• Tidak ada hasil yang ditemukan

PARTAI POLITIK DAN KOMUNIKASI POLITIK:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PARTAI POLITIK DAN KOMUNIKASI POLITIK:"

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)

PARTAI POLITIK DAN KOMUNIKASI POLITIK:

Strategi Pemasaran Politik (Political Marketing)

Partai Solidaritas Indonesia

dalam Memperoleh Suara di DPRD Provinsi DKI Jakarta

pada Pemilu 2019

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Andy Sanjaya

NIM: 11151120000039

PROGRAM STUDI ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

iv ABSTRAK

Skripsi ini menganalisis tentang strategi pemasaran politik DPW PSI Jakarta yang mendapatkan delapan kursi di DPRD DKI Jakarta pada pemilu 2019. Tujuan penelitian ini ialah untuk melihat strategi yang digunakan oleh PSI Jakarta dalam menghadapi pemilu 2019, sehingga bisa mendapatkan delapan kursi untuk DPRD DKI Jakarta. Selain itu, tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui apa saja kendala yang dihadapi oleh PSI Jakarta pada saat kampanye pada pemilu 2019.

Pencapaian PSI sebagai partai baru sudah cukup berhasil bahkan bisa melebihi ekspektasi dari para pengurusnya. Partai yang penuh kontroversi dengan mengusung narasi anti korupsi dan anti intoleransi yang dicap sebagai partai anti Islam, namun mampu untuk mendapatkan delapan kursi di DPRD DKI Jakarta. PSI sebagai partai baru, apalagi dengan mengusung isu-isu yang sensitif menjadikan pencapaian PSI Jakarta ini luar biasa. Dengan cukup tegas untuk menentang korupsi dan intoleransi, PSI melenggang ke parlemen DKI Jakarta. Strategi pemasaran PSI Jakarta pada pemilu 2019 cukup efektif yang bertumpu pada push, pull dan pass political marketing. Ketiga strategi pemasaran politik ini cukup dijalankan dengan baik.

Penelitian ini menggunakan teori mengenai partai politik dan komunikasi politik. Fokus pembahasannya ialah untuk melihat strategi pemasaran politik yang digunakan oleh PSI Jakarta dalam sudut pandang political marketing. Metode yang digunakan penelitian ini ialah kualitatif, dengan pengambilan informasi dengan cara wawancara dan data-data dokumentasi. Analisis data penelitian ini terbagi menjadi tiga tahapan, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

Penelitian dengan metode kualitatif ini menyimpulkan bahwa strategi pemasaran politik DPW PSI Jakarta cukup efektif bertumpu pada dua strategi pemasaran politik yaitu push political marketing dan pull political marketing. Selain itu PSI dalam melakukan pemasaran politiknya menemukan faktor-faktor kendala yang dihadapi yaitu isu partai anti Islam, tidak lolos parlementary

threshold, dan narasi yang dibawa terlalu elitis (tidak mencapai masyarakat

menengah ke bawah).

Kata Kunci: PSI, Strategi, Komunikasi Politik, Pemasaran Politik, DPRD DKI

(7)

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang memberikan rahmat dan karunianya serta memberikan kemudahan, kesabaran, ketekunan serta kelancaran penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Strategi Pemasaran Politik (Political Marketing) Partai Solidaritas Indonesia dalam Memperoleh Suara di DPRD Provinsi DKI Jakarta pada Pemilu 2019” dapat terselesaikan tepat waktu. Shalawat serta salam tak lupa dipanjatkan kepada Nabi Muhammad SAW. Penulis sadar bahwa skripsi ini masih terdapat benyak kekurangan dari segala sisi, baik struktur penulisan maupun isi dari skripsi.

Penulis menyadari bahwa begitu banyak hambatan dan kendala dalam proses penulisan skripsi ini. Namun syukur alhamdulillah berkat doa dan dukungan seluruh pihak, skripsi ini dapat terselesaikan. Dalam kata pengantar ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Amany Lubis, M.A. rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Prof. Dr. Ali Munhanif, M.A. dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

(FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. Iding Rosyidin, M.Si., selaku ketua Program Studi Ilmu Politik dan juga selaku dosen Pembimbing Skripsi yang selalu memberikan arahan dan masukan serta dukungan untuk segera menyelesaikan skripsi penulis. 4. Suryani, M.Si., selaku sekretaris Program Studi Ilmu Politik dan juga

selaku dosen Penasihat Akademik yang selama perkuliahan dengan sangat terbuka untuk memberi solusi yang penulis keluhkan semasa perkuliahan.

(8)

vi

5. Dr. A. Bakir Ihsan, M.Si., dan Dr. Idris Thaha, M.Si., sebagai penguji sidang skripsi. Terimakasih telah meluangkan waktu untuk menguji skripsi penulis dan memberi kritik.

6. Seluruh dosen Program Studi Ilmu Politik yang telah memberikan sangat banyak ilmu dan pengalaman yang bermanfaat.

7. Orang tua penulis M.Shaleh, S.Sos, M.A. dan Siti Khadijah yang selalu memberikan dukungan moril dan materil serta doa yang tidak pernah putus untuk penulis. Kak Amel dan Kak Hafiz serta keponakan penulis Lail, Hilyah dan Zella yang menjadi penyemangat penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Sekretaris Jenderal DPW PSI Jakarta Elva Farhi Qolbi, Anggara Wicitra selaku anggota legislatif DPRD Provinsi DKI Jakarta dari fraksi PSI Jakarta, Ketua DPW PSI Jakarta Michael Sianipar dan Dr. Gun Gun Heriyanto, M.Si., selaku pengamat komunikasi politik. Terima kasih banyak sudah bersedia menjadi narasumber penulis dan memberikan banyak informasi yang penulis butuhkan.

9. Sopian Hadi, Riyan Hidayat, Lutfi H.B., Toni, Hendri Satrio, Dendi Budiman, Alfrad Rusyid, Gerry, Travel, Juansyah, Fajar Fachrian, dan Indra. Terima kasih telah menjadi mentor terbaik bagi penulis semasa perkuliahan.

10. Sultan Rivandi, Redidzia Hernandi, Syauqi Alsunni, Chivalry Moraza, Firman Ihsan, Fadly Imam, Oka Pangestu, Nurul Fazriah, dan Hasan Albana. Terima kasih telah menjadi teman diskusi dan berdinamika.

(9)

vii

11. Segenap keluarga Omdofams Arindi Amiranti, Linda Prilian, Shika Putri, Resi, Umar, Ugi, Juvan, dan Iska. Terima kasih telah menjadi support

system dan keluarga bagi penulis dalam segala apapun.

12. Agung Legiawan dan Fauzi Nugeraha, terima kasih telah menjadi sahabat, keluarga dan juga mentor bagi penulis yang siap menerima keluh kesah penulis dan cerita tentang pengalaman hidup baik suka mau pun duka. 13. Keluarga Redbull Daffa Daud, Adelia, M.Cahya, Faiz, Dimas, Inas, Lila,

Helma, Reza Hafiz, Dayat, Nabillah, dan Siti Arpiah. Terima kasih telah menjadi sahabat yang baik bagi penulis semasa perkuliahan.

14. Teman-teman Ilmu Politik 2015, terima kasih sudah menjadi kawan berproses selama masa perkuliahan penulis.

15. Keluarga Ruang Publik Politik (Rublik) Rexsy, Fahri, Mikail, Musto, dan Aggi Wildan terima kasih telah menjadi tempat penulis berproses dan berdialektika.

16. Terimakasih keluarga Leppami Cabang Ciputat yang telah menjadi tempat berproses penulis sehingga penulis memahami tentang cinta pada alam. 17. Dewi, Yumi, Dessy, Dahimin, Asry Kaloko, Dhika, Rika, Imam, dan

Fawwaz. Terimakasih telah menjadi teman berproses dalam Perkumpulan Gerakan Kebangsaan.

18. Segenap keluarga HMI Komfisip Cabang Ciputat, terima kasih telah menjadi rumah kedua bagi penulis dalam berproses menjadi insan akademis, pencipta dan pengabdi yang bernafaskan Islam serta pengalaman semasa perkuliahan di UIN Syarif Hidayatullah.

(10)

viii

19. Teman-teman KKN Octagon, terima kasih telah menjadi teman berproses selama masa KKN dan pasca KKN di Gunung Malang.

20. Terakhir, terima kasih pada diri ini yang telah mampu berjuang sampai pada titik ini.

Penulis berharap semoga Allah SWT membalas segala kebaikan atas doa dan dukungan yang diberikan kepada penulis. Terima kasih untuk segala pihak yang turut berkontribusi dalam penyelesaian skripsi ini, mohon maaf penulis tidak sebutkan satu per satu. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi seluruh kalangan.

