 2005).

Kekuatan untuk mendorong seseorang untuk bertahan dalam hubungan berpacaran sangat besar, walaupun hubungan tersebut penuh dengan kekerasan baik fisik maupun psikologis. Bagi banyak orang, kekerasan yang terjadi dalam hubungan berpacaran tidak selalu berarti bahwa hubungan tersebut akan berakhir.

(33)

kehangatan, kedekatan dan berbagi dalam hubungan, serta komitmen atau niat untuk mempertahankan hubungan bahkan ketika menghadapi masalah.

C. Kekerasan Emosi yang Dialami Remaja Putri oleh Remaja Putra dalam Berpacaran

Sebagai remaja yang memulai hubungan berpacaran dengan lawan jenisnya, memiliki banyak pengharapan-pengharapan yang mendorong remaja putri untuk memulai sebuah hubungan. Sesuai dengan tugas perkembangan remaja, mereka saling belajar mengenal emosi, mengungkapkan dan mengekspresikan, bertambahnya kontak sosial dengan orang lain dan kemudian tanpa disadari hubungan berpacaran mempengaruhi kehidupan remaja putri (Kompas, 2008).

Melalui hubungan berpacaran, remaja bisa mengasah kemampuan bersosialisasi, kemampuan bernegosiasi untuk menyelesaikan konflik bersama pasangan pun bermanfaat untuk mempertahankan hubungan. Melalui pacaran remaja bisa belajar menolerir perbedaan pendapat. Semua ilmu yang berhasil didapatkan dari masa berpacaran itu menjadi sangat berguna. Terutama untuk memasuki dunia pernikahan.

(34)

keterbukaan misalnya dimana remaja putri menolak untuk membuka diri demi menghindari terjadinya masalah dalam hubungan berpacaran sedangkan remaja putra menolak membuka diri untuk mempertahankan kendalinya terhadap hubungan. Perbedaan inilah yang tidak disadari dapat menjadi penyebab terjadinya kekerasan emosi karena tiap individu memiliki pengharapan yang berbeda tentang bagaimana masing-masing seharusnya bertindak (Unger dan Crawford dalam Dinastuti, 2008).

Tindak kekerasan emosi yang sering muncul dalam hubungan berpacaran ini antara lain sikap merendahkan pasangannya, tuntutan dari pasangan untuk berikap tunduk dan patuh terhadap apa yang dikatakan pasangan demi meredam konflik, mempergunakan kata-kata yang menyakitkan dan kasar untuk dapat memperoleh apa yang diinginkan, adanya usaha untuk mengucilkan pasangan dengan bersikap acuh didepan teman-temannya serta ada usaha untuk menyembunyikan perasaan dari pasangannya dilakukan untuk mengatasi konflik yang dialami dalam hubungan berpacaran pada remaja putri. Tindakan tersebut membentuk sebuah gambaran tentang tindak kekerasan emosi yang dialami remaja putri selama hubungan berpacaran.

(35)

dan ketakutan secara berlebihan akan ditinggalkan oleh pasangannya merupakan faktor pendorong munculnya kekerasan emosi dalam berpacaran

(36)

20 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif menggunakan metode pendekatan kuantitatif. Karena peneliti ingin mengangkat fakta, keadaan dan fenomena yang terjadi pada remaja berpacaran. Sedangkan penelitian deskriptif bertujuan menggambarkan secara sistematik dan akurat fakta dan karakteristik mengenai populasi atau mengenai bidang tertentu (Azwar, 2001).

B. Identifikasi Variabel Penelitian

Penelitian ini hanya menggunakan satu variabel utama yaitu variabel kekerasan emosi yang dialami remaja putri dalam berpacaran.

C. Definisi Operasional

(37)

a. Mengucilkan pasangannya sebagai contoh pasangan menunjukkan tingkah laku seperti menghindar atau berperilaku diam ketika berada didekat pasangan namun berbeda jika berada didekat teman-temannya akan menunjukkan sikap ceria.

b. Pasangan menuntut untuk selalu bersikap tunduk, patuh dan mengikuti kehendaknya.

c. Munculnya perilaku menyerang secara verbal dengan menggunakan kata-kata yang menyakitkan, mengkritik, mempermalukan, mengejek, mengancam, menyalahkan terus-menerus, menggunakan kata-kata kasar untuk mengekspresikan kebencian.

d. Berusaha untuk merendahkan harga diri pasangannya dengan membesar-besarkan kesalahan dan mempermalukan pasangan didepan orang lain.

