STUDI KASUS TENTANG KEMAMPUAN SISWA MEMBANGUN SENDIRI KONSEP GAYA KE ATAS PADA PRINSIP ARCHIMEDES
DENGAN PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh :
Fransisca Ratna Dewi NIM : 031424002
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
“… Dan saat engkau menginginkan sesuatu, seluruh jagat raya bersatu
padu untuk membantumu meraihnya …”
Puji Syukur kepada Tuhan Yesus dan Bunda Maria Kekuatanku…..
Karya ini kupersembahkan untuk :
Kedua Orangtuaku: Ex. Sutikno Pranoto dan E. Miyem
Saudara- saudaraku: Elisabeth & Hartono, Alex, dan Paulus
Keponakanku: Klara dan Kaela
My Luv: Nando
Sebagai rasa syukur dan terimakasih yang tak terhingga
atas doa, cinta, perhatian, dukungan, dan kehidupan yang layak,
ABSTRAK
Fransisca Ratna Dewi. 2009. Studi Kasus Tentang Kemampuan Siswa Membangun Sendiri Konsep Gaya Ke Atas Pada Prinsip Archimedes Dengan Pendekatan Inkuiri Terbimbing.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1) Apakah melalui pendekatan inkuiri terbimbing siswa mampu membangun sendiri konsep gaya ke atas pada prinsip Archimedes dan pengapungan, 2) Apakah ada perbedaan tingkat kemampuan membangun sendiri konsep antara siswa yang prestasi belajar sebelumnya tinggi, sedang, dan rendah, 3) Apakah siswa mampu memahami konsep yang mereka bangun sendiri, setelah mengalami proses pembelajaran dengan pendekatan inkuiri terbimbing menggunakan Lembar Kegiatan Siswa (LKS).
ABSTRACT
Fransisca Ratna Dewi. 2009. The Case Study Student’s Capability in Developing Buoyant Force Concept of Archimedes Principle by Using Guided Inquiry Approach.
The aims of this research are to know : (1) Are the students able to develop the buoyant force concept of Archimedes principle by using guided inquiry approach. (2) Are there any dissimilarity of the capability among students are in high, average, and low of achievement before, in developing concept. Are the students able to understand the concept that they have done develop after teaching and learning process by using guided inquiry approach.
This research was held since 9th September 2008 until 20th November 2008 at Stella Duce 2 Senior High School in Yogyakarta. Sample of this research are 6 students of X class. The researcher selected the students based on the range of their achievement before, high, average, and low. There are four steps to obtain data in this research, these are: pretest, teaching and learning process by using guided inquiry approach, post-test, and interview. The result shows that : (1) Students are able to develop the buoyant force concept of Archimedes principle by using guided inquiry approach. (2) There are no dissimilarity of the capability among students are in high, average, and low achievement in developing the concept. (3) The students are able to understand the concept that they have done develop after teaching and learning process.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah Bapa di surga atas segala rahmat, cinta dan
bimbingan-Nya sehingga skripsi yang berjudul “Studi Kasus Tentang
Kemampuan Siswa Membangun Sendiri Konsep Gaya Ke Atas pada Prinsip
Archimedes dengan Pendekatan Inkuiri Terbimbing” ini dapat terselesaikan.
Penelitian ini merupakan tugas akhir sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Universitas Sanata Dharma. Penelitian ini
dapat diselesaikan dengan baik atas kerjasama, bantuan, gagasan, serta dukungan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu peneliti mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Drs. Fr. Y. Kartika Budi, M Pd, selaku dosen pembimbing yang
telah banyak memberikan waktu untuk membimbing dengan penuh
kesabaran.
2. Bapak Drs. Domi Saverius, M.Si, selaku Kepala Program Studi
Pendidikan Fisika.
3. Keluarga Besar SMA Stella Duce 2 Yogyakarta, terimakasih atas semua
bantuan dan dukungan yang diberikan selama penelitian berlangsung.
4. Dosen- dosen Pendidikan Fisika, terimakasih atas ilmu yang telah
diberikan.
5. Sekretariat FKIP dan JPMIPA.
6. Teman- teman kost Sekar Ayu, yang telah meluangkan waktunya untuk
7. Ibu dan Bapak, serta saudara-saudara saya tercinta, terimakasih untuk
segala kasih sayang, doa, pengorbanan, kepercayaan, kesabaran dan
dukungannya sehingga dapat menyelesaikan studi ini.
8. Keluarga Bapak Luhut Dongoran di Tj. Pinang, terimakasih atas dukungan
dan doa yang diberikan.
9. Teman- teman Pendidikan Fisika angkatan 2003, yang selalu memotivasi
dan memberikan semangat buat penulis.
10.Semua pihak yang membantu terselesainya skripsi ini.
Semoga penelitian ini dapat memberikan sumbangan dan manfaat bagi
perkembangan pendidikan dan ilmu pengetahuan. Penulis sangat menyadari
skripsi ini masih jauh dari sempurna, maka masukan, saran, dan kritik dari
pembaca yang sifatnya membangun saya harapkan demi kesempurnaan skripsi ini.
Yogyakarta, 2009
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PERSETUJUAN... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
PERSEMBAHAN... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... v
LEMBAR PUBLIKASI... vi
ABSTRAK... vii
ABSTRACT... viii
KATA PENGANTAR... ix
DAFTAR ISI... xi
DAFTAR TABEL... xiv
BAB I. PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang... 1
B. Perumusan Masalah... 3
C. Tujuan Penelitian... 3
D. Manfaat Penelitian... 4
BAB II. LANDASAN TEORI ... 5
A. Hakikat Pembelajaran Fisika... 5
B. Konsep, Membangun Konsep, dan Memahami Konsep.. 6
1. Pengertian Konsep... 6
2. Membangun Konsep... 7
3. Memahami Konsep... 9
C. Pendekatan Inkuiri... 10
1. Inkuiri Terbimbing... 11
D. Konsep Gaya Ke Atas pada Prinsip Archimedes dan
Pengapungan... 15
1. Pengertian Fluida... 15
2. Gaya Ke Atas pada Prinsip Archimedes... 16
3. Mengapung, Melayang, dan Tenggelam... 17
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN... 19
A. Jenis Penelitian... 19
B. Waktu dan Tempat Penelitian... 19
C. Subyek Penelitian... 19
D. Ubahan... 20
E. Perlakuan... 20
F. Metode Pengumpulan Data... 21
1. Data dan Pengumpulan Data... 21
2. Instrumen... 24
G. Metode Analisis Data... 30
1. Pemahaman Awal Siswa dan Pemahaman Siswa Setelah Pembelajaran... 30
2. Kemampuan Siswa Membangun Sendiri Konsep... 32
3. Perbedaan Tingkat Kemampuan Siswa Membangun Sendiri Konsep... 36
BAB IV. PELAKSANAAN PENELITIAN, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN... 37
A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian... 37
1. Pelaksanaan Pre-test... 38
2. Pelaksanaan Pembelajaran... 39
3. Pelaksanaan Post-test... 43
B. Analisis Data Penelitian... 44
1. Pemahaman Awal Siswa... 44
2. Pemahaman Siswa Setelah Pembelajaran... 47
4. Perbedaan Tingkat Kemampuan Siswa Membangun
Sendiri Konsep... 53
5. Hasil Wawancara... 53
C. Pembahasan... 55
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN... 70
A. Kesimpulan... 70
B. Saran... 71
DAFTAR PUSTAKA... 72
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 : Pengelompokan siswa berdasarkan prestasi... 22
Tabel 2 : Aspek yang diukur, indikator, soal, dan bobot pre-test ... 25
Tabel 3 : Aspek yang diukur, indikator, soal, dan bobot post-test ... 26
Tabel 4 : Tingkat kebenaran jawaban pre-test dan post-test…... 30
Tabel 5 : Kriteria tingkat pemahaman konsep siswa... 31
Tabel 6 : Indikaror untuk setiap aspek dalam proses inkuiri... 32
Tabel 7 : Kriteria Skor untuk Proses Inkuiri... 33
Tabel 8 : Tingkat Kebenaran Jawaban LKS... 34
Tabel 9 : Kriteria Tingkat Kemampuan Membangun Konsep Siswa... 35
Tabel 10 : Skor tiap Aspek untuk Pre-test... 44
Tabel 11 : Skor Final Pre-test... 44
Tabel 12 : Hasil Analisis Pemahaman Awal Siswa... 46
Tabel 13 : Skor tiap Aspek untuk Post-test…... 47
Tabel 14 : Skor Final Post-test... 47
Tabel 15 : Hasil Analisis Pemahaman Siswa Setelah Pembelajaran... 49
Tabel 16 : Analisis Kemampuan Melakukan Proses... 50
Tabel 17 : Analisis Kemampuan Merumuskan Hasil... 51
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kegiatan dalam dunia pendidikan tidak lepas dari proses belajar
mengajar yang mempunyai tujuan pembelajaran. Dalam bidang fisika, fungsi
dan tujuan mata pelajaran fisika antara lain adalah untuk: memupuk sikap
ilmiah, memberikan pengalaman kepada siswa untuk melakukan kerja ilmiah
dalam rangka menguji kebenaran suatu pernyataan ilmiah, mengembangkan
kemampuan berpikir analisis induktif dan deduktif, dan menguasai
pengetahuan serta konsep dan prinsip fisika sehingga dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari. Pada kenyataannya, fisika dianggap sebagai pelajaran
yang sulit untuk dipelajari. Hal ini membuat siswa tidak termotivasi untuk
belajar fisika yang akhirnya akan berpengaruh terhadap keberhasilan yang
dicapai siswa.