Jakarta, 15 Januari 2020

(11)

ix DAFTAR ISI

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... ii

ABSTRAK ... iii

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR SINGKATAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Pertanyaan Penelitian ... 11

C. Tujuan dan Manfaat ... 11

D. Tinjauan Pustaka ... 12

E. Metode Penelitian... 15

F. Sistematika Penulisan ... 18

BAB II KERANGKA TEORI DAN KONSEP ... 20

A. Strategi Pemasaran Politik (Political Marketing) ... 20

1.Push Political Marketing ... 22

2.Pull Political Marketing ... 22

3.Pass Political Marketing ... 23

B. Pemasaran Politik (Political Marketing) ... 23

1.Definisi ... 23

2.Elemen-elemen yang Harus Diperhatikan ... 25

3. Model Pendekatan Pemasaran Politik ... 26

(12)

x

1. Prinsip Dasar Partai Politik ... 32

2. Fungsi Partai Politik ... 33

D. Kerangka Berpikir ... 36

BAB III GAMBARAN UMUM DEWAN PIMPINAN WILAYAH PARTAI SOLIDARITAS INDONESIA JAKARTA ... 37

A. Sejarah Partai Solidaritas Indonesia ... 37

B. Sejarah DPW PSI Jakarta ...40

C. Visi dan Misi ... 42

D. Tujuan PSI ... 42

E. Fungsi PSI ... 43

F. Prinsip Politik PSI ... 43

G. Makna Filosofis Lambang PSI ... 47

BAB IV ANALISIS STRATEGI PEMASARAN POLITIK (POLITICAL MARKETING) PARTAI SOLIDARITAS INDONESIA DALAM MEMPEROLEH SUARA DI DPRD PROVINSI DKI JAKARTA PADA PEMILU 2019 ... 49

A. Strategi Pemasaran Politik (Political Marketing) PSI Jakarta ... 49

1. Push Political Marketing ... 50

2. Pull Political Marketing ... 58

3. Pass Political Marketing ... 70

B. Kendala yang Dihadapi PSI Jakarta Saat Kampanye ... 77

C. Hasil Pemilu ... 81

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 83

A. Kesimpulan ... 83

B. Saran ... 84

(13)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel I.A.1 Hasil Rekapitulasi Perolehan Suara Partai Politik Nasional Pemilu

Legislatif Tahun 2019 ... 6

Tabel I.A.2 Hasil Perolehan Suara dan Kursi Partai Politik pada Pemilihan Anggota DPRD DKI Jakarta Tahun 2019 ... 8

Tabel I.E.1 Daftar Narasumber ... 17

Tabel II.C.1 Tahapan Product Oriented Party (POP) ... 27

Tabel II.C.2. Tahapan Sales Oriented Party ... 28

Tabel II.C.3. Tahapan Market Oriented Party ... 39

Tabel III.B.1. Daftar Pengurus DPW PSI Jakarta ...41

Tabel IV.A.1 Hasil Penetapan Perolehan Kursi PSI di DPRD DKI Jakarta Periode 2019-2024 ... 83

(14)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar II.1 Kerangka Berpikir Strategi Pemasaran Politik (Political Marketing) PSI dalam Memperoleh Suara di DPRD DKI Jakarta pada Pemilu 2019 ... 36 Gambar III.1. Logo Partai Solidaritas Indonesia ... 47 Gambar IV.1. Senam Bersama Ibu-ibu di Daerah Pemilihan ... 52 Gambar IV.2. Anggara Wicitra Saat Sedang Menyerap Aspirasi Warga di Daerah Pemilihan ... 57 Gambar IV.3. Rian Ernest Wakil Ketua DPW PSI Jakarta dalam Acara Talkshow Debat Capres ... 59 Gambar IV.4. Twit Tsamara Amany tentang Pemberantasan Korupsi yang

Dilakukan Oleh KPK ... 62 Gambar IV.5. Twit PSI tentang Pesan Perlawanan terhadap Intoleransi ... 64 Gambar IV.6. Papan Reklame Anthony Winza bersama dengan Grace Natalie ... 69 Gambar IV.7. Flyer Acara Patungan Rakyat yang Dilakukan PSI DKI Jakarta ... 70 Gambar IV.8. Foto Rekaman Dukungan Hanung Bramantyo Untuk Memilih PSI pada Pemilu 2019 ... 72 Gambar IV.9. Panitia Seleksi Caleg DPRD PSI DKI Jakarta ... 75

(15)
(16)

xii

DAFTAR SINGKATAN

AD/ART : Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga BPP : Bilangan Pembagi Pemilih

BPS : Badan Pusat Statistik DKI : Daerah Khusus Ibukota

DPD RI : Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia DPD : Dewan Pimpinan Daerah

DPP : Dewan Pimpinan Pusat

DPR RI : Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia DPRD : Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

DPT : Daftar Pemilih Tetap DPW : Dewan Pimpinan Wilayah Golkar : Golongan Karya

Kemenkumham: Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Korpri : Korps Pegawai Republik Indonesia

Kosgoro : Koperasi Serbaguna Gotong Royong KPK : Komisi Pemberantasan Korupsi LSI : Lembaga Survey Indonesia

MKGR : Musyawarah Kerja Gotong Royong MOP : The Market Oriented Party

Nasdem : Nasional Demokrat NU : Nahdatul Ulama PAN : Partai Amanat Nasional Parmusi : Partai Muslim Indonesia

(17)

xiii Pemilu : Pemilihan Umum

Perti : Partai Islam

POP : The Product Oriented Party PP : Pengurus Pusat

PPP : Partai Persatuan Pembangunan PSI : Partai Solidaritas Indonesia PSII : Partai Sarikat Islam Indonesia RI : Republik Indonesia

SOP : The Sales Oriented Party TIDAR : Tunas Indonesia Raya

(18)
(19)

1 BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pemilu tahun 1999 dilaksanakan dengan sistem proporsional tertutup. Maka sepenuhnya untuk anggota legislatif yang mengisi di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dilimpahkan kepada kebijakan partai masing-masing. Pemilu tahun 2004, 2009, dan 2014 menggunakan Bilangan Pembagi Pemilih (BPP) kuota hare. Perbedaannya ialah pada pemilu 2004 penghitungan suara kursi parlemen, jika calon legislatif melewati BPP maka ia lolos ke parlemen. Namun jika tidak, maka penentuan calon terpilih ialah dengan nomor urut calon legislatif di partainya masing-masing.1 Contohnya jika calon nomor urut satu mendapat 4.000 suara dan calon nomor urut dua mendapat 8.000 suara, maka yang berhak mendapat kursi tetap calon nomor urut satu.

Sedangkan pada pemilu 2009 dan 2014 jika seorang calon legislatif suaranya melewati BPP maka calon tersebut otomatis lolos ke parlemen. Namun jika tidak melewati BPP, maka calon yang terpilih ditentukan dengan suara terbanyak pada partai tersebut.2 Pada pemilu tahun 2019 sistem yang digunakan sama dengan pemilu 2009 dan 2014, namun metode perhitungan suaranya bukan lagi menggunakan metode kuota hare melainkan menggunakan metode saint

lague murni.

1 Bismar Arianto, “Perbandingan Penyelenggaraan Pemilihan Umum Legislatif Era

Reformasi Indonesia,” Jurnal FISIP Universitas Maritim Raja Ali Haji, Vol.2, No.2 (2011): h.138.

(20)

2

Partai-partai baru seperti Gerindra dan Hanura pada pemilu 2009 serta Nasdem pada pemilu 2014 masing-masing partai tersebut mendapatkan kursi yang cukup signifikan di DPRD Provinsi DKI Jakarta. Gerindra 6 kursi pada tahun 2009, Hanura 4 kursi pada tahun 2009, dan Nasdem mendapat 5 kursi pada tahun 2014. Dengan demikian peluang partai-partai baru untuk mendapatkan kursi parlemen DPRD DKI Jakarta terbuka cukup lebar. Oleh karena itu strategi

political marketing yang dijalankan oleh setiap partai dan caleg ini sangat penting.

Sebagai objek kajian pada penelitian ini, Partai Solidaritas Indonesia (PSI) sebagai partai baru tentu memiliki political marketing sendiri. Salah satunya yaitu anggotanya sebagian besar adalah anak muda dan belum pernah menjadi pengurus dari salah satu partai yang sudah ada. Hal ini tentu menjadi nilai jual tersendiri bagi PSI sebagai partai baru karena anak muda masih kental dengan idealismenya dan belum terpapar korupsi. Salah satu cara lainnya yang dilakukan oleh PSI dengan menggunakan isu-isu sensitif seperti anti poligami, dan anti perda syariah.3

PSI adalah partai yang baru didirikan pada 16 November 2014 oleh ketua umumnya yaitu Grace Natalie dan beberapa orang lainnya seperti Raja Juli Antoni.4 Partai ini memiliki empat nilai-nilai dasar sebagai wujud dari cita-cita partai yaitu, kebajikan dalam berpolitik, keragaman sebagai suatu ikatan nasional, keterbukaan dalam tata pemerintahan dan meritokrasi.5 PSI baru dideklarasikan ke depan publik oleh ketua umumnya, Grace Natalie pada acara Silaturahmi Tokoh

3 “Isu Kontroversial Parpol Baru dan Strategi „Caper‟ di Pemilu,” artikel ini diterbitkan

pada 18 Desember 2018 dari https://m.cnnindonesia.com.

