• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat 2. Departemen Administrasi Kebijakan dan Kesehatan 3

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat 2. Departemen Administrasi Kebijakan dan Kesehatan 3"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN JENIS KELAMIN, PENGETAHUAN, SIKAP, LINGKUNGAN KELUARGA DAN TEMAN SEBAYA TERHADAP PENYALAHGUNAAN NAPZA PADA SISWA SLTA

(Studi Observasional Di Wilayah Kecamatan Banjarmasin Utara Tahun 2017)

THE CORRELATION BETWEEN GENDER, KNOWLEDGE, ATTITUDE, FAMILY ENVIRONMENT AND PEERS AGAINST DRUG ABUSE IN HIGH SCHOOL STUDENTS

(Observational Study in Banjarmasin Utara 2017)

Aidina Puteri1, Adenan2, Rudi Fakhriadi3

1Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat

2Departemen Administrasi Kebijakan dan Kesehatan 3Departemen Epidemiologi

Program Studi Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru Email: aidinaputeri@gmail.com

Abstrak

Pengguna narkoba di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, tahun 2015 mengalami peningkatan menjadi 2,20%. Menurut Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Kalimantan Selatan, data kasus pengguna narkoba di Kalimantan Selatan tahun 2015 pada usia 0-19 tahun sejumlah 432 orang (35,35%). Data rehabilitasi BNN Kota Banjarmasin tahun 2016 jumlah tertingginya adalah pelajar dengan jumlah 83 orang dan berdasarkan tingkat kecamatan bahwa kecamatan Banjarmasin Utara merupakan peringkat tertinggi dengan jumlah 38 orang. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan hubungan jenis kelamin, pengetahuan, sikap, lingkungan keluarga, dan teman sebaya terhadap penyalahgunaan NAPZA pada siswa SLTA. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif menggunakan desain cross sectional. Populasi adalah siswa dan siswi dari SLTA yang berada di Banjarmasin Utara. Sampel yang diteliti berjumlah 113 sampel dengan menggunakan teknik Multi stage sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang berhubungan dengan penyalahgunaan NAPZA pada remaja adalah jenis kelamin value=0,003), sikap value=0,001), lingkungan keluarga value=0,002), dan teman sebaya (p-value=0,0001). Sedangkan variabel yang tidak berhubungan dengan penyalahgunaan NAPZA pada remaja adalah pengetahuan (p-value=0,107). Kesimpulan dari penelitian ini adalah adanya hubungan antara jenis kelamin, sikap, lingkungan keluarga, dan teman sebaya terhadap penyalahgunaan NAPZA pada remaja, namun tidak terdapat hubungan antara pengetahuan dengan penyalahgunaan NAPZA pada siswa SLTA di wilayah Kecamatan Banjarmasin Utara.

Kata kunci: Jenis kelamin, sikap, lingkungan keluarga, teman sebaya, penyalahgunaan NAPZA

Abstract

Drug users in Indonesia have increased year by year, in 2015 it increased into 2,20%. According to the National Narcotics Agency (BNN) of South Kalimantan Province, the data of drug user cases in South Kalimantan in 2015 at the age of 0 to 19 years old is up to 432 people (35,35%). According to the rehabilitation data of National Narcotics Agency (BNN) Banjarmasin in 2016, the highest rank of drug users are among the students age which it is up to 83 people. Furthermore, Banjarmasin Utara is the highest rank between sub-district levels of drug user which it is up to 38 people. This study aims to explain the correlation between gender, knowledge, attitude, family environment and peers against drug abuse in high school students. This research is a quantitative research using cross sectional design. The population is high school students in Banjarmasin Utara area. The sample was taken to 113 people using Multi stage sampling technique. The results showed that the variables related to drug abuse in adolescents were gender (p-value=0,003), attitude (p-value=0,001), family environment (p-value=0,002), and peers (p-value=0,0001). In other hand, the variables that are not related to drug abuse in adolescents is knowledge (p-value=0,107). In conclusion, this study is telling about there is correlation between gender, attitude, the environment of family and peers against drug abuse in adolescents, yet it has no correlation between knowledge with drug abuse in high school students in Banjarmasin Utara area.

