• Tidak ada hasil yang ditemukan

JENIS DAN KOMPOSISI PL ANKTON PADA BUDIDAYA POLIKULTUR UDANG WINDU, UDANG VANAME, IKAN BANDENG, DAN RUMPUT LAUT DI TAMBAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "JENIS DAN KOMPOSISI PL ANKTON PADA BUDIDAYA POLIKULTUR UDANG WINDU, UDANG VANAME, IKAN BANDENG, DAN RUMPUT LAUT DI TAMBAK"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

JENIS DAN KOMPOSISI PL ANKTON PADA BUDIDAYA POLIKULTUR UDANG

WINDU, UDANG VANAME, IKAN BANDENG, DAN RUMPUT LAUT DI TAMBAK

Machluddin Amin dan Hidayat Suryanto Suwoyo Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau

Jl. Makmur Dg. Sitakka No. 129, Maros 90512, Sulawesi Selatan E-mail: litkanta@indosat.net.id

ABSTRAK

Penelitian bertujuan mengetahui kondisi plankton pada budidaya polikultur udang windu, udang vaname, ikan bandeng, dan rumput laut di tambak telah dilakukan dengan menggunakan tambak ukuran 0,5 ha sebanyak 6 petak. Sebagai perlakuan yang dicobakan adalah polikultur udang windu, udang vaname, ikan bandeng, dan rumput laut yaitu: A = (udang windu 10.000 ekor/ha + bandeng 1.200 ekor/ha + rumput laut 2.000 kg/ha; B = (udang vaname 10.000 ekor/ha + bandeng 1.200 ekor/ha + rumput laut 2.000 kg/ha; dan C = (udang windu 5.000 ekor/ha + udang vaname 5.000 ekor/ha + bandeng 1.200 ekor/ha + rumput laut 2.000 kg/ha). Masing-masing perlakuan dengan 2 ulangan dan waktu pemeliharaan berlangsung selama 3 bulan. Pengamatan plankton dilakukan setiap 2 minggu dengan menyaring contoh air tambak sebanyak 100 L dengan plankton net kemudian dipadatkan menjadi 100 mL untuk dianalisis jumlah dan jenisnya dengan bantuan mikroskop. Hasil penelitian menunjukkan jumlah jenis dan kelimpahan plankton tertinggi diperoleh pada perlakuan B yakni 14 genera dan 1.464 ind./L.

KATA KUNCI: jenis, komposisi, plankton, polikultur, tambak PENDAHULUAN

Polikultur merupakan metode budidaya yang digunakan untuk pemeliharaan banyak komoditi dalam satu lahan. Dengan sistem ini diperoleh manfaat yaitu tingkat produktivitas lahan yang tinggi. Pada prinsipnya terdapat beberapa hal yang berkaitan dengan komoditi yang harus diatur sehingga tidak terjadi persaingan dalam memperoleh pakannya. Selain itu, setiap komoditi peliharaan diharapkan dapat saling memanfaatkan sehingga terjadi sirkulasi dalam satu lokasi budidaya. Penerapan teknik budidaya secara polikultur diharapkan dapat meningkatkan daya dukung lahan tambak pada keadaan tertentu, di mana pertumbuhan komoditi peliharaan akan tetap stabil. Menurut Mangampa & Pantjara (2009), keuntungan budidaya polikultur adalah adanya kemungkinan untuk memperoleh lebih dari satu komoditas dan terlaksananya pemanfaatan ruang secara optimal, peningkatan daya dukung lahan, perbaikan kualitas lingkungan yang dapat mengurangi risiko kegagalan panen dibanding sistem budidaya monokultur, dan peningkatan nilai tambah bagi pembudidaya tambak.

Peranan plankton di perairan sangat penting karena plankton merupakan pakan alami bagi ikan kecil dan hewan air lainnya. Plankton merupakan mata rantai utama dalam rantai makanan di perairan plankton dalam suatu perairan mempunyai peranan yang sangat penting. Keberadaan plankton di tambak di samping berfungsi sebagai pakan udang dapat pula berperan sebagai salah satu dari parameter ekologi yang dapat menggambarkan kondisi suatu perairan. Menurut Dawes (1981), salah satu ciri khas organisme fitoplankton yaitu merupakan dasar mata rantai pakan di perairan. Oleh karena itu, kehadirannya di suatu perairan dapat menggambarkan karakteristik suatu perairan apakah berada dalam keadaan subur atau tidak. Raynolds et al. (1984). Mengemukakan bahwa kelimpahan plankton di suatu perairan dipengaruhi oleh beberapa parameter lingkungan dan karakteristik fisiologinya.

