• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IV. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

1. Gambaran Umum

A. Kondisi Wilayah Kajian 1. Geografi

Kabupaten Daerah Tingkat II Garut mempunyai luas daerah 3.066,88 Km2, secara geografis terletak antara 6o57’34’’ - 7o44’57’’, Lintang Selatan dan 107o24’3’’ - 108o7’24’’ Bujur Timur. Wilayah kabupaten Garut terdiri atas 9 wilayah pembantu bupati, 41 kecamatan, 11 kelurahan dan 392 desa. Wilayah tersebut dapat dikelompokkan kedalam 4 wilayah, yaitu wilayah Garut Selatan, Garut Utara, Garut Barat Daya dan wilayah Garut Tengah. Kabupaten ini memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut : sebelah Utara berbatas-batasan dengan kabupaten Bandung dan Sumedang, sebelah Timur berbatasan dengan kabupaten Tasikmalaya, sebelah Selatan berbatasan dengan Samudra Indonesia, sebelah Barat berbatasan dengan kabupaten Bandung dan Cianjur.

Secara umum kabupaten Garut beriklim tropis dengan temperatur rataan 24oC-27oC dengan pola curah hujan 9 bulan basah berturut-turut dan 3 bulan kering berturut-turut. Pada daerah sepanjang pantai selatan curah hujan rataan berkisar antara 2500-3000 mm per tahun dan daerah-daerah yang terletak di sebelah utara daerah tersebut mendapat curah hujan lebih dari 4000 mm per tahun sampai dengan di sekitar punggung bukit yang menghubungkan puncak gunung Papandayan dan gunung Mandalawangi.

2. Potensi Sumber Daya Alam

Daerah sebelah Utara, Timur dan Barat Garut secara umum merupakan daerah dataran tinggi dengan kondisi alam berbukit-bukit dan pegunungan, sedangkan kondisi alam daerah sebelah selatan sebagian besar pemukiman, tanahnya memiliki kemiringan yang cukup curam. Corak alam di daerah sebelah selatan ini diwarnai oleh

(2)

Samudra Indonesia dengan segenap potensi alam dan keindahan pantainya.

Wilayah kabupaten Garut Tengah terletak dilereng gunung dan pegunungan dengan puncak yang tidak terlalu tinggi. Potensi yang cukup baik untuk dikembangkan di wilayah ini adalah peternakan dan pertanian lahan kering seperti lahan palawija, padi ladang serta perkebunan.

Wilayah Garut Utara dan Tengah terletak di kanan kiri sungai Cimanuk. Wilayah Garut Utara mempunyai potensi lahan kritis yang cukup banyak. Garut Tengah memiliki fasilitas sosial ekonomi penduduk yang memadai. Pengairan di daerah ini juga cukup baik dengan sejumlah anak sungai yang dapat mengairi sepanjang tahun, sehingga daerah ini sangat cocok untuk tanaman pertanian dan perkebunan.

Wilayah Garut Barat Daya terletak di lereng gunung Papandayan yang mengarah ke selatan sampai pantai Samudra Indonesia. Keadaan lahannya cukup kering, dimana banyak dijumpai tanaman rerumputan dan hutan belukar. Wilayah ini potensi pertanian lahan sawahnya kurang berkembang, keadaan tanahnya pada umumnya labil dengan sungai yang dalam sehingga kurang menunjang jaringan pengairan teknis.

Kabupaten Garut mempunyai dua musim, yaitu musin hujan dan musim kemarau. Hal yang menarik adalah kondisi topografi kabupaten Garut yang bervariasi serta keadaan vegetasi yang lebat dengan prosentase hutan di atas 30% menimbulkan iklim lokal pada wilayah tertentu seperti Cikajang, Cisurupan dan Bayongbong. Di daerah-daerah tersebut sering terjadi hujan lokal yang memungkinkan untuk bercocok tanam sepanjang tahun.

Jumlah Penduduk tahun 2002 tercatat sebanyak 2.149.492 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk mencapai 1,84% dan pada tahun 2003 jumlah penduduk sebesar 2.173.623 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk pada tahun 2003 sebesar 1,61% atau turun

(3)

sebesar 0,23% dari Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) tahun 2002. Pada tahun 2004 jumlah penduduk Kabupaten Garut menjadi sebanyak 2.204.175 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,61% atau cenderung sama dengan laju pertumbuhan penduduk tahun sebelumnya. Pada Tahun 2005 jumlah penduduk Kabupaten Garut adalah 2.239.091 jiwa dengan pertumbuhan penduduk sebesar 1,58% mengalami penurunan dari tahun sebelumnya. Penduduk kabupaten Garut merupakan penduduk yang religius. Agama yang berkembang di kabupaten Garut meliputi Islam (99,79%), Protestan (0,08), Katholik (0,07%), Hindu (0,01%) dan Budha (0,06%) dari jumlah penduduk (BPS, 2006).

Keadaan sosial ekonomi penduduk menunjukkan bahwa penduduk Garut merupakan masyarakat agraris. Hal ini ditunjukkan dengan jumlah rumah tangga yang memiliki aktivitas pada sektor pertanian lebih dari 59%. Selain itu, sektor perdagangan (12,1%), sektor jasa (4,08%) dan sektor konstruksi dan bangunan (1,54%). Keadaan umum pertanian di kabupaten Garut dapat dibedakan atas pertanian setengah teknis dan tadah hujan. Hasil pertanian tanaman pangan kabupaten Garut adalah padi, jagung, ubi kayu, kacang hijau, kacang tanah dan kedelai, sedangkan tanaman perkebunan seperti kelapa, kelapa sawit, kakao, cengkeh dan teh. Selain hasil pertanian kota Garut terkenal dengan produk khas daerah, yaitu jeruk Garut, domba Garut, dodol Garut, batik garutan, jaket kulit, kulit tersamakan dan minyak akar wangi.

B. Perkembangan Dodol Buah di Kabupaten Garut 1. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan

PD “X” adalah salah satu perusahaan dodol di Kabupaten Garut. Didirikan pada Tahun 1992 dengan pengelolaan yang sangat sederhana. Pada awalnya usaha ini bersifat industri rumah tangga dengan tenaga kerja sebanyak tiga orang dengan produk awal dodol sirsak. Kemudian dodol tersebut dititipkan ke toko-toko. Modal awal

(4)

yang dimiliki perusahaan sebesar Rp 350.000 dan digunakan untuk memberi peralatan memasak dodol dan juga sebagai modal awal kegiatan produksi.

Pada Tahun 1993 perusahaan memperoleh surat izin usaha dari Departemen perindustrian dan perdagangan, sejak saat itu perusahaan ini semakin dikenal oleh pasar. Untuk memenuhi permintaan pasar maka dilakukan diversifikasi produk dengan menghasilkan dodol aneka buah yang diberi nama sesuai dengan rasanya seperti dodol nenas, dodol sirsak, dodol stroberi dan dodol melon. Selain diversifikasi produk juga dilakukan diversifikasi kemasan dodol yang telah dibungkus dikemas ke dalam keranjang parcel. Ukuran keranjang disesuaikan dengan pesanan konsumen, diversifikasi kemasan ini mulai dikenalkan di pasar pada tahun 1994 pada saat pameran produk hasil UMKM se Kabupaten Garut.

Pada awal Tahun 2000 perusahaan mengalami perkembangan yang cukup pesat dan berhasil memperluas daerah pemasarannya sampai ke luar Garut seperti Bengkulu, Batam, Jakarta, Bogor, Surabaya, Yogyakarta, Bandung dan Tasikmalaya. Selain itu perusahaan juga membuka toko sendiri yang lokasinya berdekatan dengan pabrik. Kegiatan produksinya tergantung kepada pesanan konsumen dan juga pada banyak tidaknya persediaan di toko. Seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan munculnya perusahaan-perusahaan dodol baru, PD ’X” mengalami penurunan penjualan tahun 2001. Hal ini menyebabkan berkurangnya daerah pemasaran khususnya daerah diluar Jawa.

Menurut Pimpinan Perusahaan, penurunan penjualan ini terjadi karena saat ini kebanyakan pasar menginginkan dodol yang harganya lebih murah tanpa memperhatikan mutu dan kandungan gizi. Untuk tetap menjaga kelangsungan kegiatan produksi dan pemasaran, perusahaan melakukan kerjasama dengan perusahaan Dodol PICNIC dalam bentuk pertukaran dodol yang dijual. PD ”X” akan mengirimkan dodolnya ke outlet-outlet PICNIC, begitu juga sebaliknya PICNIC

(5)

akan mengirimkan dodolnya untuk dijual di toko PD ”X”. Selain itu, perusahaan juga bekerjasama dengan toko oleh-oleh yang ada di Garut.

Perusahaan juga melakukan kerjasama dengan produsen keranjang parcel yang ada di Tasik dan di Garut. Hal tersebut dimaksudkan membantu perkembangan pengrajin keranjang parcel karena kemasan utama dodol ini adalah keranjang. Untuk tetap menjaga dan meningkatkan mutu dodol yarg dihasilkan, perusahaan bekerjasama dengan Dinas perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Garut, Sekolah Menengah Kejuruan dan juga Perguruan Tinggi.

2. Manajemen Perusahaan

PD ”X” merupakan perusahaan dodol yang dikelola oleh keluarga dan orang-orang yang mempunyai hubungan keluarga serta dibantu oleh orang-orang yang berpengalaman di bidang dodol. Secara garis besar, struktur organisasi PD ”X” dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Struktur Organisasi PD ”X” Tahun 2008

Pimpinan tertinggi langsung berada ditangani oleh satu orang selaku pemilik perusahaan. Segala pengambilan keputusan dan pertanggungjawaban ada ditangan pemilik. Untuk membantu kegiatan usahanya pemilik dibantu oleh satu orang penjaga toko (bagian penjualan), satu orang bagian pengadaan bahan baku dan 29 orang

Bagian Penjualan

Bagian Pengadaan Bahan baku dan Produksi

Pengupas (Mecel) Memasak (Kocek) Membungkus (Mungkus) Pemilik

(6)

karyawan tidak tetap. Tugas dan tanggungjawabnya dilaksanakan sesuai dengan bagiannya masing-masing.