4 “Triologi Perjuangan PSI,” artikel diterbitkan pada 16 November 2015 dari https://psi.id. 5 “Transformasi Indonesia: Platform Kebijakan Publik Partai Solidaritas Indonesia (PSI),”

(21)

3

Bangsa yang ke-7 diadakan di kantor PP (Pengurus Pusat) Muhammadiyah, ia memperkenalkan diri sebagai Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia.6 Namun, partai ini baru resmi berbadan hukum yang terdaftar di Kemenkumham (Kementerian Hukum dan HAM) pada 7 Oktober 2016.7

Partai Solidaritas Indonesia ini sering kali mengeluarkan isu-isu yang kontroversial, seperti dalam pidato ketua umumnya yaitu Grace Natalie saat ulang tahun PSI yang ke empat yang dikutip oleh detik.com yaitu “Partai ini tidak akan pernah mendukung Perda Injil atau Perda Syariah, tidak boleh lagi ada penutupan rumah ibadah secara paksa.”8 Serta kebijakan yang menginstruksikan kader-kadernya di seluruh Indonesia untuk mengucapkan selamat natal baik orang nasrani maupun orang muslim.9

Data kependudukan Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan hasil sensus penduduk DKI Jakarta tahun 2010 dari 9.607.787 (sembilan juta enam ratus tujuh ribu tujuh ratus delapan puluh tujuh) jiwa penduduk DKI Jakarta, 8.200.796 (delapan juta dua ratus ribu tujuh ratus sembilan puluh enam) jiwa ialah penduduk beragama Islam.10 Sementara itu jika dilihat data dari katadata.co.id bahwa

6 Hasanudin Aco, “Grace Natalie Perkenalkan Diri sebagai Ketua Umum PSI,” artikel

diterbitkan pada 26 Maret 2015 dari http://www.tribunnews.com.

7

Abba Gabrillin, “Partai Solidaritas Indonesia Lolos Seleksi Badan Hukum di Kemenkumham,” artikel ini diterbitkan pada 07 Oktober 2016 dari https://nasional.kompas.com.

8 Marlinda Oktavia Erwanti, “Kontroversi Grace Natalie Tak Dukung Perda Syariah,”

diterbitkan pada 19 November 2018 dari https://news.detik.com.

9 Ibnu Hariyanto, “Sikapi PSI yang Kontroversi, Tolak Perda Agama, Instruksi Ucapan

Natal,” artikel diterbitkan pada 26 Desember 2018 dari https://news.detik.com.

10 Badan Pusat Statistik. “Kewarganegaraan, Suku Bangsa, Agama, dan Bahasa Sehari-hari

Penduduk Indonesia: Hasil Sensus Penduduk 2010” diterbitkan pada 23 Mei 2012 dari https://www.bps.go.id.

(22)

4

penduduk Jakarta tahun 2014 ialah sekitar 10 juta jiwa dan 8,34 juta jiwanya ialah penduduk yang beragama Islam.11

Sementara itu jika dilihat dari Daftar Pemilih Tetap (DPT) di DKI Jakarta yang telah ditetapkan oleh KPU Provinsi DKI Jakarta yaitu sebesar 7.761.598 (tujuh juta tujuh ratus enam puluh satu ribu lima ratus sembilan puluh delapan) pemilih yang dari total jumlah pemilih tersebut didominasi oleh penduduk yang beragama Islam.12 Setelah mengetahui data-data demografi penduduk DKI Jakarta tersebut yang sebagian besar penduduknya ialah beragama Islam, lalu apakah kebijakan partai yang menginstruksikan kadernya untuk mengucapkan selamat natal dan menolak perda syariah berkorelasi terhadap naik atau turunnya suara partai PSI di Jakarta? Atau isu-isu yang dibangun oleh PSI ini justru malah menjadi strategi untuk mempopulerkan partai PSI di kalangan masyarakat Jakarta secara lebih lanjut?

Dilihat dari survei yang dilakukan LSI (Lembaga Survei Indonesia) Denny JA dan Median, PSI sebagai partai baru tentu masih jauh dari harapan elektabilitasnya lebih dari 10%. Namun jika dibandingkan dengan partai baru lainnya, yaitu Perindo yang melakukan publikasi secara masif yang sama dengan hal ini tampak terlihat, bahwa dari hasil survei LSI Denny JA yang dipublikasikan pada 2 November 2018 menjelaskan elektabilitas PSI di Jakarta hanya 0,5% sedangkan elektabilitas Perindo yaitu sebesar 1,0%.13 Survey Median mungkin

11 “83 Persen Penduduk DKI Jakarta Beragama Islam,” artikel diterbitkan pada 06

September 2018 dari https://databoks.katadata.co.id.

12

Andi Nur Aminah, “KPU DKI Jakarta Sahkan 7.761.598 Pemilih Pemilu 2019,” artikel diterbitkan pada 13 April 2019 dari https://nasional.republika.co.id.

13 Jessi Carrina, “Elektabilitas 16 Parpol Peserta Pemilu di 10 Provinsi Terbesar Menurut

(23)

5

lebih baik yaitu elektabilitas PSI sebesar 1,3% namun tetap di bawah partai Perindo yang elektabilitasnya 2,1%.14

Hal ini menarik untuk dicari jawabannya, karena di Jakarta sendiri sebagian besar penduduknya adalah beragama Islam yang jika penulis hadapkan dengan teori perilaku politik dalam pandangan sosiologis15 isu-isu yang dibangun partai PSI seperti anti Perda Syariah dan mengharuskan untuk mengucapkan selamat natal bagi pengurus PSI justru bertentangan dengan kepentingan umat Islam itu sendiri sebagai mayoritas penduduk di Jakarta.

Sejalan dengan hasil survei LSI Denny JA, hasil survei nasional Litbang Kompas yang dikutip oleh jpnn.com menyebutkan bahwa elektabilitas PSI hanya 0,9% dan memiliki resistensi 5,9%.16 Dibandingkan dengan partai-partai baru lainnya seperti Berkarya yang memiliki elektabilitas 0,5% dan resistensinya 1,3%, Perindo elektabilitasnya 1,5% dan resistensinya 1,9%, lalu Garuda elektabilitasnya 0,2% dan resistensinya 0,9%.17 Besarnya resistensi terhadap PSI dibandingkan partai-partai yang baru lainnya ialah karena isu-isu yang dibangun partai PSI yang sering kali memunculkan kontroversi seperti anti Perda Syariah dan juga mengaharuskan kadernya untuk mengucapkan selamat natal. Seperti

14 Tsarina Maharani, “Unggul di DKI Jakarta Versi Survei Median, PDIP: Politik Itu Seni,”

artikel diterbitkan pada 14 Maret 2019 dari https://news.detik.com.

15

Pendekatan sosiologis adalah pendekatan perilaku politik yang pertama kali muncul. Pendekatan ini menitikberatkan pada asumsi perilaku pemilih ditentukan oleh karakteristik sosiologis yang berkaitan tentang kelas sosial, agama, kelompok etnik, kedaerahan dan bahasa, lebih lanjut lihat Saiful Mujani, dkk, Kuasa Rakyat: Analisis tentang Perilaku Memilih dalam Pemilihan Legislatif dan Presiden Indonesia Pasca-Orde Baru, (Jakarta: Mizan, 2011), h.6.

16 “Hasil Survei: PSI Partai Baru Paling Ditolak Masyarakat,” diterbitkan pada 21 Maret

2019 dari https://www.jpnn.com.

(24)

6

halnya yang dikatakan oleh Ari Junaedi, pengamat komunikasi politik Universitas Indonesia dalam artikel tersebut.18

Pada 21 Mei 2019 telah diumumkan hasil rekapitulasi suara nasional untuk pemilu presiden dan wakil presiden serta pemilu legislatif. Adapun hasil pemilu legislatif adalah sebagai berikut:

Tabel I.A.1 Hasil Rekapitulasi Perolehan Suara Partai Politik Nasional Pemilu Legislatif Tahun 201919

No Partai Jumlah Suara Persentase (%)

1 PDI Perjuangan 27.053.961 19,33 2 Gerindra 17.594.839 12,57 3 Golkar 17.229.789 12,31 4 PKB 13.570.097 9,69 5 Nasdem 12.661.792 9,05 6 PKS 11.493.663 8,21 7 Demokrat 10.876.507 7,77 8 PAN 9.572.623 6,84 9 PPP 6.323.147 4,52 10 Perindo 3.738.320 2,67 11 Berkarya 2.929.495 2,09 12 PSI 2.650.361 1,89 13 Hanura 2.161.507 1,54 14 PBB 1.099.848 0,79 15 Garuda 702.536 0,5 16 PKPI 312.765 0,22 Jumlah 139.971.250 100

Data tersebut menunjukkan bahwa dari 16 partai nasional, hanya ada 9 partai yang berhasil melewati ambang batas parlemen. Sedangkan sisanya tidak mampu melewati ambang batas parlemen sebesar 4% (empat persen). PSI sebagai partai baru dan yang menjadi kajian penelitian pun secara nasional tidak mampu

18 “Ibid.,

19 Hasil olah data. Fitria Chusna Farisa, “Ini Hasil Lengkap Pemilu Legislatif 2019 yang

(25)

7

untuk melewati ambang batas parlemen sebesar 4% tersebut. Lalu bagaimana dengan hasil pemilu legislatif untuk DPRD DKI Jakarta? Apakah selaras dengan hasil suara nasional PSI itu sendiri yang hanya bisa meraup 1,89% (satu koma delapan sembilan persen). Ataukah PSI dapat meraup suara yang cukup signifikan di pemilihan anggota DPRD DKI Jakarta?

Hasil pemilu anggota DPRD DKI Jakarta yang telah diumumkan pada hasil rekapitulasi KPU Provinsi DKI Jakarta menempatkan partai PSI sebagai partai dengan suara ke empat terbesar di DPRD DKI Jakarta yaitu dengan raihan suara sebesar 404.508 atau dengan persentase sebesar 6,85% suara dari 5.899.197 suara sah.20 Lebih lanjut rincian hasil suara partai politik yang bertarung untuk anggota DPRD DKI Jakarta adalah sebagai berikut:

20 Hasil Rekapitulasi KPU Provinsi DKI Jakarta tentang Suara Partai Politik untuk DPRD

DKI Jakarta Tahun 2019, lebih lanjut lihat Dian Anditya Mutiara, “Perolehan Suara di DPRD DKI Jakarta Dikuasai PDIP dengan Mendapat 1,3 Juta dengan Jatah 25 Kursi” diterbitkan pada 23 Mei 2019 dari http://wartakota.tribunnews.com.