(2)

PENDAHULUAN

NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lain), berdasarkan World Drug Report (2012) menyatakan bahwa pada tahun 2010 terdapat sekitar 230 juta orang atau sekitar 5% penduduk dunia usia 15-64 tahun yang menyalahgunakan obat setidaknya 1 kali dalam 12 bulan. Dari semua jenis penyalahgunaan obat, ganja merupakan zat yang paling banyak digunakan yaitu antara 119 juta sampai 224 juta (1). Laporan badan PBB untuk obat dan kriminalitas pada tahun 2013 menemukan bahwa sudah ada 236 jenis obat-obatan baru selang waktu 2005-2012. Laporan United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC) (2013) juga mengatakan bahwa Asia merupakan daerah terbesar kedua sebagai tempat munculnya jenis-jenis obat narkotika baru. Daerah daerah di Asia didominasi oleh Asia timur dan Asia Tenggara (Brunei Darussalam, China, Hongkong, Indonesia, Japan, Phillippines, Singapore, Thailand, Vietnam) (2)

Pengguna narkoba di Indonesia mengalami tren peningkatan dari tahun ke tahun. Fakta tersebut dapat dilihat dari data statistik prevalensi penyalahgunaan narkoba di Indonesia. Pada tahun 2008 ada 1,99 % (3.362.527 jiwa), pada tahun 2011 ada 2,23% (4.274.333 jiwa), pada tahun 2014 mengalami penurunan 2,18% (4.002.228 jiwa), dan mengalami peningkatan lagi pada tahun 2015 menjadi 2,20 % (4.098.029 jiwa), dari jumlah penduduk (3). Menurut Badan Narkotika Nasional Provinsi Kalimantan Selatan, data kasus pengguna narkoba di Kalimantan Selatan tahun 2015 berjumlah 1222 orang, dengan pengguna narkoba yang terbanyak pada usia 0-19 tahun sejumlah 432 orang (35,35%) (4).

Remaja cenderung menyalahgunakan NAPZA karena terkait dengan tahap perkembangannya. Remaja mengalami perubahan fisik, emosi, intelektual, dan sosial. Fase transisi ini dari masa kanak-kanak ke masa dewasa disebut fase krisis dalam pembentukan identitas diri. Fase ini menimbulkan berbagai permasalahan kompleks sehingga remaja menjadi kelompok berisiko NAPZA (5).

Data rehabilitasi BNN Kota Banjarmasin tahun 2016 sejumlah 141 orang. Dari data rehabilitasi tersebut jumlah tertingginya adalah pelajar dengan jumlah 83 orang. Kota Banjarmasin menempati peringkat pertama dari 13 kabupaten di Kalimantan Selatan tahun 2015. Laporan dari Badan Narkotika Nasional dilaporkan bahwa dari data rehabilitasi kota Banjarmasin tahun 2016 berdasarkan kecamatan bahwa Banjarmasin Utara merupakan peringkat tertinggi dengan jumlah 38 orang (4,6).

Penyalahgunaan NAPZA terjadi karena beberapa faktor. Penelitian Diantini (2012) menunjukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan remaja tentang NAPZA terhadap sikap penyalahgunaan NAPZA. Selain itu, Ismawati, (2007) mengatakan bahwa sebagian besar penyalahgunaan narkoba 97% berumur antara 13-21 tahun dan 90% berjenis kelamin laki-laki. Yanti Shalatiah (2010) juga menyebutkan bahwa faktor remaja menyalahgunakan NAPZA dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan teman sebaya.