Penjaga toko adalah orang yang berurusan langsung dengan para pelanggan, menjaga toko dan membayar gaji karyawan. Selain itu juga bertugas mengemas dodol menjadi parcel yang dibantu oleh karyawan lain. Bagian pengadaan bahan baku bertugas untuk belanja bahan baku yang diperlukan dalam kegiatan produksi. Karyawan pengupas bertugas untuk membersihkan sirsak dari kulit dan biji. Karyawan membungkus bertugas membungkus dodol dan membantu mengepak atau membantu membuat parcel. Karyawan memasak bertugas memasak dodol sekaligus membersihkan serta memarut papaya dan nenas.

3. Sumber Daya Perusahaan a. Karyawan

PD “X” memiliki 31 orang tenaga kerja yang berasal dari keluarga dan penduduk setempat. sehingga secara tidak langsung perusahaan membuka kesempatan bekerja bagi masyarakat di sekitar pabrik. Jenis dan jumlah tenaga kerja dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Jenis dan jumlah tenaga kerja PD “X” Jenis Tenaga Kerja Karyawan

Tetap (Orang) Karyawan Lepas (Orang) Jumlah (Orang)

Penjualan / Penjaga Toko 1 1

Pengadaan Bahan Baku 1 1

Memasak (Kocek) 6 6

Membungkus (Mungkus) 20 20

Mecel 3 3

Total 31

Jumlah karyawan saat ini sudah memenuhi kebutuhan. Tetapi ketika hari libur dan lebaran diperlukan tambahan tenaga

(7)

kerja karena pada saat itu biasanya pesanan dodol meningkat. Tenaga kerja ini biasanya diambil dari masyarakat sekitar pabrik.

Berdasarkan data PD “X”, tingkat pendidikan karyawan umumnya SD, tiga orang lulusan SLTP dan satu orang lulusan SMU. Namun hal itu tidak mempengaruhi usaha karena pekerjaannya lebih bersifat keterampilan. Sistem pembayaran yang dilakukan perusahaan ditetapkan berdasarkan karyawan tetap dan karyawan lepas. Pembayaran untuk karyawan tetap diberikan setiap bulannya sedangkan untuk karyawan lepas diberikan setiap hari sesuai dengan banyaknya dodol yang dibungkus.

Karyawan kocek digaji Rp 9.000 per kocekan ditambah makan tiga kali sehari. Karyawan mungkus digaji Rp 200 per kg dodol yang dibungkus ditambah uang makan Rp 1.000 per hari. Karyawan mecel digaji Rp 100 per kg sirsak yang dibersihkan ditambah uang makan Rp 1.000 per hari. Untuk lebih memotivasi kerja karyawan diberikan simpanan Rp 250 per orang per hari masuk kerja. Simpanan ini tidak dibagi setiap hari tetapi disimpan oleh perusahaan dan dibagikan pada saat hari raya lebaran ldul Fitri.

b. Sumber daya Fisik

Sumber daya fisik yang dimiliki PD ”X” saat ini masih mencukupi untuk menjalankan kegiatan usahanya, walaupun proses pemasakan dodol masih dilakukan dengan manual (tangan). Namun hal ini tidak membuat pesanan dodol berkurang. Daftar sumber daya fisik perusahaan dapat dilihat pada Tabel 6.

c. Modal

Faktor yang sangat menunjang kegiatan usaha adalah modal. Modal yang dimiliki terdiri dari modal sendiri dan modal pinjaman. Pada awal usahanya, perusahaan memiliki modal sebesar Rp 350.000. Kemudian keuntungan usaha digunakan

(8)

sebagai modal kerja. Pada Tahun 1994, perusahaan memperoleh pinjaman dari PT Indosat sebesar Rp 7.000.000. Tahun 1998 memperoleh pinjaman dari PT. POS Indonesia sebesar Rp 12.000.000. Pada Tahun 2001 memperoleh pinjaman dari PT. POS Indonesia sebesar Rp 10.000.000.

Pinjaman diajukan ke instansi ini dalam bentuk bapak angkat, sehingga perusahaan tidak memerlukan jaminan. Saat ini perusahaan tidak memperoleh pinjaman lagi sehingga untuk pembiayaan usahanya berasal dari sirkulasi atau perputaran keuangan yang didapat dari keuntungan usaha.

Tabel 6. Sumber daya fisik perusahaan

Jenis Jumlah Nilai (Rp)

Tanah 580 m2 174.000.000

Bangunan 160 m2 120.000.000

Ketel/wajan dan tungku 7 set 5.600.000

Mobil box 1 unit 30.000.000

Etalase took 1 set 7.000.000

Mesin parut 2 unit 4.500.000

Meja kerja 6 set 3.600.000

Timbangan besar 1 unit 250.000

Timbangan kecil 1 unit 100.000

Loyang, sendok dan ember - 150.000

Pisau - 50.000

Perlengkapan kantor 2 set 2.000.000

Instalasi listrik dan telepon - 1.000.000

Total 348.250.000

4. Unit Bisnis

PD “X” bergerak di produksi dodol yang awal pendiriannya mengikuti bisnis orang tua. Produk yang dihasilkan adalah dodol aneka buah. Selain itu toko juga menjual keranjang parcel, rengginang, beberapa jenis makanan ringan dan Dodol PICNIC yang merupakan mitra kerjasama PD “X”.

Untuk saat ini kapasitas produksi perusahaan menurun jika dibandingkan Tahun 2006. Pada saat tersebut perusahaan dapat memproduksi rataan 11.000 kg dodol per bulan. Tahun 2007

(9)

perusahaan hanya berproduksi rataan 7.000 kg per bulan. Peningkatan volume penjualan pada Tahun 2006 terjadi karena perusahaan memperoleh pesanan secara kontinyu pada tahun tersebut dan setelah membuka toko baru. Kekurangan produksi dipenuhi melalui kerjasama dengan perusahaan dodol lain yang bermitra dengan di PD ”X”.

5. Bidang Keuangan

Manajemen keuangan PD ”X” belum dilakukan dengan baik dan masih sangat sederhana. Pembelian secara kredit akan dicatat dalam buku piutang toko, sedangkan pembelian tunai tidak dicatat dalam pembukuan. Untuk pembelian bahan baku buah biasanya dilakukan secara tunai sedangkan bahan baku gula dilakukan secara kredit. Selain itu rekapitulasi penjualan juga tidak dilakukan dengan formal, tetapi setiap harinya hanya dilakukan penghitungan penerimaan dan pengeluaran kas, kemudian hasilnya dilaporkan kepada pemilik perusahaan.

2. Proses Produksi Dodol Buah a. Pengadaan Bahan Baku/ Input

Input merupakan salah satu bahan penting dalam kegiatan produksi. Input terdiri dari bahan baku dan bahan penunjang. Input yang digunakan di perusahaan ini didatangkan dari daerah Garut dan Tasikmalaya. Bahan baku yang digunakan untuk pembuatan dodol adalah nenas, pepaya, sirsak dan gula. Bahan penunjang adalah essence dan asam sitrat (citrun acid).

1. Nenas

Nenas digunakan sebagai bahan utama untuk dodol nenas. Nenas ini didatangkan dari Garut varietas Blitar karena varietasnya bagus, yaitu kadar airnya lebih rendah dari nenas biasa, sehingga akan lebih cepat kering pada saat dimasak. Nenas diperoleh dengan cara berlangganan kepada pedagang nenas yang ada di Garut.

(10)

2. Pepaya

Pepaya digunakan juga sebagai bahan utama dodol nenas, dodol stroberi dan dodol melon. Pepaya yang digunakan adalah pepaya muda. Bahan yang digunakan adalah ampas pepaya yang telah dibuang air perasannya. Pepaya digunakan agar campuran dodol buah lebih padat. Pepaya ini didatangkan dari Warung Peuteuy, Garut dengan berlangganan kepada petani pepaya.

3. Sirsak

Sirsak digunakan sebagai bahan utama dodol sirsak. Buah ini didatangkan dari Garut dan Tasikmalaya dengan berlangganan kepada petani sirsak.

4. Gula

Gula dapat berfungsi sebagai pengawet. Pemberian gula pasir dengan konsentrasi yang tinggi pada dodol selain bertujuan memberikan rasa manis juga sebagai pengawet karena gula dapat mencegah pertumbuhan mikroba. Selain itu, gula juga dapat membantu mempertahankan warna dodol.

5. Essence

Essence adalah bahan tambahan yang digunakan untuk makanan olahan essence digunakan sebagai penguat aroma dan pewarna makanan. Penggunaan essence disesuaikan dengan dodol yang akan dihasilkan. Jenis yang digunakan di PD ”X” adalah, essence stroberi dan essence melon.

6. Asam Sitrat (citrun acid)

Asam sitrat (citrun acid) merupakan asam organik yang tidak berbahaya bagi kesehatan. Citrun digunakan sebagai zat pengasam. Selain itu, pemberian citrun juga menegaskan rasa, warna, menutupi rasa yang tidak disukai, mencegah ketengikan dan pencoklatan.

(11)

Pemberian citrun pada dodol buah ditujukkan sebagai pengawet rasa agar rasa yang dihasilkan mirip dengan buah asli.

b. Proses Produksi Dodol Buah

Proses pembuatan dodol buah cukup sederhana dan mudah dilakukan. Kegiatan ini terdiri dari pemilihan dan persiapan bahan tahap pencampuran serta pembungkusan dodol. Produksi dodol di PD ”X” dilakukan berdasarkan pesanan. Saat ini perusahaan berproduksi rataan 7.000 kg per bulan. Jumlah ini sudah mencakup dodol yang dijual di toko.

Peralatan yang diperlukan untuk membuat dodol adalah wajan dan tungku tempat memasak dodol. Sendok pengaduk yang panjangnya lebih kurang satu meter. Untuk mencetak dodol diperlukan loyang plastik dengan ketebalan 3 cm. Membungkus dodol buah diperlukan sendok makan untuk mengukur banyaknya dodol yang akan dibungkus.

