• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELESTARIAN BUDAYA FLORES

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PELESTARIAN BUDAYA FLORES"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PELESTARIAN

BUDAYA

FLORES

Seni Tenun Ikat dalam Masyarakat Adat

Sikka

PROPOSAL KERJASAMA

15 April – 15 Mei 2011

(2)

Sekelumit tentang Flores, Sikka, Dan Bliran Sina

Motivasi & Objektif

Kegiatan

Perencanaan Pendanaan

Penawaran Bentuk Kerjasama

Peliputan Media

(3)

SEKELUMIT TENTANG FLORES, SIKKA, DAN SANGGAR BLIRAN SINA

”Copa de Flores” begitu bangsa Portugis menyebut pulau di ujung timur Indonesia ini saat kurang lebih pada lima abad yang lalu untuk pertama kalinya mereka menginjakkan kaki dan terpana oleh kecantikan pulau yang saat ini masuk dalam wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Bangsa Portugis memang tidak salah. Nama yang berarti “Tanjung Bunga” ini memang benar-benar mewakili keindahan dan kekayaan alam Flores yang begitu luar biasa hingga saat ini.

Pulau Flores dalam sejarah masyarakat lokal juga dikenal dengan nama ”Nusa Nipa”, Pulau Ular (Nipa). Ini untuk menggambarkan kegagahan pulau ini bagai seekor ular yang meliuk memanjang dari ujung Barat bersebelahan dengan Pulau Pantar hingga ke ujung Timur, bersebelahan dengan Pulau Alor.

Pulau Flores, merujuk pada masyarakatnya, dihuni oleh berbagai kelompok etnis. Masing-masing etnis menempati wilayah tertentu lengkap dengan pranata sosial budaya dan ideologi yang mengikat anggota masyarakatnya secara utuh. Ditinjau dari sudut bahasa dan budaya, etnis di Flores terdiri dari:

Etnis Manggarai – Riung (yang meliputi kelompok bahasa dan budaya Manggarai, Pae, Mbai, Rajong, dan Mbaen);

Etnis Ngadha-Lio (terdiri dari kelompok bahasa dan budaya Rangga, Maung, Ngadha, Nage, Keo, Palue, Ende, dan Lio);

Etnis Mukang (meliputi bahasa dan budaya Sikka, Krowe, Mukang, dan Muhang); Etnis Lamaholot (meliputi kelompok bahasa dan budaya Lamaholot Barat, Lamaholot

Timur, dan Lamaholot Tengah);

Etnis Kedang (meliputi kelompok bahasa dan budaya di wilayah Pulau Lembata bagian selatan).

Namun begitu, kelima kelompok etnis tersebut pada dasarnya memiliki sejarah genealogis dan budaya yang sama.

Saat ini, Pulau Flores – yang merupakan rangkaian dalam Kepulauan Sunda Kecil yang bergunungapi dengan Pulau Alor dan Pantar dan musim penghujan yang lebih pendek dibanding dengan kemarau – terbagi menjadi delapan kabupaten, yaitu: Manggarai, Manggarai Barat, Manggarai Timur, Ngada, Nagekeo, Ende, Sikka, Flores Timur (Flotim). Berbicara tentang Sikka, saat ini, selain merujuk pada nama kabupaten (dengan Maumere sebagai ibukota kabupaten), Sikka juga dipakai untuk memberi nama sebuah wilayah desa, yaitu Desa Sikka (± 30 km dari Maumere) yang terletak juga di Kabupaten Sikka. Desa ini dikenal juga sebagai desa wisata dikarenakan sejarahnya dahulu. Desa Sikka juga dikenal menjadi titik awal kedatangan bangsa Portugis di Flores. Ini dapat dilihat dari gereja tua peninggalan Portugis di sana, juga beberapa pranata sosial dan adat yang timbul karena pengaruh kuat dari singgungan budaya bangsa Portugis yang kemudian tinggal, berinteraksi, dan bahkan membentuk keluarga dengan masyarakat lokal.

