• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi kasus tentang kemampuan siswa membangun sendiri konsep gaya ke atas pada prinsip archimedes dengan pendekatan inkuiri terbimbing - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Studi kasus tentang kemampuan siswa membangun sendiri konsep gaya ke atas pada prinsip archimedes dengan pendekatan inkuiri terbimbing - USD Repository"

Copied!
207
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI KASUS TENTANG KEMAMPUAN SISWA MEMBANGUN SENDIRI KONSEP GAYA KE ATAS PADA PRINSIP ARCHIMEDES

DENGAN PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh :

Fransisca Ratna Dewi NIM : 031424002

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

“… Dan saat engkau menginginkan sesuatu, seluruh jagat raya bersatu

padu untuk membantumu meraihnya …”

Puji Syukur kepada Tuhan Yesus dan Bunda Maria Kekuatanku…..

Karya ini kupersembahkan untuk :

Kedua Orangtuaku: Ex. Sutikno Pranoto dan E. Miyem

Saudara- saudaraku: Elisabeth & Hartono, Alex, dan Paulus

Keponakanku: Klara dan Kaela

My Luv: Nando

Sebagai rasa syukur dan terimakasih yang tak terhingga

atas doa, cinta, perhatian, dukungan, dan kehidupan yang layak,

(5)
(6)
(7)

ABSTRAK

Fransisca Ratna Dewi. 2009. Studi Kasus Tentang Kemampuan Siswa Membangun Sendiri Konsep Gaya Ke Atas Pada Prinsip Archimedes Dengan Pendekatan Inkuiri Terbimbing.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1) Apakah melalui pendekatan inkuiri terbimbing siswa mampu membangun sendiri konsep gaya ke atas pada prinsip Archimedes dan pengapungan, 2) Apakah ada perbedaan tingkat kemampuan membangun sendiri konsep antara siswa yang prestasi belajar sebelumnya tinggi, sedang, dan rendah, 3) Apakah siswa mampu memahami konsep yang mereka bangun sendiri, setelah mengalami proses pembelajaran dengan pendekatan inkuiri terbimbing menggunakan Lembar Kegiatan Siswa (LKS).

(8)

ABSTRACT

Fransisca Ratna Dewi. 2009. The Case Study Student’s Capability in Developing Buoyant Force Concept of Archimedes Principle by Using Guided Inquiry Approach.

The aims of this research are to know : (1) Are the students able to develop the buoyant force concept of Archimedes principle by using guided inquiry approach. (2) Are there any dissimilarity of the capability among students are in high, average, and low of achievement before, in developing concept. Are the students able to understand the concept that they have done develop after teaching and learning process by using guided inquiry approach.

This research was held since 9th September 2008 until 20th November 2008 at Stella Duce 2 Senior High School in Yogyakarta. Sample of this research are 6 students of X class. The researcher selected the students based on the range of their achievement before, high, average, and low. There are four steps to obtain data in this research, these are: pretest, teaching and learning process by using guided inquiry approach, post-test, and interview. The result shows that : (1) Students are able to develop the buoyant force concept of Archimedes principle by using guided inquiry approach. (2) There are no dissimilarity of the capability among students are in high, average, and low achievement in developing the concept. (3) The students are able to understand the concept that they have done develop after teaching and learning process.

(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah Bapa di surga atas segala rahmat, cinta dan

bimbingan-Nya sehingga skripsi yang berjudul “Studi Kasus Tentang

Kemampuan Siswa Membangun Sendiri Konsep Gaya Ke Atas pada Prinsip

Archimedes dengan Pendekatan Inkuiri Terbimbing” ini dapat terselesaikan.

Penelitian ini merupakan tugas akhir sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Universitas Sanata Dharma. Penelitian ini

dapat diselesaikan dengan baik atas kerjasama, bantuan, gagasan, serta dukungan

dari berbagai pihak. Oleh karena itu peneliti mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Drs. Fr. Y. Kartika Budi, M Pd, selaku dosen pembimbing yang

telah banyak memberikan waktu untuk membimbing dengan penuh

kesabaran.

2. Bapak Drs. Domi Saverius, M.Si, selaku Kepala Program Studi

Pendidikan Fisika.

3. Keluarga Besar SMA Stella Duce 2 Yogyakarta, terimakasih atas semua

bantuan dan dukungan yang diberikan selama penelitian berlangsung.

4. Dosen- dosen Pendidikan Fisika, terimakasih atas ilmu yang telah

diberikan.

5. Sekretariat FKIP dan JPMIPA.

6. Teman- teman kost Sekar Ayu, yang telah meluangkan waktunya untuk

(10)

7. Ibu dan Bapak, serta saudara-saudara saya tercinta, terimakasih untuk

segala kasih sayang, doa, pengorbanan, kepercayaan, kesabaran dan

dukungannya sehingga dapat menyelesaikan studi ini.

8. Keluarga Bapak Luhut Dongoran di Tj. Pinang, terimakasih atas dukungan

dan doa yang diberikan.

9. Teman- teman Pendidikan Fisika angkatan 2003, yang selalu memotivasi

dan memberikan semangat buat penulis.

10.Semua pihak yang membantu terselesainya skripsi ini.

Semoga penelitian ini dapat memberikan sumbangan dan manfaat bagi

perkembangan pendidikan dan ilmu pengetahuan. Penulis sangat menyadari

skripsi ini masih jauh dari sempurna, maka masukan, saran, dan kritik dari

pembaca yang sifatnya membangun saya harapkan demi kesempurnaan skripsi ini.

Yogyakarta, 2009

(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

PERSEMBAHAN... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... v

LEMBAR PUBLIKASI... vi

ABSTRAK... vii

ABSTRACT... viii

KATA PENGANTAR... ix

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR TABEL... xiv

BAB I. PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Perumusan Masalah... 3

C. Tujuan Penelitian... 3

D. Manfaat Penelitian... 4

BAB II. LANDASAN TEORI ... 5

A. Hakikat Pembelajaran Fisika... 5

B. Konsep, Membangun Konsep, dan Memahami Konsep.. 6

1. Pengertian Konsep... 6

2. Membangun Konsep... 7

3. Memahami Konsep... 9

C. Pendekatan Inkuiri... 10

1. Inkuiri Terbimbing... 11

(12)

D. Konsep Gaya Ke Atas pada Prinsip Archimedes dan

Pengapungan... 15

1. Pengertian Fluida... 15

2. Gaya Ke Atas pada Prinsip Archimedes... 16

3. Mengapung, Melayang, dan Tenggelam... 17

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN... 19

A. Jenis Penelitian... 19

B. Waktu dan Tempat Penelitian... 19

C. Subyek Penelitian... 19

D. Ubahan... 20

E. Perlakuan... 20

F. Metode Pengumpulan Data... 21

1. Data dan Pengumpulan Data... 21

2. Instrumen... 24

G. Metode Analisis Data... 30

1. Pemahaman Awal Siswa dan Pemahaman Siswa Setelah Pembelajaran... 30

2. Kemampuan Siswa Membangun Sendiri Konsep... 32

3. Perbedaan Tingkat Kemampuan Siswa Membangun Sendiri Konsep... 36

BAB IV. PELAKSANAAN PENELITIAN, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN... 37

A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian... 37

1. Pelaksanaan Pre-test... 38

2. Pelaksanaan Pembelajaran... 39

3. Pelaksanaan Post-test... 43

B. Analisis Data Penelitian... 44

1. Pemahaman Awal Siswa... 44

2. Pemahaman Siswa Setelah Pembelajaran... 47

(13)

4. Perbedaan Tingkat Kemampuan Siswa Membangun

Sendiri Konsep... 53

5. Hasil Wawancara... 53

C. Pembahasan... 55

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN... 70

A. Kesimpulan... 70

B. Saran... 71

DAFTAR PUSTAKA... 72

(14)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 : Pengelompokan siswa berdasarkan prestasi... 22

Tabel 2 : Aspek yang diukur, indikator, soal, dan bobot pre-test ... 25

Tabel 3 : Aspek yang diukur, indikator, soal, dan bobot post-test ... 26

Tabel 4 : Tingkat kebenaran jawaban pre-test dan post-test…... 30

Tabel 5 : Kriteria tingkat pemahaman konsep siswa... 31

Tabel 6 : Indikaror untuk setiap aspek dalam proses inkuiri... 32

Tabel 7 : Kriteria Skor untuk Proses Inkuiri... 33

Tabel 8 : Tingkat Kebenaran Jawaban LKS... 34

Tabel 9 : Kriteria Tingkat Kemampuan Membangun Konsep Siswa... 35

Tabel 10 : Skor tiap Aspek untuk Pre-test... 44

Tabel 11 : Skor Final Pre-test... 44

Tabel 12 : Hasil Analisis Pemahaman Awal Siswa... 46

Tabel 13 : Skor tiap Aspek untuk Post-test…... 47

Tabel 14 : Skor Final Post-test... 47

Tabel 15 : Hasil Analisis Pemahaman Siswa Setelah Pembelajaran... 49

Tabel 16 : Analisis Kemampuan Melakukan Proses... 50

Tabel 17 : Analisis Kemampuan Merumuskan Hasil... 51

(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Kegiatan dalam dunia pendidikan tidak lepas dari proses belajar

mengajar yang mempunyai tujuan pembelajaran. Dalam bidang fisika, fungsi

dan tujuan mata pelajaran fisika antara lain adalah untuk: memupuk sikap

ilmiah, memberikan pengalaman kepada siswa untuk melakukan kerja ilmiah

dalam rangka menguji kebenaran suatu pernyataan ilmiah, mengembangkan

kemampuan berpikir analisis induktif dan deduktif, dan menguasai

pengetahuan serta konsep dan prinsip fisika sehingga dapat diterapkan dalam

kehidupan sehari-hari. Pada kenyataannya, fisika dianggap sebagai pelajaran

yang sulit untuk dipelajari. Hal ini membuat siswa tidak termotivasi untuk

belajar fisika yang akhirnya akan berpengaruh terhadap keberhasilan yang

dicapai siswa.