1. Pemilihan dan persiapan Buah

PD ”X” memproduksi empat jenis dodol buah, yaitu dodol nenas, dodol stroberi dan dodol melon. Bahan dasar ketiga jenis dodol ini sama, yaitu pepaya. Pepaya yang digunakan adalah papaya muda. Buah yang digunakan terlebih dahulu dikupas dan dicuci, setelah itu diparut. Nenas yang telah diparut dan sirsak yang telah dibersihkan dari kulit dan biji langsung dimasukkan ke dalam wajan. Tetapi untuk pepaya setelah diparut harus dicuci kembali dan diperas airnya sehingga yang tersisa adalah ampas pepaya. Ampas ini kemudian dicampur dengan parutan nenas.

(12)

2. Pencampuran di Wajan a. Dodol Sirsak

Sirsak yang telah dibersihkan dicampur dengan gula putih dan acid citrun dengan perbandingan 30 kg sirsak, 30 kg gula putih dan 30 gr acid citrun Bahan ini dimasak sampai homogen dan berubah warna menjadi kecoklatan dengan kadar air lebih kurang 10 persen.

b. Dodol Nenas, Stroberi dan Melon

Nenas yang telah dibersihkan di campur dengan ampas pepaya kemudian ditambah gula putih dan citrun dengan perbandingan 20 kg pepaya, 10 kg nenas, 30 kg gula putih dan 30 gr acid citrun. Bahan ini dimasak sampai kadar air lebih kurang 30 persen kemudian ditambahkan satu botol essence stroberi atau essence melon sesuai dengan rasa yang diinginkan. Adonan ini kembali dimasak sampai kadar air 10 persen.

Memasak dodol buah membutuhkan waktu dua setengah sampai tiga jam. Untuk mengetahui apakah dodol ini telah siap dibungkus dilakukan pengetesan dengan cara mengambil sedikit adonan lalu dibiarkan di udara terbuka selama beberapa menit. Jika adonan mengeras maka dodol siap untuk dibungkus. Dari komposisi buah diatas dapat menghasilkan kira-kira 42,5 kg dodol buah.

(13)

3. Pembungkusan

Dodol buah yang telah masak harus segera dibungkus. Apabila dibiarkan terlalu lama diudara terbuka dodol akan mengeras dan sulit dibungkus. Dodol ini dibungkus dengan plastik mika ukuran l0 cm x 10 cm sebanyak setengah sendok makan. Dodol sirsak biasanya dibungkus memanjang sedangkan dodol nenas, stroberi dan melon dibungkus bulat seperti kelereng.

Plastik mika digunakan sebagai pembungkus dodol karena tahan terhadap panas dan warnanya lebih bening. Diagram alir proses produksi dodol buah dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 5. Aktivitas membungkus dodol

Gambar 6. Diagram alir proses produksi dodol buah Pepaya Muda

Diparut

Diperas

Air perasan

Ampas

Nenas dan Sirsak

Diparut

Pencampuran Gula

Dimasak

Dibungkus

(14)

Keterangan :

Air perasan pepaya merupakan limbah perusahaan yang belum termanfaatkan. Air perasan dialirkan ke selokan

3. Pemasaran Produk

Pemasaran adalah proses sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan dengan menciptakan menawarkan produk yang bernilai satu sama lain (Kotler, 1995). Saat ini daerah pemasaran perusahaan meliputi Garut, Tasikmalaya, Bandung, Bogor dan Batam. Kegiatan pemasarannya dapat dikatakan cukup kuat dan efisien. Kontinuitas pengiriman barang ke pelanggan selama bertahun-tahun menyebabkan pelanggannya loyal terhadap PD “X”. Penjadwalan pengiriman dodol yang dipesan pelanggan tiap minggunya dinilai cukup efisien. Hal ini didukung dengan adanya sarana transportasi pribadi yang memadai di perusahaan, yaitu mobil pick-up. Agar tindakan memasarkan produknya berhasil dengan baik perusahan menerapkan strategi bauran pemasaran.

a. Strategi produk dan harga

Dodol yang diproduksi PD “X” memiliki cita rasa tersendiri, yaitu rasa buah yang khas. Saat ini perusahaan menjual produk dalam bentuk kiloan tanpa merek, sehingga kebijakan harganya mengikuti harga dodol yang berlaku di pasar. Dalam perayaan-perayaan hari besar, perusahaan mulai mengenalkan produknya dengan menjual dalam bentuk kemasan dari keranjang parcel. Ukurannya bermacam-macam mulai dari keranjang oval isi 20 buah dodol keranjang panjang isi 29 buah dodol sampai keranjang bulat isi 4 kg dodol.

Perusahaan umumna menjual dodol kepada agen seharga Rp 9.700 per kg sedangkan yang dikemas dalam parcel disesuaikan dengan pesanan konsumen dan dijual dengan harga yang lebih tinggi. Dalam upaya meningkatkan harga jual, perusahaan mulai mengenalkan merek dodol yang diproduksinya dengan merk ‘NNN’.

(15)

b. Strategi Distribusi

Penyaluran produk perusahaan dilakukan sesuai pesanan pelanggan dan juga permintaan di toko. Perusahaan telah memiliki pelanggan tetap. Pelanggan merupakan pelaku pasar yang memberi barang atau jasa untuk dipergunakan sesuai dengan kebutuhan pasar (Kotler, 1995). pasar pelanggan PD “X” tergolong kedalam pasar penjual karena membeli dodol untuk dijual lagi dengan mengambil laba. Selain menjual dodol melalui agen, perusahaan juga menjual dodol langsung kepada konsumen dengan membuka toko yang lokasinya berdekatan dengan pabrik dan ada juga toko yang berlokasi di Cipanas, Garut.

Untuk penyaluran dodol di Garut, Bandung, Tasikmalaya dan Bogor, perusahaan mengantarkannya langsung dengan kendaraan milik sendiri. Tetapi untuk pulau Batam penyalurannya bekerjasama dengan pelanggan. Perusahaan hanya mengantar dodol sampai ke Cengkareng kemudian pelanggan itu membawanya dari Cengkareng ke Batam. Diagram alir distribusi produk dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Diagram alir distribusi produk dari PD “X” kepada konsumen

c. Strategi promosi

Promosi dilakukan perusahaan agar semakin banyak konsumen mengenali produk dodol buah PD “X”. PD “X” mempromosikan diri di majalah INFO PARAHYANGAN pada tahun 2003. Tahun 2004 perusahaan juga melakukan promosi pada saat Pekan Olahraga Nasional (PON) di Palembang. Promosi yang dilakukan oleh perusahaan pada saat ini melalui leaflet, sponsorship kegiatan di dinas perindustrian kabupaten Garut. Bahkan PD “X” menjadi tempat pelatihan dan tempat studi

Perusahaan Agen Konsumen

(16)

banding oleh kabupaten lain di Indonesia. Promosi tidak hanya dilakukan oleh perusahan saja. Tetapi konsumen juga memegang peranan penting dalam mempromosikan suatu produk lewat kepuasan yang diperoleh dari mengkonsumsi produk dodol buah PD “X”. Untuk itu kepuasan konsumen menjadi faktor penting dalam strategi bauran pemasaran.

4. Analisis Pendapatan dodol buah di PD “X”

Analisis pendapatan adalah selisih antara penerimaan usaha dengan biaya yang dikeluarkan dalam jangka waktu tertentu. Dalam kajian ini analisis pendapatan dilakukan untuk jangka waktu satu tahun.

a. Penerimaan usaha

Penerimaan usaha adalah perkalian antara total produk yang dihasilkan dengan harga yang berlaku (Soekartawi, 2002). Faktor yang menentukan besarnya penerimaan adalah jumlah produk yang dihasilkan dan harga pasar dari produk yang dihasilkan. Penerimaan usaha merupakan nilai dari total penjualan produksi yang dihasilkan. Nilai penerimaan usaha dodol buah dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Penerimaan usaha dodol buah

Jenis dodol buah Nilai penerimaan (Rp)

Nenas 251.060.250 Sirsak 248.999.000 Melon 236.219.250 Stroberi 224.264.000 Total 960.542.500 b. Pengeluaran Usaha

Pengeluaran usaha digolongkan menjadi dua, yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap produki adalah biaya yang dikeluarkan selama usaha berjalan yang besarnya tidak terpengaruh oleh volume produksi yang berlangsung mulai dari pengupasan buah sampai menjadi dodol buah. Biaya variabel adalah biaya yang dibayarkan oleh pengusaha yang jumlahnya secara proposional berubah dengan perubahan kegiatan produksi. Biaya tetap terdiri atas biaya pemasaran, biaya tenaga kerja

(17)

keluarga dan biaya lain-lain. Besarnya biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi masing-masing dodol buah dapat dilihat sebagai berikut : 1. Dodol nenas

Biaya pengeluaran untuk memproduksi dodol nenas dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Biaya produksi dodol nenas

No Jenis pengeluaran Jumlah (Rp)

1 Papaya 10.962.000

2 Nenas 8.526.000

3 Gula 116.928.000

4 Acid citrun 1.522.500

5 Kayu bakar 4.059.594

6 Biaya kertas mika 58.464.000

7 Tenaga kerja 16.899.750

8 Beban lain-lain 7.504.646

Total biaya pengeluaran 224.866.490

Jenis pengeluaran yang paling besar dalam produksi dodol nenas adalah biaya untuk pengadaan gula yaitu sebesar Rp 116.928.000,-, kemudian biaya kertas mika sebesar Rp 58.464.000,- dan biaya bahan baku utama, yaitu papaya dan nenas sebesar Rp 9.488.000,-. Total pengeluaran dalam proses produksi dodol nenas selama periode satu tahun adalah sebesar Rp 224.866.490,-.