Berbagai usaha untuk memperbaiki sistem pembelajaran telah banyak
dilakukan, seperti pengkajian ulang kurikulum, pengadaan buku-buku
pelajaran dan laboratorium, dan peningkatan mutu guru melalui
seminar-seminar dan sebagainya. Meskipun demikian, hasil yang dicapai belum
memuaskan. Masih banyak siswa-siswa yang mendapat nilai relatif rendah
untuk mata pelajaran fisika. Salah satu penyebabnya adalah siswa
menganggap bahwa fisika merupakan pelajaran yang didalamnya terdapat
rumus-rumus tersebut. Dengan demikian, siswa tidak dibiasakan untuk
membangun konsepnya sendiri. Seringkali guru dianggap sebagai satu-satunya
sumber belajar sehingga siswa tidak terbiasa untuk mencari informasi dari
sumber belajar yang lain selain mendengar dari guru. Di sisi lain, guru sebagai
pengajar juga sangat berpengaruh terhadap keberhasilan dalam pembelajaran.
Dalam mengajar, guru semestinya menggunakan metode, model, atau
pendekatan mengajar yang dapat membuat siswa aktif belajar sendiri.
Mengingat pemahaman atas konsep-konsep fisika merupakan hal yang sangat
penting dalam pembelajaran fisika, maka siswa perlu diberi pengalaman
belajar agar siswa mampu membangun konsepnya sendiri. Bila mereka belajar
sendiri mau tidak mau mereka akan semakin menguasai bahan fisika dan
menjadi berkompetensi. Sehingga siswa akan mengerti sungguh-sungguh apa
yang dipelajarinya bila siswa sendiri aktif belajar, mengolah bahan, dan
merumuskannya sendiri. Maka sangat penting bila guru fisika berusaha agar
pembelajarannya menarik dan menyenangkan siswa.
Salah satu pendekatan pembelajaran yang berpusat pada pengalaman
siswa adalah pembelajaran konstruktivistik, yaitu pembelajaran berdasar
filsafat konstruktivisme. Menurut konstruktivisme, pengetahuan adalah hasil
konstruksi manusia melalui interaksi dengan lingkungannya. Oleh karena itu
pengetahuan dibangun sendiri oleh siswa melalui proses belajar yang aktif.
Adapun pendekatan pembelajaran yang dipengaruhi oleh filsafat
konstruktivisme, salah satunya adalah pendekatan inkuiri. Melalui
Bukan hanya menerima apa yang telah disampaikan oleh guru. Pelaksanaan
pembelajaran inkuiri akan diawali dengan inkuiri terbimbing, dimana proses
kegiatan inkuiri dilakukan oleh siswa dengan bantuan lembar kerja siswa.
Guru hanya sebagai fasilitator yang membimbing dan mengarahkan siswa
dalam melakukan proses belajar.
Peneliti tertarik menggunakan pendekatan inkuiri terbimbing dalam
pembelajaran fisika karena pendekatan ini memberikan peluang kepada siswa
untuk membangun konsepnya sendiri. Sehingga siswa dapat aktif belajar,
dengan harapan bahwa siswa akan memahami konsep-konsep fisika.
B. Perumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka peneliti
merumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut:
1. Apakah melalui pembelajaran dengan pendekatan inkuiri terbimbing siswa
mampu membangun sendiri konsep?
2. Apakah ada perbedaan tingkat kemampuan membangun sendiri konsep
antara siswa yang prestasi belajar sebelumnya tinggi, sedang, dan rendah?
3. Apakah siswa memahami konsep yang mereka bangun sendiri?
C. Tujuan penelitian
Berdasarkan perumusan masalah tersebut, maka penelitian ini bertujuan
untuk:
1. Mengetahui apakah melalui pembelajaran dengan pendekatan inkuiri
2. Mengetahui apakah ada perbedaan tingkat kemampuan membangun
sendiri konsep antara siswa yang prestasi belajar sebelumnya tinggi,
sedang dan rendah.
3. Mengetahui apakah siswa memahami konsep yang telah mereka bangun
sendiri.
D. Manfaat penelitian
1. Bagi Peneliti
Penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengalaman peneliti
dalam menerapkan teori-teori yang diperoleh selama kuliah, serta memperluas
pengetahuan dan wawasan tentang pembelajaran fisika yang menekankan
pada pemahaman konsep siswa.
2. Bagi Guru/Calon Guru
Untuk guru dan calon guru, penelitian ini diharapkan memberikan
gambaran tentang penggunaan metode inkuiri dalam proses pembelajaran
fisika. Guru dapat mengetahui sejauh mana tingkat pemahaman siswa tentang
materi tertentu dalam pembelajaran fisika. Selain itu, hasil penelitian ini dapat
dipakai sebagai pertimbangan guru untuk semakin kreatif dalam menciptakan
pembelajaran yang menyenangkan dan mengaktifkan siswa.
3. Bagi Universitas Sanata Dharma
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi dan tambahan
referensi bagi perpustakaan sehingga dapat menambah khasanah bacaan
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Hakikat Pembelajaran Fisika
Pembelajaran berasal dari kata “belajar”, yaitu suatu aktivitas mental/
psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang
menghasilkan perubahan- perubahan dalam pengetahuan, pemahaman,
keterampilan dan nilai sikap (Winkel, 1996:53). Sedangkan menurut kaum
konstruktivis, belajar merupakan proses aktif dari siswa untuk membangun sendiri
pengetahuannya melalui interaksi dengan lingkungannya. Belajar bukan sekedar
proses mekanik mengumpulkan pengetahuan. Siswa dikatakan telah belajar fisika
apabila teori fisika dan konsep fisika yang disajikan menjadi bagian dari struktur
kognitif siswa. Kaum konstruktivis juga mengungkapkan bahwa mengajar fisika
bukanlah sekedar memindahkan pengetahuan dari guru ke siswa, melainkan suatu
kegiatan yang memungkinkan siswa membangun sendiri pengetahuannya,
membuat makna dari apa yang dipelajari, mencari kejelasan mengenai apa yang
dipelajarinya, bersikap kritis dan mengadakan justifikasi. Jadi mengajar dalam
pembelajaran fisika adalah suatu bentuk belajar sendiri (Suparno, 1997:62).
Menurut Reber, pembelajaran merupakan proses untuk memperoleh
pengetahuan (Muhibbin Syah, 2003:64). Sedangkan bila ditinjau dari pengertian
antara belajar dan mengajar, pembelajaran merupakan proses interaksi antara guru
dan peserta didik dengan lingkungannya. Dalam pembelajaran, proses merupakan
tahap-tahap aktivitas yang sistematis dan terarah. Untuk bidang fisika,
aktivitas-aktivitas yang dilakukan diantaranya melakukan observasi, mengukur,
memprediksi, mengklasifikasi, membandingkan, menyimpulkan, merumuskan
hipotesis, melakukan eksperimen, menganalisis data, membuat laporan penelitian
dan mengkomunikasikan hasil penelitian. Dengan aktivitas-aktivitas tersebut
berarti siswa melakukan proses belajar dalam hal ini belajar fisika. Kedudukan
siswa adalah sebagai subyek dalam pembelajaran fisika, karena siswa yang
melakukan proses aktif dalam kegiatan pembelajaran. Guru berperan sebagai
fasilitator dan mediator yang membantu siswa belajar untuk membangun
pengetahuannya sendiri. Sehingga hasil pembelajaran bukan semata-mata terbatas
pada apa yang disampaikan oleh guru, melainkan merupakan bangunan siswa
sendiri. Dengan demikian sangatlah penting bagi siswa untuk diberikan
pengalaman belajar sebagai seorang ilmuwan, dimana siswa belajar untuk
mempertanyakan dan mencari jawaban atas suatu permasalahan dengan
mengumpulkan berbagai informasi serta melakukan penelitian dan pengujian.
Sehingga tujuan dari pembelajaran itu sendiri dapat tercapai.