(26)

8

Tabel I.A.2 Hasil Perolehan Suara dan Kursi Partai Politik pada Pemilihan Anggota DPRD DKI Jakarta Tahun 201921

No Partai Jumlah Suara Persentase (%) Perolehan Kursi

1 PDI Perjuangan 1.336.324 22,65 25 2 Gerindra 935.793 15,86 19 3 PKS 917.005 15,54 16 4 PSI 404.508 6,85 8 5 Demokrat 386.434 6,55 10 6 PAN 375.882 6,37 9 7 Nasdem 309.790 5,25 7 8 PKB 308.212 5,22 5 9 Golkar 300.246 5,08 6 10 PPP 176.835 2,99 1 11 Perindo 168.296 2,85 0 12 Hanura 103.073 1,74 0 13 Berkarya 98.877 1,67 0 14 PBB 42.952 0,72 0 15 Garuda 19.205 0,32 0 16 PKPI 15.765 0,26 0 Jumlah 5.899.197 100 106

Data tersebut menjelaskan bahwa pada tingkat DPRD DKI Jakarta ternyata partai PSI mendapatakan suara yang cukup signifikan. Meskipun secara nasional PSI tidak dapat memenuhi ambang batas suara parlemen. Jika dibandingkan dengan partai-partai baru seperti Perindo, Berkarya dan Garuda, partai PSI mendapatkan suara yang jauh lebih besar dibandingkan partai-partai baru tersebut. Hal yang menarik lainnya, partai-partai lama seperti Demokrat, PAN, PKB, Golkar, PPP dan Nasdem yang lebih dahulu mempunyai basis di Jakarta justru mendapatkan suara yang lebih kecil dibandingkan partai PSI. Terlebih Hanura,

21 Hasil olah data. “Berita Acara Penetapan Kursi dan Calon Terpilih KPU Provinsi DKI

(27)

9

PKPI, dan PBB partai-partai lama yang justru tidak mendapatkan suara yang cukup signifikan. Lalu mengapa PSI yang dalam hal ini sebuah partai baru justru mendapatkan suara yang cukup signifikan di pemilu anggota DPRD DKI Jakarta? Padahal jika kita lihat kembali pada isu-isu yang dibangun oleh PSI seperti anti Perda Syariah dan menginstruksikan anggota partainya untuk mengucapkan selamat natal yang jika ditelusuri lebih lanjut justru bertentangan dengan mayoritas penduduk DKI Jakarta yang beragama Islam.

Jika dari isu-isu yang dibangun partai tersebut justru kecil kemungkinan PSI dipilih oleh umat Islam sebagai penduduk mayoritas di DKI Jakarta. Selain itu, dari hasil survei pun seperti yang sudah penulis jelaskan di atas, partai PSI ini ialah partai baru yang memiliki resistensi di masyarakat sangat tinggi. Karena meskipun hanya mendapat 6,85% suara, namun sebagai partai baru PSI ini sudah sangat luar biasa di DKI Jakarta karena pertarungan di DKI Jakarta tidaklah mudah. Apalagi bisa mendapatkan 6,85% suara merupakan suatu hasil yang luar biasa bagi sebuah partai baru.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif sebagai cara untuk mendapatkan informasi. Pemilihan metode ini penulis pikir adalah yang tepat, karena informasi yang penulis cari ialah tentang strategi internal dari Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) DKI Jakarta PSI untuk meraih suara masyarakat DKI Jakarta untuk pemilihan anggota DPRD DKI Jakarta. Selain itu, secara praktik metode ini membuat penulis bisa berhadapan langsung dengan aktor di belakang strategi kampanye yang dilakukan oleh DPW DKI Jakarta PSI untuk memenangkan calon legislatifnya untuk DPRD DKI Jakarta.

(28)

10

Pemilihan objek kajian DPW PSI DKI Jakarta bukan tanpa sebab, pemilihan DPW PSI DKI Jakarta dikarenakan DPW PSI DKI Jakarta ini menjadi penentu dan juga penanggungjawab administrasi serta strategi partai PSI di Jakarta. Selain itu, DPW PSI DKI Jakarta sebagai yang menaungi calon legislatif untuk DPRD Provinsi DKI Jakarta ini mendapatkan perolehan suara yang signifikan mengalahkan suara partai-partai lama seperti Nasdem, PAN, Demokrat, Golkar dan PPP untuk pemilu anggota DPRD Provinsi DKI Jakarta. Dengan demikian pemilihan objek penelitian ini secara akademis menarik untuk diteliti dikarenakan suara partai PSI yang dapat melebihi perolehan suara partai-partai lama tersebut dan hasil pemilu yang jauh melebihi prediksi survei-survei yang ada sebelum pemilihan umum diadakan pada 17 April 2019 lalu.

Setidaknya ada empat hal yang membuat penelitian ini penting. Pertama, pada pemilu anggota DPRD DKI Jakarta, PSI mendapatkan suara yang cukup signifikan bagi sebuah partai baru yang dapat mengalahkan suara Nasdem, Demokrat, PAN, PPP, dan Golkar serta dibandingan dengan partai baru lainnya PSI mendapatkan suara terbesar di antara partai-partai baru tersebut di pemilu DPRD DKI Jakarta. Meskipun secara nasional tidak mampu untuk mencapai ambang batas parlemen yaitu sebesar 4%. Kedua, strategi komunikasi PSI yang sering kali menciptakan kontroversi dalam isu-isu partai membuat PSI di berbagai survei mendapatkan resistensi yang cukup besar bagi sebuah partai baru. Namun dengan hasil yang demikian di DPRD DKI Jakarta menjadi sangat menarik untuk diteliti bagaimana strategi PSI dalam menjaring suara masyarakat tersebut.

(29)

11

DPRD DKI Jakarta pada pemilu 2019 adalah hal yang luar biasa dan di luar prediksi para pengamat dan lembaga survei politik yang ada. Oleh karena itu hal ini menarik untuk diteliti lebih dalam bagaimana strategi PSI DKI Jakarta untuk meraih suara yang cukup signifikan tersebut. Keempat, penelitian mengenai partai PSI sudah pernah ada yang meneliti di UIN Jakarta. Namun, penelitian itu mengenai rekrutmen politik anak muda di partai PSI, namun untuk penelitian strategi pemasaran politik PSI di Jakarta belum pernah diteliti sebelumnya.

B. Pertanyaan Penelitian

Penelitian ini berfokus pada ruang lingkup strategi internal partai untuk meraih suara masyarakat pada pemilu DPRD DKI Jakarta tahun 2019, yaitu sebagai berikut:

1. Bagaimana strategi political marketing PSI dalam menjaring suara masyarakat DKI Jakarta untuk pemilu anggota DPRD DKI Jakarta tahun 2019?

2. Apakah kendala yang dihadapi PSI pada masa kampanye pemilu anggota DPRD DKI Jakarta tahun 2019?

C. Tujuan dan Manfaat

1. Tujuan Penelitian

a. Mengetahui strategi pemasaran politik yang dilakukan oleh PSI untuk pemilihan anggota DPRD Provinsi DKI Jakarta pada pemilu 2019.

b. Mengetahui kendala yang dihadapi PSI pada pemilu anggota DPRD Provinsi DKI Jakarta tahun 2019.

(30)

12 2. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini bersifat akademis dan praktis, adapun manfaat-manfaat yang dapat diambil dari penlitian ini adalah sebagai berikut:

a. Manfaat akademis

Menambah khazanah studi tentang ilmu sosial dan politik, terkhusus mengenai kajian partai politik dan komunikasi politik.

b. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan strategi pemasaran partai politik yang digunakan oleh PSI untuk menjaring suara masyarakat pada pemilu anggota DPRD Provinsi DKI Jakarta pada pemilu 2019.

D. Tinjauan Pustaka

Dalam menulis penelitian ini, ada beberapa literatur yang dapat menjadi rujukan dan pembanding dalam melakukan penelitian ini. Tinjauan pustaka ini juga memberikan keragaman pandangan untuk memperjelas dalam penelitian ini, yang di antaranya yaitu;

Pertama, karya Fahmi Nurdiansyah22 memaparkan bahwa strategi pemasaran politik yang dilakukan partai Gerindra pada pemilu legislatif tahun 2014 yang lalu cukup berhasil dengan mendapatkan 11% suara nasional. Faktor-faktor yang mendukung hal tersebut ialah dengan cara menampilkan Prabowo Subianto sebagai figur yang juga mancalonkan diri sebagai presiden pada waktu

22 Fahmi Nurdiansyah, “Marketing Politik DPP Partai Gerindra pada Pemilu Legislatif

(31)

13

itu, iklan kampanye politik, dan positioning partai yang menjadi partai rakyat kecil yaitu petani, buruh, guru dan pedagang kecil.23

Metode penelitian yang digunakan pada jurnal ini yaitu menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Pengambilan subjek penelitian ini dengan menggunakan purposive sampling atau bisa dikatakan sesuai dengan apa yang ingin dibahas.24

Kedua, karya Melisa Handayani25 menjelaskan tentang peran Eva Dwiana dalam strategi pemasaran politik pencalonan Herman Hasan Nusi sebagai walikota Bandar Lampung periode 2015-2020. Hasil penelitian ini menghasilkan peran Eva dalam menjaring suara masyarakat dengan modal sosial, ekonomi dan jaringan yang dimilikinya memudahkan dalam strategi memasarkan calon Herman Hasan Nusi. Penggunaan strategi push marketing, pull marketing dan pass

marketing dilakukan dengan baik oleh Eva Handayani. Penelitian ini adalah

penelitian kualitatif dengan analisis data yang terbagi menjadi tiga tahapan, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

Ketiga, karya Maulida Ulfa26 menjelaskan strategi pemenangan pemilu legislatif partai Nasdem di Kabupaten Lampung Tengah tidak bisa dilepaskan dari masifnya kampanye yang dilakukan di media oleh partai Nasdem itu sendiri. Selanjutnya perekrutan kader partai Nasdem yang menekankan pada orang-orang

23

Ibid.,, h. 65.

