• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

5

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Abu Boiler Pabrik Kelapa Sawit

Ketel uap (boiler) adalah suatu bejana tertutup yang terbuat dari baja digunakan untuk menghasilkan uap. Di dalam furnace, energi kimia dalam bahan bakar diubah menjadi panas melalui proses pembakaran. Uap yang dihasilkan dari sebuah ketel dapat digunakan sebagai fluida kerja maupun media pemanas untuk berbagai macam keperluan industri (Djokosetiarjo. 1987).

Dalam pabrik kelapa sawit, ketel uap (boiler) merupakan bagian terpenting karena boiler berperan penting sebagai sumber tenaga dan sumber uap yang akan dipakai untuk mengolah kelapa sawit. Ketel uap merupakan suatu alat konversi energi yang mengubah air menjadi uap bersuhu sekitar 2500-3000 °F dengan cara pemanasan dan panas yang dibutuhkan air untuk penguapan diperoleh dari pembakaran bahan bakar pada ruang bakar ketel uap (UNEP. 2004).

Hasil pembakaran limbah kelapa sawit menyisakan produk samping seperti abu layang sebesar ± 100 kg/minggu dan abu kerak boiler sekitar 3 sampai dengan 5 ton/minggu (Mulia. 2007). Abu boiler kelapa sawit merupakan limbah dari sisa pembakaran cangkang dan serabut buah kelapa sawit di dalam dapur atau tungku pembakaran (boiler) dengan suhu 700 °C sampai dengan 800 °C (Elhusna, dkk. 2013).

(2)

6

Menurut Nugroho (2013) komposisi abu hasil pembakaran cangkang dan serabut kelapa sawit adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1 Komposisi abu boiler kelapa sawit

Senyawa Berat (%) SiO2 Al2O3 Fe2O3 CaO Na2O K2O 45.2 1.83 1.91 11.16 0.09 4.91

1.1.1. Jenis Abu Boiler

Pembakaran cangkang dan fiber kelapa menghasilkan abu dalam 2 jenis yaitu abu dasar (bottom ash) dan abu terbang (fly ash): a. Kerak boiler ( bottom ash )

Bottom ash (BA) merupakan abu hasil pembakaran boiler yang tidak tertampung pada dust collector. Abu dasar tertinggal pada oven pembakar sebagai butiran abu padat atau leburan kerak yang memadat. Ukuran bottom ash relatif besar sehingga memiliki bobot yangterlalu berat untuk dibawa oleh gas buang dan umumnya terkumpul pada dasar ataupun disekitar oven pembakar (Simarmata. 2017).

Bottom ash adalah abu yang telah mengalami proses

penggilingan dari kerak pada proses pembakaran cangkang dan serat buah pada suhu 700 0C sampai 800 0C pada dapur tungku

boiler. Abu kerak boiler cangkang kelapa sawit merupakan biomasa dengan kandungan silika (SiO2) yang potensial dimanfaatkan. (Reza, dkk. 2014).

(3)

7

b. Abu terbang ( fly ash )

Abu terbang (fly ash) cangkang dan fiber kelapa sawit merupakan limbah padat utama hasil pembakaran boiler. Limbah fly ash kelapa sawit ini memiliki sifat-sifat fisik yang ditentukan oleh komposisi dan sifat-sifat mineral pengotor dalam cangkang kelapa sawit serta proses pembakarannya. Dalam proses pembakaran cangkang dan fiber kelapa sawit, abu yang dihasilkan memiliki titik leleh yang lebih tinggi dari pada temperatur pembakarannya. Kondisi ini menghasilkan abu dengan butiran-butiran yang sangat halus berwarna gelap dan bobot yang lebih ringan dibandingkan abu bottom ash. Adapun kandungan unsur-unsur kimia yang terdapat pada limbah fly ash kelapa sawit yaitu silika (SiO2) sebesar 63,4 %, (Fe2O3)

sebesar 63,4 %, kalsium oksida (CaO) sebesar 4,3 %, magnesium oksida (MgO) sebesar 3,7 %, (K2O) sebesar 6,3 %,

(SO3) sebesar 0,9 %, (Al2O3) sebesar 5,5 % dan (LOI) sebesar

6,0 %.

