• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI KELAYAKAN PADA USAHA BUDIDAYA IKAN GURAMI (Osphronemus gouramy) DAN IKAN BANDENG (Chanos chanos) di DI DESA GLAGAH KECAMATAN KABUPATEN LAMONGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STUDI KELAYAKAN PADA USAHA BUDIDAYA IKAN GURAMI (Osphronemus gouramy) DAN IKAN BANDENG (Chanos chanos) di DI DESA GLAGAH KECAMATAN KABUPATEN LAMONGAN"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

13

STUDI KELAYAKAN PADA USAHA BUDIDAYA IKAN GURAMI (Osphronemus gouramy) DAN

IKAN BANDENG (Chanos chanos) di DI DESA GLAGAH KECAMATAN KABUPATEN LAMONGAN

Donna Wahyuninglaily

Fakultas Perikanan Universitas Islam Lamongan Jl. Veteran No. 53 A Lamongan

ABSTRAK

Budidaya tambak hingga sekarang terhitung sebagai suatu usaha yang dapat memberikan pendapatan yang luar biasa. Kecenderungan kearah ini memang beralasan karena terbukti pada lahan- lahan yang baru dibuka ternyata dapat menghasilkan produksi, baik pada tingkat penguasaan teknologi pembudidaya yang masih rendah hingga sedang. Beberapa komoditas perikanan hasil budidaya tambak yang sangat potensial dan memiliki prospek untuk dikembangkan sebagai komoditas ekspor unggulan guna memberikan kontribusi terhadap peningkatan taraf hidup masyarakat seperti ikan bandeng, dan Ikan Gurami. Ikan bandeng dan gurame merupakan hasil tambak yang tidak asing lagi bagi masyarakat di Kabupaten Lamongan, karena keduanya telah lama mereka terapkan. Namun, pada proses budidayanya, akibat dari adanya virus pada ikan menyebabkan penurunan produksi dan produktivitas tambak sehingga sebagian besar petambak mendapatkan hasil tambak dari budidaya bandeng, namun proses pertumbuhan ikan bandeng cenderung lama karena persoalan salinitas dan proses penggelondongan yang sangat lama. Sehingga potensi bandeng dalam memberikan kontinuitas pendapatan cenderung lama.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian survei yaitu observasi lapangan dan wawancara langsung dengan responden yang terpilih dengan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpul data dengan pendekatan deskriptif-kuantitatif. Jumlah sampel yang akan diambil dari penelitian ini adalah berjumlah 9 orang. Berdasarkan perhitungan dan hasil penelitian pada pembudidaya ikan Gurame dan Ikan Bandeng di desa Glagah, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut : Rata-rata pendapatan yang di peroleh pembudidaya ikan Gurame dan ikan bandeng adalah adalah sebesar Rp. 83.000.000. Selain layak secara finansial dan ekonomi maka secara teknis penggunaan polikultur antara ikan bandeng dan ikan Gurame cocok diterapkan untuk meningkatkan pendapatan petani, mengoptimalkan pemanfaatan pakan sisa ikan bandeng oleh ikan Gurame sehingga polusi air yang ditimbulkan oleh akumulasi dekomposisi sisa pakan di dasar perairan dapat ditekan sekecil mungkin.

Keyword : Ikan Gurame dan Ikan Bandeng PENDAHULUAN

Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia terdiri dari gugusan pulau-pulau sebanyak 17.508 dengan luas perairan laut Indonesia diperkirakan sebesar 5,8 juta km2 dan panjang garis pantai 95.181 km, keadaan yang demikian menyebabkan Indonesia memiliki potensi yang cukup besar di bidang perikanan, mulai dari prospek pasar baik dalam negeri maupun internasional. Oleh karena itu, potensi Sumber Daya Alam baik yang di laut maupun di wilayah pesisir, sangat berpeluang besar dalam usaha pengembangan dan pemanfaatannya (Sudirman dan Karim, 2008).

Jawa Timur menjadi salah satu provinsi yang cukup mengalami peningkatan dalam hal bidang perikanan, hal ini terlihat pada hasil pembangunan kelautan dan perikanan di Jawa Timur tiga tahun terakhir ini mengalami peningkatan yang cukup signifikan seperti pada tahun 2008 produksi perikanan dan kelautan Jawa Timur sebesar 1.043.210,3 ton dan di tahun 2010 mencapai 1.450,100,2 ton atau meningkat 25,6 persen (DKP Jawa Timur, 2012).