(38)

menunjukkan semakin rendah tingkat pengalaman mengalami tindak kekerasan emosi dalam berpacaran.

D. Subyek Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan mengambil lokasi diwilayah yogyakarta Adapun ciri-ciri subyek dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Subyek dalam penelitian ini dibatasi hanya pada remaja putri akhir yang berusia 18 hingga 22 tahun. Pada usia 18 hingga 22 tahun merupakan masa yang terkait dengan perubahan sosial dan digunakan remaja untuk menjalin sebuah relasi dengan lawan jenisnya (Santrock, 1995)

2. Memiliki latar belakang pendidikan SMU dan atau sederajat serta dan Mahasiswa dan atau sederajat dengan pertimbangan ketika subyek memiliki latar belakang pendidikan tersebut, diharapkan subyek mampu memahami isi dan petunjuk angket.

3. Karakteristik subyek penelitian adalah mereka yang telah memiliki pasangan, dengan kata lain sedang dalam menjalani suatu hubungan berpacaran.

(39)

kepada setiap remaja putri yang ditemui dan telah memenuhi syarat sebagai subyek penelitian.

E. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data untuk melihat seberapa besar tingkat kekerasan yang dialami oleh remaja putri adalah menggunakan metode angket. Angket atau skala adalah kumpulan pernyataan-pernyataan sikap yang ditulis, disusun dan dianalisis sehingga respon individu terhadap pernyataan tersebut dapat diberi skor dan kemudian diinterpretasikan (Azwar, 2003)

Angket yang digunakan adalah angket langsung, yaitu angket yang langsung diberikan kepada subyek untuk dimintai keterangannya. Angket tersebut disusun berdasarkan modifikasi dari skala Tolman, 1989.

Psychological Maltreatment of Woman Inventory (PMWI), yang merupakan alat untuk mengukur tingkat kekerasan pada pasangannya.

(40)

Tabel 1.

Blue PrintSkala Pengalaman Kekerasan Emosi Remaja Putri

dalam berpacaran

No Aspek No Butir Pernyataan Jumlah

1. Mengucilkan 2, 6,8,10,12,14,18 7

Dalam angket tersebut, subyek diminta untuk menyatakan perilaku yang dialaminya tersebut terjadi dengan memilih jawaban yang telah tersedia sebagai respon dari pernyataan yang diberikan dengan alternatif jawaban sebagai berikut:

(41)

JR : Jarang, alternatif jawaban ini mengandung pengertian bahwa situasi yang dinyatakan jarang terjadi pada subyek

KD : Kadang-kadang, alternatif jawaban ini mengandung pengertian bahwa subyek akan memilih jawaban kadang-kadang apabila pernyataan tersebut kadang-kadang terjadi dalam hubungannya dengan pasangan SR : Sering, alternatif jawaban ini mengandung pengertian bahwa situasi

jawaban tersebut sering terjadi pada diri subyek

SL : Selalu, alternatif jawaban ini mengandung pengertian bahwa situasi dalam pernyataan tersebut selalu dialami oleh subyek.

Skor untuk masing-masing kategori jawaban adalah 1 untuk Tidak Pernah, 2 untuk Jarang, 3 untuk Kadang-kadang, 4 untuk jawaban Sering dan 5 untuk kategori jawaban Selalu.

Skor total subyek adalah jumlah total skor. Tingginya skor yang diperoleh subyek menunjukkan tingginya kekerasan emosi yang dialami oleh remaja putri. Demikian sebaliknya, semakin rendah jumlah skor total maka semakin rendah kekerasan emosi yang dialami oleh remaja putri.

