• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISA PENGELOLAAN DANA PEMBIAYAAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV ANALISA PENGELOLAAN DANA PEMBIAYAAN"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

64

BAB IV

ANALISA PENGELOLAAN DANA PEMBIAYAAN

1. Analisis Usaha Nasabah

a. M. Farkhi

Berawal dari niat untuk membantu keluarganya menopang keuangan keluarga, M.Farkhi (35) tahun terbilang sukses dengan menjalankan usaha konveksinya, Usaha yang kini dijalankannya telah berjalan selama empat tahun dan mendatangkan keuntungan yang tidak sedikit.1M.Farkhi memproduksi celana jeans, akad yang dipakai dalam pembiayaan ini yaitu Al-murabahah jatuh tempo, merupakan penyaluran dana dari pihak BMT El-Nusama 335 kedungwuni kepada nasabah (M.Farkhi) berdasarkan prinsip jual beli.

BMT El-Nusama 335 kedungwuni bertindak sebagai pemberi dana yaitu untuk memenuhi kebutuhan barang yang diperlukan nasabah, dengan menegaskan pembiayaan pokok dan marginnya. dalam hal ini M.Farkhi melakukan pembayaran tresebut secara jatuh tempo (murabahah jatuh tempo). Biasanya M.Farkhi menggunakan pembiayaan tersebut untuk pembelian bahan baku.

Jangka waktu pengembalian yang diberikan dalam waktu 3 bulan dengan sistem jatuh tempo, dimana bagi hasil yang ditentukan dari BMT

1

M.Farkhi, Pengusaha Celana Jin, wawancara pribadi,Capgawen selatan 02/ RT/RW 19, 07 Juli 2012.

(2)

EL-NUSAMA 335 Kedungwuni adalah 2,75 % sehingga beliau dalam pembayaran bagi hasil tiap bulannya sebesar Rp 275.000.000. dan pada waktu bulan ketiga beliau harus mengembalikan pokok sebesar 10 juta tersebut, serta bagi hasil untuk bulan ketiga. Sebelum mendapat pembiayaan M.Farkhi hanya mempunyai 3 set mesin dengan 6 orang pekerja, dengan menghasilkan 300 potong celana jeans dalam satu minggu. Setelah mendapat pembiayaan beliau mampu menambah dua set mesin jahit.

Usaha konveksi milik M.Farkhi mampu menghasilkan keuntungan yang dapat digunakan untuk membayar kewajiban pembiayaan. Usahanya dimulai dengan modal Rp 35 juta dan Rp 10 juta pembiayaan dari BMT EL-NUSAMA 335 KEDUNGWUNI pada tahun 2010. Saat itu Rp 25 juta dari kantong sendiri untuk membeli dua mesin jahit, satu mesin obras, dan lubang kancing sisanya untuk bahan baku. Sedangkan modal dari BMT EL-NUSAMA 335 KEDUNGWUNI sebesar Rp 10.000.000. Gambaran kondisi dan perkembangan keuangan usaha setelah mendapat pembiayaan ini dihitung berdasarkan hasil penelitian terkait dan pengamatan lapangan yaitu sebagai berikut :

a. Aset perusahaan Per bulan (Rp)- September 2010

No. Nama Mesin

Produksi

Jumlah Harga

Satuan

Total Nilai

1. Mesin Jahit 2 Unit Rp 1.500.000 Rp 3.000.000 2. Mesin Obras 1 Unit Rp 900.000 Rp 900.000

(3)

Sumber data : diperoleh dari hasil wawancara dengan M.Farkhi (usaha celana jeans), kemudian diolah oleh penulis.

b. Biaya produksi Per bulan (Rp)- September 2010  Bahan baku 1. Kain 5 pes : Rp 5.000.000 2. Plastik : Rp 200.000 3. Benang : Rp 250.000 4. Kancing : Rp 200.000 5. Jarum : Rp 12.000 + Jumlah Rp 5.662.000

Dan digunakan untuk membayar bagi hasil perbulan sebesar Rp 275.000. Pembiayaan digunakan untuk membantu menambah modal usaha dan meningkatkan omset perusahaan.