2. Dodol sirsak

Biaya pengeluaran untuk memproduksi dodol sirsak dapat dilihat pada Tabel 9. Jenis pengeluaran yang paling besar dalam produksi dodol sirsak adalah biaya untuk pengadaan gula, yaitu sebesar Rp 115.968.000,-, kemudian biaya kertas mika sebesar Rp 57.984.000,- dan biaya bahan baku utama yaitu papaya sebesar Rp 23.556.000,-. Total pengeluaran dalam proses produksi dodol sirsak selama periode satu tahun adalah sebesar Rp 227.248.295,-.

(18)

Tabel 9. Biaya produksi dodol sirsak

No Jenis pengeluaran Jumlah (Rp)

1 Sirsak 23.556.000

2 Gula 115.968.000

3 Acid citrun 1.510.000

4 Kayu bakar 4.026.264

5 Biaya kertas mika 57.984.000

6 Tenaga kerja 16.761.000

7 Beban lain-lain 7.443.031

Total biaya pengeluaran 227.248.295

3. Dodol melon

Biaya pengeluaran untuk memproduksi dodol melon dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Biaya produksi dodol melon

No Jenis pengeluaran Jumlah (Rp)

1 Pepaya 15.471.000

2 Essence melon 1.719.000

3 Gula 110.016.000

4 Acid citrun 1.432.500

5 Kayu bakar 3.819.618

6 Biaya kertas mika 55.008.000

7 Tenaga kerja 15.900.750

8 Beban lain-lain 7.061.021

Total biaya pengeluaran 210.427.889

Jenis pengeluaran yang paling besar dalam produksi dodol melon adalah biaya untuk pengadaan gula, yaitu sebesar Rp 110.016.000,-, kemudian biaya kertas mika sebesar Rp 55.008.000,- dan biaya tenaga kerja yaitu sebesar Rp 15.900.750,-. Total pengeluaran dalam proses produksi dodol sirsak selama periode satu tahun adalah sebesar Rp 210.427.889,-.

4. Dodol stroberi

Biaya pengeluaran untuk memproduksi dodol stroberi dapat dilihat pada Tabel 11.

(19)

Tabel 11. Biaya produksi dodol stroberi

No Jenis pengeluaran Jumlah (Rp)

1 Pepaya 14.688.000

2 Essence stroberi 1.632.000

3 Gula 104.448.000

4 Acid citrun 1.360.000

5 Kayu bakar 3.626.304

6 Biaya kertas mika 52.224.000

7 Tenaga kerja 15.096.000

8 Beban lain-lain 6.703.657

Total biaya pengeluaran 199.777.961

Jenis pengeluaran yang paling besar dalam produksi dodol

stroberi adalah biaya untuk pengadaan gula, yaitu sebesar

Rp 104.448.000,-, kemudian biaya pembungkus (kertas mika) sebesar Rp 52.224.000,- dan biaya tenaga kerja sebesar Rp 15.096.000,-. Total

pengeluaran dalam proses produksi dodol stroberi selama periode satu tahun adalah sebesar Rp 199.777.961,-.

c. Pendapatan Usaha

Analisis pendapatan usaha memberikan gambaran produktif tidaknya suatu usaha. Pendapatan usaha dibedakan menjadi dua, yaitu pendapatan atas seluruh biaya tunai (pendapatan tunai) dan pendapatan atas biaya total (pendapatan total). Pendapatan atas biaya tunai adalah pendapatan petani atas biaya-biaya tunai yang benar-benar dikeluarkan. Nilai pendapatan atas biaya tunai dapat dilihat pada Tabel 12.

Berdasarkan tingkat pendapatan atas biaya tunainya dapat dilihat pada Lampiran 3, perusahaan memperoleh pendapatan per tahun untuk masing-masing jenis dodol adalah dodol nenas sebesar Rp 33.698.406,-, dodol sirsak sebesar Rp 29.193.736,-, dodol melon sebesar Rp 32.852.382,- dan dodol stroberi sebesar Rp 31.189.696,-. Dengan demikian pendapatan atas biaya tunai untuk ke empat jenis dodol buah/tahun, yaitu sebesar Rp 126.934.220,-.

(20)

Tabel 12. Nilai pendapatan atas biaya tunai

Jenis dodol buah Nilai pendapatan atas biaya tunai (Rp)

Nenas 33.698.406 Sirsak 29.193.736 Melon 32.852.382 Stroberi 31.189.696 Total 126.934.220

Pada perhitungan pendapatan dengan mempertimbangkan biaya total dalam satu tahun setiap pengusaha dapat memperoleh keuntungan dari setiap curah produksi. Pendapatan atas biaya total dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Nilai pendapatan atas biaya total

Jenis dodol buah Nilai pendapatan atas biaya total (Rp)

Nenas 26.193.775,-

Sirsak 21.750.720,-

Melon 25.791.375,-

Stroberi 24.486.052,-

Total 98.221.921,-

Untuk tingkat pendapatan atas biaya total, perusahaan memperoleh pendapatan per tahun untuk masing-masing jenis dodol adalah dodol nenas sebesar Rp 26.193.775,-, dodol sirsak sebesar Rp 21.750.720,-,

dodol melon sebesar Rp 25.791.375,- dan dodol stroberi sebesar Rp 24.486.052,-. Dengan demikian pendapatan atas biaya tunai untuk ke

empat jenis dodol buah/tahun, yaitu sebesar Rp 98.221.921,-.

Besarnya pendapatan usaha selama satu siklus produksi dalam kurun waktu satu tahun cukup memadai, karena pendapatan yang diperoleh lebih besar dari biaya yang dikeluarkan. Usaha dodol buah dapat dikatakan berhasil, jika pendapatannya sudah cukup untuk membayar seluruh biaya yang dikeluarkan selama masa produksi, baik tunai maupun yang diperhitungkan.

Nilai pendapatan saja belum dapat menunjukkan keefisienan dalam usaha dodol buah, maka keefisienannya dilihat dari nilai R/C rasio. R/C rasio total biaya merupakan perbandingan penerimaan yang diperoleh

(21)

dari setiap biaya yang dikeluarkan selama proses produksi. Berdasarkan Tabel 14 nilai R/C rasio atas biaya total tertinggi terdapat pada nenas, melon dan stroberi sebesar 1,12. Hal ini berarti bahwa setiap rupiah biaya yang dikeluarkan dalam usaha dodol buah nenas, melon dan stroberi akan diperoleh keuntungan bersih sebesar Rp. 1,12,- dan dapat dikatakan efisien.

Tabel 14. Nilai R/C rasio atas biaya total

Jenis dodol buah

Pengeluaran (Rp) Penerimaan (Rp) R/C rasio Nenas 224.866.490 251.060.250 1,12 Sirsak 227.248.295 248.999.000 1,10 Melon 210.427.889 236.219.250 1,12 Stroberi 199.777.961 224.264.000 1,12

5. Analisis Nilai Tambah

Analisis nilai tambah adalah untuk mengetahui besarnya nilai tambah dan besarnya balas jasa terhadap faktor-faktor produksi akibat adanya aktivitas tambahan terhadap produk. Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 15 terlihat bahwa, jumlah produksi dodol nenas yang dihasilkan per tahun sebesar 25.882,50 kg dengan jumlah bahan baku yang digunakan sebesar 36.540 kg/tahun, maka diperoleh nilai konversi 0,71 yang berarti untuk setiap satu kg pepaya dan nenas yang diolah menghasilkan 0,71 kg dodol buah nenas.

Dari perhitungan diperoleh nilai input tenaga kerja sebesar 1.126,65 HOK/tahun, sehingga diperoleh nilai koefisien tenaga kerja sebesar 0,03 yang berarti bahwa untuk mengolah 1 kg bahan baku dibutuhkan tenaga kerja per HOK sebesar Rp. 15.000,-. Harga bahan baku yang dibayar oleh perusahaan sebesar Rp. 5.486,11 per kg dengan harga dodol buah nenas sebesar Rp 9.700,-/kg merupakan harga di tingkat produsen.

(22)

Tabel 15. Analisis nilai tambah pengolahan nenas menjadi dodol nenas

Output, Input, Harga Nilai

A Output (hasil) (kg/th) 25.882,50 B Input (Bahan baku) (kg/th) 36.540,00 C Tenaga kerja (HOK/th) 1.126,65 D Faktor konversi A/B 0,71 E Koefisien tenaga kerja C/B 0,03 F Harga produk (Rp/kg) 9.700,00 G Upah tenaga kerja Rp/HOK 15.000,00

Penerimaan dan keuntungan

H Harga bahan baku (Rp/kg) 5.486,11

I Nilai output DXF 6.870,83

J a Nilai tambah (Rp/kg) I-H 1.384,72 K b Rasio nilai tambah % J/I 20,15

L a Pendapatan TK (Rp/kg) EXG 462,50

M b Pangsa TK % L/J 33,40

N a Keuntungan (Rp/kg) J-L 922,22 O b Tingkat keuntungan % N/I 13,42 Balas jasa pemilik faktor produksi

P Margin (Rp/kg) I-H 1.384,72

Q a Pendapatan Tk % L/P 33,40

R b Keuntungan % N/P 66,60

Nilai produk dodol buah nenas sebesar Rp. 6.870,83 berarti nilai dodol buah nenas yang dihasilkan dari setiap kg bahan baku adalah sebesar Rp. 6.870,83 yang diperoleh dari perkalian antara faktor konversi dengan harga produk. Nilai tambah yang terdapat dari setiap satu kg dodol nenas adalah sebesar Rp 1.384,72 atau sebesar 20,15%. Balas jasa atau imbalan untuk pemilik faktor produksi dapat dilihat dari besarnya marjin, yaitu sebesar Rp 1.384,72 per kg dengan distribusi marjin untuk pemilik usaha sebesar 66,60% dan untuk tenaga kerja sebesar 33,40%.

Hasil analisis pada Tabel 16 terlihat bahwa, jumlah produksi dodol sirsak yang dihasilkan per tahun sebesar 25.670 kg dengan jumlah bahan baku yang digunakan sebesar 36.240 kg/tahun, maka diperoleh nilai konversi 0,71 yang berarti untuk setiap satu kg sirsak yang diolah menghasilkan 0,71 kg dodol buah sirsak.

