• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN MEDIA SIMBOL KATA TIGA DIMENSI BERBASIS METODE MONTESSORI UNTUK MEMBANTU SISWA SEKOLAH DASAR MEMAHAMI KELAS KATA BAHASA INDONESIA SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGEMBANGAN MEDIA SIMBOL KATA TIGA DIMENSI BERBASIS METODE MONTESSORI UNTUK MEMBANTU SISWA SEKOLAH DASAR MEMAHAMI KELAS KATA BAHASA INDONESIA SKRIPSI"

Copied!
172
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN MEDIA SIMBOL KATA TIGA DIMENSI BERBASIS METODE MONTESSORI UNTUK MEMBANTU SISWA SEKOLAH

DASAR MEMAHAMI KELAS KATA BAHASA INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh: Fransisca Mbawo

NIM: 141134002

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2018

(2)

i

PENGEMBANGAN MEDIA SIMBOL KATA TIGA DIMENSI BERBASIS METODE MONTESSORI UNTUK MEMBANTU SISWA SEKOLAH

DASAR MEMAHAMI KELAS KATA BAHASA INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh: Fransisca Mbawo

NIM: 141134002

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2018

(3)
(4)
(5)

iv MOTTO

Hope against all hopes

(Maria Antonia Paris)

The Greatest sign of success for a teacher is to be able to say,

“The children are now working as if I didn’t exsist

(6)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 3 Mei 2018 Peneliti

Fransisca Mbawo NIM: 141134002

(7)

vi

LEMBARPERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Fransisca Mbawo

Nomor Mahasiswa : 141134002

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

Pengembangan media simbol kata tiga dimensi berbasis metode Montessori untuk membantu siswa sekolah dasar memahami kelas kata Bahasa Indonesia beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lainnya, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai peneliti.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 3 Mei 2018 Yang menyatakan

(8)

vii ABSTRAK

PENGEMBANGAN MEDIA SIMBOL KATA TIGA DIMENSI BERBASIS METODE MONTESSORI UNTUK MEMBANTU SISWA SEKOLAH

DASAR MEMAHAMI KELAS KATA BAHASA INDONESIA

Fransisca Mbawo Universitas Sanata Dharma

2018

Penggunaan media pembelajaran untuk anak sekolah dasar sangat penting untuk membantu anak memahami konsep yang abstrak. Namun, kenyataannya ketersediaan dan penggunaan media khususnya untuk pelajaran Bahasa Indonesia sangat terbatas. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan media simbol kata tiga dimensi berbasis metode Montessori untuk membantu siswa memahami kelas kata Bahasa Indonesia. Penelitian dilaksanakan di SD Kanisius Eksperimental Mangunan pada siswa kelas III tahun ajaran 2017/2018.

Jenis penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan. Prosedur pengembangan menggunakan tujuh langkah dari sepuluh langkah menurut Sugiyono yaitu (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan informasi, (3) desain produk, (4) validasi produk, (5) revisi produk, (6) ujicoba produk secara terbatas, (7) revisi desain. Penelitian ini mengembangkan produk Montessori yang terdiri dari 3 komponen yaitu media simbol kata tiga dimensi (SK3D), kartu aktivitas dan buku panduan untuk guru.

Hasil penelitian menunjukan bahwa produk dikembangkan berdasarkan karakteristik media Montessori seperti menarik, bergradasi, education,

auto-correction, dan kontekstual. Validasi produk oleh ahli Montessori, ahli Bahasa

Indonesia, dan Guru membuktikan bahwa kualitas produk sangat baik dengan rerata penilaian media 3,96 dan album 3,77. Ujicoba lapangan terbatas menunjukkan hasil yang sangat positif dengan rerata nilai pretest 34,5 dan nilai posttest 67,5 dan diperoleh presentase kenaikan nilai pretest dan posttest 96%. Dengan demikian, disimpulkan bahwa media simbol kata tiga dimensi memiliki kualitas yang sangat baik dan membantu siswa memahami kelas kata Bahasa Indonesia.

Kata kunci: media, metode Montessori, penelitian dan pengembangan, Bahasa Indonesia, SK3D

(9)

viii ABSTRACT

DEVELOPING OF THREE DIMENSIONAL WORD SYMBOL MEDIA BASED ON MONTESSORI METHOD FOR BETTER UNDERSTANDING

OF WORDS CLASSES OF INDONESIAN LANGUAGE FOR PRIMARY SCHOOL

Fransisca Mbawo University of Sanata Dharma

2018

The use of instructional media for primary school children is essential to help them understand abstract concepts. However, the reality shows that the media availability and usage, especially for the Indonesian language lesson are very limited. Therefore, this study aims to develop a three-dimensional word symbol media based on the Montessori method to help students understand Indonesian word classes (kelas kata). The study was conducted at Kanisius Experimental Primary School of Mangunan on the third graders in the academic year 2017/2018. The research method used was research and development (R&D). The development procedure uses a seven-step development of the ten steps by Sugiyono namely (1) the potential and problems, (2) the collection of information, (3) the design of the product, (4) the validation of the product, (5) the product revision, (6) the limited product testing, and (7) the design revisions. This study has developed the product that had three components namely three dimensional word symbol (SK3D), cards activity and guide book for teacher.

The results showed that the product was developed based on the characteristics of Montessori media that should be interesting, having gradation, auto-education, auto-correction, and contextual. The validation on the product by the experts of Montessori, Indonesian language lecturer and teacher prove that the quality was very good with the average score 3.96 for the media and 3.77 for the album. A limited field trial showed very positive results with the average pretest score 34.5 and posttest 67.5, obtained the increase percentage of 96%. Thus, it was concluded that three dimensional word symbol media was really qualified in helping the students to understand the Indonesian word class.

Keywords: media, Montessori method, research and development, Indonesian language, SK3D

(10)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih setia dan penyertaannya selama proses pembuatan skripsi ini hingga akhirnya peneliti dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul “Pengembangan Media Simbol Kata Tiga Dimensi Berbasis Metode Montessori untuk Membantu Siswa Sekolah Dasar Memahami Kelas Kata Bahasa Indonesia”. Skripsi ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan dalam Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

Proses pencapaian ini tidak akan terlaksana tanpa campur tangan dari berbagai pihak yang telah membantu, mendukung, dan membimbing peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang menjadi sumber kekuatan dan sumber pemberi rahmat kehidupan.

2. Kongregasi tercinta “Religious of Mary Immaculate Claretian Missionary sisters” yang telah memberi kepercayaan kepada saya dan mendukung saya

dalam menyelesaikan studi.

3. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

4. Cristiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. selaku Kaprodi di PGSD. 5. Kintan Limiansih, S.Pd., M.Pd. selaku Wakaprodi di PGSD.

6. Irine Kurniastuti, M.Psi. selaku dosen pembimbing I yang telah membimbing, mengarahkan, memotivasi dan memberi kesempatan untuk berproses dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd. selaku dosen pembimbing II yang telah membimbing dan mendukung dalam menyelesaikan skripsi ini. 8. Para validator, Andri Anugrahana, S.Pd., M.Pd. dan Yohanes Carol K.A.V,

dan Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd. yang telah berkenan membantu memvalidasi instrumen dan produk, sehingga penelitian dapat berjalan dengan lancar.

9. Eka Adi Sunarso, S. Si. selaku kepala sekolah SD Kanisius Eksperimental Mangunan yang telah memberi izin untuk melaksanakan penelitian.

(11)

x

10. Maria Retno Purwandani selaku guru kelas IIIA yang telah membantu dan meluangkan waktu untuk membantu peneliti beserta seluruh guru SD Mangunan yang telah mendukung kelancaran proses penelitian

11. Para Guru SD kanisius Eksperimental Mangunan yang selalu mendukung dan membantu.

12. Siswa - siswi kelas III dan orangtua yang telah bersedia mengizinkan putra putrinya untuk terlibat dalam penelitian ini.

13. Kedua orang tuaku tercinta Yulius Mbawo dan Rosalinda K.M. Tati dan keluarga yang selalu medukung, mendoakan dan memberi semangat. 14. Para dewan Provinsi Asia Timur RMICM yang telah memberi kepercayaan

untuk studi dan mendukung dalam segala hal.

15. Sr. Melania Senes dan para Suster RMICM komunitas Yogyakarta yang telah dengan sabar mendampingi, mendukung, dan mendoakan.

16. Rm. Agustinus Supur, CMF yang mendukung dan membantu peneliti dengan ide-ide dan masukan serta membantu pengeditan sehingga penulisan dapat berjalan dengan lancar.

17. Stefani Kristin Madja, Jati Tyasnaningsih, Leonardo Jaka Pandu sebagai teman-teman payung yang sudah berdinamika bersama dan berjuang bersama dalam menyelesaikan skripsi ini.

18. Teman-teman PGSD angkatan 2014.

Setiap hal yang peneliti alami selama penulisan merupakan sebuah proses. Peneliti menyadari bahwa terdapat banyak kesulitan dan kendala namun atas bantuan semua pihak skripsi ini dapat berjalan dengan baik.

Kepada para pembaca skripsi ini, peneliti memohon maaf jika ada kesalahan baik dalam sistematika penulisan, isi, dll. Akhirnya, semoga skripsi ini berguna bagi para pembaca sekalian.