Selain itu, produksi perikanan air tawar Jawa Timur juga dapat memberikan peluang investasi yang cukup besar, terbukti dengan adanya jumlah produksi pada perairan umum seperti waduk, Sungai dan Rawa sebesar 5.776 ton tangkapan. Namun, fakta yang ada menunjukkan pemanfaatan potensi perairan tawar belum dilaksanakan sepenuhnya. Sesuai dengan Visi Dinas Kelautan dan Perikanan adalah menjadikan Jawa Timur Sebagai Provinsi Sepuluh terbaik dalam pembinaan, pelayanan dan pengaturan terhadap pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya meningkatkan kualitas pelayanan terhadap peningkatan dan pemerataan kesejahteraan masyarakat. Namun, pemerintah setempat belum sepenuhnya menerapkan akan hal tersebut. perikanan yang artinya bahwa pemanfaatan sumber daya perikanan dapat meningkatkan pendapatan pelaku usaha.

Salah satu strategi dalam pencapaian visi Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi adalah menerapkan program minapolitan. Kabupaten Lamongan merupakan salah satu daerah pengembangan minapolitan. Hal ini ditegaskan

(2)

14 dengan melihat potensi perikanan Kabupaten Lamongan yang menghasilkan ikan meliputi : budidaya tambak mencapai 7.886,0 ton yang terdiri dari ikan bandeng 7.519,5 ton, Udang Windu 731,1 ton, Udang Putih 8,0 ton dan ikan campuran 307,4 ton ; Penangkapan sumber daya laut meliputi :ikan 7.050 ton, perairan umum 50,6 ton dan kolam 4,6 ton.

Berdasarkan data yang ada terlihat bahwa usaha budidaya tambak memberikan pendapatan yang cukup besar. Pendapatan produk yang dihasilkan dari budidaya tambak mendorong masyarakat untuk mengembangkan usaha budidaya tambak ini (DKP Jawa Timur, 2012).

Budidaya tambak hingga sekarang terhitung sebagai suatu usaha yang dapat memberikan pendapatan yang luar biasa. Kecenderungan kearah ini memang beralasan karena terbukti pada lahan- lahan yang baru dibuka ternyata dapat menghasilkan produksi, baik pada tingkat penguasaan teknologi pembudidaya yang masih rendah hingga sedang. Beberapa komoditas perikanan hasil budidaya tambak yang sangat potensial dan memiliki prospek untuk dikembangkan sebagai komoditas ekspor unggulan guna memberikan kontribusi terhadap peningkatan taraf hidup masyarakat seperti ikan bandeng, dan Ikan Gurami.

Ikan bandeng dan gurame merupakan hasil tambak yang tidak asing lagi bagi masyarakat di Kabupaten Lamongan, karena keduanya telah lama mereka terapkan. Namun, pada proses budidayanya, akibat dari adanya virus pada ikan menyebabkan penurunan produksi dan produktivitas tambak sehingga sebagian besar petambak mendapatkan hasil tambak dari budidaya bandeng, namun proses pertumbuhan ikan bandeng cenderung lama karena persoalan salinitas dan proses penggelondongan yang sangat lama. Sehingga potensi bandeng dalam memberikan kontinuitas pendapatan cenderung lama.

Kelebihan yang dimiliki oleh Ikan Gurami tersebut, mendorong sebagian orang untuk menggeluti usaha budidaya ikan gurame. Sehingga akan dapat terlihat perbedaan pendapatan yang ada antara usaha Ikan Gurami dan ikan bandeng. Berdasarkan konteks inilah yang menarik perhatian penulis untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Ikan Gurame (Osphromus gouramy) dan Ikan Bandeng (Chanos chanos) di Desa Glagah Kecamatan Glagah Kabupaten lamongan Provinsi Jawa Timur.

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Berapa besar pendapatan yang diperoleh dari usaha budidaya ikan gurame dan ikan bandeng di Desa Glagah Kec. Glagah Kabupaten Lamongan.

b. Apakah usaha budidaya ikan gurame dan ikan bandeng layak untuk dikembangkan di Desa Glagah Kec. Glagah Kabupaten Lamongan.

Tujuan dan Kegunaan

Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah : a. Untuk menganalisis besar pendapatan yang

diperoleh usaha budidaya Ikan Gurami dan ikan bandeng di Kabupaten Lamongan

b. Untuk mengetahui kelayakan budidaya Ikan Gurami dan ikan bandeng di Desa Glagah Kec. Glagah Kabupaten Lamongan.

