• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KINERJA OPERASIONAL KERETA API SRIWEDARI EKSPRESS JURUSAN SOLO - YOGYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS KINERJA OPERASIONAL KERETA API SRIWEDARI EKSPRESS JURUSAN SOLO - YOGYA"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Abstrak — Pada bulan Nopember 2012 PT. Kereta Api Indonesia (Persero) DAOP 6 Yogyakarta mengoperasikan Kereta Api Sriwedari Ekspress dengan rute perjalanan Yogya – Solo, hal ini dilakukan untuk mengantisipasi lonjakan penumpang akibat pemangkasan rute perjalanan Kereta Api Prambanan Ekspress dari tiga belas kali perjalanan menjadi enam kali perjalanan. Menurut Humas PT. Kereta Api Indonesia (Persero) DAOP 6 Yogyakarta, dibukanya rute baru Kereta Api Sriwedari Ekspress yang melayani delapan kali perjalanan hanya dengan rute Yogya – Solo saja diharapkan kereta ini dapat memfasilitasi pergerakan penumpang antar dua daerah tersebut. Namun untuk mengetahui kinerja dari kereta api ini sesuai dengan Surat Keterangan Dirjen Perhubungan Darat No. 687 Tahun 2002, perlu ditinjau dari segi faktor muat, jumlah penumpang yang diangkut, waktu tunggu penumpang, ketepatan waktu kedatangan dan keberangkatan kereta dan kenyamanan penumpang.

Dalam penelitian digunakan metode survey untuk mendapatkan nilai – nilai dari kinerja kereta api Sriwedari berupa survey observasi atau pengamatan lapangan. Adapun analisis yang digunakan untuk perhitungan waktu tempuh, waktu henti dan waktu tunda menggunakan uji hipotesis 1 sample t-test, karena uji ini paling memenuhi untuk melihat diterima atau tidaknya keterlambatan dari waktu kereta. Sedangkan untuk perhitungan load factor dan kenyamanan duduk dan berdiri berdasarkan perhitungan kapasitas dari Vukan R. Vuchic.

Dari hasil analisis didapatkan waktu tempuh rata-rata untuk arah Yogyakarta selama 1 jam 14 menit dan untuk arah Solo selama 1 jam 12 menit. Waktu henti yang didapat dari seluruh jadwal perjalanan kereta arah Yogyakarta sebesar 3 menit, untuk arah Solo sebesar 5 menit. Waktu tunda dari seluruh perjalanan kereta Api Sriwedari untuk arah Yogyakarta didapat nilai waktu tunda kedatangan sebesar 22 menit dan nilai waktu tunda keberangkatan sebesar 20 menit, untuk arah Solo didapat nilai waktu tunda kedatangan sebesar 34 menit dan nilai waktu tunda keberangkatan sebesar 39 menit. Angka kenyamanan untuk ruang berdiri sebesar 0,25 m2/space, dan angka kenyamanan ruang duduk 0,203 m2/space. Kapasitas kereta api sebesar 680 penumpang. Load factor per kereta tertinggi untuk arah Solo terdapat pada nomor seri kereta AC 208 dengan load factor sebesar 57%, untuk arah Yogyakarta load factor tertinggi terdapat pada kereta dengan nomor seri AC 225 dengan load factor sebesar 55%. Load factor per ruas tertinggi arah Solo terdapat pada ruas Yogyakarta -

Klaten sebesar 44%, sedangkan arah Yogya terdapat pada ruas Solo – Klaten sebesar 46%.

Kata kunci : Kinerja, Load factor, Sriwedari Ekspress, Waktu tempuh, Waktu tunda.

I. PENDAHULUAN

ropinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Kotamadya Surakarta atau yang lebih dikenal dengan kota Solo merupakan dua daerah penting di Jawa Tengah. Selain memiliki hubungan kebudayaan yang kental, letaknya yang berdekatan juga membuat pergerakan masyarakat dari Yogya menuju Solo maupun sebaliknya cukup tinggi. Oleh karena itu dibutuhkan moda transportasi yang dapat menunjang pergerakan masyarakat tersebut.