Nilai tambah yang terdapat dari setiap satu kg dodol sirsak adalah sebesar Rp. 1.268,06 atau sebesar 18,46%. Balas jasa atau imbalan untuk

(23)

pemilik faktor produksi dapat dilihat dari besarnya marjin, yaitu sebesar Rp. 1.268,06 per kg dengan distribusi marjin untuk pemilik usaha sebesar 63,53%, untuk tenaga kerja sebesar 36,47%.

Tabel 16. Analisis nilai tambah pengolahan sirsak menjadi dodol sirsak

Output, Input, Harga Nilai

A Output (kg/th) 25.670,00

B Input (kg/th) 36.240,00

C Tenaga kerja 1.117,40

D Faktor konversi A/B 0,71

E Koefisien tenaga kerja C/B 0,03

F Harga produk (Rp/kg) 9.700,00

G Upah tenaga kerja Rp 15.000,00

Penerimaan dan keuntungan

H Harga bahan baku (Rp/kg) 5.602,78

I Nilai output DxF 6.870,83

J A Nilai tambah (Rp/kg) I-H 1.268,06

K B Rasio nilai tambah % J/I 18,46

L a Pendapatan TK (Rp/kg) EXG 462,50

M b Pangsa TK % L/J 36,47

N a Keuntungan (Rp/kg) J-L 805,56

O b Tingkat keuntungan % N/I 11,72 Balas jasa pemilik faktor produksi

P margin (Rp/kg) I-H 1.268,06

Q a Pendapatan Tk % L/P 36,47

R b Keuntungan % N/P 63,53

Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 17 terlihat bahwa, jumlah produksi dodol melon yang dihasilkan per tahun sebesar 24.352,50 kg dengan jumlah bahan baku yang digunakan sebesar 34.380 kg/tahun, maka diperoleh nilai konversi 0,71 yang berarti untuk setiap satu kg pepaya yang diolah menghasilkan 0,71 kg dodol buah melon.

Nilai tambah yang terdapat dari setiap satu kg dodol melon adalah sebesar Rp 1.418,06 atau sebesar 20,6%. Balas jasa atau imbalan untuk pemilik faktor produksi dapat dilihat dari besarnya marjin, yaitu sebesar Rp 1.418,06 per kg dengan distribusi marjin untuk pemilik usaha sebesar 67,38%, untuk tenaga kerja sebesar 32,62%.

(24)

Tabel 17. Analisis nilai tambah pengolahan pepaya menjadi dodol melon

Output, Input, Harga Nilai

A Output (kg/th) 24.352,0

B Input (kg/th) 34.380,00

C Tenaga kerja (HOK/th) 1.060,05

D Faktor konversi A/B 0,71

E Koefisien tenaga kerja C/B 0,03

F Harga produk (Rp/kg) 9.700,00

G Upah tenaga kerja Rp 15.000,00

Penerimaan dan keuntungan

H Harga bahan baku (Rp/kg) 5.452,78

I Nilai output DxF 6.870,83

J a Nilai tambah (Rp/kg) I-H 1.418,06 K b Rasio nilai tambah % J/I 20,64 L a Pendapatan TK (Rp/kg) EXG 462,50

M b Pangsa TK % L/J 32,62

N a Keuntungan (Rp/kg) J-L 955,56

O b Tingkat keuntungan % N/I 13,91

Balas jasa pemilik faktor produksi

P Margin (Rp/kg) I-H 1.418,06

Q a Pendapatan Tk % L/P 32,62

R b Keuntungan % N/P 67,38

Hasil analisis pada Tabel 18 terlihat bahwa, jumlah produksi dodol stroberi yang dihasilkan per tahun sebesar 23.120 kg dengan jumlah bahan baku yang digunakan sebesar 32.640 kg/tahun, maka diperoleh nilai konversi 0,71 yang berarti untuk setiap satu kg pepaya yang diolah menghasilkan 0,71 kg dodol buah stroberi.

Nilai tambah yang terdapat dari setiap satu kg dodol stroberi adalah sebesar Rp 1.418,06 atau sebesar 20,64%. Balas jasa atau imbalan untuk pemilik faktor produksi dapat dilihat dari besarnya marjin, yaitu sebesar Rp 1.418,06 per kg dengan distribusi marjin untuk pemilik usaha sebesar 67,38%, untuk tenaga kerja sebesar 32,62%.

(25)

Tabel 18. Analisis nilai tambah pengolahan pepaya menjadi dodol stroberi Output, Input, Harga Nilai

A Output (kg/th) 23.120,00

B Input (kg/th) 32.640,00

C Tenaga kerja (HOK/th) 1.006,40

D Faktor konversi A/B 0,71

E Koefisien tenaga kerja C/B 0,03

F Harga produk (Rp/kg) 9.700,00

G Upah tenaga kerja Rp 15.000,00

Penerimaan dan keuntungan

H Harga bahan baku (Rp/kg) 5.452,78

I Nilai output DXF 6,870.83

J a Nilai tambah (Rp/kg) I-H 1.418,06 K b Rasio nilai tambah % J/I 20,64 L a Pendapatan TK (Rp/kg) EXG 462,50

M b Pangsa TK % L/J 32,62

N a Keuntungan (Rp/kg) J-L 955,56

O b Tingkat keuntungan % N/I 13,91

Balas jasa pemilik faktor produksi

P Margin (Rp/kg) I-H 1.418,06

Q a Pendapatan Tk % L/P 32,62

R b Keuntungan % N/P 67,38

Berdasarkan penjelasan di atas untuk nilai tambah masing-masing jenis dodol maka dapat didilihat bahwa dodol melon dan stroberi mempunyai nilai tingkat keuntungan yang lebih tinggi dibandingkan dodol nanas dan dodol sirsak. Sebagai gambaran dapat dijelasakan pada Tabel 19 dan Gambar 9.

Tabel 19. Perbandingan balas jasa faktor produksi dodol buah

Margin Keuntungan Tingkat

Jenis dodol (Rp./Kg) (%) Keuntungan (%) Dodol nanas 1.384,72 20,15 66,60 dodol sirsak 1.268,06 18,46 63,53 dodol melon 1.418,06 20,64 67,38 dodol stroberi 1.418,06 20,64 67,38

Berdasarkan Tabel 19 dan Gambar 8 pada grafik tersebut dapat disimpulkan bahwa dari keempat jenis dodol buah yang mempunyai margin keuntungan terbesar adalah dodol melon dan dodol stroberi. Nilai margin

(26)

61,00 62,00 63,00 64,00 65,00 66,00 67,00 68,00

Dodol nanas dodol sirsak dodol melon dodol

stroberi Jenis Dodol T in k a t k e u n tu n g a n ( % )

untuk dodol melon dan stroberi, yaitu sebesar Rp 1.418,06 dengan tingkat keuntungan 67,38%. Sedangkan di urutan selanjutnya yaitu dodol nenas mempunyai margin keuntungan sebesar Rp 1.384,72 dengan tingkat keuntungan 66,60% dan terakhir, yaitu dodol sirsak dengan margin keuntungan Rp 1.268,06 dan tingkat keuntungan sebesar 63,53%.

Gambar 8. Grafik perbandingan balas jasa faktor produksi dodol buah

Dodol melon dan stroberi mempunyai margin dan tingkat keuntungan yang tinggi di bandingkan dengan dodol buah lainnya, hal ini disebabkan oleh jenis bahan baku yang digunakan. Pada jenis dodol melon dan stroberi perusahaan dalam berproduksi menggunakan bahan baku essence. Dari kondisi ini menyebabkan adanya penghematan pembelian bahan baku. Sedangkan pada dodol jenis nenas dan sirsak bahan baku yang digunakan adalah bahan alami. Untuk melihat jelas tentang perbandingan penggunaan bahan baku yang digunakan dalam berproduksi dapat dilihat kembali pada Tabel 8 sampai Tabel 11.

Penggunaan jenis bahan baku ini berpengaruh langsung terhadap faktor biaya produksi. Bahan baku alami menunjukkan perbedaan dalam jumlah biaya secara nyata. Untuk dodol nenas dan dodol sirsak PD “X” menggunakan bahan alami. Alasan perusahaan dalam penggunaan bahan

(27)

alami adalah untuk menjaga mutu produk. Selain itu juga dikarenakan untuk bahan baku nenas dan sirsak masih mudah untuk diperoleh dan harga tidak semahal melon atau stroberi.

Nilai tambah dalam penelitian ini adalah identik dengan margin keuntungan. Dalam produk dodol buah nenas nilai tambah yang dihasilkan, yaitu sebesar Rp 1.384,72, dengan demikian untuk produk dodol nenas ini mempunyai margin keuntungan sebesar Rp 1.384,72 /kg.

Dengan melihat tiap-tiap margin dan tingkat keuntungannya, masing-masing jenis dodol mempunyai variasi yang berbeda. Perusahaan secara tidak langsung dapat menjadikan dasar pertimbangan dari perhitungan ini untuk pengembangan usahanya dan sekaligus dapat dijadikan untuk penentuan harga jual produk. Dodol buah yang diproduksi oleh PD “X” mempunyai tipe harga yang sama, yaitu dijual dengan harga Rp 9.700,- untuk semua jenis dodol buah. Dengan mempertimbangkan jumlah pengeluaran dan margin keuntungan perusahaan secara langsung dapat mengkaji ulang untuk penentuan harga jual masing-masing jenis dodol buah yang diproduksi.

Berdasarkan data tingkat permintaan konsumen, PD “X” mempunyai tingkat permintaan pada tahun 2008, yaitu 25.883 dodol nenas, 25.670 dodol sirsak, 24,353 dodol melon dan 23.120 dodol stoberi. Dari tingkat permintaan tersebut terlihat bahwa dodol nenas mempunyai tingkat permintaan paling tinggi diantara jenis dodol yang lainnya.