Metode Penelitian

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari – Februari 2015. Lokasi penelitian adalah Desa Glagah Kec. Glagah Kab. Lamongan. Lokasi ini dipilih secara sengaja (Purposive) dengan pertimbangan bahwa di daerah tersebut sebagian besar penduduknya adalah pembudidaya. Jenis Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian survei yaitu observasi lapangan dan wawancara langsung dengan responden yang terpilih dengan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpul data dengan pendekatan deskriptif-kuantitatif. Jumlah sampel yang akan diambil dari penelitian ini adalah berjumlah 9 orang

Teknik Pengambilan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah semua masyarakat yang melakukan budidaya ikan bandeng dan ikan gurame di Desa Glagah Kabupaten Glagah. Sedangkan penetapan responden yang dijadikan sampel yaitu dengan menggunakan teknik pengambilan sensus. Sampel yang diambil adalah keseluruhan masyarakat yang telah membudidayakan ikan gurame dan ikan bandeng. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 9 orang. Hal ini sesuai dengan

(3)

15 pendapat Suharsini (2006) mengenai teknik pengambilan sampel, jika jumlah subyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua. Tetapi, jika jumlah subyeknya besar dapat diambil antara 10-15 % atau 20-25 %.

Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder, yaitu ;

a. Data primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung di lapangan dengan cara observasi, wawancara dengan responden yakni pembudidaya dengan menggunakan kuesioner.

b. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari berbagai sumber atau instansi terkait dengan penelitian ini, yaitu pemerintah setempat, Dinas Kelautan dan Perikanan, serta usaha budidaya ikan bandeng dan Ikan Gurami.

Hasil dan Pembahasan Identifikasi Hasil

Masyarakat pembudidaya yang ada di Desa Glagah Kecamatan Glagah Kabupaten Lamongan adalah salah satu gambaran masyarakat yang telah terkenal dengan hasil budidaya tambaknya terutama ikan bandeng dan Ikan Gurami. Pembudidaya melakukan budidaya ikan bandeng dan Ikan Gurami dengan sekali dalam setahun dengan masa pemeliharaan selama empat sampai enam bulan.

Secara sederhana suatu biaya adalah segala sesuai yang mengurangi suatu tujuan atau segala sesuatu yang mengurangi pendapatan nasional dan seara langsung mengurangi jumlah dan jasa akhir (Gittinger, 1986).

Menurut Choliq, dkk (1999) biaya penelitian adalah seluruh biaya yang dikeluarkan guna mendatangkan penghasilan (return) pada masa yang akan datang. Selanjutnya dikemukakan pula bahwa biaya penelitian pada dasarnya diklasifikasikan atas biaya investasi dan biaya operasional, dimana penjelasannya sebagai berikut: 1. Biaya investasi adalah seluruh biaya yang

dikeluarkan mulai penelitian tersebut dilaksanakan sampai penelitian tersebut mulai berjalan (beroperasi). Biaya investasi misalnya pendirian bangunan pabrik, pembelian mesin dan peralatannya, tenaga kerja yang berhubungan dengan investasi dan sebagainya. 2. Biaya operasional adalah seluruh biaya yang

dikeluarkan karena proses produksi berlangsung dan secara rutin biaya ini harus dikeluarkn. Biaya operasional misalnya pembelian bahan baku, biaya listrik dan air, bahan bakar dan sebagainya.

Identifikasi biaya penelitian usaha budidaya ikan dalam polikultur antara Ikan Gurami dan bandeng terdiri dari proses budidaya ikan itu sendiri mulai dari persiapan lokasi serta sarana dan prasarapena (unit jaring), benih ikan, pemeliharaan sampai pada panen dan pemasaran. Arus biaya dari pengusahaan budidaya ikan dalam kolam tersebut ini terdiri dari biaya investasi yang dikeluarkan sebelum memulai usaha dan biaya operasional yang dikeluarkan selama melakukan kegiatan produksi. Rincian biaya investasi pengusahaan ikan dalam tambak tersebut seperti terlihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Biaya Investasi Pengusahaan Ikan dalam Tambak antara ikan bandeng dan Ikan Gurami

No Komponen Biaya SATUAN Jumlah

Fisik Harga per Satuan Rp Jumlah Biaya Rp Umur Ekonomis (tahun) Nilai Penyusutan Rp Nilai Sisa Penelitian Rp

1 Drum plastik (fiber) buah 240 40.000 9.600.000 3 3.200.000 6.400.000

2 Bambu batang 600 15.000 9.000.000 3 3.000.000 6.000.000

3 Kayu papan lembar 500 12.000 6.000.000 2 3.000.000 4.000.000

4 bahan jaring dalam # 1.5" kg 500 11.000 5.500.000 2 2.750.000 2.750.000

5 bahan jaring luar # 1" kg 500 11.000 5.500.000 2 2.750.000 2.750.000

6 paku meter 175 175 30.625 7 4.375 0

(4)