Pada bulan Nopember 2012 PT. Kereta Api Indonesia (Persero) DAOP 6 Yogyakarta mengoperasikan Kereta Api Sriwedari Ekspress dengan rute perjalanan Yogya – Solo, hal ini dilakukan untuk mengantisipasi lonjakan penumpang akibat pemangkasan rute perjalanan Kereta Api Prambanan Ekspress dari tiga belas kali perjalanan menjadi enam kali perjalanan (Wikipedia.org). Menurut Humas PT. Kereta Api Indonesia (Persero) DAOP 6 Yogyakarta, dibukanya rute baru Kereta Api Sriwedari Ekspress yang melayani delapan kali perjalanan hanya dengan rute Yogya – Solo saja diharapkan kereta ini dapat memfasilitasi pergerakan penumpang antar dua daerah tersebut. Namun untuk mengetahui kinerja dari kereta api ini sesuai dengan harapan, perlu ditinjau dari segi ketepatan waktu kedatangan dan keberangkatan kereta yang sesuai jadwal dan kapasitas kereta yang berpengaruh terhadap kenyamanan penumpang.

Menurut jadwal pengoperasian kereta api Sriwedari Ekspress yang telah ditetapkan oleh PT. Kereta Api Indonesia (Persero) DAOP 6 Yogyakarta sebanyak delapan kali perjalanan dalam sehari dengan travel time rata-rata 75 menit untuk satu kali perjalanan dan kecepatan 50 km/jam sampai dengan 100 km/jam. Tidak diketahui nya demand untuk kereta api Sriwedari Ekspress dan perbedaan bentuk tempat duduk yang dimiliki Kereta Api Sriwedari Ekspress dengan kereta komuter pada umumnya yang menggunakan tipe tempat duduk memanjang di sisi kanan dan kiri kereta, sedangkan Kereta Api Sriwedari Ekspress memiliki tipe tempat duduk seperti kereta ekonomi jarak jauh, memungkinkan terjadinya perbedaan nilai angka kenyamanan tempat duduk dan tempat berdiri pada kereta ini. Oleh karena beberapa perbedaan Kereta Api

ANALISIS KINERJA OPERASIONAL KERETA API

SRIWEDARI EKSPRESS JURUSAN SOLO - YOGYA

Bayu Rosida Sumantri dan Ir. Wahju Herijanto, MT

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)

Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111

bayu.rosida@gmail.com; wahjoesoeprapto@gmail.com

(2)

Sriwedari Ekspress dengan Kereta Api Komuter sebelumnya yang melayani wilayah Solo dan Yogya, perlu dilakukan peninjauan lebih lanjut mengenai kinerja kereta ini.

Jenis kereta yang digunakan adalah kereta tipe KRD-E (Kereta Api Diesel – Elektrik) yang terdiri dari 5 gerbong dengan kapasitas 462 penumpang. Dengan begitu besar nya pergerakan masyarakat dari Solo ke Yogya maupun sebaliknya dan besarnya minat masyarakat terhadap moda transportasi kereta api , diharapkan kereta ini mampu melayani pergerakan masyarakat tersebut. Studi ini hanya mencakup kinerja Kereta Api Sriwedari dari segi operasional dan dalam kapasitasnya melayani penumpang dari Solo ke Yogya dan sebaliknya, tetapi tidak mengulas lebih lanjut mengenai tingkat kepuasan penumpang terhadap kinerja kereta ini.