Berbagai usaha untuk memperbaiki sistem pembelajaran telah banyak

dilakukan, seperti pengkajian ulang kurikulum, pengadaan buku-buku

pelajaran dan laboratorium, dan peningkatan mutu guru melalui

seminar-seminar dan sebagainya. Meskipun demikian, hasil yang dicapai belum

memuaskan. Masih banyak siswa-siswa yang mendapat nilai relatif rendah

untuk mata pelajaran fisika. Salah satu penyebabnya adalah siswa

menganggap bahwa fisika merupakan pelajaran yang didalamnya terdapat

(16)

rumus-rumus tersebut. Dengan demikian, siswa tidak dibiasakan untuk

membangun konsepnya sendiri. Seringkali guru dianggap sebagai satu-satunya

sumber belajar sehingga siswa tidak terbiasa untuk mencari informasi dari

sumber belajar yang lain selain mendengar dari guru. Di sisi lain, guru sebagai

pengajar juga sangat berpengaruh terhadap keberhasilan dalam pembelajaran.

Dalam mengajar, guru semestinya menggunakan metode, model, atau

pendekatan mengajar yang dapat membuat siswa aktif belajar sendiri.

Mengingat pemahaman atas konsep-konsep fisika merupakan hal yang sangat

penting dalam pembelajaran fisika, maka siswa perlu diberi pengalaman

belajar agar siswa mampu membangun konsepnya sendiri. Bila mereka belajar

sendiri mau tidak mau mereka akan semakin menguasai bahan fisika dan

menjadi berkompetensi. Sehingga siswa akan mengerti sungguh-sungguh apa

yang dipelajarinya bila siswa sendiri aktif belajar, mengolah bahan, dan

merumuskannya sendiri. Maka sangat penting bila guru fisika berusaha agar

pembelajarannya menarik dan menyenangkan siswa.

Salah satu pendekatan pembelajaran yang berpusat pada pengalaman

siswa adalah pembelajaran konstruktivistik, yaitu pembelajaran berdasar

filsafat konstruktivisme. Menurut konstruktivisme, pengetahuan adalah hasil

konstruksi manusia melalui interaksi dengan lingkungannya. Oleh karena itu

pengetahuan dibangun sendiri oleh siswa melalui proses belajar yang aktif.

Adapun pendekatan pembelajaran yang dipengaruhi oleh filsafat

konstruktivisme, salah satunya adalah pendekatan inkuiri. Melalui

(17)

Bukan hanya menerima apa yang telah disampaikan oleh guru. Pelaksanaan

pembelajaran inkuiri akan diawali dengan inkuiri terbimbing, dimana proses

kegiatan inkuiri dilakukan oleh siswa dengan bantuan lembar kerja siswa.

Guru hanya sebagai fasilitator yang membimbing dan mengarahkan siswa

dalam melakukan proses belajar.

Peneliti tertarik menggunakan pendekatan inkuiri terbimbing dalam

pembelajaran fisika karena pendekatan ini memberikan peluang kepada siswa

untuk membangun konsepnya sendiri. Sehingga siswa dapat aktif belajar,

dengan harapan bahwa siswa akan memahami konsep-konsep fisika.

B. Perumusan masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka peneliti

merumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Apakah melalui pembelajaran dengan pendekatan inkuiri terbimbing siswa

mampu membangun sendiri konsep?

2. Apakah ada perbedaan tingkat kemampuan membangun sendiri konsep

antara siswa yang prestasi belajar sebelumnya tinggi, sedang, dan rendah?

3. Apakah siswa memahami konsep yang mereka bangun sendiri?

C. Tujuan penelitian

Berdasarkan perumusan masalah tersebut, maka penelitian ini bertujuan

untuk:

1. Mengetahui apakah melalui pembelajaran dengan pendekatan inkuiri

(18)

2. Mengetahui apakah ada perbedaan tingkat kemampuan membangun

sendiri konsep antara siswa yang prestasi belajar sebelumnya tinggi,

sedang dan rendah.

3. Mengetahui apakah siswa memahami konsep yang telah mereka bangun

sendiri.

D. Manfaat penelitian

1. Bagi Peneliti

Penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengalaman peneliti

dalam menerapkan teori-teori yang diperoleh selama kuliah, serta memperluas

pengetahuan dan wawasan tentang pembelajaran fisika yang menekankan

pada pemahaman konsep siswa.

2. Bagi Guru/Calon Guru

Untuk guru dan calon guru, penelitian ini diharapkan memberikan

gambaran tentang penggunaan metode inkuiri dalam proses pembelajaran

fisika. Guru dapat mengetahui sejauh mana tingkat pemahaman siswa tentang

materi tertentu dalam pembelajaran fisika. Selain itu, hasil penelitian ini dapat

dipakai sebagai pertimbangan guru untuk semakin kreatif dalam menciptakan

pembelajaran yang menyenangkan dan mengaktifkan siswa.

3. Bagi Universitas Sanata Dharma

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi dan tambahan

referensi bagi perpustakaan sehingga dapat menambah khasanah bacaan

(19)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Hakikat Pembelajaran Fisika

Pembelajaran berasal dari kata “belajar”, yaitu suatu aktivitas mental/

psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang

menghasilkan perubahan- perubahan dalam pengetahuan, pemahaman,

keterampilan dan nilai sikap (Winkel, 1996:53). Sedangkan menurut kaum

konstruktivis, belajar merupakan proses aktif dari siswa untuk membangun sendiri

pengetahuannya melalui interaksi dengan lingkungannya. Belajar bukan sekedar

proses mekanik mengumpulkan pengetahuan. Siswa dikatakan telah belajar fisika

apabila teori fisika dan konsep fisika yang disajikan menjadi bagian dari struktur

kognitif siswa. Kaum konstruktivis juga mengungkapkan bahwa mengajar fisika

bukanlah sekedar memindahkan pengetahuan dari guru ke siswa, melainkan suatu

kegiatan yang memungkinkan siswa membangun sendiri pengetahuannya,

membuat makna dari apa yang dipelajari, mencari kejelasan mengenai apa yang

dipelajarinya, bersikap kritis dan mengadakan justifikasi. Jadi mengajar dalam

pembelajaran fisika adalah suatu bentuk belajar sendiri (Suparno, 1997:62).

Menurut Reber, pembelajaran merupakan proses untuk memperoleh

pengetahuan (Muhibbin Syah, 2003:64). Sedangkan bila ditinjau dari pengertian

antara belajar dan mengajar, pembelajaran merupakan proses interaksi antara guru

dan peserta didik dengan lingkungannya. Dalam pembelajaran, proses merupakan

(20)

tahap-tahap aktivitas yang sistematis dan terarah. Untuk bidang fisika,

aktivitas-aktivitas yang dilakukan diantaranya melakukan observasi, mengukur,

memprediksi, mengklasifikasi, membandingkan, menyimpulkan, merumuskan

hipotesis, melakukan eksperimen, menganalisis data, membuat laporan penelitian

dan mengkomunikasikan hasil penelitian. Dengan aktivitas-aktivitas tersebut

berarti siswa melakukan proses belajar dalam hal ini belajar fisika. Kedudukan

siswa adalah sebagai subyek dalam pembelajaran fisika, karena siswa yang

melakukan proses aktif dalam kegiatan pembelajaran. Guru berperan sebagai

fasilitator dan mediator yang membantu siswa belajar untuk membangun

pengetahuannya sendiri. Sehingga hasil pembelajaran bukan semata-mata terbatas

pada apa yang disampaikan oleh guru, melainkan merupakan bangunan siswa

sendiri. Dengan demikian sangatlah penting bagi siswa untuk diberikan

pengalaman belajar sebagai seorang ilmuwan, dimana siswa belajar untuk

mempertanyakan dan mencari jawaban atas suatu permasalahan dengan

mengumpulkan berbagai informasi serta melakukan penelitian dan pengujian.

Sehingga tujuan dari pembelajaran itu sendiri dapat tercapai.

B. Konsep, Membangun Konsep, dan Memahami Konsep 1. Pengertian Konsep

Dalam proses pembelajaran fisika guru dan siswa selalu menghadapi

dan berhubungan dengan sejumlah konsep sesuai dengan pokok bahasan yang

sedang dipelajari. Konsep adalah gambaran mental sesuatu (Kartika Budi,

1987:234). Gambaran mental itu diperoleh melalui generalisasi dari

(21)

konsep dapat berupa objek (benda), gejala, situasi (kondisi), sifat-sifat, dan

atribut dari suatu obyek (Euwe Van den Berg, 1991:8). Konsep sebagai

gambaran mental terbentuk sebagai hasil aktivitas manusia baik mental

maupun fisik. Konsep sendiri merupakan hasil akhir dari persepsi. Untuk

membedakan konsep yang satu dengan konsep yang lain maka konsep itu

harus menggunakan hakekat atau ciri yang mengungkapkan

anggota-anggotanya.