16

8 swivel buah 120 25.000 3.000.000 7 428.571 0

9 tali jahit nilon PE gulung 5 3.000 15.000 3 5.000 10.000

10 coban buah 5 5.000 25.000 7 3.571 0

11 Jangkar buah 24 50.000 1.200.000 7 171.429 0

12 rumah jaga unit 1 1.500.000 1.500.000 3 500.000 1.000.000

13 Timbangan gantung buah 1 250.000 250.000 3 83.333 166.667

14 tabung oksigen (75 kg) buah 4 900.000 3.600.000 7 514.286 0

kantong plastik (wadah

15 ikan) kg 10 20.000 200.000 2 100.000 100.000

16 Ember buah 10 10.000 100.000 2 50.000 50.000

18 Perahu tanpa mesin unit 1 2.000.000 2.000.000 3 666.667 1.333.333

19 Sewa tanah tahun 6.000.000 6.000.000

Jumlah 48.520.625 17.560.565 25.226.667

Pada Tabel 1 terlihat bahwa investasi yang dikeluarkan oleh pembudidaya rata-rata sebesar Rp. 25.226.667. Biaya operasional merupakan biaya yang dikeluarkan setiap periode

(3 bulan) dan tahunan selama pengusahaan ikan dalam tambak tersebut seperti terlihat pada Tabel 2. Selengkapnya biaya operasional dapat dilihat pada Lampiran 1.

Tabel 2. Biaya Operasional Pengusahaan Ikan dalam Tambak (1 tahun = 4 periode)

No Komponen Biaya Satuan Jumlah

Fisik Biaya per satuan Rp Jumlah biaya Per periode Rp Jumlah biaya 1 tahun Rp I. BIAYA VARIABEL PERIODE I (3 BULAN)

1 Benih Ikan Bandeng (10-12 cm) ekor 1.000 500 50.000 0

2 benih Ikan Gurami (10 - 12 cm) ekor 2 000 300 60.000 0

3 pakan pellet CP 189 No.2 kg 1 000 4.000 4.000.000 0

4 upah penjaga (2 orang) org/bln 2 150.000 300.000 0

5 upah pengerjaan jaring HOK 28 30.000 840.000 0

6 upah tenaga angkut trip 1 50.000 50.000 0

7 minyak tanah liter 100 1.346 134.583 0

8 upah sewa sarana angkutan trip 2 150.000 300.000 0

9 isi ulang oksigen kali 5 50.000 250.000 0

10 Panen:

a. upah tenaga panen HOK 10 30.000 300.000

b. upah tenaga pengepakan HOK 5 30.000 150.000

11 obat-obatan paket 1 50.000 50.000 0

Jumlah periode I 7.474.583 7.474.583

PERIODE II (3 BULAN)

1 Benih Ikan mas (10-12 cm) ekor 1 000 500 500.000 0

2 benih Ikan Gurami (10 - 12 cm) ekor 2 000 300 600.000 0

3 pakan pellet CP 189 No.2 kg 1 000 4,000 4.000.000 0

4 upah penjaga (2 orang) org/bln 2 150.000 300.000 0

5 upah tenaga angkutan trip 1 50.000 50.000 0

6 minyak tanah liter 100 1.346 134.583 0

7 upah sewa sarana angkut trip 2 150.000 300.000 0

8 isi ulang oksigen kali 5 50.000 250.000 0

9 Panen:

a. upah tenaga panen HOK 10 30.000 300.000

b. upah tenaga pengepakan HOK 5 30.000 150.000

10 obat-obatan paket 1 50.000 50.000 0

Jumlah periode II 6.634.583 6.634.583

(5)

17 Dalam kegiatan penelitian di Desa glagah ini diasumsikan bahwa jumlah biaya variabel sama atau tetap pada setiap periode usaha, sementara pada setiap tahunnya terdiri dari 4 periode usaha atau 4 kali panen sehingga diperoleh total biaya variabel tahunan sebesar Rp 27 378 333. Berdasarkan perhitungan biaya variabel tersebut terlihat bahwa komponen pakan merupakan komponen terbesar yang menyedot kebutuhan biaya operasional. Hal ini dapat dimaklumi karena dalam

suatu usaha budidaya ikan (baik kolam maupun jaring apung) komponen pakan ikan merupakan komponen yang terbesar karena menyangkut kelangsungan hidup ikan budidaya bandeng dan gurame. Sedangkan dalam komponen biaya tetap terdapat upah pekerja yang dimaksudkan untuk biaya upah yang diberikan pada ketua kelompok tani yang juga merupakan orang yang lebih berperan dalam mengelola jalannya usaha budidaya ikan dalam tambak tersebut ini disamping itu juga