6. Fungsi Produksi Usaha Dodol Buah

Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, faktor-faktor produksi yang digunakan dalam usaha pembuatan dodol buah adalah bahan baku utama (pepaya), bahan baku (sirsak, nenas, gula, acid citrun, essence melon, essence stroberi), tenaga kerja, bahan penolong (mika) dan beban lain (listrik, transportasi). Faktor-faktor produksi tersebut dianalisis untuk melihat tingkat pengaruhnya terhadap produksi dodol buah.

Model fungsi produksi yang digunakan untuk menganalisis adalah model fungsi Cobb-Douglas. Dari hasil kajian diduga faktor-faktor yang mempengaruhi langsung produksi dodol buah adalah bahan baku, tenaga kerja

(28)

dan bahan penolong. Faktor-faktor tersebut merupakan peubah bebas (X) yang akan menduga produksi dodol buah (Y). Hasil pendugaan fungsi produksi usaha dodol buah dapat dilihat pada Tabel 20, 21, 22 dan 23. Untuk menjelaskan fungsi-fungsi produksi dari masing-masing jenis produk dodol buah dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Produk dodol buah nenas

Berdasarkan kondisi pada Tabel 20 dapat dilihat bahwa peubah yang masuk dalam model diwakili oleh peubah X1. Seluruh peubah dalam regresi berdasarkan hasil olahan data menunjukkan adanya multikolinieritas. Multikolinieritas adalah suatu kondisi dimana terjadi korelasi yang kuat diantara variabel-variabel bebas (X) yang diikutsertakan dalam pembentukan model regresi linier (Gujarati, 1991). Hasil uji F menunjukkan nilai yang signifikan (analisis Variance Lampiran 3a. Output regresi dodol nenas), dimana nilai uji adalah sebesar 1. Hal ini berarti model regresi dinyatakan mempunyai tingkat kepercayaan yang sangat tinggi. Fungsi produksi usaha dodol buah nenas hasil olahan regresi adalah sebagai berikut :

Ln Y Nenas = - 6,05 + 1.00 Ln x1

Tabel 20. Hasil analisis faktor produksi model fungsi produksi dodol buah nenas.

Peubah Koefisien Simpangan baku Uji F Peluang Konstanta Pepaya (X1) -6,05 1,00 0,000 0,000 * * * * S=0 R2 =100% R terkoreksi = 100% Tingkat signifikansi 5%

Nilai koefisien determinasi (R2) untuk pendugaan tersebut didapat sebesar 100%, sedangkan determinasi terkoreksi sebesar 100%. Nilai ini menunjukkan bahwa 100% dari variasi peubah bebas yang menerangkan pemakaian faktor-faktor produksi dapat menjelaskan peubah tidak bebas. Nilai peluang menunjukkan bahwa peubah bahan baku pepaya (X1) berpengaruh sangat nyata terhadap produksi (nilai peluang 1).

(29)

Lebih lanjut Gujarati (1991), menjelaskan bahwa Ciri-ciri yang sering ditemui apabila model regresi linier kita mengalami multikolinieritas adalah:

• Terjadi perubahan yang berarti pada koefisien model regresi (misal nilainya menjadi lebih besar atau kecil) apabila dilakukan penambahan atau pengeluaran sebuah variabel bebas dari model regresi.

• Diperoleh nilai R-square yang besar, sedangkan koefisien regresi tidak signifikan pada uji parsial.

• Tanda (+ atau -) pada koefisien model regresi berlawanan dengan yang disebutkan dalam teori (atau logika). Misal, pada teori (atau logika) seharusnya b1 bertanda (+), namun yang diperoleh justru bertanda (-). • Nilai standard error untuk koefisien regresi menjadi lebih besar dari

yang sebenarnya (overestimated)

2. Produk dodol buah sirsak

Hasil olahan regresi pada Tabel 21 menunjukkan bahwa peubah dalam model diwakili oleh peubah X2. Hasil uji F menunjukkan nilai yang signifikan (analisis Variance Lampiran 3b. Outout regresi dodol sirsak), dimana nilai uji adalah sebesar 1. Hal ini berarti model regresi dinyatakan mempunyai tingkat kepercayaan sangat yang tinggi. Fungsi produksi usaha dodol buah sirsak hasil olahan regresi adalah sebagai berikut :

Ln Y Sirsak = - 6,82 + 1.00 Ln x2

Tabel 21. Hasil analisis faktor produksi model fungsi produksi dodol buah sirsak.

Peubah Koefisien Simpangan

baku Uji F Peluang Konstanta Sirsak (X2) -6,82 1,00 0,000 0,000 * * * * S=0 R2 =100% R terkoreksi = 100% Tingkat signifikansi 5%

Nilai koefisien determinasi (R2) untuk pendugaan tersebut didapat sebesar 100%, sedangkan determinasi terkoreksi sebesar 100%. Nilai ini menunjukkan bahwa 100% dari variasi peubah bebas yang menerangkan

(30)

pemakaian faktor-faktor produksi dapat menjelaskan peubah tidak bebas. Nilai peluang menunjukkan bahwa peubah bahan baku sirsak (X2) berpengaruh sangat nyata terhadap produksi (nilai peluang 1).

3. Produk dodol buah melon

Hasil olahan regresi pada Tabel 22 menunjukkan bahwa peubah dalam model diwakili oleh peubah X1. Hasil uji F menunjukkan nilai yang signifikan (analisis Variance Lampiran 3c. Output regresi dodol melon), dimana nilai uji adalah sebesar 1. Hal ini berarti model regresi dinyatakan mempunyai tingkat kepercayaan sangat yang tinggi. Fungsi produksi usaha dodol buah melon hasil olahan regresi adalah sebagai berikut :

Ln Y Melon = - 6,45 + 1.00 Ln x1

Tabel 22. Hasil analisis faktor produksi model fungsi produksi dodol buah melon

Peubah Koefisien Simpangan

baku Uji F Peluang Konstanta Pepaya (X1) -6,45 1,00 0,000 0,000 * * * * S=0 R2 =100% R terkoreksi = 100% Tingkat signifikansi 5%

Nilai koefisien determinasi (R2) untuk pendugaan tersebut didapat sebesar 100%, sedangkan determinasi terkoreksi sebesar 100%. Nilai ini menunjukkan bahwa 100% dari variasi peubah bebas yang menerangkan pemakaian faktor-faktor produksi dapat menjelaskan peubah tidak bebas. Nilai peluang menunjukkan bahwa peubah bahan baku pepaya (X1) berpengaruh sangat nyata terhadap produksi (nilai peluang 1).

4. Produk dodol buah stroberi

Hasil olahan regresi pada Tabel 23 diperoleh bahwa peubah dalam model diwakili oleh peubah X1. Hasil uji F menunjukkan nilai yang signifikan (analisis Variance Lampiran 3d. Output regresi dodol stroberi), dimana nilai uji adalah sebesar 1. Hal ini berarti model regresi dinyatakan mempunyai tingkat kepercayaan sangat yang tinggi. Fungsi produksi usaha dodol buah stoberi hasil olahan regresi adalah sebagai berikut :

(31)

Tabel 23. Hasil analisis faktor produksi model fungsi produksi dodol buah stroberi

Peubah Koefisien Simpangan

baku Uji F Peluang Konstanta Pepaya (X1) -6,45 1,00 0,000 0,000 * * * * S=0 R2 =100% R terkoreksi = 100% Tingkat signifikansi 5%

Nilai koefisien determinasi (R2) untuk pendugaan tersebut didapat sebesar 100%, sedangkan determinasi terkoreksi sebesar 100%. Nilai ini menunjukkan bahwa 100% dari variasi peubah bebas yang menerangkan pemakaian faktor-faktor produksi dapat menjelaskan peubah tidak bebas. Nilai peluang menunjukkan bahwa peubah bahan baku pepaya (X1) berpengaruh sangat nyata terhadap produksi (nilai peluang 1). Output hasil olahan regresi secara keseluruhan dari proses regresi dapat dilihat pada Lampiran 3.

Berdasarkan ke empat model regresi tersebut maka dapat dilihat bahwa tipe dari pola data secara keseluruhan adalah sama. Pada model regresi 1 yaitu model produksi dodol nanas variabel yang berpengaruh adalah X1 (papaya), model regresi 2 yaitu model produksi dodol sirsak variabel yang berpengaruh yaitu X2 (sirsak), model regresi 3 yaitu model produksi dodol melon variabel yang berpengaruh yaitu X1 (papaya), dan model regresi 4 yaitu produksi dodol stroberi variabel yang berpengaruh juga hanya satu yaitu variabel X1 (papaya).

Dengan mengacu pada output hasil olahan pada lampiran regresi (Lampiran 3), terlihat bahwa variabel lain selain X1 pada model 1, 3 dan 4, sedangkan pada model 2 selain X2 (sirsak) mempunyai korelasi yang tinggi antar variabel lain (kolinear), sehingga variabel tersebut diwakili satu variabel dalam model. Penjelasan dari hal ini bahwa dalam fungsi produksi tersebut tipe data bersifat sama. Tingkat R yang tinggi mempertegas bahwa proses pembuatan dodol dilakukan mengikuti formula yang baku sehingga hanya merupakan proses replikasi atau scale up yang linear.

(32)

Seluruh variabel lain selain bahan baku utama dalam fungsi produksi (papaya dan sirsak), dianggap terwakili oleh variabel bahan baku utama. Dengan demikian output model regresi hanya menyatakan satu variabel saja yang berpengaruh.

Variabel bahan baku utama (pepaya dan sirsak) dianggap mempunyai pengaruh yang sama dengan variabel lainnya. Artinya semua variabel menpunyai tingkat pengaruh yang nyata secara keseluruhan terhadap proses produksi dodol buah. Dalam model fungsi produksi untuk keempat model produksi dodol buah ini variabel lain diwakili oleh variabel bahan baku utama (pepaya dan sirsak).