II. METODOLOGI

Diagram alir penelitian ditampilan pada gambar 1 sebagai berikut

Gambar 1. Diagram Alir Penelitian

Gambar 2. Diagram Alir Penelitian (lanjutan)

III. HASILPENELITIAN A. Waktu Tempuh

Waktu tempuh adalah waktu yang diperlukan kereta dalam menempuh satu siklus rute perjalanan yang dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti rata-rata waktu tempuh antar stasiun, waktu berhenti pada setiap stasiun, dan waktu tunda. Berdasarkan jadwal pengoperasian kereta api Sriwedari Ekspress yang telah ditetapkan oleh PT. Kereta Api Indonesia (Persero) DAOP 6 Yogyakarta waktu satu kali tempuh Kereta Api Sriwedari dalam satu kali perjalanan adalah 75 menit. Survey untuk waktu tempuh dilakukan bersamaan dengan survey waktu tunda, dan selisih waktu kedatangan dan keberangkatan aktual. Survey dilakukan pada hari Rabu dan hari Sabtu.

Berdasarkan hasil survey, waktu tempuh arah Yogya paling lama terjadi pada KA dengan No. Seri AC 213 pada hari libur, dengan lama waktu tempuh 1 jam 16 menit. sedangkan untuk arah Solo waktu tempuh paling lama terjadi pada KA dengan No. Seri AC 224 pada hari kerja, dengan lama waktu tempuh 1 jam 15 menit.

(3)

2.84 27.87 21.26 6.09 1.34 00.07 00.00 00.36 00.60 01.10 01.14 00.10 00.20 00.30 00.40 00.50 01.20 waktu tempuh (menit) jarak (km)

Gambar 3. Grafik Kecepatan Rencana dan Kecepatan Riil Kereta Api Sriwedari Arah Yogyakarta

00.00 00.60 01.10 00.10 00.20 00.30 00.40 00.50 01.20

waktu

tempuh

(menit)

jarak (km)

00.06 00.16 00.39 01.08 1.34 6.09 21.26 27.87 2.84 01.12

Gambar 4. Grafik Kecepatan Rencana dan Kecepatan Riil Kereta Api Sriwedari Arah Solo

B. Waktu Henti

Waktu henti merupakan selisih dari waktu kedatangan dengan waktu keberangkatan aktual tiap-tiap stasiun yang

dilalui kereta api sriwedari. Dalam penelitian ini waktu henti didapat dari hasil survey waktu aktual yang dilaksanakan sama dengan survey waktu tempuh. Berdasarkan hasil survey, waktu henti yang didapat dari keseluruhan perjalanan kereta untuk arah Yogya sebesar 3 menit dan untuk arah Solo sebesar 5 menit. Hasil ini kemudian dilakukan uji hipotesis 1-sample

t-test guna menguji apakah waktu henti yang terjadi masih

dalam batas penerimaan. Berdasarkan hasil uji hipotesis

1-sample t-test, waktu henti yang terjadi masih dalam batas

penerimaan sehingga tidak diperlukan pergantian jadwal perjalanan.

C. Waktu Tunda

Waktu tunda adalah selisih dari waktu kedatangan dan keberangkatan terjadwal dengan aktual yang terjadi di lapangan. Hasil dari penelitian ini berupa penilaian ketepatan waktu kereta api Sriwedari terhadap jadwal yang ditentukan. Diterima tidak nya waktu keterlambatan yang terjadi dapat dilihat melalui uji hipotesis 1 sample t-test.

Untuk perjalanan kereta arah Yogya didapat waktu tunda kedatangan sebesar 22 menit dan waktu tunda keberangkatan sebesar 20 menit. Sedangakan untuk arah Solo didapat waktu tunda kedatangan sebesar 34 menit dan waktu tunda keberangkatan sebesar 39 menit. Berdasarkan hasil uji hipotesis 1-sample t-test, waktu tunda yang terjadi masih dalam batas penerimaan sehingga tidak diperlukan pergantian jadwal perjalanan.

D. Kenyamanan Ruang Duduk dan Berdiri

0.4500 0.9000 0.6000 0.6000 0.5500 1.4000 0.8000 0.7800 1.4500 2.7600 16.9100 WC WC B orde s / samb un ga n antar ge rbo ng 0.2050 Pintu Pintu Pintu Pintu Pintu Pintu 1.4000 1.4000

Gambar 5. Dimensi Gerbong Kereta Api Sriwedari

Salah satu paramater kinerja angkutan umum Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan No. 9 Tahun 2011 adalah tersedianya tempat duduk dan tempat berdiri yang sesuai dengan standar kenyamanan tempat duduk dan berdiri yaitu r (kenyamanan tempat duduk) 0,3-0,55 m2/space dan σ (kenyamanan tempat berdiri ) 0,15-0,25 m2/space.