b. Muh.Mukhlisin

Untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga menjadi naluri seorang suami dalam memenuhi kehidupan rumah tangganya. Pilihan membuka usaha konveksi tentunya telah Muh.Mukhlisin pertimbangkan segala aspeknya. Sehingga usaha ini menjadi usaha andalan. Muh.Mukhlisin (38) tahun adalah seorang pengusaha muslim pada usaha pakaian koko usahanya dimulai dengan modal Rp 15 juta dan Rp 10 juta pinjaman dari BMT EL-NUSAMA 335 KEDUNGWUNI 2010. Saat itu Rp 5 juta dari kantong sendiri untuk membeli dua mesin

(4)

jahit, satu mesin obras,sisanya untuk membeli bahan baku Usaha yang kini dijalankannya telah berjalan selama tiga tahun.2

Akad yang dipakai dalam pembiayaan ini yaitu Al-murabahah jatuh tempo merupakan penyaluran dana dari pihak BMT El-Nusama 335 kedungwuni kepada nasabah (Muh.Mukhlisin) berdasarkan prinsip jual beli. Karena pembiayaan ini sudah banyak diterapkan di lembaga keuangan syari’ah dan masyarakat pemakai pun sudah mengenal serta menggunakan pola pembiayaan tersebut. Produk murabahah juga sebagai upaya untuk mitigasi resiko baik terhadap usaha maupun nasabah, karena pada produk pembiayaan ini margin secara pasti ditentukan diawal akad.

Jangka waktu pembiayaan dengan sistem jatuh tempo (murabahah jatuh tempo), biasanya Muh.Mukhlisin menggunakannya untuk pembelian bahan baku, Jangka waktu pengembalian yang diberikan dalam waktu 3 bulan dengan sistem jatuh tempo, dimana bagi hasil yang ditentukan dari BMT EL-NUSAMA 335 Kedungwuni adalah 2,75 % sehingga beliau dalam pembayaran bagi hasil tiap bulannya sebesar Rp 275.000.000. dan pada waktu bulan ketiga beliau harus mengembalikan pokok sebesar 10 juta tersebut, serta bagi hasil untuk bulan ketiga. Beliau juga pernah melakukan akad ulang dalam pembiayaan tersebut, karena beliau tidak dapat membayar kewajiban

2 Muh.Mukhlisin, Pengusaha konveksi usaha pakaian koko, wawancara pribadi, Prawasan timur, 17 juli 2012.

(5)

pembiayaannya, yang disebabkan karena usahanya tidak berjalan. Dalam akad ulang tersebut jangka waktu pembiayaan diperpanjang sampai 3 kali sedangkan batas perpanjangan yang diperkenankan hanya 2 kali dengan itu beliau dikategorikan pembiayaan bermasalah.

sedangkan modal dari BMT EL-NUSAMA 335 KEDUNGWUNI digunakan untuk :

a. Aset perusahaan Per bulan (Rp)- September 2010

No. Nama Mesin

Produksi

Jumlah Harga Satuan Total Nilai

1. Mesin Jahit 1 Unit Rp 1.500.000 Rp1.500.000 2. Mesin Obras 1 Unit Rp 900.000 Rp 900.000

Total 2 Unit Rp 2.400.000 Rp 2.400.000

Sumber data : diperoleh dari hasil wawancara dengan Muh.Mukhlisin (usaha pakaian koko), kemudian diolah oleh penulis.

b. Biaya produksi Per bulan (Rp)- September 2010  Bahan baku 1. Kain 3 pes : Rp 3.000.000 2. Plastik : Rp 200.000 3. Benang : Rp 250.000 4. Kancing : Rp 200.000 5. Jarum : Rp 12.000 + Jumlah Rp 3.662.000

(6)

Dan digunakan untuk membayar bagi hasil perbulan sebesar Rp 275.000. Pembiayaan digunakan untuk membantu menambah modal usaha.

c. Ibnu Zaid

Untuk membantu keluarganya menopang keuangan keluarga, Ibnu Zaid (40) tahun terbilang sukses dengan menjalankan usaha konveksinya, Usaha yang kini dijalankannya telah berjalan selama empat tahun dan mendatangkan keuntungan yang tidak sedikit.3