24

Ibid., h.64.

25 Melisa Handayani, “Peran Eva Dwiana dalam Pemasaran Politik pada Pencalonan

Herman Hasan Nusi sebagai Walikota Bandar Lampung Periode 2015-2020,” (Tesis S2 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Program Pascasarjana Magister Ilmu Pemerintahan, Universitas Lampung, 2016).

26 Maulida Ulfa, “Strategi Partai Nasdem pada Pemilu Legislatif Tahun 2014: Studi atas

DPD Partai Nasional Demokrat di Kabupaten Lampung Tengah,” (Tesis S2 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Program Magister Ilmu Pemerintahan, Universitas Lampung, 2017).

(32)

14

asli daerah tersebut agar mampu mengenali medan dan karakteristik masyarakat setempat. Tesis ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif yang menjelaskan perilaku yang sedang terjadi dan pada penelitian ini menggunakan hanya satu variabel saja.

Keempat, karya Agustinus Sitorus27 menjelaskan strategi pemasaran politik partai Perindo menuju pemilu legislatif 2019 yang dimudahkan dengan jaringan media yang dimiliki oleh ketua umumnya yaitu Harry Tanoe Soedibjo yang menguasai beberapa media televisi nasional, surat kabar dan media online. Selain itu program-program partai untuk menaikan elektabilitasnya yaitu dengan merekrut tokoh-tokoh di daerahnya untuk dijadikan pengurus dari partai Perindo. Serta turun langsung ke masyarakat d an juga memberikan modal usaha seperti gerobak, stand dan lain-lainnya kepada masyarakat kecil. Agustinus Sitorus dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif.

Kelima, karya Rudi Saputra28 memaparkan dalam perekrutan anggota partai PSI menggunakan mekanisme terbuka untuk umum dan dijelaskan dalam website partai PSI. Sedangkan untuk perekrutan pengurus partai PSI, dilakukan dengan mekanisme tertutup dan cenderung hanya menggunakan mekanisme kekerabatan perorangan. Namun, Rudi dalam penelitiannya ini menjelaskan bahwa perekrutan anak muda ini dalam rekrutmen politik partai PSI menunjukkan pola tersendiri

27 Agustinus Sitorus, “Strategi Political Marketing Partai Politik Baru Studi Kasus:

Pemenangan Partai Perindo Menuju Pemilu 2019,” (Tesis S2 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen Manajemen Komunikasi Politik Program Pascasarjana, Universitas Indonesia, 2016).

28 Rudi Saputra, “Rekrutmen Partai Politik: Studi Pola Rekrutmen Partai Solidaritas

Indoesia terhadap Anak Muda”, (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Program Studi Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2018).

(33)

15

yang membedakannya dengan partai lain dikarenakan kebanyakan anggotanya bukanlah yang sudah pernah menjadi anggota partai. Kemudian, batasan usia maksimal bagi yang ingin menjadi anggota partai PSI ialah 35 tahun. Sedangkan untuk pengurus maksimal berusia 40 tahun. Pada penelitian ini Rudi menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan analisis deskriptif.

Dari literatur mengenai partai politik dan komunikasi politik yang penulis temukan, penulis tidak menemukan objek kajian yang sama dengan judul yang penulis ingin teliti yaitu tentang “Strategi Pemasaran Politik (Political Marketing) Partai Solidaritas Indonesia dalam Memperoleh Suara di DPRD Provinsi DKI Jakarta pada Pemilu 2019.”

Penulis menemukan karya tulis Rudi Saputra yang membahas partai PSI seperti apa yang penulis kaji, namun Rudi membahas mengenai rekrutmen politik anak muda dalam partai PSI. Ini tentu berbeda dengan objek kajian yang penulis kaji. Maka dengan demikian, objek kajian pada penelitian ini akan menambah khazanah pengetahuan mengenai studi partai politik dan komunikasi politik.

E. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Penggunaan metode ini memungkinkan untuk melihat strategi PSI DKI Jakarta dalam memperoleh suara masyarakat. Sebagaimana dijelaskan oleh Devine mengenai kekuatan metode kualitatif yang dikutip oleh Lisa Harison yaitu riset kualitatif adalah riset untuk menganalisis perilaku dan sikap politik yang tidak dapat dan

(34)

16

tidak dianjurkan untuk dikuantifikasikan.29 Lebih lanjut Lisa mengutip Blaxter (1996) yaitu bahwa riset kualitatif cenderung fokus untuk mengeksplorasi serinci mungkin informasi berkaitan dengan penelitian yang dilakukannya dengan tujuan untuk mendapatkan pemahaman yang “mendalam” bukan “luas.”30

Tujuan penggunaan metode kualitatif tidak lepas dari kajian yang ingin diteliti yaitu mengenai strategi yang digunakan oleh PSI DKI Jakarta dalam memperoleh suara masyarakat. Hal ini tentu tidak dapat menggunakan metode kuantitatif karena yang akan dikaji ialah pengurus internal PSI DKI Jakarta. Oleh karena itu penulis menggunakan metode penelitian kualitatif. Pada penelitian ini penulis menggunakan data primer dan data sekunder sebagai penguat dari penelitian ini. Adapun mengenai data primer dan sekunder adalah sebagai berikut:

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Wawancara

Definisi tentang wawancara ialah pertemuan antara periset dengan informan, jawaban dari informan tersebut menjadi data mentah yang akan diolah oleh penulis.31 Wawancara ini penulis gunakan sebagai data primer.

29 Lisa Harison, Metodologi Penelitian Politik, Penerjemah Tri Wibowo, h.86. 30 Ibid.,

(35)

17

Tabel. I.E.1. Daftar Narasumber

No Nama Jabatan

1 Dr. Gun Gun Heriyanto, M.Si. Pengamat Komunikasi Politik 2 Michael Sianipar Ketua DPW PSI DKI Jakarta 3 Elva Farhi Qobi Sekjend DPW PSI DKI Jakarta 4 Anggara Wicitra Anggota DPRD DKI Jakarta Fraksi PSI

b. Dokumentasi

Dokumentasi ialah teknik pengumpulan data dengan menggunakan sumber-sumber bacaan seperti, buku, majalah, jurnal, artikel dan lain-lain. Data-data dokumentasi ini digunakan sebagai data sekunder (14 buku, 3 jurnal, 2 tesis, 1 skripsi, 2 berkas dokumen, 17 artikel website, 9 dokumentasi foto media sosial PSI Jakarta dan caleg PSI Jakarta).

3. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data adalah proses dalam pengumpulan data secara sistematis untuk dapat mudah dipahami dan agar dapat ditarik kesimpulannya. Analisis data itu sendiri menurut Bogdan yaitu adalah proses mencari dan menyusun data yang telah diambil melalui hasil wawancara, dokumentasi, catatan lapangan dan lain sebagainya sehingga hasilnya mudah untuk dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.32

Pada penelitian ini, untuk menganalisisnya menggunakan teknik analisis data menurut Miles dan Huberman yaitu analisis data terdiri dari tiga alur

(36)

18

tahapan, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan seperti sebagai berikut:33

a. Reduksi Data

Data yang diperoleh dari lapangan dijelaskan dalam sebuah laporan untuk direduksi, dirangkum, diringkas, difokuskan untuk hal-hal yang penting dan dicari pola untuk disusun secara sistematis. Data yang sudah direduksi memudahkan pengkajian dan juga mempertajam hasil pengamatan.

b. Penyajian Data

Dalam proses penyajian data diusahakan untuk membuat macam-macam grafik, matriks, jaringan dan atau bisa saja dalam berbentuk naratif. Hal ini tentunya untuk memudahkan untuk melihat gambaran hasil pengamatan dan atau bagian-bagian tertentu dari pengamatan.

c. Mengambil Kesimpulan

Penulis mengupayakan untuk mencari arti, pola, dan tema yang menjelaskan tentang hubungan sebab-akibat dan lain-lainnya. Penarikan kesimpulan selalu diuji dalam proses penelitian oleh penambahan-penambahan data-data baru.

F. Sistematika Penulisan

Pada penyusunan penelitian ini, disusun dengan sistematika penulisan yang tersusun dalam lima bab, yaitu sebagai berikut:

33 Miles dan Huberman, Analisis Data Kualitatif, (Jakarta: Universitas Indonesia Press,

(37)

19

Bab I menjelaskan latar belakang dari penelitian ini, topik pembahasan, dan juga menjelaskan mengenai pertanyaan masalah yang terdiri dari dua poin pertanyaan masalah. Dilanjutkan dengan tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian dan terakhir sistematika penulisan.

Bab II memaparkan mengenai teori dan konsep yang digunakan yaitu partai politik dan komunikasi politik yang memfokuskan mengenai strategi 3P pemasaran politik (Adman Nursal) yaitu push, pull, dan pass political marketing. Selain itu, bab ini juga memaparkan penjelasan singkat mengenai pendekatan pemasaran politik.