Menurut Kartika Budi (1987:237) dalam pembelajaran fisika kita

berhadapan dengan konsep fisis, baik itu konsep konkrit maupun konsep

proses. Robert B. Sund dalam Kartika Budi (1987:235) menjelaskan bahwa

konsep konkrit adalah konsep yang mengacu pada obyek seperti benda-benda,

besaran-besaran atau atribut dari besaran misalnya batu baterai, gaya,

tegangan, tekanan dan sebagainya. Sedangkan konsep proses adalah konsep

yang mengacu pada proses dari benda-benda atau besaran-besaran fisis seperti

pemuaian, perambatan panas dan sebagainya. Selain itu dalam pembelajaran

fisika kita juga menjumpai konsep seperti konsep medan magnet, kuat medan

magnet, momen putar dan sebagainya. Untuk membedakan konsep-konsep

tersebut dapat ditinjau dari beberapa dimensi atau sudut padang kita terhadap

objek tersebut.

2. Membangun Konsep

Membangun sendiri konsep merupakan salah satu prinsip yang

terdapat pada konstruktivisme. Bagi konstruktivisme, kegiatan belajar adalah

(22)

Kaum konstruktivis menjelaskan bahwa belajar adalah suatu proses organik

untuk menemukan sesuatu, bukan suatu proses mekanik untuk mengumpulkan

fakta (Suparno, 1997:62).

Dalam dunia pendidikan sains dan matematika, prinsip- prinsip

konstruktivisme telah banyak digunakan. Secara umum, prinsip-prinsip

tersebut berperan sebagai referensi dan alat refleksi terhadap praktek,

pembaruan, dan perencanaan pendidikan sains dan matematika.

Prinsip-prinsip yang sering diambil dari konstrutivisme antara lain: (1) pengetahuan

dibangun oleh siswa secara aktif, (2) tekanan dalam proses belajar terletak

pada siswa, (3) mengajar adalah membantu siswa belajar, (4) tekanan dalam

proses belajar lebih pada proses, bukan pada hasil akhir, (5) kurikulum

menekankan partisipasi siswa, dan (6) guru sebagai fasilitator. Menurut

Fosnot, sebagai referensi prinsip-prinsip konstruktivisme dipakai sekelompok

guru untuk menyusun metode mengajar yang lebih menekankan pada

keaktifan siswa baik dalam belajar sendiri maupun bersama dalam kelompok.

Guru memikirkan beberapa kegiatan dan aktivitas yang dapat merangsang

siswa untuk berpikir. Siswa diberi kebebasan untuk mengungkapkan gagasan

dan pemikiran mereka. Sebagai alat refleksi, konstruktivisme dapat digunakan

untuk meneliti mengapa siswa tertentu dapat belajar lebih baik dalam konteks

dengan teman dan mengapa siswa tertentu salah tangkap terhadap yang ia

pelajari. Selain itu, konstruktivisme dapat digunakan untuk menilai dan

(23)

prinsip konstruktivisme atau belum (Tobin, Tippins, & Gallard, 1994, dalam

Suparno, 1997:74).

Selain selaras dengan prinsip konstruktivisme, membangun konsep

juga merupakan salah satu tujuan yang termuat dalam GBPP 1994. Salah satu

tujuan pembelajaran fisika adalah membangun konsep, prinsip, hukum, dan

teori, memahaminya sehingga mampu menerapkannya untuk memecahkan

masalah- masalah yang sesuai. Pengetahuannya yang berupa konsep- konsep

atau hukum harus diperoleh atau dibangun melalui serangkaian proses sains

(Kartika Budi, 2001).

3. Memahami Konsep

Salah satu tujuan belajar mengajar adalah supaya siswa memahami

konsep. Untuk dapat memutuskan seseorang memahami konsep atau tidak,

diperlukan kriteria atau indikator-indikator yang dapat menunjukkan

pemahaman tersebut. Berikut ini adalah beberapa indikator yang dapat

menunjukkan pemahaman seseorang akan suatu konsep (Hurt, 1970:70-71;

Martin, 1972:138-140; Berg, 1991:11; Kartika Budi, 1990; dalam Kartika

Budi, 1992:114):

a. dapat menyatakan pengertian konsep dalam bentuk definisi

menggunakan kalimat sendiri,

b. dapat menjelaskan makna dari konsep bersangkutan kepada orang lain,

c. dapat menganalisis hubungan antara konsep dalam suatu hukum,

d. dapat menerapkan konsep untuk: (1) menganalisis dan menjelaskan

(24)

secara teoritis maupun praktis, (3) memprediksi

kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi pada suatu sistem apabila kondisi

tertentu dipenuhi,

e. dapat mempelajari konsep lain yang berkaitan dengan lebih cepat,

f. dapat membedakan konsep yang satu dengan konsep yang lain yang

saling berkaitan,

g. dapat membedakan konsep yang benar dan konsep yang salah, dan

dapat membuat peta konsep dari konsep-konsep yang ada dalam suatu

pokok bahasan.

Berdasarkan kriteria atau indikator-indikator tersebut, seorang guru dapat

mengetahui apakah seorang siswa dapat memahami atau tidak memahami

konsep.

C. Pendekatan Inkuiri

Dalam pembelajaran fisika sering terdapat istilah “pendekatan”.

Pendekatan yaitu jenis upaya belajar yang lebih menekankan pada strategi dan

metode yang digunakan untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi

pelajaran (Muhibbin Syah,1997:132). Dengan kata lain, pendekatan lebih

menekankan pada strategi dalam perencanaan. Suatu pendekatan yang

direncanakan untuk satu pembelajaran mungkin dalam pelaksanaan proses

tersebut digunakan beberapa metode. Salah satu pendekatan yang dapat

melibatkan siswa untuk aktif berpikir dan menemukan pengertian yang ingin

diketahuinya yaitu inquiry. Beberapa saintis (dalam Suparno, 2007:65)

(25)

1. Menurut Welch, Inquiry merupakan proses di mana manusia mencari

informasi atau pengertian, sehingga sering disebut a way of thought (suatu

cara berpikir).

2. Menurut Trowbridge dan Bybee (1996), inquiry adalah proses di mana

para saintis mengajukan pertanyaan tentang alam dunia ini dan bagaimana

mereka secara sistematis mencari jawabnya.

3. Kindsvatter, Wilen, & Ishler (1996) menjelaskan inquiry sebagai model

pengajaran dimana guru melibatkan kemampuan berpikir kritis siswa

untuk menganalisis dan memecahkan persoalan secara sistematik.

Berdasarkan beberapa pengertian tentang inquiry, maka dapat disimpulkan bahwa

pendekatan inkuiri merupakan pendekatan di mana siswa dengan proses

mentalnya sendiri dapat menemukan suatu pengertian, konsep, dan memecahkan

persoalan secara sistematik.

Model inquiry menggunakan prinsip metode ilmiah atau saintifik dalam

menemukan suatu prinsip, hukum, ataupun teori. Secara umum metode ilmiah

mempunyai langkah sebagai berikut: (1) merumuskan persoalan, (2) membuat

hipotesis, (3) melakukan percobaan untuk mengumpulkan data, (4) menganalisis

data yang diperoleh, (5) mengambil kesimpulan apakah hipotesis diterima atau

ditolak.

1. Inkuiri Terbimbing

Inquiry dibedakan menjadi dua macam yaitu guided inquiry (inkuiri

terbimbing) dan open inquiry atau free inquiry (inkuiri bebas). Inkuiri

(26)

menyediakan bimbingan atau petunjuk yang cukup luas kepada siswa. Guru

banyak mengarahkan dan memberikan petunjuk baik lewat prosedur yang

lengkap dan pertanyaan-pertanyaan pengarahan selama proses inkuiri. Bahkan

guru sudah mempunyai jawaban sebelumnya, sehingga siswa tidak begitu

bebas mengembangkan gagasan dan idenya. Guru memberikan persoalan dan

siswa diminta untuk menyelesaikan persoalan tersebut dengan prosedur yang

tertentu yang diarahkan oleh guru. Model inkuiri terbimbing lebih cocok

untuk awal semester dimana siswa belum biasa melakukan inkuiri (Suparno,

2007:68). Sebagian besar perencanaanya dibuat oleh guru dan siswa tidak

merumuskan masalah (Moh. Amien, 1987:137).

Berbeda dengan inkuiri terbimbing, pada inkuiri bebas siswa diberi

kebebasan dan inisiatif untuk memikirkan bagaimana akan memecahkan

persoalan yang dihadapi. Siswa memikirkan sendiri hipotesis, lalu

menentukan peralatan yang akan digunakan, merangkai peralatan tersebut, dan

mengumpulakan data sendiri. Dengan demikian siswa akan lebih bertanggung

jawab, lebih mandiri, dan guru tidak banyak ikut campur. Guru hanya sebagai

fasilitator, membantu sejauh mana diminta oleh siswa. Guru tidak banyak

memberikan arah dan memberikan kebebasan kepada siswa untuk menemukan

sendiri. Model inkuiri bebas ini dapat dilakukan dalam kelompok, tetapi juga

secara individual dan dapat dilakukan di mana saja (Suparno, 2007:68-69).