Yogyakarta, 3 Mei 2018 Peneliti

(12)

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMANMOTTO ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan masalah ... 4 C. Tujuan Penelitian ... 4 E. Definisi Operasional ... 5 F. Spesifikasi Produk ... 6

BAB II LANDASAN TEORI ... 8

A. Kajian Pustaka ... 8

1. Teori Perkembangan Kognitif Anak ... 8

2. Tahap Perkembangan Bahasa Anak ... 9

3. Metode Montessori ... 9

4. Media Pendidikan ... 11

a. Pengertian Media ... 11

b. Kegunaan Media dalam Proses Belajar Mengajar ... 11

c. Media Pembelajaran Montessori ... 12

(13)

xii

e. Ciri Media Pembelajaran Montessori ... 13

f. Fundamental Lesson ... 15

5. Pembelajaran Kelas Kata Bahasa Indonesia ... 16

B. Penelitian yang Relevan ... 19

1. Penelitian Tentang Pengembangan Metode Montessori ... 19

2. Penelitian Tentang Pengembangan Media Berbasis Metode Montessori 20 C. Kerangka Berpikir ... 22

D. Pertanyaan Penelitian ... 23

BAB III METODE PENELITIAN... 24

A. Jenis Penelitian ... 24 B. Setting Penelitian ... 24 1. Tempat Penelitian ... 24 2. Subjek Penelitian ... 25 3. Objek Penelitian ... 25 4. Waktu Penelitian ... 25 C. Prosedur Pengembangan ... 25

1. Potensi dan Masalah ... 27

2. Pengumpulan Informasi ... 27 3. Desain Produk ... 28 4. Validasi Desain ... 28 5. Revisi Desain ... 28 6. Ujicoba Produk ... 28 7. Revisi Desain ... 29

D. Teknik Pengumpulan Data ... 30

1. Observasi... 30

2. Wawancara ... 31

(14)

xiii 4. Tes ... 32 5. Trianggulasi ... 33 E. Instrumen Penelitian ... 34 1. Instrumen Observasi ... 34 2. Instrumen Wawancara ... 34

3. Instrumen Kuesioner Validasi Produk ... 37

4. Instrumen tes ... 38

F. Teknik Analisis Data ... 38

1. Analisis Data Kualitatif ... 38

2. Analisis Data Kuantitatif ... 38

3. Analisis Data Hasil Tes ... 40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 41

A. Hasil Penelitian ... 41

1. Identifikasi Potensi dan Masalah ... 41

a. Observasi ... 41

b. Wawancara ... 42

2. Tahap Mengumpulkan Informasi ... 48

a. Studi literatur ... 48

b. Survei Lapangan ... 50

3. Desain Produk ... 51

a. Desain Media SK3D ... 51

b. Desain Kartu Material ... 55

c. Desain Album ... 59

4. Validasi Produk ... 60

a. Uji Instrumen Validasi Produk ... 60

b. Data Hasil Validasi Produk ... 60

5. Revisi Produk ... 63

(15)

xiv

a. Uji validitas Intrumen tes ... 63

b. Pembelajaran dengan Media ... 64

1) Pretest ... 64

2) Ujicoba Produk dalam Pembelajaran ... 65

3) Posttest ... 75

4) Data dan Analisis ... 75

5) Wawancara Post-UjicobaTerbatas ... 78

7. Revisi Produk Post-Ujicoba Lapangan Terbatas ... 79

B. Pembahasan ... 80 1. Langkah Pengembangan ... 80 2. Kuliatas Produk ... 89 BAB V PENUTUP ... 94 A. Kesimpulan ... 94 B. Keterbatasan Penelitian ... 94 C. Saran ... 95 DAFTAR PUSTAKA ... 96 LAMPIRAN ... 99 CURRICULUM VITAE ... 154

(16)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Observasi Media ... 34

Tabel 3.2 Pedoman Wawancara Kepala Laboratorium... 35

Tabel 3.3 Pedoman Wawancara Guru Kelas III... 36

Tabel 3.4 Pedoman Wawancara Siswa ... 36

Tabel 3.5 Kisi-Kisi Kuesioner Validasi Produk ... 37

Tabel 3.6 Kisi-Kisi Soal Pretest dan Posttest ... 38

Tabel 3.7 Konversi Data Kualitatif ke Kuantitatif ... 40

Tabel 4.1 Rekapitulasi Komentar Pedoman Wawancara ... 42

Tabel 4.2 Hasil Wawancara Guru Kelas III ... 44

Tabel 4.3 Hasil Wawancara Kepala Laboratorium ... 45

Tabel 4.4 Hasil Wawancara Siswa ... 46

Tabel 4.5 Daftar Ukuran Simbol Kelas Kata ... 53

Tabel 4.6 Kartu Materi Kelas Kata ... 57

Tabel 4.7 Hasil Validasi Instrumen Kuesioner Validasi Produk ... 60

Tabel 4.8 Hasil Penilaian Validasi Produk Media ... 61

Tabel 4.9 Hasil Penilaian Validasi Produk Album ... 61

Tabel 4.10 Rekapitulasi Hasil Validasi Instrumen Pretest ... 63

Tabel 4.11 Rekapitulasi Hasil Validasi Instrumen Posttest ... 64

Tabel 4.12 Rekapitulasi Hasil Pretest ... 64

Tabel 4.13 Jadwal Kegiatan Pembelajaran ... 65

Tabel 4.14 Revisi Jadwal Pembelajaran... 66

Tabel 4.15 Rekapitulasi Nilai Posttest ... 75

(17)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. 1 Wooden Symbol Grammar ... 7

Gambar 2.1 Literature Map Penelitian yang Relevan ... 21

Gambar 3. 1 Prosedur Pengembangan Sugiyono ... 26

Gambar 3. 2 Modifikasi Prosedur Pengembangan Sugiyono ... 26

Gambar 3. 3 Prosedur Penelitian dan Pengembangan ... 29

Gambar 3.4 Tranggulasi Teknik Pengumpulan Data ... 33

Gambar 3.5 Trianggulasi Sumber Data Wawancara ... 33

Gambar 3. 6 Rumus Rerata Hasil Penilaian Instrumen... 39

Gambar 3. 7 Rumus Penentuan Jarak Interval ... 39

Gambar 3. 8 Rumus Penilaian Hasil Tes ... 40

Gambar 3. 9 Rumus Rerata Nilai Siswa... 40

Gambar 3.10 Rumus Presentase Kenaikan Nilai Pretest dan Posttest... 40

Gambar 4. 1 Trianggulasi Sumber Data Wawancara ... 47

Gambar 4. 2 Media Simbol Kata 3 Dimensi ... 51

Gambar 4. 3 Nampan Simbol Kata 3 Dimensi ... 52

Gambar 4. 4 Desain Kartu Pengendali Kesalahan dan Tanpa Pengendali ... 55

Gambar 4. 5 Kartu Nama Kelas Kata... 56

Gambar 4. 6 Kartu Contoh Kelas Kata ... 57

Gambar 4. 7 Desain Album ... 59

Gambar 4. 8 Karpet ... 59

Gambar 4. 9 Area Kerja Siswa ... 67

Gambar 4.10 Anak Melihat dan Memegang Bola Merah ... 67

Gambar 4. 11 Aktivitas Kata Sifat ... 69

Gambar 4. 12 Hasil Kerja Kelompok ... 70

Gambar 4. 13 Perbedaan Nilai Pretest dan Posttest ... 77

Gambar 4. 14 Perbedaan Nilai Rerata Pretest dan Posttest ... 77

(18)

xvii

Gambar 4.16 Aktivitas Three Period Lesson ... 85

Gambar 4. 17 Simbol Kata Depan dan Kata Penghubung ... 87

Gambar 4. 18 Aktivitas Kata Penghubung ... 87

Gambar 4. 19 Aktivitas Kata Depan ... 87

Gambar 4. 20 Simbol Kata Keterangan, Kata Sifat, dan Kata Kerja ... 88

Gambar 4.21 Aktivitas Kata Keterangan ... 88

Gambar 4. 22 Lembar Kerja Siswa ... 89

(19)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Instrumen Identifikasi Potensi dan Masalah……….. 99

Lampiran 1. 1 Rekapitulasi hasil observasi... 99

Lampiran 1.2 Rekapitulasi hasil wawancara ... 101

Lampiran 2 Instrumen Penelitian………. 110

Lampiran 2.1 Uji validitas instrumen tes ... 110

Lampiran 2. 2 Rekapitulasi Uji Validitas Instrumen Pretest ... 122

Lampiran 2. 3 Rekapitulasi Uji Validitas Instrumen Posttest ... 123

Lampiran 2. 4 Lembar Penilaian Isi Instrumen Validasi Produk ... 124

Lampiran 3 Validasi Produk Oleh Ahli……… 128

Lampiran 3. 1 Lembar Validasi Produk oleh ahli ... 128

Lampiran 4 Ujicoba Lapangan Terbatas………. 143

Lampiran 4. 1 Soal pretest ... 143

Lampiran 4.2 Soal posttest ... 144

Lampiran 4.3 Lembar hasil ujian pretest ... 145

Lampiran 4. 4 Lembar hasil ujian posttest ... 146

Lampiran 5 Surat Permohonan Izin Penelitian ke SD………. 147

Lampiran 6 Surat Permohonan Izin Uji Kelayakan Instrumen……… 148

Lampiran 7 Surat Keterangan telah Melakukan Ujicoba Produk……… 149

Lampiran 8 Surat Keterangan telah Melakukan Penelitian di SD………... 150

Lampiran 9 Surat Izin Orangtua………. 151

Lampiran 10 Dokumentasi Observasi di Kelas dan di Laboratorium………….. 152

Lampiran 11 Dokumentasi Ujicoba Lapangan terbatas………... 153

(20)

1 BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini akan dibahas beberapa hal berikut ini latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, spesifikasi produk yang dikembangkan dan definisi operasional.