Komposisi dan kelimpahan plankton akan berubah pada berbagai tingkatan sebagai respons terhadap perubahan-perubahan kondisi lingkungan baik fisik, kimia maupun biologi (Raynolds et al., 1984). Plankton terdiri atas fitoplankton yang merupakan produsen utama dan dapat menghasilkan makanannya sendiri dan merupakan makanan bagi hewan seperti zoo, ikan, udang melalui proses

(2)

fotosintesis dan zooplankton yang bersifat hewani dan beraneka ragam. Fitoplankton adalah makanan yang terpenting dalam perikanan darat yang merupakan makanan primer. Suatu perairan dikatakan subur apabila di dalamnya banyak terdapat produsen primer yaitu fitoplankton baik kuantitas maupun kualitasnya.

BAHAN DAN METODE

Penelitian menggunakan tambak ukuran 0,5 ha sebanyak 6 petak. Perlakuan yang dicobakan adalah polikultur udang windu, udang vaname, bandeng, dan rumput laut, di tambak yaitu: perlakuan A = (udang windu 10.000 ekor/ha + bandeng 1.200 ekor/ha + rumput laut 2.000 kg/ha), perlakuan B = (udang vaname 10.000 ekor/ha + bandeng 1.200 ekor/ha + rumput laut 2.000 kg/ha), dan perlakuan C = (udang windu 5.000 ekor/ha + udang vaname 5.000 ekor/ha + bandeng 1.200 ekor/ ha + rumput laut 2.000 kg/ha). Masing-masing perlakuan dengan 2 ulangan dan waktu pemeliharaan selama 3 bulan. Udang windu dan udang vaname yang ditebar masing-masing dengan bobot 0,104 dan 0,129 g/ekor. Sedangkan bandeng yang ditebar dengan ukuran 120-150 g/ekor.

Pengamatan plankton dilakukan sebanyak 5 kali dengan menyaring air contoh dari masing-masing unit tambak perlakuan sebanyak 100 L dengan plankton No. 25 kemudian dipadatkan menjadi 100 mL untuk dianalisis dengan menggunakan alat bantu SRC (Sedgwick rafter counter cell) yang dilihat di bawah mikroskop. Identifikasi plankton dilakukan sampai tingkat genera dengan berpedoman kepada buku Yamaji (1976) dan kelimpahan plankton dihitung berdasarkan rumus APHA (2005):

di mana :

N = kelimpahan plankton (ind./L) T = jumlah kotak dalam SRC (1000)

L = jumlah kotak dalam satu lapang pandang P = jumlah plankton yang teramati

p = jumlah kotak SRC yang diamati V = volume air dalam botol sampel v = volume air dalam kotak SRC W = volume air tambak yang tersaring

Indeks keragaman plankton dihitung berdasarkan rumus Shanon Wiever (Wilhm & Dorris in Masson, 1981):

di mana:

H = Indeks keanekaragaman Shanon-Wiever

H’ maks = ln S

S = jumlah spesies

Indeks dominansi dihitung berdasarkan Indeks Simpson in Legendre Legendre (1983) sebagai berikut:

  n 1 i pi In pi - H'

 (ni/N)2 C W 1 x v V x P P x L T N 

(3)

di mana:

C = indeks dominansi Simpson Ni = jumlah individu jenis ke-1 N = jumlah total individu

Pengamatan kualitas air meliputi: salinitas, pH, oksigen terlarut, suhu dilakukan setiap 3 hari dan bahan organik total, NH4-N, NO3-N, PO4=P dan N)2-N dilakukan setiap 2 minggu.

HASIL DAN BAHASAN

Jumlah Jenis dan Individu Plankton

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa jumlah jenis (genera) plankton yang diperoleh selama penelitian di tambak adalah 21 individu terdiri atas fitoplankton 10 genera dan zooplankton 11 genera. (Lampiran 1). Jumlah genera plankton yang diperoleh tertinggi pada perlakuan B (14 genera) menyusul perlakuan A (12 genera) dan perlakuan C (11 genera) (Tabel 1). Kelimpahan individu plankton tertinggi diperoleh pada perlakuan B (1.464 ind./L) menyusul perlakuan A (247 ind./L) dan perlakuan C (186 ind./L) (Tabel 1). Kelimpahan individu plankton, indeks biologi selama penelitian disajikan pada Tabel 1. Pada Tabel 1 menunjukkan rataan jumlah genera plankton tertinggi diperoleh pada stasiun B yaitu 14 genera menyusul perlakuan A dan C masing-masing 12 dan 11 genera. Berdasarkan data ini menunjukkan bahwa penambahan jumlah jenis plankton di setiap stasiun sekaligus diikuti pertambahan jumlah individunya.