B. Konsep, Membangun Konsep, dan Memahami Konsep 1. Pengertian Konsep
Dalam proses pembelajaran fisika guru dan siswa selalu menghadapi
dan berhubungan dengan sejumlah konsep sesuai dengan pokok bahasan yang
sedang dipelajari. Konsep adalah gambaran mental sesuatu (Kartika Budi,
1987:234). Gambaran mental itu diperoleh melalui generalisasi dari
konsep dapat berupa objek (benda), gejala, situasi (kondisi), sifat-sifat, dan
atribut dari suatu obyek (Euwe Van den Berg, 1991:8). Konsep sebagai
gambaran mental terbentuk sebagai hasil aktivitas manusia baik mental
maupun fisik. Konsep sendiri merupakan hasil akhir dari persepsi. Untuk
membedakan konsep yang satu dengan konsep yang lain maka konsep itu
harus menggunakan hakekat atau ciri yang mengungkapkan
anggota-anggotanya.
Menurut Kartika Budi (1987:237) dalam pembelajaran fisika kita
berhadapan dengan konsep fisis, baik itu konsep konkrit maupun konsep
proses. Robert B. Sund dalam Kartika Budi (1987:235) menjelaskan bahwa
konsep konkrit adalah konsep yang mengacu pada obyek seperti benda-benda,
besaran-besaran atau atribut dari besaran misalnya batu baterai, gaya,
tegangan, tekanan dan sebagainya. Sedangkan konsep proses adalah konsep
yang mengacu pada proses dari benda-benda atau besaran-besaran fisis seperti
pemuaian, perambatan panas dan sebagainya. Selain itu dalam pembelajaran
fisika kita juga menjumpai konsep seperti konsep medan magnet, kuat medan
magnet, momen putar dan sebagainya. Untuk membedakan konsep-konsep
tersebut dapat ditinjau dari beberapa dimensi atau sudut padang kita terhadap
objek tersebut.
2. Membangun Konsep
Membangun sendiri konsep merupakan salah satu prinsip yang
terdapat pada konstruktivisme. Bagi konstruktivisme, kegiatan belajar adalah
Kaum konstruktivis menjelaskan bahwa belajar adalah suatu proses organik
untuk menemukan sesuatu, bukan suatu proses mekanik untuk mengumpulkan
fakta (Suparno, 1997:62).
Dalam dunia pendidikan sains dan matematika, prinsip- prinsip
konstruktivisme telah banyak digunakan. Secara umum, prinsip-prinsip
tersebut berperan sebagai referensi dan alat refleksi terhadap praktek,
pembaruan, dan perencanaan pendidikan sains dan matematika.
Prinsip-prinsip yang sering diambil dari konstrutivisme antara lain: (1) pengetahuan
dibangun oleh siswa secara aktif, (2) tekanan dalam proses belajar terletak
pada siswa, (3) mengajar adalah membantu siswa belajar, (4) tekanan dalam
proses belajar lebih pada proses, bukan pada hasil akhir, (5) kurikulum
menekankan partisipasi siswa, dan (6) guru sebagai fasilitator. Menurut
Fosnot, sebagai referensi prinsip-prinsip konstruktivisme dipakai sekelompok
guru untuk menyusun metode mengajar yang lebih menekankan pada
keaktifan siswa baik dalam belajar sendiri maupun bersama dalam kelompok.
Guru memikirkan beberapa kegiatan dan aktivitas yang dapat merangsang
siswa untuk berpikir. Siswa diberi kebebasan untuk mengungkapkan gagasan
dan pemikiran mereka. Sebagai alat refleksi, konstruktivisme dapat digunakan
untuk meneliti mengapa siswa tertentu dapat belajar lebih baik dalam konteks
dengan teman dan mengapa siswa tertentu salah tangkap terhadap yang ia
pelajari. Selain itu, konstruktivisme dapat digunakan untuk menilai dan
prinsip konstruktivisme atau belum (Tobin, Tippins, & Gallard, 1994, dalam
Suparno, 1997:74).
Selain selaras dengan prinsip konstruktivisme, membangun konsep
juga merupakan salah satu tujuan yang termuat dalam GBPP 1994. Salah satu
tujuan pembelajaran fisika adalah membangun konsep, prinsip, hukum, dan
teori, memahaminya sehingga mampu menerapkannya untuk memecahkan
masalah- masalah yang sesuai. Pengetahuannya yang berupa konsep- konsep
atau hukum harus diperoleh atau dibangun melalui serangkaian proses sains
(Kartika Budi, 2001).
3. Memahami Konsep
Salah satu tujuan belajar mengajar adalah supaya siswa memahami
konsep. Untuk dapat memutuskan seseorang memahami konsep atau tidak,
diperlukan kriteria atau indikator-indikator yang dapat menunjukkan
pemahaman tersebut. Berikut ini adalah beberapa indikator yang dapat
menunjukkan pemahaman seseorang akan suatu konsep (Hurt, 1970:70-71;
Martin, 1972:138-140; Berg, 1991:11; Kartika Budi, 1990; dalam Kartika
Budi, 1992:114):
a. dapat menyatakan pengertian konsep dalam bentuk definisi
menggunakan kalimat sendiri,
b. dapat menjelaskan makna dari konsep bersangkutan kepada orang lain,
c. dapat menganalisis hubungan antara konsep dalam suatu hukum,
d. dapat menerapkan konsep untuk: (1) menganalisis dan menjelaskan
secara teoritis maupun praktis, (3) memprediksi
kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi pada suatu sistem apabila kondisi
tertentu dipenuhi,
e. dapat mempelajari konsep lain yang berkaitan dengan lebih cepat,
f. dapat membedakan konsep yang satu dengan konsep yang lain yang
saling berkaitan,
g. dapat membedakan konsep yang benar dan konsep yang salah, dan
dapat membuat peta konsep dari konsep-konsep yang ada dalam suatu
pokok bahasan.
Berdasarkan kriteria atau indikator-indikator tersebut, seorang guru dapat
mengetahui apakah seorang siswa dapat memahami atau tidak memahami
konsep.
C. Pendekatan Inkuiri
Dalam pembelajaran fisika sering terdapat istilah “pendekatan”.
Pendekatan yaitu jenis upaya belajar yang lebih menekankan pada strategi dan
metode yang digunakan untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi
pelajaran (Muhibbin Syah,1997:132). Dengan kata lain, pendekatan lebih
menekankan pada strategi dalam perencanaan. Suatu pendekatan yang
direncanakan untuk satu pembelajaran mungkin dalam pelaksanaan proses
tersebut digunakan beberapa metode. Salah satu pendekatan yang dapat
melibatkan siswa untuk aktif berpikir dan menemukan pengertian yang ingin
diketahuinya yaitu inquiry. Beberapa saintis (dalam Suparno, 2007:65)
1. Menurut Welch, Inquiry merupakan proses di mana manusia mencari
informasi atau pengertian, sehingga sering disebut a way of thought (suatu
cara berpikir).
2. Menurut Trowbridge dan Bybee (1996), inquiry adalah proses di mana
para saintis mengajukan pertanyaan tentang alam dunia ini dan bagaimana
mereka secara sistematis mencari jawabnya.
3. Kindsvatter, Wilen, & Ishler (1996) menjelaskan inquiry sebagai model
pengajaran dimana guru melibatkan kemampuan berpikir kritis siswa
untuk menganalisis dan memecahkan persoalan secara sistematik.
Berdasarkan beberapa pengertian tentang inquiry, maka dapat disimpulkan bahwa
pendekatan inkuiri merupakan pendekatan di mana siswa dengan proses
mentalnya sendiri dapat menemukan suatu pengertian, konsep, dan memecahkan
persoalan secara sistematik.
Model inquiry menggunakan prinsip metode ilmiah atau saintifik dalam
menemukan suatu prinsip, hukum, ataupun teori. Secara umum metode ilmiah
mempunyai langkah sebagai berikut: (1) merumuskan persoalan, (2) membuat
hipotesis, (3) melakukan percobaan untuk mengumpulkan data, (4) menganalisis
data yang diperoleh, (5) mengambil kesimpulan apakah hipotesis diterima atau
ditolak.
1. Inkuiri Terbimbing
Inquiry dibedakan menjadi dua macam yaitu guided inquiry (inkuiri
terbimbing) dan open inquiry atau free inquiry (inkuiri bebas). Inkuiri
menyediakan bimbingan atau petunjuk yang cukup luas kepada siswa. Guru
banyak mengarahkan dan memberikan petunjuk baik lewat prosedur yang
lengkap dan pertanyaan-pertanyaan pengarahan selama proses inkuiri. Bahkan
guru sudah mempunyai jawaban sebelumnya, sehingga siswa tidak begitu
bebas mengembangkan gagasan dan idenya. Guru memberikan persoalan dan
siswa diminta untuk menyelesaikan persoalan tersebut dengan prosedur yang
tertentu yang diarahkan oleh guru. Model inkuiri terbimbing lebih cocok
untuk awal semester dimana siswa belum biasa melakukan inkuiri (Suparno,
2007:68). Sebagian besar perencanaanya dibuat oleh guru dan siswa tidak
merumuskan masalah (Moh. Amien, 1987:137).