1.1.2. Abu boiler kelapa sawit sebagai sebagai adsorben

Di antara beberapa limbah pertanian yang diteliti sebagai penyerap untuk penyisihan polutan, biomassa kelapa sawit sangat penting karena berbagai bagian seperti batang, daun, tandan kosong, dan cangkang telah diteliti secara berlanjut sebagai penyerap untuk menghilangkan beragam jenis polutan. Limbah pertanian berbasis kelapa sawit mendapat perhatian luas karena efektif sebagai adsorben dan murah serta baik untuk menghilangkan berbagai polutan.

Saat ini, biomassa dibiarkan tinggal di perkebunan untuk memberikan nutrisi organik kepohon kelapa sawit atau dibakar secara ilegal atau digunakan sebagai bahan bakar padat di dalam boiler untuk menghasilkan uap atau listrik di pabrik. Selain itu,

(4)

8

biomassa kelapa sawit atau abu yang berasal dari pembakaran dapat dikonversi menjadi adsorben untuk mengadsorpsi gas beracun dan logam berat dan polutan lainnya. Beberapa peneliti telah mempelajari penggunaan abu kelapa sawit sebagai adsorben untuk mengadsorpsi zat warna pada limbah cair buatan

( Telaumbanua, dkk. 2017 )

2.2 Adsorben

Adsorbat adalah substansi yang terserap atau substansi yang akan dipisahkan dari pelarutnya, sedangkan adsorben merupakan suatu media penyerap yang pada umumnya adalah senyawa karbon (Webar. 1972). Agar dapat berfungsi sacara efisien pada proses pemisahan secara komersial, baik untuk pemisahan pada fasa bulk atau untuk proses pemurnian, material adsorben harus memiliki volume internal (pori-pori) yang tinggi yang dapat diakses oleh komponen yang ingin dihilangkan (diserap) dari fluida sehingga akan membuat kapasitas adsorpsi semakin tinggi. Adsorben juga harus memiliki kinetika adsorpsi yang relatif cepat yang akan menunjukkan kemampuan adsorben tersebut mengikat adsorbat. Dalam pembuatan adsorben harus diperhatikan harga bahan baku dan metode untuk menghasilkan adsorben yang relatif murah/ekonomis .

Klasifikasi adsorben berdasarkan jenisnya: a. Adsorben karbon

Adsorben karbon adalah bahan padat berpori tinggi dimana karena sifat permukaan menyebabkan terakumulasinya bahan organik dan non polar. Adsorben karbon diproduksi dari bahan organik seperti kayu, kokas petroleum, gambut, batu bara, cangkang kelapa sawit, antrasit, inti plum, cangkang kelapa, sekam padi, lignin, serbuk gergaji, benih sekam, tulang, dan lain-lain. Karbon aktif merupakan jenis adsorben yang paling terkenal dan banyak digunakan dalam pengolahan air limbah. Proses

(5)

9

pembuatan karbon aktif terdiri dari dehidrasi, karbonisasi bahan baku dan aktivasi. Proses karbonisasi mengubah bahan organik menjadi karbon primer dimana merupakan campuran abu, tar, karbon amorphous, dan Kristal karbon. Selama karbonisasi, produk yang terdekomposisi/tar terdeposisi di pori-pori, kemudian dihilangkan pada proses aktivasi. b. Silika Gel

Silika gel bersifat inert, tidak beracun, polar dan bentuk amorphous stabil (< 400oC) dari SiO

2. Silika gel merupakan hasil reaksi dari sodium

silikat dan asam asetat, kemudian mengalami proses aging, pickling, dan lain-lain. Adsorben silika yang berhubungan termasuk magnesium silikat, kalsium silikat, dan lain-lain. Silika gel umumnya digunakan sebagai adsorben untuk senyawa polar. Selain itu, juga dapat digunakan untuk menyerap ion-ion logam dengan prinsip pertukaran ion namun kemampuannya untuk menyerap logam terbatas. Kemampuan adsorpsi dan sifat kimia silika gel sangat tergantung pada keberadaan struktur grup Si-OH pada permukaan.

c. Zeolit (Molecular Sieve)

Zeolit adalah kristal silikat yang terdiri dari oksida alkali atau logam alkali tanah (Na, K, Ca) dan di karakterisasi dengan struktur pori dengan dimensi masing-masing pada rentang ukuran molekul. Pemisahan molecular sieve berdasarkan pada ukuran molekul dan bentuk disebabkan ukuran pori yang kecil (< 1 nm) dan distribusi pori yang sempit. Beberapa spesimen zeolit berwarna putih, kebiruan, kemerahan, coklat karena hadirnya oksida besi atau logam lainnya. Struktur zeolit dapat dibedakan dalam tiga komponen yaitu rangka alumino silikat, ruang kosong saling berhubungan yang berisi kation logam dan molekul air dalam fase occluded. Sifat kimia zeolit antara lain mengalami hidrasi pada suhu tinggi, sebagai penukar ion dan mengadsorpsi gas dan uap.

