PENGARUH FAKTOR PSIKOLOGIS DAN
STOCK SPLIT DALAM PENGAMBILAN
KEPUTUSAN INVESTOR
SEKTOR SAHAM PERBANKAN
DI PASAR MODAL JAKARTA
LATAR BELAKANG
• Stock split adalah suatu aktivitas yang dilakukan oleh
perusahaan go public untuk meningkatkan jumlah saham yang beredar (Brigham dan Gapenski, seperti dikutip di Sears dan Trennepohl, 1993). Aktivitas tersebut biasanya dilakukan pada saat harga dinilai terlalu tinggi sehingga akan mengurangi
kemampuan investor untuk membelinya.
• Stock split dapat mempengaruhi keuntungan pemegang saham, resiko saham dan sinyal yang diberikan kepada pasar.
• Taffler (2002) menyebutkan salah satu teknik dalam
menghindari kerugian dalam pasar modal adalah dengan
menggunakan konsep Behavioral Finance, yang merupakan alat pengambilan keputusan yang tidak selalu didasarkan pada
pertimbangan rasional tapi didasarkan pada aspek psikologi personal dan psikologi pasar.
• Ahli ekonomi finansial sekarang menyadari bahwa investor dapat menjadi irrasional. Pertimbangan kesalahan
mempengaruhi pengambilan investasi dan pada akhirnya mempengaruhi wealth. Kita dapat memahami keseluruhan
informasi dalam buku investasi modern tetapi dapat tetap salah sebagai investor jika membiarkan bias psikologi mengontrol keputusan (Hirshleifer, 2001).
• Landberg (2003) menyatakan bahwa pasar finansial adalah tidak rasional dan tidak efisien. Harga pasar turun akan
menimbulkan ketakutan, dan akan mencetuskan perilaku irasional dan panic selling.
• Penelitian ini menguji kendala yang mungkin terjadi pada
saham, dengan memusatkan pada respon tingkah laku terhadap instrumen yang serupa. Kendala tersebut meliputi berbagai
kesulitan menyampaikan resiko yang dihubungkan, bahkan ke investor yang mahir tentang keuangan sekalipun. Analisis akan mengarah pada riset empiris secara psikologi dan pengambilan keputusan tingkah laku.
MOTIVASI PENELITIAN
• Adanya beberapa pendapat peneliti terdahulu
yang saling bertentangan mengenai pengaruh
stock split, maka peneliti termotivasi untuk
meneliti lebih lanjut sampai sejauh mana stock
split mempengaruhi keputusan investor,
khususnya di Bursa Efek Jakarta.
• Motivasi lain didasarkan pada alasan bahwa
belum banyak adanya penelitian tentang faktor
psikologis yang mempengaruhi keputusan
investasi. Dengan mempelajari bias psikologis,
kita dapat membuat keputusan yang tepat dalam
berinvestasi (Nofsinger, 2000).
TUJUAN PENELITIAN
• Secara keseluruhan, penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui, antara lain:
1.Faktor psikologis utama yang mempengaruhi
pengambilan keputusan.
2.Bagaimana faktor psikologis ini mempengaruhi
keputusan investasi.
3.Bagaimana pengaruh stock split dalam keputusan
pengambilan investasi.
KONTRIBUSI PENELITIAN
• Bagi praktisi:
– Informasi yang berkaitan dengan pembentukan harga saham, dalam hal ini stock split diperlukan investor dalam
mengambil keputusan untuk menjual ataupun membeli. – Dapat sebagai pertimbangan perusahaan dalam melakukan
stock split.
• Bagi akademisi:
– Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai landasan penelitian lebih lanjut tentang stock split dan behavioral
STANDAR KEUANGAN
• Standar keuangan merupakan pokok
pengetahuan yang dibangun atas pilar-pilar
arbitrase Miller dan Modigliani, prinsip-prinsip
portofolio Markowitz, teori harga aset modal
Sharpe, Lintner dan Black dan teori pemilihan
harga Black, Scholes, dan Merton (Statman,
1999). Pendekatan-pendekatan tersebut
menganggap pasar menjadi efisien dan sangat
normatif. Harga aktiva ditentukan oleh para
investor rasional dan konsekuensi rasional
mendasari keseimbangan pasar yang dicapai.
BEHAVIORAL FINANCE
• Bertentangan dengan pendekatan Markowitz dan Sharp,
behavioral finance berhubungan dengan individu dan cara-cara
mengumpulkan dan menggunakan informasi. Behavioral finance mencoba memahami dan memprediksi implikasi pasar keuangan yang sistematis dari proses-proses keputusan psikologi.
Disamping itu, perilaku keuangan terforkus pada aplikasi dasar-dasar ekonomi dan psikologi untuk peningkatan pembuatan
keputusan keuangan (Olsen, 1998).