Berdasarkan uraian diatas, maka dilakukan penelitian tentang “Hubungan jenis kelamin, pengetahuan, sikap, lingkungan keluarga, dan teman sebaya terhadap penyalahgunaan NAPZA pada siswa SLTA di wilayah Kecamatan Banjarmasin Utara”

METODE

Rancangan pada penelitian ini menggunakan observasional analitik dengan metode pendekatan cross

sectional. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa dan siswi dari SLTA yang berada di wilayah

Banjarmasin Utara tahun 2017 berjumlah 7072 siswa. Sampel pada penelitian adalah sekolah yang berada di wilayah Banjarmasin Utara sebanyak 3 sekolah yang memiliki tingkat absensi (jumlah tidak hadir) tertinggi kelas X dan XI pada bulan Februari tahun 2017, alasan memilih dari tingkat absensi karena salah satu akibat dari penyalahgunaan NAPZA pada remaja yaitu membolos sekolah (7). Penentuan metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini dengan metode multi stage sampling yang merupakan teknik sampling yang dilakukan secara bertahap (8). Multi stage sampling yang terdiri dari tahap 1 (cluster sampling) dan tahap II (random sampling). Penetapan sampel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan rumus uji hipotesis beda proporsi sehingga sampel berjumlah 113 orang. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner yang mencakup identitas diri (umur, jenis kelamin), kuesioner yang berkaitan dengan pengetahuan, sikap, lingkungan keluarga, teman sebaya dan penyalahgunaan NAPZA yang telah diuji validitas dan reabilitas.

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Univariat

Berdasarkan hasil penelitian, maka diperoleh distribusi frekuensi penyalahgunaan NAPZA yang disajikan pada tabel 1 berikut ini

(3)

Tabel 1 distribusi frekuensi variabel yang diteliti di STLA wilayah Kecamatan Banjarmasin Utara

No. Variabel Frekuensi Persentase (%)

1 Penyalahgunaan NAPZA Ya 23 20,4% Tidak 90 79,6% Total 113 100% 2 Jenis kelamin Laki-laki 71 62,8% Perempuan 42 37,2% Total 113 100% 3 Pengetahuan Baik 58 51,3% Cukup Kurang 42 13 37,2% 11,5% Total 113 100% 4 Sikap Baik 75 66,4% Kurang 38 33,6% Total 113 100% 5 Lingkungan keluarga Baik 59 52,2% Kurang 54 47,8% Total 113 100% 6 Teman sebaya Baik 85 75,2% Kurang 28 24,8% Total 113 100%

Sumber: Data Primer Hasil Penelitian Tahun 2017

Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa distribusi penyalahgunaan NAPZA ada 2 yaitu penyalahguna dan tidak penyalahguna. Dari 113 responden pelajar yang penyalahguna sebanyak 23 (20,4%) reponden dan pelajar yang tidak penyalahguna sebanyak 90 (79,6%) responden. 23 responden yang mengaku menggunakan NAPZA, ada sebanyak 23 responden menggunakan psikotropika berjenis zenith, dari segi penggunaan zenith ada 14 orang yang cuma menggunakan satu kali dan ada 9 orang yang menggunakan zenith lebih dari satu kali. Sebanyak 21 responden menggunakan zat adiktif, ada sebanyak 4 orang yang memakai zat adiktif berjenis alcohol, ada sebanyak 2 orang yang memakai zat adiktif berjenis lem fox (castol), dan ada sebanyak 15 orang yang memakai zat adiktif berjenis rokok. Dari segi penggunaan zat adiktif ada 4 orang yang cuma menggunakan satu kali dan ada 17 orang yang menggunakan zat adiktif lebih dari satu kali.

Distribusi frekuensi berdasarkan jenis kelamin menunjukkan bahwa dari 113 responden, sebagian besar pelajar yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 71 (62,8%) responden dan pelajar yang memiliki jenis kelamin perempuan sebanyak 42 (37,2%) responden.

Distribusi frekuensi berdasarkan pengetahuan dari 113 responden sebagian besar memiliki pengetahuan baik sebanyak 58 (51,3%) responden dibandingkan pelajar yang memiliki pengetahuan cukup sebanyak 42 (37,2%) responden dan pelajar yang memiliki pengetahuan kurang sebanyak 13 (11,5%) responden. Menurut Notoatmodjo bahwa semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang maka semakin baik pula menghindari perilaku yang tidak baik. Dapat diartikan semakin tinggi tingkat pengetahuan remaja semakin baik pula dalam pencegahan penyalahgunaan NAPZA (9).