(6)

10

d. Polimer

Beberapa adsorben polimer bersifat hidrofilik dan ada yang bersifat Hidrofobik. Harga adsorben polimer sepuluh kali lebih mahal dibandingkan adsorben lainnya. Aplikasi adsorben ini adalah proses recovery dan pemurnian antibiotik dan vitamin, penghilangan warna (decolorization), pemisahan bahan organik halogen dari air, perawatan limbah industri tertentu seperti larutan fenol dan recovery VOC dari off gas. Contoh adsorben polimer adalah polistirenadivinil benzena, polimetakrilat, etilvinil benzena, dan lain-lain.

e. Alumina Aktif

Alumina aktif diproduksi dari alumina yang terhidrasi (Al2O3.nH2O) dimana n = 1 atau 3, dengan cara dehidrasi (kalsinasi) pada kondisi terkontrol untuk mendapatkan n = 0,5. Ketika alumina terhidrasi dipanaskan, grup hidroksil meninggalkan struktur bahan padat berpori dari alumina aktif. Bahan ini berwarna putih, transparan, dan berkapur. Alumina aktif digunakan untuk menghilangkan uap air dari gas, menghilangkan limbah logam berat seperti As (V), Cl-, F-, PO43- dari air.

2.3 Aktivasi

Proses aktivasi merupakan hal yang penting diperhatikan di samping bahan baku yang digunakan. Yang dimaksud dengan aktivasi adalah suatu perlakuan terhadap adsorben yang bertujuan untuk memperbesar pori yaitu dengan cara memecahkan ikatan hidrokarbon atau mengoksidasi molekul-molekul permukaan sehingga arang mengalami perubahan sifat, baik fisika maupun kimia, yaitu luas permukaannya bertambah besar dan berpengaruh terhadap daya adsorpsi (Sembiring. 2003).

Daya serap karbon aktif semakin kuat bersamaan dengan meningkatnya konsentrasi dari aktivator yang ditambahkan. Hal ini memberikan pengaruh yang kuat untuk mengikat senyawa-senyawa tar keluar melewati mikro pori-

(7)

11

pori dari karbon aktif sehingga permukaan dari karbon aktif tersebut semakin lebar atau luas yang mengakibatkan semakin besar pula daya serap karbon aktif tersebut (Tutik M dan Faizah H. 2001)

Pada proses aktivasi yang mempergunakan garam mineral, asam dan basa sebagai aktivator, dimana aktivator ini ditambahkan pada bahan dasar

sebelum dilakukan proses pembakaran atau karbonisasi. Maka pada saat proses karbonisasi dilakukan activator tersebut akan mengikat karbon yang baru berbentuk dengan gaya adhesi sehingga bila activator tersebut dicuci dengan air maka akan diperoleh karbon yang mempunyai permukaan lebih terbuka sehingga mempunyai gaya adhesi yang lebih besar. (Siti Jamilatun. 2014).

2.3.1 Aktivasi secara kimia

Aktivasi kimia merupakan proses pemutusan rantai karbon dari senyawa organik dengan pemakaian bahan-bahan kimia (Sembiring. 2003). Aktivasi secara kimia biasanya menggunakan bahan-bahan pengaktif seperti garam kalsium klorida (CaCl2),

magnesium klorida (MgCl2), seng klorida (ZnCl2), natrium

hidroksida (NaOH), natrium karbonat (Na2CO3), natrium klorida

(NaCl) dan asam fosfat (H3PO4).

Kerugian penggunaan bahan-bahan mineral sebagai pengaktif terletak pada proses pencucian bahan-bahan mineral tersebut kadang-kadang sulit dihilangkan lagi dengan pencucian.

Sedangkan keuntungan penggunaan bahan-bahan mineral sebagai pengaktif adalah waktu aktivasi yang relatif pendek, karbon aktif yang dihasilkan lebih banyak dan daya adsorbsi terhadap suatu adsorbat akan lebih baik (M. Tawalbeh. 2005).