2. Langkah- langkah Pembelajaran Inkuiri

Model pembelajaran inkuiri merupakan model pembelajaran yang

(27)

Berikut ini merupakan uraian yang lebih rinci tentang langkah-langkah metode

inkuiri agar menjadi jelas dan mudah dilakukan (Kindsvatter, Wilen, & Ishler,

1996:263-267, dalam Suparno,2007:66-68).

a. Identifikasi masalah

Identifikasi masalah yang akan dipecahkan merupakan langkah

awal dalam pembelajaran dengan metode inkuiri. Masalah atau persoalan

yang akan dipecahkan sebaiknya disiapkan oleh guru sebelum memulai

pelajaran. Masalah yang diajukan harus jelas supaya tujuan dari seluruh

proses pembelajaran tampak jelas. Persoalan yang ditentukan oleh guru

harus real, dapat dikerjakan siswa, dan sesuai dengan kemampuan siswa.

b. Merumuskan hipotesis

Setelah masalahnya ditentukan, siswa diminta untuk membuat

hipotesis, yaitu mengajukan jawaban sementara tentang persoalan tersebut.

Hipotesis siswa perlu dikaji apakah jelas atau tidak. Bila belum jelas,

sebaiknya guru membantu memperjelas maksudnya lebih dulu. Sebaiknya

guru tidak memperbaiki hipotesis siswa yang salah, tetapi cukup

memperjelas maksudnya saja. Hipotesis yang salah akan kentara setelah

pengambilan data dan analisis data ang diperoleh siswa.

c. Mengumpulkan data

Siswa mencari dan mengumpulkan data sebanyak-banyaknya

untuk membuktikan apakah hipotesis mereka benar atau tidak. Untuk

dapat mengumpulkan data siswa perlu menyiapkan suatu peralatan yang

(28)

percobaan atau eksperimen. Guru perlu membantu siswa dalam

menyiapkan peralatan, merangkai peralatan dan mengoperasikan peralatan

sehingga jalan dengan baik. Setelah peralatan jalan, siswa diminta untuk

mengumpulkan data dan mencatatnya dalam buku atau tempat yang telah

disediakan.

d. Menganalisis data

Data yang sudah terkumpul kemudian dianalisis untuk

membuktikan apakah hipotesis benar atau tidak. Data sebaiknya

diorganisasikan, dikelompokkan, dan diatur sehingga memudahkan untuk

menganalisis data. Sebaiknya data dikelompokkan menurut: (1) yang

menguatkan hipotesis, (2) yang melemahkan hipotesis, (3) dan yang netral.

Campur tangan guru penting dalam hal ini, karena siswa kadang bingung

untuk menentukan langkah selanjutya dengan data yang banyak.

e. Mengambil kesimpulan

Dari data yang telah dianalisis, kemudian diambil kesimpulan

dengan generalisasi. Setelah diambil kesimpulan kemudian dicocokkan

dengan hipotesis asal, apakah hipotesa diterima atau tidak. Sebaiknya

siswa dilibatkan dalam pengambilan kesimpulan sehingga mereka yakin

bahwa mereka mengetahui secara benar. Bila hipotesis tidak diterima,

siswa diminta untuk memberikan penjelasan mengapa demikian, dan guru

dapat membantu dengan pertanyaan penolong.

Siswa melakukan inkuiri terbimbing dengan cara mengikuti

(29)

(LKS) yang sudah dirancang oleh peneliti agar siswa mencapai

kompetensi yang diharapkan sebagai hasil dari proses pembelajaran.

Selama pelaksanaan pembelajaran, guru perlu menginformasikan apa saja

yang perlu dilakukan, diamati dan dicatat selama proses inkuiri dengan

eksperimen. Guru hanya sebagai fasilitator, sebagian besar kegiatan

dilakukan oleh siswa. Setelah pembelajaran berlangsung, guru perlu

mengadakan evaluasi untuk mengetahui sejauh mana siswa mampu

mengumpulkan dan membangun pengetahuannya selama eksperimen serta

pengalaman apa saja yang mereka dapatkan. Oleh sebab itu, dalam

penelitian ini selain menggunakan Lembar Kerja Siswa peneliti juga

melakukan wawancara diagnosis.

D. Konsep Gaya Ke Atas Pada Prinsip Archimedes dan Pengapungan 1. Pengertian Fluida

Materi atau benda yang dapat teramati memiliki sifat khas yang

menjadi ciri sehingga dapat membedakan golongan atau jenis materi tersebut.

Secara umum materi memiliki tiga keadaan atau fase, yaitu padat, cair, dan

gas. Benda padat dapat mempertahankan bentuk dan ukuran yang selalu tetap,

bahkan jika sebuah gaya yang besar diberikan pada sebuah benda padat, benda

tersebut tidak dapat langsung berubah bentuk atau volumenya. Benda cair

tidak mempertahankan bentuk yang tetap, melainkan mengambil bentuk sesuai

dengan wadah yang ditempatinya. Benda cair tidak dapat langsung ditekan

dan perubahan volume yang cukup significant terjadi jika diberikan gaya yang

(30)

memenuhi tempatnya. Karena zat cair dan gas tidak dapat mempertahankan

bentuk yang tetap dan memiliki kemampuan untuk mengalir, dengan demikian

keduanya sering disebut fluida.

2. Gaya Ke Atas pada Prinsip Archimedes

Sebuah benda yang besar yang mungkin akan sulit diangkat dari tanah

seringkali dapat diangkat dengan mudah dari dasar sungai. Akan tetapi ketika

benda tersebut sampai ke permukaan air, tampak menjadi jauh lebih berat.

Benda- benda yang dimasukkan pada fluida tampak mempunyai berat yang

lebih kecil dari pada saat berada di udara. Keadaan tersebut terjadi karena di

dalam fluida terdapat gaya ke atas.

Gaya ke atas terjadi karena tekanan dalam fluida bertambah terhadap

kedalaman. Tekanan ke atas pada bawah benda lebih besar dari pada tekanan

ke bawah pada permukaan atas benda. Keadaan tersebut diperlihatkan pada

gambar 1. Sebuah balok dengan luas A dan ketinggian h terbenam seluruhnya

dalam fluida yang massa jenisnya ρf . Fluida memberikan tekanan P1 =

f

ρ gh1 di permukaan atas balok. Gaya yang disebabkan oleh tekanan di bagian

atas balok tersebut adalah F1 = P1 A = ρf gh1A, dan menuju ke bawah.

Dengan cara yang sama, fluida memberikan gaya ke atas pada bagian bawah

balok yang sama dengan F2 = P2A = ρf gh2A. Maka gaya total yang

(31)

F1

F2

h= h2 – h1

h2

h1

A

Fa = F2 – F1

= ρf gA (h2 – h1)

= ρf gAh

=

ρf gV

V = Ah merupakan volume balok. Hasil kali ρf gV = mf g merupakan berat

fluida yang mempunyai volume yang sama dengan volume balok. dengan

(didesak) oleh balok. Hal ini disebut sebagai prinsip Archimedes : gaya ke atas yang bekerja pada benda yang dimasukkan dalam fluida sama dengan

Gambar 1 : Menghit g gaya ke atas

demikian gaya ke atas pada balok sama dengan berat fluida yang dipindahkan

3.

Benda yang berada dalam zat cair mengalami dua gaya yang berlawanan,

yaitu gaya keatas ( ) dan gaya berat atau berat benda (w) kebawah. Bila

sebuah benda dimasukkan pada fluida ,aka kemungkinan yang terjadi adalah

benda tersebut akan m elayang, atau tenggelam.

a. Mengapung

Suatu benda dikatakan mengapung pada fluida apabila benda

tersebut dimasukkan ke dalam air dan benda terus bergerak ke atas sampai

ada bagian yang muncul dipermukaan air, berarti berat benda lebih kecil

un

berat fluida yang dipindahkannya.

Mengapung, Melayang, dan Tenggelam

a

F

(32)

daripada gaya keatas yang dialami benda. Jadiwb <Fa.

Atau massa jenis benda lebih kecil daripada massa jenis

zat cair.(ρbzc). Bila benda sudah muncul

dipermukaan zat cair dan diam, maka benda berada

dalam keadaan setimbang , yaitu jumlah gaya

yang bekerja padanya adalah nol, maka wb =Fa.

b. Melayang

Fa

wb

Gambar 2: Benda mengapung

Bila suatu benda dimasukkan kedalam air dan benda tidak bergerak

naik atau turun, berarti berat benda sama dengan gaya

tas i benda. Jadi

kea yang dialam wb = Fa. Atau massa

jenis benda sama dengan massa jenis zat cair

bzc).

Fa

wb

bar 3: Benda melayang c. Tenggelam

Bila suatu benda dimasukkan kedalam air dan

benda terus bergerak ke bawah, berarti berat benda lebih

besar daripada gaya keatas yang dialami benda. Jadi

> a jenis benda lebih besar daripada

massa j

Gam

Fa

wb

a b

w F . Atau mass

enis zat cair.(ρbzc).