A. Latar Belakang

Pada hakekatnya fungsi bahasa dalam kehidupan manusia, yaitu sebagai alat ekspresi jiwa, alat komunikasi, alat beradaptasi dan alat kontrol sosial (Mulyati, 2016: 3-8). Hal ini menunjukan bahwa bahasa menjadi bagian yang sangat vital dalam kehidupan manusia. Bahasa tidak dapat dipisahkan dari manusia karena merupakan ekspresi identitas seseorang. Bagi orang Indonesia, Bahasa Indonesia adalah bahasa yang menjadi tolak ukur identitas bangsa Indonesia (Diana, 2014: 48).

Badan Standar Nasional Pendidikan (2006: 119) juga menjelaskan bahwa bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya. Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulisan, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia. Slamet (2014: 20) menjelaskan pentingnya dalam pembelajaran bahasa, yaitu penguasaan kaidah-kaidah bahasa atau tata bahasa. Penguasaan kaidah tata bahasa membantu siswa untuk semakin cermat dalam menyusun kalimat (Slamet, 2014: 20). Pemahaman akan tata bahasa yang baik akan membantu siswa untuk memahami pelajaran yang lain. Siswa tidak akan mampu

(21)

memahami teks yang dibaca atau ditulis jika tidak memahami jenis dan fungsi setiap kata yang ada dalam bacaan tersebut. Montessori (2008: XXIX) merangkum seluruh gagasan mengenai tata bahasa ketika ia mengatakan “kita harus mulai memahami bahwa anak meraih pengetahuannya mengenai tata bahasa melalui upayanya sendiri namun, pernyataan ini tidak menjadi alasan bagi kita untuk tidak berbicara kepadanya secara gramatika untuk membantunya menyusun kalimat-kalimat”.

Pembelajaran Bahasa Indonesia akan menjadi lebih efektif jika metode yang digunakan sesuai dengan tahap perkembangan anak. Siswa sekolah dasar dalam teori perkembangan anak menurut Piaget berada pada tahap operasional konkret. Tahap operasional konkret ditandai dengan adanya sistem operasi berdasarkan apa yang kelihatan nyata atau konkret (Suparno, 2001: 70). Cara berpikir anak terbatas karena masih berdasarkan sesuatu yang konkret. Berdasarkan karakteristik tersebut, maka pembelajaran dikatakan bermakna apabila guru menyediakan media atau alat yang konkret untuk membantu siswa memahami konsep yang abstrak. Charles F. Haban dalam Hamdani (2010: 256), mengemukakan bahwa nilai media terletak pada tingkat realistiknya dalam proses penanaman konsep.

Permasalahan global yang terjadi di Indonesia saat ini adalah rendahnya mutu pendidikan, karena berbagai faktor. Faktor-faktor tersebut meliputi, rendahnya prestasi belajar siswa, rendahnya motivasi belajar siswa, pembelajaran yang kurang kreatif, dan minimnya fasilitas pendukung pembelajaran. Permasalahan ini dibuktikan dengan data survei mengenai sistem pendidikan dan dan kemampuan siswa diberbagai negara. Survei tersebut dilaksanakan oleh Organisation Economic Cooperation and Development (OECD) yang biasanya disebut Program for International Student Assesments (PISA). Dari hasil tes dan evaluasi PISA 2015 performa siswa-siswi Indonesia masih tergolong rendah. Berturut-turut rata-rata skor pencapaian siswa-siswi Indonesia untuk membaca, berada di peringkat 61 dari 72 negara yang dievaluasi (OECD, 2016). Kemampuan literasi anak Indonesia tergolong sangat rendah. Hal ini menjadi tantangan bagi pemerintah dalam mengatasi permasalahan di Indonesia dan menciptakan perubahan di bidang pendidikan. Salah satu upaya

(22)

yang dilakukan adalah dengan menggunakan metode pembelajaran yang sesuai dengan tahap perkembangan siswa.

Selain, hasil survei PISA peneliti juga melakukan wawancara di Sekolah Dasar Kanisius Ekperimental Mangunan dengan guru kelas III tentang kesulitan yang dihadapi siswa dalam pelajaran Bahasa Indonesia khususnya pada materi kelas kata. Menurut Pak Ahmad “Ketika kemampuan berBahasa Indonesia anak

lemah maka akan mempengaruhinya dalam memahami pelajaran lain, misalnya matematika mengenai soal cerita. Anak tidak paham apa yang tertulis pada soal dan apa yang ditanya. Mungkin karena anak cenderung menggunakan bahasa Jawa saat berbicara sehari-hari sehingga untuk menjelaskan sesuatu dalam Bahasa Indonesia ia tidak bisa mengekspresikan apa yang hendak dikatakan. Salah satu penyebabnya karena kurangnya kosakata Bahasa Indonesia”

(Komunikasi pribadi 13 September 2017 pukul 10.00-11.45).

Peneliti juga bertanya tentang solusi yang digunakan untuk mengatasi kesulitan tersebut. “Setelah mengikuti pelatihan di laboratorium Montessori

PGSD saya mencoba mengaplikasikan media Montessori wooden symbol grammar untuk mengajarkan kepada anak-anak tentang kelas kata. Karena medianya tidak ada maka saya menggunakan plastisin untuk simbol kata kerja yang berbentuk lingkaran dan gambar bangun datar yang disimbolkan. Pembelajaran sangat seru karena anak-anak mengingat simbol-simbol tersebut dan mengidentifkasi kata yang sesuai dengan simbol. Anak-anak saya lebih paham ketika menggunakan simbol daripada hanya sekedar menjelaskan”.

(Komunikasi pribadi 13 September 2017 pukul 10.00-11.45).

Berdasarkan hasil wawancara menunjukan bahwa siswa membutuhkan benda konkret atau media untuk membantunya memahami konsep. Piaget melontarkan istilah operasi konkret untuk mendeskripsikan tahap berpikir

“hands on” (Suryana, 2016: 87). Konkret dalam arti melibatkan sentuhan fisik

secara langsung. Oleh karena itu, pemanfaatan media dalam pembelajaran perlu ditingkatkan karena anak sekolah dasar sudah dapat berpikir logis namun masih terbatas diterapkan pada benda-benda konkret (Suparno, 2001: 87).

Permasalahan yang ditemukan di sekolah dasar dan hasil PISA menunjukkan bahwa kemampuan literasi anak Indonesia rendah. Oleh karena

(23)

itu, perlu adanya upaya untuk membantu siswa belajar Bahasa Indonesia terutama membaca dan menulis. Dalam membaca dan menulis, unsur yang terpenting adalah pemahaman kelas kata. Maka, agar siswa paham tentang apa yang ditulisnya dan dapat memahami apa yang dibacanya siswa perlu belajar memahami kelas kata. Salah satu metode yang cocok dan sesuai dengan tahap perkembangan anak usia sekolah dasar adalah metode pembelajaran Montessori. Rangkaian permasalahan di atas, menunjukkan adanya gap atau kesenjangan antara pemanfaatan media yang kurang maksimal dengan tahap perkembangan anak usia sekolah dasar. Selain adanya kesenjangan tersebut, peneliti juga melihat adanya potensi penggunaan media Montessori di sekolah ini. Dalam Kenyataannya, sekolah telah memanfaatkan media montessori namun, belum maksimal dan berkelanjutan. Hal ini, mendorong peneliti untuk mengembangakan media pembelajaran berbasis Montessori. Peneliti membatasi penelitian ini untuk pelajaran Bahasa Indonesia materi kelas kata di SD Kanisius Ekperimental Mangunan untuk siswa kelas III tahun ajaran 2017/2018. Media yang akan dikembangakan yaitu simbol kata tiga dimensi (SK3D), peneliti berharap media ini dapat membantu siswa dan guru dalam kegiatan belajar mengajar.

B. Rumusan masalah

Dalam penelitian ini, peneliti menuliskan dua rumusan masalah yaitu sebagai berikut.

1. Bagaimana proses pengembangan media Montessori simbol kata tiga dimensi yang layak untuk membantu siswa memahami kelas kata?

2. Bagaimana kualitas media Montessori simbol kata tiga dimensi yang yang layak dikembangkan untuk membantu siswa memahami kelas kata?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini yang akan dilaksanakan yaitu sebagai berikut

(24)

1. Mengembangkan dan mendeskripsikan proses pengembangan media Montessori simbol kata tiga dimensi yang layak untuk membantu siswa memahami kelas kata.