Bab III membahas tentang gambaran umum mengenai Partai Solidaritas Indonesia dari sejarah, visi-misi, tujuan dan juga arti filosofis tentang logo PSI.

Bab IV memaparkan hasil wawancara yang dielaborasikan dengan data-data lainnya untuk selanjutnya dianalisis dengan teori partai politik dan komunikasi politik yang memfokuskan pada konsep 3P strategi pemasaran politik. Strategi 3P pemasaran politik ini cukup baik dijalankan oleh PSI Jakarta yang bertumpu banyak pada pemasaran politik push dan pull political marketing.

Bab V berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang sudah dipaparkan dalam bab-bab sebelumnya. Di samping itu, bab ini juga menyampaikan saran-saran terkait dengan strategi pemasaran politik yang dilakukan PSI dalam memperoleh dukungan suara dari masyarakat. Pemasaran politik ini cukup dijalankan dengan baik oleh PSI Jakarta yang bertumpu banyak pada strategi pemasaran politik push dan pull political marketing.

(38)

20 BAB II

KERANGKA TEORI DAN KONSEP

Bab ini menjelaskan teori yang digunakan dalam penelitian, yaitu teori strategi marketing politik dan pemasaran politik. Adapun bentuk strategi marketing politik dibagi menjadi 3 yaitu push political marketing, pull political

marketing, dan pass political marketing yang dianalisis dengan data yang telah

didapatkan seperti kampanye langsung yang dilakukan oleh Idris Ahmad, melakukan senam bersama dengan ibu-ibu di daerah pemilihannya pada pembahasan penelitian. Selanjutnya bab ini memaparkan secara singkat terkait partai politik.

Dalam melakukan penelitian ini, sangat penting bagi penulis untuk memaparkan teori dan konsep apa yang disebagai analisa. Maka yang dipaparkan dalam bab ini adalah teori-teori dan konsep tentang partai politik, komunikasi politik, dan pemasaran politik.

A. Strategi Pemasaran Politik (Political Marketing)

Penetepan strategi dalam political marketing sangat penting. Maka dari itu jika penentuan strategi yang digunakan tidak hati-hati, yang terjadi ialah kesalahan. Kesalahan dalam pemasaran politik ialah produk yang dihasilkan tidak laku dipasarkan. Dengan kata lain kandidat dan atau partai mengalami kekalahan. Oleh karena itu penggunaan strategi haruslah hati-hati dan cermat.

(39)

21

Secara etimologi, kata strategi berasal dari bahasa Yunani kuno yaitu “stratos” yang berarti tentara dan “agein” yang berarti memimpin. Oleh karena itu strategi dimaksudkan ialah memimpin tentara.1 Lalu muncul kata ”strategos” yang berarti pemimpin tentara. Jadi dalam konsep ini, strategi adalah peragaan seni perang para jendral.2 Karl Von Clausewitz yang dikutip oleh Hafied Cangara merumuskan bahwa strategi ialah suatu seni menggunakan sarana pertempuran untuk memenangi pertempuran.3 Selain itu Marthin Anderson merumuskan bahwa strategi ialah seni yang melibatkan kemampuan intelegensia atau berpikir yang menggunakan seluruh sumber daya yang ada dalam mencapai tujuan yang dapat menghasilkan keuntungan secara maksimal dan efisien.4

Walaupun secara etimologi strategi berasal dari bahasa Yunani, namun hal ini bukan berarti sebelum zaman tersebut tidak ada strategi atau perencanaan strategis. Konsep-konsep perang dan strategi perang yang dituliskan oleh salah satu filsuf negeri Tiongkok yaitu Sun Tzu dalam buku The Art of War yang sampai saat ini masih cukup berpengaruh di kalangan para politisi di Asia.5 Seiring berjalannya waktu, konsep-konsep ini digunakan oleh para politisi, pimpinan perusahaan dan juga para pejabat publik untuk mencapai tujuan yang diinginkannya.

1 Hafied Cangara, Komuniksasi Politik, (Jakarta: Rajawali Press, 2009), h.236. 2 Ibid.,

3

Ibid.,

4 Ibid.,

5 Peter Schroder, Strategi Politik, Terj. Aviantie Agoesman, (Jakarta: Friedrich Nauman

(40)

22

Menurut Adman Nursal bahwa strategi dalam political marketing ada tiga cara, yaitu sebagai berikut:6

1. Push Political Marketing

Push Poltical Marketing ini adalah cara pemasaran politik yang merujuk

pada kandidat dan partai langsung menemui pemilih. Strategi ini bisa dengan membagikan brosur, sticker, flyer, dan atau beriteraksi langsung dengan calon pemilih. Selain partai dan kandidat, relawan inilah yang bertugas untuk melaksanakan teknis lapangan dalam pelaksanaan pemasaran partai dan atau calon kepada masyarakat. Selain itu, tugas relawan juga untuk mengukur seberapa kuat pesan-pesan tersampaikan kepada pemilih oleh partai atau calon kandidat.

2. Pull Political Marketing

Pull political Marketing adalah strategi pemasaran politik yang merujuk

pada kandidat dan partai melakukan pemasaran melalui media massa. Strategi ini dilakukan melalui media massa baik itu cetak, elektronik, media sosial, dan melalui internet. Cara ini dapat dengan efektif untuk menyampaikan pesan kepada pemilih. Namun, kekurangan dari strategi ini adalah membutuhkan biaya yang besar jika kontennya dikampanyekan melalui media mainstream seperti media televisi, koran dan juga surat kabar online. Oleh karena itu, hanya partai dan atau calon kandidat yang mempunyai sumber dana yang cukup besar yang melakukan kampanye dengan strategi ini. Namun jika menggunakan platform media sosial (Facebook, Instagram, dan Twitter) dan juga Youtube hal ini justru mengurangi

cost kampanye yang dikeluarkan.

(41)

23 3. Pass Political Marketing

Pass political marketing adalah strategi pemasaran politik yang

menggunakan organisasi atau tokoh masyarakat di daerah tersebut yang berpengaruh besar di masyarakat setempat. Hal ini sangat diperlukan kehati-hatian dalam praktiknya karena jika tidak berhati-hati dalam pelaksanaannya, bisa jadi calon kandidat dan atau partai tidak mendapat respon yang baik dari masyarakat setempat. Bahkan bisa jadi ditolak keras oleh masyarakat setempat.

Partai ataupun calon kandidat tidak mungkin hanya menggunakan satu strategi dalam praktik pemasaran politiknya. Melainkan menggabungkan ketiga strategi politik tersebut untuk memanfaatkan wadah pemasaran politik yang tersedia. Serta, tentunya pada tiap-tiap strategi politik tersebut memiliki kelompok-kelompok pemilih yang relatif berbeda. Oleh karena itu untuk memaksimalkan hasil para kandidat dan partai menggunakan ketiga strategi tersebut dalam pemasaran politiknya.

B. Pemasaran Politik (Political Marketing) 1. Definisi

Political marketing atau disebut juga pemasaran politik merupakan hal baru

dalam politik, konsep ini merupakan salinan dari konsep pemasaran komersial. Namun, tentunya political marketing lebih berorientasi pada penyadaran sosial, sikap dan perubahan perilaku untuk menerima hal-hal baru.7 Hal ini tidak jauh-jauh secara substantif tentang pemasaran sosial yang berorientasi kepada penyuluhan, sosialisasi, dan kampanye.8 Dalam tulisan Bruce I. Newman dan

7 Hafied Cangara, Komuniksasi Politik, h.276. 8 Ibid.,

(42)

24

Richard M. Perloff yang dikutip dalam buku Handbook of Politcal

Communication Research mendefinisikan mengenai political marketing adalah

pengaplikasian prinsip-prinsip pemasaran dalam kampanye politik yang beraneka ragam oleh individu dan organisasi yang mencakup tentang prosedur-prosedur analisis, pengembangan, eksekusi dan manajemen strategi dalam kampanye.9 Selain itu menurut Jennifer Lees-Marshment bahwa political marketing adalah terkait dengan organisasi-organisasi politik yang mencoba mengadopsi konsep-konsep dan teknik-teknik pemasaran dalam bisnis komersial untuk membantu mereka mendapatkan target yang ingin dicapai.10

Aaron O‟Cass memandang bahwa pada prinsipnya ketika partai dan kandidat bertarung dalam sebuah pemilu, mereka tidak akan lepas dari konsep dan teknik pemasaran. Hal ini dikarenakan untuk disukai dan dipilih sebagai “barang dagangan” dalam pemilu maka partai dan kandidat haruslah bisa menggunakan teknik dan konsep pemasaran komersial.11 Namun tentu marketing atau pemasaran berbeda dengan advertising atau pengiklanan. Konsep marketing lebih dari itu, oleh karenanya kandidat dan atau partai haruslah dapat mengidentifikasi yang diinginkan oleh pemilih. Ini juga didukung oleh Lees-Marshment yang menyatakan bahwa advertising bisa digunakan oleh organisasi apapun tanpa harus menggunakan konsep-konsep pemasaran. Namun, marketing lebih dari

9 Lynda Lee Kaid, ed., Handbook of Political Communication Research, (New Jersey:

Lawrence Erlbaum Associates, 2004), h.18.

10

Jennifer Lees-Marshment, Political Marketing and British Political Parties, (Manchester: Manchester Univ. Press, 2001), h.22.