Dasar tersebut diperkuat dengan adanya data produksi bersifat sama, dimana dalam proses produksi perusahaan menggunakan formula yang sama untuk penggunaan bahan bakunya. Formula produksi untuk tiap-tiap jenis dodol adalah sebagai berikut :

1. Dodol nanas (20 kg pepaya, 10 kg nenas, 30 kg gula) 2. Dodol sirsak (30 kg sirsak, 30 kg gula)

3. Dodol melon (30 kg pepaya, 30 kg gula) 4. Dodol stroberi (30 kg pepaya, 30 kg gula)

Formula yang tetap dan tidak berubah menyebabkan output hasil regresi dengan hasil korelasi yang tinggi antar variabel, sehingga dalam fungsi produksi peran variabel X2, X3, …., X7 dalam fungsi produksi model produksi dodol nanas, dodol melon dan dodol stroberi dianggap terwakili oleh variabel bahan baku utama X1 (pepaya). Demikian juga untuk fungsi produksi dodol sirsak, variabel X3, X4, …, X7 dianggap terwakili oleh variabel bahan utama, yaitu sirsak (X2).

Dengan adanya hasil yang menunjukkan bahwa seluruh variabel berpengaruh secara nyata terhadap proses produksi semua jenis dodol maka terjadi keterkaitan yang kuat antar variabel tersebut. Hal ini berarti bahwa dalam prose produksi dodol variabel-variabel tersebut mutlak harus ada dan mempunyai jumlah sesuai dengan formula yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Dalam proses produksi PD “X” tidak mau mengambil resiko produksi dengan menambah atau mengurangi formulasi yang telah ditetapkan. Hal ini dijadikan sebagai alasan utama dalam keberlangsungan proses produksi.

(33)

7. Analisis SWOT

1. Identifikasi faktor-faktor eksternal dan internal perusahaan yang berpengaruh terhadap pengembangan usaha dodol buah.

Berdasarkan penilaian pihak manajemen perusahaan terhadap faktor kunci eksternal perusahaan, maka dapat diketahui lima faktor yang merupakan peluang bagi perusahaan antara lain :

a. Dukungan pemerintah terhadap UMKM

Dukungan pemerintah setempat terhadap UMKM bagi perkembangan industri dodol Garut cukup besar, diantaranya dengan pemberian izin mendirikan perusahaan yang tidak terlalu rumit serta pelaksanaan pembinaan dan pelatihan yang dilakukan oleh Dinas Perindustrian Kabupaten Garut dengan melibatkan berbagai pihak antara lain : perguruan tinggi, balai penelitian dan pengembangan, lembaga keuangan, konsultan, LSM, BUMN, BUMD dan badan usaha lainnya. b. Ketersediaan kredit bagi UMKM

Ditandai dengan adanya kerjasama yang dilakukan oleh Dinas Perindustrian Kabupaten Garut dengan berbagai pihak dalam penyaluran bantuan kredit bagi UMKM. Salah satunya, yaitu kerjasama yang dilakukan dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan propinsi Jawa Barat, Bank syariah, PT. Telkom dan PT. Pelindo II yang memberikan bantuan modal kerja cukup besar.

PD ’X’ saat ini sudah tidak mendapatkan pinjaman lunak dari instansi pemerintah, tetapi dengan stabilnya aktivitas usaha perusahaan telah memiliki akses e perbankan untuk mendapatkan fasilitas kredit komersial. Peran pemerintah dalam mendukung UMKM saat ini melalui program Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang disalurkan melalui perbankan nasional. Kelebihan dari KUR dari kredit usaha biasa untuk sektor UMKM adalah kemudahan dalam pemenuhan persyaratan bank teknis dan mendapat penjaminan dari pemerintah.

Total kredit perbankan yang tersalur pada tahun 2008 untuk Kabupaten Garut total sebesar 2,51 triliun (Data Bank Indonesia) atau dalam

(34)

periode tahun 2005 – 2008 tumbuh sebesar 19,4%. Total total kredit produktif dengan besaran kredit Rp. 0 – Rp. 500 juta mencapai 20% dai total kredit erbankan di Kabupaten Garut.

c. Perilaku belanja masyarakat

Permintaan konsumen terhadap produk perusahaan selalu meningkat khususnya pada hari-hari tertentu misalnya, yaitu pada hari raya Idul Fitri, Tahun Baru Islam dan hari-hari besar keagamaan lainnya. Hal ini disebabkan karena pada hari-hari tersebut masyarakat Kabupaten Garut mempunyai kebiasaan menyediakan dodol Garut khususnya dodol buah sebagai makanan pelengkap di hari-hari besar keagamaan. d. Perkembangan teknologi

Seiring dengan perkembangan teknologi informasi memberikan peluang yang besar bagi perusahaan. Salah satunya, yaitu dengan adanya jaringan inernet maka dapat memperluas wilayah pemasaran dan jaringan distribusi produk sehingga konsumen dapat mengakses produk perusahaan dengan mudah.

e. Meningkatnya permintaan dodol curah

Permintaan konsumen terhadap produk dodol kiloan/loss lebih besar dibandingkan dengan dodol kemasan. Hal disebabkan karena harganya yang lebih murah dan kuantitas yang lebih banyak dibandingkan dodol kemasan dus.

Menurut penilaian dari pihak perusahaan faktor-faktor yang merupakan ancaman bagi perusahaan di antaranya yaitu :

a. Tingkat persaingan dalam industri

Menurut data dari Dinas Peindustrian Kabupaten Garut tercatat 83 perusahaan yang bergerak dalam industri ini. Hal ini mengakibatkan persaingan yang cukup kompetitif diantara perusahaan dalam industri ini sehingga dapat mengancam eksistensi produk perusahaan di pasar. Produk dodol buah hampir 100% dijual kiloan tanpa merk, sehingga persaingan lebih kepada tingkat harga yang lebih murah.

(35)

Rendahnya hambatan masuk ke dalam industri ini mengakibatkan banyaknya perusahaan baru yang masuk ke dalam industri ini, diantaranya yaitu modal yang dibutuhkan tidak terlalu besar, teknologi pengolahan yang sederhana, bahan baku yang mudah didapat serta dapat dilakukan dalam industri skala kecil (home industry).

Total jumlah usaha dengan omset pertahun diatas Rp. 500 juta di kabupaten Garut mencapai 1.005 unit (Data BPS). Dari total unit usaha tersebut sebanyak 62% dengan omset Rp. 500 juta – Rp. 1 miiar (katagori PD ’X’).

c. Tingkat inflasi

Tingkat inflasi Kabupaten Garut yang tinggi menyebabkan kenaikan BBM, tarif dasar listrik dan tarif telepon sehingga berdampak pada biaya transportasi yang selanjutnya akan meningkatkan biaya produksi karena naiknya biaya bahan baku yang digunakan seperti pengadaan pepaya, sirsak dan nenas. Kenaikan bahan baku rataan mencapai 30% dari harga sebelumnya. Tingkat inflasi Kabupaten Garut yang dipcu oleh kenaikan BBM pada tahun 2005 mencapai 16,14% dan tahun 2006 sebesar 11,42%. Hal tersebut berdampak pula pada kenaikan harga gula yang merupakan bahan baku utama dodol.

d. Adanya produk sejenis yang lebih murah

Banyaknya perusahaan baru yang masuk ke dalam industri ini mengakibatkan banyaknya produk yang beredar di pasar dengan berbagai merek dan harga yang bervariatif. Dalam meraih calon komsumen baru, perusahaan baru ini memproduksi produk dodol murah di pasar dengan berbagai merek dan harga yang rendah dari harga pasar.

Melalui penilaian pihak manajemen perusahaan terhadap faktor kunci internal perusahaan, maka dapat diidentifikasi kekuatan yang dimiliki oleh perusahaan yaitu :

(36)

a. Tenaga kerja setempat

Penggunaan tenaga setempat memberikan keuntungan bagi PD ”X” dan masyarakat sekitarnya karena dengan keterbatasan lapangan pekerjaan maka dapat membuka lowongan pekerjaan bagi masyarakat sekitar juga dapat menekan biaya tenaga kerja bagi PD ”X”.

b. Penggunaan mesin dalam produksi

Mesin yang digunakan oleh PD ”X”, yaitu mesin pres dan mesin pemarut. Hal ini dilakukan agar dapat mempercepat proses produksi. c. Strategi harga yang efektif dan bersaing

PD ”X” dalam menetapkan harga jual produknya menetapkan harga jual dengan mengikuti harga pasar yang berlaku dengan perhitungan harga jual produk perusahaan didasarkan pada harga jual yang dikeluarkan oleh perusahaan pesaing, sehingga harga jual produk PD ”X” tetap kompetitif.

d. Produk berkualitas

Dalam pengenadalian mutu produk, PD ”X” mengacu pada prinsip manajemen mutu terpadu. Pengawasan mutu dilakukan pada setiap tahapan produksi, yaitu pengawasan mutu bahan, mutu proses, mutu produk akhir dan mutu pengemasan. Hal ini dilakukan untuk mernperkecil peluang terjadinya cacat produk-produk di bawah standar sehingga produk yang dihasilkan berkualitas.

e. Modal milik sendiri

Seluruh modal yang digunakan berasal dari modal sendiri sehingga akan mengurangi resiko usaha. Saat ini PD ”X” tidak melakukan pinjaman kepada pihak lain sehingga struktur permodalan cukup sehat dan kuat.

Kelemahan yang dimiliki perusahaan meliputi a. Pengelolaan manajemen yang kurang efektif

Hal ini terlihat dari kurang efektifnya kontrol perusahaan terhadap kegiatan manajemen perusahaan secara umum, diantaranya yaitu tidak adanya spesifikasi tugas yang jelas dan kegiatan administrasi yang kurang baik dengan tidak adanya catatan laporan keuangan.