(33)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif-kualitatif dengan pendekatan studi

kasus. Studi kasus merupakan suatu penelitian terhadap suatu subyek, keadaan

atau kejadian khusus, bahan yang dite

penelitian ini hanya berlaku terbatas pada siswa yang diteliti saja. Kesimpulan

dapat digeneralisasikan pada

keadaan-keadaan diluar kasus yang diteliti. Be

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Tempat Penelitian : SMA Stella Duce 2 Yogyakarta

C. Subyek Penelitian

Yang menjadi subyek dalam penelitian ini adalah siswa SMA kelas X,

Jumlah subyek adalah enam (6) siswa yang dipilih berdasarkan kriteria tertentu, liti kecil lingkupnya, sehingga hasil

yang diperoleh dari penelitian ini tidak

rsifat deskriptif karena analisisnya

terbatas pada usaha mengungkapkan masalah dari keadaan yang terjadi

sebagaimana adanya. Penelitian ini menjelaskan dapat tidaknya metode inkuiri

membantu siswa membangun sendiri konsep. Bersifat kualitatif karena data

yang diperoleh dari penelitian seperti hasil pengamatan, hasil wawancara,

hasil rekaman, dan hasil dari proses pembelajaran, tidak dituangkan dalam

bentuk dan bilangan statistik. Hasil analisis berupa pemaparan gambaran

mengenai situasi yang diteliti.

(34)

yaitu siswa dengan prestasi belajar tinggi, siswa dengan prestasi belajar sedang,

D. Ubahan

1. Jenis Ubahan

embangun sendiri konsep, (c)

prestasi belajar siswa, (d) pemahaman konsep siswa.

2. Definisi Operasional Ubahan

a. Yang dimaksud dengan metode pembelajaran adalah cara-cara

yang dipakai dalam melaksanakan proses pembelajaran.

b. Kemampuan siswa membangun sendiri konsep adalah proses dan

hasil yang diperoleh melalui kegiatan belajar dengan pendekatan

berupa proses membangun konsep dan

d.

E. Perlakuan

1. Peneliti memberikan penjelasan sucukupnya tentang kegiatan yang akan

dilakukan

dan siswa dengan prestasi belajar rendah.

Dalam penelitian ini terdapat empat (4) ubahan, yaitu (a) metode

pembelajaran, (b) kemampuan siswa m

inkuiri terbimbing, yaitu

hasil berupa konsep atau hukum. Hasil dan kesimpulan ini terdapat

dalam lembar kegiatan siswa.

c. Prestasi belajar siswa adalah hasil belajar siswa disekolah yang

dinyatakan dengan nilai rapor dan test masuk sekolah tersebut.

Pemahaman konsep siswa adalah skor post-test yang diperoleh

(35)

2. Sis m

3. Siswa nakan proses pembelajaran dengan pendekatan inkuiri

g

4. Siswa mengerjakan soal-soal post-test.

5. Peneliti melakukan wawancara dengan siswa

F.

-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah sebagai

si belajar siswa yaitu jumlah rata-rata nilai test

masuk sekolah yang bersangkutan. Test masuk sekolah SMA Stella Duce

2 Yogyakarta adalah test mata pelajaran Matematika, Bahasa Inggris, dan

Bahasa Indonesia. Sebelum melaksanakan penelitian, terlebih dahulu

peneliti mengumpulkan data prestasi hasil belajar siswa untuk menentukan

kriteria siswa yang ditunjuk sebagai subyek dalam penelitian ini. Kriteria

yang dimaksud adalah prestasi belajar tinggi, prestasi belajar sedang, dan

prestasi belajar rendah. Ketiga kriteria tersebut ditentukan berdasarkan

rata-rata nilai test masuk sekolah siswa dan rapor semester sebelumnya,

yaitu nilai rapor siswa kelas III SMP untuk mata pelajaran yang sama

dengan pengelompokan sebagai berikut: wa engerjakan soal-soal pre-test

melaksa

terbimbin

Metode Pengumpulan Data 1. Data dan Pengumpulan Data

Data

berikut:

a. Prestasi Belajar Siswa Sebelumnya

(36)

Tabel 1: Pengelompokan Siswa Berdasarkan Prestasi

Nilai rata-rata test Kriteria

80-100 Prestasi tinggi

65-79 Prestasi sedang

≤ 65 Prestasi rendah

alam menentukan tingkat prestasi siswa yang dibedakan kedalam

tiga kriteria tersebut, peneliti berkonsultasi dengan guru fisika yang

endam oleh peneliti

untuk m ampuan membangun sendiri konsep oleh

siswa.

n Awal Siswa

bahwa siswa belum sungguh-sungguh mengerti tentang suatu

m pembelajaran, sehingga hasil dari proses

pembel D

m pingi penelitian. Ketiga kriteria tersebut digunakan

engetahui perbedaan kem

b. Pemahama

Data pemahaman awal siswa diperoleh melalui pre-test. Pre-test

bertujuan untuk mengetahui bagaimana konsep awal siswa tentang materi

pokok pembelajaran. Pre-test dilaksanakan sebelum berlangsungnya

proses pembelajaran. Hasil pre-test dipakai untuk meyakinkan kepada

peneliti

konsep yang akan dipakai dala

ajaran yaitu konsep atau hukum merupakan bangunan siswa

sendiri. Pre-test dilaksanakan sebelum berlangsungnya proses

pembelajaran.

c. Kemampuan Siswa Membangun Sendiri Konsep

Data kemampuan membangun sendiri konsep diperoleh melalui

proses pembelajaran. Kemampuan membangun konsep meliputi dua hal

(37)

Dalam pelaksanaan proses pembelajaran, siswa melakukan kegiatan

sebagai berikut:

asing percobaan

rediksi dibuat, siswa diminta untuk melakukan percobaan

(membuktikan benar tidaknya

d. secara bertahap dan

e.

Dal

lembar

penelit

proses atan belajar siswa untuk

a. Siswa merumuskan permasalahan untuk masing-m

yang akan dilakukan oleh siswa.

b. Siswa diminta untuk meramalkan atau memprediksikan (membuat

hipotesis) fenomena yang akan terjadi melalui permasalahan yang

diajukan untuk masing-masing percobaan.

c. Setelah p

guna menyelidiki fenomena-fenomena yang terjadi dari

permasalahan yang diajukan

prediksi yang sudah dibuat). Percobaan dilakukan sesuai dengan

petunjuk yang ditulis dalam lembar kegiatan.

Siswa menjawab pertanyaan-pertanyaan

mencatat data-data yang diperoleh dari percobaan. Data yang

diperoleh bisa berupa data kuantitatif maupun data kualitatif. Data

kemudian dianalisis oleh siswa sendiri.

Setelah melakukan analisis data, siswa diminta untuk menarik

kesimpulan dari data yang diperoleh.

am penelitian ini, tidak semua kegiatan tersebut terdapat dalam setiap

kegiatan siswa. Seluruh kegiatan tersebut akan diamati oleh

i. Data pengamatan proses pembelajaran merupakan hasil rekaman

(38)

mel t

dilakuk

n konsep siswa diperoleh melalui post-test. Post-test

sil post-test dalam penelitian ini berupa penyelesaian

soal-ses pembelajaran

2.

Ada dua macam instrumen dalam penelitian ini, yaitu instrumen untuk

mengumpulkan data dan instrumen untuk melakukan kegiatan pembelajaran.

Instrumen untuk mengumpulkan data meliputi soal pre-test, soal post-test,

lembar panduan wawancara, dan video kamera. Sedangkan instrumen untuk

melakukan kegiatan pembelajaran meliputi lembar kerja siswa (LKS) dan

aan.

iha secara detail setiap tahap kegiatan dalam proses inkuiri yang

an siswa.

Data hasil belajar siswa merupakan kesimpulan dan konsep atau

hukum yang dibangun oleh siswa sendiri. Data tersebut merupakan

jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang ditulis dalam lembar kegiatan

siswa (LKS).

d. Pemahaman Siswa Setelah Proses Pembelajaran

Pemahama

terdiri dari soal-soal yang dibuat untuk mengukur pemahaman konsep

siswa. Soal-soal yang akan diberikan dalam post-test merupakan soal-soal

penerapan tentang suatu konsep.

Data ha

soal oleh siswa. Post-test akan dilaksanakan setelah pro

berlangsung.

Instrumen

(39)

iswa sebelum pembelajaran berlangsung. Sedangkan

Post-test merupakan test akhir yang diberikan setelah proses

pembelajaran. Post-test bertujuan untuk mengetahui pemahaman siswa

elajaran. Soal-soal yang

bentuk uraian. Soal pre-test dan

Aspek ya diukur

obot a. Instrumen untuk mengumpulkan data

a.1. Soal Pre-test dan Post-test

Pre-test merupakan tes awal yang diberikan untuk mengetahui

pemahaman s

setelah berlangsungnya proses pemb

digunakan adalah soal-soal dalam

post-test disusun oleh peneliti dengan persetujuan dosen pembimbing.