2. Mendeskripsikan kualitas media Montessori yang layak untuk membantu siswa memahami kelas kata.

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Siswa

Memberi pengalaman kepada siswa untuk belajar menggunakan media Montessori dalam pelajaran Bahasa Indonesia.

2. Bagi Guru

Memberi inspirasi bagi guru dalam mengajarkan materi kelas kata dengan menggunakan media konkret berbasis metode Montessori yang menyenangkan dan menarik bagi peserta didik.

3. Bagi Peneliti

Meningkatkan daya kreasi dan mengasah kemampuan peneliti dalam mengembangkan media pembelajaran berbasis Montessori. Peneliti dapat membuat media yang berkualitas dan berdaya guna yang dapat disumbangkan bagi sekolah dan berguna bagi banyak pihak yang ingin menggunakannya. Melalui penelitian ini juga, peneliti dapat mengekspresikan ketertarikannya terhadap pendekatan Montessori. 4. Bagi Sekolah

Sekolah mendapat koleksi media pembelajaran Montessori yang dapat digunakan untuk pembelajaran di kelas. Guru yang pernah mencoba media ini dapat melanjutkannya sehingga pembelajaran menjadi lebih menarik.

E. Definisi Operasional

1. Metode Montessori adalah metode pembelajaran yang diperkenalkan oleh

Maria Montessori dengan menggunakan media konkret yang

berkarakteristik khusus seperti: menarik, bergradasi, corection,

(25)

2. Auto-correction adalah salah satu ciri-ciri dari media Montessori yang mana bisa membantu anak untuk menyadari kesalahannya.

3. Auto-education adalah salah satu ciri dari media montesori yang dapat membantu anak untuk belajar kelas kata secara mandiri.

4. Media Montessori adalah alat yang didesain sesuai dengan karakteristik Montessori untuk digunakan dalam suatu proses belajar guna meningkatkan daya konsentrasi dan perhatian siswa pada konsep yang sedang dipelajari. 5. Media simbol kata tiga dimensi adalah sebuah media pembelajaran berbasis

Montessori yang berupa 10 simbol berbentuk geometrik tiga dimensi untuk mempelajari kelas kata Bahasa Indonesia.

6. Simbol kata tiga dimensi adalah simbol-simbol kelas kata yang berbentuk bola, piramida, balok, bulan sabit dengan warna, ukuran yang berbeda-beda serta mempunyai makna.

7. SK3D adalah singkatan dari Simbol Kata 3 Dimensi

8. Album simbol kata tiga dimensi adalah sebuah buku panduan untuk guru yang berisi langkah-langkah presentasi dan materi kelas kata.

9. Bahasa Indonesia adalah salah satu mata pelajaran yang sangat penting untuk mengajarkan anak-anak berkomunikasi yang baik dan benar.

10. Kelas kata atau jenis kata adalah kelompok kata Bahasa Indonesia yang terdiri dari kata kerja, kata sifat, kata benda, kata penghubung, kata depan, kata sandang, kata seru, kata ganti dan kata keterangan untuk membantu menyusun kalimat yang baik dan benar.

F. Spesifikasi Produk

Spesifikasi produk adalah deskripsi yang detail tentang bagaimana sesuatu dibuat (Sugiyono, 2017: 401). Media yang akan dikembangkan yaitu media Montessori wooden symbol grammar.

Peneliti menyebutnya media ini sebagai media simbol kata tiga dimensi. Media ini, terdiri dari 10 simbol berbentuk geometrik dengan warna, bentuk dan ukuran yang berbeda-beda. Bentuk-bentuk geometrik ini seperti piramida, bola, bulan sabit, balok, dan lubang kunci. Ukuran setiap simbol berkisar antara 1 cm- 6 cm, terbuat dari bahan kayu mahoni yang relatif ringan.

(26)

10 simbol ini akan digunakan untuk pembelajaran kelas kata yaitu kata kerja, kata sifat, kata benda, kata penghubung, kata depan, kata keterangan, dan kata ganti kata bilangan, kata seru dan kata sandang.

Berikut ini adalah gambar media tersebut yang lengkap dengan nama bagian-bagiannya.

Gambar 1. 1 Wooden Symbol Grammar

Keterangan:

1 : nampan besar

2 : nampan kecil

3 : 10 Simbol geometrik 3 dimensi

Media ini, juga akan dilengkapi dengan album sebagai buku panduan untuk guru. Album ini berisi langkah-langkah pembelajaran atau cara mempresentasikan media simbol kata tiga dimensi. Selain itu, peneliti akan membuat kartu sebagai pengendali kesalahan dan karta tanpa pengendali kesalahan. Ukuran kartu ini 8 x 10 cm dan di-print di kertas ivory

310.

2

3

(27)

8 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

1. Teori Perkembangan Kognitif Anak

Teori perkembangan kognitif anak yang menjadi landasan dalam penelitian ini adalah teori kognitif dikembangkan oleh Jean Piaget (1896-1980). Teori tersebut peneliti gunakan karena memiliki kesesuaian dengan tahap perkembangan kognitif subjek penelitian yang akan diteliti.

Piaget membagi tahap perkembangan anak dalam 4 periode yaitu periode sensorimotor, periode pre-operasional, operasional konkret dan operasional formal. Tahap sensorimotor ditandai dengan pemikiran anak berdasarkan indrawinya, tahap praoperasi ditandai dengan digunakannya simbol-simbol untuk menghadirkan suatu benda atau pemikiran, khususnya penggunaan bahasa. Tahap operasi konkret ditandai dengan penggunaan aturan logis yang jelas sedangkan tahap operasi formal ditandai dengan pemikiran abstrak, hipotesis, deduktif, dan induktif (Suparno, 2001: 24-25). Tahap perkembangan kognitif yang sesuai dengan subjek penelitian adalah tahap operasional konkret untuk anak usia 7-11 tahun. Dalam operasi ini anak telah mengembangkan sistem pemikiran logis yang dapat digunakan untuk memecahkan persoalan-persoalan konkret. Tahap operasi konkret tetap ditandai dengan adanya sistem operasi berdasarkan apa-apa yang kelihatan nyata atau konkret. Cara berpikir anak terbatas karena masih berdasarkan sesuatu yang konkret (Suparno, 2001: 69-70).

Berdasarkan tahap perkembangan kognitif anak menurut Piaget, anak kelas III SD Kanisius Eksperimental Mangunan berada pada tahap operasional konkret. Pada tahap perkembangan ini, anak belum dapat berurusan dengan materi abstrak (Dahar, 1989: 154). Demikian pula Suparno (2001: 87) menjelaskan bahwa anak pada tahap ini meskipun sudah dapat berpikir secara logis namun, masih terbatas diterapkan pada benda-benda konkret. Konkret dalam arti melibatkan sentuhan fisik secara

(28)

langsung atau hands on (Suryana, 2016: 87). Dengan demikian, berdasarkan teori tersebut maka peneliti berpendapat bahwa dengan adanya media pembelajaran Bahasa Indonesia yang konkret di sekolah dasar dapat membantu anak untuk mendapatkan pengalaman langsung dari suatu pembelajaran.

2. Tahap Perkembangan Bahasa Anak

Perkembangan bahasa anak adalah suatu rangkaian kesatuan kegiatan ucapan dari yang sederhana menuju ucapan yang utuh (Slamet, 2014: 7). Penguasaan Bahasa Indonesia bagi anak sekolah dasar, tentu saja bermacam-macam. Dengan bekal pengetahuan anak, guru bertugas untuk mengembangkan penguasaan dan keterampilan berbahasa mereka. Perkembangan bahasa anak meningkat dari bahasa lisan ke bahasa tulis. Menurut Ross dan Roe dalam Slamet (2014: 11) fase perkembangan bahasa anak dibagi menjadi 3 yaitu fase fonologis untuk anak usia 0-2 tahun, fase sintaktik untuk anak usia 2-7 tahun dan fase semantik untuk anak usia sekolah dasar yaitu 7-11 tahun. Pada tahap semantik kemampuan anak untuk membedakan kata sebagai simbol dan konsep yang terkandung dalam kalimat (Slamet, 2014: 11).

Anak kelas III SD berada tahap semantik, yang mana penguasaan kaidah-kaidah bahasa sangat penting. Oleh karena itu, pembelajaran perlu dititikberatkan pada pengetahuan tentang struktur bahasa dalam hal ini pola-pola kalimat, pola-pola kata, dan suku kata (Slamet, 2014: 20). Kemampuan membuat kalimat efektif dipengaruhi oleh keterampilan mengaplikasikan kelas kata, frase, dan klausa (Widjono, 2007: 131). Relevansi teori-teori di atas dengan penelitan ini yaitu dalam pembelajaran kelas kata Bahasa Indonesia menjadi dasar bagi siswa sekolah dasar untuk meningkatkan kemampuannya dalam membuat kalimat, memahami kalimat, atau dengan kata lain terampil berbahasa lisan dan tulisan.