11 Aaron O‟Cass, “Political Marketing and the Marketing Concept,” European Journal of

(43)

25

advertising. Tujuan dari marketing ialah untuk mengetahui dan memahami pasar.

Oleh karenanya identifikasi sangat dibutuhkan dalam political marketing.12

2. Elemen-elemen yang Harus Diperhatikan

Dalam pemasaran ini ada empat elemen yang harus diperhatikan, yaitu sebagai berikut:

a. Product (produk): Dalam pemasaran produk ini berkaitan dengan barang apa yang akan dijual untuk komersial. Dalam politik, produk ini berkaitan dengan partai politik itu sendiri dan calon-calon yang disusung untuk pilpres dan pilkada.13 Selain itu juga, logo partai, cita-cita, dan program-program yang diusung juga merupakan produk yang harus dikemas dengan baik untuk ditawarkan kepada masyarakat.

b. Place (tempat): Pada pemasaran komersil tempat yang strategis menjadi penting. Hal ini untuk menarik pembeli untuk membeli produk yang dijual. Dalam pemasaran politik tempat bisa diasosiasikan ruang publik masyarakat dalam hal ini bisa dimaksud dengan media massa elektronik maupun cetak dan juga letak kantor partai atau posko pemenangan yang mudah untuk diakses oleh anggota partai dan masyarakat untuk mencari info tentang partai atau calon tersebut.14 Bisa juga diasosiasikan dengan tempat yang strategis untuk memasang gambar baliho partai atau calon untuk dapat dikenali dengan masyarakat.15

12

Jennifer Lees-Marshment, Political Marketing and British Political Parties, h.23.

13 Hafied Cangara, Komuniksasi Politik, h.278. 14 Ibid.,

(44)

26

c. Price (harga): Harga untuk sebuah produk sangat menentukan, hal ini menentukan segmen masyarakat mana yang ingin dimasuki. Dalam pemasaran politik harga ini bisa diasosiasikan dengan partai politik. Partai politik besar cenderung sangat sulit untuk dimasuki oleh orang yang ingin menjadi calon anggota dewan, presiden atau wakil presiden, dan atau pada pemilihan kepala daerah. Partai-partai besar cenderung menyaring calon dengan selektif. Sebaliknya dengan partai-partai kecil cenderung lebih mudah untuk dimasuki bahkan partai kecil cenderung yang mencari calon yang ingin diusungnya.16

d. Promotion (promosi): Promosi dalam pemasaran komersial ialah usaha-usaha yang dilakukan untuk menarik perhatian para pembeli melalui teknik komunikasi, baik melalui media massa, elektronik ataupun media sosial.17 Promosi dalam pemasaran politik bisa diasosiasikan dengan kampanye. Kampanye memegang peranan penting dalam sebuah kontestasi pemilu. Hal ini berfungsi untuk memasarkan partai politik itu sendiri juga calon-calon yang diusung dalam pemilu tersebut.

3. Model Pendekatan Pemasaran Politik

Menurut model pendekatan political marketing Jennifer Lees-Marshment ada tipe pendekatan dalam political marketing, yaitu The Product Oriented Party (POP), The Sales Oriented Party (SOP), dan The Market Oriented Party (MOP) yang memiliki tata urutan pelaksanaannya sendiri-sendiri, sebagai berikut:18

16 Ibid., 17 Ibid.,

(45)

27 a. The Product Oriented Party

The Product Oriented Party (POP) ini adalah model partai “tradisional”.

Partai ini membawa ide dan gagasan kepada masyarakat dan mempercayai bahwa ide dan gagasan itu akan membawa perubahan untuk masyarakat.19 Model partai seperti ini akan menolak untuk mengubah gagasan meskipun dengan gagasan itu partainya tidak mendapatkan suara yang cukup untuk ke parlemen. Tahapan model ini adalah sebagai berikut:

Tabel II.B.1 Tahapan Product Oriented Party (POP)20

No Tahapan Penjelasan

1 Desain Produk Pada tahap ini, partai menentukan produk/gagasan apa yang ingin dibawa berdasarkan keputusan pimpinan dan anggotanya.

2

Komunikasi Pada tahap ini partai

menyampaikan/mengkomunikasikan pada saat publikasi politik ataupun pada masa kampanye mengenai gagasan apa yang dibawanya kepada masyarakat luas.

3 Kampanye Pada tahap ini partai melakukan kampanye terbuka secara sah dalam sebuah pemilu. 4 Pemilihan Pelaksanaan pemilu.

5

Penyerahan Pada fase ini, partai mendapatkan kursi di parlemen dan mewujudkan gagasan-gagasannya secara real ke dalam kebijakan publik.

b. The Sales Oriented Party (SOP)

Partai dengan model Sales Oriented Party akan mempertahankan gagasan atau kandidat yang dibawanya.21 Namun, partai dengan model ini sadar bahwa

19 Ibid., h.28. 20

Ibid.,

(46)

28

masyarakat tidak begitu saja menerima apa yang diusung oleh partai tersebut. Maka dari itu, partai akan menyesuaikan dengan melakukan identifikasi terhadap masyarakat gagasan seperti apa yang diinginkan. Setelah itu melakukan penyesuaian terhadap gagasan dan atau kandidat yang dibawanya tanpa mengubah esensi dari gagasan utama. Tahapan model partai ini adalah sebagai berikut:

Tabel II.B.2. Tahapan Sales Oriented Party22

No Tahapan Penjelasan

1 Desain Produk Pada tahap ini, partai menentukan produk/gagasan apa yang ingin dibawa berdasarkan keputusan pimpinan dan anggotanya.

2 Riset Pasar Tahap ini partai mencari tahu apa yang diinginkan oleh masyarakat. Partai mengidentifikasikan masyarakat yang tidak mendukung partai tetapi bisa persuasi untuk mendukung partai.

3 Komunikasi Pada tahap ini partai mulai mengkomunikasikan secara intensif gagasan-gagasan partai hasil dari riset pasar. 4 Kampanye Kampanye resmi dilaksanakan.

5 Pemilihan Pemilihan umum dilkasanakan.

6 Penyerahan Pada fase ini, partai mendapatkan kursi di parlemen dan mewujudkan gagasan-gagasannya secara konkret ke dalam kebijakan publik.

c. The Market Oriented Party

Model partai ini adalah partai yang mendesain partai sesuai dengan keinginan dan kebutuhan dari masyarakat. Partai ini menggunakan riset pasar sebagai dasar untuk mendesain produk atau gagasan apa yang akan diusungnya.23

22

Ibid., h.30-31.

(47)

29

Partai ini ingin basis elektoralnya di masyarakat puas dengan kebijakan yang diambil oleh partai. Hal ini agar partai tidak kehilangan suara untuk pemilihan-pemilihan selanjutnya. Berikut ini ialah tahapan pada model Market Oriented

Party:

Tabel II.B.3. Tahapan Market Oriented Party24

No Tahapan Penjelasan

1 Riset Pasar Tahap awal partai model ini ialah melakukan riset pasar terlebih dahulu untuk mengetahui keinginan dan kebutuhan dari pemilih. Hal ini dilakukan dengan menggunakan survei, Forum

Discussion Group (FGD) dan atau menggunakan wawancara.

2 Desain Produk Setelah melakukan riset pasar, partai membuat produk yang dalam hal ini berupa gagasan atau kandidat yang akan dicalonkan.

3 Penyesuaian Produk Partai model ini sangat dinamis, jika produk (gagasan dan atau kandidat) yang diusung tidak mendapatkan respon yang positif dari masyarakat maka akan ada penyesuaian produk kembali oleh partai. Hal ini agar produk tersebut diterima oleh masyarakat. 4 Implementasi Perubahan-perubahan partai sesuai keinginan

pemilih haruslah diimplementasikan dengan baik di partai tersebut. Hal ini jika dilakukan dengan efektif akan meraup suara pemilih yang cukup agar partai tetap ada dan bahkan bertambah besar. Namun, sering kali hal ini sulit untuk dilakukan karena melawan kultur yang sudah mapan.

5 Komunikasi Setelah partai tersebut sudah melakukan perubahan-perubahan di partai baik dalam segi produk maupun internalnya, selanjutnya ialah tahap untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan partai secara luas dan menyeluruh. 6 Kampanye Pelaksanaan kampanye pemilu

7 Pemilihan Pemilihan umum

24

(48)

30

8 Penyerahan Pada fase ini, partai mendapatkan kursi di parlemen dan mewujudkan gagasan-gagasannya secara konkret ke dalam kebijakan publik. Namun, sering kali kebijakan yang dibuat bukan berdasarkan keinginan pemilih. Melainkan kepentingan partai semata.

C. Partai Politik

Partai politik menjadi sebuah bagian penting dalam sistem politik demokrasi. Hal ini mengingat partai politik sebagai peserta pemilu sangat berperan dalam merekrut siapa saja yang maju sebagai calon legislatif. Selain itu, partai politik yang berhasil menempatkan kader-kadernya di kursi legislatif memiliki kekuatan untuk menghimpun aspirasi masyarakat untuk diselesaikan di dewan perwakilan rakyat.

Sebelum pembahasan partai politik, terlebih dahulu penulis akan membahas tentang politik itu sendiri. Pengertian politik itu sendiri sudah ada sejak masa Yunani kuno. Filsuf Plato dan Aristoteles membahas banyak tentang politik pada zaman Yunani kuno. Politik ialah jalan untuk mencapai kehidupan yang baik.25 Orang Yunani kuno menyebutnya sebagai en dam onia atau good life.