• Penyimpangan pasar menyarankan bahwa prinsip-prinsip yang mendasari perilaku rasional yang mendasari hipotesis pasar yang efisien sama sekali tidak benar dan karenanya kita perlu melihat juga pada model lain dari perilaku manusia sebagaimana yang diteliti dalam ilmu-ilmu sosial (Shiller, 1998).
• Pertimbangan yang dilakukan oleh investment
managers, analysts dan financial journalists
dipengaruhi oleh bias. Jika bias diperkecil, maka resiko
kesalahan volatilitas pasar dapat dihindari atau ditekan,
fund managers' fees dapat lebih kecil secara signifikan
dan net returns ke investors menjadi besar (Taffler,
2002b).
• Black (2003) meneliti pengukuran psikologi kolektif
dari trend harga saham dan sentimen investor yang
timbul dalam intensitas emosional.
• Aaron Lynch (2000) melakukan penelitian bagaimana
gagasan investasi yang berhubungan dengan perilaku
komunikasi dapat mempengaruhi harga saham, dan
bagaimana penjangkitan berpengaruh secara umum
dapat mempengaruhi pasar yang lebih luas.
Loss aversion
• Para investor akan selalu berperilaku pada suatu cara risiko yang berbeda ketika jumlah kekayan yang kecil menjadi pertanyaan.
Fenomena ini disebut juga Loss aversion (keengganan untuk rugi). • Loss aversion dapat membantu menjelaskan kecenderungan para
investor untuk menahan kerugian stocks sambil menjual stock yang menang lebih awal. Shefrin dan Statman (1985) menyebut peristiwa ini “selling winner too early dan riding losers too long” sebagai pengaruh disposisi. Ketika para investor melihat stock pada dasar individu, kemudian keengganan risiko dalam keuntungan akan
menyebabkan mereka menjual terlalu cepat harga-harga stock yang naik.
• Sebaliknya pencarian risiko pada kerugian akan menyebabkan para investor menahan terlalu lama ketika terjadi penurunan harga-harga, dengan demikian menyebabkan harga-harga saham dengan
momentum negatif untuk menekankan nilai-nilai pokok (Scott et al., 1999).
Overconfidence
• March dan Shapira (1987) menunjukkan bahwa para
manajer menaksir terlalu tinggi kemungkinan
keberhasilan khususnya ketika mereka menganggap diri
mereka sendiri sebagai para ahli.
• De Bondt dan Thaler (1985) menunjukkan bahwa
banyak orang cenderung untuk terlalu beraksi terhadap
info peristiwa-peristiwa yang dramatis dan tidak
diharapkan.
• Ross (1987) berargumentasi bahwa kebanyakan sikap
terlalu rasa percaya diri berhubungan dengan kesulitan
yang lebih besar dalam membuat tunjangan yang cukup
bagi ketidakpastian pada sudut pandang orang itu
Regret
• Regret Theory dapat membantu menjelaskan fakta
bahwa para investor menangguhkan penjualan saham
yang jatuh dalam nilai dan mempercepat penjualan
saham yang naik dalam nilai (Shefrin dan Statman,
1985).
• Teori tersebut dapat diinterpretasikan bahwa para
investor menghindari penjualan saham yang turun
untuk mengakhiri kesalahan yang mereka perbuat dan
untuk mengindari perasaan kecewa atau menyesal.
Mereka menjual saham yang naik agar tidak kecewa
sebelum saham jatuh kemudian.
Mental Accounting
• Mental accounting menggambarkan suatu
kecenderungan orang-orang untuk menempatkan
peristiwa-peristiwa khusus ke dalam mental accounts
yang berbeda berdasarkan pada atribut-atribut dasar
(Shiller, 1998).
• Mental account dapat dipisahkan tidak hanya oleh isi,
akan tetapi juga berhubungan dengan waktu (Goldberg,
von Nitsch, 2001).
• Mental accounting dapat menjelaskan mengapa para
investor kemungkinan besar menahan diri dari
menyesuaikan batas pilihannya terhadap stock (Shefrin
dan Statman, 1985).
Anchoring
• Anchoring menggambarkan bagaimana setiap individu
cenderung terfokus pada perilaku baru-baru ini dan memberikan bobot yang kurang pada kecenderungan yang lebih lama.
Kecenderungan para investor untuk menggunakan anchor ini menjalankan harga saham yang serupa dari hari ke hari (Shiller, 2000). Dari banyak hasil eksperimen, dapat diasumsikan bahwa banyak fenomena ekonomi yang dipengaruhi oleh anchoring. • Gruendan Gizycki (1993) menggunakan anchore untuk
menjelaskan anomali yang diteliti secara luas bahwa pemotongan ke depan tidak menjelaskan sebagaimana mestinya pergerakan laju kurs berikutnya. Fenomena anchoring akan kelihatan
Self-control and Decision Making
• Investor dipengaruhi oleh pengendalian diri dan
pengambilan keputusan rasional jangka panjang
dan faktor emosional jangka pendek.