Distribusi frekuensi berdasarkan sikap dari 113 responden sebagian besar tergolong baik sejumlah 75 (66,4%) responden, karena kebanyakan responden tetap menolak menggunakan NAPZA walaupun mendapatkan tekanan dari temannya dan akan mengikatkan teman jika ada teman yang mencoba NAPZA. Sedangkan 38 (33,6%) responden memiliki sikap kurang karena responden tersebut cenderung menggunakan NAPZA jika ada keluarga yang menggunakan NAPZA. Sikap merupakan suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable). Perasaan ini menjadi konsep yang merepresentasikan suka atau tidak sukanya (positif, negatif, atau netral) seseorang pada sesuatu, siswa yang memiliki sikap baik terhadap penyalahgunaan NAPZA lebih menolak untuk menggunakan NAPZA (10).

Distribusi frekuensi berdasarkan lingkungan keluarga dari 113 responden sebagian besar lingkungan keluarga responden tergolong baik sejumlah 59 (52,2%), karena kebanyakan responden lebih sering berada dirumah dan memiliki orang tua yang perhatian terhadap mereka. Sedangkan 54 (47,8%) responden yang

(4)

memiliki lingkungan keluarga yang kurang baik memiliki orang tua yang sering keluar rumah sehingga cenderung tidak memperhatikan anak-anaknya. Penyalahgunaan NAPZA dapat disebabkan salah satunya karena faktor lingkungan keluarga. Keluarga merupakan unit terkecil dalam suatu masyarakat. Penyebab penyalahgunaan NAPZA pada lingkungan keluarga salah satunya yaitu karena keharmonisan (11).

Distribusi frekuensi berdasarkan teman sebaya dari 113 responden sebagian besar teman sebaya responden tergolong baik sejumlah 85 (75,2%) karena responden yang memiliki teman sebaya yang baik memiliki teman yang tidak mengajaknya menyalahgunakan NAPZA sehingga mereka tidak mengikuti trend menyalahgunakan NAPZA. Sedangkan 28 (24,8%) responden yang memiliki teman sebaya kurang baik dikarenakan responden tersebut memiliki teman sebaya yang cenderung memaksanya untuk menggunakan NAPZA. Interaksi teman sebaya tidak selalu memiliki dampak positif tetapi juga memiliki dampak negatif seperti halnya pada penyalahgunaan NAPZA. Hal ini menjelaskan untuk dapat diterima dalam interaksi teman sebaya. Perubahan sikap dan perilaku sesuai aturan/norma yang sudah ditetapkan kelompok teman sebaya. Demikian pula bila anggota kelompok mencoba minuman alkohol, NAPZA, perilaku agresif, merokok, membolos, terlambat masuk sekolah, dan perilaku yang dianggap melanggar norma/aturan, remaja cenderung mengikuti tanpa mengetahui akibat yang dapat terjadi bagi diri remaja sendiri (12).

B. Analisis Bivariat

Analisis ini adalah untuk melihat hubungan dari masing-masing variabel independen dengan variabel dependen yaitu jenis kelamin, pengetahuan, sikap, lingkungan keluarga dan teman sebaya dengan penyalahgunaan NAPZA. Hasil analisis bivariat dapat dilihat pada tabel 2 berikut.