Beberapa ahli seperti Rod Hague dan Andrew Heywood juga menjelaskan mengenai politik. Rod Hague menjelaskan bahwa politik ialah usaha yang menyangkut bagaimana cara kelompok-kelompok untuk mencapai keputusan-keputusan yang bersifat kolektif dan mengikat sebagai suatu jalan tengah di antara masyarakat.26 Andrey Heywood menjelaskan bahwa politik ialah kegiatan suatu bangsa yang bertujuan untuk membuat, mempertahankan, dan mengamandemenkan aturan-aturan umum yang mengatur kehidupannya, yang

25 Miriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, (Jakarta: Gramedia Pustaka, 2009), h.13. 26 Ibid., h.16.

(49)

31

berarti tidak terlepas dari gejolak konflik dan kerjasama di antara masyarakatnya.27 Atau secara umum bahwa politik ialah usaha untuk menentukan aturan-aturan yang dapat diterima sebagian besar masyarakat untuk membawa kehidupan bersama ke arah yang harmonis. Hal ini tentu diimplementasikan pada penentuan kekuasaan, kewenangan, pembuatan kebijakan publik, pendistribusian, alokasi sumber daya alam dan penyelesaian konflik di masyarakat.

Mengenai pengertian partai politik itu sendiri telah banyak ahli yang menjelaskannya seperti Miriam Budiardjo, Carl J.Friedrich, dan Edmund Burke, yaitu sebagai berikut:

a. Miriam Budiardjo, Partai politik adalah suatu kelompok yang teroorganisir yang anggota-anggotanya memiliki orientasi, nilai-nilai dan cita-cita yang sama.28

b. Carl J.Friedrich, Partai politik ialah sekelompok manusia yang terorganisir secara stabil dengan tujuan untuk merebut dan mempertahankan penguasaan pemerintahan bagi pimpinan partainya yang memberikan keuntungan bagi partainya secara ideal dan materil.29

c. Edmund Burke, Partai politik ialah lembaga yang terdiri atas orang-orang yang bersatu yang mempromosikan kepentingan nasional secara bersama-sama berdasarkan nilai-nilai partai yang mereka sepakati.30

Menurut Undang-Undang No. 2 tahun 2011 tentang Partai Politik menyatakan bahwa “Partai politik adalah organisasi politik yang dibentuk oleh

27 Ibid., 28

Ibid., h.160.

29 Yoyoh Rohaniah dan Efriza, Pengantar Ilmu Politik, (Malang: Intrans Publishing, 2015),

h.354.

(50)

32

sekelompok warga negara Republik Indonesia secara sukarela atas dasar persamaan kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan kepentingan anggota, masyarakat, bangsa dan negara melalui pemilihan umum.”

1. Prinsip Dasar Partai Politik

Setelah mengetahui pengertian dari partai politik tersebut, maka ada tiga prinsip dasar mengenai partai politik menurut Hafied Cangara, yaitu:31

a. Partai sebagai koalisi, yaitu membuat koalisi dari berbagai kekuatan untuk membangun kekuatan mayoritas. Partai yang dibangun dari asas koalisi di dalamnya terdapat faksi-faksi, seperti Golkar di dalamnya ada Koperasi Serbaguna Gotong Royong (Kosgoro), Musyawarah Kerja Gotong Royong (MKGR) dan Korps Pegawai Republik Indonesia (Korpri) sebelum tahun 1999. Selain Golkar juga ada Partai Persatuan Pembangunan (PPP) sebagai partai yang mewakilkan suara kelompok-kelompok Islam pada masa orde baru. PPP terbentuk dari partai-partai Islam yang disatukan ke dalamnya seperti Nahdatul Ulama (NU), Partai Muslim Indonesia (Parmusi), Partai Sarikat Islam Indonesia (PSII) dan Partai Islam (Perti). Hal ini juga berkaitan dengan partai sebagai koalisi untuk mencalonkan presiden dan wakil presiden maupun pada pemilihan kepala daerah.

b. Partai sebagai organisasi, untuk menjadi suatu institusi yang eksis, dinamis, diketahui banyak orang dan dipilih pada saat pemilu. Maka partai harus dibina, diorganisasikan dan dibesarkan sehingga mampu menarik dan sebagai wadah perjuagan dan representasi dari beberapa kelompok.

(51)

33

Tugasnya yaitu mencalonkan kandidat pada pemilu dengan nama partai. Mengambil bagian dalam pemilu, mengajukan calon kandidat yang disepakati, mengumpulkan dana, proses negosiasi politik dan membuat isu propaganda pada saat kampanye. Dengan demikian, partai haruslah melakukan mobilisasi terhadap kader-kadernya untuk loyal kepada partai. c. Partai sebagai pembuat kebijakan, partai politik yang mendukung secara

konkret calon kandidat yang mereka dukung secara penuh untuk jabatan-jabatan publik. Maka dengan posisi jabatan-jabatan publik yang dimenangkan seperti kepala daerah, presiden, menteri dan anggota dewan perwakilan rakyat membuat mereka dapat akses langsung terhadap kekuasaan yang dipegang oleh petugas partai yang dicalonkan oleh partai tersebut.

Penjelasan prinsip dasar sebuah partai yang dikemukakan oleh Hafied Cangara tersebut menjelaskan bahwa prinsip-prinsip tersebut haruslah dimiliki oleh partai sebagai bagian dari proses partai politik itu sendiri.

2. Fungsi Partai Politik

Selain prinsip dasar, peran dan fungsi partai politik di negara dengan sistem politik demokrasi sangatlah penting. Setidaknya ada empat fungsi dari partai politik dalam dinamika politik di sebuah negara demokrasi, yaitu:32

a. Sebagai Sarana Komunikasi Politik

Partai politik dalam negara demokrasi pada hal ini berfungsi sebagai perantara (broker) antara pemerintah dan masyarakat. Partai dengan perangkat yang ada berfungsi untuk menyerap aspirasi melalui

(52)

34

kadernya yang berada dalam dewan perwakilan rakyat ataupun terjun langsung secara organisasi ke masyarakat untuk menyerap aspirasi masyarakat tersebut. Selanjutnya, aspirasi tersebut dimasukkan ke program atau platform partai untuk diperjuangkan melalui parlemen yang disampaikan kepada pemerintah sebagai pembuat kebijakan. Demikian pula, partai politik sebagai perantara antara pemerintah dengan masyarakat. Hal ini dibutuhkan pemerintah untuk menjelaskan kebijakan yang dibuat oleh pemerintah kepada masyarakat.

b. Sebagai Sarana Sosialisasi Politik

Fungsi partai politik sebagai sarana sosialisasi politik atau bisa diperjelas lagi sebagai pendidikan politik bagi masyarakat. Tentu dalam negara demokrasi, masyarakat diharuskan untuk mengerti dan memahami politik. Ini tentunya untuk memberikan pengawasan terhadap pemerintah dan institusi-institusi negara agar tidak terjadi abuse of power. Sosialisasi politik ini juga untuk membentuk budaya politik yang demokratis bagi pemerintah dan masyarakat. Fungsi dari partai itu sendiri adalah melaksanakan sosialisasi atau pendidikan politik kepada masyarakat. Agar terjadi pengawasan terhadap pemerintah agar tetap pada jalur yang benar.

c. Sebagai Sarana Rekrutmen Politik

Fungsi partai sebagai rekrutmen politik tidak lain adalah untuk regenerasi kepemimpinan baik itu untuk internalnya sendiri maupun untuk dicalonkan pada pemilihan kepala daerah maupun kepemimpinan nasional. Selain itu, rekrutmen politik ini juga untuk mempertahankan partai itu sendiri agar

Gambar

Gambar II.1 Kerangka Berpikir Strategi Pemasaran Politik (Political Marketing)  PSI dalam Memperoleh Suara di DPRD DKI Jakarta  pada Pemilu 2019 ...........
Tabel I.A.1 Hasil Rekapitulasi Perolehan Suara Partai Politik Nasional  Pemilu Legislatif Tahun 2019 19
Tabel I.A.2 Hasil Perolehan Suara dan Kursi Partai Politik pada Pemilihan  Anggota DPRD DKI Jakarta Tahun 2019 21
Tabel II.B.1 Tahapan Product Oriented Party (POP) 20
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sebelum Perlakuan Diberikan: Menyiapkan instrumen berupa skala kontrol diri dalam menggunakan internet , dan menyiapkan media yang diperlukan saat pemberian

Taman Harapan Baru Raya Blok R1 No... Raya Harapan

Dari hasil uji hipotesis dapat diambil kesimpulan bahwa serat sabut kelapa memiliki perbedaan keefektifan untuk penyerapan tembaga, kobal dan kesadahan total pada

Activity diagram menggambar kan berbagai alir aktivitas dalam sistem yang sedang dirancang, bagaimana masing- masing alir berawal, decision yang mungkin terjadi,

8.4.2 Menentukan teknik dan bentuk instrumen penilaian hasil belajar yang tepat dan sesuai untuk materi pelajaran yang diampu, baik untuk ranah sikap, pengetahuan maupun

berdasarkan pendekatan terhadap kinerja pasar yang ada di Malaysia dan penelitian dari Tan et al (2007) yang meneliti mengenai pengaruh intellectual capital yang

group investigation berbantuan proyek yang lebih baik daripada hasil rerata gain ternormalisasi siswa pada kelas kontrol yang menerapkan pembelajaran konvensional pada

Definisi 2.1 Graf adalah pasangan himpunan dengan adalah himpunan tidak kosong dan berhingga dari obyek-obyek yang disebut sebagai titik dan adalah