1 Benih Ikan mas (10-12 cm) ekor 1,000 500 50.000 0

2 benih Ikan Gurami (10 - 12 cm) ekor 2,000 300 600.000 0

3 pakan pellet CP 189 No.2 kg 1,000 4.000 4.000.000 0

4 upah penjaga (2 orang) org/bln 2 150.000 300.000 0

5 upah tenaga angkutan trip 1 50.000 50.000 0

6 minyak tanah liter 100 1.346 134.583 0

7 upah sewa sarana angkut trip 2 150.000 300.000 0

8 isi ulang oksigen kali 5 50.000 250.000 0

9 Panen:

a. upah tenaga panen HOK 10 30.000 300.000

b. upah tenaga pengepakan HOK 5 30.000 150.000

10 obat-obatan paket 1 50.000 50.000 0

Jumlah periode III 6.634.583 6.634.583

PERIODE IV (3 BULAN)

1 Benih Ikan bandeng (10-12 cm) ekor 1 000 500 500.000 0

2 benih Ikan Gurami (10 - 12 cm) ekor 2 000 300 600.000 0

3 pakan pellet CP 189 No.2 kg 1 000 4 000 4.000.000 0

4 upah penjaga (2 orang) org/bln 2 150.000 300.000 0

5 upah tenaga angkutan trip 1 50.000 50.000 0

6 minyak tanah liter 100 1.346 134.583 0

7 upah sewa sarana angkut trip 2 150.000 300.000 0

8 isi ulang oksigen kali 5 50.000 250.000 0

9 Panen:

a. upah tenaga panen HOK 10 30.000 300.000

b. upah tenaga pengepakan HOK 5 30.000 150.000

10 obat-obatan paket 1 50.000 50 000 0

Jumlah periode IV 6.634.583 6.634.583

Total Biaya Variabel 6.634.583 27.378.333

II. BIAYA TETAP

1 Tenaga Kerja

a. Manajer org/bln 1 1.000.000 1.000.000 12.000.000

b.Administrasi org/bln 1 500.000 500.000 6.000.000

2 retribusi usaha perikanan unit/bln 1 50.000 50.000 6.000.000

3 biaya perawatan jaring HOK 6 30.000 180.000 2.160.000

4 Listrik paket 1 200.000 100.000 1.200.000

5 Telepon paket 1 300.000 200.000 2.400.000

8 Perawatan Perahu bulan 1 200.000 100.000 1.200.000

Total Biaya Tetap 2.130.000 25.560.000

(6)

18 yang bertanggung jawab atas kelangsungan usaha ini, sehingga jika terdapat kerugian usaha disebabkan faktor teknis (selain faktor alam) maka petani tambak tersebut yang harus bertanggung jawab.

Biaya tetap adalah komponen biaya produksi usaha budidaya ikan bandeng (Chanos chanos F) dan Ikan Gurami yang nilainya tidak dipengaruhi oleh besar kecilnya produksi dan penggunaannya tidak habis dalam satu masa produksi. Biaya tetap yang dikeluarkan pembudidaya responden di desa Glagah terdiri dari biaya untuk sewa lahan dan penyusutan alat,. Untuk jelasnya mengenai biaya tetap yang di keluarkan pembudidaya ikan bandeng dan gurame selama satu periode budidaya dapat dilihat pada Tabel 2. Biaya tetap yang dikeluarkan untuk budidaya ikan bandeng dan Ikan Gurami adalah sebesar Rp. 25.560.000.

Untuk biaya pemasaran berupa biaya angkut/ transportasi dari lokasi ke supermarket atau pasar sudah termasuk dalam komponen biaya upah sewa sarana angkutan sebanyak satu trip sedangkan satu trip lainnya digunakan untuk sewa sarana transportasi benih ikan (pada awal pemeliharaan tiap periode).

Adapun untuk kegiatan panen menggunakan dua jenis tenaga kerja yaitu 1) tenaga panen yang merupakan tenaga kerja tidak terampil, sehingga upah bayangannya sebesar 80% dari upah aktualnya, dan 2) tenaga pengepakan ikan dalam kantong-kantong plastik. Tenaga kerja ini masuk dalam kategori tenaga kerja terampil sebab diperlukan ketrampilan khusus dalam mengepak ikan konsumsi yang masih hidup dalam kantong-kantong plastik yang berisikan oksigen. Ketrampilan khusus dalam hal ini yaitu teknik mengukur volume air dan oksigen yang dimasukkan dalam kantong plastik, cara mengikat kantong dan mengisi oksigen dalam kantong plastik tersebut.

Pembahasan

Analisis Biaya Manfaat yang digunakan

Dalam evaluasi pada penelitian ini biasanya dilakukan dua macam analisis yaitu analisis finansial dan ekonomi. Dalam analisis finansial penelitian dilihat dari sudut badan atau orang yang menanam modal dalam penelitian disebut private return. Dalam analisis ekonomi penelitian dilihat dari segi ekonomi secara keseluruhan tanpa melihat siapa yang menyediakan sumber-sumber tersebut

dan siapa dalam masyarakat yang menerima hasilnya sering disebut social return.