Tabel 2 Hubungan antara variabel yang diteliti dengan penyalahgunaan NAPZA

Variabel Penyalahgunaan NAPZA Total

p

value Ya Tidak n % n % N % Jenis Kelamin Laki-laki 21 29,6 50 40,4 71 100 0,003 Perempuan 2 4,8 40 95,2 42 100 Pengetahuan Kurang 5 38,5 8 61,5 13 100 0,107 Cukup Baik 10 8 23,8 13,8 32 50 76,2 86,2 42 58 100 100 Sikap Kurang 15 39,5 23 60,5 38 100 0,001 Baik 8 10,7 67 89,3 75 100 Lingkungan keluarga Kurang 18 33,3 36 66,7 54 100 0,002 Baik 5 8,5 54 91,5 59 100 Teman sebaya Kurang 16 57,1 12 42,9 28 100 0,0001 Baik 7 8,2 78 91,8 85 100

Sumber: Data Primer Hasil Penelitian Tahun 2017

Berdasarkan tabel 2 hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang yang signifikan antara jenis kelamin dengan penyalahgunaan NAPZA p-value = 0,003 . Hasil ini sejalan dengan penelitian Sandy Kurniawan (2014), bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan penyalahgunaan NAPZA pada pelajar SMAN 1 Kotabaru (p- value = 0,000) (13). Selain itu, penelitian yang dilakukan Ahmad Riyadi (2015) pada remaja Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Kabupaten Sragen, menyatakan bahwa terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan penyalahgunaan NAPZA (p-value = 0,000) (14).Hasil ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Afandi, dkk (2009), faktor penyalahgunaan NAPZA salah satunya dipengaruhi oleh jenis kelamin (15). Hal senada diungkapkan pula oleh Ruminiati (2010) bahwa remaja laki-laki lebih ambisius dan memiliki tingkat agresi yang lebih tinggi dibandingkan dengan remaja perempuan (16). Afandi (2009) juga menegaskan bahwa jenis kelamin laki-laki lebih berisiko terhadap penyalahgunaan NAPZA (15). Diperkuat oleh pendapat yang dikemukakan oleh Kartono (2010) bahwa salah satu faktor yang memengaruhi kenakalan pada remaja adalah jenis kelamin (17).

Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat hubungan yang yang signifikan antara pengetahuan dengan penyalahgunaan NAPZA p-value = 0,107. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Kurniawan S (2014) pada pelajar SMAN 1 Kotabaru , menyatakan tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan penyalahgunaan NAPZA (p=0,142) (13). Selain itu, penelitian Kusumawati Ega (2015) menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan penyalahgunaan zat adiktif Pada Siswa Kelas XI SMA Swadaya Bandung dengan nilai (p-value) adalah sebesar 0,225 (18).

(5)

Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang yang signifikan antara sikap dengan penyalahgunaan NAPZA p-value = 0,001. Sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfoverable) pada objek tersebut. Sikap juga merupakan cerminan jiwa seseorang. Sikap adalah cara seseorang mengkomunikasikan perasaannya kepada orang lain (melalui perilaku) (19).

Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang yang signifikan antara lingkungan keluarga dengan penyalahgunaan NAPZA p-value = 0,002. Menurut Sudarsono (2004), menyebutkan keluarga mempunyai peran yang sangat penting dalam memberikan pendidikan dan pembentuk karakter pada anak. Keluarga tidak akan bisa lepas dalam mengasuh seorang anak mulai dari pertumbuhan sampai perkembangan anak dalam keluarga (20). Sesuai dengan hasil penelitian Rahmadona dan Agustin (2014) juga menyebutkan bahwa peran keluarga memiliki risiko 4,2 kali lebih besar terhadap penyalahguna NAPZA terlebih jika memiliki keluarga yang kurang berperan dalam pencegahan penyalahgunaan NAPZA (21).

Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang yang signifikan antara teman sebaya dengan penyalahgunaan NAPZA p-value = 0,0001. Jaji (2009) risiko penyalahgunaan NAPZA pada 4 umumnya pertama kali dikenalkan oleh teman. Perilaku menyalahgunakan NAPZA pada remaja juga merupakan akibat sosialisasi atau interaksi remaja dengan lingkungannya, hal ini dapat dilihat dari hasil penelitiannya yang menunjukkan bahwa interaksi sosial remaja berisiko menyalahgunakan NAPZA pada remaja SMP dan SMA berisiko tinggi menyalahgunakan NAPZA yaitu berisiko tinggi sebesar 71.1% artinya remaja yang memiliki sosialisasi tinggi berisiko tinggi pada penyalahgunaan NAPZA (22).