Ibnu Zaid memproduksi celana jeans, usahanya dimulai dengan modal Rp 37 juta dan Rp 10 juta pembiayaan dari BMT EL-NUSAMA 335 KEDUNGWUNI pada tahun 2010. Saat itu Rp 24 juta dari kantong sendiri untuk membeli empat mesin jahit, satu mesin obras, mesin lubang kancing dan sisanya untuk membeli bahan baku sedangkan modal dari BMT EL-NUSAMA 335 KEDUNGWUNI sebanyak Rp 10 juta digunakan untuk :

a. Aset perusahaan Per bulan (Rp)- September 2010

No. Nama Mesin Produksi

Jumlah Harga Satuan Total Nilai

1. Mesin Jahit 3 Unit Rp 1.500.000 Rp 4.500.000 2. Mesin Obras 1 Unit Rp 900.000 Rp 900.000

Total 4 Unit Rp 2.400.000 Rp 5.400.000

Sumber data : diperoleh dari hasil wawancara dengan Ibnu Zaid (usaha celana jeans), kemudian diolah oleh penulis

3

Ibnu Zaid, Pengusaha konveksi usaha celana jin, wawancara pribadi, Sidodadi Indah, 17 juli 2012.

(7)

b. Biaya operasional Per bulan (Rp)- September 2010 Bahan baku 1. Kain 4 pes : Rp 4.000.000 2. Plastik : Rp 50.000 3. Benang : Rp 150.000 4. Kancing : Rp 100.000 5. Jarum : Rp 12.000 + Jumlah Rp 4.312.000

Dan untuk membayar bagi hasil per bulan sebesar Rp 275.000. 2. Analisa hasil usaha nasabah

Dari keuntungan hasil usaha ketiga nasabah digunakan sebagai berikut :

a. M.Farkhi4 Omset Rp 15.000.000 Biaya produksi Bahan baku Rp 5.662.000 Upah buruh Rp 6.000.000 + Rp 11.662.000 – Laba kotor Rp 3.338.000

Biaya non produksi

Biaya hidup Rp 2.288.000 –

Laba bersih Rp 1.050.000

4 M.Farkhi, Pengusaha Celana Jin, wawancara pribadi,Capgawen selatan 02/ RT/RW 19, 07 Juli 2012.

(8)

Bagi hasil perbulan Rp 275.000 –

Laba setelah bayar bagi hasil Rp 775.000

Dalam menjalankan fungsi manajemen keuangannya, tujuan perusahaan dapat tercapai dilihat dari hasil usaha tersebut laba yang dihasilkan setelah membayar bagi hasil, beliau mampu menyisihkan uang sebanyak Rp 775.000. b. Muh.Mukhlisin5 Omzet Rp 10.000.000 Biaya produksi Bahan baku Rp 3.662.000 Upah buruh Rp 4.000.000 + Rp 7.662.000 – Laba kotor Rp 2.338.000

Biaya non produksi

Biaya hidup Rp 2.615.000 –

Laba bersih (Rp 277.000)

Bagi hasil perbulan Rp 275.000 –

Laba setelah bayar bagi hasil (Rp 552.000)

Dalam menjalankan fungsi manajemen keuangannya belum berjalan dengan baik, dapat dilihat dari hasil usaha diatas, ternyata laba

5 Muh.Mukhlisin, Pengusaha konveksi usaha pakaian koko, wawancara pribadi, Prawasan timur, 17 juli 2012.

(9)

yang dihasilkan setelah membayar bagi hasil tersebut lebih besar dari laba bersihnya. Sehingga tujuan perusahaan tidak dapat tercapai. Karena usaha beliau tidak dapat berkembang (mengalami kebangkrutan). Bahkan beliau tidak dapat menyisihkan uang perbulannya dalam usahanya.

Ibnu Zaid6 Omzet Rp 15.000.000 Biaya produksi Bahan baku Rp 4.312.000 Upah buruh Rp 7.000.000 + Rp 11.312.000 – Laba kotor Rp 3.688.000

Biaya non produksi

Biaya hidup Rp 2.633.000 –

Laba bersih Rp 1.055.000

bagi hasil perbulan Rp 275.000 –

Laba setelah bayar bagi hasil Rp 780.000.