Menurut Gittinger (1986) tujuan utama analisis finansial dalam usaha pertanian adalah untuk menentukan berapa banyak keluarga petani yang menggantungkan kehidupan mereka kepada usaha pertanian tersebut. Selanjutnya dikemukakan bahwa analis akan merasa perlu untuk membuat penelitiansi mengenai anggaran yang akan mengestimasi penerimaan dan pengeluaran bruto pada masa-masa yang akan datang setiap tahun, termasuk biaya-biaya yang berhubungan dengan produksi dan pembayaran-pembayaran kredit yang harus dikeluarkan oleh rumah tangga petani, agar dapat menentukan berapa besar pendapatan yang diterima oleh rumah tangga tani sebagai balas jasa tenaga kerja, keahlian manajemen, dan modal mereka.

Gittinger (1986) mengemukakan bahwa bilamana harga-harga finansial untuk biaya dan manfaat sudah ditentukan dalam perhitungan penelitian, maka analis kemudian melakukan perkiraan nilai ekonomi dari penelitian tersebut. Harga-harga finansial merupakan titik awal dalam anaisa ekonomi. Selanjutnya dikemukakan bahwa bila harga pasar setiap barang atau jasa dirubah untuk secara lebih dekat menggambarkan opportunity costnya (terhadap masyarakat), maka nilai yang baru ini disebut ”harga bayangan” (harga ekonomi/ harga akuntansi/ harga sosial).

Menurut Gittinger (1986) terdapat tiga perbedaan penting antara kedua analisis tersebut, yaitu :

1. Dalam analisis ekonomi pajak dan subsidi akan diperlakukan sebagai pembayaran transfer. Dalam analisis finansial penyesuaian demikian biasanya tidak diperlukan. Pajak biasanya dianggap sebagai biaya dan subsidi sebagai hasil (return).

2. Dalam analisis finansial harga yang biasanya digunakan adalah harga pasar. Namun dalam analisis ekonomi kita boleh merubah harga pasar sedemikian rupa sehingga analisis kita dapat lebih mencerminkan secara tepat nilai-nilai sosial dan ekonomi (harga bayangan). 3. Dalam analisis ekonomi bunga terhadap modal

tidak pernah dipisahkan dan dikurangkan dari hasil bruto (gross return) karena bunga modal merupakan bagian dari hasil keseluruhan (total return) terhadap modal yang tersedia untuk masyarakat secara keseluruhan, sehingga bunga sangat diperhitungkan dalam analisis ekonomi.

(7)

19 Dalam analisis finansial bunga yang dibayar kepada pihak penyedia dana dari luar dapat dikurangkan untuk memperoleh gambaran arus manfaat (inflow) yang tersedia bagi si pemilik

modal. Sehingga bunga merupakan bagian dari hasil finansial yang diterima oleh badan usaha (pemilik modal/ penyedia dana).

Tabel 3. Daftar Harga Pasar dan Harga Bayangan (Shadow Price) Untuk Penelitian Usaha Budidaya Ikan Gurami dan Bandeng di Desa Glagah Kecamatan Glagah

No Uraian Harga Pasar Harga Bayangan

(Rp) (Rp)

1 Ikan bandeng (ukuran konsumsi) 15.000 15.000

2 Ikan Gurami (ukuran konsumsi) 12.500 12.500

3 Benih Ikan bandeng (10 – 12 cm) 500 500

4 Benih Ikan Gurami (10 – 12 cm) 300 300

5. BBM (liter) 7500 (subsidi) 10.000 (non subsidi)

6. Upah penjaga (bulan) 150.000 120.000

7. Upah tenaga angkut (trip) 50.000 40.000

8. Upah tenaga panen (HOK) 30.000 24.000

Harga bayangan (harga ekonomi) ikan ukuran konsumsi diperhitungkan sama baik secara ekonomi maupun aktual (harga pasar). Hal ini didasari karena produk ikan bandeng dan gurame hanya diperjualbelikan pada tingkat lokal dan bukan merupakan barang ekspor maupun diperjualbelikan antar pulau dalam jumlah yang besar. Begitupuun dengan harga input benih ikan antara harga pasar dan harga bayangan tidak terdapat perbedaan. Hal ini disebabkan karena harga bayangan benih diperoleh dari hasil bagi antara harga pasar benih dan harga pasar ikan konsumsi dikali dengan harga bayangan ikan konsumsi. Model perhitungan benih seperti itu karena faktor benih memiliki aspek quality control. BBM merupakan komoditas migas yang mendapat subsidi dari pemerintah. Sehingga harga bayangan BBM atau premium merupakan harga non subsidi yang sudah ditentukan oleh Pertamina, sedangkan harga pasar merupakan harga subsidi sesuai aturan pemerintah.