Berbeda dengan inkuiri terbimbing, pada inkuiri bebas siswa diberi
kebebasan dan inisiatif untuk memikirkan bagaimana akan memecahkan
persoalan yang dihadapi. Siswa memikirkan sendiri hipotesis, lalu
menentukan peralatan yang akan digunakan, merangkai peralatan tersebut, dan
mengumpulakan data sendiri. Dengan demikian siswa akan lebih bertanggung
jawab, lebih mandiri, dan guru tidak banyak ikut campur. Guru hanya sebagai
fasilitator, membantu sejauh mana diminta oleh siswa. Guru tidak banyak
memberikan arah dan memberikan kebebasan kepada siswa untuk menemukan
sendiri. Model inkuiri bebas ini dapat dilakukan dalam kelompok, tetapi juga
secara individual dan dapat dilakukan di mana saja (Suparno, 2007:68-69).
2. Langkah- langkah Pembelajaran Inkuiri
Model pembelajaran inkuiri merupakan model pembelajaran yang
Berikut ini merupakan uraian yang lebih rinci tentang langkah-langkah metode
inkuiri agar menjadi jelas dan mudah dilakukan (Kindsvatter, Wilen, & Ishler,
1996:263-267, dalam Suparno,2007:66-68).
a. Identifikasi masalah
Identifikasi masalah yang akan dipecahkan merupakan langkah
awal dalam pembelajaran dengan metode inkuiri. Masalah atau persoalan
yang akan dipecahkan sebaiknya disiapkan oleh guru sebelum memulai
pelajaran. Masalah yang diajukan harus jelas supaya tujuan dari seluruh
proses pembelajaran tampak jelas. Persoalan yang ditentukan oleh guru
harus real, dapat dikerjakan siswa, dan sesuai dengan kemampuan siswa.
b. Merumuskan hipotesis
Setelah masalahnya ditentukan, siswa diminta untuk membuat
hipotesis, yaitu mengajukan jawaban sementara tentang persoalan tersebut.
Hipotesis siswa perlu dikaji apakah jelas atau tidak. Bila belum jelas,
sebaiknya guru membantu memperjelas maksudnya lebih dulu. Sebaiknya
guru tidak memperbaiki hipotesis siswa yang salah, tetapi cukup
memperjelas maksudnya saja. Hipotesis yang salah akan kentara setelah
pengambilan data dan analisis data ang diperoleh siswa.
c. Mengumpulkan data
Siswa mencari dan mengumpulkan data sebanyak-banyaknya
untuk membuktikan apakah hipotesis mereka benar atau tidak. Untuk
dapat mengumpulkan data siswa perlu menyiapkan suatu peralatan yang
percobaan atau eksperimen. Guru perlu membantu siswa dalam
menyiapkan peralatan, merangkai peralatan dan mengoperasikan peralatan
sehingga jalan dengan baik. Setelah peralatan jalan, siswa diminta untuk
mengumpulkan data dan mencatatnya dalam buku atau tempat yang telah
disediakan.
d. Menganalisis data
Data yang sudah terkumpul kemudian dianalisis untuk
membuktikan apakah hipotesis benar atau tidak. Data sebaiknya
diorganisasikan, dikelompokkan, dan diatur sehingga memudahkan untuk
menganalisis data. Sebaiknya data dikelompokkan menurut: (1) yang
menguatkan hipotesis, (2) yang melemahkan hipotesis, (3) dan yang netral.
Campur tangan guru penting dalam hal ini, karena siswa kadang bingung
untuk menentukan langkah selanjutya dengan data yang banyak.
e. Mengambil kesimpulan
Dari data yang telah dianalisis, kemudian diambil kesimpulan
dengan generalisasi. Setelah diambil kesimpulan kemudian dicocokkan
dengan hipotesis asal, apakah hipotesa diterima atau tidak. Sebaiknya
siswa dilibatkan dalam pengambilan kesimpulan sehingga mereka yakin
bahwa mereka mengetahui secara benar. Bila hipotesis tidak diterima,
siswa diminta untuk memberikan penjelasan mengapa demikian, dan guru
dapat membantu dengan pertanyaan penolong.
Siswa melakukan inkuiri terbimbing dengan cara mengikuti
(LKS) yang sudah dirancang oleh peneliti agar siswa mencapai
kompetensi yang diharapkan sebagai hasil dari proses pembelajaran.
Selama pelaksanaan pembelajaran, guru perlu menginformasikan apa saja
yang perlu dilakukan, diamati dan dicatat selama proses inkuiri dengan
eksperimen. Guru hanya sebagai fasilitator, sebagian besar kegiatan
dilakukan oleh siswa. Setelah pembelajaran berlangsung, guru perlu
mengadakan evaluasi untuk mengetahui sejauh mana siswa mampu
mengumpulkan dan membangun pengetahuannya selama eksperimen serta
pengalaman apa saja yang mereka dapatkan. Oleh sebab itu, dalam
penelitian ini selain menggunakan Lembar Kerja Siswa peneliti juga
melakukan wawancara diagnosis.
D. Konsep Gaya Ke Atas Pada Prinsip Archimedes dan Pengapungan 1. Pengertian Fluida
Materi atau benda yang dapat teramati memiliki sifat khas yang
menjadi ciri sehingga dapat membedakan golongan atau jenis materi tersebut.
Secara umum materi memiliki tiga keadaan atau fase, yaitu padat, cair, dan
gas. Benda padat dapat mempertahankan bentuk dan ukuran yang selalu tetap,
bahkan jika sebuah gaya yang besar diberikan pada sebuah benda padat, benda
tersebut tidak dapat langsung berubah bentuk atau volumenya. Benda cair
tidak mempertahankan bentuk yang tetap, melainkan mengambil bentuk sesuai
dengan wadah yang ditempatinya. Benda cair tidak dapat langsung ditekan
dan perubahan volume yang cukup significant terjadi jika diberikan gaya yang
memenuhi tempatnya. Karena zat cair dan gas tidak dapat mempertahankan
bentuk yang tetap dan memiliki kemampuan untuk mengalir, dengan demikian
keduanya sering disebut fluida.
2. Gaya Ke Atas pada Prinsip Archimedes
Sebuah benda yang besar yang mungkin akan sulit diangkat dari tanah
seringkali dapat diangkat dengan mudah dari dasar sungai. Akan tetapi ketika
benda tersebut sampai ke permukaan air, tampak menjadi jauh lebih berat.
Benda- benda yang dimasukkan pada fluida tampak mempunyai berat yang
lebih kecil dari pada saat berada di udara. Keadaan tersebut terjadi karena di
dalam fluida terdapat gaya ke atas.
Gaya ke atas terjadi karena tekanan dalam fluida bertambah terhadap
kedalaman. Tekanan ke atas pada bawah benda lebih besar dari pada tekanan
ke bawah pada permukaan atas benda. Keadaan tersebut diperlihatkan pada
gambar 1. Sebuah balok dengan luas A dan ketinggian h terbenam seluruhnya
dalam fluida yang massa jenisnya ρf . Fluida memberikan tekanan P1 =
f
ρ gh1 di permukaan atas balok. Gaya yang disebabkan oleh tekanan di bagian
atas balok tersebut adalah F1 = P1 A = ρf gh1A, dan menuju ke bawah.
Dengan cara yang sama, fluida memberikan gaya ke atas pada bagian bawah
balok yang sama dengan F2 = P2A = ρf gh2A. Maka gaya total yang
F1
F2
h= h2 – h1
h2
h1
A
Fa = F2 – F1
= ρf gA (h2 – h1)
= ρf gAh
=
ρf gV
V = Ah merupakan volume balok. Hasil kali ρf gV = mf g merupakan berat
fluida yang mempunyai volume yang sama dengan volume balok. dengan
(didesak) oleh balok. Hal ini disebut sebagai prinsip Archimedes : gaya ke atas yang bekerja pada benda yang dimasukkan dalam fluida sama dengan
Gambar 1 : Menghit g gaya ke atas
demikian gaya ke atas pada balok sama dengan berat fluida yang dipindahkan
3.
Benda yang berada dalam zat cair mengalami dua gaya yang berlawanan,
yaitu gaya keatas ( ) dan gaya berat atau berat benda (w) kebawah. Bila
sebuah benda dimasukkan pada fluida ,aka kemungkinan yang terjadi adalah
benda tersebut akan m elayang, atau tenggelam.
a. Mengapung
Suatu benda dikatakan mengapung pada fluida apabila benda
tersebut dimasukkan ke dalam air dan benda terus bergerak ke atas sampai
ada bagian yang muncul dipermukaan air, berarti berat benda lebih kecil
un
berat fluida yang dipindahkannya.
Mengapung, Melayang, dan Tenggelam
a
F
daripada gaya keatas yang dialami benda. Jadiwb <Fa.
Atau massa jenis benda lebih kecil daripada massa jenis
zat cair.(ρb <ρzc). Bila benda sudah muncul
dipermukaan zat cair dan diam, maka benda berada
dalam keadaan setimbang , yaitu jumlah gaya
yang bekerja padanya adalah nol, maka wb =Fa.
b. Melayang
Fa
wb
Gambar 2: Benda mengapung
Bila suatu benda dimasukkan kedalam air dan benda tidak bergerak
naik atau turun, berarti berat benda sama dengan gaya
tas i benda. Jadi
kea yang dialam wb = Fa. Atau massa
jenis benda sama dengan massa jenis zat cair
(ρb =ρzc).