Jumlah tempat duduk Kereta Api Sriwedari seperti yang tercantum pada plakat kapasitas penumpang yang ada di dalam kereta yaitu 68 penumpang. sedangkan tempat berdiri yang disediakan PT. Kereta Api Indonesia (Persero) berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Bagian Sarana yaitu 25 penumpang. dari luasan pada Gambar 4.8 dan data kapasitas penumpang duduk dan berdiri dapat dicari nilai kenyamanan untuk tempat duduk dan berdiri Kereta Api Sriwedari dengan perhitungan sebagai berikut :

68

34

0,45

0,9

m

Ad

r

0,203 m2/space Kec. Kereta

Kec. Rencana kereta dari PT. KAI (50- 100 km/jam) Kec. Rencana Regional Rail (Vukan R. Vuchic) (40 - 70 km/jam)

Kec. Kereta

Kec. Rencana kereta dari PT. KAI (50- 100 km/jam) Kec. Rencana Regional Rail (Vukan R. Vuchic) (40 - 70 km/jam)

(4)

Dari perhitungan di atas didapat nilai untuk kenyamanan duduk adalah 0,203 m2/space nilai ini masih kurang memenuhi dari standar kenyamanan tempat duduk yaitu 0,3-0,55 m2/space. Untuk angka kenyamanan berdiri ditetapkan nilai 0,25 m2/space, kemudian dicari jumlah penumpang berdiri maksimum yang dapat ditampung oleh Kereta Api Sriwedari dengan membagi luasan berdiri pada satu gerbong dengan standar minimum berdiri seperti pada perhitungan berikut :

 

 

0,25

76

,

2

4

,

1

76

,

2

4

,

1

0,55

16,9

Ab

'

m

'

m

=

68 penumpang

Berdasarkan perhitungan di atas, didapat jumlah maksimum penumpang berdiri yang dapat ditampung adalah 68 penumpang, Kemudian dapat dihitung kapasitas kereta dengan perhitungan sebagai berikut :

Kapasitas 1 gerbong = m + m’

Keterangan : m = jumlah tempat duduk m’= jumlah tempat berdiri

Kapasitas 1 gerbong = 68 + 68 = 136 penumpang Kapasitas 5 gerbong = 680 penumpang

Berdasarkan jarak tempuh nya, kereta api Sriwedari dianggap kereta suburban yaitu kereta yang menghubungkan satu kota dengan kota lain yang cukup jauh. Oleh karena itu sebaiknya dalam kereta suburban tidak ada penumpang yang berdiri, yang berarti seluruh penumpang yang naik ke kereta harus duduk.

Dilakukan rekayasa perhitungan apabila seluruh penumpang duduk apabila kereta api Sriwedari mengangkut penumpang berdasarkan kapasitasnya yaitu 680 penumpang. dengan kapasitas duduk masing-masing gerbong adalah 68 penumpang, maka sisa penumpang berdiri yang harus duduk sebanyak 340 penumpang.

Untuk menampung penumpang duduk yang tersisa dapat dilakukan beberapa alternatif. Yang pertama adalah menambah gerbong pada kereta api Sriwedari yaitu sebanyak 2 gerbong, yang kedua adalah menambah jadwal perjalanan kereta api Sriwedari. Akan tetapi untuk menambah jadwal perjalanan perlu dilakukan kajian lebih untuk mengetahui waktu yang tepat untuk penambahan jadwal perjalanan tersebut.