3. Metode Montessori

Metode Montessori adalah metode yang dikembangkan oleh Maria Montessori. Motode Montessori sangat menekankan prinsip kebebasan anak

(29)

dalam beraktivitas di lingkungan yang disiapkan. Menurut prinsipnya tentang belajar mandiri, kebebasan seorang anak memungkinkan anak untuk memilih kegiatan belajar mereka sendiri (Gutek, 2015: 31). Meskipun Montessori menekankan kebebasan anak-anak, Montessori tidak menafsirkan kebebasan anak sebagai ketiadaan kontrol, ini tidak berarti melakukan urusan sendiri. Bagi Montessori kebebasan anak berarti kebebasan untuk beraktivitas dalam sebuah lingkungan yang terstruktur (Gutek, 2015: 71). Suryana (2016: 100) menegaskan bahwa manusia lahir dengan potensi, namun untuk mengaktualisasikan potensi tersebut, manusia perlu mendapat bimbingan dari lingkungan sekitarnya. Jika lingkungan tidak mendukung, maka potensi yang dimiliki manusia tidak berkembang.

Ada 2 komponen dalam metode Montessori yang berperan penting yaitu Lingkungan (environment) dan guru (Lillard, 1972: 50-51). Lingkungan adalah elemen pertama dalam metode Montessori. Maria Montessori mendeskripsikan lingkungan sebagai tempat di mana anak berkembang. Lingkungan dirancang untuk membantu pengembangan diri anak (self-construksi) dan tempat di mana anak menyingkapkan kepribadiannya dan pola perkembangannya kepada kita. Oleh karena itu, guru mempunyai peran yang sangat penting dalam mempersiapkan lingkungan dan harus memiliki kemampuan untuk berpartisipasi atau terlibat dalam perkembangan anak.

Lingkungan meliputi alat peraga atau media pembelajaran dan latihan-latihan sedangkan guru yang menyiapkan lingkungan tersebut (Lillard, 1972: 50-51). Ada 6 komponen dasar lingkungan menjadi prinsip metode pendidikan Montessori yaitu berkaitan dengan konsep kebebasan, struktur dan urutan, realistis dan kealamian, keindahan dan nuansa, Montessori material atau media-media Montessori dan perkembangan hidup komunitas atau kebersamaan (Suryana, 2016: 17). Peneliti akan membahas lebih detail komponen yang kelima yaitu prinsip media pembelajaran dalam kelas karena penelitian ini akan mengarah ke media pembelajaran.

(30)

4. Media Pendidikan

a. Pengertian Media

Kata media berasal dari bahasa Latin, yaitu medius yang secara harafiah berarti tengah, perantara, atau pengantar (Sadiman, 2009: 6). Menurut Martin & Briggs dalam Wena (2009: 9) media adalah semua sumber yang diperlukan untuk melakukan komunikasi dengan siswa. Gagne juga menjelaskan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar (Sadiman, 2009: 6). Pembelajaran yang efektif harus dilakukan dengan berbagai cara dan menggunakan berbagai macam media pembelajaran (Gagne dalam Wena, 2009: 10). Dalam pembelajaran guru harus memiliki kiat atau seni untuk memadukan antara bentuk pembelajaran dan media yang digunakan sehingga mampu menciptakan proses pembelajran yang harmonis.

Berdasarkan pengertian media menurut ahli di atas maka bagi peneliti media merupakan semua sumber pembelajaran yang ada di lingkungan yang dapat digunakan untuk merangsang minat belajar siswa.

b. Kegunaan Media dalam Proses Belajar Mengajar

Penggunaan media secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif anak didik. Dalam hal ini media berguna untuk menimbukan kegairahan belajar, menimbulkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik dengan lingkungan dan kenyataan, memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan dan minatnya (Sadiman, 2009: 17-18). Kegunaan ini sangat berkaitan dengan prinsip dalam pendidikan Montessori bahwa media membantu anak untuk bekerja secara mandiri dan menemukan minatnya.

(31)

c. Media Pembelajaran Montessori

Lillard dalam Putri (2013: 10) mengungkapkan bahwa media Montessori dirancang secara mendetail sehingga anak dapat menggunakannya secara mandiri. Tiga unsur media Montessori yang selalu diperhatikan, yaitu membangun kemandirian anak dan membangun akademik anak, memiliki nilai seni, dan mengembangkan rasa tanggungjawab serta menjaga media yang ia miliki. Media yang dikembangkan memiliki prinsip kesederhanaan, daya tahan, keindahan, mengembangkan kreativitas, dan anak belajar dari penemuan serta memberikan kepada anak kesempatan untuk memperbaiki kesalahan mereka sendiri.

Gutek (2015: 92-93) memaparkan mengenai kunci menuju perkembangan moral yaitu konsentrasi pada suatu jenis pekerjaan. Konsentrasi mengharuskan anak untuk menggunakan media pembelajaran sesuai dengan tujuan rancangan benda-benda tersebut. Montessori meyakini bahwa anak-anak akan fokus pertama pada sebuah benda yang terdapat dalam sebuah aktivitas dan kemudian fokus pada pengetahuan yang diperoleh ketika mengeksplorasi dan menggunakannya. Anak tertarik melihat bagaimana sebuah benda dibuat dan belajar bagaimana ia bekerja dan berfungsi.

Berdasarkan penjelasan di atas peneliti berpendapat bahwa media pembelajaran Montessori adalah alat yang dirancang sesuai dengan tahap perkembangan anak untuk membantu anak berkonsentrasi dalam sebuah aktivitas pembelajaran. Jadi, media simbol kata tiga dimensi (SK3D) adalah media yang didesain sesuai dengan karakteristik Montessori untuk meningkatkan konsentrasi siswa pada konsep yang sedang dipelajari.

d. Klasifikasi Media Pembelajaran Montessori

Lillard (1972: 70-73) menjelaskan bahwa media Montessori dibagi menjadi 4 kategori: the daily living materials, the sensorial

(32)

materials. Bersumber dari klasifikasi media pembelajaran

Montessori, dapat dikatakan bahwa media pembelajaran bahasa yang akan dikembangkan oleh peneliti termasuk dalam klasifikasi

academic materials atau media akademik. Media akademik adalah

media yang digunakan untuk mengajarkan bahasa, menulis, dan membaca, matematika, geografi, dan sains.

e. Ciri Media Pembelajaran Montessori

Pembelajaran Montessori biasanya dalam lingkungan yang telah disiapkan. Dalam lingkungan ini, alat peraga yang didesain secara eksplisit dapat memberikan makna bagi anak-anak (Lillard, 2005: 328). Setiap media yang dibuat mempunyai tujuan penggunaannya dan maknanya sendiri. Karakteristik media yang digunakan dalam kelas Montessori yaitu:

1) Menarik

Montessori (2003: 81) menjelaskan bahwa setiap media pembelajaran harus mengandung unsur keindahan. Unsur tersebut dapat dilihat dari segi warna, bentuk media, kualitas media, dll. Dimensi-dimensi ini, dapat yang mengundang minat siswa untuk belajar. Montessori percaya bahwa anak tertarik dengan warna dan bentuk sehingga membuat pembelajaran akan lebih manarik.

2) Bergradasi

Gradasi yang dimaksud adalah rangsangan rasional yang nampak pada penggunaan alat yang melibatkan beberapa indra. Selain itu bergradasi dapat dilihat dari tingkatan usia, media tersebut dapat digunakan oleh anak usia yang berbeda dengan cara pendekatan yang berbeda pula.

3) Memiliki pengendali kesalahan (auto- correction)

Control of error is any kind of indicator which tells us whether we are going toward our goal or away from it (Lillard,

(33)

yang dapat menyatakan atau menunjukan kepada kita apakah yang dilakukan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai atau tidak sesuai. Media Montessori didesain dengan pengendali kesalahan yang terletak pada media itu sendiri. Dengan adanya pengendali kesalahan atau control of error ini membantu anak untuk mengakui atau mendeteksi kesalahannya sendiri, menunjukan kepadanya bagaimana memperbaikinya.

4) Membelajarkan siswa secara mandiri (auto- education)

Auto-education artinya media ini membantu anak untuk

belajar sendiri dan mengurangi keterlibatan guru (Lillard, 1972: 51).

5) Kontekstual

Montessori mengemukakan bahwa belajar hendaknya disesuikan dengan konteks (Lillard dalam Astuti 2017: 21). Isaacs (2010: 16) juga mengatakan bahwa jika anak tidak terbiasa mendengar bahasa yang digunakan dalam konteks hidup sehari-hari maka ia akan kehilangan kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif.

Media pembelajaran yang dikembangkan dalam penelitian ini juga mengandung lima ciri tersebut. Media ini sangat menarik dilihat dari warna-warnanya yang cerah dan disukai anak dan bentuk dari simbol-simbolnya yang mengundang rasa ingin tahu anak. Ciri gradasi terdapat pada penggunaan media yang melibatkan beberapa indra, variasi warna dan variasi ukuran simbol dan dapat digunakan oleh semua kelas dengan cara yang berbeda sesuai dengan tingkat pemahaman siswa. Pengendali kesalahan pada media ini dapat dilihat dari bentuknya, warna dan juga pada kartu pengendali kesalahan. Kontekstual yang dimaksud dalam media ini adalah media yang umumnya digunakan untuk tata bahasa Inggris akan digunakan oleh peneliti untuk pembelajaran Bahasa Indonesia

(34)

dengan contoh kata-kata yang sesuai dengan anak dan terbuat dari bahan yang mudah ditemukan di lingkungan sekitar.