Dalam menjalankan fungsi manajemen keuangannya, tujuan perusahaan dapat tercapai, dilihat dari hasil usaha tersebut laba yang dihasilkan setelah membayar bagi hasil, beliau mampu menyisihkan uang sebanyak Rp 780.000.

6 Ibnu Zaid, Pengusaha konveksi usaha celana jin, wawancara pribadi, Sidodadi Indah, 17 juli 2012.

(10)

Dari hasil analisis usaha ketiga nasabah tersebut, salah satu nasabah menganggap omset yang diperolehnya sudah cukup besar, tetapi labanya ada yang habis tanpa sisa dikas usaha. Kebanyakan para pengusaha konveksi tidak memisahkan antara uang usaha dan uang pribadi, sehingga uang usaha termakan untuk keperluan sehari-hari, dan uang pribadi ikut digunakan untuk operasional usaha.

Keadaan seperti itulah yang menjadi tantangan besar bagi para pengusaha, agar mereka bisa mengatur keuangan usaha dengan baik, maka pisahkan keuangan usaha dengan uang pribadi dan mengontrol semua pemasukan maupun pengeluaran usahanya agar semua transaksi usaha dapat tercatat dengan rapi.

Perlu adanya antisipasi dan solusi dalam menjalankan manajemen dana pembiayaan untuk melakukannya, diperlukan pengawasan terhadap dana pembiayaan yang baik, caranya yaitu dengan melakukan penyaringan terhadap calon anggota dan proyek yang akan dibiayai. BMT EL-NUSAMA 335 Kedungwuni mewujudkan hal tersebut dengan melakukan analisis pembiayaan. Analisis yang dilakukan oleh BMT EL-NUSAMA 335 Kedungwuni adalah analisis 5C, yaitu :7

1. Character (watak)

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui tentang kepribadian nasabah, dari ketiga nasabah yang saya teliti, mereka memiliki

7

Hasil wawancara dengan ibu reni, “bagian pembiayaan BMT EL-NUSAMA 335 Kedungwuni“ pada tanggal 17 juli 2012.

(11)

kepribadian yang cukup baik di kenal masyarakat. dapat memenuhi kewajibannya, jujur, bertanggung jawab, dan disiplin dalam membayar kewajiban pembiayaan. Selain melihat dari data indentitas diri nasabah, juga melakukan wawancara langsung kepada tiga nasabah, salah satu diantaranya dengan menanyakan tujuan penggunaan pembiayaan tersebut.

2. Capacity (kemampuan membayar)

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan ketiga nasabah dalam membayar kewajibannya. M.Farkhi mampu melakukan pelunasan jangka waktu pembiayaan yaitu 3 bulan, sedangkan mukhlisin, dalam melakukan pembayarannya, tidak tepat beliau tidak mampu melakukan pembayaran tepat waktu yang ditentukan, beliau melakukan akad ulang pembiayaan, karena beliau tidak mampu membayar kewajiban pembiayaan dikarenakan usaha yang dijalankan mengalami kebngkrutn. Dalam pembiayaannya sudah diperpanjang sampai 3 kali sedangakan batas perpanjangan yang diperkenankan hanya 2 kali dengan itu beliau dikategorikan pembiayaan bermasalah. Dan yang terakhir, Ibnu Zaid beliau dalam melakukan pembayaran kewajiban pembiayaan mampu melakukan pelunasan pada waktu yang ditentukan yaitu 3 bulan, dengan bagi hasil perbulan sebesar 257 ribu.

(12)

3. Capital (modal)

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan modal yang dimiliki oleh ketiga nasabah. M.Farkhi dengan modal dua set mesin jahit dan setelah mendapat pembiayaan, beliau mampu menambah 2 set mesin jahit lagi untuk mendukung produktivitas kerja sebagai pengusaha konveksi. Mukhlisin, dengan modal satu set mesin jahit. Beliau dalam menjalankan usahanya, mengalami kebangkrutan sehingga tidak mampu membayar kewajibannya tepat waktu. Ibnu Zid, dengan modal 4 set mesin jahit dan setelah mendapat pembiayaan beliau dapat menambah 3 set mesin jahit shingga usahanya mampu berkembang hingga saat ini.