F. Uji coba Alat Ukur

1. Validitas dan Seleksi Item

(42)

berdasarkan aspek pengukuran yang dilakukan. Pengukuran validitas item menggunakan tehnik korelasi Product Moment Pearson dengan menganalisis korelasi antara skor tiap item dengan skor totalnya. Item yang valid adalah item yang berkorelasi positif dan signifikan antara skor tiap item dengan skor totalnya. Validitas item dinyatakan oleh koefisien korelasi yang besarnya bergerak antara 0,00 sampai 1,00. Batas minimum koefisien korelasi item valid yang digunakan dalam penelitian ini ditentukan sebesar 0,30 karena sudah dianggap memuaskan (Azwar,2000).

Setelah dilakukan analisis butir dengan menggunakan bantuan

(43)

Tabel 2

Hasil Uji Validitas Skala Pengalaman Kekerasan Emosi Remaja Putri dalam berpacaran

No Aspek Item awal Item

gugur

(44)

baik akan memiliki koefisien korelasi sebesar mungkin, semakin mendekati angka 1,00 maka terdapat konsistensi hasil ukur yang semakin sempurna (Azwar, 2000).

Tehnik analisis yang digunakan dalam menghitung reliabilitas tersebut adalah menggunakan tehnik Alpha dari Cronbach

dimana tehnik Alpha dapat mengatasi kelemahan teknik belah dua dan mengestimasi rata-rata korelasi belah dua dari semua pembagi tes yang mungkin dilakukan (Azwar, 2002). Pengolahan data akan dilakukan dengan program komputer SPSS for windows 16.00

(45)

G. Proses Penelitian 1. Tahap Persiapan

Persiapan penelitian diawali dengan menyiapkan alat ukur yang disusun berdasarkan aspek-aspek dari variabel tersebut kemudian mengadakan observasi diwilayah penelitian untuk memperoleh gambaran keadaan sekitar.

Kemudian dilakukan uji coba alat ukur yang digunakan untuk menyeleksi butir sekaligus mengetahui validitas dan reliabilitas alat ukur. Pelaksanaan alat ukur dilakukan pada tanggal 17 Juni 2009 sebanyak 160 subyek. Dengan hasil item gugur sebanyak tiga (3) butir dari total 40 butir yang digunakan.

2. Tahap Pengumpulan Data

Pengumpulan data penelitian diawali dengan menggandakan angket skala pengalaman kekerasan emosi sebanyak jumlah subyek penelitian. Penulis kemudian menyebarkan skala kepada masing-masing subyek dibantu oleh tiga orang teman mahasiswa. Peneliti memberikan penjelasan mengenai cara pengisian angket dan dilanjutkan dengan pengisian angket oleh subyek.

(46)

menjawab pertanyaan. kemudian dilakukan pengumpulan hasil isian angket dan memeriksa kelengkapannya.

Penelitian dilakukan pada tanggal 19 hingga 20 Juni 2009. Penelitian dilakukan pada remaja putri berusia 18 hingga 22 tahun dengan tingkat pendidikan subyek penelitian yang tersebar pada tingkat SMU dan dan atau sederajat serta mahasiswa Strata satu dan atau sederajat.

3. Tahap Analisis Data

Tahap analisis data merupakan tahap terakhir dalam penelitian. Pada tahap ini dilakukan beberapa langkah yaitu pengecekan terhadap semua data yang telah terkumpul, pemberian skor terhadap setiap jawaban subyek, menyusun tabel data yang berisi hasil penskoran untuk memudahkan analisis, dan yang terakhir menganalisis reliabilitas dan validitas data dengan menggunakan program SPSS for Windows Release 16.0

H. Metode Analisis Data

(47)

31 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Subyek Penelitian

Karakteristik subyek penelitian yang diungkap dalam penelitian ini adalah remaja putri dengan usia 18 sampai dengan 22 tahun. Deskripsi rinci komposisi subyek penelitian adalah sebagai berikut:

1. Karakteristik Subyek Berdasar Status

Subyek dalam penelitian ini terdiri dari dua kelompok yaitu kelompok pelajar SMU dan atau sederajat serta kelompok mahasiswa dan atau sederajat yang berdomisili di yogyakarta dengan jumlah subyek 75 orang. Deskripsi rinci komposisi subyek penelitian adalah sebagai berikut:

Tabel 4

Komposisi Subyek Berdasarkan Status

No Status Jumlah Persentase %

1. Pelajar SMU 21 Orang 28

2. Mahasiswa 54 Orang 72

(48)

Berdasarkan tabel 4, dapat dilihat bahwa 21 orang (28%) subyek adalah pelajar SMU dan 54 Orang (72%) subyek adalah seorang mahasiswi dengan jumlah subyek sebanyak 75 orang (100%).