Dengan demikian, ciri-ciri alat peraga tersebut merupakan standar yang digunakan dalam pembuatan media pembelajaran ini adalah (1) menarik, (2) bergradasi, (3)

auto-correction (4) auto-education dan (5) kontekstual.

f. Fundamental Lesson

Dalam pembelajaran Montessori anak diberi kebebasan untuk memilih aktivitas media sesuai dengan keinginannya. Agar anak dapat membuat pilihan maka harus diperkenalkan beberapa media yang dirancang agar dapat digunakan secara mandiri atau

auto-education (Lillard, 1972: 54-55). Jadi, sebelum menggunakan

media pembimbing atau guru harus memperkenalkan kepada anak langkah-langkah penggunaannya melalui pembelajaran individu atau individual lesson, atau memberi kesempatan kepada anak untuk mengobservasi anak lain yang sedang menggunakannya. Pengantar yang diberikan oleh guru atau pembimbing tetang media baru yang belum diketahui anak disebut fundamental lesson.

Tujuan dari fundamental lesson bukan untuk mengajarkan kunci dari penggunaan media tersebut, tetapi untuk membantu guru menemukan atau memahami perkembangan diri anak (Lillard, 1972: 65-69). Guru menggunakan pelajaran ini untuk mengobservasi reaksi anak, dan mengalami beberapa pendekatan kepada anak. Dalam membantu anak, pertama-tama guru harus mempunyai pengetahuan tentang media-media.

Karakteristik dari fundamental lesson yaitu, singkat, sederhana dan objektif. Menggunakan bahasa atau kata yang sederhana dan tidak terlalu banyak. Setelah guru mempresentasikan cara menggunakan media tersebut, anak diajak untuk menggunakan media tersebut sebagaimana telah ditunjukan. Pertama kali anak menggunakan media itu, guru tetap berada bersama anak dan

(35)

mengamati aksinya tanpa intervensi sehingga tidak mengganggu kebebasan anak.

Salah satu fundamental lesson yang sering digunakan adalah

three period lesson, menurut Seguin (Lillard, 1972: 65-69). Ada 3

langkah yang digunakan yaitu:

1) Asosiasi persepsi indrawi dengan nama.

Misalnya anak diberi dua benda warna merah dan biru. Guru cukup mengatakan “ini merah dan ini biru” lalu meletakan di meja agar anak dapat mengamati.

2) Mengenali objek sesuai dengan nama objek itu.

Guru mengatakan “berikan pada saya yang warna merah” dan berikan pada saya yang warna biru”

3) Memberi nama dari objek yang bersangkutan.

Guru bertanya, “ini warna apa?” dan anak semestinya menjawab “merah” dan “biru”

Berdasarkan penjelasan tersebut, peneliti akan menggunakan pendekatan three period lesson ini untuk pembelajaran dengan media. Pendekatan ini akan membantu siswa untuk memahami lebih paham karena dijelaskan dengan bahasa yang singkat, jelas dan objektif. Berikut ini, peneliti akan memaparkan materi pelajaran Bahasa Indonesia tentang kelas kata.

5. Pembelajaran Kelas Kata Bahasa Indonesia

Kelas kata atau jenis kata adalah golongan kata dalam satuan bahasa berdasarkan kategori bentuk, fungsi, dan makna dalam sistem gramatikal. Dalam menyusun kalimat yang baik dan benar dengan berdasarkan pola-pola kalimat baku, pemakai bahasa harus mengenal kelas kata (Widjono, 2007: 131).

Fungsi kelas kata:

1) melambangkan pikiran atau gagasan yang abstrak menjadi konkret, 2) membentuk bermacam-macam struktur kalimat,

(36)

3) memperjelas makna gagasan kalimat,

4) membentuk satuan makna sebuah frase, klausa, atau kalimat, 5) membentuk gaya pengungkapan sehingga menghasilkan karangan

yang dapat dipahami dan dinikmati oleh orang lain Kelas kata Bahasa Indonesia terdiri atas:

1. Kata benda atau nomina

Kata benda adalah yang menyatakan nama dari orang, hewan, benda dan tempat (Diknas, 2009: 156). Contoh: Karol, rumah, kursi, angin, Tuhan, tuntutan, halaman, pengurus, kebaikan, pendengaran, perkataan, kepengurusan, keselamatan, lalu lintas, segitiga, anak tiri, gerak, gerik, dan sayur-mayur.

Contoh kalimat: Karol pergi ke pasar bersama ibunya. 2. Kata kerja atau verba

Kata kerja adalah kata yang menyatakan tindakan atau aksi (Diknas, 2009: 156). Contoh: duduk, makan, tidur, memegang, menari, melihat, bergerak, berkata, berpakaian, tertawa, mengganggu, dan mendengarkan.

Contoh kalimat: Sally menari di atas panggung 3. Kata sifat atau adjektiva

Kata sifat adalah kata yang menjelaskan atau mendeskripsikan kata benda (Diknas, 2009: 156). Contoh: bagus, besar, panjang, tipis, pantas, indah, lincah, sehat, menarik, membengkak, memuai, mengecil, dan marah.

Contoh kalimat: Ibu marah padaku karena aku tidak mengerjakan pekerjaan rumah dengan baik.

4. Kata ganti atau pronominal

Kata ganti adalah kata pengganti kata benda (Diknas, 2009: 157). Contoh: aku, kami, engkau, kamu, kalian, dia, mereka, ini, itu, sini, sana, situ, sesuatu.

Contoh kalimat: aku anak yang sehat karena setiap hari makan-makanan bergizi.

(37)

5. Kata keterangan atau adverbial

Kata keterangan adalah kata yang memberikan keterangan kepada kata lain, seperti kata kerja dan kata sifat (Diknas, 2009: 157). Contoh: bukan, hanya para, saja, akan, harus, belum, sedang, sudah, sangat, paling, sekali, juga, seluruh, semua, mungkin, barangkali,kiranya, sebaiknya, sepantasnya, kira-kira, mungkin, kenyataannya, beramai-ramai, berlima, secepat-cepatnya, secepat mungkin.

Contoh kalimat: Linda sangat cantik ketika memakai baju biru. 6. Kata depan atau preposisi

Kata depan adalah kata yang digunakan di depan kata benda untuk menunjukan hubungan makna dengan bagian kalimat lain (Chaer, 2011: 122). Contoh: di, ke, kepada, daripada, tentang, dengan, terhadap, akan, melalui, sekitar dan sekeliling. Contoh kalimat: Ayah pergi ke kantor. Ibu memasak di dapur

7. Kata penghubung atau konjungsi

Kata yang digunakan untuk menghubungkan kata dengan kata dan kalimat dengan kalimat (Mulyono, 2013: 21). Contoh: dan, selain, tetapi, kemudian, atau, bahwa, yang, ketika, sebelum, selagi, biarpun sekalipun, jika, lalu

Contoh kalimat: aku membantu ibu memasak dan kakak membantu ayah mencari kayu bakar.

8. Kata sandang atau artikula

Kata sandang atau artikula adalah kata yang menentukan atau membatasi makna kata benda baik yang menunjukan gelar maupun kemartabatan (Muslich, 2008: 111) Misalnya: si, sang, hyang, sri Contoh kalimat: Sri Sultan adalah orang yang sangat baik hati. 9. Kata seru atau interjeksi

Kata seru adalah kata yang digunakan untuk mengungkapkan perasaan batin, misalnya kaget, terharu, marah, sedih, kagum (Mulyono, 2013: 22).

(38)

Contoh: wah, oh, astaga, huh, hai, hallo, nah, aduh, amboi, bukan main, sialan, dan alhamdulilah.

Contoh kalimat: wah, enak sekali tahu bakso yang dijual bu Laksmi! 10. Kata bilangan atau numeralia

Kata yang menyatakan jumlah, nomor dan urutan benda (Diknas, 2009: 157). Misalnya tiga, kedua, seratus, kesembilan, beberapa, sedikit, banyak, dll.

Contoh kalimat: Okka anak pertama dalam keluarganya, ia sangat cerdas.

B. Penelitian yang Relevan

1. Penelitian Tentang Pengembangan Metode Montessori

Lillard & Else-Quest (2006) melakukan penelitian untuk membandingkan skor nilai akademik dan sosial siswa sekolah Montessori dan program pendidikan sekolah dasar lainnya. Penelitian ini, dilakukan terhadap siswa Montessori usia 3-5 tahun dan 6-12 tahun di Milwaukee, Wilsconsin. Kelompok kontrol dalam penelitian ini adalah 40 siswa dari

public inner city school dan 12 siswa dari 12 suburban public, private/voucher, atau charter school. Public school sudah menerapkan

program pendidikan khusus seperti kurikulum untuk anak-anak berbakat dan bertalenta, language immersion, seni dan pembelajaran discovery. Hasil penelitian yang menunjukan bahwa siswa Montessori umur 6-12 tahun lebih kreatif dalam membuat essay dengan susunan kalimat yang lebih kompleks, selektif dalam memberikan respon positif terhadap masalah-masalah sosial dan menunujukan perasaan yang peka terhadap komunitasnya di sekolah. Penelitian ini mempunyai kesamaan pada penggunaan metode Montessori untuk kemampuan bahasa anak usia sekolah dasar, perbedaannya pada pengembangan media pembelajaran Bahasa Indonesia.