Fa
wb
bar 3: Benda melayang c. Tenggelam
Bila suatu benda dimasukkan kedalam air dan
benda terus bergerak ke bawah, berarti berat benda lebih
besar daripada gaya keatas yang dialami benda. Jadi
> a jenis benda lebih besar daripada
massa j
Gam
Fa
wb
a b
w F . Atau mass
enis zat cair.(ρb >ρzc).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif-kualitatif dengan pendekatan studi
kasus. Studi kasus merupakan suatu penelitian terhadap suatu subyek, keadaan
atau kejadian khusus, bahan yang dite
penelitian ini hanya berlaku terbatas pada siswa yang diteliti saja. Kesimpulan
dapat digeneralisasikan pada
keadaan-keadaan diluar kasus yang diteliti. Be
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Tempat Penelitian : SMA Stella Duce 2 Yogyakarta
C. Subyek Penelitian
Yang menjadi subyek dalam penelitian ini adalah siswa SMA kelas X,
Jumlah subyek adalah enam (6) siswa yang dipilih berdasarkan kriteria tertentu, liti kecil lingkupnya, sehingga hasil
yang diperoleh dari penelitian ini tidak
rsifat deskriptif karena analisisnya
terbatas pada usaha mengungkapkan masalah dari keadaan yang terjadi
sebagaimana adanya. Penelitian ini menjelaskan dapat tidaknya metode inkuiri
membantu siswa membangun sendiri konsep. Bersifat kualitatif karena data
yang diperoleh dari penelitian seperti hasil pengamatan, hasil wawancara,
hasil rekaman, dan hasil dari proses pembelajaran, tidak dituangkan dalam
bentuk dan bilangan statistik. Hasil analisis berupa pemaparan gambaran
mengenai situasi yang diteliti.
yaitu siswa dengan prestasi belajar tinggi, siswa dengan prestasi belajar sedang,
D. Ubahan
1. Jenis Ubahan
embangun sendiri konsep, (c)
prestasi belajar siswa, (d) pemahaman konsep siswa.
2. Definisi Operasional Ubahan
a. Yang dimaksud dengan metode pembelajaran adalah cara-cara
yang dipakai dalam melaksanakan proses pembelajaran.
b. Kemampuan siswa membangun sendiri konsep adalah proses dan
hasil yang diperoleh melalui kegiatan belajar dengan pendekatan
berupa proses membangun konsep dan
d.
E. Perlakuan
1. Peneliti memberikan penjelasan sucukupnya tentang kegiatan yang akan
dilakukan
dan siswa dengan prestasi belajar rendah.
Dalam penelitian ini terdapat empat (4) ubahan, yaitu (a) metode
pembelajaran, (b) kemampuan siswa m
inkuiri terbimbing, yaitu
hasil berupa konsep atau hukum. Hasil dan kesimpulan ini terdapat
dalam lembar kegiatan siswa.
c. Prestasi belajar siswa adalah hasil belajar siswa disekolah yang
dinyatakan dengan nilai rapor dan test masuk sekolah tersebut.
Pemahaman konsep siswa adalah skor post-test yang diperoleh
2. Sis m
3. Siswa nakan proses pembelajaran dengan pendekatan inkuiri
g
4. Siswa mengerjakan soal-soal post-test.
5. Peneliti melakukan wawancara dengan siswa
F.
-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah sebagai
si belajar siswa yaitu jumlah rata-rata nilai test
masuk sekolah yang bersangkutan. Test masuk sekolah SMA Stella Duce
2 Yogyakarta adalah test mata pelajaran Matematika, Bahasa Inggris, dan
Bahasa Indonesia. Sebelum melaksanakan penelitian, terlebih dahulu
peneliti mengumpulkan data prestasi hasil belajar siswa untuk menentukan
kriteria siswa yang ditunjuk sebagai subyek dalam penelitian ini. Kriteria
yang dimaksud adalah prestasi belajar tinggi, prestasi belajar sedang, dan
prestasi belajar rendah. Ketiga kriteria tersebut ditentukan berdasarkan
rata-rata nilai test masuk sekolah siswa dan rapor semester sebelumnya,
yaitu nilai rapor siswa kelas III SMP untuk mata pelajaran yang sama
dengan pengelompokan sebagai berikut: wa engerjakan soal-soal pre-test
melaksa
terbimbin
Metode Pengumpulan Data 1. Data dan Pengumpulan Data
Data
berikut:
a. Prestasi Belajar Siswa Sebelumnya
Tabel 1: Pengelompokan Siswa Berdasarkan Prestasi
Nilai rata-rata test Kriteria
80-100 Prestasi tinggi
65-79 Prestasi sedang
≤ 65 Prestasi rendah
alam menentukan tingkat prestasi siswa yang dibedakan kedalam
tiga kriteria tersebut, peneliti berkonsultasi dengan guru fisika yang
endam oleh peneliti
untuk m ampuan membangun sendiri konsep oleh
siswa.
n Awal Siswa
bahwa siswa belum sungguh-sungguh mengerti tentang suatu
m pembelajaran, sehingga hasil dari proses
pembel D
m pingi penelitian. Ketiga kriteria tersebut digunakan
engetahui perbedaan kem
b. Pemahama
Data pemahaman awal siswa diperoleh melalui pre-test. Pre-test
bertujuan untuk mengetahui bagaimana konsep awal siswa tentang materi
pokok pembelajaran. Pre-test dilaksanakan sebelum berlangsungnya
proses pembelajaran. Hasil pre-test dipakai untuk meyakinkan kepada
peneliti
konsep yang akan dipakai dala
ajaran yaitu konsep atau hukum merupakan bangunan siswa
sendiri. Pre-test dilaksanakan sebelum berlangsungnya proses
pembelajaran.
c. Kemampuan Siswa Membangun Sendiri Konsep
Data kemampuan membangun sendiri konsep diperoleh melalui
proses pembelajaran. Kemampuan membangun konsep meliputi dua hal
Dalam pelaksanaan proses pembelajaran, siswa melakukan kegiatan
sebagai berikut:
asing percobaan
rediksi dibuat, siswa diminta untuk melakukan percobaan
(membuktikan benar tidaknya
d. secara bertahap dan
e.
Dal
lembar
penelit
proses atan belajar siswa untuk
a. Siswa merumuskan permasalahan untuk masing-m
yang akan dilakukan oleh siswa.
b. Siswa diminta untuk meramalkan atau memprediksikan (membuat
hipotesis) fenomena yang akan terjadi melalui permasalahan yang
diajukan untuk masing-masing percobaan.
c. Setelah p
guna menyelidiki fenomena-fenomena yang terjadi dari
permasalahan yang diajukan
prediksi yang sudah dibuat). Percobaan dilakukan sesuai dengan
petunjuk yang ditulis dalam lembar kegiatan.
Siswa menjawab pertanyaan-pertanyaan
mencatat data-data yang diperoleh dari percobaan. Data yang
diperoleh bisa berupa data kuantitatif maupun data kualitatif. Data
kemudian dianalisis oleh siswa sendiri.
Setelah melakukan analisis data, siswa diminta untuk menarik
kesimpulan dari data yang diperoleh.
am penelitian ini, tidak semua kegiatan tersebut terdapat dalam setiap
kegiatan siswa. Seluruh kegiatan tersebut akan diamati oleh
i. Data pengamatan proses pembelajaran merupakan hasil rekaman
mel t
dilakuk
n konsep siswa diperoleh melalui post-test. Post-test
sil post-test dalam penelitian ini berupa penyelesaian
soal-ses pembelajaran
2.
Ada dua macam instrumen dalam penelitian ini, yaitu instrumen untuk
mengumpulkan data dan instrumen untuk melakukan kegiatan pembelajaran.
Instrumen untuk mengumpulkan data meliputi soal pre-test, soal post-test,
lembar panduan wawancara, dan video kamera. Sedangkan instrumen untuk
melakukan kegiatan pembelajaran meliputi lembar kerja siswa (LKS) dan
aan.
iha secara detail setiap tahap kegiatan dalam proses inkuiri yang
an siswa.
Data hasil belajar siswa merupakan kesimpulan dan konsep atau
hukum yang dibangun oleh siswa sendiri. Data tersebut merupakan
jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang ditulis dalam lembar kegiatan
siswa (LKS).
d. Pemahaman Siswa Setelah Proses Pembelajaran
Pemahama
terdiri dari soal-soal yang dibuat untuk mengukur pemahaman konsep
siswa. Soal-soal yang akan diberikan dalam post-test merupakan soal-soal
penerapan tentang suatu konsep.
Data ha
soal oleh siswa. Post-test akan dilaksanakan setelah pro
berlangsung.