(8)

12

Bahan-bahan pengaktif tersebut berfungsi untuk mendegradasi atau penghidrasi molekul organik selama proses karbonisasi, membatasi pembentukan tar, membantu dekomposisi senyawa organik pada aktivasi berikutnya, dehidrasi air yang terjebak dalam rongga-rongga karbon, membantu menghilangkan endapan hidrokarbon yang dihasilkan saat proses karbonisasi dan melindungi permukaan karbon sehingga kemungkinan terjadinya oksidasi dapat dikurangi (Manocha. 2003).

2.3.2 Aktivasi secara fisika

Aktivasi fisika merupakan proses pemutusan rantai karbon dari senyawa organik dengan bantuan panas, uap dan CO2, metode

aktivasi secara fisika antara lain dengan menggunakan uap air, gas karbon dioksida, oksigen, dan nitrogen. Gas-gas tersebut berfungsi untuk mengembangkan struktur rongga yang ada pada arang sehingga memperluas permukaannya, menghilangkan konstituen yang mudah menguap dan membuang produksi tar atau hidrokarbon - hidrokarbon pengotor pada arang (Sembiring. 2003).

Aktivasi fisika dapat mengubah material yang telah dikarbonisasi memiliki luas permukaan yang luar biasa dan struktur pori. Tujuan dari proses ini adalah mempertinggi volume, memperluas diameter pori yang terbentuk selama karbonisasi dan dapat menimbulkan beberapa pori yang baru.

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses aktivasi a. Waktu perendaman

Perendaman dengan bahan aktivasi ini dimaksudkan untuk menghilangkan atau membatasi pembentukan lignin, karena adanya lignin dapat membentuk senyawa tar. Waktu perendaman untuk bermacam-macam zat tidak sama.

(9)

13

Misalnya sekam padi dengan activator NaCl direndam selama 24 jam (Majalah kulit, karet dan plastik, 2003) dan tempurung kelapa dengan aktivator ZnCl2 direndam selama

20 jam (Tutik Mdan Faizah H. 2001). H3PO4 lamanya

perendaman sekitar 12-24 jam (R.Sudrajat dkk, 1994). b. Konsentrasi aktivator

Semakin tinggi konsentrasi larutan kimia aktivasi maka semakin kuat pengaruh larutan tersebut mengikat senyawa-senyawa tar sisa karbonisasi untuk keluar melewati mikro pori-pori dari karbon sehingga permukaan karbon semakin porous yang mengakibatkan semakin besar daya adsorpsi karbon aktif tersebut.

c. Ukuran bahan

Makin kecil ukuran bahan makin cepat perataan keseluruhan umpan sehingga pirolisis berjalan sempurna. Pada pirolisis tempurung kelapa 2-3 mm (Tutik M. Dan Faizah H.2001).

2.4 Aktivator H3PO4

Aktivator adalah zat atau senyawa kimia yang berfungsi sebagai reagen pengaktif dan zat ini akan mengaktifkan atom-atom karbon sehingga daya serapnya menjadi lebih baik. Zat aktivator bersifat mengikat air yang menyebabkan air yang terikat kuat pada pori-pori karbon yang tidak hilang pada saat karbonisasi dan menjadi lepas dari permukaan karbon.

Zat aktivator tersebut akan memasuki pori dan membuka permukaan karbon yang tertutup, dengan demikian pada saat dilakukan proses perendaman senyawa pengotor yang berada dalam pori menjadi lebih mudah terserap sehingga luas permukaan karbon aktif semakin besar dan meningkatkan daya serapnya. Menurut (Tutik M dan Faizah H. 2001) bahan kimia yang dapat digunakan sebagai pengaktif di antaranya CaCl2, Ca(OH)2, NaCl,

(10)

14

MgCl2, HNO3, HCl, Ca3(PO4)2, H3PO4, ZnCl2, NaOH, dan sebagainya.

Semua bahan aktif ini umumnya bersifat sebagai pengikat air. Penelitian ini menggunakan aktivator asam, yaitu asam fosfat (H3PO4).