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan simpulan sebagai berikut:

1. Ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan penyalahgunaan NAPZA (p-value = 0,003).

2. Tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan penyalahgunaan NAPZA

(p-value = 0,107).

3. Ada hubungan yang signifikan antara sikap dengan penyalahgunaan NAPZA (p-value = 0,001). 4. Ada hubungan yang signifikan antara lingkungan keluarga dengan penyalahgunaan NAPZA

(p-value = 0,002).

5. Ada hubungan yang signifikan antara teman sebaya dengan penyalahgunaan NAPZA (p-value =

0,0001).

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disarankan hal sebagai berikut:

1. Remaja laki-laki memiliki agresifitas dan emosi yang tinggi, serta pergaulan yang luas dibandingkan perempuan sehingga hendaknya mencari kesibukan dan mengikuti kegiatan-kegiatan yang positif, seperti mengikuti kegiatan-kegiatan pengembangan minat bakat dan ikut organisasi sekolah sehingga dapat meminimalisir hal-hal negatif yang tidak diinginkan. Pihak sekolah hendaknya lebih melakukan pengawasan pada siswa di sekolah, seperti melakukan pemeriksaan barang bawaan pada siswa minimal 1 kali dalam seminggu.

2. Bagi pihak sekolah diharapkan dapat memberikan penyuluhan tentang bahaya NAPZA minimal 1

kali sebulan untuk meningkatkan pengetahuan siswa/siswi tentang NAPZA.

3. Bagi remaja hendaknya bisa memperbaiki sikap dan perilakunya dikehidupan sehari-hari dengan cara bersikap sopan santun dan tata kerama serta menumbuhkan sikap disiplin dari dalam diri seperti tidak terlambat dan menepati janji. Pihak sekolah hendaknya dapat mendidik sikap siswa seperti sikap kedisiplinan dan sikap sopan santun.

4. Orang tua hendaknya dapat meningkatkan pengawasan terhadap anaknya terutama pada

kegiatan pada saat waktu luang, dan hendaknya orang tua dapat menimbulkan suasana yang harmonis pada lingkungan keluarga. Pihak sekolah hendaknya memberikan pengertian kepada orang tua agar selanjutnya orang tua dapat mendidik siswa pada saat jam diluar sekolah.

5. Bagi remaja hendaknya dapat selektif dalam memilih teman, dan carilah teman atau membentuk kelompok yang dapat saling menngingatkan saat diri kita melakukan hal-hal negatif. Pihak sekolah hendaknya memberikan masukan kepada siswa dan memberikan pengetahuan tentang bagaimana cara memilih teman yang baik agar dapat menunjang prestasi di sekolah.

6. Penelitian selanjutnya perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang penyalahgunaan NAPZA pada remaja dengan variabel penelitian yang berbeda dari penelitian ini, seperti tingkat religius, ketersediaan fasilitas dan lingkungan sekolah.

(6)

DAFTAR PUSTAKA

1. UNODC. World Drug Report 2012, online http://unodc.gov/word drugsrepoort- 2012, Diakses pada tanggal 10 Februari 2014.

2. Robert J. Thoma. The effects of alcohol and marijuana on neuropsychological performance. Adolescent Substance Abuse 2010; 5(1):39–46.

3. Badan Narkotika Nasional. Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional, 2015.

4. Badan Narkotika Nasional Provinsi Kalimantan Selatan. Rekapitulasi data penyalahguna dan pecandu narkoba Provinsi Kalimantan Selatan, 2015.

5. Soekanto, S. Sosiologi. Suatu pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1990.

6. Badan Narkotika Nasional Kota Banjarmasin. Rekapitulasi data penyalahguna dan pecandu narkoba Kota Banjarmasin, 2016.

7. Rejeki Sri. Penanggulangan narkoba di kalangan remaja. Jurnal Majalah Ilmiah Pawiyatan 2014;21(1)-22-31

8. Djoko Widono. Prosedur proposal dan laporan penelitian kesehatan. Surabaya: CV. Duta Prima Airlangga, 2007.

9. Notoatmodjo. Konsep perilaku dan perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta, 2010. 10. Azwar, S. Sikap Manusia teori dan pengukurannya, Yogjakarta: Pustaka Pelajar, 2008.