Kabupaten Sikka, sebagaimana wilayah lain di Flores, mempunyai masyarakat yang majemuk yang terbagi dalam suku-suku tertentu dengan kekayaan adat dan budaya yang khas dan berbeda satu sama lain. Salah satunya adalah kekayaan budaya pembuatan dan pemakaian tenun ikatnya dalam kehidupan nyata sehari-hari. Setiap masyarakat adat atau suku, mempunyai kekhasan dalam bentuk (kekayaan) motif, warna, dan proses karyanya.

(4)

Sanggar Bliran Sina dari Desa Watublapi, ± 20 km dari Maumere, adalah salah satu dari sedikit komunitas di Kabupaten Sikka yang hingga saat ini masih aktif berkegiatan untuk terus melestarikan dan mengembangkan budaya dan kesenian adat Sikka. Terbentuk pada tahun 1998 dari inisiatif alm. Romanus Rewo bersama dengan beberapa tokoh adat di Watublapi yang lain, yaitu untuk menyambut ajakan Dinas Kebudayaan & Pariwisata Kabupaten Sikka pada waktu itu untuk memberikan pertunjukan kesenian lokal dalam rangka menyambut rombongan wisatawan asing yang berkunjung ke Kabupaten Sikka.

Tahun 2000 menjadi tahun lompatan baru bagi Bliran Sina, yaitu sejak sanggar dipimpin oleh Daniel David, putra alm. Romanus Rewo yang meninggal setahun sebelumnya. Melalui tangan dingin dan kegigihan Daniel untuk terus-menerus menggali dan memberikan kesadaran komunitas Watublapi dalam melestarikan adat dan budaya mereka, Sanggar Bliran Sina berkembang sebagaimana sekarang.

Dalam mengembangkan budaya pembuatan tenun ikat, Bliran Sina menjadi sanggar yang selalu konsisten untuk terus-menerus mengembangkan dan menggali penggunaan motif-motif tradisional, selain kreasi baru, dan penggunaan bahan pewarna alami untuk seluruh proses pewarnaan sebuah karya tenun ikat.

Hingga saat ini, Bliran Sina yang pada tahun 2006 berkembang dengan membentuk koperasi sebagai usaha untuk lebih memberdayakan anggotanya telah beberapa kali mengadakan kegiatan untuk mengangkat budaya dan kesenian Flores (=Sikka) dan memperkenalkannya di berbagai forum nasional maupun internasional. Baik upaya mandiri maupun undangan dari berbagai pihak.

MOTIVASI & OBJEKTIF

Memperkenalkan, memperlihatkan, dan mengajarkan kepada semua lapisan masyarakat mengenai salah satu kekayaan warisan budaya dari Flores.

Memberikan kesempatan bagi semua lapisan untuk turut mengapresiasi secara aktif dalam suatu forum khusus mengenai kegiatan pelestarian budaya lokal Flores, yaitu proses pembuatan tenun ikat.

Memberikan wadah untuk mempromosikan tenun ikat sebagai salah satu bentuk cinderamata kerajinan khas dari Flores yang tidak hanya dikenal dalam bentuk kain sarung, namun juga berbagai produk jadi yang lain.

Memberikan wadah bagi para pemerhati dan pecinta seni dan budaya lokal dari berbagai lapisan masyarakat untuk berkumpul dan turut secara aktif memberikan dukungan bagi usaha pelestarian seni dan budaya lokal di Indonesia.

KEGIATAN

1. Workshop:

Menghadirkan Bapak Daniel David sebagai Pimpinan/Koordinator Sanggar Budaya “Bliran Sina” yang akan memberikan informasi mengenai kegiatan sanggarnya sehubungan dengan pelestarian warisan budaya Suku Sikka, baik dari produk tenun ikat hingga kesenian tradisionalnya. Termasuk menyelenggarakan kegiatan-kegiatan partisipatif yang dapat diikuti oleh masyarakat umum, misalnya bagaimana membuat pewarna tekstil dari bahan alam, membuat anyaman khas Flores, dll.

(5)

2. Peragaan Proses Pembuatan Tenun Ikat

Menghadirkan ibu-ibu penenun dari Sanggar Bliran Sina dimana mereka nanti akan memperlihatkan proses pembuatan tenun ikat dari sejak awal pemintalan kapas hingga bagaimana ke proses pewarnaan.