Komposisi Jenis Plankton

Komposisi plankton terdiri atas fitoplankton yang memiliki 10 genera dan zooplankton memiliki 2 genera. Fitoplankton yang diperoleh didominasi oleh kelas Bacillariophyceae sebanyak 6 genera, menyusul masing-masing kelas Dinoflagellata 2 genera, kelas Cyanophyceae, dan Chlorophyceae masing-masing 1 genera (Lampiran 1). Dominasi fitoplankton dari kelas Bacillariophyceae dibanding dengan kelas lainnya di tambak juga didapatkan oleh Amin (2007); Amin & Mansyur (2008). Hal ini menunjukkan bahwa kelas Bacillariophyceae mempunyai kemampuan yang lebih tinggi untuk berkembang dan beradaptasi dengan lingkungan tambak dibanding dengan kelas lainnya. Menurut Sachlan (1982), bahwa fitoplankton dari kelas Bacillariophyceae ini bersifat kosmopolit dan cepat berkembang.

Indeks Biologi Plankton

Hasil indeks keanekaragaman (E) yang diperoleh selama penelitian menunjukkan plankton pada perlakuan A dan B berada pada kondisi labil masing-masing nilai 0,933 dan 0,948 serta perlakuan C berada kondisi sedang yaitu dengan nilai 1,238 (Tabel 1). Indeks keseragaman (E) yang diperoleh pada semua perlakuan rata-rata cenderung mendekati nilai satu (1) berarti keseragaman plankton antar genera tinggi, artinya kekayaan individu yang dimiliki masing-masing genera tidak jauh berbeda.

A B C

Jumlah jenis (genera) 12 14 11

Jumlah individu Iind./L) 247 1.464 186

Indeks biologi

Indeks keragaman 0,933 0,948 1,238

Indeks keseragaman 0,661 0,6450 0,8323

Indeks dominansi 0,5263 0,5267 0,2895

Parameter Perlakuan

Tabel 1. Jumlah, jenis, dan indeks biologi plankton selama penelitian

(4)

Menurut Lind (1979) dalam Basmi (2000), bila indeks keseragaman mendekati satu menunjukkan jumlah individu pada masing-masing genera relatif sama, perbedaannya tidak menyolok. Kisaran indeks dominasi plankton yang diperoleh selama penelitian yaitu perlakuan A = 0,5263; perlakuan B = 0,5267; dan perlakuan C = 0,2895 (Tabel 1). Berdasarkan nilai pada Tabel 1 tersebut menunjukkan bahwa perlakuan A dan B menunjukkan dalam struktur komunitas ditemukan adanya genera yang mendominasi genera lainnya. Hal ini mencerminkan sruktur komunitas dalam keadaan labil. Berdasarkan Lampiran 1 pada semua perlakuan menunjukkan Genera Chaetoceros dan Oscillatoria memiliki jumlah individu yang lebih tinggi dibanding dengan genera lainnya. Selanjutnya pada perlakuan C diperoleh indeks dominansi mendekati 0 yaitu 0,2890 yang menunjukkan komunitas plankton agak stabil (Basmi, 2000).

Kualitas Air

Kualitas air mempunyai peranan penting kaena merupakan salah satu faktor pendukung untuk pertumbuhan dan reproduksi fitoplankton suatu perairan. Hasil pengamatan kualitas air selama penelitian tertera pada Tabel 2. Suhu air yang teramati selama penelitian untuk semua perlakuan berkisar 27,2°C-31,0°C. Berdasarkan data tersebut menunjukkan secara keseluruhan semua perlakuan suhu airnya masih layak untuk mendukung kehidupan fitoplankton. Menurut Effendi (2000), bahwa kisaran suhu optimum bagi pertumbuhan fitoplankton adalah 20°C-30°C. Kandungan oksigen untuk semua perlakuan adalah berkisar 2,0-5,9 mg/L masih layak untuk pertumbuhan plankton.