4. Condition (kondisi)

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui kondisi atau keadaan usaha yang dimiliki dan dikerjakan oleh ketiga nasabah yang penulis teliti. M.Farkhi usaha beliau mengalami perkembangan yang cukup bagus, beliau bisa menambah satu set mesin jahit dan dapat menghasilkan omset perbulannya mencapai 15 juta yang tadinya hanya 13 juta.

Sedangkan perkembangan usaha mukhlisin beliau mengalami kebangkrutan, tetapi dengan adanya hubungan dengan lembaga keuangan BMT EL-NUSAMA 335 Kedungwuni usaha beliau dapat terselamatkan sampe saat ini. Yang terakhir perkembangan usaha milik Ibnu Zaid beliau sama sperti M.Farkhi usahanya dapat berkembang

(13)

pesat dengan adanya pembiayaan dari BMT EL-Nusama 335 Kedungwuni omset yang dapat diperoleh mencapai 15 juta, yang tadinya hanya 10 juta.

Kelayakan nasabah pembiayaan dalam memperoleh pembiayaan yang diinginkan selain melihat pada prinsip 5C , juga dinilai dari:

1. Lama usaha

Ketiga nasabah yaitu : M.Farkhi menjalankan usahanya selama 4 tahun, mukhlisin lama usahanya selama 4 tahun dan ibnu zaid juga 4 tahun.

2. Pengalaman debitur dalam menjalankan usaha

Dari ketiga nasabah tersebut mempunyai pengalaman usaha yang berbeda, M.Farkhi mempunyai pengalaman cukup membanggakan dengan usahanya dapat berkembang sampai saat ini. Mukhlisin rintisan awal usahanya dimulai dengan menjadi penjahit disalah satu konveksi milik orang lain, kemudian sempat membuka usaha konveksi sendiri seiring terjadinya krisis moneter, berimbaslah pada usaha yang dijalankan mengalami kebangkrutan. Sedangkan Ibnu Zaid sama seperti M.Farkhi usahanya dapat berkembang dengan baik sampai saat ini.

5.Collateral (jaminan)

Pembiayaan antara 5-10 juta:

 Jika menggunakan BPKB, dilengkapi dengan Surat Kuasa Menjual.

(14)

 Sertifikat hak milik (SHM) jika perlu dilengkapi dengan Surat Kuasa Menjual nota riil.

Menganalisa jaminan nasabah, yaitu:8

a. M. Farkhi, jaminan yang diajukan berupa sertifikat tanah.

b. Mukhlisin, jaminan yang diajukan dalam pembiayaan berupa 2 BPKB sepeda motor.

c. Ibnu Zaid, jaminan yang diajukan berupa 2 BPKB motor

8 Hasil wawancara dengan ibu reni, “bagian pembiayaan BMT EL-NUSAMA 335 Kedungwuni“ pada tanggal 17 juli 2012.

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitian ini data telepon seluler yang digunakan merupakan data berdasarkan jaringan yang berisi informasi lokasi Base Transceiver Station (BTS) yang

Klien mengungkapkan secara verbal tentang informasi yang tepat untuk perawatan nifas dan  perawatan bayi. Klien tampak tertarik dengan

Praktikum atau real lab dalam pembelajaran kimia di sekolah dapat digantikan dengan virtual lab, ataupun dengan penjelasan materi pembelajaran menggunakan

Penerapan Model Problem Based Learning pada Pembelajaran Menulis Teks Berita dengan Media Lingkungan Sekolah 33 B.. Tempat

Analisis besaran vektor memuat tentang pengertian besaran vektor yang akan membandingkannya dengan besaran skalar, komponen vektor, vektor unit

Lesi kulit pada akne vulgaris adalah erupsi polimorf dengan gejala predominan salah satunya berupa komedo, papul yang tidak beradang dan pustul, nodul dan kista yang

Strategi divisi dari Baluna-Wear diberikan sebagai (Lipe & Salterio, 2000.): Meskipun Trisuna Garment Corporation secara historis difokuskan pada pakaian wanita,

Sebagai konsekuensi dari hal tersebut, setiap penyebutan “Pelanggan” dalam Keterangan Layanan ini dan dokumen layanan Dell lainnya dalam konteks ini akan dianggap mengacu pada