Kayili & Ari (2011) melakukan penelitian untuk menguji pengaruh metode Montessori dalam mempersiapkan siswa untuk sekolah dasar. Jumlah anak pre-school yang terlibat dalam studi ini 50 anak, 25 anak termasuk dalam kelompok yang diberi perlakuan dan 25 anak

(39)

termasuk kelompok kontrol. Penelitian ini, menggunakan Metropolitan

Readiness Test untuk menguji level kesiapan anak dan menggunakan B form of PKBS (Preschool and Kindergarten BehaviorScale) untuk

mengukur keterampilan sosial, FTF-K attention gathering skills test digunakan untuk mengukur tingkat konsentrasi anak. Hasil penelitian menunjukan bahwa metode Montessori memberikan kontribusi yang sangat positif bagi anak yang akan melanjutkan ke sekolah dasar.

Penelitian tersebut memiliki relevansi dengan penelitian ini yaitu, pada penggunaan metode Montessori. Dalam penelitian terdahulu metode mentessori digunakan untuk mengukur kesiapan anak usia Pre-school yang akan masuk sekolah dasar sedangkan dalam penelitian ini juga menggunakan metode Montessori untuk mengembangan media pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar.

2. Penelitian Tentang Pengembangan Media Berbasis Metode Montessori

Astuti (2017) melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan media kartu abjad berbasis metode Montessori untuk membaca dan menulis permulaan. Hasil validasi alat peraga oleh tiga validator memperoleh skor 3,48 dengan kategori sangat baik dilihat dari ciri alat peraga Montessori yaitu menarik, bergradasi, auto-education,

auto-correction dan kontekstual. Hasil ujicoba yang dilakukan

menunjukan bahwa siswa tertarik menggunakan alat peraga, siswa dapat belajar sendiri menggunakan alat peraga, dan siswa dapat belajar menggunakan kartu huruf dan kartu gambar. Penelitian terdahulu ini mempunyai relevansi dengan penelitian ini dalam hal pengembangan media Bahasa Indonesia berbasis metode Montessori dengan menggunakan jenis penelitian research and development, serta subjek penelitian yang sama yaitu siswa usia sekolah dasar. Perbedaannya terletak pada materi yaitu menulis dan membaca permulaan sedangkan penelitian ini untuk materi kelas kata.

Putri (2013) melakukan penelitian research and development untuk mengembangkan alat peraga Montessori, pada pelajaran

(40)

matematika kepada siswa SD kelas III semester genap.Hasil penelitian menunjukan bahwa penilaian dari pakar pembelajaran matematika, pakar alat peraga matematika, guru kelas III SD Negeri Tamanan I, dan siswa kelas III memperoleh skor 4, 4 termasuk kategori sangat baik untuk digunakan dalam pembelajaran matematika keterampilan geometri. Relevasi Penelitian tersebut dengan penelitian ini yaitu alat peraga berbasis Montessori. Penelitian dahulu mempunyai kesamaan dengan penelitian ini yaitu sama-sama menggunakan jenis penelitian R&D untuk pengembangan media belajar namun perbedaannya yaitu pada pengembangan media untuk matematika dan Bahasa Indonesia.

Berdasarkan paparan di atas jelas terlihat perbedaan dan persamaan antara penelitian yang akan dilakukan dengan hasil penelitian-penelitian terdahulu. Agar lebih jelas dapat dilihat pada kerangka

literature map gambar 2.1.

Gambar 2.1 Literature map penelitian yang relevan

Secara umum, keempat penelitian ini mempunyai relevansi dengan penelitian ini yaitu dalam penggunaan metode berbasis Montessori. Perbedaannya terletak pada fokus penelitian dan permasalahan. Peneliti

Penelitian tentang metode Montessori

Penelitian tentang pengembangan media pembelajaran Montessori

Lillard & Else-Quest (2006) perbandingkan skor nilai akademik dan sosial siswa sekolah Montessori dan Non-montessori

Astuti (2017) kartu abjad berbasis metode montessori kepada siswa SD

Kayili & Ari (2011) pengaruh metode Montessori dalam mempersiapkan siswa

untuk sekolah dasar

Putri (2013) pengembangkan alat peraga Montessori pelajaran matematika kepada

siswa SD

Yang meneliti dan mengembangkan media berbasis metode Montessori pada pelajaran kelas bahasa Indonesia untuk

(41)

belum menemukan bahwa ada penelitian yang membahas Montessori untuk mempelajari kelas kata bahasa Indonesia. Jadi, penelitian ini, adalah penelitian pertama yang dilakukan di Indonesia untuk mengembangakan media berbasis metode Montessori untuk mempelajari kelas kata Bahasa Indonesia dari media yang ada yaitu wooden symbol grammar.

C. Kerangka Berpikir

Dalam tahap perkembangan kognitif, anak mengalami beberapa tahap perkembangannya. Salah satu tahap perkembangan anak adalah tahap operasional konkret yaitu anak usia 7–11 tahun. Tahap operasional konkret merupakan tahap di mana anak belum memiliki kemampuan untuk berpikir secara abstrak dan memerlukan hal-hal konkret agar dapat membantunya memahami hal-hal yang bersifat abstrak. Dalam hal ini, anak usia sekolah dasar pun adalah anak-anak yang sedang berada pada tahap operasional konkret. Sebagai pendidik tentu saja harus menyesuaikan model pembelajaran dengan tahap perkembangan anak.

Anak sekolah dasar membutuhkan benda-benda konkret dalam pembelajarannya agar membantunya memahami konsep yang abstrak. Jika pembelajaran kurang menarik dan tidak memanfaatkan benda-benda konkret yang maka hasil belajar anak pun menjadi kurang maksimal. Inilah permasalahan yang ditemukan di sekolah dasar, yang mana pemanfaatan media pembelajaran Bahasa Indonesia sangat terbatas. Guru mengalami kesulitan dalam membuat media Bahasa Indonesia tetang kelas kata bahkan tidak ada medianya.

Permasalahan yang dialami di sekolah dasar ini membutuhkan solusi yaitu dengan metode Montessori. Komponen penting dalam metode Montessori adalah media atau materials pembelajaran. Ciri-ciri media Montessori yaitu menarik, bergradasi, auto-education, auto-correction dan kontekstual. Aspek menarik dapat dilihat dari warna dan bentuk media, aspek bergradasi yaitu media tersebut dapat digunakan untuk kelas usia dan kompetansi yang berbeda-beda. Aspek Auto-education berarti anak dapat menggunakan media itu untuk memperoleh pengetahuan secara mandiri sedangkan aspek auto-correction atau pengendali kesalahan berarti media ini

(42)

dapat membantu anak untuk menemukan kesalahannya sendiri tanpa bantuan guru.

Berdasarkan paparan di atas maka untuk membuat siswa memahami kelas kata dibutuhkan media Montessori “simbol kata tiga dimensi (SK3D). SK3D terdiri dari 10 simbol kelas kata dengan warna, bentuk dan ukuran yang berbeda-beda. Setiap simbol mempunyai makna tersendiri dan mewakili satu kelas kata. Media ini juga dilengkapi dengan album yang akan mempermudah guru dalam menggunakannya. Peneliti menggunakan beberapa cara untuk pengenalan simbol misalnya cerita dan permainan dan presentasi. Pembelajaran tentang kelas kata akan sangat menarik dan menyenangkan bagi anak dengan menggunakan media ini. Anak akan dengan mudah memahami kelas kata dengan mengingat permainan dan simbol-simbol yang digunakan. Pembelajaran Bahasa Indonesia yang abstrak menjadi lebih mudah dipahami.Dengan demikian, jika media simbol kata tiga dimensi digunakan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, maka akan membantu siswa memahami pelajaran Bahasa Indonesia materi kelas kata.

D. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana prosedur pengembangan media berbasis Montessori simbol kata tiga dimensi untuk membantu siswa memahami kelas kata?

2. Bagaimana kualitas media berbasis Montessori simbol kata tiga dimensi untuk membantu siswa memahami kelas kata menurut ahli?

3. Bagaimana kualitas media simbol kata tiga dimensi berbasis metode montessori dalam membantu siswa SD memahami kelas kata

(43)

24 BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam bab ini akan membahas secara lengkap mengenai jenis penelitian,

setting penelitian, prosedur penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen

penelitian, teknik analisis data.

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dan pengembangan atau research and development (R&D). Research and development (R&D) adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tertentu (Sugiyono, 2016: 297). Sukmadinata (2007: 164) juga mendefinisikan penelitian dan pengembangan sebagai suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan produk baru atau menyempurnakan produk lama. Berdasarkan kedua penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa penelitian dan pengembangan adalah penelitan yang akan menghasilkan suatu produk atau menyempurnakan produk lama yang yang diuji keefektifannya secara sistematis sesuai dengan prosedurnya.