2. Karakteristik Subyek Berdasarkan Umur

Subyek dalam penelitian ini adalah remaja putri yang berpacaran, berumur 18 tahun hingga 22 tahun. Deskripsi rinci komposisi subyek penelitian berdasarkan umur adalah sebagai berikut:

Tabel 5

Komposisi Subyek Berdasarkan Umur

Umur (tahun) Jumlah (orang) Persentase %

18 6 8

19 16 21,33

20 18 24

21 7 9,33

22 5 6,67

Jumlah 75 100

3. Karakteristik Subyek Berdasarkan Usia Berpacaran

(49)

Tabel 6

Komposisi Subyek Berdasarkan Lama Usia Berpacaran

Usia Berpacaran (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase %

0 – 1 48 64

1 – 2 14 18,67

2 – 3 3 4

3 – 4 3 4

4 – 5 5 6,67

5 – 6 1 1,33

6 – 7 1 1,33

Jumlah 75 100

4. Karakteristik Subyek Berdasarkan Tempat Tinggal Pasangan

Subyek yang memiliki pasangan yang bertempat tinggal di Yogyakarta ataupun diluar Yogya dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 7

Komposisi Subyek Berdasarkan Tempat Tinggal Pasangan Tempat Tinggal Jumlah (Orang) Persentase %

Yogyakarta 53 70,66

(50)

B. Deskripsi Data Penelitian

Deskripsi data digunakan untuk mengetahui informasi yang berkaitan dengan data penelitian. Deskripsi data yang disajikan adalah proses pengambilan data penelitian dan hasil uji coba alat ukur sehingga diketahui validitas dan reliabilitas alat ukur variabel, perbandingan rerata empiris dan rerata teoritik skala pengalaman kekerasan dalam berpacaran. Rerata empiris diperoleh dari respon subyek penelitian, sedangkan rerata teoritik diperoleh dari rerata skala pengalaman kekerasan dalam berpacaran. Rerata teoritik diperoleh dari penjumlahan skor minimal dan maksimal tiap skala dibagi dua.

Berdasarkan data yang terkumpul dari seluruh subyek penelitian yang melibatkan 75 remaja putri berpacaran, maka data menjadi bahan dalam pembahasan nantinya. Setelah data penelitian dikumpulkan dengan menggunakan skala pengalaman kekerasan emosi kemudian dilanjutkan dengan interpretasi data dari skor yang diperoleh dalam penelitian tersebut.

Deskripsi data penelitian berikut ini dapat menjadi gambaran umum data penelitian tersebut diatas.

(51)

100, rerata empiris 61,39 dan standart deviasi sebesar 17,314. Data tersebut menunjukkan bahwa rerata teoritik subyek lebih tinggi dari rerata empiriknya. Perbandingan rerata empirik dan rerata teoritik dapat dilihat pada tabel dibawah ini

Tabel 8

Deskripsi Data Empirik dan Data Teoritik Skala Tingkat Kekerasan Emosi dalam Berpacaran.

Ukuran Empirik Teoritik

Skor Minimal 32 32

Skor Maksimal 100 160

Rerata 61,39 96

Standart Deviasi 17,314 21,32

Berdasarkan rerata empirik dan rerata teoritik tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa pada remaja putri sebenarnya ditemukan adanya kekerasan emosi dalam berpacaran yang dilakukan oleh pasangannya akan tetapi relatif sedang dan cenderung rendah. Hal ini dapat dilihat pada rerata teoritik yang lebih tinggi dari rerata empirik. Ini membuktikan bahwa rerata skor diprediksikan lebih tinggi dari yang ditemukan dilapangan.