Pada pre-test dan post-test masing- masing terdapat 4 soal yang terdiri

dari 11 pertanyaan. Aspek yang diukur melalui pre-test dan post-test

adalah aspek kognitif yang terdiri dari ingatan, pemahaman, dan

penerapan dengan kriteria sebagai berikut:

Tabel 2: Aspek yang Diukur, Indikator, Soal, dan Bobot Pre-test

ng Indikator Soal B

Ingatan

Siswa dapat: 1a. Apa yang dialami oleh benda

0% Menyatakan definisi suatu

konsep, hukum atau teori yang pernah dipelajari.

yang berada dalam suatu fluida? b. .Bagaimanakah bunyi Hk.

Archimedes yang anda ketahui? 2

haman Menjelaskan makna yang terkait dengan suatu konsep atau hukum Pema

Siswa dapat:

beserta alas

dimasukkan dalam tiga zat cair i gambar berikut:

Dari ketiga k tersebut, manakah zat cair yang memiliki

.

(lihat g

40% 2a. Bagaimanakah pengaruh gaya ke

atas terhadap berat benda? b. Sebuah benda secara bergantian

sepert

annya.

eadaan

massa jenis paling kecil? Apakah yang mempengaruhi c

terjadinya keadaan tersebut ambar b)? Jelaskan!

(40)

d. Bagaimanakah gaya-gaya yang bekerja pada ke tiga benda tersebut?

Penerapan

Menerapkan teori atau hukum untuk:

• Memecahkan masalah fisika baik secara teoritis maupun matematis

• Memprediksi kemungkinan-kemungkinan yang terjadi pada suatu sistem bila kondisi tertentu dipenuhi

3. erat

9,6 N, rsebut dimasukkan

e dalam zat cair yang massa nisnya 1000 kg/m3. Jika

g

4. ah benda ketika

itimbang di udara adalah 6 N,

a?

c. ?

40% Siswa dapat:

Sebuah benda mempunyai b

1 benda te

k je

diketahui volume benda tersebut adalah 1200 cm3,maka:

a. apakah benda tersebut melayang, mengapung, atau tenggelam dalam zat cair? (g = 9,8 m/s2)

b. Berapakah gaya ke atas yan dialami benda?

Berat sebu d

tetapi ketika ditimbang di dalam suatu cairan adalah 4,2 N. Jika massa jenis benda adalah 3000 kg/m3,

a. Berapakah gaya ke atas yang dialami benda?

b. Berapakah volume bend Berapakah massa jenis fluida

Tab d ator, S ost-test

Menyatakan definisi suatu konsep, hukum atau teori yang pernah dipelajari.

Archimedes yang anda ketahu Bagaimanakah suatu

bendadikatakan melayang, tenggelam, dan mengapung dalam suatu zat cair?

Pemahaman

Siswa dapat:

cm

Menjelaskan ang terkait

dengan suat tau hukum

beserta alasannya.

ketiga tersebut

mula-mula dimasukkan dan ditekan an

ke dalam zat cair deng massa jenis ρa= 1000 kg/m3

. Apa kemudian dilepaskan

yang terjadi pada ketiga benda tersebut? Jelaskan!

(41)

edaan dan

da melayang dan

da melayang dan

c. Da uah percobaan, besi

jal tenggelam dalam suatu zat r, tetapi besi berongga yang ratnya sama dapat mengapung permukaan zat cair. Jelaskan engapa demikian!

Penerapan

Siswa dapat:

Menerapkan teori atau hukum untuk:

• Memecahkan masalah fisika baik secara teoritis maupun matematis

• Memprediksi kemungkinan-kemungkinan yang terjadi pada suatu sistem bila kondisi tertentu dipenuhi ah balok dengan ukuran 0,2 m 1 m x 0,3 m digantun

dari seutas kawat ringan. Te gaya ke atas pada balok ji

u:

dicelupkan seluruhnya minyak (ρ= 800 kg/m3) buah benda yang beratnya 98 N elayang dalam minyak yang assa jenisnya 980 kg 4. Se

b. Volume minyak yang didesak benda(Vzc)

c. Berat minyak yang didesak (wzc)

Massa jenis benda.

t pad po -test diberikan berdasarkan tingkat

kesulitan bot di n skor

final tiap aspek yaitu ingatan, pemah ngatan

mempunyai sumbangan 20 %, pemahama %

dan penerapan mempunyai sumbangan 40 % untuk m

pre-test dan post-test.

Bobo a soal- soal pre-test dan st

soal dan jumlah soal. Bo gunakan untuk menentuka

aman, dan penerapan. I

n mempunyai sumbangan 40

(42)

a.2. Lembar Panduan Wawancara

Lembar panduan wawancara digunakan oleh peneliti untuk

membantu peneliti dalam melaksanakan proses wawancara. Lembar

wawancara berisi tentang pokok-pokok pertanyaan yang dibuat secara

berurutan supaya dalam proses wawancara tidak terdapat hal yang

terlewatkan dan wawancara tidak terlalu melebar. Panduan wawancara

ti. Pertanyaan-pertanyaan dalam

mbar

ses pembelajaran.

dan wawancara selanjutnya akan dibuat

b.

b.1. Lembar Kegiatan Siswa

Lembar Kegiatan Siswa (LKS) digunakan untuk mengukur

keterampilan siswa dalam melakukan proses sains. Selain itu, LKS ini akan dibuat sendiri oleh peneli

le wawancara merupakan pertanyaan seputar fenomena yang

terjadi selama berlangsungnya proses pembelajaran.

a.3. Video Kamera

Video Kamera digunakan untuk membantu peneliti mengamati

proses pembelajaran. Instrumen ini bertujuan untuk mengetahui proses

siswa dalam membangun sendiri konsep, prediksi-prediksi siswa,

gagasan-gagasan siswa dan proses berpikir siswa yang akan diungkap

melalui wawancara mendalam selama mengalami pro

Hasil pengamatan

transkrip,untuk kemudian dilakukan pembahasan pada tiap-tiap tahap

dalam proses pembelajaran

(43)

digunakan agar kegiatan belajar dapat berjalan lancar dan terarah

sehingga siswa dapat terlibat secara aktif dalam pembelajaran.

erupakan serangkaian

proses belajar yang meliputi beberapa kegiatan diantaranya: (1)

merumuskan masalah, (2) merumuskan hipotesis, (3) merancang

percobaan, (4) pengumpulan data (melakukan percobaan), (5)

menganalisis data, dan (6) menarik kesimpulan atau menyatakan

definisi suatu konsep atau hukum. Dalam merancang percobaan

meliputi beberapa hal penting diantaranya : (a) menentukan variabel

terkait, (b) memilih alat yang digunakan dalam percobaan, (c)

merancang cara memperoleh data. Oleh karena itu, LKS memuat

langkah-langkah tersebut. Pada beberapa LKS tidak secara lengkap

memuat langkah-langkah tersebut, sebab ada beberapa bagian yang

tidak sungguh-sungguh diperlukan. Kegiatan belajar merupakan bagian

terpenting yang terdapat dalam LKS, karena bagian ini memuat

beberapa langkah proses pembelajaran inkuiri. Sedangkan bagian yang

lainnya seperti Materi Pokok, Indikator Hasil Belajar, Prasyarat, dan

Petunjuk Melakukan Percobaan hanya diberikan sebagai informasi

supaya kegiatan siswa lebih terarah.

b.2. Peralatan Percobaan

Peralatan percobaan adalah alat-alat yang akan digunakan Pembelajaran dengan metode inkuiri m

(44)

G. Meto

1. P Pemahaman Siswa setelah

siswa setelah pem

a.

re-test dan post-test akan diberikan dengan melihat

erikut:

r de Analisis Data

emahaman Awal Siswa dan pembelajaran

Untuk mengetahui pemahaman awal siswa maupun pemahaman

belajaran, analisis dilakukan sebagai berikut:

Skoring

Skor untuk p

tingkat kebenaran setiap jawaban siswa pada soal pre-test dan post-test

dengan kualifikasi sebagai b

Tabel 4: Tingkat Kebenaran Jawaban Pre-test dan Post-test

Tingkat Kebenaran Jawaban Sko

Jawaban yang berkaitan dengan materi

• Betul Lengkap

• Kurang Lengkap

4 3

Salah 2

Jawaban yang tidak berkaitan dengan materi

• Salah 1

b. Analisis Data

Sete ost-test unt ap siswa,

analisis data akan dilakukan dengan tahap sebagai berikut: ƒ Menentukan skor tiap aspek untuk setiap siswa

lah diperoleh skor pre-test dan p uk seti

Skor p tia aspek :

(45)

Skor tiap aspek (%) :

aspek tiap bobot aspek

tiap rata rata Skor

× −

maksimum Skor

Bobot adalah besarnya sumbangan tiap aspek untuk menentukan

skor final. Sedangkan skor maksimum adalah angka tertinggi

ƒ re-test dan post-test untuk setiap siswa.

ƒ man awal siswa dan

c. Me

Tingkat pemahaman siswa ditentukan berdasarkan pada kriteria

yang mengacu pada salah satu sistem penilaian yang digunakan oleh

para dosen pengajar Mikro Teaching FKIP Sanata Dharma tahun 2005,

untuk tingkat kebenaran jawaban siswa.

Menentukan skor final p

Skor final pre-test dan post-test untuk setiap siswa adalah jumlah

prosentase skor untuk tiap aspek.