Harga rata-rata minyak tanah bersubsidi pada tahun 2015 (saat penelitian ini dimulai) secara nasional sebesar Rp 7500 per liter, sedangkan harga rata-rata BBM non subsidi sebesar Rp 10.000 per liter. Sehingga harga bayangan BBM tanah mengacu pada harga non subsidi tersebut.

Penerimaan Pendapatan Usaha Budidaya

Ikan Gurame (Osphronemus gouramy) dan

Ikan Bandeng (Chanos chanos F)

Pendapatan usaha merupakan hasil penerimaan dikurangi dengan semua biaya yang dikeluarkan selama proses produksi berlangsung. Pendapatan usaha budidaya ikan bandeng berbeda dengan pendapatan usaha Ikan Gurami. Dari uraian sebelumnya telah terlihat pendapatan usaha dari masing-masing usaha budidaya. Perbandingan pendapatan antara ikan bandeng dan ikan gurame dapat dilihat pada tabel 4 berikut;

Table 4. Penerimaan Pendapatan Usaha Budidaya Ikan Bandeng dan Ikan Gurami

NO Produk VOLUME UNIT

HARGA JUAL PENJUALAN 1 periode PENJULAN 1 TAHUN PERIODE I 1 Ikan bandeng 800 kg 15.000 12.000.000 - 2 Ikan Gurami 700 kg 12.500 8.750.000 - Jumlah I 20.750.000 20.750.000 PERIODE II 1 ikan bandeng 800 kg 15.000 12.000.000 - 2 Ikan Gurami 700 kg 12.500 8.750.000 - Jumlah II 20.750.000 20.750. 000

(8)

20 PERIODE III 1 ikan bandeng 800 kg 15.000 12.000.000 - 2 Ikan Gurami 700 kg 12.500 8.750.000 8.750.000 Jumlah III 20.750.000 20.750.000 PERIODE IV 1 ikan bandeng 800 kg 15 000 12.000.000 - 2 Ikan Gurami 700 kg 12 500 8.750.000 - Jumlah IV 20.750.000 20.750.000 TOTAL PENERIMAAN 20.750.000 83.000.000

Sumber data diolah

Pada tabel 5 terlihat bahwa rata-rata total pendapatan Ikan Gurami dan ikan bandeng di Desa Glagah Kecamatan Glagah Kabupaten Lamongan adalah Rp.83.000.000. Hal ini terlihat bahwa pendapatan usaha budidaya Ikan Gurami dan ikan bandeng dapat memberikan pendapatan bagi pembudidaya dan layak dikembangkan. Ini menandakan bahwa kedua usaha budidaya tersebut layak dikembangkan.

Wawancara di lapangan dengan responden didapatkan bahwa ikan gurame dapat berhasil jika lahan yang digunakan tidak terlalu luas. Hal ini menunjukkan bahwa tidak selamanya dalam suatu usaha budidaya ikan, pembudidaya yang memiliki lahan yang lebih luas akan memperoleh pendapatan yang lebih banyak dari luas lahan lain, ini tergantung pada teknik pembudidayaan ikan yang dilakukan pembudidaya serta penggunaan input pada usaha budidaya .

Perbandingan antara pendapatan kedua jenis usaha budidaya tersebut tidak menunjukkan perbedaan yang sangat jauh. Namun, menurut pendapat responden, ikan gurame memiliki kelebihan dibanding ikan bandeng, seperti diantaranya ialah proses budidaya, selera, subsitusi. Proses budidaya Ikan Gurami lebih singkat dibanding ikan bandeng. Ikan Gurami dapat dipanen hingga 3 sampai 4 bulan, namun berbeda halnya dengan ikan bandeng, pemeliharaan ikan bandeng bahkan sampai 6 bulan. Berdasarkan selera, rasa Ikan Gurami yang lebih enak karena tekstur dagingnya empuk dan tidak memiliki banyak tulang, sehingga sangat cocok di lidah masyarakat, hal ini juga mempengaruhi permintaan masyarakat terhadap Ikan Gurami. Dari segi subsitusi, bibit Ikan Gurami telah mudah untuk didapatkan karena telah memiliki banyak pasar.

Kelebihan lain dari Ikan Gurami adalah sifat Ikan Gurami yang rakus hingga dapat memakan makanan apa saja sehingga cukup baik jika

dibudidayakan dengan sistem tradisional dengan bantuan pakan alami, jadi dalam membudidayakannya dapat mengurangi biaya. Meskipun, Ikan Gurami cenderung cukup sulit jika dipanen karena sifatnya yang suka menyembunyikan dirinya di lumpur.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2009.http://www.wacanasainsperikanan.bl ogspot.com. Diakses : 12 Juli 2011. Makassar Astuti, Puji, 2007. Analisis Saluran Distribusi dan Pendapatan Petani Tambak Usaha Udang Windu di Desa Tasiwalie Kec. Suppa Kab. Pinrang. Universitas Hasanuddin Makassar. Beattie, Bruce and Robert Taylor. 1996.