(52)

menurut Azwar (1999) bersifat relatif, oleh karena itu boleh ditetapkan secara subyektif selama penetapan tersebut berada dalam batas kewajaran dan dapat diterima akal. Dalam penelitian ini, kategorisasi dibagi dalam tiga bagian yaitu:

a. Tinggi, jika X > M+1,0s

b. Sedang, jika M-1,0s<X< M+1,0s c. Rendah, jika X< M-1,0s

Untuk lebih rincinya, kategorisasi tingkat kekerasan dalam berpacaran dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 9

Kategorisasi Subyek pada Skala Tingkat Kekerasan Emosi Remaja Putri dalam Berpacaran

Kategori Skor Jumlah

Subyek

Persentase %

Tinggi > 117,32 0 0

Sedang 74,68 < X < 117,32 18 24

Rendah < 74,68 57 76

Jumlah 75 100

(53)

kategori tersebut (0%). Untuk pengalaman kekerasan dalam berpacaran dengan kategori sering terdapat 18 orang subyek (24%), sedangkan pengalaman kekerasan dalam berpacaran pada kategori jarang sebanyak 57 orang (76%).

Telaah pada deskripsi data kategori diatas menunjukkan bahwa mayoritas subyek memiliki pengalaman kekerasan dalam berpacaran dengan kategori jarang. Fenomena tersebut juga nampak pada rerata empisik sebesar 61,39 yang lebih rendah dari rerata teoritik sebesar 96. pengalaman kekerasan pada remaja putri meskipun tidak dapat dikatakan sangat sering, namun 24% subyek mengalaminya dengan frekuensi yang masuk dalam kategori sering. Hal ini patut untuk diperhatikan lebih khusus guna melakukan pencegahan-pencegahan atau tindakan preventif guna menekan terjadinya tindakan perilaku-perilaku kekerasan dalam berpacaran yang dialami remaja putri.

C. Pembahasan

(54)

Terdapat beberapa hal yang mempengaruhi rendahnya tingkat pengalaman kekerasan emosi pada remaja putri yang diartikan bahwa remaja putri dalam hubungan berpacaran memiliki tingkat pengalaman kekerasan emosi yang rendah adalah yang pertama dari lama usia berpacaran di mana sebanyak 64% remaja putri memiliki hubungan berpacaran kurang dari 1 tahun yang diasumsikan bahwa hubungan yang terjalin belumlah erat, sehingga keterlibatan emosi belum sepenuhnya terjalin. Kelly (dalam Ardyan, 1999) menyebutkan beberapa ciri khas tentang sebuah hubungan yang erat. Yaitu pertama, ada frekuensi interaksi pertemuan yang kerap untuk waktu yang relatif panjang. Kedua, hubungan yang erat melibatkan bermacam-macam bentuk kegiatan dan peristiwa sehingga keterlibatan secara emosionalnya lebih terjalin. Semakin lama sebuah hubungan terjalin maka semakin erat keterlibatan emosi yang muncul. Berbagai konflik juga akan muncul. Hasil penelitian menyebutkan sebanyak 64% remaja putri menjalin hubungan dengan pasangannya kurang dari 1 tahun dan faktor lama berpacaran tersebut menyumbang rendahnya hasil dari penelitian tersebut.

(55)

adalah bagian dari kepribadian pasangan (Dinastuti, 2008). Sedangkan faktor eksternal dimana terdapat penghayatan yang memandang bahwa tindak kekerasan emosi yang dilakukan pasangannya adalah sebuah cara penyelesaian masalah yang wajar dan bahkan mungkin harus dilakukan yang diperoleh dari masa lalunya dimana orang tua, tetangga atau teman mempunyai pola atau kebiasaan yang menggunakan kekerasan sebagai respon yang wajar.

Ketiga, adanya kontrol diri yang tinggi terhadap munculnya tindak kekerasan emosi dalam hubungan berpacaran. Sikap remaja putri yang mandiri, optimis dan percaya diri yang dimiliki merupakan suatu cara untuk mengantisipasi timbulnya kekerasan emosi dalam berpacaran (Hadi & Aminah dalam Goeritno, Soeharsono & Arsitasari, 2006). Dengan demikian pasangan tidak lagi memiliki anggapan bahwa dirinya paling benar sehingga mampu menekan sikap berbuat sesuka hati yang dilakukan oleh pasangannya.