Asam fosfat juga dikenal sebagai orthofhosphoric acid. Asam fosfat merupakan asam anorganik yang memiliki rumus kimia H3PO4. Penggunaan

H3PO4 sebagai aktivator lebih efektif dalam membuat karbon aktif

dikarenakan H3PO4 merupakan aktivator yang baik karena lebih efektif

menghasilkan arang aktif yang memiliki daya adsorpsi yang tinggi (Nur. 2012). Selain itu, H3PO4 memiliki stabilitas termal yang baik dan memiliki

karakter kovalen yang tinggi. Stabilitas termal berperan dalam mempertahankan kestabilan zat pengaktif dalam proses aktivasi yang dilakukan pada suhu tinggi sedangkan karakter kovalen berkaitan dengan interaksi kovalen antara arang dengan zat pengaktif yang berlangsung pada suhu tinggi. Unsur-unsur yang menyusun H3PO4 berikatan secara kovalen

polar. Dengan demikian, senyawa H3PO4 lebih didominasi oleh karakter

kovalen. Arang yang tersusun dari atom-atom C yang secara kovalen membentuk struktur heksagonal datar dengan satu atom C pada tiap sudut, akan berinteraksi lebih baik dengan zat yang memiliki karakter kovalen. Jadi, H3PO4 memiliki kemampuan berinteraksi lebih baik dengan arang

(Koleangan dan Wuntu. 2008).

2.5 Crude Palm Oil ( CPO )

Buah kelapa sawit menghasilkan dua jenis minyak. Minyak yang berasal dari daging buah (mesokarp) berwarna merah. Jenis minyak ini dikenal sebagai minyak kelapa sawit kasar atau Crude Palm Oil (CPO).

Sebagai minyak atau lemak, minyak sawit adalah suatu trigliserida, yaitu senyawa gliserol dengan asam lemak. crude palm oil berupa minyak yang agak kental berwarna kuning jingga kemerah-merahan karena kandungan

(11)

15

karotenoida (terutama β-karotena). Kandungan karoten dapat mencapai 1000 ppm atau lebih, tetapi dalam minyak dari jenis tenera kurang lebih 500-700 ppm. Karoten dapat dimanfaatkan sebagai obat kanker paru-paru dan payudara, dan juga berfungsi sebagai pembentuk vitamin A didalam tubuh. Betakaroten merupakan bahan pembentuk vitamin A (provitamin A) dalam proses metabolisme dalam tubuh.

Minyak sawit atau crude palm oil memegang peranan penting dalam perdagangan dunia. Oleh karena itu, syarat mutu harus menjadi perhatian utama dalam perdagangan dunia. Standar mutu merupakan hal yang penting untuk menentukan minyak yang bermutu. Analisa mutu produksi dilakukan setiap hari untuk mengetahui kualitas produk yang dihasilkan dan dikirim sesuai norma (standar yang diharapkan), sehingga dapat diketahui seberapa kehandalan pabrik dalam mendapatkan minyak dan inti sesuai standar dan dapat diterima pasar.

2.6 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Mutu Crude Palm Oil ( CPO )

Rendahnya mutu minyak kelapa sawit sangat ditentukan oleh banyak faktor, diantaranya kadar ALB (asam lemak bebas), kadar air dan kadar kotoran. Kebutuhan mutu minyak kelapa sawit yang digunakan sebagai bahan baku industri pangan dan non pangan masing‐masing berbeda. Oleh karena itu keaslian, kemurnian, kesegaran, maupun aspek higienisnya harus lebih diperhatikan. Rendahnya mutu minyak kelapa sawit sangat ditentukan oleh banyak faktor. Faktor‐faktor tersebut dapat langsung dari sifat induk pohonnya, penanganan pasca panen, atau kesalahan selama pemprosesan dan pengangkutannya. Industri pangan dan non pangan selalu menghendaki minyak sawit dalam mutu yang terbaik, yaitu minyak sawit dalam keadaan segar, asli, murni, dan tidak bercampur dengan bahan tambahan lain yang dapat menurunkan mutu minyak dan harga jualnya.

(12)

16

Tabel 2.2 Standart mutu Crude Palm Oil

Spesifikasi Crude Palm Oil

Kadar air maks 0,5%

Kadar kotoran maks 0,5%

Asam lemak bebas maks 5%

Bilangan yodium 50-55 g/100 g

Sumber : SNI 01-2901-2006

2.6.1 Free Fatty Acid (FFA) Pada Minyak Sawit Mentah

Lemak dan minyak adalah trigliserida, atau trigliserol. Trigliserida adalah triester yang terbentuk dari gliserol dengan asam lemak. Asam lemak adalah asam karboksilat berantai lurus yang mempunyai atom alkohol, karbon 12 sampai dengan 20. Secara umum asam lemak dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu:

a. Asam lemak jenuh adalah asam lemak yang tidak memiliki ikatan rangkap (hanya memiliki ikatan tunggal) pada rantai karbonnya.

b. Asam lemak tidak jenuh adalah asam lemak yang memiliki ikatan rangkap pada rantai karbonnya.