Ekonomi Produksi. Gadjah Mada University Press.

DKP Provinsi Jatim. 2012. Produksi Ikan Meningkat Tiga Persen. (www.jatim.go.id) Erwin, A. 2002. Analisis Usaha Budidaya Ikan

Bandeng (Chanos chanos) Dalam Keramba Jaring Apung di Desa Kupa Kecamatan Mallusetasi Kabupaten Barru. Skripsi. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Universitas Hasanuddin. Makassar

Ghufran, M. 1997. Budidaya Kepiting dan Ikan Bandeng di Tambak Sistem Polikultur. Semarang : Dahara Prize.

Hadie, W dan Jatna S. 1986. Teknik Budidaya Bandeng. Jakarta : Bhratara Karya Aksara. Ikan Gurami. http://id.wikipedia.org/wiki/Ikan

(9)

21 Pasaribu. AM, Djumran Yusuf, Amiluddin,

2005. Perencanan dan Evaluasi Proyek Perikanan. LEPHAS. Hasanuddin Universitas Perss. Makassar.

Prahasta, Arief dan Hasanawi Masturi. 2009. Budidaya Usaha Pengolahan Agribisnis Ikan Bandeng. CV. Pustaka Grafika. Bandung. Rahmawati. 2007. Analisis Faktor Produksi

Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) di Kabupaten Barru (Studi Kasus pada Unit Pertambakan Macinnong Desa Bojo Kecamatan Mallusetasi). Skripsi. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Universitas Hasanuddin. Makassar

Riyanto, B. 2003. Dasar-dasar Pembiayaan Perusahaan. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Soekartawi. 2003. Teori Ekonomi Produksi. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Sudarman, Sasmita. 2000. Pendapatan Petani dan Pembangunan Desa. PT. Penebar Swadaya. Jakarta

Sudirman, H dan M. Yusri Karim. 2008. Ikan Kerapu (Biologi Eksploitasi Manajemen dan Budidayanya). Yasrif Watampone. Jakarta. Suharsini, 2006. Prosedur Penelitian Suatu

pendekatan Praktik. Rineka Cipta. Jakarta Umar, Husein. 2001. Studi Kelayakan Bisnis :

Teknik Menganalisis Kelayakan Rencana Bisnis secara Komprehensif. Edisi ke 2. PT. Gramedia. Jakarta.

Wahyudi Y. 2004. Pengembangan Sistem Perikanan Teri Nasi di Kabupaten Tuban, Jawa Timur. Bogor: Fakultas Perikanan dan Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Gambar

Tabel 1. Biaya Investasi Pengusahaan Ikan dalam Tambak antara ikan bandeng dan Ikan Gurami
Tabel 2. Biaya Operasional Pengusahaan Ikan dalam Tambak (1 tahun = 4 periode)
Tabel  3.  Daftar  Harga  Pasar  dan  Harga  Bayangan  (Shadow  Price)  Untuk  Penelitian  Usaha  Budidaya  Ikan  Gurami dan Bandeng di Desa Glagah Kecamatan Glagah

Referensi

Dokumen terkait

(2011), bahwa hasil penelitian penggunaan bahan organik untuk petumbuhan kultur in vitro anggrek menunjukkan hasil paling optimal pada media yang diberikan penambahan bahan

Uji aktivitas inhibitor tirosinase dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya daya inhibisi senyawa bioaktif yang terdapat pada ekstrak kasar metanol, kloroform, dan n- heksana

Skin lotion penolak nyamuk yang diperoleh melalui cara kedua seluruhnya digunakan dalam uji efektivitas menunjukkan hasil yang negatif (-), kare- na tidak adanya gigitan nyamuk

Demikian juga perlakuan D tidak berbeda nyata dengan perlakuan E, pengaruh pemberian level pupuk urea berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap produksi bahan kering

Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah karya sastra yang ditulis oleh para santri pondok pesantren di Jawa Timur, baik berupa puisi maupun prosa..

Orang yang bekerja sebagai tukang ojek dan mempunya perilaku yang demikian dapat dikatakan telah menda- patkan kepuasan dalam hidupnya serta dapat menerima segala

Penelitian ini adalah eksperimen semu yang bertujuan untuk mengetahui adanya perbedaan hasil belajar pada materi pencemaran lingkungan peserta didik yang

Artinya nilai signifikan yang diperoleh lebih kecil dari 5% (0,00 < 0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran inkuiri terbimbing berpengaruh terhadap hasil