(56)
(57)

41 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya maka dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa tingkat kekerasan emosi yang dialami remaja putri oleh remaja putra dalam berpacaran pada usia 18 hingga 22 tahun termasuk dalam kategori yang rendah yaitu sebanyak 76%.

B. Keterbatasan Penelitian

(58)

C. Saran-saran

1. Remaja yang mengalami tindak kekerasan emosi

Dari hasil penelitian mengindikasikan bahwa masih terdapatnya kekerasan emosi yang terjadi pada remaja putri dalam berpacaran meskipun terdapat angka yang rendah. Harus diperhatikan adalah bahwa semua hubungan yang terdapat unsur kekerasan emosi dapat terjadi pada siapa saja tanpa dapat kita sadari. Dibutuhkan sikap yang waspada dan lebih mencermati kembali munculnya tindak kekerasan emosi dalam hubungan berpacaran.

2. Penelitian selanjutnya

(59)

43

DAFTAR PUSTAKA

Albin, R.S. (2003). Emosi. Yogyakarta : Penerbit Kanisius.

Adryanto, M; Soekrisno, S. (1999). Psikologi Sosial. Jakarta : PT Gelora Aksara Pratama

Boeree,G.C. (2006). Personality Theories. Yogyakarta : Penerbit Prisma Shophie.

Berkowitz, Leonard. (1995). Emotional Behavior. Jakarta : Penerbit PPM.

Breakwell, M.G.(1998). Coping With Aggressive Behavior. Yogyakarta : Penerbit Kanisius.

Cemara, Harry. K. (2005). Kekerasan dalam Berpacaran. Sumatera Barat: PKBI

Chaplin, James P. (2002). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Cosmopolitan. (2005, Agustus). Your Work Zone: Are You Emotionally Abused At Work?, 195-197.

Darsono, I. L.,& Junaedi, C. M. (2007). Perspektif Dosen dan Mahasiswa Terhadap Tindak Kekerasan dalam Komunitas Pendidikan Tinggi. Manasa, 1 (1), 45-64

Dinastuti. (2008). Gambaran Emotional Abuse dalam Hubungan Berpacaran Pada Empat Orang Dewasa Muda. Manasa, 2(1), 51-69

(60)

Fauzi. A, Lucianawaty. M, Hanifah. L, Bernadette. N. Dipungut 19 September 2008, dari http://www.kekerasandalampacaran.com

Forward, S. (1997). Emotional Blackmail. Jakarta : Penerbit PT Bhuana Ilmu Populer.

Fromm, Erich. (2001). Akar Kekerasan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Garrison, Karl C. 1946. The Psychology of Adolescence. Third Edition : New York : Prentice Hall, Inc

Gryl, F.E., Stith, S.M., & Bird, G.W.(1991). Close Dating Relationships Among Collegestudents: Differences by Use of Violence and by Gender. Journal of Social and Personal Relationships, 8, 243-264

Goeritno, H., Soeharsono., Arsitasari, A. I. (2006). Kemandirian Wanita dan Sikap Terhadap Kekerasan Dalam Pacaran. Psikodimensia, 5(1), 17-26

Kekerasan dalam Pacaran” Kompas, 25 Agustus 2008, dari http://kompas.com

Kristyanti, Rosalina. J (2004). Memahami Dinamika Kekerasan pada Perempuan Korban Kekerasan dalam Rumah Tangga. Jurnal Psikologi, 13(1), 21-31

Knox, D., Custis, L.L., Zusman. M.E. 2000. Abuse In Dating Relationship Among College Students. College Student Journal, 43-52

Mendatau, A. Dipungut 4 November 2008, dari http://Kekerasanantarpasangan.com

(61)

Nettisari, B. R. G. (2006). Kekerasan Terhadap Istri Ditinjau Dari Komunikasi Antar Suami Istri. Thesis (Tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada

Nurhayati, S. R. (1999). Atribusi kekerasan dalam rumah tangga, kesadaran gender, dan strategi menghadapi masalah pada perempuan korban KDRT. Thesis

(Tidak diterbitkan). Jogjakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.