Hasil pengamatan pH air media percobaan selama penelitian untuk semua perlakuan berkisar 7,5-8,58 masih layak untuk untuk pertumbuhan fitoplankton sesuai yang dikemukakan oleh Boyd (1990) bahwa kebanyak perairan alami adalah pH 5-10 dengan frekuensi 6,5-9,0. Selanjutnya hasil pengamatan salinitas pada semua perlakuan relatif mempunyai nilai yang sama di mana fitoplankton masih dapat bertahan yaitu 43-57 ppt. Kisaran salinias yang agak tinggi disebabkan penelitian pada saat musim kemarau. Namun demikian menurut Sachlan (1982), bahwa nilai salinitas di atas 20 ppt memungkinkan fitoplankton dapat bertahan hidup, memperbanyak diri, dan dapat aktif melakukan proses fotosintesis.

Unsur hara nitrogen dan fosfor merupakan unsur hara utama yang dibutuhkan untuk pertumbuhan fitoplankton, sehingga merupakan faktor pembatas bagi fitoplankton. Unsur hara nitrogen yang dibutuhkan fitoplankton adalah dalam bentuk N-NO3 dan NH4, sedangkan fosfor dalam bentuk ortofosfat (PO4-P). Konsentrasi nitrat yang diperoleh pada semua perlakuan adalah rendah yakni berkisar 0,0001-1,000 mg/L. Menurut Mackentum (1969), untuk pertumbuhan optimal fitoplankton

A B C Suhu (°C) 27,2-30,3 27,2-30,1 27,2-31,0 DO (mg/L) 2,5-5,4 2,0-4,4 2,1-5,9 pH 7,5-8,5 7,7-8,7 7,3-8,8 Salinitas (ppt) 43-57 43-57 44-57 Alkalinitas (mg/L) 117,6-183,68 125,44-189,42 120,96-183,68 BOT (mg/L) 13,60-59,38 15,42-52,44 11,17-59,00 NH3 (mg/L) 0,0066-0,0745 0,0063-0,2276 0,0107-0,2216 NO2 (mg/L) 0,1300-0,1820 0,0145-0,0213 0,0307-0,2483 NO3 (mg/L) 0,0009-0,7000 0,0008-0,5000 0,0001-1,0000 Fe (mg/L) 0,0012-0,2950 0,0013-0,4690 0,0016-0,9120 SO4 (mg/L) 346,54-977,15 349,38-1.005,3 340,08-1.039,9 PO4 (mg/L) 0,1060 0,0336-7,6855 0,0426-8,2671 Perlakuan Parameter

Tabel 2. Kisaran kualitas air pada masing-masing perlakuan selama penelitian

(5)

memerlukan kandungan nitrat 0,9-3,5 mg/L. Rendahnya kandungan nitrat pada semua pererlakuan diduga di samping dimanfaatkan oleh rumput laut yang terdapat pada semua perlakuan juga oleh fitoplankton itu sendiri. Selanjutnya kandungan fosfat yang diperoleh selama penelitian memiliki kisaran yang cukup tinggi yaitu 0,0336-8,2671 mg/L. Menurut Bruno et al., 1979 dalam Widjaja et al. (1994), pertumbuhan optimal fitoplankton dibutuhkan kandungan ortofosfat 0,27-5,51 mg/L. KESIMPUL AN DAN SARAN

1. Jumlah jenis dan kelimpahan individu plankton tertinggi diperoleh pada perlakuan B, menyusul perlakuan A dan C.

2. Fitoplankton yang diperoleh didominasi oleh kelas Bacillariophyceae, didominasi oleh kelas Crustacea.

3. Keragaman plankton pada perlakuan A dan B tidak stabil, sedangkan perlakuan C tergolong sedang.

4. Keseragaman antar spesies plankton merata untuk semua perlakuan dan tidak terdapat spesies yang secara ekstrim mendominasi spesies lainnya.

DAFTAR ACUAN

Amin, M. 2007. Pengaruh Pemupukan Sususlan (Urea dan SP36) Terhadap Kompsisi dan Kelipahan Plankton pada Budidaya Udang (Litopenaenus vannamei) di Tambak. Prosiding Seminar Nasional Kelautan III. Universitas Hang-Tuah, hlm. 31-34.