Asam lemak jenuh mempunyai titik lebur lebih tinggi dari pada yang tak jenuh (Syukri. 1999). Asam ini mudah dijumpai dalam minyak goreng, margarin, atau lemak hewan dan menentukan nilai gizinya. Asam lemak bebas dalam konsentrasi tinggi yang terkandung dalam minyak sawit sangat merugikan. Kenaikan kadar Asam Lemak Bebas ditentukan mulai dari saat tandan di olah di pabrik.

(13)

17

Kenaikan asam lemak bebas disebabkan adanya reaksi hidrolisa pada minyak. Hasil hidrolisa minyak sawit adalah gliserol dan asam lemak bebas. Hidrolisa merupakan reaksi yang melibatkan air. Dalam minyak reaksi ini tidak di inginkan karena akan meningkatkan kandungan asam lemak bebas (ALB) di dalam minyak yang dapat menurunkan mutu minyak tersebut (Ketaren. S. 1986).

Asam lemak bebas sebagai hasil hidrolisa (Mangoensoekarjo. S. 2003): a. Menimbulkan kerugian pada waktu proses netralisasi

b. Menimbulkan korosi pada alat-alat, terutama yang terbuat dari besi dan tembaga yang merupakan pula pro-oksidan, yaitu berfungsi sebagai katalisator pada proses oksidasi. Korosi ini sedikit terjadi jika Asam Lemak Bebas kurang dari 3,5%.

c. Menimbulkan masalah pembuangan acid oil yaitu limbah hasil netralisasi Asam Lemak Bebas secara kimiawi, walaupun dapat dipakai pada pembuatan sabun namun nilainya rendah.

d. Menimbulkan masalah pencemaran air oleh limbah rafinasi.

Reaksi hidrolisa ini dipercepat dengan adanya faktor-faktor panas, air, keasaman dan katalis (enzim). Semakin lama reaksi berlangsung maka banyak Asam Lemak Bebas yang terbentuk. Reaksinya sebagai berikut:

(14)

18

2.6.2 Kadar Air Pada Minyak Sawit Mentah

Kadar air adalah banyaknya kandungan air yang terdapat di dalam sampel. Kadar air dapat mempengaruhi mutu crude palm oil, semakin tinggi kadar air, maka semakin rendah mutu crude palm oil. Air dalam minyak hanya ada dalam jumlah kecil. Jika kadar air dalam minyak sawit (<0,15%) akan memberikan kerugian mutu minyak, dimana tingkat kadar air yang demikian kecil akan sangat memudahkan proses oksidasi minyak itu sendiri. Tetapi, jika kadar air dalam minyak sawit (> 0,15%) maka akan mengakibatkan terjadinya hidrolisis lemak, dimana hidrolisis dari minyak sawit akan menghasilkan gliserol dan asam lemak bebas yang menyebabkan ketengikan dan menghasilkan rasa bau tengik pada minyak tersebut. Kadar air yang tinggi di dalam crude palm oil dapat disebabkan oleh buah yang rusak atau busuk. Hal ini dapat terjadi karena proses alami sewaktu pembuatan dan akibat perlakuan dalam pengolahan di pabrik serta penimbunan ( Ketaren. S. 1986 ).

2.6.3 Kadar Kotoran Pada Minyak Sawit Mentah

Kadar kotoran adalah keseluruhan bahan-bahan asing yang tidak larut dalam minyak, pengotor yang tidak terlarut dinyatakan sebagai persen (%) zat pengotor terhadap minyak atau lemak. Pada umumnya, hasil minyak sawit dilakukan dalam rangkaian proses pengendapan, dengan proses tersebut kotoran-kotoran yang berukuran besar memang dapat disaring. Akan tetapi, kotoran-kotoran atau serabut-serabut yang berukuran kecil tidak bisa disaring, hanya melayang-layang didalam minyak sawit sebab berat jenisnya sama dengan minyak sawit.