O’Leary, K. D. & Maiuro, R. D. (2001). Psychological Abuse In Violent Domestic Relations. New York: Springer Publishing Company

“Pengaruh Sebaya hingga Kekerasan”, Kompas, 20 Juli 2002 dari http://www.bkkbn.go.id

Ridwan, M. Ag. (2006). Kekerasan Berbasis Gender. Banguntapan : Fajar Pustaka.

Santrock, John W. 1995. Life Span Development jilid II (terjemahan). Jakarta : Penerbit Erlangga

Straus, M.A &Yodais,C.L (1996). Corporal Punishment In Adolescene and Physical Assoults On Spouses In Later Life: What Accounts For The Link. Journal Of Marriage and The Family, 58, 825-841

Sarwono, S. W. (1995). Teori-teori Psikologi Sosial. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Sarwono, S. W. (2008). Psikologi Remaja. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Suharman. (2005). Psikologi Kognitif. Surabaya: Srikandi.

(62)

Tolman. (1999). Psychological Maltreatment of Woman Inventori Scale (PMWI). Dipungut 20 Mei 2009, dari http://sitemaker.umich.edu/pmwi/files/pmwif.pdf

University Of South Carolina, School Of Medicine. (2001, Juli). Comparison of Scores for Abused and Nonabused Young Adults on The Psychological Trauma and Resources Scale. Dipungut 17 Juni, 2009, dari William S. Hall Psychiatric Institute Web Site:http://www.schoolofmedicine.com

Yuliandini. R. Kampanye Pacaran Sehat‘steLOVEscope’. Dipungut 19 September, 2009, dari

http://www.fsrd.itb.ac.id/wpcontent/uploads/Kampanye%20Pacaran%20Seh at.pdf

Yuni, N. Pacaran Pada Remaja.Dipungut 19 September, 2009, dari

(63)

47

LAMPIRAN A

INSTRUMENT PENELITIAN

(64)

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

Dengan hormat,

Pada kesempatan ini, peneliti memohon kesediaannya kepada rekan-rekan

untuk berpartisipasi dalam penelitian ini dengan mengisi angket yang telah

disediakan.

Angket ini berisi pernyataan-pernyataan tentang pengalaman kekerasan

emosi yang dialami oleh remaja dalam berpacaran. Hal yang menarik adalah tanpa

anda sadari mungkin telah mengalaminya. Angket ini membantu anda untuk

melihat kembali hal-hal apa sajakah yang pernah dialami dalam masa pacaran.

Didalam angket ini terdapat 32 butir pernyataan tentang perlakuan yang

mungkin pernah anda alami selama berpacaran. Pilihlah jawaban yang sesuai

dengan yang anda alami dengan cara memberi tanda silang ( X ) pada salah satu

alternatif pilihan jawaban yang tersedia disebelah kanan.

Adapun beberapa pilihan jawaban yang tersedia adalah sebagai berikut:

a. Anda menjawab TP, apabila anda Tidak Pernah mengalami hal

tersebut

b. Anda menjawab JR,apabila anda Jarangmengalami hal tersebut

c. Anda menjawab KD,apabila anda Kadang-Kadang mengalami hal

tersebut

d. Anda menjawab SR,apabila anda Seringmengalami hal tersebut

e. Anda menjawab SL,apabila anda Selalu mengalami hal tersebut

Dalam hal ini tidak ada jawaban yang benar atau salah, oleh karena itu

pilihlah jawaban yang sesuai dengan pengalaman anda sendiri. Peneliti sangat

mengharapkan keterbukaan dan kejujuran dalam mengisi angket ini. Periksalah

kembali agar tidak ada jawaban yang terlewati. Seluruh identitas dan jawaban

sangat terjaga kerahasiaanya karena untuk kepentingan penelitian.