Instrumen
iswa sebelum pembelajaran berlangsung. Sedangkan
Post-test merupakan test akhir yang diberikan setelah proses
pembelajaran. Post-test bertujuan untuk mengetahui pemahaman siswa
elajaran. Soal-soal yang
bentuk uraian. Soal pre-test dan
Aspek ya diukur
obot a. Instrumen untuk mengumpulkan data
a.1. Soal Pre-test dan Post-test
Pre-test merupakan tes awal yang diberikan untuk mengetahui
pemahaman s
setelah berlangsungnya proses pemb
digunakan adalah soal-soal dalam
post-test disusun oleh peneliti dengan persetujuan dosen pembimbing.
Pada pre-test dan post-test masing- masing terdapat 4 soal yang terdiri
dari 11 pertanyaan. Aspek yang diukur melalui pre-test dan post-test
adalah aspek kognitif yang terdiri dari ingatan, pemahaman, dan
penerapan dengan kriteria sebagai berikut:
Tabel 2: Aspek yang Diukur, Indikator, Soal, dan Bobot Pre-test
ng Indikator Soal B
Ingatan
Siswa dapat: 1a. Apa yang dialami oleh benda
0% Menyatakan definisi suatu
konsep, hukum atau teori yang pernah dipelajari.
yang berada dalam suatu fluida? b. .Bagaimanakah bunyi Hk.
Archimedes yang anda ketahui? 2
haman Menjelaskan makna yang terkait dengan suatu konsep atau hukum Pema
Siswa dapat:
beserta alas
dimasukkan dalam tiga zat cair i gambar berikut:
Dari ketiga k tersebut, manakah zat cair yang memiliki
.
(lihat g
40% 2a. Bagaimanakah pengaruh gaya ke
atas terhadap berat benda? b. Sebuah benda secara bergantian
sepert
annya.
eadaan
massa jenis paling kecil? Apakah yang mempengaruhi c
terjadinya keadaan tersebut ambar b)? Jelaskan!
d. Bagaimanakah gaya-gaya yang bekerja pada ke tiga benda tersebut?
Penerapan
Menerapkan teori atau hukum untuk:
• Memecahkan masalah fisika baik secara teoritis maupun matematis
• Memprediksi kemungkinan-kemungkinan yang terjadi pada suatu sistem bila kondisi tertentu dipenuhi
3. erat
9,6 N, rsebut dimasukkan
e dalam zat cair yang massa nisnya 1000 kg/m3. Jika
g
4. ah benda ketika
itimbang di udara adalah 6 N,
a?
c. ?
40% Siswa dapat:
Sebuah benda mempunyai b
1 benda te
k je
diketahui volume benda tersebut adalah 1200 cm3,maka:
a. apakah benda tersebut melayang, mengapung, atau tenggelam dalam zat cair? (g = 9,8 m/s2)
b. Berapakah gaya ke atas yan dialami benda?
Berat sebu d
tetapi ketika ditimbang di dalam suatu cairan adalah 4,2 N. Jika massa jenis benda adalah 3000 kg/m3,
a. Berapakah gaya ke atas yang dialami benda?
b. Berapakah volume bend Berapakah massa jenis fluida
Tab d ator, S ost-test
Menyatakan definisi suatu konsep, hukum atau teori yang pernah dipelajari.
Archimedes yang anda ketahu Bagaimanakah suatu
bendadikatakan melayang, tenggelam, dan mengapung dalam suatu zat cair?
Pemahaman
Siswa dapat:
cm
Menjelaskan ang terkait
dengan suat tau hukum
beserta alasannya.
ketiga tersebut
mula-mula dimasukkan dan ditekan an
ke dalam zat cair deng massa jenis ρa= 1000 kg/m3
. Apa kemudian dilepaskan
yang terjadi pada ketiga benda tersebut? Jelaskan!
edaan dan
da melayang dan
da melayang dan
c. Da uah percobaan, besi
jal tenggelam dalam suatu zat r, tetapi besi berongga yang ratnya sama dapat mengapung permukaan zat cair. Jelaskan engapa demikian!
Penerapan
Siswa dapat:
Menerapkan teori atau hukum untuk:
• Memecahkan masalah fisika baik secara teoritis maupun matematis
• Memprediksi kemungkinan-kemungkinan yang terjadi pada suatu sistem bila kondisi tertentu dipenuhi ah balok dengan ukuran 0,2 m 1 m x 0,3 m digantun
dari seutas kawat ringan. Te gaya ke atas pada balok ji
u:
dicelupkan seluruhnya minyak (ρ= 800 kg/m3) buah benda yang beratnya 98 N elayang dalam minyak yang assa jenisnya 980 kg 4. Se
b. Volume minyak yang didesak benda(Vzc)
c. Berat minyak yang didesak (wzc)
Massa jenis benda.
t pad po -test diberikan berdasarkan tingkat
kesulitan bot di n skor
final tiap aspek yaitu ingatan, pemah ngatan
mempunyai sumbangan 20 %, pemahama %
dan penerapan mempunyai sumbangan 40 % untuk m
pre-test dan post-test.
Bobo a soal- soal pre-test dan st
soal dan jumlah soal. Bo gunakan untuk menentuka
aman, dan penerapan. I
n mempunyai sumbangan 40
a.2. Lembar Panduan Wawancara
Lembar panduan wawancara digunakan oleh peneliti untuk
membantu peneliti dalam melaksanakan proses wawancara. Lembar
wawancara berisi tentang pokok-pokok pertanyaan yang dibuat secara
berurutan supaya dalam proses wawancara tidak terdapat hal yang
terlewatkan dan wawancara tidak terlalu melebar. Panduan wawancara
ti. Pertanyaan-pertanyaan dalam
mbar
ses pembelajaran.
dan wawancara selanjutnya akan dibuat
b.
b.1. Lembar Kegiatan Siswa
Lembar Kegiatan Siswa (LKS) digunakan untuk mengukur
keterampilan siswa dalam melakukan proses sains. Selain itu, LKS ini akan dibuat sendiri oleh peneli
le wawancara merupakan pertanyaan seputar fenomena yang
terjadi selama berlangsungnya proses pembelajaran.
a.3. Video Kamera
Video Kamera digunakan untuk membantu peneliti mengamati
proses pembelajaran. Instrumen ini bertujuan untuk mengetahui proses
siswa dalam membangun sendiri konsep, prediksi-prediksi siswa,
gagasan-gagasan siswa dan proses berpikir siswa yang akan diungkap
melalui wawancara mendalam selama mengalami pro
Hasil pengamatan
transkrip,untuk kemudian dilakukan pembahasan pada tiap-tiap tahap
dalam proses pembelajaran
digunakan agar kegiatan belajar dapat berjalan lancar dan terarah
sehingga siswa dapat terlibat secara aktif dalam pembelajaran.
erupakan serangkaian
proses belajar yang meliputi beberapa kegiatan diantaranya: (1)
merumuskan masalah, (2) merumuskan hipotesis, (3) merancang
percobaan, (4) pengumpulan data (melakukan percobaan), (5)
menganalisis data, dan (6) menarik kesimpulan atau menyatakan
definisi suatu konsep atau hukum. Dalam merancang percobaan
meliputi beberapa hal penting diantaranya : (a) menentukan variabel
terkait, (b) memilih alat yang digunakan dalam percobaan, (c)
merancang cara memperoleh data. Oleh karena itu, LKS memuat
langkah-langkah tersebut. Pada beberapa LKS tidak secara lengkap
memuat langkah-langkah tersebut, sebab ada beberapa bagian yang
tidak sungguh-sungguh diperlukan. Kegiatan belajar merupakan bagian
terpenting yang terdapat dalam LKS, karena bagian ini memuat
beberapa langkah proses pembelajaran inkuiri. Sedangkan bagian yang
lainnya seperti Materi Pokok, Indikator Hasil Belajar, Prasyarat, dan
Petunjuk Melakukan Percobaan hanya diberikan sebagai informasi
supaya kegiatan siswa lebih terarah.
b.2. Peralatan Percobaan
Peralatan percobaan adalah alat-alat yang akan digunakan Pembelajaran dengan metode inkuiri m
G. Meto
1. P Pemahaman Siswa setelah
siswa setelah pem
a.
re-test dan post-test akan diberikan dengan melihat
erikut:
r de Analisis Data
emahaman Awal Siswa dan pembelajaran
Untuk mengetahui pemahaman awal siswa maupun pemahaman
belajaran, analisis dilakukan sebagai berikut:
Skoring
Skor untuk p
tingkat kebenaran setiap jawaban siswa pada soal pre-test dan post-test
dengan kualifikasi sebagai b
Tabel 4: Tingkat Kebenaran Jawaban Pre-test dan Post-test
Tingkat Kebenaran Jawaban Sko
Jawaban yang berkaitan dengan materi
• Betul Lengkap
• Kurang Lengkap
•
4 3
Salah 2
Jawaban yang tidak berkaitan dengan materi
• Salah 1
b. Analisis Data
Sete ost-test unt ap siswa,
analisis data akan dilakukan dengan tahap sebagai berikut: Menentukan skor tiap aspek untuk setiap siswa
lah diperoleh skor pre-test dan p uk seti
Skor p tia aspek :
Skor tiap aspek (%) :
aspek tiap bobot aspek
tiap rata rata Skor
× −
maksimum Skor
Bobot adalah besarnya sumbangan tiap aspek untuk menentukan
skor final. Sedangkan skor maksimum adalah angka tertinggi
re-test dan post-test untuk setiap siswa.
man awal siswa dan
c. Me
Tingkat pemahaman siswa ditentukan berdasarkan pada kriteria
yang mengacu pada salah satu sistem penilaian yang digunakan oleh
para dosen pengajar Mikro Teaching FKIP Sanata Dharma tahun 2005,
untuk tingkat kebenaran jawaban siswa.