2.7 Waktu perendaman adsorben

Perendaman dengan bahan aktivasi ini dimaksudkan untuk menghilangkan atau membatasi pembentukan lignin, karena adanya lignin dapat membentuk senyawa tar. Waktu perendaman untuk bermacam-macam zat tidak sama. Misalnya sekam padi dengan activator NaCl direndam selama 24 jam

(15)

19

(Majalah kulit, karet dan plastik, 2003) dan tempurung kelapa dengan aktifator ZnCl2 direndam selama 20 jam (Tutik M dan Faizah H, 2001).

H3PO4 lamanya perendaman sekitar 12-24 jam (R.Sudrajat dkk, 1994). 2.8 RAL (Rancangan Acak Lengkap)

Rancangan acak lengkap di defenisiskan sebagai suatu eksperimen di mana kita hanya mempunyai sebuah faktor yang nilainya berubah-ubah. Faktor yang diperhatikan dapat memiliki sejumlah taraf dengan nilai yang bisa kuantitatif, kualitatif, bersifat tetap ataupun acak. Pengacakan mengenai eksperimen tidak ada pembatasan, dan dalam hal demikian kita peroleh desain yang diacak secara lengkap atau sempurna yang biasa kita sebut dengan desain rancangan acak lengkap (RAL). Jadi rancangan acak lengkap adalah desain dimana perlakuan diolah sepenuhnya secara acak kepada unit-unit eksperimen dengan perlakuan uji hipotesis (Irianto. Agus.2004)

2.9 ANOVA

Anova adalah suatu metode untuk menguraikan keragaman total data menjadi komponen-komponen yang mengukur berbagai sumber keragaman (Walpole. 1995). Anova digunakan untuk menguji rata-rata hitung untuk lebih dari dua kelompok sampel, anova juga sering digunakan untuk menguji hipotesa penelitian untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan rata-rata hitung yang signifikan antara kelompok-kelompok sampel yang diteliti.

Pengujian Anova 1 arah dapat dihitung dengan perintah : 1. Pilih menu start

2. Pilih menu anova 3. Pilih menu one way 4. Masukkan data

5. Bila Fhitung > Ftabel yang berarti terdapat beda yang sangat nyata maka dilakukan uji BNT

(16)

20 2.10 DUNCAN

Uji Duncan adalah uji yang didasarkan pada sekumpulan nilai beda nyata yang ukurannya semakin besar, tergantung pada jarak di antara pangkat-pangkat dari dua nilai tengah yang dibandingkan. Dapat digunakan untuk menguji perbedaan diantara semua pasangan perlakuan yang mungkin tanpa memperhatikan jumlah perlakuan.

Gambar

Gambar 2.1 Reaksi hidrolisa minyak kelapa sawit

Referensi

Dokumen terkait

Prinsip proses pemisahan dengan membran adalah pemanfaatan sifat membran, di mana dalam kondisi yang identik, jenis molekul tertentu akan berpindah dari satu fasa

Suatu material elektrokimia dapat berfungsi baik sebagai elektroda anoda maupun katoda bergantung pada pemilihan material yang akan menentukan karakteristik perbedaan nilai

Metode laminasi banyak digunakan untuk pembuatan kotak inti atau pola yang berfungsi sebagai cetakan pada pembuatan pola pejal yang menggunakan material resin. Resin yang

Tujuan utama dari proses pemurnian ini adalah untuk menghilangkan rasa dan bau yang tidak enak, warna yang tidak menarik dan memperpanjang masa simpan minyak sebelum dikonsumsi

Hal ini akan membantu didalam Nut Silo, sehingga pemecahan biji dapat berlangsung dengan baik, demikian juga dalam pemisahan inti dan cangkang dalam proses pemisahan kering atau

Pada penelitian ini akan dibuat gambar kerja yang digunakan sebagai acuan dalam proses machining, membuat BOM (Bill Of Material) yang berfungsi untuk

Pemurnian/Adsorbsi merupakan tahap pertama dari proses pemanfaatan minyak limbah cair kelapa sawit, yang hasilnya dapat digunakan sebagai sebagai bahan baku produk untuk

2.4.3 Kelarutan adsorben Proses adsorpsi terjadi pada molekul-molekul yang ada dalam larutan harus dapat berpisah dari cairannya dan dapat berikatan dengan permukaan adsorben.. Sifat