(65)

Selamat mengerjakan

1. Pasangan selalu menghindar, ketika saya menanyakan

perasaannya saat ini

2 Pasangan cemburu atau curiga terhadap teman-teman saya

3. Pasangan tidak lagi mengutarakan apa yang dia rasakan

saat ini

4. Pasangan cenderung marah dan mengelak jika saya

mendekatinya untuk mendiskusikan suatu masalah

5. Pasangan berperilaku berbeda, ketika berada diantara

teman-temannya dan ketika hanya berdua dengan saya

6. Pasangan melarang saya untuk menelpon teman

7. Pasangan tidak membiarkan saya untuk dapat

mengutarakan perasaan saya saat ini

8. Pasangan cemburu terhadap teman pria saya

9. Pasangan berusaha menyembunyikan perasaaan yang

sebenarnya kepada saya

10. Pasangan melarang saya untuk mengunjungi atau

berbicara dengan anggota keluarga saya yang lain

11. Pasangan mengungkit kembali kejadian dimasa lalu untuk

menyakiti saya

(66)

bersama teman-teman saya

13. Pasangan mengatakan bahwa apa yang saya rasakan

terhadapnya tidak logis atau tidak masuk akal

14. Pasangan melarang saya untuk pergi kemanapun, untuk

melakukan aktivitas yang dapat meningkatkan

kemampuan diri saya

15. Pasangan mengabaikan saya atau bertingkah laku

seakan-akan saya tidak ada

16. Pasangan menuntut saya untuk selalu mematuhi apa yang

dia katakan

17. Pasangan beranjak pergi, ketika muncul ketidaksetujuan

terhadap suatu hal yang terjadi diantara kami

18. Pasangan ikut campur, ketika saya berurusan dengan

anggota keluarga saya yang lain

19. Pasangan bertindak seakan-akan saya adalah pelayan

pribadinya

20. Pasangan merendahkan saya

21. Pasangan mengawasi saya setiap waktu dan saya harus

selalu memberitahukan setiap saat dimana saya berada

22. Pasangan menghina dan mempermalukan saya didepan

orang lain

23. Pasangan berusaha mencegah saya agar saya tidak bisa

melakukan sesuatu sendiri tanpa bantuan dia

24. Pasangan menyalahkan saya sebagai penyebab dari

perilaku kasarnya

25. Pasangan mengancam untuk memutuskan hubungan agar

saya mau melakukan sesuatu yang dia inginkan

26. Pasangan menyalahkan saya seakan-akan saya adalah

penyebab dari kesedihan yang dialaminya

27. Pasangan mengancam untuk melukai diri sendiri, jika saya

tidak mau melakukan apa yang dia inginkan

28. Pasangan berbicara dengan nada tinggi dan kasar kepada

(67)

29. Pasangan merasa sedih jika apa yang saya lakukan tidak

seperti apa yang dia harapkan

30. Pasangan memanggil saya dengan sebutan yang tidak saya

sukai

31. Pasangan tidak dapat merasakan lagi apa yang saya

rasakan

32. Pasangan mengatakan sesuatu hal yang membuat saya

(68)

LAMPIRAN B

VALIDITAS & RELIABILITAS

(69)
(70)

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based

on Standardized

Items

N of Items

Gambar

Tabel 2. Hasil uji validitas Tingkat Kekerasan Emosi Remaja Putri dalam
Tabel 1.
Tabel 2
Tabel 3Hasil Analisa Reliabilitas Alat Ukur
+6

Referensi

Dokumen terkait

Secara ringkasnya LA21 adalah merupakan suatu usaha sama antara pihak berkuasa tempatan, masyarakat dan juga sektor swasta dalam perancangan dan pelaksanaan semua

Pembelian kembali saham umumnya efektif jika saham dibeli kembali (repurchased) dengan harga yang rendah, artinya manajemen hanya perlu membutuhkan dana lebih

Kulit pisang dapat dimanfaatkan sebagai makanan ternak seperti kambing,.. babi, kelinci, kuda dan

Ketika anda mengetahui tipe kepribadian, akan lebih mudah untuk memi- lih aksi, karir dan pasangan yang sesuai dengan kepribadian anda.. Misalkan, jika anda termasuk orang

berikut yang bukan merupakan konsep dasar yang digunakan dalam mekanika, adalah... waktu b.ruang

KEY WORDS: Batteries swapping, electric vehicles, electric vehicles range anxiety, charging behaviour, shortest path algorithm problem, movable charging

merupakan perolehan dari proses belajar siswa sesuai dengan

Disampaikan bahwa sebagai kelanjutan dari proses evaluasi, saudara dimintakan untuk dapat menghadiri acara Pembuktian Kualifikasi dengan membawa serta dokumen (asli beserta satu