Amin, M. & Mansyur, A. 2008. Pengarh dosis pemberian pakan pada budidaya udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) Pola Semi Intensif di Tambak Terhadap Komposisi dan Kelimpahan Plankton. Prosiding Seminar Nasional Perikanan dan Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu kelautan Universitas Brawijaya bekerja sama dengan Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan dan Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan. Malang. I-90-95.

APHA (American Public Health Association). 2005. Standard Methods For Examination of Water and Wastewater. APHA, 800 I Street, New York, p.10-167.

Basmi, H.J. 2000. Planktonologi: Sebagai indicator kualitas perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu kelauan, Institut Pertanian Bogor, 60 hlm.

Boyd, C.E. 1990. Water quality in pond for aquaculture. Alabama Agricultural Experiment Station Auburn University. Birmingham Publishing Co. Alabama, 482 pp.

Effendi, H. 2000. Telaah kualitas air bagi pengelolaan sumberdaya lingkungan perairan. Jurusan Sumberdaya Perairan dan Kelautan. IPB. Bogor, 258 hlm.

Legendre, L. & Legende, P. 1983. Numerial Ecology. Elsvier Scientific Publ. Co. New York. p. 419. Mackenthum, K.M. 1969. The practice of water pollution biology. United State Departement if inerior,

Federal Water Pollution Control Administration, Division of Technical Support., p. 278.

Mangampa, M. & Pantjara, B. 2009. Polikultur udang windu (Penaeus monodon), rumput laut (Gracilaria verucosa), dan bandeng (Chanos chanos Forskal) di lahan marginal. Prosiding Seminar dan Konferensi Nasional 2008. Bidang Budidaya Perairan. Universitas Brawijaya Malang. ISSN No. 978-979-25-8023-5.

Dawes, C.J. 1981. Marine Botany. A Wiley Interscience Publ., 628 pp.

Masson, C.V. , 1981. Biology of Water Pollution. Longman Scientificand Technical Longman Singapore PublisherPtc. Ltd. Singapore.

Newell, G.E. & Newell, R.C. 1977. Marine Plankton a Practical Guide 5th. Edition. Hutchinson of London, 244 pp.

Odum, E.P. 1971. Fundamental Ecology. Third Edition. W.B. Saunders, Co. Philadelphia, London. p. 574.

Raynolds, C.S., Tundisi, J.G., & Hino, K. 1984. Observation on a Metalimnetic Phytoplankton Population in A Stably Stratiffied Tropical Lake. Arch. Hydrobyol. Argentina, 97: 7-17.

Sachlan, M. 1982. Planktonologi. Correspondence Course Centre.Direktorat Jenderal Perikanan, Departemen Pertanian. Jakarta, 57 hlm.

(6)

Lampiran 1. Komposisi jenis plankton yang diperoleh selama penelitian

A B C Fitoplankton Chaetoceros X - -Coscinodiscus X X X Gleotrichia - X -Gymnodinium X - -Helamiaulus - - X Navicula X X -Oscillatoria X X X Pleurosigma - X X Prorocentrum X - -Protopridinium X X X Zooplankton Acartia X X X Apocyclops - X X Brachoinus X X X Copepoda X X X Microstella - X X Naupli Copepoda X X X Nitocra X X X Oithona X X X Temora X X X Tortanus X X X Larva Moluska X X X Perlakuan Jenis (genera)

Referensi

Dokumen terkait

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa SD Negeri Kelas IV dan V dengan usia 10-12 tahun di Gugus Merah Putih Kecamatan Wangon Kabupaten Banyumas berjumlah sebanyak 247

Data spasial oseanografi khususnya data suhu, salinitas, oksigen terlarut, derajat keasaman, turbiditas, dan kecerahan diperoleh dari pengukuran di beberapa titik observasi

Berdasarkan hasil uji t diatas maka dapat disimpulkan bahwa variabel produk, harga, promosi, dan tempat memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat

[r]

Berdasarkan pemaparan prestasi belajar di atas dapat diberikan penjelasan bahwa telah terjadi peningkatan prestasi belajar siswa dari siklus I mencapai rata-rata 63,33 naik menjadi

Selanjutnya hasil penekanan tombol tersebut akan dilanjutkan proses peneri- maan data input yang akan langsung diproses oleh Mikrokontroler AT89S51`dan setelah itu

Pemikirannya terhadap kreativitas yang terintegrasi dengan kehidupan sehari-hari, yang dalam penelitian ini adalah permainan digital memberikan sudut pandang