• Glick (1957) melaporkan bahwa keengganan
untuk menyadari kerugian merupakan suatu
permasalahan self-control; ia menggambarkan
para pedagang profesional yang sangat mudah
membiarkan kserugian mereka “ride”.
STOCK SPLIT
• Menururt Baker dan Powell (di Sears dan Trennepohl,
1993), distribusi saham dalam bentuk stock split semata
– mata hanya memiliki perubahan yang bersifat
“kosmetik” karena stock split tidak berpengaruh pada
arus kas perusahaan dan proporsi kepemilikan investor.
• Pendapat ini bertentangan dengan Baker dan Gallangher
(juga di Sears dan Trennepohl, 1993) yang menyatakan
bahwa split mengembalikan harga per – lembar saham
pada tingkat perdagangan yang optimal dan
meningkatkan likuiditas. Menurut mereka, perusahaan
yang melakukan split pada sahamnya akan menarik
investor dengan semakin rendahnya harga saham
sehingga akan menyebabkan bertambahnya jumlah
• Dampak split terhadap keuntungan investor dijelaskan oleh Grinblatt, Masulis dan Titman (1984) bahwa disekitar
pengumuman split menunjukkan adanya perilaku harga saham yang abnormal. Diyakini pula bahwa peningkatan harga yang terjadi tidak disebabkan karena adanya pengumuman deviden yang meningkat seperti yang dikemukakan oleh Fama dan French (1993).
• Sedangkan Nichols dan McDonald (seperti dikutip di Sears dan Trennepohl, 1993) menyimpulkan dengan adanya pasar yang anomali akibat split, laba perusahaan akan menjadi bertambah besar.
• Sebaliknya resiko saham, menurut Brennan dan Copeland
(1988) menjadi lebih besar di hari – hari sekitar pengumuman
split dan diyakini pula bahwa resiko di hari ex–date cenderung
• Penjelasan bahwa split dapat memberikan sinyal yang
informatif mengenai prospek perusahaan yang menguntungkan, menurut Brennan dan Copeland (1988), aktivitas split
memberikan sinyal yang mahal terhadap informasi manager karena biaya perdagangan tergantung pada besarnya harga
saham dimana kedua variabel tersebut memiliki hubungan yang negatif.
• Menurut Brennan dan Hughes (1986), semakin tinggi tingkat komisi saham dengan semakin rendahnya harga saham
menimbulkan bertambahnya biaya yang harus dikeluarkan perusahaan akibat split. Tingkat komisi saham yang semakin tinggi merupakan daya tarik bagi broker untuk melakukan
analisis setepat mungkin agar harga saham berada pada tingkat perdagangan yang optimal serta mampu memberikan informasi yang menguntungkan bagi perusahan dan investor.
BAB III
Stock Split
Pengambilan Keputusan Investor terhadap Investasi (Stock Price)Faktor Psikologis:
1Loss aversion
2Overconfidence
3Regret
4Mental Account
5Anchoring
6Self-control and
Decision Making
Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel
• Untuk mencapai tujuan penelitian, penulis
menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif.
Data sekunder yang digunakan dalam penelitian
ini berasal dari Capital Market Directory dan
data historik dari Bursa Efek Jakarta. Data – data
yang digunakan adalah data harian harga saham.
Data primer didapatkan dari kuesioner, yang
mana diarahkan pada setiap Investor dan Fund
Manager Bank, menggunakan random sampling
method.
Teknik Pengolahan Data
• Dalam tahap ini perhitungan nilai psikologis ditaksir dengan model
Psychonomic Value Inventory seperti yang dilakukan dalam penelitian Myers
(1999):
Rit = i + i . Rit
Ri.t = (Pi.t – Pi (t-1)) / P1(t-1) dimana,
Rit = pengambilan keputusan investasi saham i pada periode t i = intercept
i = koefisien regresi (taksiran nilai psikologis) saham i
Rit = faktor psikologis investasi pasar saham i pada periode t P = harga saham
Variabel Rit diperoleh dari IHSG bulan ini dikurangi IHSG bulan lalu dibagi IHSG bulan lalu. Uji t dilakukan pada koefisien pengaruh nilai psikologis terhadap tingkat return (pengambilan keputusan investasi) masing-masing saham. Dalam uji t: jika probabilitas < 0,05, maka Ha diterima; jika
Pengujian Hipotesis
• Data yang dipergunakan dipilih dari saham-saham yang memiliki koefisien nilai psikologis positif dan linier (Myers, 1999). Data tersebut diolah dengan mempergunakan metode forward,
backward dan stepwise. Untuk pengujiannya dipergunakan uji F
dan R2 serta uji R2 adj.
• Dengan mendasarkan diri pada model PVI maka uji hipotesis yang dilakukan adalah :
• Hipotesis I:
– Faktor psikologis berpengaruh secara positif terhadap proses pengambilan keputusan investasi di pasar modal.
• Hipotesis II:
– Faktor psikologis dengan adanya stock split berpengaruh secara positif terhadap proses pengambilan keputusan investasi di pasar modal.