Menyimpulkan hasil analisis pemaha

pemahaman siswa setelah pembelajaran secara keseluruhan.

netapkan Tingkat Pemahaman Konsep Siswa

sebagai berikut:

Tabel 5: Kriteria Tingkat Pemahaman Konsep Siswa

Interval (%) Kriteria

80 - 100 Sangat Memahami

66 - 79 Memahami

56 - 65 Cukup Memahami

50 - 55 Tidak Memahami

(46)

2. Kemampua Membangun Send

Kemampuan siswa membangun sendiri konsep diperlihatkan melalui

kemampuan melakukan proses dan merumuskan hasil. Hasil

pembelajarannya disajikan dalam LKS.

Proses Inkuiri

No Aspek Indikator

n Siswa iri Konsep

a. Kemampuan Melakukan Proses

Untuk mengetahui kemampuan siswa melakukan proses

pembelajaran dengan pendekatan inkuiri terbimbing, analisis akan

dilakukan dengan tahap sebagai berikut:

1) Skoring

Setiap aspek proses pembelajaran dengan pendekatan inkuiri

terbimbing akan diukur melalui 2 indikator pada tabel dibawah ini:

Tabel 6: Indikator Untuk Setiap Aspek dalam

1 Merumuskan masalah

• Siswa dapat merumuskan sendiri masalah tanpa bertanya

kalimat yang benar

• Siswa menuliskan masalah dengan

2 Merumuskan • Siswa dapat merumuskan hipotesi Hipotesis

s sendiri

an kalimat yang benar

• Siswa menuliskan hipotesis deng

3 Merancang

Percobaan memperoleh

• Siswa dapat menyebutkan beberapa langkah percobaan untuk

data.

Memilih alat dan menggunakkannya secara tepat dalam percobaan

4 Pengumpulan Data

• Siswa dapat melakukan percobaan

(47)

5 Analisis Data • Siswa dapat melakukan perhitungan dengan baik

g lain

• Siswa menjawab beberapa pertanyaan dalam LKS tanpa bantuan oran

6 Menarik Kesimpulan

iri

kalimat yang benar

• Siswa mampu merumuskan send kesimpulan dari hasil percobaan Siswa menuliskan kesimpulan dengan

Berdasarkan indikator tersebut ditentukan kriteria penskoran sebagai

berikut:

Ta Sko U

Skor

bel 7 : Kriteria r ntuk Proses Inkuiri

Penjelasan

1 Dua indikator tidak tampak

2 Satu indikator tampak, tidak optimal 3 Satu indikator tampak, optimal 4 Dua indikator tampak, tidak optimal 5 Dua indikator tampak, optimal

2) Analisis Data

tela tuk setiap siswa,

analisis data a

ƒ Menentukan skor final proses pembelajaran untuk setiap

siswa, yaitu:

Skor Proses =

Se h diperoleh skor proses setiap aspek un

kan meliputi:

Menentukan skor proses tiap LKS untuk setiap siswa ƒ

ƒ Menentukan skor final proses pembelajaran untuk setiap

(48)

Skor Proses (%) = Skorproses ×100% maksimum

Skor

adalah angka tertinggi untuk skor proses

b. Kemam

Un emampuan siswa merumuskan hasil

pembelajaran dengan LKS, analisis akan dilakukan dengan tahap sebagai

berikut:

1) Skoring

Skor untuk hasil pembelajaran diberikan dengan melihat

tingkat kebenaran jawaban siswa pada setiap tahap dalam inkuiri.

Tingkat kebenaran jawaban tersebut dibedakan atas:

Tabel 8: Tingkat Kebenaran Jawaban LKS

ngkat Kebenaran Jawaban Skor

Skor maksimum

inkuiri

puan Merumuskan Hasil

tuk mengetahui k

Ti

Jawaban Yang Berkaitan Dengan Materi

• Betul Lengkap

• Kurang Lengkap

• Salah

4 3 2 Jawaban Yang Tidak Berkaitan dengan Materi

• Salah 1

2) Analis

h jawa n siswa pada

setiap LKS, selanjutnya skor hasil pembelajaran dengan LKS

dia

is Data

Setelah diperoleh skor untuk seluru ba

(49)

ƒ Menentukan skor hasil pembelajaran tiap LKS untuk setiap

ƒ Menentukan skor hasil pembelajaran seluruh LKS untuk siswa

setiap siswa, yaitu: Skor hasil LKS :

ƒ Menentukan skor hasil pembelajaran untuk setiap siswa dalam prosen, yaitu:

) = ×100%

maksimum Skor

hasil Skor Skor hasil LKS (%

alah angka tertinggi untuk tingkat kebenaran jawaban siswa pada LKS.

c. Menentukan tingkat kemampuan membangun sendiri konsep

Ke erupakan skor

rata-an

hasil sebagai berikut:

Skor maksimum ad

mampuan membangun sendiri konsep m

rata yang diperoleh siswa dalam melakukan proses dan merumusk

Skor final = Jumlahskorproses+Jumlahskorhasil

2

Setelah diperoleh skor final untuk setiap siswa, tingkat kemampuan membangun sendiri konsep d n erdasarkan interval sebagai berikut:

) Kriteria

iklasifikasika b

Tabel 9: Kriteria Tingkat Kemampuan Membangun Konsep Siswa

Interval (%

80 - 100 Sangat Mampu Membangun konsep

66 - 79 Mampu Membangun Konsep

56 - 65 Cukup Mampu Membangun Konsep 50 - 55 Tidak Mampu Membangun Konsep

(50)

Peneliti menganalisis tia es

pembelajaran inkuiri dengan mendeskripsikan keadaan yang terjadi

selama siswa melakukan proses pembelajaran. Apabila dalam proses

pembelajaran siswa melakukan sendiri dan hasilnya benar, maka siswa

dikatakan membangun sendiri konsep. Untuk melihat konsep yang

dibangun siswa, peneliti melihat dan menganalisis kembali hasil

kesimpulan yang diperoleh masing-masing siswa. Peneliti melihat

apakah konsep yang dibangun oleh siswa telah sesuai atau tidak,

sehingga dapat dilihat kesalahan-kesalahan atau kesulitan yang muncul

dalam proses membangun konsep. Data kemampuan membangun sendiri

konsep juga akan didukung dengan wawancara.

3. Perbedaan Tingkat Kemampuan

sendiri konsep, analisis dilakukan dengan melihat hasil akhir kemampuan

membangun sendiri konsep untuk masing- masing siswa. Berdasarkan hasil

tersebut kemudian dideskripsikan apakah ada perbedaan kemampuan antara

siswa yang prestasinya tinggi, siswa yang prestasinya sedang, dan siswa

yang prestasinya rendah.

t-tiap tahap (komponen) dalam pros

Siswa Membangun Sendiri Konsep

(51)

BAB IV

ELAKSANAAN PENELITIAN, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Pelaksanaan Pen

SMA Stella Duce 2 Yogyakarta dimulai

pada hari selasa 9 September 2008 dan berakhir pada hari kamis 20 November

2008. Penelitian dilakukan setelah pulang sekolah supaya tidak mengganggu

kegiatan belajar siswa di kelas mengingat penelitian ini adalah studi kasus. Pokok

bahasan yang dipilih adalah fluida dengan materi pokok prinsip Archimedes dan

pengapungan. Materi pokok yang dipilih merupakan materi pokok yang belum

dipelajari siswa di sekolah. Pembelajaran dilakukan menggunakan pendekatan

inkuiri terbimbing menggunakan Lembar Kegiatan Siswa (LKS). LKS berisi

tentang rangkaian kegiatan proses inkuiri yang harus dilakukan siswa dan

beberapa pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa. LKS digunakan untuk

mengukur ketrampilan siswa dalam melakukan proses sains, selain itu agar

kegiatan belajar dapat berjalan lancar dan terarah.

Proses penelitian diawali dengan memilih subyek penelitian berdasarkan

tingkat prestasi siswa. Peneliti memilih 2 siswa dengan prestasi tinggi, 2 siswa

dengan prestasi sedang, dan 2 siswa dengan prestasi rendah. Pengelompokan

siswa berdasarkan tingkat prestasi ditentukan dari nilai rata- rata rapor SMP kelas

III dan test masuk sekolah tersebut dengan kriteria seperti pada tabel 1. Peneliti

menggunakan nilai test masuk sekolah untuk menentukan tingkat prestasi siswa

karena nilai tersebut dapat dijadikan sebagai standar yang tepat. Test yang

P

elitian

(52)

dimaksud berupa test untuk mata pelajaran Matematika, Bahasa Indonesia, dan

Bahasa Inggris. Sedangkan nilai rata- rata rapor dipakai sebagai pertimbangan

untuk melihat prestasi siswa sebelumnya, pada mata pelajaran yang sama dengan

test masuk sekolah. Data skor test masuk sekolah dan rata- rata rapor SMP siswa

diperoleh dari guru fisika yang mendampingi penelitian ini dan dapat dilihat pada

lampiran 1(halaman 75).

Kegiatan dari keenam partisipan selama pembelajaran adalah merumuskan

masalah, menjawab pertanyaan, mengumpulkan data, dan menarik kesimpulan

embelajaran I jaran II

8

8

Penelitian A Stella Duce 2 Yogyakarta.