E. Load factor

1. Load factor per kereta

Load factor atau faktor muat adalah perbandingan dari jumlah

penumpang terangkut dengan kapasitas angkut yang tersedia pada Kereta Api Sriwedari. Pada penelitian ini load factor yang diperhitungkan berdasarkan data survey dan data sekunder yang didapat dari PT. Kereta Api Indonesia (Persero).

Gambar 6. Volume rata-rata harian Kereta Api Sriwedari arah Solo

Gambar 7. Volume rata-rata harian Kereta Api Sriwedari arah Yogyakarta

Tabel 1. Perhitungan Load factor per kereta arah Solo

Arah Solo

Data PT. Kereta Api

Indonesia Hasil Survey

AC 208 AC 212 AC 218 AC 224 AC 208 AC 212 AC 218 AC 224 Volume rata-rata/hari 352 206 173 335 385 250 230 310 Kapasitas 680 680 LF 0,52 0,30 0,25 0,49 0,57 0,37 0,34 0,46

(5)

Tabel 2. Perhitungan Load factor per kereta arah Yogya

Gambar 9. Load Factor Kereta Api Sriwedari arah Yogya 2. Load Factor per ruas stasiun

Load factor tiap stasiun dihitung berdasarkan hasil survey naik

dan turun penumpang pada salah satu gerbong Kereta Api Sriwedari. Perhitungan load factor tiap stasiun menggunakan Matriks Asal Tujuan dengan Metode Analogi Fluida untuk mengetahui volume penumpang pada ruas-ruas stasiun yang dilewati oleh PT. Kereta Api Sriwedari.

Diambil contoh perhitungan pada KA No. AC 208 dengan kereta tujuan Solo.

Diketahui :

Tabel 3. Hasil Survey Naik dan Turun Penumpang KA Sriwedari AC 208

Stasiun Naik Turun

AC 208 AC 208 Yogyakarta 170 Lempuyangan 125 Maguwo 35 30 Klaten 55 75 Purwosari 120 Solo Balapan 160

Model Matriks Asal Tujuan

Gambar 10. Distribusi Pembebanan Volume Penumpang Per Stasiun

Perhitungan volume penumpang pada tiap ruas dilakukan terhadap semua No. Kereta Api Sriwedari dari arah Solo maupun Yogya sehingga dapat dihitung load factor untuk masing-masing ruas stasiun yang dilalui Kereta Api Sriwedari

YK LPY MGW KLT PRW SLO Naik

YK 0 17 38 49 65 170 LPY 13 28 36 48 125 MGW 9 11 15 35 KLT 24 31 55 PRW 0 0 SLO - Turun - 0 30 75 120 160 YK LPY MGW KLT PRW SLO Naik

YK 170 170 153 115 65 170 LPY 125 112 84 48 125 MGW 35 26 15 35 KLT 55 31 55 PRW 0 0 SLO - Turun 0 0 30 75 120 160 170 295 300 280 160 Rasio 0 0,10 0,25 0,43 1,00 Arah Yogya

Data PT. Kereta Api

Indonesia Hasil Survey

AC 209 AC 213 AC 219 AC 225 AC 209 AC 213 AC 219 AC 225 Volume rata-rata/hari 371 208 196 377 350 230 210 360 Kapasitas 680 680 LF 0,55 0,31 0,29 0,55 0,51 0,34 0,31 0,53

Dari/Ke YK LPY MGW KLT PRW SLO

YK 0 YK 17 17 YK 38 38 38 YK 49 49 49 49 YK 65 65 65 65 65 LPY 13 LPY 28 28 LPY 36 36 36 LPY 48 48 48 48 MGW 9 MGW 11 11 MGW 15 15 15 KLT 24 KLT 31 31 PRW 0 SLO Total Vol. Pnp 0 170 295 300 280 160 Vol. Maks Pnp 300

(6)

dengan membagi volume tiap ruas dengan kapasitas Kereta yaitu 680 penumpang.

Gambar 11. Load Factor Kereta Api Sriwedari per ruas stasiun arah Solo

Gambar 12. Load Factor Kereta Api Sriwedari per ruas stasiun arah Yogya

IV. KESIMPULANDANSARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian dan analisis data dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1.