Menentukan skor final p
Skor final pre-test dan post-test untuk setiap siswa adalah jumlah
prosentase skor untuk tiap aspek.
Menyimpulkan hasil analisis pemaha
pemahaman siswa setelah pembelajaran secara keseluruhan.
netapkan Tingkat Pemahaman Konsep Siswa
sebagai berikut:
Tabel 5: Kriteria Tingkat Pemahaman Konsep Siswa
Interval (%) Kriteria
80 - 100 Sangat Memahami
66 - 79 Memahami
56 - 65 Cukup Memahami
50 - 55 Tidak Memahami
2. Kemampua Membangun Send
Kemampuan siswa membangun sendiri konsep diperlihatkan melalui
kemampuan melakukan proses dan merumuskan hasil. Hasil
pembelajarannya disajikan dalam LKS.
Proses Inkuiri
No Aspek Indikator
n Siswa iri Konsep
a. Kemampuan Melakukan Proses
Untuk mengetahui kemampuan siswa melakukan proses
pembelajaran dengan pendekatan inkuiri terbimbing, analisis akan
dilakukan dengan tahap sebagai berikut:
1) Skoring
Setiap aspek proses pembelajaran dengan pendekatan inkuiri
terbimbing akan diukur melalui 2 indikator pada tabel dibawah ini:
Tabel 6: Indikator Untuk Setiap Aspek dalam
1 Merumuskan masalah
• Siswa dapat merumuskan sendiri masalah tanpa bertanya
kalimat yang benar
• Siswa menuliskan masalah dengan
2 Merumuskan • Siswa dapat merumuskan hipotesi Hipotesis
s sendiri
an kalimat yang benar
• Siswa menuliskan hipotesis deng
3 Merancang
Percobaan memperoleh
•
• Siswa dapat menyebutkan beberapa langkah percobaan untuk
data.
Memilih alat dan menggunakkannya secara tepat dalam percobaan
4 Pengumpulan Data
• Siswa dapat melakukan percobaan
5 Analisis Data • Siswa dapat melakukan perhitungan dengan baik
g lain
• Siswa menjawab beberapa pertanyaan dalam LKS tanpa bantuan oran
6 Menarik Kesimpulan
iri
•
kalimat yang benar
• Siswa mampu merumuskan send kesimpulan dari hasil percobaan Siswa menuliskan kesimpulan dengan
Berdasarkan indikator tersebut ditentukan kriteria penskoran sebagai
berikut:
Ta Sko U
Skor
bel 7 : Kriteria r ntuk Proses Inkuiri
Penjelasan
1 Dua indikator tidak tampak
2 Satu indikator tampak, tidak optimal 3 Satu indikator tampak, optimal 4 Dua indikator tampak, tidak optimal 5 Dua indikator tampak, optimal
2) Analisis Data
tela tuk setiap siswa,
analisis data a
Menentukan skor final proses pembelajaran untuk setiap
siswa, yaitu:
Skor Proses =
Se h diperoleh skor proses setiap aspek un
kan meliputi:
Menentukan skor proses tiap LKS untuk setiap siswa
Menentukan skor final proses pembelajaran untuk setiap
Skor Proses (%) = Skorproses ×100% maksimum
Skor
adalah angka tertinggi untuk skor proses
b. Kemam
Un emampuan siswa merumuskan hasil
pembelajaran dengan LKS, analisis akan dilakukan dengan tahap sebagai
berikut:
1) Skoring
Skor untuk hasil pembelajaran diberikan dengan melihat
tingkat kebenaran jawaban siswa pada setiap tahap dalam inkuiri.
Tingkat kebenaran jawaban tersebut dibedakan atas:
Tabel 8: Tingkat Kebenaran Jawaban LKS
ngkat Kebenaran Jawaban Skor
Skor maksimum
inkuiri
puan Merumuskan Hasil
tuk mengetahui k
Ti
Jawaban Yang Berkaitan Dengan Materi
• Betul Lengkap
• Kurang Lengkap
• Salah
4 3 2 Jawaban Yang Tidak Berkaitan dengan Materi
• Salah 1
2) Analis
h jawa n siswa pada
setiap LKS, selanjutnya skor hasil pembelajaran dengan LKS
dia
is Data
Setelah diperoleh skor untuk seluru ba
Menentukan skor hasil pembelajaran tiap LKS untuk setiap
Menentukan skor hasil pembelajaran seluruh LKS untuk siswa
setiap siswa, yaitu: Skor hasil LKS :
Menentukan skor hasil pembelajaran untuk setiap siswa dalam prosen, yaitu:
) = ×100%
maksimum Skor
hasil Skor Skor hasil LKS (%
alah angka tertinggi untuk tingkat kebenaran jawaban siswa pada LKS.
c. Menentukan tingkat kemampuan membangun sendiri konsep
Ke erupakan skor
rata-an
hasil sebagai berikut:
Skor maksimum ad
mampuan membangun sendiri konsep m
rata yang diperoleh siswa dalam melakukan proses dan merumusk
Skor final = Jumlahskorproses+Jumlahskorhasil
2
Setelah diperoleh skor final untuk setiap siswa, tingkat kemampuan membangun sendiri konsep d n erdasarkan interval sebagai berikut:
) Kriteria
iklasifikasika b
Tabel 9: Kriteria Tingkat Kemampuan Membangun Konsep Siswa
Interval (%
80 - 100 Sangat Mampu Membangun konsep
66 - 79 Mampu Membangun Konsep
56 - 65 Cukup Mampu Membangun Konsep 50 - 55 Tidak Mampu Membangun Konsep
Peneliti menganalisis tia es
pembelajaran inkuiri dengan mendeskripsikan keadaan yang terjadi
selama siswa melakukan proses pembelajaran. Apabila dalam proses
pembelajaran siswa melakukan sendiri dan hasilnya benar, maka siswa
dikatakan membangun sendiri konsep. Untuk melihat konsep yang
dibangun siswa, peneliti melihat dan menganalisis kembali hasil
kesimpulan yang diperoleh masing-masing siswa. Peneliti melihat
apakah konsep yang dibangun oleh siswa telah sesuai atau tidak,
sehingga dapat dilihat kesalahan-kesalahan atau kesulitan yang muncul
dalam proses membangun konsep. Data kemampuan membangun sendiri
konsep juga akan didukung dengan wawancara.
3. Perbedaan Tingkat Kemampuan
sendiri konsep, analisis dilakukan dengan melihat hasil akhir kemampuan
membangun sendiri konsep untuk masing- masing siswa. Berdasarkan hasil
tersebut kemudian dideskripsikan apakah ada perbedaan kemampuan antara
siswa yang prestasinya tinggi, siswa yang prestasinya sedang, dan siswa
yang prestasinya rendah.
t-tiap tahap (komponen) dalam pros
Siswa Membangun Sendiri Konsep
BAB IV
ELAKSANAAN PENELITIAN, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Pelaksanaan Pen
SMA Stella Duce 2 Yogyakarta dimulai
pada hari selasa 9 September 2008 dan berakhir pada hari kamis 20 November
2008. Penelitian dilakukan setelah pulang sekolah supaya tidak mengganggu
kegiatan belajar siswa di kelas mengingat penelitian ini adalah studi kasus. Pokok
bahasan yang dipilih adalah fluida dengan materi pokok prinsip Archimedes dan
pengapungan. Materi pokok yang dipilih merupakan materi pokok yang belum
dipelajari siswa di sekolah. Pembelajaran dilakukan menggunakan pendekatan
inkuiri terbimbing menggunakan Lembar Kegiatan Siswa (LKS). LKS berisi
tentang rangkaian kegiatan proses inkuiri yang harus dilakukan siswa dan
beberapa pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa. LKS digunakan untuk
mengukur ketrampilan siswa dalam melakukan proses sains, selain itu agar
kegiatan belajar dapat berjalan lancar dan terarah.