1. Pel s

Pretest dilaksanakan pada hari Selasa 9 September 2008 di pendopo

karta pukul 13.45 – 14.15 WIB. Pre-test bertujuan berdasarkan hasil percobaan. Yang dilakukan peneliti adalah menyediakan alat-

alat yang diperlukan selama proses pembelajaran, menginformasikan tujuan,

membimbing dan mengarahkan selama proses pembelajaran berlangsung. Berikut

adalah jadwal pelaksanaan penelitian:

• 9 September 2008 : Pre-test

• 14 Oktober 2008 : P

• 20 Oktober 2008 : Pembela

• 27 Oktober 2008 : Pembelajaran III

• 10 November 200 : Post-test

• 20 November 200 : Wawancara

dilaksanakan di laboratorium fisika SM

ak anaan Pretest

SMA Stella Duce Yogya

untuk mengetahui bagaimana konsep awal siswa tentang materi pokok

(53)

meyakinkan peneliti bahwa siswa belum sungguh sungguh memahami

konsep tersebut. Sehingga hasil dari proses pembelajaran merupakan

bangunan siswa sendiri.

Pre-test terdiri dari 2 soal ingatan dengan bobot 20%, 4 soal

Pemahaman dengan bobot 40%, dan 5 soal penerapan dengan bobot 40%.

2

Pembelajaran dilaksanakan di laboratorium fisika SMA Stella Duce

h oleh peneliti untuk melangsungkan proses

pembela

benda yang berada dalam

fluida d

Bobot soal pada pre-test diberikan berdasarkan tingkat kesulitan soal dan

jumlah soal. Bobot untuk masing- masing aspek yaitu ingatan, pemahaman,

dan penerapan mempunyai sumbangan untuk menentukan skor final pre-test.

Soal- soal tersebut berbentuk soal essay.

. Pelaksanaan Pembelajaran

2 Yogyakarta. Waktu yang dipili

jaran adalah setelah pulang sekolah. Tujuannya agar kegiatan

penelitian tidak mengganggu kegiatan belajar siswa di kelas. Pembelajaran

dilakukan secara bergantian sesuai dengan kelompok tingkat prestasi masing-

masing siswa supaya tidak saling mempengaruhi.

Kegiatan pembelajaran pertama, siswa melakukan percobaan untuk

mengetahui adanya pengaruh gaya ke atas pada

an menemukan bahwa besarnya gaya ke atas sama dengan selisih

berat. Kegiatan dimulai oleh peneliti dengan membacakan prasyarat, tujuan

pembelajaran dan petunjuk melakukan percobaan secara umum supaya

proses belajar dapat berjalan lancar karena prasyarat yang diperlukan sudah

(54)

(masalah) dengan kalimat tanya berdasarkan fakta yang mereka amati atau

yang mereka rasakan. Fakta yang dimaksud adalah sebelum merumuskan

masalah siswa diminta untuk melakukan suatu kegiatan, misalnya mengukur

berat benda di udara kemudian mengukur berat benda di dalam air dengan

neraca pegas. Setelah itu, siswa diminta mengamati apa yang terjadi dimana

berat yang terbaca pada neraca pegas berbeda, lalu merumuskan sebuah

pertanyaan sebagai masalah. Tidak semua rumusan masalah dalam setiap

LKS dirumuskan berdasarkan fakta yang diperoleh dari kegiatan siswa, ada

yang diberikan oleh peneliti ada juga yang menghubungkan antara kegiatan

yang satu dengan yang lain. Setelah menemukan suatu persoalan, siswa

diminta untuk menemukan penyebab berat benda dalam fluida dapat

berkurang dengan memasukkan sebuah bola ke dalam bejana yang berisi air

kemudian merasakan apa yang terjadi. Kesimpulan dari kegiatan tersebut

dibuat berdasarkan fakta yang terjadi selama pembelajaran. Kegiatan

pembelajaran berjalan lancar dan didukung oleh suasana yang nyaman.

Pertemuan yang kedua siswa melakukan percobaan untuk

menyimpulkan prinsip Archimedes. Kegiatan dimulai dengan pemberian

informasi oleh peneliti tentang prasyarat dan tujuan pembelajaran. Pada

pertemuan ini kegiatan yang dilakukan siswa diantaranya adalah merancang

percobaan, melakukan percobaan untuk memperoleh data, menganalisis data,

dan menarik kesimpulan hasil percobaan. Siswa diminta untuk menemukan

hubungan antara besarnya gaya ke atas (Fa) dan berat zat cair yang

(55)

besarnya gaya ke atas dan berat zat cair yang dipindahkan (didesak). Untuk

mengukur besarnya gaya ke atas siswa sudah melakukan kegiatan pada

pertemuan sebelumnya, sedangkan untuk mengukur berat zat cair yang

didesak peneliti memberikan sedikit penjelasan. Selain menentukan data-

data yang akan diukur, siswa juga diminta untuk merancang tabel. Pada saat

merancang tabel peneliti sedikit memberikan penjelasan kepada siswa bahwa

yang harus ditulis dalam tabel adalah data- data yang akan diukur. Peneliti

juga menjelaskan bahwa tabel digunakan untuk mencatat data- data hasil

percobaan yang akan dilakukan. Setelah selesai merancang tabel, siswa

melakukan kegiatan selanjutnya yaitu melakukan pengukuran untuk

memperoleh data. Kegiatan tersebut berjalan lancar sampai siswa bisa

menyimpulkan sendiri hasil percobaannya.

Siswa terlihat aktif dan sungguh-sungguh dalam melakukan

serangkaian proses pembelajaran. Sesekali siswa bertanya karena merasa

bingung

ngapung, baik

injau

, terutama pada bagian merancang tabel. Dalam proses pembelajaran

peneliti hanya membimbing dengan memberikan pertanyaan- pertanyaan

sebagai pengarah dan bukan jawaban. Peneliti juga harus mengingatkan

berulang- ulang perbedaan antara massa dengan berat kepada siswa karena

peneliti sering mengamati siswa salah menuliskan satuannya.

Pertemuan yang ketiga adalah siswa melakukan percobaan untuk

mengetahui penyebab benda melayang, tenggelam dan me

dit dari massa jenis maupun gaya- gaya yang bekerja pada benda dalam

(56)

merumuskan masalah, merumuskan hipotesis (dugaan sementara), merancang

percobaan, melakukan percobaan untuk memperoleh data, menganalisis data,

dan menarik kesimpulan hasil percobaan. Sama halnya dengan kegiatan

sebelumnya, siswa merumuskan masalah berdasarkan fakta yang mereka

amati. Setelah merumuskan masalah (persoalan), siswa diminta untuk

membuat hipotesis yaitu dugaan sementara atas persoalan yang dirumuskan

siswa. Pada LKS 4 siswa diminta merumuskan hipotesis untuk menduga

faktor yang menyebabkan benda bisa melayang, mengapung dan tenggelam

dalam suatu fluida. Dugaan yang muncul dari siswa bermacam- macam,

diantaranya adalah karena massa benda (telur), berat benda, volume benda,

massa zat cair yang berbeda, dan ada juga yang menjawab karena massa jenis

fluida. Peneliti tidak menyalahkan dugaan siswa tetapi berusaha memperjelas

maksudnya dengan memberikan contoh dan penjelasan atas dugaan yang

mereka tulis sampai siswa menemukan dugaan yang benar.

Siswa terlihat bersungguh- sungguh dan terlibat secara aktif dalam

melakukan percobaan dan mengerjakan LKS. Dalam melakukan percobaan

tidak ada kesulitan dalam menggunakan alat-alat yang ada, karena alat- alat

yang digunakan merupakan alat yang sederhana dan hanya membutuhkan

ketelitian. Siswa mengalami kesulitan dalam menggambar gaya- gaya yang

bekerja pada saat benda melayang, tenggelam, dan mengapung. Hal ini

mungkin karena siswa belum memahami betul konsep tentang gaya.

Pelaksanaan pembelajaran secara keseluruhan dapat dikatakan berjalan

Gambar

gambar 1. Sebuah balok dengan luas A dan ketinggian h terbenam  seluruhnya
Gambar 1 : Menghitun
Gambar 4: Benda tenggelam
tabel 15, maka jumlah skor seluruh siswa  untuk setiap aspek adalah sebagai
+7

Referensi

Dokumen terkait

Uzimajući u obzir sve aktivne korisnike, odnosno one koji internetu pristupaju i putem pametnih telefona i podatkovnih kartica, gustoća usluge širokopojasnog pristupa

Keterkaitan antar variabel tersebut menarik untuk diteliti, oleh karena itu permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh locus of control, self efficacy,,

Pemasangan pusat informasi digital pada kereta api dilakukan sebagai solusi untuk media iklan dalam bentuk poster yang membutuhkan anggaran besar.. Akan tetapi

Uji korelasi dengan MGP menunjukkan bahwa IGS3-60 memiliki nilai korelasi tertinggi yaitu sebe- sar 0.64, sehingga Indeks Gizi Seimbang IGS3-60 merupakan alternatif yang

[r]

Sebagian metil oleat yang diperoleh diamidasi langsung dengan etanolamina atau dietanolamina menggunakan katalis natrium metoksida dalam pelarut metanol pada kondisi refluks

[r]

Analisis data yang dilakukan dengan yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman (1996:139), dimana kegiatan analisis terdiri atas 3 alur kegiatan secara bersama