3. Pameran Tenun Ikat Dan Pernik-Pernik Kerajinan Sikka

Memamerkan kekayaan motif tenun ikat Sikka dan cerita di balik motif dan penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kegiatan ini dipamerkan juga beberapa suvenir khas untuk koleksi yang dibuat oleh anggota Sanggar Bliran Sina. 4. Pertunjukan Seni & Budaya Sikka – Flores.

Memperkenalkan beberapa tarian dan musik khas Sikka Tanggal, Waktu, & Tempat Kegiatan:

15 April 2011 – 15 Mei 2011 09:00 – 22:00

House of Sampoerna, Surabaya

Jl. Taman Sampoerna 6, Surabaya 60163, Jawa Timur Tel. (031) 353-9000, www.houseofsampoerna.com

PERENCANAAN PENDANAAN

Ide penyelenggaraan kegiatan ini adalah murni untuk membantu mengangkat dan memperkenalkan secara luas budaya masyarakat Flores, dalam hal ini tenun ikat, khususnya tenun ikat masyarakat Sikka, kepada masyarakat luas agar mereka dapat mengapresiasi warisan budaya Flores ini dan dilestarikan penggunaannya tidak saja dalam masyarakat lokal Sikka, namun masyarakat umum secara lebih luas.

Berdasarkan ide tersebut, kami melakukan pendekatan kepada House of Sampoerna, Surabaya yang secara positif memberikan sambutan dengan menyatakan komitmennya untuk menyediakan sebuah tempat representative untuk seluruh kegiatan kami tanpa dipungut biaya, termasuk di dalamnya adalah membantu dalam pelaksanaan kegiatan workshop dan konferensi pers di sana.

Untuk itu, saat ini kami membutuhkan pendanaan dalam hal: 1. Akomodasi untuk seluruh pekerja seni selama pameran

- Penginapan/kontrak rumah selama satu bulan) Rp 4,000,000.- - Logistik selama 14 Apr – 14 Mei 2011, @ Rp 200,000.-/hr Rp 6,000,000.- 2. Transportasi untuk seluruh pekerja seni (11 orang)

- Flores (Maumere)-Surabaya, pp (dengan kapal laut) Rp 11,000,000.-

- Transportasi penginapan – Hos, pp Rp 4,500,000.-

3. Pengadaan collateral:

- Brosur-brosur Rp 3,000,000.-

- Kartu pos Rp 6,500,000.-

- Cetak & bingkai foto-foto untuk pameran Rp 10,000,000.-

4. Biaya operasional dan administrasi Rp 5,000,000.-

(6)

BUDAYA DAN ALAM FLORES DALAM GAMBAR

Pulau Pemana Kecil (Kambing), Kab. Sikka Air Terjun Murusobe, Kab. Sikka

Tari Manunggo dari Watublapi, Kab. Sikka Keindahan Pantai Koka, Kab. Sikka

Anting Mamuli Khas Sikka, Kab. Sikka Membuat Warna Organik, Kab. Sikka

SPONSOR, DONASI, DAN KERJASAMA

Untuk mewujudkan kegiatan ini, kami menawarkan skema kerjasama sebagai berikut:

Sponsor

Nama dan logo sponsor akan dicantumkan dalam setiap collateral atau media komunikasi kami.

Dalam setiap diskusi dan promosi, baik di media cetak maupun elektronik, nama sponsor akan selalu dinyatakan sebagai mitra yang peduli pada kekayaan tradisi Indonesia.

(7)

Donasi

Nama pemberi donasi akan dicantumkan dalam setiap collateral atau media komunikasi kami.

Dalam setiap diskusi dan promosi, baik di media cetak maupun elektronik, nama pemberi donasi akan selalu dinyatakan sebagai mitra yang peduli pada kekayaan tradisi Indonesia. Kami membuka bentuk kerjasama yang lain bila dimungkinkan. Skema tersebut di atas adalah sebagai acuan dasar.