Waktu Tempuh

Waktu tempuh dalam 1 kali perjalanan Kereta Api Sriwedari berdasarkan hasil penelitian dan perhitungan didapat waktu tempuh menuju Yogya dengan rata-rata 1 jam 14 menit sedangkan untuk arah Solo sebesar 1 jam 12 menit. Waktu tempuh tersebut

masih dalam batas yang ditentukan oleh PT. Kereta Api Indonesia (Persero) yaitu rata-rata 75 menit.

2. Waktu Henti

Berdasarkan hasil pengamatan dan perhitungan waktu tunda didapat waktu henti rata-rata dari seluruh jadwal Kereta Api Sriwedari yang menuju Yogya sebesar 0,05 jam dan untuk arah Solo sebesar 0,083 jam. Nilai ini kemudian dilakukan pengujian hipotesis stastistik 1-sample t-test, untuk mengetahui diterima atau tidaknya waktu henti tersebut dan hasilnya waktu henti masih diterima karena berada di dalam batas penerimaan uji hipotesis.

3. Waktu Tunda

Perhitungan diterima atau tidaknya ketidaktepatan waktu berangkat dan datang dari jadwal ditentukan dengan uji hipotesis yang sama seperti waktu henti, yaitu uji hipotesis dengan 1-sample t-test, perhitungan dilakukan pada masing-masing waktu datang dan berangkat. Waktu tunda datang rata-rata untuk arah Yogya sebesar 0,4167 jam dan Waktu tunda berangkat sebesar 0,3 jam. Sedangkan untuk arah Solo waktu tunda datang rata-rata sebesar 0,533 jam dan waktu tunda berangkat sebesar 0,633 jam. Nilai tersebut kemudian dimasukkan kedalam perhitungan uji hipotesis 1-sample t-test dan didapatkan untuk semua waktu tunda kedatangan dan keberangkatan aktual dan terjadwal Kereta Api Sriwedari arah Solo dan Yogya masih dalam batas penerimaan sehingga tidak diperlukan pergantian jadwal.

4. Kenyamanan Ruang Duduk dan Berdiri

Berdasarkan hasil survey pada dimensi Kereta Api Sriwedari didapat nilai untuk kenyamanan tempat duduk sebesar 0, 405 m2/space, nilai ini masih berada di dalam standar kenyamanan tempat duduk yaitu 0,3-0,55 m2/space. Kenyamanan tempat berdiri yang didapat berdasakan hasil survey adalah 0,68 m2/space, nilai ini lebih besar dari standar kenyamanan yang ditetapkan yaitu 0,15-0,25 m2/space.

5.

Load factor

Berdasarkan data volume penumpang yang didapat dari PT. Kereta Api Indonesia (Persero) dan data survey penumpang serta kapasitas angkut Kereta Api Sriwedari sebesar 680 penumpang, didapat nilai load

factor tertinggi untuk arah Solo sebesar 52% pada

Kereta dengan nomor seri AC 208 dan untuk arah Yogya sebesar 55% pada Kereta dengan nomor seri AC 225. Sedangkan untuk load factor pada tiap ruas antar stasiun didapat load factor tertinggi untuk arah Solo sebesar 44% pada ruas Maguwo – Klaten. Untuk arah Yogya didapat load factor tertinggi sebesar 46% pada ruas Purwosari – Klaten.

B. SARAN

Berdasarkan kesimpulan di atas, saran-saran untuk

kinerja operasional Kereta Api Sriwedari adalah :

(7)

1. Ketepatan waktu yang dipertahankan dan

ditingkatkan sehingga dapat memaksimalkan

pelayanan pengangkutan penumpang dari Solo

ke Yogya dan sebaliknya

2. Perawatan yang berkala untuk Kereta Api

sehingga

tidak

terjadi

pembatalan

keberangkatan akibat gangguan teknis.