Proses penelitian diawali dengan memilih subyek penelitian berdasarkan
tingkat prestasi siswa. Peneliti memilih 2 siswa dengan prestasi tinggi, 2 siswa
dengan prestasi sedang, dan 2 siswa dengan prestasi rendah. Pengelompokan
siswa berdasarkan tingkat prestasi ditentukan dari nilai rata- rata rapor SMP kelas
III dan test masuk sekolah tersebut dengan kriteria seperti pada tabel 1. Peneliti
menggunakan nilai test masuk sekolah untuk menentukan tingkat prestasi siswa
karena nilai tersebut dapat dijadikan sebagai standar yang tepat. Test yang
P
elitian
dimaksud berupa test untuk mata pelajaran Matematika, Bahasa Indonesia, dan
Bahasa Inggris. Sedangkan nilai rata- rata rapor dipakai sebagai pertimbangan
untuk melihat prestasi siswa sebelumnya, pada mata pelajaran yang sama dengan
test masuk sekolah. Data skor test masuk sekolah dan rata- rata rapor SMP siswa
diperoleh dari guru fisika yang mendampingi penelitian ini dan dapat dilihat pada
lampiran 1(halaman 75).
Kegiatan dari keenam partisipan selama pembelajaran adalah merumuskan
masalah, menjawab pertanyaan, mengumpulkan data, dan menarik kesimpulan
embelajaran I jaran II
8
8
Penelitian A Stella Duce 2 Yogyakarta.
1. Pel s
Pretest dilaksanakan pada hari Selasa 9 September 2008 di pendopo
karta pukul 13.45 – 14.15 WIB. Pre-test bertujuan berdasarkan hasil percobaan. Yang dilakukan peneliti adalah menyediakan alat-
alat yang diperlukan selama proses pembelajaran, menginformasikan tujuan,
membimbing dan mengarahkan selama proses pembelajaran berlangsung. Berikut
adalah jadwal pelaksanaan penelitian:
• 9 September 2008 : Pre-test
• 14 Oktober 2008 : P
• 20 Oktober 2008 : Pembela
• 27 Oktober 2008 : Pembelajaran III
• 10 November 200 : Post-test
• 20 November 200 : Wawancara
dilaksanakan di laboratorium fisika SM
ak anaan Pretest
SMA Stella Duce Yogya
untuk mengetahui bagaimana konsep awal siswa tentang materi pokok
meyakinkan peneliti bahwa siswa belum sungguh sungguh memahami
konsep tersebut. Sehingga hasil dari proses pembelajaran merupakan
bangunan siswa sendiri.
Pre-test terdiri dari 2 soal ingatan dengan bobot 20%, 4 soal
Pemahaman dengan bobot 40%, dan 5 soal penerapan dengan bobot 40%.
2
Pembelajaran dilaksanakan di laboratorium fisika SMA Stella Duce
h oleh peneliti untuk melangsungkan proses
pembela
benda yang berada dalam
fluida d
Bobot soal pada pre-test diberikan berdasarkan tingkat kesulitan soal dan
jumlah soal. Bobot untuk masing- masing aspek yaitu ingatan, pemahaman,
dan penerapan mempunyai sumbangan untuk menentukan skor final pre-test.
Soal- soal tersebut berbentuk soal essay.
. Pelaksanaan Pembelajaran
2 Yogyakarta. Waktu yang dipili
jaran adalah setelah pulang sekolah. Tujuannya agar kegiatan
penelitian tidak mengganggu kegiatan belajar siswa di kelas. Pembelajaran
dilakukan secara bergantian sesuai dengan kelompok tingkat prestasi masing-
masing siswa supaya tidak saling mempengaruhi.
Kegiatan pembelajaran pertama, siswa melakukan percobaan untuk
mengetahui adanya pengaruh gaya ke atas pada
an menemukan bahwa besarnya gaya ke atas sama dengan selisih
berat. Kegiatan dimulai oleh peneliti dengan membacakan prasyarat, tujuan
pembelajaran dan petunjuk melakukan percobaan secara umum supaya
proses belajar dapat berjalan lancar karena prasyarat yang diperlukan sudah
(masalah) dengan kalimat tanya berdasarkan fakta yang mereka amati atau
yang mereka rasakan. Fakta yang dimaksud adalah sebelum merumuskan
masalah siswa diminta untuk melakukan suatu kegiatan, misalnya mengukur
berat benda di udara kemudian mengukur berat benda di dalam air dengan
neraca pegas. Setelah itu, siswa diminta mengamati apa yang terjadi dimana
berat yang terbaca pada neraca pegas berbeda, lalu merumuskan sebuah
pertanyaan sebagai masalah. Tidak semua rumusan masalah dalam setiap
LKS dirumuskan berdasarkan fakta yang diperoleh dari kegiatan siswa, ada
yang diberikan oleh peneliti ada juga yang menghubungkan antara kegiatan
yang satu dengan yang lain. Setelah menemukan suatu persoalan, siswa
diminta untuk menemukan penyebab berat benda dalam fluida dapat
berkurang dengan memasukkan sebuah bola ke dalam bejana yang berisi air
kemudian merasakan apa yang terjadi. Kesimpulan dari kegiatan tersebut
dibuat berdasarkan fakta yang terjadi selama pembelajaran. Kegiatan
pembelajaran berjalan lancar dan didukung oleh suasana yang nyaman.
Pertemuan yang kedua siswa melakukan percobaan untuk
menyimpulkan prinsip Archimedes. Kegiatan dimulai dengan pemberian
informasi oleh peneliti tentang prasyarat dan tujuan pembelajaran. Pada
pertemuan ini kegiatan yang dilakukan siswa diantaranya adalah merancang
percobaan, melakukan percobaan untuk memperoleh data, menganalisis data,
dan menarik kesimpulan hasil percobaan. Siswa diminta untuk menemukan
hubungan antara besarnya gaya ke atas (Fa) dan berat zat cair yang
besarnya gaya ke atas dan berat zat cair yang dipindahkan (didesak). Untuk
mengukur besarnya gaya ke atas siswa sudah melakukan kegiatan pada
pertemuan sebelumnya, sedangkan untuk mengukur berat zat cair yang
didesak peneliti memberikan sedikit penjelasan. Selain menentukan data-
data yang akan diukur, siswa juga diminta untuk merancang tabel. Pada saat
merancang tabel peneliti sedikit memberikan penjelasan kepada siswa bahwa
yang harus ditulis dalam tabel adalah data- data yang akan diukur. Peneliti
juga menjelaskan bahwa tabel digunakan untuk mencatat data- data hasil
percobaan yang akan dilakukan. Setelah selesai merancang tabel, siswa
melakukan kegiatan selanjutnya yaitu melakukan pengukuran untuk
memperoleh data. Kegiatan tersebut berjalan lancar sampai siswa bisa
menyimpulkan sendiri hasil percobaannya.
Siswa terlihat aktif dan sungguh-sungguh dalam melakukan
serangkaian proses pembelajaran. Sesekali siswa bertanya karena merasa
bingung
ngapung, baik
injau
, terutama pada bagian merancang tabel. Dalam proses pembelajaran
peneliti hanya membimbing dengan memberikan pertanyaan- pertanyaan
sebagai pengarah dan bukan jawaban. Peneliti juga harus mengingatkan
berulang- ulang perbedaan antara massa dengan berat kepada siswa karena
peneliti sering mengamati siswa salah menuliskan satuannya.
Pertemuan yang ketiga adalah siswa melakukan percobaan untuk
mengetahui penyebab benda melayang, tenggelam dan me
dit dari massa jenis maupun gaya- gaya yang bekerja pada benda dalam
merumuskan masalah, merumuskan hipotesis (dugaan sementara), merancang
percobaan, melakukan percobaan untuk memperoleh data, menganalisis data,
dan menarik kesimpulan hasil percobaan. Sama halnya dengan kegiatan
sebelumnya, siswa merumuskan masalah berdasarkan fakta yang mereka
amati. Setelah merumuskan masalah (persoalan), siswa diminta untuk
membuat hipotesis yaitu dugaan sementara atas persoalan yang dirumuskan
siswa. Pada LKS 4 siswa diminta merumuskan hipotesis untuk menduga
faktor yang menyebabkan benda bisa melayang, mengapung dan tenggelam
dalam suatu fluida. Dugaan yang muncul dari siswa bermacam- macam,
diantaranya adalah karena massa benda (telur), berat benda, volume benda,
massa zat cair yang berbeda, dan ada juga yang menjawab karena massa jenis
fluida. Peneliti tidak menyalahkan dugaan siswa tetapi berusaha memperjelas
maksudnya dengan memberikan contoh dan penjelasan atas dugaan yang
mereka tulis sampai siswa menemukan dugaan yang benar.
Siswa terlihat bersungguh- sungguh dan terlibat secara aktif dalam
melakukan percobaan dan mengerjakan LKS. Dalam melakukan percobaan
tidak ada kesulitan dalam menggunakan alat-alat yang ada, karena alat- alat
yang digunakan merupakan alat yang sederhana dan hanya membutuhkan
ketelitian. Siswa mengalami kesulitan dalam menggambar gaya- gaya yang
bekerja pada saat benda melayang, tenggelam, dan mengapung. Hal ini
mungkin karena siswa belum memahami betul konsep tentang gaya.
Pelaksanaan pembelajaran secara keseluruhan dapat dikatakan berjalan