* * *

PELIPUTAN MEDIA

Sampai saat ini peliputan media telah dibantu oleh Kantor Berita ANTARA Biro Bali: ---

Budaya Sikka Tampil Sebulan Di Sampoerna Surabaya

Saturday, February 5 2011 16:57 WIB | Ceremonial | Dibaca 31 kali

Denpasar (Antara Bali) - Berbagai kegiatan yang terkait dengan upaya pelestarian warisan budaya Suku Sikka, Flores, Nusa Tenggara Timur, dijadwalkan ditampilkan di House of Sampoerna, Surabaya, 15 April-15 Mei 2011.

"Kami sangat berterimakasih karena diberikan kesempatan untuk menampilkan berbagai acara di House of Sampoerna Surabaya secara gratis selama sebulan," kata Daniel David selaku Pimpinan Sanggar Budaya Bliran Sina, Sikka, dalam penjelasan yang disampaikan kepada ANTARA di Denpasar, Sabtu.

Dijelaskan bahwa pihaknya selaku penggagas kegiatan tersebut akan mengadakan program pelatihan guna memberikan informasi kegiatan sanggarnya dalam pelestarian warisan budaya Suku Sikka, baik yang terkait produki tenun ikat maupun pengembangan kesenian tradisional.

"Kami juga akan menyelenggarakan kegiatan-kegiatan partisipatif yang dapat diikuti oleh masyarakat umum, misalnya mengenai cara membuat pewarna tekstil dari bahan alam, membuat anyaman khas Flores dan lainnya," ujarnya.

Selama sebulan tersebut akan diadakan peragaan proses pembuatan tenun ikat dengan menghadirkan ibu-ibu penenun dari Sanggar Bliran Sina. Mereka akan memperlihatkan proses pembuatan tenun ikat dari awal pemintalan kapas hingga proses pewarnaannya.

Kemudian pameran tenun ikat dan pernak-pernik kerajinan Sikka, dengan memamerkan kekayaan motif tenun ikat, sekaligus memaparkan cerita di balik motif dan penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari.

"Dalam kegiatan ini juga akan kami pamerkan beberapa suvenir khas untuk koleksi yang dibuat oleh anggota Sanggar Bliran Sina," kata Daniel David dalam penjelasan bersama rekannya di Bali, AA Sri Dian Ekawaty. Selain itu juga akan digelar pertunjukan seni dan budaya Sikka, dengan memperkenalkan beberapa tarian dan

(8)

Daniel David berharap dukungan berbagai pihak guna turut menyukseskan kegiatan yang bertujuan melestarikan warisan budaya Suku Sikka, yang meski diberikan tempat gratis namun juga memerlukan pendanaan yang cukup besar, terutama untuk akomodasi dan transportasi itu.(*)

---

Media lainnya dapat di access melalui:

http://tourmalangbatu.com/2011/02/budaya-sikka-tampil-sebulan-di-hos-sampoerna-surabaya/

http://www.bisnis-jatim.com/?p=6361

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil pengujian original design, terjadi kontraksi aliran pada kaki pelimpah serta adanya aliran silang (crossflow) pada saluran peluncur yang menjalar sampai

Method: Panel EGLS (Cross-section random effects) Sample: 2011 2015. Periods

07.30-08.30 Apel pagi Mengikuti apel pagi dengan seluruh jajaran pegawai Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Sleman. Mendapatkan data guru-guru yang akan menambah

Eceng Gondok (Eichornia crassipes) Hasil Hidrolisis Enzim Selulase dari Bacillus subtilis Strain SF01” ini dengan lancar.. Penulisan

Pengurangan pemasokan dilakukan dari sisi hukum dan peraturan, dengan memberikan sanksi hukum yang berat bagi pengedar narkoba, sedangkan pengurangan permintaan dilakukan dengan

Peserta AMSA Youth Project Medical Olympiad and Public Poster Competition 2017 (Public Poster Competition) akan mengikuti perlombaan poster publik yang terbagi menjadi babak

Tidak sedikit para pegawai negeri yang secara fisik hadir di ruang kerja namun tidak secara mental, mereka gagal memposisikan diri secara utuh dalam tugas dan tanggung jawab