Dalam penelitian ini, peneliti mengembangkan media Montessori untuk pembelajaran Bahasa Indonesia yang difokuskan pada materi kelas kata. Produk yang akan dihasilkan dalam penelitian ini berupa media SK3D. Penelitian ini dibatasi sampai pada ujicoba lapangan terbatas karena keterbatasan waktu peneliti.

B. Setting Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Kanisius Eksperimental Mangunan yang beralamat di Yogya-Solo Km. 12 Mangunan, Kalitirto, Berbah Sleman-Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta 55573. Letak sekolah yang berada di lingkungan perkampungan membantu anak didik untuk semakin dekat dengan kondisi lingkungan sekitar dan menjadikan lingkungan tersebut sebagai objek untuk belajar. Peneliti memilih sekolah

(44)

ini, sebagai tempat penelitian karena pernah menerapkan media montessori khususnya media yang akan dikembangakan oleh peneliti. Media ini pernah dicobakan di kelas III dengan menggunakan plastisin tetapi tidak dilanjutkan lagi. Menurut guru yang pernah mencobakan media tersebut ternyata sangat menarik dan memberi efek yang sangat baik bagi anak. Hal ini akan sangat mendukung penelitian pengembangan media Montessori dengan demikian diharapkan pemanfaatan media di sekolah akan menjadi lebih maksimal lagi.

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas III A yang berjumlah enam orang. Keenam siswa tersebut dipilih secara random oleh wali kelas yaitu tiga anak laki-laki dan tiga anak perempuan.

3. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah pengembangan media SK3D berbasis metode Montessori. Media ini disebut wooden symbol grammar yang digunakan untuk pelajaran bahasa Inggris. Namun, peneliti akan menggunakannya untuk pelajaran Bahasa Indonesia dengan tujuan membantu siswa memahami kelas kata Bahasa Indonesia. Media ini dirancang untuk siswa kelas III tetapi tidak menutup kemungkinan dapat digunakan di kelas-kelas yang lain sesuai dengan kemampuan siswa, bahkan media ini juga bisa digunakan untuk pelajaran bahasa Inggris.

4. Waktu Penelitian

Waktu Penelitian dilaksanakan selama 1 tahun yaitu bulan Juli 2017- April 2018.

C. Prosedur Pengembangan

Model pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pengembangan menurut Sugiyono. Langkah-langkah penelitian R&D menurut Borg & Gall dalam Sugiyono terdapat 10 tahap (Sugiyono, 2016: 298-311).

(45)

Langkah-langkah penelitian dan pengembangan yaitu: diawali dari mengidentifikasi potensi atau masalah, kemudian mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan media yang akan dikembangkan, lalu membuat desain produk sesuai dengan informasi yang dikumpulkan. Desain tersebut lalu divalidasi oleh para ahli, dalam hal ini ahli Montessori, guru dan ahli Bahasa Indonesia. Desain yang telah divalidasi, kemudian direvisi lalu diujicobakan produknya secara terbatas. Jika masih ada kekurangan maka produk tersebut direvisi beberapa kali dan diterapkan dalam kondisi nyata yang lebih luas lagi, dan diakhiri dengan produk masal. Langkah-langkah ini disajikan pada gambar 4.1.

Gambar 3. 1 Prosedur Pengembangan Sugiyono

Pada penelitian ini, peneliti memodifikasi langkah-langkah tersebut menjadi 7 langkah karena keterbatasan waktu penelitian. Langkah-langkah tersebut meliputi (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan informasi, (3) desain Produk, (4) validasi desain, (5) revisi desain, (6) ujicobaproduk, dan (7) revisi produk. Prosedur pengembangan dan penelitian dapat dilihat pada gambar 3.2.

Gambar 3. 2 Modifikasi Prosedur Pengembangan Sugiyono

Potensi dan Masalah

Pengumpulan

Data Desain Produk Validasi Desain

Ujicoba Produk Revisi Desain Revisi Produk

Ujicoba Pemakaian

Revisi produk Produk Masal

Potensi dan Masalah Mengumpulkan

informasi Desain Produk

Uji Coba lapangan

terbatas Revisi desain Validasi desain

(46)

Berikut ini adalah penjelasan langkah-langkah penggunaan metode R&D (Sugiyono 2016: 298-311) yang telah dimodifikasi.

1. Potensi dan Masalah

Penelitian dapat berangkat dari adanya potensi atau masalah. Potensi adalah segala sesuatu yang bila didayagunakan akan memiliki nilai tambah. Masalah adalah penyimpangan antara yang diharapkan dengan yang terjadi. Potensi dan masalah yang dikemukakan dalam penelitian harus ditunjukan dengan data empirik. Data tentang potensi dan masalah tidak harus dicari sendiri, tetapi bisa berdasarkan laporan penelitian orang lain, atau dokumentasi laporan kegiatan dari perorangan atau institusi tertentu yang masih up to date. Peneliti mengidentifikasi potensi dan masalah melalui kegiatan mengobservasi di sekolah dan wawancara guru, anak-anak dan kepala laboratorium. Peneliti menemukan potensi di sekolah yaitu guru-guru telah mencoba mengaplikasikan media Montessori wooden symbol

grammar untuk materi kelas kata Bahasa Indonesia dan menemukan bahwa

sangat penting mempelajari kelas kata karena membantu siswa memahami soal cerita matematika dan juga siswa dapat membuat kalimat yang runtut. Namun, peneliti juga menemukan permasalahan bahwa pemanfaatan media tersebut kurang maksimal atau tidak dilanjutkan kembali. Guru juga mengalami kesulitan dalam membuat media sehingga menggunakan permainan dan penjelasan materi saja.

2. Pengumpulan Informasi

Setelah potensi dan masalah ditunjukan secara factual dan up to date maka selanjutnya perlu dikumpulkan berbagai informasi yang dapat digunakan sebagai bahan untuk perencanaan produk tertentu yang diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut. Di sini diperlukan metode penelitian yang sesuai dengan permasalahan dan tujuan yang ingin dicapai. Peneliti melakukan studi literatur dan survei lapangan untuk mengumpulkan informasi.

(47)

3. Desain Produk

Langkah ketiga yang harus dilakukan adalah mendesain produk. Hasil dari kegiatan ini adalah berupa desain produk baru, yang lengkap dengan spesifikasinya. Desain produk diwujudkan dalam gambar atau bagan, sehingga dapat digunakan sebagai panduan untuk menilai dan membuatnya. Produk yang dihasilkan dalam Penelitian R&D bermacam-macam dalam hal ini media pembelajaran. Dalam penelitian ini, produk yang dihasilkan adalah media Montessori simbol kata tiga dimensi (SK3D) untuk membantu siswa memahami kelas kata. Media ini terdiri 3 komponen yaitu simbol-simbol kelas kata tiga dimensi, album, dan kartu material.

4. Validasi Desain

Validasi desain merupakan proses kegiatan untuk menilai apakah rancangan produk, dalam hal ini sistem kerja baru secara rasional akan lebih efektif dari yang lama atau tidak. Validasi bersifat rasional karena penilaian masih berdasarkan pemikiran rasional, belum fakta lapangan.Validasi produk dilakukan dengan menghadirkan beberapa pakar atau tenaga ahli untuk menilai produk yang baru dirancang sehingga dapat diketahui kelemahan dan kekuatannya. Validasi desain dilakukan dalam forum diskusi yang diawali dengan presentasi dari peneliti tentang proses penelitian yang dilakukan sampai ditemukannya desain tersebut. Dalam hal ini peneliti menghadirkan ahli Montessori, guru dan ahli Bahasa Indonesia.

5. Revisi Desain

Setelah desain produk divalidasi melalui diskusi dengan pakar dan ahli lainnya, maka akan dapat diketahui kelemahannya. Kelemahan tersebut selanjutnya diperbaiki.

6. Ujicoba Produk

Langkah penelitian ini yaitu ujicoba produk. Ujicoba produk bertujuan untuk mengetahui keefektifan dan keefisienan dari produk yang dikembangakan untuk mengatasi masalah. Ujicoba ini dilakukan secara

Gambar

Gambar 1. 1 Wooden Symbol Grammar       Keterangan:
Gambar 2.1 Literature map penelitian yang relevan
Gambar 3. 1 Prosedur Pengembangan Sugiyono
Gambar 3. 3 Prosedur Penelitian dan Pengembangan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Melalui hasil analisis yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa (H1) Hambatan berpindah berpengaruh tidak signifikan terhadap retensi pelanggan

[r]

Dengan banyaknya luas lahan yang menjadi objek PBB dan dimiliki oleh wajib pajak serta tingginya nilai jual tanah yang menyebabkan NJOP dari PBB menjadi lebih besar, maka

Berdasarkan Hasil Evaluasi Dokumen Penawaran dan Evaluasi Kualifikasi tersebut di atas, maka Pokja ULP mengambil kesimpulan bahwa calon penyedia yang diusulkan sebagai

Pejabat Pengadaan Barang/Jasa kegiatan Penataan Tempat Berusaha Bagi Pedagang.. Kakilima dan Asongan pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan

[r]

Surat Ijin Usaha Jasa Konstruksi (SIUJK) yang masih berlaku 2.. HO/SITU/Ijin gangguan/sejenisnya yang masih berlaku