(37)

b. Kurangnya tenaga pemasaran

Hal ini ditandai dengan sedikitnya jumlah tenaga pemasaran untuk wilayah perlasaran yang cukup luas sehingga akan mengakibatkan kurarg efektifnya kegiatan pemasaran produk perusahaan. Peran tenaga pemasaran sangat penting bagi kemajuan perusahaan.

c. Promosi belum optimal

Hal ini ditandai dengan kurangnya kegiatan promosi yang dilakukan oleh perusahaan disebabkan karena keterbatasan tenaga pemasaran sehingga mengakibatkan pemasaran belum merata.

d. Produk yang mudah ditiru

Dodol Garut merupakan makan khas daerah Garut yang pengolahannya dapat dilakukan secara sederhana dan tradisional, sehingga hal ini akan memudahkan pengusaha baru untuk masuk ke dalam industri ini karena produk dodol Garut mudah ditiru.

e. Keterbatasan modal usaha

Modal usaha yang digunakan PD ”X” seluruhnya berasal dari modal sendiri tanpa adanya pinjaman pada pihak lain sehingga dengan adanya keterbatasan dalam modal usaha ini perusahaan mengalami kesulitan dalam pengembangan usahanya.

2. Analisis Faktor Internal dan Eksternal

Berdasarkan identifikasi terhadap faktor-faktor internal dan eksternal perusahaan yang berpengaruh terhadap pengembangan usaha dodol buah. Melalui kuisioner yang telah diisi dan wawancara dengan pemilik perusahaan, kepala bagian keuangan dan kepala bagian produksi yang dianggap pakar dan memiliki kapasitas sebagai pengambil keputusan dalam perusahaan, kemudian dilakukan pembobotan dengan menggunakan metode paried comparison (perbandingan berpasangan) sehingga diperoleh bobot dari masing-masing variabel internal perusahaan. Demikian pula dengan pemberian peringkat (rating), penentuan peringkat dilakukan oleh tiga pakar yang sama dan data yang diambil adalah data rataan dari ketiga pakar tersebut, sehingga didapatkan nilai terboboti dari faktor-faktor tersebut.

(38)

a. Analisis faktor penentu internal

Dengan memasukkan hasil identifikasi kekuatan dan kelemahan sebagai faktor strategis internal, selanjutnya diberikan bobot serta peringkat (rating) untuk setiap faktor, maka dapat diperoleh hasil seperti terlihat pada Tabel 24.

Tabel 24. Faktor Strategis Internal PD “X” Tahun 2009

Faktor Strategis Internal Bobot Rating Skor Kekuatan

Tenaga kerja setempat 0,111 3.33 0.370

Penggunaan mesin 0,096 3.67 0.353

Harga bersaing 0,102 3.67 0.373

Produk bermutu 0,096 4.00 0.385

Modal milik sendiri 0,096 3.33 0.321

Kelemahan

Manajemen kurang efektif 0,094 2.00 0.189 Keterbatas tenaga pemasaran 0,107 1.67 0.179

Promosi belum optimal 0,093 1.00 0.093

Produk mudah ditiru 0,104 2.00 0.207

Keterbatasan modal usaha 0,100 1.00 0.100

Jumlah 2.571

Hasil evaluasi matriks ini selanjutnya digabungkan dengan hasil evaluasi matrik eksternal dan dengan menggunakan Matriks Internal-Eksternal, kemudian matriks tersebut dipetakan posisi perusahaan dalam suatu diagram untuk mempermudah merumuskan formulasi alternatif strategi bisnisnya.

Berdasarkan hasil perhitungan di atas terlihat bahwa produk bermutu diakui sebagai faktor paling penting dalam kegiatan produksi dengan nilai skor 0,385 dan merupakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk memberikan yang terbaik bagi konsumen, hal ini terkait dengan adanya komitmen pihak manajemen terhadap mutu produk terhadap harga yang bersaing dipasaran (skor 0,373). Selain kekuatan, perusahaan juga memiliki kelemahan pada produk yang mudah ditiru dengan nilai skor tertinggi 0,207 dan manajemen yang kurang efektif di perusahaan dengan skor 0,189.

(39)

b. Analisis faktor penentu eksternal

Berdasarkan identifikasi terhadap faktor-faktor eksternal perusahaan berupa peluang (opportunities) dan ancaman (threats) yang berpengaruh terhadap pengembangan usaha dodol buah (Lampiran 4). Dengan memasukkan hasil identifikasi peluang dan ancaman sebagai faktor strategis, kemudian memberikan bobot serta peringkat (rating) maka dapat diperoleh hasil seperti terlihat pada Tabel 25.

Tabel 25. Faktor Strategis Eksternal PD ”X” Tahun 2009

Faktor Strategis Eksternal Bobot Rating Skor Peluang

Dukungan pemerintah 0,137 3,00 0,410

Keterbatasan kredit 0,100 2,67 0,265

Perilaku belanja 0,104 3,33 0,347

Perkembangan teknologi 0,104 3,67 0,382

Permintaan dodol murah 0,113 3,33 0,378

Ancaman

Tingkat persaingan dalam industri 0,109 3,33 0,363

Ancaman pendatang baru 0,113 3,00 0,340

Tingkat inflasi 0,111 2,67 0,296

Adanya produk sejenis 0,109 3,67 0,399

Jumlah 1,000 3,181

Berdasarkan hasil perhitungan di atas terlihat bahwa adanya dukungan pemerintah daerah kabupaten Garut melalui Dinas Perindustrian, Perdagangan Koperasi dan UMKM (skor 0,410) merupakan kesempatan atau peluang yang diperoleh PD ”X” dalam pengembangan usaha dodol buah khususnya dalam memberikan solusi pemasaran. Selain itu, perusahaan juga menggunakan peluang kemajuan teknologi (skor 0,382) dan meningkatnya permintaan dodol murah secara umum berpengaruh terhadap pengembangan usaha dodol buah.

Adanya produk sejenis menjadi ancaman yang besar terhadap perusahaan dengan nilai skor 0,399, hal ini berkaitan erat dengan daya beli masyarakat terhadap produk makanan. Selain itu, tingkat persaingan yang ketat (skor 0,363) dalam usaha dodol dan adanya

(40)

pendatang baru (skor 340) juga merupakan ancaman yang serius baik dari perusahaan dengan skala usaha yang sama maupun semi modern serta tradisional.

3. Analisis Strategi Pemasaran

Dari hasil evaluasi dan analisis yang telah dilakukan, selanjutnya dilakukan analisis internal eksternal yang menghasilkan matriks Internal – Eksternal (IE) sehingga dapat diketahui posisi perusahaan untuk mempermudah dalam pemilihan alternatif strategi.

Pemetaan posisi perusahaan sangat penting bagi pemilihan alternatif strategi dalam menghadapi persaingan dan perubahan yang terjadi dalam perusahaan dodol buah. Dengan total nilai pada matriks internal sebesar 2,571 maka PD ”X” memiliki faktor internal yang tergolong sedang atau rataan dalam melakukan usaha dodol buah. Total nilai matriks eksternal sebesar 3,181 memperlihatkan respon yang diberikan oleh PD ”X” kepada lingkungan eksternal tergolong tinggi. Secara lengkap matriks dan posisi PD ”X” relatif terhadap perusahaan dodol buah dapat dilihat dalam Gambar 9.

I Pertumbuhan II Pertumbuhan III Stabilitas IV Pertumbuhan V Stabilitas VI Penciutan VII Stabilitas VIII Penciutan IX Likuidasi Gambar 9. Matriks IE PD ”X”

Kuat Rata-rata Lemah

4,0 3,0 2,0 Tinggi Menengah Rendah 1,0 1,0 2,0 3,0 Total Skor Evaluasi Faktor Eksternal

Total Skor Evaluasi Faktor Internal

2,571 3.181

(41)

Apabila masing-masing total skor dari faktor internal maupun eksternal dipetakan dalam matriks, maka posisi perusahaan saat ini adalah pada kotak di kuadran kedua yang berarti inti strategi yang diterapkan perusahaan adalah strategi pertumbuhan. Dengan posisi tersebut, maka strategi tingkat perusahaan yang dapat dikembangkan adalah Intensive Strategy (market penetration, market development dan product development). Dengan melihat kondisi perusahaan saat ini, intensive strategi yang paling tepat dilakukan adalah market penetration dan market development mengingat masalah utama yang dihadapi perusahaan adalah masalah pendanaan dan pemasaran.

4. Analisis Matriks SWOT

Berdasarkan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang diperoleh melalui audit eksternal dan internal, maka dapat diformulasikan alternatif strategi yang dapat diambil. Formulasi strategi ini dilakukan dengan menggunakan alat analisis SWOT pada Tabel 26. Adapun alternatif strategi yang dihasilkan adalah sebagai berikut :

Gambar

Tabel 5. Jenis dan jumlah tenaga kerja PD “X”
Tabel 6. Sumber daya fisik perusahaan
Gambar 3. Persiapan bahan baku sirsak dan bubur sirsak siap olah
Gambar 4. Proses pengolahan dodol melon
+7

Referensi

Dokumen terkait

Nilai faktor konversi produksi kopi jahe pada industri Sal-Han sebesar 1,20 didapatkan dari pembagian jumlah produksi sebesar 90 kg dengan jumlah bahan baku

Hasil jumlah gas metana yang disebabkan oleh berkurangnya jumlah penduduk pada skenario 2, jika dibandingkan dengan jumlah gas metana yang dihasilkan tanpa skenario

PT Nippon Indosari Corpindo memiliki keterbatasan dalam menentukan penjadwalan produksi, yaitu: (1) Terbatasnya jumlah line yang ada memaksa bagian produksi secara

Berdasarkan hasil penelitian hibridisasi buatan kacang tanah menunjukkan bahwa ratio jumlah ginofor yang dihasilkan dibagi dengan jumlah bunga yang disilangkan (Ratio JG/JB)

baik, hal tersebut terlihat dari indikator suku bunga sebesar 0.24.. Proportion of

Nilai faktor konversi produksi kopi jahe pada industri Sal-Han sebesar 1,20 didapatkan dari pembagian jumlah produksi sebesar 90 kg dengan jumlah bahan baku

Pada model regresi yang dihasilkan, terlihat bahwa gaya kepemimpinan Kepala Cabang yang memiliki pengaruh paling signifikan terhadap partisipasi kerja karyawan

Departemen Supply membuat proses penjadwalan dalam memenuhi kebutuhan bahan baku dari pemasok yang dijadwalkan secara tepat dalam jumlah maupun waktu dengan persediaan bahan