11. Oktavia Dwi S A. Soenarnatalina Melaniani. Pengaruh lingkungan keluarga terhadap penyalahgunaan NAPZA pada remaja. Jurnal Biometrika dan Kependudukan, 2016; 5(1): 80–87.

12. Sugiarti. Hubungan antara interaksi teman sebaya dalam lingkungan sekolah dengan risiko penyalahgunaan NAPZA pada remaja. Skripsi. Surakata: Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2013. 13. Kurniawan S. Hubungan pengetahuan, sikap, jenis kelamin terhadap penyalahgunaan NAPZA di

kalangan pelajar di SMAN 1 Kotabaru. Skripsi. Banjarbaru: Universitas Lambung Mangkurat, 2014. 14. Riyadi A. Risiko penyalahgunaan NAPZA pada remaja ditinjau dari jenis kelamin, status tinggal dan

status orangtua. Skripsi. Surakata : Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2015

15. Afandi, D, Chandra, F, Novitasari, D, Riyanto, I, Kurniawan, L. Tingkat penyalahgunaan obat dan faktor risiko di kalangan siswa sekolah menengah umum. Majalah Kedokteran Indonesia, 2009; 59(6).

16. Novalinda E. Wibowo, H. Fuad Nashori. Self regulation and aggressive behavior on male adolescence. Jurnal RAP UNP, 2017; 8(1) : 48-59.

17. Kartono, K. (2010). Patologi Sosial II: Kenakalan Remaja. Jakarta Cet. 9: Rajagrafindo Persada,2010. 18. Kusmawati Ega, Antonius Ngadiran Dan Sulastri. Hubungan pengetahuan dengan sikap siswa kelas XI

tentang penyalahgunaan zat adiktif di Sma Swadaya Bandung. Jurnal Ilmu Kesehatan, 2015; 9(1): 479-486.

19. Azwar, S. Sikap dan perilaku dalam sikap manusia teori dan pengukurannya. 2nd ed, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011.

20. Sudarsono. Kenakalan remaja. Jakarta: Rineka Cipta, 2004.

21. Rahmadona E, Agustin H. Faktor yang berhubungan dengan penyalahguna NAPZA di RSJ Prof. Hb Sa’anin. Jurnal kesehatan, 2014; 8(2): 59-65.

22. Jaji. Hubungan faktor sosial dan spiritual dengan risiko penyalahgunaan NAPZA pada remaja SMP dan

(7)

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Estimasi Ketinggian Air dan Temperatur Uap

Fungsi tujuan pada penelitian ini disusun berdasarkan model GSTAR Termofikasi yang telah diperoleh, sedangkan kendala yang berpengaruh adalah curah hujan optimal

Di sisi lain, dugaan adanya korelasi terpaan berita politik dengan perubahan kognisi remaja tentang fungsi input , proses konversi, output , serta kapabilitas sistem

(1993), dadih yang baik berwarna putih dengan konsistensi menyerupai susu asam. (yoghurt) dan beraroma khas susu

The research utilizes a qualitative descriptive analysis focusing on the textual data obtained from 20 selected reading passages — narratives — with reference to

Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana pengamalan nilai-nilai pendidikan agama Islam pada siswa di SDN 056003 Paya Kasih, bagaimana usaha

Menurut hasil uji analisis regresilinear berganda antara kemampuan penggunaan bahasa bugis penyuluh dengan motivasi (Y) dalam pemeliharaan sapi potong menunjukkan

Juliani, Silfi Eka. “Efektivitas Permainan im Dreierpack Untuk Meningkatkan Penguasaan Kosakata Bahasa Jerman ”. Bandung: Jurusan Pendidikan Bahasa Jerman.