3. Penambahan gerbong atau penambahan jadwal

perjalanan sehingga seluruh penumpang Kereta

Api Sriwedari dapat duduk dan tidak berdiri.

V. DAFTARPUSTAKA

[1] Darmawan, 2001. Teknologi Jalan Rel. Bandung.

[2] Dhanisworo, Radityo. 2008, Analisa Kinerja Kereta Api Komuter Surabaya – Porong. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

[3] Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, 2002. Surat Keterangan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan Angkutan Penumpang Umum di Wilayah Perkotaan Dalam Trayek Tetap Dan Teratur. Jakarta.

[4] Haan, Charles T, 1979, Statistical Methods in Hidrology. Second Edition. Ames: Iowa State University Press.

[5] Handbook of Transportation Engineering. 2004. USA: McGraw Hill.

[6] Kementrian Perhubungan Republik Indonesia. 2011. Peraturan Menteri Perhubungan No. 9 tahun 2011

tentang Standar Pelayanan Minimum Untuk

Angkutan Orang dengan Kereta Api. Jakarta.

[7] Morlok, E.K. 2000. Pengantar Teknik dan Perencanaan Transportasi. Jakarta: Penerbit Erlangga.

[8]

Pambudi, Risma. 2010. Analisa Kinerja Kereta

Api Komuter Surabaya-Lamongan. Surabaya:

Institut Teknologi Sepuluh Nopember

[9]

Sugiyono. 2013. Statistika Untuk Penelitian.

Bandung: Alfabeta

[10] Tika, Moh. Pabundu. 2006. Budaya Organisasi dan

Peningkatan Kinerja Perusahaan. Jakarta: Bumi Aksara.

[11] Umar, Husein. 2003. Metode Riset Perliku Organisasi.

Jakarta: Gramedia

[12] Vuchic, Vukan R. 1981. Urban Public Transportation

System and Technology. University of Pensylvania

[13] Walpole, Ronald E, 1995. Pengantar Statistika Edisi

Ke-3. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

[14] Warpani, Suwardjoko P. 2002. Pengelolaan Lalu Lintas

Gambar

Diagram alir penelitian ditampilan pada gambar 1 sebagai  berikut
Gambar 3. Grafik Kecepatan Rencana dan Kecepatan Riil Kereta Api  Sriwedari Arah Yogyakarta
Gambar 6. Volume rata-rata harian Kereta Api Sriwedari arah Solo
Tabel 2. Perhitungan Load factor per kereta arah Yogya
+2

Referensi

Dokumen terkait

Dosen hendaknya lebih tepat waktu dalam memenuhi kontrak perkuliahan sehingga perkuliahan bisa berjalan dengan tertib dan lancar, adanya perubahan metode pengajaran

Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa aktivitas fisik merupakan faktor risiko NPB paling dominan, dan kemungkinan NPB pada anggota aktif TNI AD yang memiliki aktivitas fisik

Melalui diskusi kelompok, siswa mampu menghitung kelarutan suatu elektrolit yang sukar larut berdasarkan data harga Ksp atau sebaliknya dengan teliti, kreatif, dan

Berdasarkan konsep-konsep budaya dari estetik sebagai landasan visual dalam proses perwujudan karya seni modern, khususnya karya seni patung Bali modern Ida Bagus Tilem,

dapat dilihat bahwa tingkat persentase penetasan siste relatif sama bahkan menurun artinya penggunaan larutan ini tidak memberikan pengaruh yang baik, hal

Selanjutnya, tanah-tanah oleh/dan dapat dikatakan sebagai aset pemerintah apabila berasal dari: 1 Tanah Negara, jika berdasarkan Staatblad tahun 1911 Nomor 110 tentang

Adanya pengaruh antara kompetensi pedagogik terhadap kinerja guru, ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Beni Habibi (2013) bahwa kompetensi

Saya menyatakan bahwa tesis saya yang berjudul “ Efektivitas Konseling Kognitif Perilaku Untuk Mereduksi Kecenderungan Adiksi Cybersex ” ini adalah karya saya